You are on page 1of 3

Name : Dwi Linda Noviani

Grade : XII Science 6


Writing the legend story

The Legend of Batu Menangis

Once upon a time, on a hill far from Country. There lived a poor widow with her daughter.
Her son from the widow is very beautiful, he is always proud of the beauty he has. However,
her beauty was not the same as the nature she had. He is very lazy and never helps his
mother.
Besides being lazy, he is also very spoiled. Everything he wants must be obeyed. Without
thinking, they are poor, and mothers who have to work hard even though they are often sick.
Every time his mother took him to the rice fields, he always refused.
One day, the mother took her son to shop at the market. The market distance from their house
is very far, to get to the market they have to walk and make their daughter tired. However, the
son walked in front of his mother and was wearing very nice clothes. Everyone who saw her
was immediately amazed and admired her beauty, while her mother walked behind carrying a
grocery basket, dressed very filthy like a maid.
Because the location of their house is far from the community, their life no one knows.
Finally, they entered the village, all eyes were on the beauty of the widow's daughter. Many
young men approached him and looked at his face. However, the villagers were very curious
as to who the old woman was behind.
'' Hi, cute girl! Who is the old woman behind you? Is she your mother? "Asked a young man.
"Of course not, she's just a maid!" She replied sarcastically.
Throughout the trip, every time they met the villagers, they always asked the same thing.
However, he kept answering that his mother was his maid. Her own mother was treated as a
maid.
At first, the mother could still hold back, every time she heard an answer from her own
biological daughter. However, hearing repeatedly and the answer was very painful for his
heart, suddenly the mother stopped, and sat on the roadside, shedding tears.
'' Mom, why did you stop halfway? Let's continue the trip. '' Asked his daughter in surprise.
Several times he asked. However, his mother did not answer at all. Instead, the mother raised
her hands up and prayed. Seeing the strange things his mother did, the child felt confused.
"Mom, what are you doing now!" The daughter snapped.
The mother still did not answer, and continued her prayers to punish her own daughter.
'' Oh God, forgive this weak servant, forgive me who cannot educate my own daughter, so
that he becomes a disobedient child. Punish this disobedient child. '' The mother prayed.
Suddenly, the sky became cloudy and dark, lightning started to strike and it rained. Slowly,
his body turned to stone. Her feet began to turn to stone and were already halfway up. The
girl cried begging for forgiveness from her mother. He felt scared.
'' Mother, help me. What happened to my leg? mother, forgive me. I promise I will be a good
child ma'am, "his daughter shouted in fear.
The girl kept crying and begging. However, it was too late. The punishment was unavoidable.
His entire body slowly turned to stone. The rebellious girl only cried and cried regretting her
actions. Before her head turned to stone, the mother still saw her tears coming out. Everyone
who was there witnessed the incident. The girl's entire body turned to stone.
Even though it has become a stone. However, seeing her eyes still shed tears like she was
crying. Therefore, the community calls it the Crying Stone. The Crying Stone is still there
today.

In Indonesian

Batu Menangis

Dahulu kala, di sebuah bukit yang jauh dari Pedesaan. Hiduplah seorang Janda miskin
bersama anak perempuannya. Anaknya dari Janda tersebut sangat cantik jelita, ia selalu
membanggakan kecantikan yang ia miliki. Namun, kecantikannya tidak sama dengan sifat
yang ia miliki. Ia sangat pemalas dan tidak pernah membantu ibunya.
Selain pemalas, ia juga sangat manja. Segala sesuatu yang ia inginkan harus di turuti. Tanpa
berpikir keadaan mereka yang miskin, dan ibu yang harus banting tulang meskipun sering
sakit-sakitan. Setiap ibunya mengajaknya ke sawah, ia selalu menolak.
Suatu hari, ibunya mengajak anaknya berbelanja ke pasar. Jarak pasar dari rumah mereka
sangat jauh, untuk sampai ke pasar mereka harus berjalan kaki dan membuat putrinya
kelelahan. Namun, anaknya berjalan di depan ibunya dan memakai baju yang sangat bagus.
Semua orang yang melihatnya langsung terpesona dan mengaggumi kecantikannya,
sedangkan ibunya berjalan di belakang membawa keranjang belanjaan, berpakaian sangat
dekil layaknya pembantu.
Karena letak rumah mereka yang jauh dari masyarakat, kehidupan mmereka tidak ada satu
orang pun yang tahu. Akhirnya, mereka memasuki kedalam desa, semua mata tertuju kepada
kecantikan Putri dari janda tersebut. Banyak pemuda yang menghampirinya dan memandang
wajahnya. Namun, penduduk desa pun sangat penasaran, siapa perempuan tua di belakangnya
tersebut.
‘’ Hai, gadis cantik! Siapakah perempuan tua yang berada di belakangmu? Apakah dia
ibumu?’’ Tanya seorang Pemuda.
‘’ Tentu saja bukan, ia hanya seorang pembantu!.’’ Jawabnya dengan sinis.
Sepanjang perjalanan setiap bertemu dengan penduduk desa, mereka selalu bertanya hal yang
sama. Namun, ia terus menjawab bahwa ibunya adalah pembantunya. Ibunya sendiri di
perlakukan sebagai seorang pembantu.
Pada awalnya, Sang ibu masih bisa menahan diri, setiap kali mendengar jawaban dari Putri
kandungnya sendiri. Namun, mendengar berulang kali dan jawabannya itu sangat
menyakkitkan hatinya, tiba-tiba sang ibu berhenti, dan duduk pinggir jalan sambil
meneteskan air mata.

‘’ Bu, kenapa berhenti di tengah jalan? Ayo lanjutkan perjalanan.’’ Tanya putrinya heran.

Beberapa kali ia bertanya. Namun, ibunya sama sekali tidak menjawab. Sang ibu malah
menengadahkan kedua tangannya ke atas dan berdoa. Melihat hal aneh yang di lakukan
ibunya, sang anak merasa kebingungan.

‘’ Ibu sedang apa sekarang!’’ bentak putrinya.

Sang ibu tetap tidak menjawab, dan meneruskan doanya untuk menghukum putrinya sendiri.

‘’ Ya Tuhan, ampunilah hamba yang lemah ini, maafkan hamba yang tidak bisa mendidik
putrid hamba sendiri, sehingga ia menjadi anak yang durhaka. Hukumlah anak durhaka ini.’’
Doa sang Ibu.

Tiba-tiba, langit menjadi mendung dan gelap, petir mulai menyambar dan hujan pun
turun. Perlahan-lahan, tubuhnya berubah menjadi batu. Kakinya mulai berubah menjadi batu
dan sudah mencapai setengah badan. Gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya. Ia
merasa ketakutan.

‘’ Ibu, tolong aku. Apa yang terjadi dengan kakiku? ibu maafkan aku. Aku janji akan menjadi
anak yang baik bu’’ teriak Putrinya ketakutan.

Gadis tersebut terus menangis dan memohon. Namun, semuanya sudah terlambat. Hukuman
itu tidak dapat di hindari. Seluruh tubuhnya perlahan berubah menjadi batu. Gadis durhaka
itu hanya menangis dan menagis menyesali perbuatannya. Sebelum kepalanya menjadi batu,
sang ibu masih melihat air matanya yang keluar. Semua orang yang berada di sana
menyaksikkan peristiwa tersebut. Seluruh tubuh gadis itu berubah menjadi batu.

Sekalipun sudah menjadi batu. Namun, melihat kedua matanya masih menitihkan air mata
seperti sedang menangis. Oleh karena itu, masyarakat tersebut menyebutnya dengan Batu
Menangis. Batu Menangis tersebut masih ada sampai sekarang.

You might also like