You are on page 1of 23

Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No.

2, 2019: 79-101

GAMBARAN ASUHAN GIZI PADA PASIEN SIROSIS


HEPATIS DENGAN HEMATEMESIS MELENA DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH DR. SAIFUL ANWAR MALANG
Wira Triangga Yusminingrum1), Endang Widajati1), Diniyah Kholidah1)
1)
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang

THE DESCRIPTION OF THE NUTRITIONAL CARE OF PATIENTS


CIRRHOSIS HEPATIC WITH HEMATEMESIS MELENA ON REGIONAL
GENERAL HOSPITAL DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Abstract: Hepatic Cirrhosis is a chronic disease in the liver with liver inflammation and
fibrosis which results in distortion of the liver structure and loss of most liver functions.
The cause of the emergence of hepatic cirrhosis in western countries most often is
alcoholic involvement while in Indonesia the most is caused by hepatitis B or C virus. To
find out the description of nutrition care including Assessment, Diagnosis, Intervention,
Monitoring and Evaluation in Hepatic Cirrhosis patients with Hematemesis Melena at
the Regional General Hospital Dr. Saiful Anwar Malang. The research design used is
analytic observational study with case study design that is by observing nutritional care
in hepatic cirrhosis patients with hematemesis melena at the Inpatient Installation 1 of
Internal Medicine (IPD) Regional General Hospital Dr. Saiful Anwar on 2 to 30 April
2018. The study subjects were 6 patients. Data collection by interviewing, observing,
measuring and calculating directly on patients, families and room nutritionists. The data
obtained are presented in tables and graphs and analyzed descriptively. The results
showed that to assess nutritional status using LILA, there were 4 patients with poor
nutritional status to worse. Biochemistry in the initial data obtained hemoglobin and
hematocrit in 5 low patients, erythrocytes 6 patients low, 6 patients with anemia, high 5
leukocytes patients, SGOT 5 patients high, SGPT 5 patients low and 5 patients with low
albumin. Physical examination of hepatic cirrhosis patients showed that 6 patients
(100%) had weakness, colored urine, decreased appetite and abdominal pain, 5 patients
(83.33%) experienced nausea, yellow eyes, black defecation, ascites and shortness of
breath, and 4 patients (66.67%) had edema, whereas on clinical examination of hepatic
cirrhosis patients showed 3 patients (50%) with low blood pressure, 4 patients (66.67%)
with normal pulse, 4 patients (83.33% ) with low temperature and 5 patients with GCS
light at the time of the initial examination. In the past history, the most common causes
were hepatitis B virus, nutritional history before 4 patients often consumed tea and coffee
more than 3 times a day and in the nutritional history now 4 patients with energy, protein
and fat intake were in the poor category, while 6 patients with carbohydrate intake in the
less category. Nutritional diagnoses used were NI-2.1, NI-5.2, NI-5.4 and NB-1.1
domains. Nutritional interventions provided are giving or modifying, the type or amount
of food and nutrients at a certain time (ND-1.2) and the provision of education related to
eating arrangements according to the patient's condition (E-1.1). In the monitoring and
evaluation of 4 patients with poor nutritional status to poor, biochemical fluctuations in 6
patients, 4 patients with increased blood pressure, 3 patients experienced a decrease in
GCS or awareness and fluctuating food intake in 6 patients. From the results of the study
found 6 patients at risk of malnutrition using SGA and MUST, while the assessment of
nutritional status using anthropometric measurements of upper arm circumference
(LILA) 4 patients experienced poor nutritional status to worse. The average level of
energy, protein, fat and carbohydrate consumption is still in the poor category, this is
because food is given gradually. Anthropometry development has not increased,
biochemical examination has not improved, laboratory tests have changed every day and

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 79


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

physical conditions in 5 patients have decreased. Families are needed to monitor


behavior changes in patients.
Keywords: Hepatic Cirrhosis, Nutritional Care, Hospital

Abstrak: Sirosis Hepatis merupakan penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan
fibrosis hati yang mengakibatkan distorsi struktur hati dan hilangnya sebagian besar
fungsi hati. Penyebab munculnya sirosis hepatis di negara barat paling sering yaitu
diakibatan oleh alkoholik sedangkan di Indonesia terbanyak disebabkan karena virus
hepatitis B atau C. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran asuhan
gizi meliputi Assessment, Diagnosis, Intervensi, Monitoring dan Evaluasi pada pasien
Sirosis Hepatis dengan Hematemesis Melena di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful
Anwar Malang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional analitik dengan
desain studi kasus (case study) yaitu dengan mengamati asuhan gizi pada pasien sirosis
hepatis dengan hematemesis melena di Instalasi Rawat Inap 1 Ilmu Penyakit Dalam (IPD)
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Saiful Anwar pada tanggal 2 sampai dengan 30 April
2018. Subyek penelitian berjumlah 6 pasien. Pengumpulan data dengan cara wawancara,
obeservasi, pengukuran dan perhitungan secara langsung pada pasien, keluarga serta ahli
gizi ruangan. Data yang diperoleh disajikan dalam tabel dan grafik serta dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk menilai status gizi menggunakan
LILA didapatkan 4 pasien status gizi kurang sampai buruk. Biokimia pada data awal
didapatkan hemoglobin dan hematokrit pada 5 pasien rendah, eritrosit 6 pasien rendah, 6
pasien dengan anemia, leukosit 5 pasien tinggi, SGOT 5 pasien tinggi, SGPT 5 pasien
rendah dan 5 pasien dengan albumin yang rendah. Pemeriksaan fisik pasien sirosis
hepatis menunjukkan bahwa 6 pasien (100%) mengalami lemas, BAK warna teh, nafsu
makan menurun dan nyeri pada perut, 5 pasien (83,33%) mengalami mual, mata kuning,
BAB hitam, asites dan sesak nafas, serta 4 pasien (66,67%) memiliki edema, sedangkan
pada pemeriksaan klinis pasien sirosis hepatis menujukkan 3 pasien (50%) dengan
tekanan darah rendah, 4 pasien (66,67%) dengan nadi normal dan 5 pasien dengan GCS
ringan pada saat pemeriksaan awal. Pada riwayat penyakit dahulu penyebab terbanyak
yaitu virus hepatitis B, riwayat gizi dahulu 4 pasien sering mengkonsumsi teh dan kopi
lebih dari 3 kali sehari dan pada riwayat gizi sekarang 4 pasien dengan asupan energi,
protein dan lemak dalam kategori kurang, sedangkan 6 pasien dengan asupan karbohidrat
dalam kategori kurang. Diagnosis gizi yang digunakan yaitu domain NI-2.1, NI-5.2, NI-
5.4 dan NB-1.1. Intervensi gizi yang diberikan yaitu pemberian atau modifikasi, jenis
atau jumlah makanan dan zat gizi pada waktu tertentu (ND-1.2) dan pemberian edukasi
terkait pengaturan makan sesuai kondisi pasien (E-1.1). Pada monitoring dan evaluasi 4
pasien dengan status gizi kurang sampai dengan buruk, biokimia yang fluktuatif pada 6
pasien, 4 pasien dengan peningkatan tekanan darah, 3 pasien mengalami penurunan GCS
atau kesadaran dan asupan makanan yang fluktuatif pada 6 pasien. Hasil penelitian
didapatkan 6 pasien beresiko malnutrisi menggunakan SGA dan MUST, sedangkan
penilaian status gizi dengan menggunakan pengukuran antropometri lingkar lengan atas
(LILA) 4 pasien mengalami status gizi kurang sampai dengan buruk. Rata-rata tingkat
konsumsi energi, protein, lemak dan karbohidrat masih dalam kategori kurang, hal ini
disebabkan makanan diberikan secara bertahap. Perkembangan antropomteri belum
mengalami peningkatan, pemeriksaan biokimia belum mengalami peningkatan yang lebih
baik, pemeriksaan laboratorium terdapat perubahan setiap hari dan kondisi fisik pada 5
pasien mengalami penurunan. Keluarga diperlukan untuk memantau perubahan perilaku
pada pasien.
Kata kunci: Sirosis Hepatis, Asuhan Gizi, Rumah Sakit

80 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

PENDAHULUAN angka insiden sirosis hepatis di rumah


Penyebab munculnya sirosis hepatis di sakit seluruh Indonesia berkisar antara
negara barat paling sering yaitu diakibatan 0,6-14,5% (Indira, 2010). Berdasarkan
oleh alkoholik sedangkan di Indonesia hasil penelitian Karina (2007) dengan
kebanyakan disebabkan akibat hepatitis B desain case control bahwa, jumlah
atau C. Patogenesis sirosis hepatis penderita sirosis hepatis tahun 2002-2006
menurut penelitian terakhir di RSUP Dr. Kariadi Semarang sebanyak
memperlihatkan adanya peranan sel 637 orang dengan proporsi angka
stelata dalam mengatur keseimbangan kematian sebesar 9,7%.
pembentukan matriks ekstraselular dan Menurut Marselina (2014), Case Fatality
proses degradasi, di mana jika terpapar Rate (CSDR) Sirosis hepatis laki-laki di
faktor tertentu yang berlangsung secara Amerika Serikat tahun 2001 sebesar 13,2
terus menerus, maka sel stelata akan per 100.000 dan wanita sebesar 6,2 per
menjadi sel yang membentuk kolagen. 100.000 penduduk. Ndraha melaporkan
Berdasarkan data WHO (2004) sirosis selama Januari –Maret 2009 di Rumah
hepatis merupakan penyebab kematian ke Sakit Koja Jakarta dari 38 penderita
delapan belas di dunia, dengan prevalensi sirosis hepatis, 63,7% laki-laki dan 36,7%
1,3%. Cause Spesifik Death Rate (CSDR) wanita, terbanyak (55,3%) adalah
sirosis hepatis di Inggris tahun 2002 kelompok umur 40-60 tahun. kasus.
sebesar 26,9 per 100.000 penduduk. Di Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT)
Amerika Serikat pada tahun 2001 CSDR dilakukan berkesinambungan dan terus
sirosis hepatis sebesar 22,0 per 100.000 menerus sampai pasien menunjukkan
penduduk., dan dari data WHO (2007), dampak dari intervensi gizi. Menurut
penyakit hati kronik dan sirosis hepatis American Dietetic Association (2006),
merupakan penyebab kematian peringkat PAGT merupakan metode pemecahan
keduabelas pada tahun 2007 di Amerika masalah yang sistematis dalam membuat
Serikat dengan jumlah 29.165 (1,2%). keputusan untuk menangani masalah gizi,
Pada tahun 2007 prevalensi sirosis hepatis sehingga dapat memberikan asuhan yang
di Australia sebesar 2% dan di Jepang aman, efektif dan berkualitas tinggi.
sebesar 2,7%. Masalah gizi timbul bila terjadi
Sirosis hepatis dengan komplikasinya ketidaksesuaian antara asupan dan
merupakan masalah kesehatan yang masih kebutuh-an tubuh akan zat gizi. PAGT
sulit diatasi di Indonesia. Hal ini ditandai merupakan proses penanganan masalah
dengan angka kesakitan dan kematian gizi yang sistematis dan akan memberikan
yang tinggi. Secara umum diperkirakan tingkat keberhasilan yang tinggi.

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 81


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

Pengalaman di negara maju telah METODE PENELITIAN


membuktikan bahwa hospital malnutrition Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr.
(malnutrisi di rumah sakit) merupakan Saiful Anwar Malang dilakukan selama
masalah yang kompleks dan dinamik. tiga hari (2-30 April 2018). Penelitian ini
Malnutrisi pada pasien di rumah sakit, merupakan jenis penelitian observasional
khususnya pasien rawat inap, berdampak analitik dengan desain studi kasus (case
buruk terhadap proses penyembuhan study).
penyakit. Selain itu, pasien yang Jumlah responden dalam penelitian ini
mengalami penurunan status gizi akan sebanyak 6 (enam) orang pasien sirosis
mempunyai resiko kekambuhan yang hepatis dengan hematemesis melena di
signifikan dalam waktu singkat. Semua Kelas III Ruang Rawat Inap IRNA 1.
keadaan ini dapat meningkatkan Adapun kriteria inklusi penelitian ini
morbiditas dan mortalitas serta adalah laki-laki atau perempuan usia 40-
menurunkan kualitas hidup. Untuk 70 tahun, bersedia menjadi responden dan
mengatasi masalah tersebut diperlukan diperbolehkan oleh pihak rumah sakit
pelayanan gizi yang efektif dan efesien untuk menjadi responden penelitian.
melalui Proses Asuhan Gizi Terstandar Pengumpulan data dilakukan dengan cara
(PAGT). mengumulkan data karakteristik pasien,
Pada pasien Sirosis Hepatis dengan assessment gizi, diagnosis, intervensi dan
Hematemesis Melena sangat penting monitoring evaluasi gizi. Data tersebut
dilakukan asuhan gizi dikarenakan pada ditabulasi kemudian langsung dianalisa
pasien tersebut biasanya disertai dengan secara deskriptif.
hipertensi portal dimana dengan
pemberian protein yang tinggi dapat HASIL DAN PEMBAHASAN
menyebabkan bertumpuknya pemecahan Karakteristik Pasien
protein dalam darah, dan malnutrisi, jika Sebagian besar pasien berjenis kelamin
tidak dilakukan asuhan gizi yang tepat dan laki-laki yaitu 4 pasien sedangkan
penanganan kesehatan lainnya akan distribusi berdasarkan umur sebagian
menyebabkan Ensefalopati Hepatik yang besar 4 pasien dengan rentang umur 50 –
akhirnya dapat mengalami koma dan 59 tahun. Pada etiologi pasien terdapat 4
meninggal, sehingga diperlukan asuhan pasien disebabkan oleh virus hepatitis B.
gizi untuk meningkatkan atau distribusi pekerjaan pasien setengahnya
memperbaiki status gizi pada pasien. bekerja sebagai wiraswasta yaitu
sebanyak 3 pasien.

82 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

Skrinning Gizi serta wawancara. Pemeriksaan fisik dapat


Data skrinning gizi awal menggunakan dilihat pada tabel 2.
MUST menunjukkan bahwa 6 pasien Berdasarkan hasil data fisik pada
beresiko malnutrisi, hal ini sama jika tabel 2 menunjukkan bahwa data fisik
menggunakan SGA (Subjective Global pasien terbanyak yaitu dikarenakan pasien
Assassment) didapatkan 6 pasien beresiko merasa lemas, nafsu makan menurun,
malnutrisi. mual, nyeri pada perut, sesak, asites dan
Assessment Gizi Pasien Sirosis Hepatis odema pada tubuh pasien. Pasien merasa
Tabel 1. Hasil Pengukuran Antropo- lemah dikarenakan terdapat penurunan
metri Pasien Sirosis Hepatis
fungsi hati lalu hati gagal mendetoksifika-
Pasien LILA %LIL Kesimpulan
(cm) A (%) si sehingga pelepasan toksik dalam tubuh,
A1 29 90,0 Normal
A2 18,5 57,4 Buruk oleh karena itu pasien merasa lemah atau
A3 23 71,4 Kurang lemas, anoreksia, mual dan muntah. Mual
A4 35 117,0 Overweight
A5 18 59,4 Buruk dan muntah mengakibatkan penurunan
A6 21,5 66,7 Kurang
nafsu makan pada pasien sehingga asupan

Berdasarkan tabel 1 dapat diketa- makan pasien menjadi rendah.

hui bahwa hasil pengukuran antropometri


terdapat 4 pasien memiliki status gizi saat Tabel 3. Data Klinis pada Pasien
Klinis A1 A2 A3 A4 A5 A6
ini yaitu buruk sampai kurang. Tekanan 121/ 110/ 110/ 155/ 99/ 170/
Darah 76 65 70 96 80 95
Tabel 2. Data Fisik pada Pasien (120/80
Data fisik A1 A2 A3 A4 A5 A6 mmHg)
Mata kuning     -  Nadi (60- 72 86 68 110 84 101
Lemas       100x/
Mual      - menit)
Hematemesis - -    - GCS 456 456 456 446 45 332
Melena     -  (total  6
Tidak BAB - -   - - 13)
atau BAB
sedikit
Berdasarkan tabel 3 terdapat 3
BAK      
berwarna teh pasien yang memiliki tekanan darah yang
Perut  -  - - 
kembung tinggi, hal ini disebabkan terdapat riwayat
Nafsu makan      
menurun penyakit pada pasien dengan hipertensi
Nyeri perut      
Pusing -   - - - dan dengan adanya hipertensi portal juga
Sesak nafas -     
dapat meningkatkan tekanan darah. Hasil
Edema -    - 
Asites -      peng-ukuran nadi menunjukkan bahwa
sebagian besar 4 pasien dengan denyut
Pada penelitian ini, pemeriksaan
nadi yang normal. Pada pemeriksaan GCS
fisik dan klinis dilakukan dengan cara
(Glasgow Coma Scale) menunjukkan
melihat buku TTV atau tanda-tanda vital

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 83


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

bahwa hampir seluruhnya yaitu 5 pasien Tabel 6. Hasil Laboratorium Kadar


memiliki kesadaran atau GCS dengan Hematokrit Pasien
Pasien Hasil Nilai Kesimpulan
interpretasi ringan atau compos mentis (%) Normal(%)
(CM). A1 30,4 Rendah
A2 27,6 40 – 47 Rendah
Tabel 4. Hasil Laboratorium Kadar A3 27,4 Rendah
Hemoglobin Pasien A4 35,5 38 – 42 Normal
Pasien Hasil Nilai Kesimpulan A5 32,8 Rendah
(g/dL) Normal A6 20,7 40 – 47 Rendah
(g/dL)
A1 9,9 13-4 – 17,7 Rendah Berdasarkan tabel 6 menunjukkan
A2 10,2 Rendah
A3 8,0 Rendah bahwa dari 6 subyek penelitian hampir
A4 12,0 11,4 – 15,1 Normal seluruhnya mempunyai kadar hematokrit
A5 11,2 Rendah
A6 7,3 13-4 – 17,7 Rendah yang rendah yaitu sebanyak 5 orang, rata-
rata kadar hematokrit pada pasien sirosis
Berdasarkan tabel 24 menunjuk- hepatis yaitu sebesar 29%.
kan bahwa hampir seluruhnya memiliki
kadar hemoglobin yang rendah pada 5 Tabel 7. Hasil Laboratorium Trombosit
pasien memiliki kadar hemoglobin, rata- Pas Hasil Nilai Kesimpulan
ien (/uL) Normal
rata kadar hemoglobin pada pasien sirosis (/uL)
hepatis yaitu sebesar 9,8 g/dL. A1 100 x 103 Rendah
A2 126 x 103 142 – Rendah
A3 106 x 103 424 x Rendah
A4 112 x 103 103 Normal
Tabel 5. Hasil Laboratorium Eritrosit
A5 93 x 103 Rendah
Pasien A6 100 x 103 Rendah
Pasien Hasil Nilai Kesimpu
(106/uL) Normal lan
(106/uL) Tabel 8. Hasil Laboratorium Leukosit
A1 3.9 Rendah Pasien
4,0 – 5,5 Pasien Hasil Nilai Kesimpulan
A2 2.76 Rendah
A3 3.59 Rendah (/uL) Normal
A4 3.58 4,0 – 5,0 Rendah (/uL)
A5 3.89 Rendah A1 12,69 x 103 4,3 – 10,3 Tinggi
A6 2.51 4,0 – 5,5 Rendah A2 12,18 x 103 x 103 Tinggi
A3 21,18 x 103 Tinggi
A4 11,5 x 103 4,7 – 11,3 Tinggi
Berdasarkan tabel 25 menunjukkan bahwa A5 3,72 x 103 x 103 Rendah
kadar eritrosit dari 6 pasien yang diperiksa
A6 19,3 x 103 4,3 – 10,3 Tinggi
seluruhnya (6 pasien) memiliki kadar x 103
eritrosit yang rendah, rata-rata kadar
Berdasarkan tabel 7 menunjukkan
eritrosit pada pasien sirosis hepatis yaitu
bahwa dari 6 subyek penelitian hampir
sebesar 3,37x106/uL g/dL.
seluruhnya mempunyai nilai laboratorium
trombosit yang rendah yaitu sebanyak 5

84 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

orang, rata-rata trombosit pada pasien penelitian hampir seluruhnya mempunyai


sirosis hepatis yaitu sebesar 106,2 x SGOT yang tinggi yaitu sebanyak 5
103/uL. orang, rata-rata SGOT pada pasien sirosis
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan hepatis yaitu sebesar 74,33 u/dL.
bahwa hampir seluruhnya mempunyai
nilai leukosit yang tinggi yaitu sebanyak 5 Tabel 11. Hasil Laboratorium SGPT
orang, rata-rata leukosit pada pasien Pasien
Pasien Hasil Nilai Kesimpulan
sirosis hepatis yaitu sebesar 13,42 x (u/dL) Normal
(u/dL)
103/uL.
A1 25 Normal
0 – 41
A2 67 Tinggi
A3 39 Normal
Tabel 9. Hasil Laboratorium Bilirubin
A4 26 Normal
Total 0 – 33
A5 15 Normal
Pasien Hasil Nilai Kesimpulan A6 23 0 – 41 Normal
(mg/dl) Normal
(mg/dl)
A1 - - Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa
A2 9,91 Tinggi
A3 9,08 < 1,0 Tinggi hampir seluruhnya mempunyai nilai
A4 5,83 Tinggi
A5 - -
laboratorium SGPT yang normal yaitu
A6 - - sebanyak 5 orang, rata-rata SGPT pada
pasien sirosis hepatis yaitu sebesar 32,5
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan
u/L.
bahwa dari 6 subyek penelitian yang
dilakukan pemeriksaan hanya 3 pasien.
Tabel 12. Hasil Laboratorium Bilirubin
Dari 3 pasien yang dilakukan pemeriksaan Direk dan Indirek Pasien
laboratorium Bilirubin total seluruhnya Pasi Bilirubin Nilai Bilirubin Nilai
en Direk Normal Indirek Normal
mempunyai hasil laboratorium yang tinggi (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
A1 - -
yaitu sebanyak 3 orang.
A2 8,08 1,83
A3 7,88 < 0,25 1,20 < 0,75
A4 2,74 3,09
Tabel 10. Hasil Laboratorium SGOT A5 - -
Pasien A6 - -
Pasien Hasil Nilai Normal Kesimpulan
(u/dL) (u/dL)
Berdasarkan tabel 12 menunjukkan bahwa
A1 27 Normal
0 – 40
A2 102 Tinggi dari 6 subyek penelitian yang dilakukan
A3 118 Tinggi
A4 53 Tinggi
pemeriksaan hanya 3 pasien. Dari 3 pasien
0 – 32
A5 46 Tinggi yang dilakukan pemeriksaan laboratorium
A6 100 0 – 40 Tinggi
Bilirubin direk maupun indirek
seluruhnya mempunyai hasil yang tinggi.
Berdasarkan tabel 10
menunjukkan bahwa dari 6 subyek

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 85


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

Tabel 13. Hasil Laboratorium MCV, MCH dan MCHC


Nilai Nilai Nilai
Pasi MCV MCH MCHC
Normal Normal Normal Interpretasi
en (fL) (pg) (g/dl)
(fL) (pg) (g/dl)
Anemia Microcytic
A1 77,9 25,4 32,6
Hypochromic
A2 100,0 37,0 37,0 Anemia Macrocytic
Anemia Microcytic
A3 76,3 24,0 31,4
Hypochromic
80 – 93 27 – 31 32 – 36
A4 99,2 33,5 33,8 Anemia Macrocytic
Anemia Normocytic
A5 84,3 28,6 34,1
Normochromic
Anemia Normocytic
A6 82,5 29,1 35,3
Normochromic

Berdasarkan tabel 13 Pada riwayat gizi didapatkan hasil


menunjukkan bahwa dari 6 subyek riwayat gizi dahulu maupun sekarang.
penelitian seluruhnya mengalami anemia. Data riwayat dahulu didapatkan dari hasil
Dengan 4 pasien anemia yang diakibatkan wawancara dengan pasien dan keluarga,
defisiensi zat besi (Fe) dan asam folat sedangkan pada data riwayat gizi sekarang
(B12). didapatkan dari hasil wawancara dan
Tabel 14. Hasil Laboratorium Albumin observasi langsung pada pasien selama 3
Pasien hari. Hasil dan pembahasan dapat dilihat
Pasien Hasil Lab Nilai Kesimpulan
(g/dl) Normal pada tabel dan analisa berikut.
(g/dl)
A1 4,06 Normal Berdasarkan tabel 35 hasil
A2 1,83 Rendah penelitian menunjukkan bahwa sebagian
3,5 –
A3 1,64 Rendah
5,5 besar pasien sirosis hepatis memiliki
A4 3,36 Rendah
A5 1,99 Rendah
A6 2,11 Rendah
riwayat gizi dahulu sering mengonsumsi
teh atau kopi setiap hari lebih dari 3 kali
Berdasarkan tabel 14 sehari yaitu terjadi pada 4 pasien. Resiko
menunjukkan bahwa hampir seluruhnya malnutrisi lebih cepat terjadi pada pasien
mempunyai albumin yang rendah yaitu yang sering mengkonsumsi alkohol
sebanyak 5 orang, rata-rata trombosit pada (sirosis Laennec), hal tersebut mengaki-
pasien sirosis hepatis yaitu sebesar 2,49 batkan lesi pada hati seperti perlemakan
g/dl. hati, hepatitis alkoholik dan sirosis
Tabel 15. Data Riwayat Gizi Dahulu alkoholik. Pada kondisi tersebut hati tidak
Pasien Sirosis Hepatis
dapat memetabolisme lemak dan zat gizi
Riwayat Gizi Dahulu n
Konsumsi teh/kopi setiap hari >3x 4 lainnya dengan baik, sehingga terjadi
Konsumsi minuman berenergi dan
2 glukoneogenesis maka akan terjadi
bersoda
Konsumsi makanan yang pedas 1
malnutrisi.
Konsumsi alkohol 1

86 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

Tabel 16. Data Riwayat Gizi Sekarang Pasien Sirosis Hepatis


Tingkat Konsumsi (%)
Jenis dan Bentuk
Pasien
Diet Energi Protein Lemak Karbohidrat

A1 Cair N80 62,8 75,8 59,2 47,06


A2 Cair DM 97,0 97,0 119 78,6
A3 RP 40 bentuk 37,6 71,0 28 37,0
lunak
A4 Cair N80 105 145 97 66,0
A5 Cair N80 104,7 152 70 74,0
A6 Cair N80 66,3 106 62,4 50,5

Tingkat konsumsi didapat dari penyakit dan komplikasinya juga dapat


total asupan dalam sehari dibagi dengan menurunkan asupan pada pasien.
total kebutuhan zat gizi setiap pasien. Tabel 17. Distribusi Pasien berdasar-
kan Riwayat Penyakit Dahulu
Total kebutuhan zat gizi pada pasien
Riwayat Penyakit n
(lampiran 14) didapatkan dari perhitungan Hipertensi 2
rumus ESPEN 2003 dimana terdapat Diabetes Mellitus 1
Hepatitis B 4
berbagai kondisi klinik yang dapat Hepatitis C 2
membedakan rumus yang akan digunakan. Ginjal 1

Perhitungan energi pada sirosis stabil dan


Berdasarkan Tabel 17 distribusi
pasien dengan komplikasi Encephalopathy
pasien berdasarkan riwayat penyakit dapat
grade III-IV menggunakan 25-35 kkal/ kg/
diketahui bahwa 4 pasien memiliki
hari, sedangkan sirosis dengan komplikasi
riwayat penyakit hepatitis B yang
inadekuat intake, malnutrisi dan
merupakan riwayat penyakit paling
Encephalopathy grade I-II menggunakan
banyak, 2 pasien memiliki riwayat
35-40 kkal/kg/hari.
hepatitis C dan hipertensi.
Berdasarkan tabel 16 hasil
Pasien dengan hipertensi jika
riwayat gizi sekarang yang diperoleh dari
tidak mengatur pola hidup dan pola
hasil recall dan observasi pada pasien
makan, tekanan darahnya akan tidak
selama 24 jam menunjukkan bahwa
terkontrol dan dapat menyebabkan
tingkat konsumsi energi pada 4 pasien,
kerusakan pada organ-organ lain (Merry
protein 2 pasien, lemak 4 pasien dan
dkk, 2016). Margain R. A. K dkk
karbohidrat pada 6 pasien dalam kategori
melakukan penelitian terhadap 61 pasien
kurang. Hal ini disebabkan karena dalam
sirosis hepatis di Mexico dan
penelitian ini pasien merasa lemah, nafsu
mendapatkan 34,4% diantaranya
makan menurun dan beberapa
mengalami diabetes mellitus. Pada
mendapatkan diet cair sehingga diet
penelitian yang dilakukan Maisyarah Lies
diberikan secara bertahap, selain itu

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 87


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

(2012) menjelaskan bahwa pasien sirosis diperlukan pada 4 pasien yang mengalami
hepatis kompensata dengan glukosa serum anemia defisiensi Fe atau B12.
puasa normal dan tanpa riwayat keluarga Diagnosis gizi perkiraan intake
diabetes mellitus tipe 2 setelah dilakukan berlebih (NI–1.7) digunakan untuk 1
pemeriksaan TTGO didapatkan hingga pasien karena diperkirakan pada pasien
77% diantara pasien tersebut menderita dengan riwayat gizi dahulu yang berlebih
diabetes. ditandai dengan status gizi menggunakan
Diagnosis Gizi pengukuran LILA yaitu overweight.
Berikut merupakan diagnosis gizi Pada diagnosis kekurangan intake
domain intake pada pasien sirosis hepatis makanan dan minuman oral (NI-2.1)
ditunjukkan dalam tabel 42. digunakan pada 5 pasien karena kondisi
pasien sebagian besar terdapat penurunan
Tabel 18. Diagnosis Gizi pada Pasien kesadaran sehingga pasien yang tidak
No Domain Etilogi
1 Perkiraan intake Riwayat gizi
mampu memakan dan meminum secara
berlebih (NI- tentang makan oral, pasien merasa mual dan muntah,
1.7) berlebih
2 Kekurangan Kondisi pasien sesak dan lain-lain. Kurangnya asupan
intake makanan dengan penurunan
dalam waktu lama juga mengakibatkan
dan minuman kesadaran
oral (NI-2.1) Nafsu makan malnutrisi protein dan energi yang nyata
menurun akibat
perut terasa penuh yang biasanya ditandai dengan status gizi
dan sesak
berdasarkan LILA maupun IMT kurang.
3 Malnutrisi Asupan makan
protein dan kurang dalam Pada diagnosis penurunan
energi yang jangka waktu lama
nyata (NI-5.2) kebutuhan zat gizi tertentu (NI–5.4)
4 Penurunan Asites dan odema digunakan pada pasien penyakit sirosis
kebutuhan zat
gizi tertentu hepatis yang berada di rumah sakit karena
(NI–5.4)
sebagian besar pasien penyakit sirosis
Diagnosis gizi malnutrisi protein hepatis mengalami peningkatan zat gizi
dan energi (NI–5.2) digunakan karena 4 tertentu seperti protein, lemak, kalium,
pasien mengalami status gizi kurang dan dan natrium. Dan sebagian besar pasien
buruk. Pada penelitian ini, hasil disertai dengan komplikasi penyakit lain
pemeriksaan fisik klinis 6 pasien seperti gagal ginjal (peningkatan zat gizi
mengalami penurunan nafsu makan dan protein, kalium, dan natrium), diabetes
merasa mual sehingga dapat mellitus (karbohidrat, protein, lemak, dan
mengakibatkan semakin menurunnya lain sebagainya) dan komplikasi penyakit
asupan dalam tubuh. Diagnosis ini juga lainnya.

88 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

Tabel 19. Diagnosis Gizi pada Pasien Pada penelitian didapat domain
No Domain Etiologi
Nutrition klinis (NC-2.2) perubahan nilai
Behaviour laboratorium berkaitan dengan penurunan
1 Pengetahuan Belum mendapatkan
yang kurang edukasi gizi terkait fungsi hati. Pada pasien A5 dan A6
(NB 1.1) dengan penyakitnya
dengan anemia Normocytic Normo-
ditandai konsumsi
teh/kopi setiap hari chromic (anemia karena pengeluaran atau
>3x, konsumsi
minuman berenergi dekstruksi darah yang berlebih sehingga
dan bersoda
menyebabkan sumsum tulang harus
2 Kekeliruan Konsumsi makanan
pola makan yang pedas bekerja lebih keras lagi dalam eritopo-
(NB 1.5)
3 Intake Belum pernah iesis) tidak hanya dapat diberikan dengan
makanan mendapatkan edukasi asupan makanan saja sehingga diperlukan
yang tidak gizi ditandai konsumsi
aman (NB- alkohol kolaborasi dengan tim medis lain, hal ini
3.1)
juga sama pada pasien dengan albumin

Pengetahuan yang kurang tentang rendah harus berkolaborasi untuk transfusi

pemilihan makanan yang kurang (NB– albumin seperti Comafusin (A2, A4, A5,);

1.1) merupakan salah satu penyebab albumin 20% (A3) dan lain sebagainya.

terjadinya penyakit sirosis hepatis. Pada Intervensi Gizi

penelitian ini, 5 pasien mendapatkan Pada hasil skrinning didapatkan

diagnosis gizi pengetahuan yang kurang. bahwa seluruh pasien beresiko malnutrisi.

Berdasarkan hasil wawancara kepada Sering ditemukan adanya pemecahan

pasien, riwayat gizi dahulu sebanyak 6 protein oleh otot karena sintesis protein

pasien sirosis hepatis mengatakan bahwa atau pemecahan protein oleh hati telah

mereka tidak mengerti apa yang menurun fungsinya. Oleh karena itu,

seharusnya dimakan dan bagaimana intervensi diet yang banyak diberikan

menjaga higene. yaitu dengan prinsip diet tinggi protein


dan tinggi energi.
Tabel 20. Terapi Diet (Jenis, Bentuk, Cara dan Frekuensi Pemberian Diet)
Pasien Jenis Diet Ben-tuk Cara Frekuensi pemberian
Pemberian
N80 (1300 kkal) Cair NGT 300, 200, 300, 300 dan 200
A1 TKTP II (2007,5 Lunak Oral 3x1
kkal)
A2 DM (1300 kkal) Cair NGT 300, 200, 300, 300 dan 200
RP 40 Lunak Oral 3x1
A3 (1492,6 kkal)
RP (1300 kkal) Cair Oral 300, 200, 300, 300 dan 200
A4 N80 (1300 kkal) Cair NGT 300, 200, 300, 300 dan 200
A5 N80(1300 kkal) Cair NGT 300, 200, 300, 300 dan 200
A6 N80(1300 kkal) Cair NGT 300, 200, 300, 300 dan 200

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 89


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

Hal tersebut dapat mencegah konsumsi yang kurang dikarenakan pasien


pemecahan protein. Pada pasien, rasio diberikan diet secara bertahap berupa
asam amino rantai cabang (BCAA) makanan enteral (cair).
misalnya isoleusin, leusin dan valine Pada pasien A1 terjadi perubahan
terhadap asam amino aromatic misalnya diet dari cair N80 menjadi TKTP II dalam
fenilalanin, triptofan dan tirosin sering bentuk lunak dihari ke 2 sebagai
ditemukan abnormal terutama pada pasien peralihan, hal ini dikarenakan prognosis
mengalami malnutrisi. Lieber (1999) pasien mulai membaik, tidak sesak dan
menjelaskan menjaga resio kedua macam tidak merasakan mual. Diet TKTP II
asam amino (BCAA dan AAA) ini dapat diberikan kepada pasien A1 karena kadar
menghindarkan pasien dengan sirosis hemoglobin yang rendah, sedangkan pada
terhadap kejadian ensefalopathy hepatic. pasien A3 terjadi perubahan diet dihari
Selain itu, asupan karbohidrat dan lemak kedua dari diet RP 40 bentuk lunak
juga perlu diperhatikan untuk mencegah menjadi cair RP dikarenakan pasien
terjadinya pemecahan yang mengakibat- mengalami mual.
kan malnutrisi. Pada formula enteral rumah sakit
Pada intervensi gizi sering N80 yang tersusun dari bubuk FCM (full
dilakukan oleh ahli gizi namun tidak cream), susu bubuk skim, minyak kelapa
dituliskan domain pada form asuhan gizi, dan gula halus. Dimana bahan-bahan
ND-1.2 modifikasi distribusi, jenis atau tersebut memiliki keunggulan antara lain
jumlah makanan dan zat gizi pada waktu pada bubuk FCM padat energi sehingga
makan atau waktu khusus, karena pada dapat meningkatkan asupan energi pada
pasien sirosis hepatis banyak pasien pasien, susu bubuk skim yaitu rendah
dengan penurunan kesadaran sehingga lemak, minyak kelapa yang mengandung
ahli gizi memberikan makanan cair pada MCT sehingga mudah dicerna atau
pasien dengan rute dan pemberian diserap, sifat kelarutan MCT didalam air
makanan sesuai atas perintah dokter yaitu yang lebih tinggi sehingga MCT dapat
6x200cc dengan rute oral atau NGT (Naso memasuki sistem sirkulasi ke dalam hati
Gastric Tube). Jika intervensi yang secara langsung melalui pembuluh darah
diberikan dalam bentuk cair energi yang balik (vena) dengan cepat dibakar menjadi
didapat pasien yaitu 1 cc setara 1 kkal, energi, yang berarti MCT tidak tersimpan
yang berarti pasien mendapat 1300 cc = atau tertimbun didalam jaringan tubuh.
1300 kkal per hari (lampiran 13). Pada Sifat MCT yang tidak termetabolisme
data riwayat gizi sekarang terlihat seperti lemak konvensional dapat menjadi
sebagian besar pasien memiliki tingkat

90 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

sumber energi yang baik bagi pasien yang edukasi ditandai pada riwayat gizi dahulu
mengalami gangguan penyerapan lemak. sebagian besar pasien sirosis hepatis
Pada formula enteral rumah sakit memiliki riwayat gizi dahulu sering
DM yang tersusun dari susu bubuk skim mengonsumsi teh atau kopi setiap hari
yang rendah lemak dan mempunyai lebih dari 3 kali sehari yaitu terjadi pada 4
indeks glikemik yang rendah, bubuk soya pasien, minum minuman berenergi atau
isoflavon yang dapat menurunkan bersoda 2 pasien dan minum minuman
resitensi insulin dan memperbaiki kontrol beralkohol sejak usia 20 tahun pada 1
glukosa darah, minyak canola mengan- pasien.
dung asam lemak tak jenuh ganda yaitu Monitoring dan Evaluasi
omega 3 dan mengandung asam lemak Rencana monitoring dan evaluasi
jenuh yang rendah, minyak kelapa terdapat antropometri, biokimia, fisik
mengandung MCT, maltodekstrin meru- klinis, dietary intake dan edukasi.
pakan larutan terkonsentrasi dari sakarida Antropometri
yang diperoleh dari hidrolisa pati yang LILA merupakan salah satu
dapat mengikat air pada produk makanan pengukuran anthropometri terpenting.
sehingga dapat mempengaruhi tingginya Pengukuran LILA ini akan dilakukan pada
kadar serat. awal dan akhir pengamatan, kemudian
Pada Domain Edukasi dan akan dihubungkan dengan status gizi
Konseling Intervensi gizi yang sering dengan indicator LILA/U. Monitoring dan
dilakukan oleh ahli gizi, namun tidak evaluasi antropometri pada pasien sirosis
dituliskan domain pada form asuhan gizi. hepatis 100% dilakukan oleh ahli gizi.
Domain E-1.1 pemberian edukasi gizi Berdasarkan tabel 21 dapat
terkait pengaturan makan sesuai dengan diketahui bahwa monitoring dan evaluasi
kondisi pasien. Pada 6 pasien dalam antropometri pengukuran LILA dari awal
kondisi penurunan kesadaran sehingga sampai akhir terdapat 2 pasien dengan
edukasi dilakukan pada keluarga pasien status gizi kurang, sedangkan 2 pasien
dengan tujuan agar keluarga mengerti dan lainnya dengan status gizi buruk. Hal ini
mengetahui diet yang harus dijalani dan sejalan dengan penelitian Tsiaousi dkk
dapat menerima makanan yang disediakan (2008) menjelaskan bahwa gizi kurang
selama dirawat di rumah sakit serta sering dijumpai 80% pasien sirosis hepatis
memberikan motivasi kepada pasien dan dan bahkan pada beberapa uji klinis pada
diet diberikan secara bertahap. Pada pasien dengan kategori Child Pugh A
penelitian ini sebelum pasien masuk didapatkan prevalensi malnutrisi menca-
rumah sakit, belum pernah mendapatkan pai 25%.

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 91


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

Tabel 21. Hasil Monitoring dan Evaluasi Pasien berdasarkan Pengukuran


Antropometri
Pasien Awal Akhir
LILA = 29 cm LILA = 29 cm
A1 Normal Normal
%LILA = 90% %LILA = 90%
LILA = 18,5 cm LILA = 18,5 cm
A2 Buruk Buruk
%LILA = 57,4% %LILA = 57,4%
LILA = 23 cm LILA = 23 cm
A3 Kurang Kurang
%LILA = 71,4% %LILA = 71,4%
LILA = 35 cm LILA = 35 cm
A4 Overweight Overweight
%LILA = 117% %LILA = 117%
LILA = 18 cm LILA = 15 cm
A5 Buruk Buruk
%LILA = 59,4% %LILA = 49,5%
LILA = 21,5 cm LILA = 21,5 cm
A6 Kurang Kurang
%LILA = 66,7% %LILA = 66,7%

Parameter penilaian status gizi hemoglobin pada 4 pasien penurunan


pasien sirosis hepatis seluruhnya kadar hemoglobin. Dari hasil tersebut
menggunakan LILA dikarenakan rata-rata dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya
pasien tersebut terdapat pada ruang dan pasien memiliki kadar hemoglobin yang
dalam kondisi kegawatan (High Care rendah, hal ini disebabkan pada beberapa
Unit) dan pasien disertai dengan edema pasien terjadi perdarahan pada saluran
dan asites. Timbunan air tersebut dapat cerna (hematemesis atau melena). Pada
mempengaruhi berat badan pada pasien, penelitian ini memiliki hasil yang sesuai
sehingga pengukuran LILA efektif dengan penelitian yang dilakukan oleh
digunakan sebagai parameter penilaian Patastik Y.Z, dkk 2014 mengungkapkan
status gizi karena massa otot pada lengan sebanyak 16% pada pasien sirosis hepatis
tidak mempengaruhi adanya timbunan yang dirawat inap di RSUP Prof. Dr. R.D
cairan. Kandou Manado mengalami penurunan
Biokimia kadar hemoglobin.
Tabel 22. Hasil Monitoring dan
Evaluasi Kadar Hemoglobin
Hemoglobin Tabel 23. Hasil Monitoring dan Eva-
Pasien (g/dl) Kesimpulan luasi Eritrosit
Awal Akhir Eritrosit (106/uL)
Pasien Kesimpulan
A1 9,9 8,2 Turun Awal Akhir
A2 10,2 10 Turun A1 3,9 2,42 Turun
A3 8,6 8 Turun A2 2,76 2,76 Tetap
A4 12 12 Tetap A3 3,59 3,35 Turun
A5 11,2 10,7 Naik A4 3,58 3,6 Naik
A6 7,3 6,6 Turun A5 3,89 3,72 Turun
A6 2,51 2,31 Turun
Berdasarkan tabel 42 menunjukkan
Berdasarkan tabel 23 menunjukkan
bahwa hasil monitoring dan evaluasi kadar
bahwa pada sebagian besar mengalami

92 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

penurunan kadar eritrosit yaitu pada 4 mus yaitu peningkatan kerja limpa dalam
pasien, hal ini membuktikan bahwa penghancuran komponen darah termasuk
terdapat anemia pada beberapa pasien. leukosit. Keadaan leukopenia akan
Penyebab utama dikarenakan terdapat menimbulkan kelainan sistem imun berat
perdarahan saluran cerna yang mengaki- pada pasien sirosis hepatis. Imunosupresi
batkan penurunan kadar eritrosit dalam akan mengakibatkan tingginya penyakit
tubuh. infeksi pada pasien sirosis hepatis.
Tabel 24. Hasil Monitoring dan Eva- Komplikasi infeksi yang sering terjadi
luasi Leukosit yaitu SBP (Spontaneous Bacterial
Leukosit (103/uL)
Pasien Kesimpulan Peritonitis), Infeksi Traktus Urinarius,
Awal Akhir
A1 12,69 2,98 Turun Infeksi Saluran Pernapasan dan Bakteri-
A2 12,18 12,18 Tetap
A3 21,18 14,57 Turun emia. Bahkan pada pasien sirosis hepatis
A4 11,5 17,33 Naik memiliki resiko kematian karena sepsis
A5 3,72 5,54 Naik
A6 19,3 18,52 Turun lebih tinggi dibandingkan dengan pasien
non sirosis akibat imunosupresi. Dari hasil
Berdasarkan tabel 24 menunjukkan pemeriksaan jumlah leukosit biasanya
bahwa leukosit pada 3 pasien sirosis akan dikaitkan dengan liter HBsAg yang
hepatis mengalami penurunan. Sebagian terdapat dalam serum pasien sebagai
besar pasien memiliki nilai leukosit yang penegasan bahwa adanya infeksi virus
tinggi, hal ini menunjukkan bahwa hepatitis di hati (Sulaiman Ali dan
terdapat infeksi pada pasien. Infeksi pada Julitasari, 2010 dalam Getas I. W, 2016).
pasien disebabkan oleh komplikasi pada
penyakit seperti terdapat asites atau Tabel 25. Hasil Monitoring da Evaluasi
Hematokrit
retensi cairan dimana cairan yang menum-
Hematokrit (%) Kesimpulan
Pasien
puk dalam tubuh, cairan yang menumpuk Awal Akhir
A1 30,4 19,1 Turun
membuat bakteri berkembang biak dengan
A2 27,6 27,6 Tetap
baik, oleh karena itu pasien mudah A3 27,4 25,8 Turun
A4 35,5 35,8 Naik
terinfeksi, selain itu status gizi yang
A5 32,8 31,1 Turun
kurang juga dapat mengakibatkan A6 20,7 19,3 Turun
terjadinya infeksi.
Berdasarkan tabel 25 menunjukkan bahwa
Regina V, dkk (2011) menjelaskan
hematokrit pada 4 pasien mengalami
bahwa pada pasien sirosis hepatis terjadi
penurunan 6 pasien mengalami penurunan
hipertensi portal yang menyebabkan
kadar hematokrit, dari 6 pasien memiliki
splenomegaly sekitar 36 – 92%.
kadar hematokrit yang rendah. Pada
Splenomegali mengakibatkan hiperslenis-
penelitian ini memiliki hasil yang sesuai

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 93


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

dengan penelitian yang dilakukan oleh MCH pada 3 pasien mengalami


Zanatta Gabriela P, dkk (2014) penurunan.
menjelaskan bahwa pada pasien sirosis
hepatis hasil laboratorium hematokrit di Tabel 27. Hasil Monitoring dan Eva-
luasi MCV, MCH dan MCHC
bawah normal atau rendah pada 17 pasien Pasien Awal Akhir Kesimpulan
(54,8%). MCV (fL)
A1 77,9 78,9 Turun
Tabel 26. Hasil Monitoring dan Eva- A2 100 100 Tetap
luasi Trombosit A3 76,3 77,0 Naik
Trombosit A4 99,2 99,4 Naik
Pasien (103/uL) Kesimpulan A5 84,3 83,6 Turun
Awal Akhir A6 82,5 83,5 Naik
A1 100 47 Turun MCH (pg)
A2 126 126 Tetap A1 25,4 25,2 Turun
A3 106 57 Turun A2 37,0 37,0 Tetap
A4 112 124 Naik A3 24,0 23,9 Turun
A5 93 41 Turun A4 33,5 33,9 Naik
A6 100 97 Turun A5 28,6 28,8 Naik
A6 29,1 28,6 Turun
MCHC (g/dL)
Berdasarkan tabel 26 menunjukkan
A1 32,6 31,9 Turun
bahwa hasil monitoring dan evaluasi A2 37,0 37,0 Tetap
A3 31,4 31,0 Turun
trombosit pada 6 pasien sirosis hepatis A4 33,8 34,1 Naik
memiliki nilai trombosit yang fluktuatif, A5 34,1 34,4 Naik
A6 35,3 34,2 Turun
dan 4 pasien mengalami penurunan hasil
pemeriksaan kadar trombosit. Dari hasil
Gultom Ida N, dkk (2003)
tersebut dapat diketahui bahwa seluruhnya
menjelaskan bahwa sebanyak 7 pasien
memiliki trombosit yang rendah. Al
(18,9%) penderita sirosis hepatis memiliki
Hijjah F, dkk (2017) menjelaskan bahwa
jumlah MCV yang rendah, 10 pasien
sebanyak 52 pasien (66,7%) penderita
(27%) MCH yang rendah dan 27 pasien
sirosis hepatis memiliki jumlah trombosit
(73%) memiliki jumlah MCH yang tinggi.
yang rendah sesuai dengan derajat berat
Mean Corpuscular Volume (MCV)
ringannya penyakit sirosis hepatis. Al
merupakan pemeriksaan yang cukup
Hijjah F, dkk juga menjelaskan penderita
akurat dan merupakan parameter yang
sirosis hepatis dengan perdarahan yang
sensitive terhadap perubahan eritrosit bila
termasuk klasifikasi Child Pugh C
dibandingkan dengan pemeriksaan MCHC
cenderung mengalami trombositopenia.
dan MCH dan untuk mengetahui kemung-
Berdasarkan tabel 27 menunjukkan
kinan terjadinya defisiensi besi, sedang-
bahwa hasil monitoring dan evaluasi
kan sebanyak 10 pasien (27%) penderita
didapatkan MCV pada 3 pasien meng-
sirosis hepatis memiliki jumlah MCHC
alami kenaikan sedangkan MCH dan

94 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

yang rendah sedangkan 27 pasien (73%) Tabel 29. Monitoring dan Evaluasi
memiliki jumlah MCHC yang tinggi. SGOT dan SGPT
Pasien Awal Akhir Kesimpulan
SGOT (u/L)
A1 27,0 29,0 Naik
Tabel 28. Monitoring dan Evaluasi
A2 102 2 Turun
Bilirubin Direk dan Indirek
A3 118 102 Turun
Pasien Awal Akhir Kesimpulan A4 53 - Tetap
Bilirubin Direk (mg/dl) A5 46 - Tetap
A1 - - - A6 100 - Tetap
A2 8,08 - - SGPT (u/L)
A3 7,88 - - A1 25 23 Turun
A4 2,74 - - A2 67 67 Tetap
A5 - - - A3 39 38 Turun
A6 - - - A4 26 - -
A5 15 - -
Bilirubin Indirek (mg/dl)
A6 23 - -
A1 - - -
A2 1,83 - -
A3 1,2 2,86 Naik Enzim transminasi meliputi enzim
A4 3,09 - - alanine transaminase (ALT) atau serum
A5 - - -
A6 - - - glutamate piruvattransferase (SGPT) dan
aspartate transaminase (AST) atau serum
Berdasarkan tabel 28 menunjukkan glutamate oxaloacetate transferase
bahwa hasil monitoring dan evaluasi (SGOT). SGOT (Serum Glutamic Oxalo-
bilirubin direk dilakukan pemeriksaan acetic Transaminase) atau juga dinamakan
laboratorium pada 3 pasien memiliki nilai AST (Aspartat Aminotransferase) meru-
bilirubin direk dan indirek yang cende- pakan enzim yang dijum pai dalam otot
rung tinggi. Pada penelitian ini memiliki jantung dan hati, sementara dalam
hasil yang sesuai dengan penelitian yang konsentrasi sedang dijum pai pada otot
dilakukan oleh Gultom Ida N, dkk (2003) rangka, ginjal dan pankreas. Pengukuran
menjelaskan bahwa hasil laboratorium aktivitas SGPT dan SGOT serum dapat
bilirubin rata-rata 3,7 mg/dl, bilirubin menunjukkan adanya kelainan sel hati
direk 1,75 mg/dl dan bilirubin indirek 2,0 tertentu, meskipun bukan merupakan uji
mg/dl yang cenderung tinggi. fungsi hati sebenarnya pengukuran
Berdasarkan tabel 29 menunjukkan aktivitas enzim ini tetap diakui sebagi uji
bahwa hasil monitoring dan evaluasi fungsi hati. Peningkatan SGPT atau
memiliki nilai SGOT 4 pasien yang tinggi SGOT disebabkan perubahan permiabili-
dan SGPT pada 5 pasien sirosis hepatis tas atau kerusakan dinding sel hati
memiliki nilai SGOT yang normal. sehingga digunakan sebagai penanda
gangguan integritas sel hati (hepato-
seluler). Indah Agustina D. I. V, (2011)

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 95


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

menjelaskan bahwa 12 sampel (30%) dengan kadar albumin kurang dari 3,0 g/dl
mendapatkan hasil pemeriksaan SGPT sebanyak 91,8%.
yang normal, sedangkan 6 sampel (15%) Hasan I dan Indra T. A (2008)
jumlah hasil pemeriksaan SGPT mening- menjelaskan bahwa hipoalbuminemia atau
kat. penurunan kadar albumin di dalam darah
adalah salah satu komplikasi yang umum
Tabel 30. Monitoring dan Evaluasi ditemui pada pasien sirosis hepatis.
Albumin Perubahan konsentrasi albumin ini diduga
Albumin (g/dl) Kesimpulan
Pasien disebabkan karena penurunan sistesis,
Awal Akhir
A1 4,06 4,06 Tetap peningkatan metabolisme, perubahan
A2 1,83 1,83 Tetap
A3 1,64 2,1 Naik volume distribusi, dan asupan makanan
A4 3,36 2,36 Turun
yang rendah. Sintesis albumin sendiri
A5 1,99 2,26 Naik
A6 2,11 2,11 Tetap dipengaruhi oleh faktor nutrisi dan adanya
inflamasi. Pada penyakit sirosis hepatis,
Berdasarkan tabel 30 menunjukkan akan terjadi beberapa proses yang
bahwa dari 6 pasien yang dilakukan menyebabkan malnutrisi.
pemeriksaan kadar albumin, 5 pasien Faktor yang berperan terhadap
memiliki kadar albumin yang rendah. kadar albumin dalam darah adalah
Nilai rata-rata kadar albumin pasien rendahnya asupan protein sebagai akibat
sirosis hepatis yaitu sebesar 2,20 g/dl, dari kurangnya asupan energi. Rosmalina Y,
hasil tersebut dapat diketahui bahwa kadar dkk (2009) menjelaskan perubahan
albumin pasien sirosis hepatis termasuk albumin darah terjadi dalam waktu yang
kategori rendah. Pada penelitian ini lama, sehingga menggambarkan
didapatkan 4 pasien dengan status gizi terjadinya penurunan deplesi protein
berdasarkan albumin deplesi berat dalam jangka waktu yang lama.
(albumin <2,5 g/dl) dan 1 pasien deplesi
ringan (albumin 3-3,5 g/dl). Lovena A, Fisik Klinis
dkk (2017) menjelaskan bahwa kadar
Tabel 31. Monitoring dan Evaluasi
albumin terbanyak pada pasien sirosis Tekanan Darah
hepatis adalah pasien dengan kadar Tekanan darah
Kesimpulan
Pasien (mmHg)
albumin kurang dari 3,0 g/dl (71,4%). Hal Awal Akhir
ini sesuai dengan penelitian Budiyasa et al A1 121/76 130/80 Naik
A2 110/65 120/70 Naik
(2011) dalam Lovena A, dkk (2017) yang A3 110/70 110/80 Naik
juga mendapatkan pasien terbanyak A4 155/96 110/70 Turun
A5 99/80 90/60 Turun
A6 170/95 90/50 Turun

96 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

Berdasrkan tabel 31 menunjukkan Berdasrkan tabel 32 menunjukkan


bahwa hasil monitoring dan evaluasi TTV bahwa hasil monitoring dan evaluasi TTV
atau tanda-tanda vital berdasarkan tekanan atau tanda-tanda vital berdasarkan nadi
darah pada 6 pasien sirosis hepatis memi- pada 6 pasien sirosis hepatis memiliki
liki tekanan darah yang fluktuatif. Pada hasil pengukuran nadi yang fluktuatif.
penelitian ini dapat diketahui bahwa seba- Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa
gian besar pasien sirosis hepatis diperoleh hampir seluruh pasien sirosis hepatis
3 pasien terdapat peningkatan tekanan diperoleh 5 pasien (83,33%) terdapat
darah termasuk dalam kategori normal peningkatan hasil pemeriksaan nadi
sampai tinggi. Menurut Setiawan M termasuk dalam kategori normal sampai
(2011) sekuele utama Cirrhosis Hepatis cepat.
adalah hipertensi portal. Tekanan portal
yang normal adalah antara 5-10 mmHg. Tabel 33. Monitoring dan Evaluasi
GCS
Pada hipertensi portal terjadi kenaikan GCS
Pasien Kesimpulan
tekanan dalam sistem portal yang lebih Awal Akhir
A1 456 456 Compos Mentis
dari 15 mmHg dan bersifat menetap. A2 456 312 Somnolen
A3 456 323 Somnolen
Keadaan ini akan menyebabkan limpa A4 446 224 Somnolen
membesar (splenomegali), pelebaran pem- A5 456 224 Somnolen
A6 332 224 Somnolen
buluh darah kulit pada dinding perut
disekitar pusar (caput medusae), pada Berdasrkan tabel 33 menunjukkan

dinding perut yang menandakan sudah bahwa hasil monitoring dan evaluasi GCS

terbentuknya sistem kolateral, wasir pada 6 pasien memiliki GCS Somnolen.

(hemorrhoid), dan penekanan pembuluh Penurunan kesadaran pada penelitian ini

darah vena esofagus atau cardia (varices disebabkan oleh prognosis pasien yang

oesophagus) yang dapat menimbulkan semakin memburuk, sedangkan pada

muntah darah (hematemesis), atau berak pasien dengan kesadaran compos mentis

darah (melena). (Podolsky, 2005 dalam (CM) prognosis pasien membaik hingga

Setiawan M, 2011). pasien keluar rumah sakit.

Tabel 32. Monitoring dan Evaluasi Dietary Intake


Nadi Berdasrkan tabel 34 menunjukkan
Nadi (x/menit) bahwa hasil monitoring dan evaluasi
Pasien Kesimpulan
Awal Akhir
A1 72 84 Naik asupan energi bahwa 3 pasien mengalami
A2 86 88 Naik penurunan asupan energi. Hal ini
A3 68 84 Naik
A4 110 130 Naik disebabkan karena kondisi pasien yang
A5 84 94 Naik mengalami penurunan nafsu makan,
A6 101 84 Turun
sesak, mual, muntah dan lain sebagainya,

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 97


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

ahli gizi memberikan diet secara bertahap. dan lain sebagainya. Pada beberapa pasien
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa juga terdapat pembatas zat gizi protein
sebagian besar pasien sirosis hepatis sehingga ahli gizi memberikan diet secara
diperoleh 3 pasien dengan tingkat bertahap.
konsumsi energi termasuk dalam kategori Hasil monitoring dan evaluasi
kurang menurut WNPG 2004. bahwa 4 pasien mengalami penurunan
asupan lemak. Hal ini disebabkan karena
Tabel 34. Monitoring dan Evaluasi kondisi pasien yang mengalami penurun-
Tingkat Konsumsi
Tingkat an nafsu makan, sesak, mual, muntah dan
Pasien Konsumsi (%) Kesimpulan lain sebagainya. Hasil monitoring dan
Awal Akhir
Energi evaluasi, 4 pasien mengalami penurunan
A1 62,8 72,5 Naik asupan karbohidrat. Hal ini disebabkan
A2 97 80 Turun
A3 37,6 43,0 Naik karena kondisi pasien yang mengalami
A4 105 88 Turun penurunan nafsu makan, sesak, mual,
A5 104,7 96 Turun
A6 66,3 75 Naik muntah dan lain sebagainya. Dari hasil
Protei tersebut dapat diketahui bahwa diperoleh
n
A1 75,8 72,5 Turun 6 pasien dengan tingkat konsumsi karbo-
A2 97 80 Turun
hidrat termasuk dalam kategori kurang.
A3 71 68,0 Turun
A4 145 122 Turun Edukasi
A5 152 103,5 Turun
Monitoring terhadap pemahaman
A6 106 84,5 Turun
Karbo pasien mengenai edukasi yang diberikan
hidrat
A1 47,06 71,5 Naik
dan mau melaksanakan edukasi yang
A2 78,6 63 Turun diberikan dengan target pemahaman
A3 37,0 47 Naik
A4 66 53 Turun pasien meningkat 80% yang dipantau
A5 74 60 Turun dengan cara lisan yaitu tanya jawab
A6 50,5 44 Turun
Lemak dengan pasien. Pada penelitian ini baik
A1 59,2 61 Naik pasien maupun keluarga pasien mema-
A2 119 106 Turun
A3 28 25,0 Turun hami edukasi yang telah diberikan oleh
A4 97 127 Naik ahli gizi, hal ini diandai dari tingkat
A5 70 111,5 Naik
A6 62,4 81,8 Naik konsumsi pada sebagian besar pasien
meningkat.
Hasil monitoring dan evaluasi
bahwa 6 pasien mengalami penurunan KESIMPULAN
asupan protein. Hal ini disebabkan karena Pengukuran antropometri sebagai

kondisi pasien yang mengalami penuru- penilaian status gizi pada 6 pasien sirosis

nan nafsu makan, sesak, mual, muntah hepatis menggunakan Lingkar Lengan

98 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

Atas (LLA) dan didapat 4 pasien dengan dari 3 kali setiap hari yaitu sebanyak 4
status gizi kurang sampai dengan buruk. pasien. Riwayat gizi sekarang terdapat 4
Kadar hemoglobin dan hematokrit pasien dengan asupan energi, protein dan
terdapat 5 pasien memiliki kadar hemo- lemak dalam kategori kurang, sedangkan
globin dan hematokrit rendah. Hasil asupan karbohidrat terdapat 6 pasien
laboratorium eritrosit dan trombosit ter- dengan tingkat konsumsi dalam kategori
dapat 6 pasien memiliki nilai laboratorium kurang.
yang rendah. Pemeriksaan laboratorium Diagnosis gizi pasien sirosis hepatis
MCV, MCH dan MCHC didapatkan hasil dengan domain kekurangan intake maka-
bahwa 6 pasien mengalami anemia, nan dan minuman oral (NI – 2.1), mal-
masing-masing 2 pasien mengalami nutrisi protein dan energi yang nyata (NI –
anemia microcytic hypochromic, anemia 5.2), penurunan zat gizi tertentu (NI – 5.4)
normocytic normochromic dan macro- terdapat pada 5 pasien dan domain
cytic. Leukosit terdapat 5 pasien memiliki pengetahuan yang kurang (NB – 1.1)
hasil laboratorium yang tinggi. Pemerik- terdapat pada 5 pasien.
saan bilirubin total, direk dan indirek pada Intervensi gizi pada pasien sirosis
3 pasien yang memiliki nilai laboratorium hepatis dengan domain pemberian atau
yang tinggi. Pemeriksaan SGOT terdapat modifikasi distribusi, jenis atau jumlah
5 pasien dengan hasil yang tinggi, makanan dan zat gizi pada waktu makan
sedangkan SGPT terdapat 5 pasien dengan atau waktu khusus (ND-1.2) dan domain
hasil yang normal, sedangkan kadar pemberian edukasi terkait pengaturan
albumin rendah sebanyak 5 pasien. Pada makan sesuai kondisi pasien (E-1.1)
pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa 6 digunakan oleh 6 pasien.
pasien mengalami lemas, BAK warna teh, Pada monitoring dan evaluasi status
nafsu makan menurun dan nyeri pada gizi dengan pengukuran LILA didapatkan
perut; 5 pasien mengalami mual, mata 2 pasien dengan status gizi kurang dan 2
kuning, BAB hitam, asites dan sesak nafas pasien dengan status gizi buruk. Pada
serta 4 pasien memiliki edema. Pemerik- biokimia didapatkan monitoring dan
saan klinis menujukkan 3 pasien dengan evaluasi yang fluktuatif pada 6 pasien.
tekanan darah rendah, 4 pasien dengan Fisik klinis didapatkan 4 pasien dengan
nadi normal, dan 5 pasien GCS ringan. peningkatan tekanan darah dan 3 pasien
Pada penelitian ini didapatkan mengalami penurunan GCS atau
riwayat penyakit dahulu pada 4 pasien kesadaran, hal ini menyebabkan moni-
dengan hepatitis B. Riwayat gizi dahulu toring dan evaluasi asupan makanan yang
sering mengonsumsi teh atau kopi lebih fluktuatif cenderung menurun.

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 99


Gambaran Asuhan Gizi Pada Pasien Sirosis Hepatis (Yusminingrum, dkk)

DAFTAR PUSTAKA Lippincott Williams & Wilkins,


Ahmad, J. 2014 Portal Hypertensive USA. Diterjemahkan: Subekti, N,
Bleeding. In: Ahmad, J., B. EGC, Jakarta
Friedman, S.L., & Dancygier, H.
Mount Sinai Expert Guiedes Dancygier, H. 2014. Spontaneous
Hepatology. UK : John Wiley & bacterial peritonitis. In: Ahmad
Sons, Ltd, 196-208 J., Friedman, S.L., & Dancygier,
H. Monal Sinai Expert Guides
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Hepatology. UK: John Wiley &
Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pus- Sons, Ltd, 227-234
taka Utama
Gibson RS. 2005. Principal of Nutrition
Almatsier, S. 2010. Buku Penuntun Diet. Assesment. Oxford: Oxford
Cetakan keduapuluh lima. Jakarta University Press
: PT. Gramedia Pustaka Utama
Gibson, J. 2002. Fisiologi dan Anatomi
American Dietetic Association, 2011, Modern untuk Perawat. Diterje-
International Dietetics & Nutri- mahkan oleh Sugiarto, B. Jakarta:
tion Terminology (IDNT) Refe- EGC, 207-216
rence Manual: Standarized
Language for The Nutrition Care Hasan, I dan Araminta A,P. 2014.
Process 3rd Edition. Chicago, IL. Ensefalopati Hepatik : Apa,
Mengapa dan Bagaimana?. Lead-
Badan Penelitian dan Pengembangan ing Article, 2 : Vol. 27, No.3.
Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta: Kalaitzakis E, Olsson R, Henfridsson P,
Kementrian Kesehatan RI Hugosson I, Bengtsson M, Jalan
R. 2007. Malnutrition and dia-
Bare BG., Smeltzer SC. 2001. Buku Ajar betes mellitus are related to hepa-
Keperawatan Medikal Bedah. Ja- tic encephalopathy in patients
karta: EG100C. Hal : 45-47 with liver cirrhosis. Liver Interna-
tional 2007; 27: 1194-201 (dalam
Budhiarta, D.M.F. 2014. Penatalaksanaan Ndraha, S. 2015. Ensefalopati
Dan Edukasi Pasien Sirosis Hati Hepatikum Minimal. Continuing
Dengan Varises Esofagus Di MEDICAL Education Continuin
Rsup Sanglah Denpasar Tahun Ahli Penyakit Dalam, Konsultan
2014. Jurnal Medika, VOL. 5 Gastroenterohepatologi, Fakultas
NO.7, JULI, 2016: 1-2, Denpasar Kedokteran Ukrida CDK-234/
vol. 42 no. 11, th. 2015, Jakarta.
Cornelia, Sumedi, E., Anwar, I., Ramayu-
lis, R., Iwaningsih, S., Kresna- Kementrian Kesehatan RI. 2014. Pedo-
wan, T., Nurlita H. 2013. Konsel- man Proses Asuhan Gizi Terstan-
ing Gizi. Penebar Plus, Jakarta dar (PAGT). Kementrian Kese-
hatan RI, Jakarta
Corwin, E, J. 2001. Handbook of
Pathophysiology. Arrangement Khalili, M., & Burman, B. 2014. Liver
with Lippincott Williams & disease. In : Hammer, G. D.,
Wilkins, USA. Diterjemahkan McPhee, S.J. Pathophysiology of
oleh Pendit, B, U. EGC, Jakarta Disease: An Introduction To
Clinical Medicine, Ed. 7th, The
Corwin, E, J. 2008. Handbook of Patho- McGraw-Hill Companies, Inc,
physiology. Arrangement with 385-425, USA

100 p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516


Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: 79-101

Ndraha, S. 2015. Ensefalopati Hepatikum PT Gramedia Pustaka Utama,


Minimal. Continuing MEDICAL Jakarta.
Education Continuin Ahli Penya- Saskara, P, M, A dan Suryadarma, I, G, A.
kit Dalam, Konsultan Gastro- 2012. Case Report: Liver Cirrhos
enterohepatologi, Fakultas Kedok is. Riset Pembinaan Bagian/SMF
teran Ukrida CDK-234/ vol. 42 Ilmu Penyakit Dalam Rumah
no. 11, th. 2015, Jakarta. Sakit Umum Pusat Sanglah Den-
pasar, Denpasar
Plauth M, Cabre´ E, Riggio O, Camilo
MA, Pirlich M, Kondrup J. 2006. Sofwanhadi. 2012. Anatomi Hati. Dalam
ESPEN guidelines on enteral Sulaiman, A.H., Akbar, H.N.,
nutrition: Liver diseases. Clinical Lesmana, L.A., & Noer, H.M.S.
Nutrition 2006: 25: 285-94 Buku Ajar Ilmu Penyakit Hati.
Jakarta: Sagung Seto, 1-3.
Prasanti, D, I. 2013. Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Sudoyo, A. W. 2007. Buku Ajar Ilmu
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Penyakit Dalam. Jakarta:
Atas. Karya Tulis Ilmiah maha- Departemen ilmu penyakit dalam
siswa Program Strata-1 Kedok- FKUI.
teran Umum – Universitas Dipo-
negoro, Semarang Supariasa, I.D.N, Bakri, Bachyar., dan
Fajar, Ibnu. 2012. Penilaian Sta-
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2005). tus Gizi. Penerbit Buku Ked-
Patofisiologi: Konsep klinis okteran EGC, Jakarta.
proses-proses penyakit. (Brahm
U. Pendit: Penerjemah). Ed. 6. Supariasa, I.D.N. 2012. Pendidikan dan
Jakarta: EGC Konsultasi Gizi. Penerbit Buku
EGC, Jakarta
Pusat Data dan Informasi Kementrian
Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Suyono, Sofiana, Heru, Novianto, Riza,
Analisis Hepatitis. Jakarta: Ke- Musrifah. 2006. Sonografi Sirosis
menterian Kesehatan RI Hepatis di RSUD Dr. Moewardi.
Cermin Dunia Kedokteran , No.
Sandjaja, Budiman, B., Herartri, R., 150, 2006 : 4-5, Surakarta
Afriyansyah N., Soekatri, M.,
Sofia, G., Suharyati, Sudikno, dan Tarigan, N. 1997. Buku Ajar Ilmu Penya-
Permaesih, D. 2009. Kamus Gizi. kit Dalam Jilid I. Balai Penerbit
FKUI, Jakarta

p-ISSN: 2460-0334 e-ISSN: 2615-5516 101

You might also like