You are on page 1of 8

J.

Agroland 23 (3) : 243 - 250, Desember 2016 ISSN : 0854 – 641X


E-ISSN : 2407 – 7607

IDENTIFIKASI KUALITAS TANAH SAWAH PADA


BEBERAPALOKASI DI LEMBAH PALU DENGAN METODE
SKORING LOWERY

Assessmentof Wetland Rice Soil Quality at Several Locations in Palu


Valley Using Lowery Scoring Method
Rahmawati R.Lantoi 1), Saiful Darman2),Yosep S.Patadungan2)

1)
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu,
E-mail : Rahmawatilantoi@gmail.com
2)
Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu, E-mail : saifuldarman@yahoo.co.id
E-mail :ypatadungan@yahoo.com

ABSTRACT

The management of wetland rice lands particularly those in Lembah Palu are characterized
by intensive tillage,excessive uses of inorganic fertilizers and pesticides as well as lack of organic
fertilizer additions. Therefore, it is necessary to assess the quality of the wetland rice soils of
Lembah Palu from the aspects of soil chemical and biological characteristics. The research aimed
at identifying the chemical and biological qualities of the wetland rice soils in Lembah Palu. It was
a descriptive-explorative research conducted from May to July 2015. Soil samples taken were from
the wetland rice soil around Lembah Palu i.e. Sidondo, Sidera, Kaleke, Pantoloan, and Wombo.
The soils were analyzed in the Soil Science Laboratory, Faculty of Agriculture of Tadulako
University. The soil chemical parameters observed were pH, CEC, C-organic, N-total, P-total and
K-total whereas that a biological parameter was the total soil microbes. The soil qualities were
assessed using scoring technique based on the parameters determined. The research results
indicated that the soils taken from Sidera, Sidondo and Kaleke have criteria of not healthy whereas
those from Pantoloan and Wombo have criteria less healthy.

Keywords: Biological Characteristics, Biological Properties Of The Soil, Soil Chemical,


Soil Chemical Properties, Soil Quality, And Wetland Rice.

PENDAHULUAN Palu. Oleh sebab itu, beras tetap menjadi


komoditas strategis dalam perekonomian
Hingga saat ini dan beberapa tahun dan ketahanan pangan nasional, sehingga
mendatang, beras tetap menjadi sumber menjadi basis utama dalam revitalisasi
utama gizi dan energi bagi sebagian besar pertanian kedepan..
penduduk Indonesia terutama di Sulawesi Lahan sawah mempunyai ciri utama
Tengah, walaupun program diversifikasi yaitu tanahnya selalu tergenang. Dalam
pangan sudah sejak lama dicanangkan, pengelolaannya, perlakuan standar yang
namun belum terlihat indikasi penurunan diberikan adalah pemupukan dan pengairan.
konsumsi beras, bahkan cenderung Sumber air irigasi biasanya dari aliran
meningkat sejalan dengan meningkatnya sungai sekitar areal persawahan. Penyediaan
jumlah penduduk. Selain itu, usaha tani air oleh hujan tidak menentu dan tidak
padi telah memberikan kesempatan kerja mencukupi, oleh sebab itu mulai dibangun
dan pendapatan bagi sebagian besar saluran irigasi yang kemudian mengalami
masyarakat Indonesia terutama di Lembah peningkatan tahap demi tahap sehingga
243
menjadi irigasi teknis. Saluran irigasi teknis dengan kaidah hayati perlu digalakkan dan
ini mempunyai keunggulan dapat menahan dilibatkan secara proporsional. (Saraswati
air dengan volume dan kecepatan tinggi dkk, 2004).
sehingga tidak terjadi erosi pada tanah sawah Di Lembah Palu, desa-desa seperti
(Wirawan, 1991). Jenis pengairan dalam Sidondo, Sidera, Kaleke, Pantoloan, dan
penelitian ini adalah sawah dengan pengairan
Wombo merupakan daerah penghasil padi
irigasi teknis.
Kualitas tanah ditentukan dengan yang cukup besar untuk memenuhi
cara mengumpulkan data-data indikator kebutuhan masyarakat kota Palu akan beras.
yang telah terpilih atau Minimum Data Set Dalam mengelolah lahan pertaniannya,
(MDS). Setelah data indikator terkumpul petani menggunakan berbagai macam bahan
maka informasi tersebut kemudian dipadukan kimia sepeti pupuk anorganik dan pestisida
untuk menentukan indeks kualitas tanah. untuk meningkatkan hasil pertaniaannya.
Indeks kualitas tanah ini dapat digunakan Penggunaan pupuk anorganik dan pestisida
untuk memantau dan menaksir dampak berlebihan yang tidak sesuai dengan dosis
sistem pertanian dan praktek-praktek akan menimbulkan pencemaran pada tanah
pengelolaan lahan terhadap kualitas tanah sawah yang berdampak buruk terhadap sifat
secara kuantitatif yaitu dengan mengukur kimia dan biologi tanah sawah yang secara
atau menganalisis indikator-indikator yang umum mempengaruhi kualitas tanah sawah.
digunakan (Seybold et al., 1996) Penilitian ini bertujuan untuk
Kimia tanah sawah merupakan sifat mengidentifikasi kualitas tanah sawah
tanah sawah yang sangat penting dalam yang ditinjau dari sifat kimia dan biologi
hubungannya dengan teknologi pemupukan tanah pada beberapa lokasi berbeda di
yang efisien. Aplikasi pupuk baik jenis, Lembah Palu.
takaran, waktu maupun cara pemupukan
harus mempertimbangkan sifat kimia METODE PENELITIAN
tersebut. Sementara aktivitas mikroba tanah
sangat menentukan tingkat ketersediaan Penelitian ini dilaksanakan pada
hara dan produktivitas tanah sawah. bulan Mei sampai Juli 2015. Sampel tanah
Berdasarkan prinsip tersebut, maka pada diambil dari lahan sawah di Desa Sidondo,
penlitian ini hanya dipilih sifat kimia dan Sidera, Kaleke, Pantoloan, serta Wombo,
biologi tanah untuk diidentifikasi sebagai yang berada di kawasan Lembah Palu.
indikator kualitas tanah. Sedangkan analisis sampel tanah di laksanakan
Cara budidaya padi sawah dengan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas
menggunakan pupuk kimia yang berlebihan Pertanian, Universitas Tadulako, Palu.
dan terus-menerus perlu ditinjau kembali, Penelitian ini menggunakan
khususnya untuk mengatasi kehilangan N metode deskriptif eksploratif yang variabel
dan kejenuhan terhadap pupuk P, karena pengamatannya dilakukan melalui pengamatan
selain tidak efisien juga mengakibatkan di lapangan dengan batas amatan adalah
dampak negatif terhadap lingkungan. areal persawahan dan didukung hasil
Pemeliharaan kesehatan dan kesuburan analisis Laboratorium. Variabel yang
tanaman dengan memperhatikan aspek diamati terdiri dari sifat kimia (pH, KTK,
kesuburan dan kesehatan tanahnya merupakan C-Organik, N-Total, P-Total, K-Total)
hal yang paling penting dalam sistem dan biologi tanah (total mikroba tanah).
pertanian. Kaidah-kaidah hayati yang Selanjutnya dilakukan penilaian kualitas
mendukung rantai daur ulang yang terjadi di tanah dengan penentuan skoring kualitas
alam antara organisme produsen, konsumen tanah berdasarkan parameter yang telah
dan pengurai harus dijaga keberlangsungannya. ditentukan (data hasil pengamatan di
Penyediaan unsur hara dan pengendalian lapangan dan data hasil analisis
hama dan penyakit tanaman yang sinergis Laboratorium).

244
Tahapan Penelitian Analisis Sifat-Sifat Tanah di Laboratorium.
Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis
Pengambilan dan Pengumpulan Data di
sifat kimia dan biologi sampel tanah sawah
Lapangan. Tahapan ini diawali dengan
di Laboratorium. Adapun sifat kimia tanah
pengamatan pada lokasi yang akan
yang menjadi parameter pengamatan meliputi
dijadikan sebagai tempat pengambilan
pH tanah, KTK, C-Organik, N-Total, P-
sampel tanah dengan mengumpulkan data
Total, dan K-Total. Sedangkan sifat biologi
sekunder yaitu letak geografis, data curah
tanah yang menjadi parameter pengamatan
hujan, dan data pendukung lainnya pada
yaitu total mikroba dalam tanah.
masing-masing lokasi penelitian. .
Reaksi Tanah (pH). Reaksi tanah (pH)
Pembuatan Peta Kerja. Tahapan ini
yang diukur adalah pH H2O dan pH KCl
dilakukan setelah melakukan pengamatan
dengan nisbah tanah/larutan 1:2,5 dengan
awal dengan membuat peta satuan lahan
menggunakan elektroda kaca.
yang disebut dengan peta kerja. Peta kerja
tersebut merupakan hasil tumpang tindih C-organik. Pengukuran C-organik ditentukan
(overlay) dari semua peta yang digunakan dengan menggunakan metode Walkley dan
dalam penelitian. Peta region desa ditumpang Black.
tindih (overlay) dengan peta Rupa Bumi Kapasitas Tukar Kation (KTK). Kapasitas
Indonesia (RBI) menghasilkan peta
Tukar Kation (KTK) ditetapkan secara
administrasi Kabupaten Sigi (Desa Sidera, kolorimetri dengan metode Biru Indofenol,
Sidondo, dan Kaleke), peta administrasi atau secara destilasi.
Kabupaten Donggala (Desa Wombo), dan
peta administrasi Kota Palu yaitu Desa N-total Tanah. Pengukuran N-total dilakukan
Pantoloan. Kemudian peta administrasi dari dengan metode Kjeldahl
masing-masing lokasi ditumpang tindih P-Total Tanah. Pengukuran P-Total tanah
(overlay) dengan peta jenis tanah dan dilakukan dengan menggunakan metode
penggunaan lahan menghasilkan peta HCl 25 %.
satuan lahan (SL).Peta satuan lahan inilah
yang dijadikan dasar dalam penentuan titik K-Total Tanah. K-total tanah diukur
pengambilan sampel tanah sawah yang dengan menggunakan metode HCl 25 %.
berada pada masing-masing lokasi penelitian Total Mikroba Tanah. Penentuan total
dengan terlebih dahulu menentukan titik mikroba tanah dengan uji media Na.
koordinat dari masing-masing satuan lahan.
Deskripsi (Penilaian Kualitas Tanah).
Pengambilan Sampel Tanah. Pengambilan Penilaian kualitas tanah dilakukan dengan
sampel tanah dilakukan dengan acuan cara pengukuran indikator kualitas tanah
berdasarkan peta kerja atau peta satuan yang mengikuti atau menggunakan parameter
lahan yang telah dibuat. Tanah sawah penilaian kualitas tanah dengan metode
dipilih secara sengaja (purposive) pada skoring Lowery et al. (1996) dalam Irundu
kondisi tanah kering atau kondisi tanah (2008) sebagai berikut :
pasca panen dan pengambilan sampel tanah
dilakukan secara komposit dari setiap 1. pH Tanah
lapisan olah disetiap petak pewakil untuk 0 Nilai pH tanah < 4,5 atau > 8,5
keperluan analisis sifat kimia dan biologi 2 Nilai pH tanah berkisar antara 4,5 –
tanah di Laboratorium. Sampel tanah yang 6,5
diambil yakni sampel tanah dengan 4 Nilai pH tanah berkisar antara 6,6 –
kedalaman 0-30 cm pada lapisan top soil 8,5
kemudian dimasukkan kedalam kantong 2. KTK Tanah
plastik sampel yang telah diberi label. 0 Rendah, < 18 cmol/kg

245
2 Sedang, berkisar antara 18 – 25 HASIL DAN PEMBAHASAN
cmol/kg
4 Tinggi, > 25 cmol/kg Kriteria Penilaian Kualitas Tanah Sawah
Dari Segi Sifat Kimia Tanah.
3. Kandungan C – Organik
0 Rendah, < 2,0 g/100g Derajat Keasaman (pH). Nilai pH yang
2 Sedang, berkisar antara 2,0-3,0 berharkat masam pada beberapa sampel
g/100g tanah sawah mungkin disebabkan penggunaan
4 Tinggi, > 3,0 g/100g pupuk organik yang bersifat masam dan
tidak disertai pemberian bahan organik
4. Kandungan Unsur Hara Makro (N,P,K) berupa pupuk kandang atau jerami padi,
dalam Tanah serta intesitas curah hujan yang berbeda
0 Rendah pada lokasi penelitian.
2 Sedang Berdasarkan penilaian kriteria
4 Tinggi kualitas tanah dari segi pH tanah menunjukkan
5. Jenis Organisme Tanah bahwa semua sampel tanah sawah termasuk
0 Rendah, < 102 cfu/ml dalam kriteria kurang sehat sampai dengan
2 Sedang, 102-106 cfu/ml sehat, dimana pada sampel tanah sawah
4 Tinggi, > 106 cfu/ml yang berasal dari Desa Sidera, Sidondo,
Kaleke, dan Pantoloan tergolong kriteria
Klasifikasi Kualitas Tanah
kurang sehat karena memiliki nilai pH
Tabel 1. Nilai Skoring dan Kriteria Kualitas termasuk dalam kategori masam sampai
Tanah agak masam, sedangkan untuk sampel tanah
yang berasal dari Desa Wombo tergolong
Nilai Rata-Rata kriteria sehat karena nilai pH termasuk
Kriteria
Komponen Penilaian dalam kategori netral. Hal ini sesuai
2,8-4 Sehat dengan pernyataan Lowery et al. (1996)
1,5-2,7 Kurang Sehat dalam Irundu (2008) bahwa tanah dengan
0-1,4 Tidak Sehat pH berkisar 4,5–6,5 merupakan tanah
Sumber : Modifikasi Lowery et.al (1996) dalam dengan kriteria kurang sehat. Sedangkan
Irundu (2008) tanah yang memiliki pH seimbang atau
netral dengan kisaran niali pH 6,6-7,5
merupakan tanah dengan kriteria sehat.
Tabel 2. Hasil Penilaian Kualitas Tanah Reaksi tanah (pH tanah) tidak hanya
Berdasarkan Ph Tanah
menunjukkan sifat kemasaman atau
Asal kebasaan suatu tanah, melainkan juga
pH Skor Kriteria
Sampel berkaitan dengan sifat kimia tanah
5,00 Kurang lainnya, misalnya ketersediaan unsur hara
Sidera 2 fosfor, kation-kation basa dan lain-lain
masam sehat
(Hanudin, 2000).
5,71
Kurang
Sidondo Agak 2 Kapasitas Tukar Kation (KTK). Nilai
sehat
masam KTK pada 5 lokasi penelitian yang
5,20 Kurang berharkat sangat rendah sampai sedang
Kaleke 2
Masam sehat diduga disebabkan oleh beberapa faktor
6,36
Kurang
antara lain pH tanah pada beberapa lokasi
Pantoloan Agak 2 penelitian yang yang berharkat masam,
sehat
masam serta ketersediaan bahan organik yang
6,67 rendah hampir pada semua titik sampel
Wombo 4 Sehat
Netral tanah sawah.

246
Tabel 3. Hasil Penilaian Kualitas Tanah Tabel 4. Hasil Penilaian Kualitas Tanah
Berdasarkan KTK. Berdasarkan C-Organik.

Asal KTK Asal


Skor Kriteria C (%) Skor Kriteria
Sampel Cmol/kg Sampel
0,74
4,51
Tidak Sidera Sangat 0 Tidak sehat
Sidera Sangat 0
sehat rendah
rendah
1,50
5,62 Tidak Sidondo 0 Tidak sehat
Sidondo 0 Rendah
Rendah sehat
1,13
5,02 Tidak Kaleke 0 Tidak sehat
Kaleke 0 Rendah
Rendah sehat
2,09 Kurang
17,43 Tidak Pantoloan 2
Pantoloan 0 Sedang sehat
Sedang sehat
1,43
5,53 Tidak Wombo 0 Tidak sehat
Wombo 0 Rendah
Rendah sehat

Hal ini didukung hasil penelitian


Menurut Rusdiana & Lubis (2012),
Adiningsih (1987)Pengembalian jerami ke
bahwa nilai kapasitas tukar kation yang
tanah dapat memperlambat pemiskinan K
tinggi dipengaruhi oleh pH tanah dan
dan Si tanah, penambahan jerami juga dapat
ketersediaan bahan organik, sedangkan
meningkatkan produksi melalui perbaikan
degradasi bahan organik danC-organik
sifat kimia maupun fisika tanahjerami dapat
menjadi beberapa faktor yang menyebabkan
meningkatkan kadar C-organik, K- dapat
penurunan KTK tanah.
ditukar, Mg-dapat ditukar,kapasitas tukar
Berdasarkan penilaian kriteria
kation tanah, Si tersedia dan stabilitas
kualitas tanah jika dilihat dari segi Kapasitas
agregat tanah.
Tukar Kation (KTK) menunjukkan bahwa
semua sampel tanah sawah tergolong dalam Kandungan C-Organik. Dalam penilaian
kriteria tidak sehat, karena memiliki nilai kriteria kualitas tanah berdasarkan
KTK yang tergolong kategori mulai dari kandungan C-Organik tanah pada semua
sedang sampai sangat rendah. Hal ini sesuai sampel tanah sawah menunjukkan bahwa
dengan ungkapan Lowery et al. (1996) tanah tergolong dalam kriteria tidak sehat
dalam Irundu (2008) bahwa tanah yang (pada sampel yang berasal dari Desa Sidera,
memiliki nilai KTK rendah (< 17 cmol/kg) Sidondo, Kaleke, dan wombo), dan kriteria
merupakan tanah dengan kriteria tidak kurang sehat (sampel tanah yang berasal
sehat, sedangkan tanah yang memiliki nilai dari Desa Pantoloan), hal ini dikarenakan
KTK sedang (berkisar 18 – 25 cmol/kg) semua sampel tanah sawah memiliki niali
merupakan tanah dengan kriteria kurang C-Organik yang dikategorikan mulai dari
sehat, dan apabila tanah yang memiliki nilai sangat rendah sampai sedang. Sebagaimana
KTK tinggi (> 25 cmol/kg) merupakan yang diungkapkan Lowery et al. (1996)
tanah dengan kriteria sehat. dalam Irundu (2008), bahwa dalam
Rendahnya kadar C-Organik penilaian kualitas tanah, tanah yang
hampir pada semua sampel tanah sawah memiliki nlai C-Organik yang rendah (yaitu
diduga disebabkan oleh pola tanam yang berkisar antara 0,1 - 2,0 g/100g)
monokultur, penggunaan pupuk anorganik merupakan tanah dengan kriteria tidak
yang berlebihan yang tidak diimbangi sehat, tanah yang memiliki nilai C-Organik
pemberian bahan organik ke dalam yang sedang (yaitu berkisar antara 2,01 -
tanah, serta tidak ada pengembalian atau 3,0 g/100g) merupakan tanah dengan
membenamkan kembali jerami padi kriteria kurang sehat, sedangkan tanah
kedalam tanah. dengan nilai C-Organik yang tinggi (yaitu >

247
3,0 g/100g) merupakan tanah dengan tanah sawah terdapat aktivitas mikroba
kriteria tanah sehat. Hal ini didukung hasil tanah dengan total mikroba dengan kriteria
analisis C-organik dari delapan provinsi di sedang.
Indonesia. Lahan sawah di Indonesia Total Mikroba Tanah Sawah. Total
terlihat mempunyai kadar C-organik yang mikroba dalam tanah sangat dipengaruhi
relatif rendah, dari 1.548 contoh tanah lahan oleh pH tanah dan ketersediaan bahan
sawah, 17% berkadar C-organik <1%, 28% organik. Peran dan fungsi mikroba tanah
berkadar C-organik antara 1–1,5%, dan sangat menentukan berhasilnya keberlanjutan
20% berkadar C-organik antara 1,5–2% sistem produksi pertanian. Mikroba tanah
(Kasno dkk, 2003). bertanggungjawab pada berbagai transformasi
Unsur Hara Makro (N, P, K). Kandungan hara dalam tanah yang berhubungan dengan
unsur hara yang rendah pada beberapa kesuburan dan kesehatantanah (Kennedy
sampel tanah sawah diduga diakibatkan and Papendick, 1995).
oleh pola tanam yang monokultur, pH tanah Pada tanah sawah, genangan air
yang masam, penggunaan pupuk anorganik sangat berpengaruh terhadap proses
yang berlebihan, serta tidak ada penambahan metabolisme mikroba, sedangkan tanaman
bahan organik kedalam tanah seperti padi, termasuk akar dan rizosfir merupakan
penggunaan pupuk organik berupa pupuk tempat berakitivitas mikroba.
kandang dan pembenaman atau
pengembalian kembali jerami padi kedalam Tabel 5. Hasil Penilaian Kualitas Tanah
tanah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Berdasarkan Unsur Hara Makro
Sutanto (2005) bahwa membenamkan
jerami dalamtanah merupakan cara paling Asal Hara
Skor Kriteria
mudah meningkatkanhara, N, P, K. Sampel Makro
Dalam penilaian kriteria kualitas N(0,11)
tanah berdasarkan kandungan unsur hara R
makro menunjukkan sampel tanah sawah P(20,50) Tidak
Sidera 0
yang berasal dari Desa Sidera, Sidondo, R sehat
dan Kaleke memiliki kriteria tidak sehat, K(12,12)
hal ini dikarenakan kandungan unsur hara R
makro dari masing-masing sampel tanah N(0,13) R
sawah termasuk dalam kategori rendah, P(25,19)
Tidak
sedangkan sampel tanah sawah dengan Sidondo S 0
sehat
kriteria kurang sehat berasal dari Desa K(14,36)
Pantoloan dan Wombo karena memiliki R
unsur hara makro kategori sedang.Hal ini N(0,11) R
P(21,69)
sesuai dengan ungkapan Lowery et al. Kaleke S 0
Tidak
(1996) dalam Irundu (2008) bahwa tanah sehat
K(13,86)
yang memiliki kandungan unsur hara makro R
yang rendah merupakan tanah dengan N(0,19) R
kriteria tidak sehat, sedangkan tanah yang P(47,12)
memiliki kandungan unsur hara makro Kurang
Pantoloan T 2
sedang merupakan tanah dengan kriteria sehat
K(22,05)
kurang sehat. S
N(0,12) R
Kriteria Penilaian Kualitas Tanah Sawah
P(29,85)
dari Segi Sifat Biologi Tanah. Berdasarkan Kurang
Wombo S 2
hasil pengamatan yang telah dilakukan sehat
K(23,80)
menunjukkan bahwa pada semua sampel S

248
Tabel 6. Hasil Penilaian Kualitas Tanah Hasil Skoring Kualitas Tanah. Berdasarkan
Berdasarkan Total Mikroba hasil skoring kualitas tanah yang disajikan
Asal dalam bentuk tabel menunjukkan bahwa
(cfu/ml) Skor Kriteria tanah sawah di Lembah Palu memiliki
Sampel
kualitas tanah dengan kriteria tidak sehat
38x10 Kurang
Sidera 2 dan kurang sehat. Pada tabel diatas dapat
sehat
pula dilihat bahwa pada Desa Sidera,
Kurang
Sidondo 46x105 2 Sidondo, dan Kaleke memiliki hasil niali
sehat
skoring yang sama yaitu 0,8 dengan kriteria
Kurang
Kaleke 40x105 2 kurang sehat, sedangkan pada Desa
sehat
Pantoloan dan Wombo memiliki nilai
Kurang
Pantoloan 41x105 2 skoring yang sama pula yaitu 1,6 dengan
sehat
kriteria kurang sehat. Hal yang paling
Kurang
Wombo 15x105 2 mendasari perbedaan hasil skoring kualitas
sehat
tanah pada semua sampel tanah sawah ini
yaitu sifat kimia tanah diantaranya
Tabel 7. Hasil Skoring Penilaian Kualitas perbedaan yang paling jelas terlihat pada
Tanah pada Semua Sampel Tanah nilai pH dan KTK tanah, dimana Desa
Sawah di Lokasi Berbeda di Lembah Sidera, Sidondo, dan Kaleke memiliki pH
Palu kategori masam sampai agak masam,
Kode Skoring Kualitas Tanah dengan nilai KTK kategori sangat rendah
Sampel Nilai Kriteria sampai rendah. Sedangkan pada Desa
Sidera 0,8 Tidak sehat Pantoloan dan Wombo memiliki nilai
Sidondo 0,8 Tidak sehat pH kategori agak masam sampai netral,
Kaleke 0,8 Tidak sehat dengan nilai KTK kategori rendah sampai
Pantoloan 1,6 Kurang sehat dengan sedang.
Wombo 1,6 Kurang sehat
KESIMPULAN DAN SARAN
Aktivitas mikroba dalam tanah
sawah dapat menyebabkan terjadinya Kesimpulan
perubahan fungsi biokimia tanah seperti Berdasarkan hasil penelitian tentang
pelarutan (solubilisasi), pengikatan (fiksasi), Identifikasi Kualitas Tanah Sawah
mineralisasi, imobilisasi, oksidasi dan Berdasarkan Sifat Kimia dan Biologi Tanah
reduksi, sehingga belakangan ini banyak pada Beberapa Lokasi di Lembah Palu,
mikroba yang dimanfaatkan untuk
maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
memperbaiki struktur tanah, serta perombakan
tanah sawah pada 5 lokasi berbeda di
bahan organik bagi perbaikan kesuburan
tanah (Saraswati dkk, 2004). Lembah Palu memiliki kriteria tidak sehat
Dalam penilaian kriteria kualitas dan kurang sehat. Kriteria tidak sehat
tanah dari segi jenis organisme tanah dengan nilai skoring 0,8 %terdapat pada
menunjukkan bahwa pada semua sampel sampel tanah yang berasal dari Desa Sidera,
tanah sawah memiliki kriteria sedang Sidondo, dan Kaleke, sedangkan kriteria
karena pada semua sampel tanah sawah kurang sehatdengan nilai skoring 1,6 %
memiliki total mikroba dalam tanah terdapat pada sampel tanah yang berasal
berkisar antara 15-46 x 105 . Hal ini sesuai dari Desa Pantoloan dan Wombo.
dengan pernyataan Lowery et al. (1996) Saran
dalam Irundu (2008) bahwa tanah yang
memiliki total mikroba 102-106 merupakan Dengan adanya penelitian kualitas
tanah dengan kriteria total mikroba tanah tanah sawah dengan indikator sifat kimia
sedang. dan biologi tanah, maka dapat diketahui

249
tindakan untuk memperbaiki atau sebagai sumber informasi maka diharapkan
meningkatkan kualitas tanah sawah. Pada perlu dilakukan penelitian kualitas tanah
penelitian ini hanya menggunakan 2 dengan indikator yang lengkap sehingga
indikator kualitas tanah yaitu sifat kimia lebih meyakinkan penilaian kualitas tanah
dan biologi tanah, oleh karena itu untuk khususnya penilaian kualitas tanah sawah.
kesempurnaan ilmu pengetahuan dan

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J.S. 1987. Penelitian pemupukan P pada Tanaman Pangan di lahan Kering Masam.
Jurnal Agriplus. 24 (2). Pusat Penelitian Tanah, Bogor. Hal 6-11.

Hanudin, E., 2000. Pedoman Analisis Kimia Tanah (Dilengkapi dengan Teori, Prosedur dan
Keterangan). Jurnal Agroteksos. 21 (1). Yogyakarta. Hlm 4-7.

Hardjowigeno. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta: Akademika Pressindo.

Hasibuan B.A. 2006. Ilmu Tanah. Universitas Sumatra Utara, Fakultas Pertanian. Medan.

Hermiyanto, B. 2005. Soil Quality Indices Under Different Land Use in a Typical Small
Agricultural Watershed, Central Java, Indonesia. Agrijurnal. 10 (1). Bogor. Hlm 20-31.

Irundu, B. 2008. Penilaian Kualitas Tanah pada Beberapa Jenis Penggunaan Lahan di Kecamatan
Liliriaja Kabupaten Soppeng. Skripsi. Universitas Hasanuddin Makassar.

Kasno, A., Diah Setyorini, dan Nurjaya. 2003. Status C-organik lahan sawah di Indonesia. Jurnal
Ilmu Pertanian. 12 (2). Bogor. Hlm. 209-221.

Kennedy, A.C. and R.I. Papendick. 1995. Microbial characteristics of soil quality. Journal. Soil
Water Conservation 50: 243-248.

Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.

Rusdiana O., dan R.S. Lubis. 2012. Pendugaan Korelasi Antra Karakteristik Tanah Terhadap
Cadangan Karbon (Carbon Stock) Pada Hutan Skunder. Jurnal Silvikultur Tropika. 3(1).
Bogor. Hlm. 14-21
Saraswati, R., T. Prihatini, dan R.D. Hastuti. 2004. Teknologi pupuk mikroba untuk meningkatkan
efisiensi pemupukan dan keberlanjutan sistem produksi padi sawah. Jurnal Ilmu Tanah dan
Agroklimatologi. 7(2), Bogor. Hlm 7-13.

Seybold, C. A., M.J. Mausbach, D.l. Karlen, and H.H. Rogers. 1996. Qauntification of soil quality.
In : The Soil Quality Institute (Ed.). The Soil Quality Concept. USA: USDA Natural Resources
Conservation Service.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisuis. Yogyakarta.

Wirawan. 1991. Pengembangan dan Pemanfaatan Lahan Sawah Irigasi. LP3ES. Jakarta. Hal 141-
167.

250

You might also like