You are on page 1of 12

PROFIL VITAMIN D PADA PASIEN ASMA DAN NON-ASMA DEWASA

DI SURABAYA

Rivan Virldano Suryadinata*, Amelia Lorensia**, Anugrah Putri Aprilia***


*Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Surabaya

(UBAYA).
**Departemen Farmasi Klinis, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (UBAYA).
***Mahasiswa Program Studi Apoteker, Fakultas Farmasi Universitas Surabaya (UBAYA)

Alamat Korespondensi:
Rivan Virldano Suryadinata
Email: rivan.virldano.suryadinata@gmail.com

ABSTRACT
Asthma is a chronic inflammatory disease on respiratory tract, where airflow are retricted dan
chronic inflammation result in bronchial epithelium damage. Pathogenesis mechanism of asthma is
influenced by vitamin D as an immunomodulator. The low vitamin D levels can trigger asthma
exacerbations. The study aimed to determine the levels of vitamin D from blood sample in astmatic
young adult in compared to non astmatics, to identify the risk of vitamin D deficiency, that can aggravate
asthma symptoms. The study used an observational analytic cross sectional design. Subjects were chosen
through a purposive sampling method. Population was young adults in Surabaya. Subjects were 26
asthmatic patientsdan 26 non-asthmatic young adult in South Surabaya that fulfilled inclusion dan
exclusion criteria. The study was conducted in May 2015 to July 2016. The results showed vitamin D
levels in the asthma group 24.5 ± 2.95 while in the non-asthma group 20.52 ± 2.47. All respondents
in both groups had vitamin D levels > 30 ng/mL (normal value), dan there was significant difference
between levels of vitamin D in asthma dan non-asthma patients (p < 0.05). Therefore, increasing
knowledge about the importance of vitamin D should be done, because it can change behavior through
lifestyle, diet dan physical activity in the community.

Keywords: asthma, vitamin D

ABSTRAK
Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran napas, terjadi keterbatasan aliran udara dan
peningkatan respons inflamasi kronik menyebabkan kerusakan epitel bronkus. Mekanisme patogenesis
asma dipengaruhi juga oleh vitamin D sebagai imunomodulator. Kadar vitamin D yang rendah dapat
memicu terjadinya perburukan asma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin D dalam
darah pasien asma dewasa muda sebagai identifikasi risiko defisiensi vitamin D yang dapat memperparah
gejala asmanya, dibandingkan dengan kadar vitamin D non-asma. Penelitian ini adalah observasional
analitik dengan metode cross sectional. Pengumpulan sampel dengan teknik purposive sampling.
Populasi penelitian ini adalah masyarakat dengan usia dewasa muda di Surabaya. Subjek penelitian
berjumlah 26 pasien dewasa asma dan 26 pasien dewasa non asma di Surabaya Selatan yang memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2015 sampai dengan Juli 2016 di
daerah Surabaya Selatan, dengan cara pengambilan darah untuk melihat kadar vitamin D dalam darah.
Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar vitamin D pada kelompok asma 24,5 ± 2,5 sedangkan pada
kelompok non asma 20,5 ± 2,5. Semua responden pada kedua kelompok memiliki kadar vitamin D di
bawah normal yaitu > 30 ng/mL dan terdapat perbedaan signifikan antara kadar vitamin D pada pasien

©2017 IJPH. license doi: 10.20473/ijph.v12i1.2017.106-117


Received 11 January 2017, received in revised form 10 June 2017, Accepted 28 July 2017, Published online: 30 November 2017
Rivan Virldano Suryadinata, dkk., Profil Vitamin D pada Pasien… 107

asma dan non asma (p < 0,05). Oleh karena itu, diperlukan peningkatan pengetahuan akan pentingnya
vitamin D, sehingga terjadi perubahan perilaku melalui perbaikan gaya hidup, pola makan dan aktivitas
fisik pada masyarakat.

Kata kunci: asma, vitamin D

PENDAHULUAN perubahan struktural dan fungsional. Faktor


Asma adalah penyakit pada saluran risiko terjadinya asma diakibatkan faktor
napas yang ditandai dengan peradangan pejamu (host factor) dan faktor lingkungan.
saluran napas kronis yang dipengaruhi Berbagai faktor penjamu yaitu genetik, asma,
oleh riwayat gejala pernapasan seperti alergik, hipereaktiviti bronkus, jenis kelamin
mengi, sesak napas, sesak dada dan batuk dan ras (PDPI, 2004).
yang bervariasi dari waktu ke waktu dan Patofisiologi asma terdiri dari fase
intensitas, bersama-sama dengan variabel awal yang ditdanai dengan kontriksi saluran
keterbatasan aliran udara ekspirasi (Global napas bronkial dan bronkospasme yang
Initiative for Asthma, 2015). Penyakit asma diikuti oedema saluran pernapasan dan
menjadi masalah yang sangat dekat dengan produksi mukus berlebihan. Bronkospasme
masyarakat karena jumlah populasi yang dapat disebabkan peningkatan pelepasan
menderita asma semakin bertambah. The mediator inf lamasi seperti histamin,
Global Asthma Report (2014), melaporkan prostagladanin dan bradikinin yang
jumlah penderita asma di dunia mencapai dapat memicu bronkokonstriksi daripada
334 juta. Prevalensi asma di berbagai negara inflamasi. Fase akhir terjadi setelah beberapa
berkisar antara 1–18% dari populasi (Global jam dari munculnya onset gejala awal dan
Initiative for Asthma, 2015). Indonesia bermanifestasi sebagai respon inflamasi.
memiliki prevalensi asma sekitar 2-5% Mediator utama dari inflamasi selama
dari total penduduk Indonesia dan terjadi respons asmatik adalah sel darah merah
peningkatan prevalensi tiap tahunnya hingga (eosinofil) yang menstimulasi degradasi
mencapai 5,4% (Oemiati et al., 2010). sel mast dan pelepasan substansi yang
Gejala yang ditimbulkan akibat asma menyerang sel darah putih lain pada area
dapat bersifat ringan dan tidak mengganggu tersebut (Kelly dan Sorkness, 2011).
aktivitas, namun dapat pula bersifat menetap Mekanisme patogenesis asma
dan berpengaruh dalam aktivitas sehari- dipengaruhi juga oleh vitamin D sebagai
hari. Apabila penyakit asma tidak ditangani imunomodulator, yang berperan menghambat
dengan baik maka akan dapat menimbulkan fungsi limfosit T, baik secara langsung
berbagai gejala klinis yang bervariasi maupun melalui efek pada antigen presenting
tergantung derajat keterbatasan aliran sel (APC) dan menghambat produksi
udara asma terjadi, sehingga menyebabkan interleukin-17 (IL-17), yang merupakan
ketidakmampuan mengenali dan mencegah sitokin proinflamasi yang diproduksi oleh
pencetus yang dapat menyebabkan jalan sel T khususnya Th17 yang berperan dalam
napas terganggu, mengancam jiwa dan dapat respons inflamasi yang didominasi oleh
menimbulkan serangan asma, kegagalan neutrofil (Park, 2010; Mahon et al., 2003).
pernapasan bahkan kematian (WHO, Kulit memiliki kapasitas yang besar
2003). untuk menghasilkan vitamin D dan paparan
Penyakit asma merupakan proses sekitar 20% dari permukaan tubuh baik
inflamasi kronik saluran napas, terjadi terhadap sinar matahari langsung sangat
keterbatasan aliran udara dan peningkatan efektif dalam meningkatkan konsentrasi
respons inflamasi kronik menyebabkan plasma dari 25 (OH) D pada dewasa muda
kerusakan epitel bronkus sehingga terjadi dan dewasa tua (Holick, 2004).
108 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 106–117

Hubungan antara paparan kulit paratiroid, melakukan mobilisasi sel induk


terhadap sinar matahari ditentukan dari dalam sumsum tulang untuk menjadi
panjang gelombang yang sesuai dan jaringan osteoklas dewasa yang dapat meningkatkan
subkutan untuk mensintesis vitamin D. simpanan kalsium dari tulang. Namun,
Misalnya, di Cincinnati (lintang 38 ° N) kapasitas yang terbatas untuk melakukan
selama musim semi, musim panas, dan mobilisasi kalsium dari tulang untuk
musim gugur, bayi dengan ASI eksklusif memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
yang berusia kurang dari enam bulan kadar kalsium darah (Baghurst K., 2005).
menghabiskan 20 menit sehari di jendela agar Selain itu, Vitamin D dengan
terkena tangan dan wajah sehingga dapat bentuk 1,25 (OH) 2D bertindak dengan
mempertahankan konsentrasi 25 (OH) D di hormon paratiroid dan kalsitonin untuk
atas 27.5nmol / l. Paparan sinar matahari mempertahankan konsentrasi kalsium
selama 5–15 menit antara pukul 10.00 dan pada plasma dalam kisaran normal. Hal
15.00 selama musim semi, musim panas, dan ini dicapai dengan mengatur efisiensi usus
musim gugur pada daerah dengan lintang halus untuk menyerap kalsium dari diet,
di atas 37 ° dapat mencukupi kebutuhan dengan mobilisasi kalsium dari tulang dan
vitamin D (Holick, 2004). dengan reabsorpsi tubular kalsium dalam
Metabolisme vitamin D diawali dengan ginjal. Paratiroid Hormon dan 1,25 (OH) 2D
Ergostreol yang ditemukan pada tanaman bersama-sama merangsang osteoblas untuk
dan 7-dehidrokolesterol pada tubuh hewan. menginduksi pematangan pra osteoklas
Ergostreol berbeda dari 7-dehidrokolesterol menjadi osteoklas, sehingga meningkatkan
hanya pada rantai sampingnya, yang bersifat resorpsi tulang (Williams et al., 2007).
tidak jenuh dan mengandung gugus metil Sumber utama vitamin D bagi manusia
ekstra. Sinar ultraviolet memutus cincin B adalah paparan sinar matahari. Efisiensi
kedua senyawa. Ergokalsiferol (Vitamin D2) konversi 7-dehydrocholesterol ke vitamin D3
dapat dibuat dari tanaman m, sedangkan sangat tergantung pada waktu, hari, musim
pada hewan, 7-dehidrokolesterol akan tahun, lintang, warna kulit dan usia. Bila
membentuk kolekalsiferol (Vitamin D3) pada sedikit vitamin D yang didapat secara alami
kulit yang terpajan. Vitamin D2 dan Vitamin maka dapat diperoleh dari pasokan makanan.
D3 memiliki potensi yang sama. Sumber makanan utama vitamin D adalah
Fungsi utama dari vitamin D manusia ikan, hati sapi dan kuning telur. Di Amerika
adalah untuk mempertahankan konsentrasi Serikat dan Kanada, sumber makanan utama
serum kalsium dengan cara meningkatkan yang mengandung vitamin D ini sangatlah
kemampuan usus kecil untuk menyerap banyak, termasuk susu sapi. Sumber daya
kalsium pada makanan, serta meningkatkan yang ada pada negara masing-masing sangat
penyerapan fosfor, namun konsentrasi fosfor berpengaruh terhadap asupan vitamin D di
dalam darah tidak diatur oleh vitamin D masyarakat (Abrams dan Atkinson, 2009).
melainkan tergantung dari ekskresi ginjal Sebuah penelitian di Kanada yang
(Baghurst, 2005). melibatkan pasien asma berusia 13–69
Vit a m i n D juga ber f u ngsi tahun menemukan bahwa seseorang yang
mempertahankan kalsium darah pada kekurangan vitamin D berisiko ≥50%
tingkat jenuh sehingga dapat disimpan lebih besar terserang asma dibandingkan
dalam tulang sebagai kalsium hidroksiapatit. seseorang dengan kadar vitamin D yang
Ketika diet kalsium tidak mencukupi untuk cukup (Niruban et al., 2015). Survey yang
memenuhi kebutuhan tubuh, maka 1,25- dilakukan pada anak di Indonesia telah
dihydroxyvitamin D [1,25 (OH) 2D atau menunjukkan 49,3% mengalami insufisiensi
calcitriol] yang merupakan bentuk aktif dari sedangkan 45,1% mengalami defisiensi
Vitamin D bersama-sama dengan hormon Vitamin D (Ernawati dan Sdanjaja, 2011)
Rivan Virldano Suryadinata, dkk., Profil Vitamin D pada Pasien… 109

Kadar vitamin D yang rendah dapat dengan pengobatan sintetik, memerlukan


memicu terjadinya perburukan asma. Pada pemantauan pengobatan yang rasional
sejumlah penelitian yang telah dilakukan (Lorensia et al., 2011; Lorensia et al.,
menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D 2012), karena dapat berisiko terjadinya efek
berkaitan dengan inflamasi saluran napas samping yang justru memperparah kondisi
(Maalmi et al., 2012; Sutherldan et al., 2010), pasien atau bahkan meningkatkan biaya
hiperresponsif saluran napas (Sutherldan pengobatan (Lorensia et al., 2013a; Lorensia
et al., 2010), penurunan fungsi paru (Maalmi et al., 2013b). Padahal Indonesia sebagai
et al., 2012; Sutherldan et al., 2010; Brehm negara tropis di Asia memiliki potensi
et al., 2010; Li et al., 2011) kontrol asma paparan sinar matahari yang sangat besar.
yang buruk, tingginya rawat inap serta Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
eksaserbasi asma (Chinellato et al., 2011). untuk mengetahui kadar vitamin D dalam
Kekurangan vitamin D yang berisiko darah pasien asma dewasa muda sebagai
menyebabkan defisiensi vitamin D, dapat identifikasi risiko defisiensi vitamin D
diketahui dengan pemeriksaan kadar vitamin yang dapat memperparah gejala asmanya,
D dalam darah. Jumlah vitamin D seseorang dibdaningkan dengan kadar vitamin D non-
dapat diketahui dengan nilai kadar vitamin asma.
D dalam darah melalui pengukuran kadar
25-hydroxyvitamin D dalam darah. Kadar METODE PENELITIAN
25-hydroxyvitamin D dalam darah dibagi Desain Penelitian
menjadi tiga golongan: kadar > 30 ng/mL Penelitian ini merupakan penelitian
(75 nmol/L) digolongkan normal; kadar observasional analitik dengan pendekatan
20–30 ng/mL (50-75 nmol/L) digolongkan cross sectional dimana subjek penelitian
sebagai insufisiensi vitamin D; sedangkan akan diukur kadar vitamin D dalam darah.
kadar < 20 ng/mL (< 50 nmol/L) digolongkan
sebagai defisiensi vitamin D (Niruban et al., Variabel Penelitian
2015). Variabel penelitian berupa kadar
Defisiensi vitamin D bisa terjadi vitamin D dalam darah. Cara yang paling
karena kurangnya nutrisi vitamin D, akurat untuk mengukur banyak vitamin D
kurangnya paparan sinar matahari, obesitas, dalam tubuh adalah tes darah 25-hidroksi
gangguan pada hati, dan ginjal (Holick, 2010; vitamin D (25 OH vitamin D) (Jacobsen,
Plum et al., 2010). Sumber utama vitamin 2016; Holick, 2011).
D berasal dari sinar matahari berasal dari Besar sampel asma dan non-asma
radiasi matahari ultraviolet (UV) B (UVB) pada masing-masing kelompok adalah 26
yang mengkonversi 7-dehydrocholesterol di orang. Pengukuran kadar 25 OH vitamin D
kulit menjadi previtamin D3 dan kemudian dalam darah dilakukan dengan pengambilan
menjadi vitamin D3. Pada makanan, vitamin sampel darah vena pada bagian lipatan siku
D paling banyak ditemukan dalam minyak sebesar 3 ml oleh tenaga kesehatan di RSAL
ikan (contoh: ikan salmon dan makarel), biji- dr. Oepomo, Surabaya. Setelah pengambilan
bijian dan produk susu (Lange et al., 2009; darah, sampel darah tersebut diletakkan
Holick et al., 2010). dalam tabung vacutainer, kemudian
Di Indonesia sendiri, peran vitamin dilakukan sertrifuge untuk memperoleh
D pada pengobatan asma belum menjadi serum darah. Serum darah diletakkan pada
perhatian. Vitamin D diharapkan dapat cup serum/ PCR tube, yang kemudian dibawa
menjadi pertimbangan untuk pengobatan ke Laboratorium Biokimia Universitas
asma secara alamiah dan menimbulkan Airlangga, Surabaya untuk dilakukan analisa
efek samping. Pengobatan asma selama ini kadar vitamin D.
110 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 106–117

Populasi dan Sampel Besar Sampel


Populasi penelitian ini adalah Besar sampel dalam penelitian
masyarakat dengan usia dewasa muda di ini adalah minimal 26 orang. Metode
Surabaya. Subjek (sampel) penelitian pasien perhitungan besar sampel menggunakan
asma dan non asma diperoleh di Surabaya persamaan dari rumus Medical Statistic
Selatan yang memenuhi kriteria inklusi dan (Naing et al., 2008):
eksklusi. Kriteria inklusi pada penelitian
adalah Pasien dewasa berusia ≥ 18–25 2
Z .P.Q
tahun (National Center for Chronic Disease n=
d2
Prevention dan Health Promotion, 2011)
yang bersedia menjadi sampel penelitian Bila:
dengan mengisi informed consent terlebih Z = 1,96
dahulu. P = 0.017 (RISKESDAS, 2008)
Pasien dengan riwayat asma/ non- Q = 1-P = 1-0,0262 = 0,983
asma tidak boleh memiliki penyakit d = 0,05
penyerta lain yang memengaruhi system
pernafasan, seperti: PPOK (Penyakit Paru Maka besar sampel penelitian (n)
Obstruksi kronis) dan tuberculosis, selain minimal tiap kelompok dalam penelitian ini
itu tidak memiliki penyakit yang dapat adalah 25,67 ~ 26 orang.
memengaruhi kadar vitamin D dalam darah
yang dapat memengaruhi kemampuan usus Metode Pengumpulan Data dan Analisa
untuk menyerap vitamin D dari makanan Data
yang dikonsumsi seperti: Gangguan pada Subjek penelitian yang memenuhi
saluran pencernaan (penyakit Crohn, kriteria akan dilakukan wawancara untuk
cystic fibrosis, dan penyakit celiac) mengetahui umur, jenis kelamin, dan riwayat
(Jacobsen, 2016; Tsiaras dan Weinstock, pengobatan. Setelah itu dilanjutkan dengan
2011), Penyakit ginjal kronis yang tidak pengambilan darah untuk mengetahui kadar
dapat mengkonversi vitamin D menjadi vitamin D dalam tubuh. Hasil penelitian ini
bentuk aktifnya (Jacobsen, 2016; Tsiaras akan dipaparkan secara narasi dan deskriptif.
dan Weinstock, 2011) dan mengonsumsi Setelah itu dilakukan uji perbandingan
obat rutin yang dapat memengaruhi kadar antara pasien asma dan non sama dengan
vitamin D seperti kortikosteroid (Buckley menggunakan uji T-test.
et al., 1996), orlistat (obat penurun berat
badan) dan cholestyramine (obat penurun HASIL
kolesterol), Fenobarbital dan fenitoin (Gough Penelitian dilakukan pada bulan Mei
et al., 1986) dan vitamin yang larut dalam 2015 sampai dengan Juli 2016 di daerah
lemak (McDuffie et al., 2002; Compston, Surabaya Selatan.
1978).
Pasien yang merokok aktif juga tidak Karakteristik Subjek Penelitian
dapat dijadikan sampel, dikarenakan paparan Karakteristik sampel penelitian
rokok dapat memengaruhi kadar vitamin D (responden) dikelompokkan berdasarkan
dalam darah dan bahan kimia yang berasal umur, jenis kelamin, dan riwayat pengobatan
dari asap tembakau dapat memengaruhi asma. Umur responden diketahui saat
metabolisme vitamin D (Banihosseini et al., wawancara dilakukan. Seluruh responden
2013). merupakan remaja akhir (17–25 tahun).
Rivan Virldano Suryadinata, dkk., Profil Vitamin D pada Pasien… 111

Kategori jenis kelamin dibedakan 26,9%. Semua sampel penelitian berada pada
berdasarkan laki-laki dan perempuan. Step 1, sehingga semua sampel penelitian
Distribusi responden menurut umur dan jenis pasien asma tidak ada yang menggunakan
kelamin dapat dilihat pada tabel 1. obat asma secara rutin.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Uji Perbedaan Kadar Vitamin D


Frekuensi dalam Darah antara Pasien Asma dan
Kategori n(Non Asma)
Non-Asma
n(Asma) = 26 Uji normalitas persebaran data
= 26
Jenis Laki-laki 7 (26,9%) 6 (23,1%) dilakukan dengan menggunakan uji shapiro-
Kelamin Perempuan 19 (73,1%) 20 (76,9%) wilk karena jumlah sampel ≤ 50. Nilai
Usia Remaja 26 (100%) 26 (100%) p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
(tahun) Akhir data berdistribusi normal Selanjutnya
Dekpes (17–25 akan dilakukan uji homogenitas dengan
RI tahun) menggunakan uji Levene’s. Sedangkan nilai
(2009) p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
sebaran data homogen, sehingga data dapat
Hasil penelitian menunjukkan seluruh diuji dengan menggunakan analisa pooled
responden merupakan remaja akhir (17–25 t-test dan apabila tidak berdistribusi normal
tahun). Jumlah responden asma dan non maka dapat dianalisa dengan menggunakan
asma terbanyak adalah wanita, yaitu sebesar uji Mann Withney.
73,1% untuk asma dan 76,9% untuk non
asma (Tabel 1). Tabel 3. Uji Normalitas Kadar Vitamin D
Menggunakan Uji Shapiro-Wilk
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Riwayat
Pengobatan Responden Variabel Kelompok p Kesimpulan
Kadar Asma 0,4 Normal
Riwayat Pengobatan Jumlah Persentase Vitamin D Non Asma 0,1 Normal
Asma (orang)
Golongan Agonis 7 26,9 Keterangan: p > 0,05 = sebaran data normal
Obat β-2 kerja
singkat oral Tabel 4. Uji Homogenitas Kadar Vitamin D
(NHLBI, Menggunakan Uji Levene’s
2007)
Variabel Kelompok p Kesimpulan
Agonis 19 73,1
Kadar Asma
β-2 kerja 0,2 Homogen
Vitamin D Non Asma
singkat
inhalasi Keterangan: p > 0,05 = sebaran data homogen
(NHLBI,
2007) Hasil uji normalitas menunjukkan nilai
P = 0,4 > 0,05 untuk kelompok asma dan P=
Tabel 2 menjelaskan tentang 0,1 > 0,05 untuk kelompok non asma, maka
jumlah responden berdasarkan riwayat dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi
pengobatan. Berdasarkan hasil penelitian normal dan uji homogenitas menunjukkan
responden dengan riwayat pengobatan yang nilai P = 0,2 > 0,05, maka dapat disimpulkan
menggunakan agonis β-2 kerja singkat bahwa sebaran data homogen. sehingga data
inhalasi sebesar 73,1%, dan responden dengan dapat diuji dengan menggunakan analisa
riwayat pengobatan yang menggunakan pooled t-test.
agonis β-2 kerja singkat oral sebanyak
112 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 106–117

Tabel 5. Uji Pooled T Test Kadar Vitamin D


Variabel Kelompok Mean±SD Min Max p Kesimpulan
Asma 24,5 ± 2,9 19,3 30,2 Ada perbedaan
Kadar Vitamin D 0,000 yang signifikan
Non Asma 20,5 ± 2,5 15,9 26,6
Keterangan: p < 0,05 = Ada perbedaan yang signifikan

Tabel 6. Tabulasi Silang Kadar Vitamin D pada Pasien Asma dan Non Asma
Klasifikasi
Variabel Kelompok N
Defisiensi Insufisiensi Normal
Asma 2 (7,7%) 24 (92,3%) 0 26
Mean 19,6 ± 0,5 24,9 ± 2,7
Kadar Vitamin D
Non Asma 11 (42,3%) 15 (57,7%) 0 26
Mean 18,5 ± 1,2 22 ± 2,1

Hasil uji pooled t test pada tabel terdapat perbedaan signifikan, di mana
5 menunjukkan bahwa ada perbedaan rerata kelompok asma sebesar 19,6±0,5
signifikan antara kadar vitamin D pada dibandingkan pada kelompok non asma
pasien asma dan non asma, di mana kadar sebesar 18,5 ± 1,2, sedangkan pada klasifikasi
vitamin D pada pasien asma dengan insufisiensi kelompok asma memiliki nilai
mean ± sd (24,5 ± 2,95) lebih besar rerata sebesar 24,9 ± 2,7 dibandingkan
dibandingkan pada pasien non asma dengan kelompok non asma sebesar 22 ± 2,1.
mean ± sd (20,5 ± 2,47).
Kategori kadar vitamin D, dibedakan PEMBAHASAN
menjadi: kadar > 30 ng/mL (> 75 nmol/L) Seluruh responden merupakan
digolongkan normal; kadar 20 –30 golongan remaja akhir (17 tahun–
ng/mL (50–75 nmol/L) digolongkan sebagai 25 tahun) berjumlah 52 orang (100%).
insufisiensi vitamin D; sedangkan kadar Angka terbesar responden asma dan non
< 20 ng/mL (< 50 nmol/L) digolongkan asma berjenis kelamin perempuan dengan
sebagai defisiensi vitamin D (Niruban et al., jumlah responden asma 19 orang (73%)
2015). Tabulasi silang kadar vitamin D pada dan responden non asma 20 orang (76,9%).
pasien asma dan non asma ditunjukkan pada Responden asma yang menggunakan Agonis
tabel 6. β-2 kerja singkat per oral sebanyak 7 orang
Pada tabel 6, hasil penelitian (26,9%), sedangkan yang menggunakan
menunjukkan bahwa tidak ada responden Agonis β-2 kerja per inhalasi sebanyak 19
asma dan non asma yang memiliki kadar orang (73%).
vitamin D normal. Pada kelompok asma Perempuan dapat dikatakan lebih
92,3% mengalami insufisiensi vitamin D, rentan terhadap pajanan yang dapat memicu
dan 7,69% mengalami defisiensi vitamin reaksi hipersensitivitas dan merespons reaksi
D. Sedangkan untuk responden non asma lebih buruk dibandingkan laki-laki (Sundberg
sebanyak 57,7% mengalami insufisiensi et al., 2010). Hal ini disebabkan adanya
vitamin D, dan 42,3% mengalami defisiensi kadar estrogen yang berada dalam tubuh
vitamin D. dapat meningkatkan degranulasi eosinofil
Pada tabel 6 juga memperlihatkan nilai sehingga memudahkan terjadinya serangan
rerata pada setiap kelompok. Kelompok asma asma karena kadar estrogen yang tinggi dapat
dan non asma pada klasifikasi defisiensi berperan sebagai substansi proinflamasi
Rivan Virldano Suryadinata, dkk., Profil Vitamin D pada Pasien… 113

(membantu/memicu inflamasi) terutama kulit menjadi previtamin D3 dan kemudian


memengaruhi sel mast di mana sel tersebut menjadi vitamin D3. Pada makanan, vitamin
dapat memicu reaksi hipersensitivitas dengan D paling banyak ditemukan dalam minyak
melepaskan histamin dan mediator inflamasi ikan (contoh: ikan salmon dan makarel), biji-
lainnya (Bonds dan Midoro-Horiuti, 2013). bijian dan produk susu (Lange et al., 2009;
Selain itu kadar 25(OH)D yang rendah pada Holick et al., 2010; Weiss dan Litonjua,
tubuh manusia juga berpengaruh terhadap 2011).
peningkatan risiko keparahan penyakit Vitamin D merupakan vitamin yang
seperti CAD (Coronary Artery Disease) larut dalam lemak dan dapat disimpan dalam
(Verdoia et al., 2015). tubuh. Vitamin D terdiri dari 2 macam, yang
Hasil uji pooled t test pada tabel pertama disebut ergocalciferol (vitamin D2)
5 menunjukkan bahwa ada perbedaan yang dibentuk oleh radiasi ultraviolet (UV)
signifikan p = 0,000 (p < 0,05) antara kadar dari ergosterol steroid tanaman, yang kedua
vitamin D pada pasien asma dan non asma, disebut cholecalciferol (vitamin D3) yang
dimana kadar vitamin D pada pasien asma dibentuk di kulit melalui cahaya UV pada
(24,5 ± 2,9) lebih besar daripada pasien non 7-dehydrocholesterol untuk memproduksi
asma (20,5 ± 2,5). Namun, hasil penelitian cholecalciferol (Reeder dan Hurst. 2012).
pada kedua kelompok yaitu responden asma Vitamin D diperoleh melalui kulit
dan non asma tidak ada yang memiliki dalam kondisi normal, dengan mekanisme
kadar vitamin D dalam rentang normal, dari metabolit aktif, 1,25-dihydroxyvitamin
bahkan sebagian besar termasuk dalam D yang disintesis melalui ginjal dan dapat
golongan defisiensi vitamin D. Hasil berbeda bertindak di organ lain, sehingga vitamin
disampaikan oleh Kolokotroni et al (2015), D dapat disebut juga dengan hormon.
dan Tamašauskienė (2015), diketahui bahwa (Baghurst, 2005). Selain itu, vitamin D
kadar vitamin D cenderung lebih rendah merupakan salah satu regulator penting dalam
pada pasien asma dibandingkan dengan non- homeostasis kalsium dan fosfor. Vitamin
asma dan vitamin D tidak berkaitan dengan D juga memainkan banyak peran dalam
keparahan gejala penyakit asma. diferensiasi sel, sekresi dan metabolisme
Indonesia sebagai salah satu negara hormon, termasuk hormon parathyroid dan
tropis memiliki paparan sinar matahari insulin (Allen et al., 2006).
yang cukup. Namun, pada kenyataannya Vitamin D3 juga dapat disintesis pada
kandungan vitamin D dalam tubuh kulit manusia, pada paparan radiasi ultraviolet
masyarakat di Indonesia menunjukkan hal B (UVB) dengan panjang gelombang 290
yang berbeda. Kadar vitamin D dalam tubuh sampai 320 nm. Proses konversi UVB-
pada penderita asma dan non asma berada di dimediasi oleh 7-dehydrocholesterol ke
bawah nilai normal. Hal ini memperlihatkan bentuk previtamin D3 dan isomerisasi
berbagai macam faktor yang memengaruhi thermal vitamin D3 yang terjadi pada
kadar vitamin D (Bosse, 2009). epidermis. Produksi vitamin D3 di kulit
Kadar vitamin D dapat dipengaruhi tergantung dari jumlah radiasi UVB yang
oleh faktor lingkungan. Defisiensi vitamin mencapai dermis serta ketersediaan 7-
D dapat terjadi karena kurangnya nutrisi dehidrokolesterol (Holick, 2004).
vitamin D, kurangnya paparan sinar Vitamin D3 yang terbentuk dari
matahari, obesitas, gangguan pada hati, 7-dehidrokolesterol dibantu oleh cahaya
dan ginjal (Holick, 2010; Plum et al., matahari dan Vitamin D3 (atau D2) yang
2010). Sumber utama vitamin D berasal berasal dari makanan akan beredar di dalam
dari sinar matahari berasal dari radiasi sirkulasi darah dalam keadaan terikat pada
matahari ultraviolet (UV) B (UVB) yang sebuah molekul globulin spesifik, yang
mengkonversi 7-dehydrocholesterol di disebut Protein Pengikat Vitamin D. Vitamin
114 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 106–117

D3 diambil oleh hati dan dihidroksilasi pada Vitamin D dapat juga memodulasi fungsi
posisi-25 oleh Vitamin D3-25-hidroksilase, berbagai sel kekebalan tubuh (Herr et a l.,
yang merupakan suatu enzim pada retikulum 2011).
endoplasma. 25-Hidroksivitamin D3
merupakan bentuk utama vitamin D di dalam SIMPULAN
darah dan bentuk cadangan utama di dalam Semua responden baik asma dan non-
hati, meskipun jaringan adiposa serta otot asma memiliki kadar vitamin D di bawah
rangka juga sebagai tempat penyimpanan rentang terapi dan ada perbedaan signifikan
utama vitamin D. 25-Hidroksivitamin D3 antara kadar vitamin D pada pasien asma
akan mengalami sirkulasi enterohepatik dan non asma, di mana kadar vitamin D
bila dibutuhkan, dan proses ini akan pada pasien asma lebih besar dibandingkan
mengakibatkan terjadinya defisiensi Vitamin pada pasien non asma.
D. Hasil penelitian yang dilakukan ini
Di dalam tubulus ginjal, tulang tidak lepas dari beberapa keterbatasan
dan plasenta, 25-Hidroksivitamin D3 ataupun kekurangan. Adapun keterbatasan
dihidroksilasi lebih lanjut pada posisi 1 oleh ataupun kekurangan dalam penelitian ini
enzim 25-Hidroksivitamin D3-1-hidroksilase, adalah sebagai berikut: (a) Adanya beberapa
suatu enzim di mitokondria. Produk yang faktor yang memengaruhi hasil penelitian
dihasilkan adalah 1α-25-Hidroksivitamin yang tidak dapat dikendalikan, seperti faktor
D3 (kalsitriol), yang merupakan metabolit emosi, faktor sosial, dan faktor ekonomi,
vitamin D yang paling poten. Pembentukan berat badan; (b) Paramater untuk penilaian
produk ini diatur oleh konsentrasi vitamin 25(OH) vitamin D masih terbatas, sehingga
D sendiri, hormon paratiroid dan fosfat disarankan untuk penelitian dilakukan
serum. penambahan jumlah sampel dan pemeriksaan
Pada 25-Hidroksivitamin D3, juga berbagai macam kadar vitamin D.
dapat mengalami hidroksilasi pada posisi
24 oleh enzim mitokondria yang terdapat DAFTAR PUSTAKA
di dalam tubulus ginjal, kartilago, usus Abrams, S., Atkinson, S., Jones, G.,
dan plasenta. Namun kadar produk 24,25- Mayne, S.T. 2009. Vitamin D dan
Hidroksivitamin D3 berhubungan secara Calcium: A Systematic Review of Health
resiprokal dengan kadar serum 1,25- Outcomes. Evidence Report /Technology
Hidroksivitamin D3 serta secara biologis Assessment. 183.
bersifat inaktif. (Murray et al., 2014). Allen, L., Benoist, B., Dary, O., Hurrell, R.
Keracunan dari vitamin D tidak pernah 2006. Guidelines on Food Fortification
terjadi walaupun terkena paparan sinar with Micronutrients. Food dan
matahari yang berkepanjangan. Aktivasi Agricultural Organization of the United
termal previtamin D3 di kulit menimbulkan Nations, WHO.
beberapa bentuk non-vitamin D, seperti Baghurst, K. 2005. Nutrient Reference
lumisterol, tachysterol dan lain-lain. Hal Values for Australia dan New Zealdan.
ini membuat vitamin D dapat membatasi National Health dan Medical Research.
pembentukannya sendiri, selain itu vitamin National Health dan Medical Research
D3 juga dapat dikonversi ke bentuk non aktif Council, Department of Health ang Aging,
(Ross et al., 2011). Australian Government.
Kaitan vitamin D pada pasien asma Banihosseini, S.Z., Baheiraei, A.,
masih belum jelas, namun vitamin D dapat Shirzad N., Heshmat, R., Mohsenifar,
melindungi dari mengembangkan infeksi A. 2013. The effect of cigarette smoke
saluran pernapasan yang bisa berfungsi exposure on vitamin D level dan
sebagai pemicu untuk kerusakan asma. biochemical parameters of mothers dan
Rivan Virldano Suryadinata, dkk., Profil Vitamin D pada Pasien… 115

neonates. J Diabetes Metab Disord. health problem. New York: Hudson Street
12:19. Press; p. 336.
Bonds, RS., Midoro-Horiuti, T. 2013. Jacobsen, R,, Thorsen, S.U., Cohen A.S.,
Estrogen effects in allergy dan asthma. Lundqvist, M., et al. 2016. Neonatal
Curr Opin Allergy Clin Immunol, 13(1): vitamin D status is not associated with
92–99. later risk of type 1 diabetes: results
Bosse. 2009. Genetics of chronic obstructive from two large Danish population-based
pulmonary disease: a succinct review, studies. Diabetologia, 59(9): 1871–81.
future avenues dan prospective clinical Kelly, H.W., Sorkness, C. 2011. Astma
applications. Pub Med. 10(4): 655–667. in Dipiro. Pharmacotherapy: A
Brehm, JM., Schuemann B., Fuhlbrigge AL., Pathofisiologic Approach, 8th edition,
Hollis BW., et al. 2010. Serum vitamin D McGraw-Hill, New York. US.
levels dan severe asthma exacerbations Kolokotroni, O., Papadopoulou, A.,
in the Childhood Asthma Management Middleton, N., Kouta, C., Raftopoulos,
Program study. J Allergy Clin Immunol, V., et al. 2015. Vitamin D levels dan status
126(1): 52-8.e5. amongst asthmatic dan non-asthmatic
Chinellato, I., Piazza, M., Sdanri, M., Peroni, adolescents in Cyprus: a comparative
D., Piacentini, G., Boner AL. 2011. cross-sectional study. BMC Public Health,
Vitamin D serum levels dan markers 15: 48.
of asthma control in Italian children. J Lange, N., Litonjua, A., Hawrylowicz, C.M.,
Pediatr. 158(3): 437–41. Weiss, S. 2009. Vitamin D, the immune
Compston, J.E. 1978. Hepatic osteodystrophy: system dan asthma. Expert Rev Clin
vitamin D metabolism in patients with Immunol. 2009 Nov; 5(6): 693–702.
liver disease. Gut, 27(9): 1073–1090. Li, F., Peng, M., Jiang, L., Sun, Q., Zhang
Ernawati, S., Sdanjaja. 2011. South East K., Lian F., et al. 2011b. Vitamin D
Nutrition Survey. deficiency is associated with decreased
Global Initiative for Asthma (GINA), 2015. lung function in Chinese adults with
Global Strategy for Asthma Management asthma. Respiration 81, 469–475
& Prevention (Update). 10.1159/000322008
Gough, H., Goggins, T., Bisessar, A., Baker, Lorensia, A., Canggih, B,, Wijaya, R.I.
M., et al. 1986. A Comparative Study 2013a. Analisa Adverse Drug Reactions
of The Relative Influence of Different pada Pasien Asma di Suatu Rumah Sakit,
Anticonvulsant Drugs, UV Exposure Surabaya, Jurnal Farmasi Indonesia, 6(3):
dan Diet on Vitamin Ddan Calcium 142–150.
Metabolism in Out-Patients with Epilepsy. Lorensia, A., Wahjuningsih, E., Supriadi.
Q J Med, 59: 569–77. 2012. Keamanan Penggunaan Aminofilin
Herr, C., Greulich, T., Koczulla, R.A., Meyer, pada Pengobatan Asma di Rumah Sakit,
S., Zakharkina, T., Branscheidt, M., Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, 1(4):
et al. The role of vitamin D in pulmonary 154–161.
disease: COPD, asthma, infection, dan Lorensia, A., Wijaya, R.I., Canggih, B. 2013b.
cancer. Respir Res. 12(1): 31. Studi Efektifitas Biaya terkait Pemilihan
Holick, M.F. 2004 Sunlight dan vitamin D for Obat Asma Bronkiale Rawat Inap di Suatu
bone health dan prevention of autoimmune Rumah Sakit Swasta di Surabaya. Jurnal
diseases, cancers, dan cardiovascular Ilmiah Sains & Teknologi, 7(1): 56–63.
disease. The American Journal of Clinical Lorensia, A., Wahjuningsih, E., Canggih B.,
Nutrition. 80: 1678S–1688. Lisiska, N. 2011. Pharmacist’s Strategies
Holick, M.F. 2010. The vitamin D solution: a in Treating Asthma Bronchiale Outpatient.
3-step strategy to cure our most common Jurnal of Tropical Pharmacy dan
116 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 106–117

Chemistry (UNMUL), 1(3): 177–191. Hydroxyvitamin D. Journal of Nutrition.


Maalmi, H., Berraïes, A., Tangour, E., 2010; 140: 2139–2144.
Ammar, J., et al. 2012. The impact of PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia).
vitamin D deficiency on immune T cells in 2004. PPOK (Penyakit Paru obstruksi
asthmatic children: a case-control study. Kronik). Pedoman Praktis Diagnosis dan
J Asthma Allergy, 5: 11–9. Penatalaksanaan di Indonesia.
Mahon, B.D., Gordon, S.A., Cruz, J., Plum, L.A., DeLuca, H. The functional
Cosman, F., Cantorna, M.T. et al. metabolism dan molecular biology of
2003. Cytokine profile in patients with vitamin D action. In: Holick MF, editor.,
multiple sclerosis following vitamin ed. Vitamin D: Physiology, Molecular
D supplementation. J Neuroimmunol., Biology, dan Clinical Applications. 2nd
134(1–2): 128–32. ed. New York, NY: Humana Press; 2010:
McDuffie, J.R., Calis, K.A., Booth, S.L., 61–97.
Uwaifo, G.I., Yanovski, J.A. 2002. Effects Reeder, A., Hurst, P.V. 2012. Consensus
of orlistat on fat-soluble vitamins in obese Statement on Vitamin D dan Sun Exposure
adolescents. Pharmacotherapy, 22(7): in New Zealdan. Wellington: Ministry of
814–22. Health.
Murray, RK., Granner, D.K., Mayes, P.A., RISKESDAS. 2008. Laporan Riset Kesehatan
Rodwell, V.W. 2014. Biokimia Harper. Daerah (RISKESDAS) 2007. Litbang
Jakarta: EGC. 25: 616–618. Depkes.
Naing, L., Win, T., Rusli, B.N. 2008. Medical Ross, A.C., Taylor, C.L., Yaktine, A.L., Valle,
Statistic: Practical Issues in Calculating H.B.D. 2011. Dietary Reference Intakes
the Sample Size for Prevence Studies, for Vitamin D dan Calcium. National
Archives of Orofacial Sciences 2006; 1: Academy of Sciences, Washington,
9–14. D.C.
National Center for Chronic Disease Sundberg, R., Toren, K., Franklin, K.A.,
Prevention dan Health Promotion. 2011, Gislason, T., et al. 2010. Asthma in
Data Source with Asthma Content: men dan women: Treatment adherence,
Behavioral Risk Factor Surveillance anxiety, dan quality of sleep. Respiratory
System (BRFSS). Medicine, 104(3):337–344.
NHLBI. 2007. Guidelines for the Diagnosis Sutherldan, E.R., Goleva, E., Jackson, L.P.,
dan Management of Asthma (EPR-3) – Stevens, A.D., Leung, DY. 2010. Vitamin
NIH (online). D levels, lung function, dan steroid
Niruban, S.J., Alagiakrishnan, K., Beach, response in adult asthma. Am J Respir Crit
J., Senthilselvan, A. 2015. Association Care Med. 2010;181: 699–704.
between vitamin D dan respiratory Tamašauskienė, L., Gasiūnienė, E.,
outcomes in Canadian adolescents dan Lavinskienė, S., Sakalauskas, R.,
adults. J Asthma., 52(7): 653–61. Šitkauskienė, B. 2015. Evaluation of
Oemiati, R., Sihombing M., adn Qomariah. vitamin D levels in allergic dan non-
2010. Faktor-faktor yang berhubungan allergic asthma. Medicina 103: 1–7.
dengan penyakit asma di Indonesia. Media Tehrani, H.G., Mostajeran, F., Shahsavari S.
Litbang Kesehatan. XX(1): 41–49. 2014. The effect of calcium dan vitamin
Park, C.Y., Hill, K.M., Elble, A.E., et al. D supplementation on menstrual cycle,
2010. Daily Supplementation with 25 body mass index dan hyperdanrogenism
mu g Cholecalciferol Does Not Increase state of women with poly cystic ovarian
Calcium Absorption or Skeletal Retention syndrome. J Res Med Sci. 19(9): 875–
in Adolescent Girls with Low Serum 25- 880.
Rivan Virldano Suryadinata, dkk., Profil Vitamin D pada Pasien… 117

Tsiaras, W.G., Weinstock, M.A. 2011. Factors how it results in asthma dan other chronic
influencing vitamin D status. Acta Derm diseases. Am J Respir Crit Care Med.
Venereol., 91(2): 115–24. 15;183(10): 1286–7.
Verdoia, M., Schaffer, A., Barbieri, L., Di WHO. 2003. Prevention of Allergy
Giovine, G., et al. 2015. Impact of gender dan Allergic Asthma - World Health
difference on vitamin D status dan its Organization (online).
relationship with the extent of coronary Williams, A.F., Aggett, P., Danerson, A.S.,
artery disease. Nutr Metab Cardiovasc Fraser, R. 2007. Update on Vitamin
Dis., 25(5): 464–70. D: Position statement by the Scientific
Weiss, S.T., Litonjua, A.A. 2011. The in utero Advisory Committee on Nutrition. The
effects of maternal vitamin D deficiency: Stationery Office.

You might also like