Professional Documents
Culture Documents
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika: Kajian Tentang Penyalahgunaan Narkotika Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika: Kajian Tentang Penyalahgunaan Narkotika Di Daerah Istimewa Yogyakarta
Suprayogo)
5
DAERAH MERAH PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA:
KAJIAN TENTANG PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Abstract
This study means to describe several aspects behaind drug abuse phenomena in Yogyakarta Special Territory.
Data resources were documents released by printed and electronic media, and relevant literatures, to be processed
and analyzed futher. The study shows that drug abuse in Yogyakarta starts to recede since 2015, but drug abuse
in young generation relatively increasing higher. Based on data released by Kedaulatan Rakyat and Tribun Jogja
newspapers, the most prevalent areas in yogyakarta are in Yogyakarta Municipality followed by Sleman Regency, as
areas that most destined by employees, students, and travellers. Drug abusers mostly conducted by youth in between
20 to 39 of age, as employees followed by students. This fact shows that there has been a shift in abusers status,
from students previously to employees. Drug that mostly cosumed by users in Yogyakarta are sabu-sabu and heroin.
That on line with drugs smuggling foil in Yogyakarta. The impacts of drug abuses are the increasing of criminality,
depression, and cronical diseases contamination sort of tuberculosis, HIV-AIDS, and death.
Abstrak
Penelitian Daerah Merah Penyalahgunaan Narkoba: Kajian Tentang Penyalahgunaan Narkoba di Daerah
Istimewa Yogyakarta bertujuan mendeskripsikan fenomena penyalahgunaan narkotika di DIY. Sumber data berupa
dokumen yang dirilis dari media cetak, elektronik, dan literatur yang berkait dengan penelitian ini, selanjutnya diolah
dan dianalisis menggunakan content analysis.Hasil kajian menunjukkan, bahwajumlah penyalahguna narkotika di
DIY mulai menurun sejak tahun 2015, namun ditemukan pemakai coba-coba cukup tinggipada usia muda. Berdasar
data yang dirilisSurat Kabar Kedaulatan Rakyat dan Tribun Jogja, daerah terbanyak peredaran dan penyalahguna
narkotika berdomisili di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. Sasaran utamanya adalah para pendatang
yang mencari pendidikan dan pekerjaan di Yogyakarta.Usia terbanyak antara 20-39 tahunberstatus pekerja dan
mahasiswa. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran status penguna narkotika yang sebelumnyaditempati pelajar
dan mahasiswa. Jenis Narkotikaterbanyak yang diminati dan dikonsumsi adalah sabu-sabu dan heroin. Kondisi ini
sejalan dengan banyaknya penyelundupan narkotika jenis sabu yang digagalkan dan yang beredardi DIY. Dampak
dari penyalahgunaan narkotika di DIY antara lain: meningkatnya angka kriminalitas, depresi, dan tertularnya berbagai
macam penyakit kronis seperti TBC, HIV/AIDS, dan bahkan kematian.
49
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 1, April 2017, 49-66
50
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika:.... (Listyawati dan R. Suprayogo)
51
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 1, April 2017, 49-66
analisis dokumen kerapkali disebut juga analisis untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
kegiatan (activity analysis) atau informasi serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan
(information analysis) bahkan kadang-kadang ketergantungan seperti hidromorfina, metalon,
dinamakan juga dengan analisis isi (content pefidine, pekodon dan marfina. Ketiga,
analysis). Dokumen yang tersedia tersebut, Narkotika golongan III, adalah Narkotika yang
penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan
informasi yang berguna dibidang masing-masing dalam terapi dan atau tujuan pengembangan
(Hadari Nawawi. 1990). Aspek yang digali antara ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi
lain terkait dengan: kondisi perkembangan, ringan mengakibatkan ketergantungan, seperti
penyebaran, faktor penyebab, dan dampak asetildihrokadenia, etilforfina, kadenia dan
penyalahgunaan narkotika. propirangan (Eugenia LL, 2000).
C. HASIL DAN PEMBAHASAN. Narkotika tidak hanya yang meningkat
pengguna saja tetapi juga jenisnya tambah
1. Pengertian Narkotika. beragam. Hasil temuan teraktual terdapat13
jenis narkotika terbaru dengan efek mengerikan,
Kata narkotika atau narcotics berasal
dan telah masuk di Indonesia, mengingat
dari kata narcosis yang berarti narkose atau
Indonesia masuk salah satu daftar pengguna
menidurkan, yaitu zat atau obat-obatan yang
narkotika tertinggi di dunia. 13 jenis narkotika
membiuskan. Dalam keseharian narkotika
tersebut adalah:
disebut Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif
(NAPZA). Berdasarkan UU No. 22 tahun a. Tembakau Gorila/Super cap Gorilla, jenis
1997, Narkotika adalah zat atau obat yang ini memiliki efek halusinasi,otak lemot,
tidak nafsu makan, lemas, sukar tidur,
berasal dari tanaman atau bahkan tanaman
ketergantungan/sakaw dan mematikan bagi
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
semua pengguna, yang baru-barutemuan
menyebabkan penurunan atau perubahan
oleh Mabes Polri pada Oktober kemarin.
kesadaran, kehilangan rasa, mengurangi
Jenis synthetic cannabinoid(kandungan zat
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat AB-CHMINACA) dengan memiliki efek toxic,
menimbulkan ketergantungan. Fungsi narkotika halusinagen dan cannabinoid.
bila ditinjau secara medis dipergunakan untuk
b. Narkotika CC4, sebagai narkotika kelas satu
pengobatan maupun bahan yang dipakai
memeliki efek lebih tinggi hingga 10 kali lipat
untuk keperluan industri dengan dosis yang
dibanding inex atau pil ekstasi. Efek terhadap
telah ditentukan. Pemakaian narkotika secara pengguna memberikan rangsangan kuat,
terus menerus tanpa pengawasan dokter akan halusinasi, semangat dan mendorong tubuh
berakibat secara fisik, mental, maupun sosial seorang penggunanya melakukan aktivitas
(Departemen Sosial RI, 2003). yang melampui batas kekuatan maksimum
Di dalam UU tersebut, narkotika tubuhnya sendiri.
digolongkan menjadi tiga tingkatan sebagai
c. Zolpidem, sleep walking pill, jenis ini
berikut. Pertama, Narkotika golongan I, adalah sebenarnya dibuat sebagai penganti obat
Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tidur valium, namun disalahgunakan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak pengguna yang berlebihan, sehingga
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi berdampak halusinasi sampai menyebabkan
sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan munculnya tindakan gila ketika tidur seperti
seperti tanaman papaver sommiverum I, agresip, mudah marah, tidur sambil berjalan,
opium, tanaman kokain dan turunannya, dan menyiksa diri sendiri.
heroin, morfin dan ganja. Kedua, Narkotika d. Scopolamine, jenis ini sering digunakan secara
golongan II, adalah Narkotika yang berkhasiat berkelompok dan biasanya untuk berbuat
pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir kejahatan kepada orang lain. Efek dalam
dan dapat digunakan dalam terapi dan atau mengunakan jenis ini adalah terhipnotis,
52
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika:.... (Listyawati dan R. Suprayogo)
mereka secara tidak langsung akan menuruti Narkotika jenis ini diklaim tidak ada yang
segala perintah orang yang berbicara. menandingi karena banyak kasus yang
meninggal setelah mengkomsumsinya.
e. Super powerful synthetic marijuana, jenis
ini termasuk dalam rajanya ganja, dikenal l. Jamur tahi sapi/magic mushroom (psilocybin
sebagai dimethylheptylpyran (DMHP), mushroom) di Indonesia dikenal dengan
pertama kali diracik oleh para militer AS jamur tahi sapi atau jamur kotoran sapi/
bertujuan untuk terapai relaksasi/mengatasi kerbau. Penggunaan ini sering digunakan
setres dan depresi para tentara. Efek penguna di pulau Bali sejak Januari tahun 2015,
ini menyeramkan, seorang bila memakai sehingga pemerintah melarangnya dan
0,0002 g, akan tertawa keras dan meringikik telah memberlakukan UU Narkotika tahun
seperti keledai, dan bila menggunakan 1 mg 2009 sebagai Narkotika golongan I. Efek
berefek tidak bisa bangun dari tidur selama dari Narkotika ini penguna mengalami flay,
3 hari. mengalami tingkat halusinasi tinggi sampai
tidak bisa dikontrol/menguasai diri ataupun
f. Nutmeg, ini merupakan buah pala, jenis ini
orang lain, dan menyebabkan kerusakan
sering disalahgunakan di luar negeri. Dampak
parah pada sel-sel ataupun gelombang otak
penguna ini halusinasi, sampai kematian.
penggunanya.
g. Human Growth Hormone (HGH), HGH ini
m. Krokodil (desomorphine), Narkotika ini jenis
merupakan horman pada manusia yang
terbaru terakhir adalah krokodil atau sering
berguna untuk pertumbuhan. Namun bagi
disebut desomorphine. Harga dari obat ini
atlet menggunakan horman ini dengancara
sangat murah dan memiliki efek dengan
menyuntik ke tubuh. Dampak yang diperoleh
heroin, namun apaabila dikomsumsi secara
stamina akan pulih lebih cepat dan dapat
berlebihan dapat menyebabkan keracunan
untuk melakukan aktivitas bertanding lagi.
darah, kerusakan arteri sampai mengalami
h.Bromo dragonfly, dapat dikatakan versi pembusukan pada bagian daging dan tulang
super dari LSD, jenis ini memiliki efek lebih (kejadiananeh.com, di apload 11 November
lama selama tiga hari berturut-turut, efek 2015).
sampingnya seperti kejang, penyempitan
Berkait dengan beberapa pendapat tersebut
pembuluh darah, dan beberapa kasus
di atas bahwa narkotika memiliki manfaat untuk
melakukan amputasi.
penyembuhan di dunia kedokteran maupun dapat
i. Rimonabant, jenis ini awalnya dipergunakan dipergunakan dalam perindustrian. narkotika
untuk meningkatkan seperma, penetralisir merupakan barang berbahaya, sehingga dalam
ganja, dan bahkan berguna dalam dunia
pemakaianya harus mengunakan resep dokter.
medis. Dengan banyaknya korban efek
Ditegaskan juga dalam undang-undang siapa
samping ini 90 persen orang mengalami
yang menyalahgunakan akan dijerat oleh
depresi dan bunuh diri, sehingga produk ini
hukum.Hal ini dikarenakanpemakaian narkotika
ditarik dari pasaran.
secara terus menerus tanpa pengawasan
j.Etorphine, super heroin, obat ini dibuat oleh
dokter akan berdampak secara fisik, mental,
para ahli medis untuk membius hewan-
maupun sosial.
hewan besar seperti kuda nil dan gajah
hanya 100gram saja gajah langsung terbius, 2. Peredaran dan Penyalahgunaan Narko-
dan apabila terkena tangan manusia akan tika.
mengalami overdosis.Sebab kekuatan dari Peredaran Narkotika yang terjadi di
etorphin 5000 kali lipat lebih tinggi dari pada
Indonesia sangat bertentangan dengan tujuan
heroin.
pembangunan nasional Indonesia untuk
k. Oxycontin oxycodone, efek yang dirasakan mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya
saat mengunakan jenis narkotika ini, sensasi dan masyarakat Indonesia seluruhnya yang
euphoria, kebahagian dan kedaiam imitasi adil, makmur, sejahtera tertib dan damai
seperti berada di “surga”. Efek kecanduan berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang
53
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 1, April 2017, 49-66
54
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika:.... (Listyawati dan R. Suprayogo)
Narkotika (Narkoba) Nomor 35 Tahun 2009 Januari 2013, bahwa 68 persen tersangka
tentang Narkotika kasus narkotika berasal dari kalangan karyawan,
Di dalam UU Republik Indonesia No. 22 profesional, dan pengusaha. Rincian lengkap
Tahun 1997 tentang Narkotika diantara pasalnya data tersebut dapat dapat dilihat pada grafik 1
berisi sebagai berikut: sebagai berikut.
a. Pasal 78 ayat 1 yang berbunyi: Barangsiapa Grafik 1
tanpa hak dan melawan hukum: Data Nasional Jumlah Tersangka Kasus
b. Menanam, memelihara, mempunyai dalam Narkotika Berdasarkan Jenis Pekerjaan
persediaan, memiliki, menyimpan, atau Dalam Kurun Waktu Tahun 2007 sampai 2011
menguasai Narkotika Golongan I dalam
bentuk tanaman, atau memiliki, menyimpan
untuk dimiliki atau untuk persediaan, atau
menguasai Narkotika Golongan I bukan
tanaman, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda
paling banyak Rp. 500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah).
c. Pasal 81 ayat 1: Barangsiapa tanpa hak
dan melawan hukum membawa, mengirim,
dipidana dengan pidana penjara paling lama
Sumber: BNN dan Markas Besar Kepolisian, dirilis
15 (lima belas) tahun denda paling banyak Rp.
oleh koran harian Kedaulatan Rakyat, tanggal
750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupia).
29 Januari 2013, yang telah diolah.
d. Pasal 85 ayat 1: Barangsiapa tanpa hak dan
melawan hukum: Grafik 1 menunjukkan, bahwa jumlah
1) Menggunakan Narkotika Golongan I bagi danpresentase tertinggi tersangka kasus
diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara narkotika mereka bekerja disektor swasta,
paling lama 4 (empat) tahun. pada urutan kedua mereka yang bekerja
2) Menggunakan Narkotika Golongan II bagi sebagai wiraswasta, kemudian mereka sebagai
diri sendiri, dipidana dengan pidana penjara pengangguran menduduki peringkat ketiga.
Selanjutnya mereka bekerja sebagai buruh
paling lama 2 (dua) tahun.
menduduki peringkat empat, dan yang bekerja
3) Menggunakan Narkotika Golongan III
disektor pertanianpun jumlahnya juga tidak
bagi diri sendiri, dipidana dengan pidana
sedikit karena menduduki peringkat kelima.
penjara paling lama 1 (satu) tahun (Senar
Sedangkan pelajar dan mahasiswa hanya
Grafika, 1999: 41).
menduduki peringkat keenam dan tujuh,
4) Undang-Undang terbaru Undang-Undang selebihnya TNI/Polri dan PNS. Kondisi ini dapat
Narkotika (Narkoba) Nomor 35 Tahun 2009 diasumsikan bahwa penyalahgunaan narkotika
tentang Narkotika. di Indonesia telah merambah kesemua lapisan
Upaya pemerintah membuat peraturan- masyarakat dan tidak memandang status sosial.
peraturan perundang-undangan yang mengatur Namun pada kurun waktu tersebut jumlah
masalah narkotika tersebut di atas, namun dan presentase terbesar adalah pekerja baik
realita yang ada penyalahgunaan Narkotika, disektor swasta, wiraswasta, buruh, PNS/TNI,
terus saja meningkat, bahkan peredaran dan dan petani. Disamping hal data penyalahgunaan
jenisnyapun juga meningkat. Realita tersebut narkotikatersebut, menunjukkan pergeseran dari
antara lain seperti data jumlah tersangka kasus tahun sebelumnya dari yang tadinya paling tinggi
narkotikaberdasarkan jenis pekerjaan dalam penyalahgunaan narkotika adalah mahasiswa
kurun waktu tahun 2007 hingga 2011 dari BNN dan pelajar sekarang hampir 97 persen adalah
dan Markas Besar Kepolisian, yang dirilis oleh pekerja sisanya adalah mahasiswa dan pelajar.
koran harian Kedaulatan Rakyat, tanggal 29
55
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 1, April 2017, 49-66
56
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika:.... (Listyawati dan R. Suprayogo)
sehingga menjadi peringkat urutan ke 8 berdasar signifikan dengan faktor lingkungan seperti:
data nasional penyalahgunaan narkotika, faktor keluarga, faktor temen, dan faktor
dan mengalami pergeseran jenis pekerjaan lingkungan sosial.
penyalahgunaan narkotika yang sebelumnya Data Direktorat Reserse Narkoba
di dominasi oleh mahasiswa sekarang (Ditresnarkoba) Pola DIY yang disampaikan oleh
didominasi oleh para pekerja dan jumlahnyapun Direktur Reserse Narkoba (Ditresnarkoba) Pola
signifkan bergeseran tersebut. Tentu kondisi ini DIY Kombes Pol Wijanarko bahwa, data mulai
mengkhawatirkan apabila tidak mendapatkan bulan Januari 2013 hinggaFebruari 2013, terdapat
perhatian yang serius mengingat dampak yang 26 tersangka kasus penyalahgunaan narkotika
ditimbulkan sangat komplek. Oleh karenanya yang berhasil ditangkap. Dari keseluruhan
perlu dilaksanakan perlu penelitian yang lebih pelaku tersebut, 13 orang diantaranya masih
mendalam oleh berbagai pihak terkait,tentang berstatus sebagai mahasiswa, dan kebanyakan
fenomena tersebut. Mengingat pengguna mereka berasal dari luar Yogyakarta. Beliau
narkotika tersebut merupakan usia produktif juga menjelaskan bahwa, faktor penyebab
yang mampu bekerja dan dimungkinkan banyaknya mahasiswa yang menggunakan
mereka sebagian besar telah berkeluarga yang narkotika, salah satunya adalah mahasiswa jauh
seharusnya bertanggung jawab untuk memenuhi dari pantauan orangtua karena tinggal terpisah.
kebutuhan keluarga baik fisik, psikis maupun Faktor lain, pengaruh lingkungan, ajakan teman
sosialnya. Sementara mereka berkelakuan yang sekitarnya, dan menjamurnya kos-kosan dan
melanggar norma budaya yang ada dengan banyak pendatang. Disamping hal tersebut
pengguna narkotika, yang seharusnya mereka maraknya hiburan malam juga dapat menjadi
menjadi contoh dan teladan yang baik, bagi penyebab kerawanan (Kedaulatan Rakyat,
anak dan kelaurga. tanggal 12 Februari 2013). Fakta ini dapat
3. Faktor Penyalahgunaan Narkotika. diasumsikan bahwa penyalahgunaa narkotika
dikalangan mahasiswa memprihatinkan bagi
Penyalahgunaan Narkotika dapat semua kalangan.
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor Maraknya penyalahgunnan narkotika di
penyalahgunaan narkotikaseperti yang DIY tidak dapat terlepas dengan ketersediaan
disampaikan oleh beberapa pakar. Hal senada barang dipasaran mudah didapat. Kondisi
juga dikemukakan hasil penelitian oleh Natasya tersebut diperkuat dengan ditemukan kasus
Rizky, 2013, bahwa faktor yang mempengaruhi penyelundupan narkotika yang digagalkan
penyalahgunaan Narkotika adalah faktor petegus KPPBC Pabean Yogyakarta. Data
narkotika itu sendiri, faktor individu, dan faktor lengkap sebagai berikut.
lingkungan. Berdasarkansumber yang sama,
hasil penelitian dengan judul Faktor Resiko
Terjadinya Penyalahgunaan Narkotika di Lapas
Kelas IIA Banda Aceh ada hubungan yang
Tabel 1
Kasus Penyeludupan Narkotika Yang Digagalkan
57
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 1, April 2017, 49-66
Tabel 1 tersebut di atas menunjukkan narkotika di DIY juga disebabkan oleh faktor pola
dalam kurun satu tahun jumlah narkotika asuh anak yang jauh dari pengawasan orang
yang gagal diselundupkan jumlahnya cukup tua, pengawasan para pendidik dan masyarakat.
tinggi.Apabila ditinjau dari jenisnya beragam Dengan tingginya jumlah penduduk pendatang
namun jumlah terbanyak adalah sabu-sabu, untuk melanjutkan pendidikandi DIY dari berbagi
hal ini mengindikasikan bahwa di Yogyakarta propinsi di Indonesia, yang jauh pengawasan dari
peminat penyalahgunaan narkotika jenis sabu- orangtua dan kurang kepedulian dari pendidik,
sabu paling diminati di DIY. Estimasi nilai uang maupun masyarakat tersebut, sehingga DIY
terbanyak narkotika jenis heroin ini dapat menjadi sasaran empuk dan menjadi daerah
diasumsikan bahwa, harga heroin lebih mahal merah bagi pengedar narkotika.
dibandingkan jenis narkotika lain.Selanjutnya Beberapa uraian kajian di atas diketahui
jenis sabu-sabu menduduki peringkat ke faktor penyebab penyalahgunaan narkotika
dua, walaupun apabila dilihat dari kuantitas disebabkan karena faktor individu, dan juga
lebih tinggi dibanding narkotika jenis heroin, disebabkan oleh faktor lain, seperti lingkungan,
ini mengindikasikan harga sabu-sabu lebih keluarga, sosial, budaya, ekonomi, serta
murah apabila dibandingkan heroin, sehingga mudahnya untuk mendapatkan narkotika. Hal
merupakan salah satu faktor penyebab senada juga di kemukakan hasil penelitian
penyalahgunanarkotika menggunakan sabu- oleh Natasya Rizky (2013). Mengingat
sabu. Selain hal tersebut pengaruhi pasar juga faktor penyebab penyalahgunaan narkotika
sangat berpengaruh atas ketersediaan barang, jenisnya beragam dan kompleks, maka dalam
kondisi tersebut dipengaruh oleh permintaan pencegahan perlu perlu melibatkan berbagai
sabu tinggi. Asal penyelundup narkotikapada pihak, selain dari unsur pemerintah, peran
tabel tersebut dari beberapa negara, namun keluarga, dan masyarakat diperlukan agar lebih
semua masuk wilayah Asia, berdasarkan realita efektif, karena unsur-unsur tersebut memiliki
tersebut bahwa peredaran narkotika di Negara- tugas dan fungsi masing-masing.
negara Asia sudah mengkhawatirkan. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi
Sementara BNNP DIY menyatakan fakta tersebut di atas, perlunya tindakan prefentif
bahwa, jumlah jaringan yang dapat diungkap dilakukan untuk pencegahan penyalahgunaan
pada tahun 2014 hanya 5 kasus dan pada narkotika. Dalam tindakan prefentif ini yang
tahun 2015 sebanyak 6 kasus(pikiran rakyat. terlibat selain pemerintah terkait dan semua
com, 2016/04/25).Kondisi ini tidak sebanding elemen masyarkat. Tindakan ini juga perlu
dengan jumlah kasus penyalahgunaan narkotika dilaksanakan secara komperhensip, antara
dan tingkat peredaran narkotika di DIY. Hal ini lain dengan meningkatkan penegakkan
juga dapat menjadi salah satu penyebab faktor hukum dan kesenergian dalammenaggulangi
penyebab penyalahgunaan narkotika yang maraknya penyalahgunaan narkotika di DIY.
ada di DIY, sehingga perlu ditingkatkan dalam Dengan meningkatkan penangkapan terhadap
upaya penangkapan oleh pihak kepolisian pengedar dan penguna penyalahgunaan
yang bersenergi dengan pihak-pihak terkait narkotika, serta memproses hukum lebih cepat
seperti petugas pelabuan maupun bandara, dan dihukum sesuai dengan ketentuan hukum
serta masyarakat. Mengingat penawaran yang berlaku, diharapkan para pengedar
dan permintaan (supply dan demand) dapat dan pengguna akan jera.Selain hal tersebut,
saling berpengaruh di DIY, sepertipara calon meningkatkan sosialisasi tentang bahayanya
pembeli dan penjual narkotika dalam hal penyalahgunaan narkotika apabila disalah
saling keterkaitan. Dengan kata lain bahwa gunakan, terhadap semua lapisan masyarakat
tingginya penyalahgunaan narkotika di DIY sebagai sasarannya, secara berkelanjutan.
dapat dikarenakan faktor adanya ketersediaan Hal ini dikarenakan penyalahgunaan narkotika
narkotika dan pemakai/konsumen. Selain hal sudah merambah disemua lapisan msyarakat
tersebut pengaruh peningkatan penyalahgunaan yang tidak memandang usia dan status
58
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika:.... (Listyawati dan R. Suprayogo)
sosialnya. Bentuk sosialisasi antara lain dan pemantauan terhadap anak didik, baik
melalui ceramah, disksusi, seminar/sarasehan, disekolahan maupun ketika sudah di rumah
pada perkumpulan muda-mudi, sekolahan- bekerjasama keluarga. Menjaga lingkungan
sekolahan, kampus, forum pengajian, maupun yang “sehat” yang bebas dari narkotika, peran
pada pertemuan umum lainnya. Sosialisasi masyarakat dan tokoh masyarakat, juga sangat
juga diperlukan melalui media cetak maupun penting yaitu dengan menjaga keharmonisan
elektronik. Pihak-pihak yang terlibat pada antar warga dan pengawasan perilaku warga
sosialisasi tersebut adalah institusi Kepolisi, yang negatif. Disamping hal tersebut perlunya
Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, proaktif untuk melaporan terhadap pihak yang
Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan, berwajib apabila terjadi penyalahgunaan
dan Lembaga Organisasi Sosial terkait. dan peredaran narkotika di lingkungannya.
Dalam implementasinya, kepedulian Dengan upaya tersebut dalam pencegahan dan
dari pihak terkaitseperti peran aktif dari meminimalisir,penyalahgunaan narkotika di DIY
keluarga, masyarakat, sangat diperlukan dalam akan lebih efektif dan efisien.
pencegahan tersebut, antara lain dengan 4. Dampak Penyalahgunaan Narkotika.
menjaga lingkungan yang “sehat”di keluarga.
Menurut Singgih Gunarso (1995) bahwa Penyalahgunaan narkotika memiliki rentan
fungsi keluarga juga penting. Fungsi keluarga dan berisiko terhadap tertularnya berbagai
menurutnya adalah: a. Mendapatkan keturunan macam penyakit dan yang lebih fatal adalah
dan membesarkan anak. b. Memberikan afeksi kematian. Sebagian besar penyalahggunaan
atau kasih sayang, dukungan dan keakraban. narkotika kurang menyadari akan hal tersebut,
c. Mengembangkan kepribadian. d. Mengatur yang lebih memprihatinkan lagi bagi yang sudah
pembagian tugas, menanamkan kewajiban, tau akan resiko hal namun tetap melanggarnya.
hak agama, sistem nilai moral kepada anak. Kondisi ini apabila kurang mendapatkan
dan tanggung jawab. e. Mengajarkan dan perhatian yang serius dari berbagai pihak,
menurunkan adat istiadat, kebudayaan. dapat berdampak kompleks baik jangka
Membesarkan anak melalui memberikan pendek maupun panjang terhadap individu
afeksi, dukungan, menanamkan hak dan dan mengancam dapat kehidupan berbangsa
kewajiban serta tanggungjawab, maupun dan bernegara, apabila kurang mendapatkan
menanamkan norma adat istiadat, budaya, perhatian yang serius dari berbagai pihak.
agama, sistem moral pada anak dengan baik Berdasar paparan tersebut, dampak
seperti tersebut di atas maka, tumbuh kembang penyalahgunaan narkotika sangat luas baik fisik,
anak terpenuhi kebutuhan baik fisik, psikis, sosial, mental, masa depan individu pemakai
dan sosial. Selain itu keluarga dapat berfungsi maupun bangsa merebahnya kriminalitas.
erat hubungannya dengan keberhasilan dalam Disamping hal tersebut juga dapat tertularnya
penanganan korban penyalahgunaan narkotika, berbagai penyakit menular seperti HIV-AIDS,
melalui pengawasan dan pendampingan dalam TB maupun penyakin kronis lainnya. Keadaan
proses penyembuhan. Dampak dari hal tersebut, ini apabila kurang mendapatkan perhatian yang
anak dapat tumbuhkembang normal baik fisik secara serius, tepat dan cepat, akan berakibat
psikis, dan sosial, serta memiliki norma yang fatal untuk kehidupan bermasyarakat maupun
baik, sehingga anak nanti menjadi generasi mengancam keselamatan negara, mengungat
yang mampu menghadapi pengaruh negatif dari penyalanggunaan narkotika telah merambah
luar, salah satunya penyalahgunaan narkotika kesemua lapisan masyarakat dan tidak melihat
dan mampu berkompetitif. statusnya, bahkan terhadap anak di bawah umur
Peran pendidik untuk menjaga lingkungan telah memakai dan mengedarkan narkotika.
yang “sehat” dari pergaulan anak didik yang Salah satu hal yang perlu diwaspadai
“negatif” dan penyebaran narkotika di lingkungan pengguna narkotika, adalah dampak tertularnya
sekolah, dengan meningkatkan pengawasan Human Immunodeficiency Virus (HIV)-
59
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 1, April 2017, 49-66
Acguired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). (VCT), Program Terapi Rumatan Methadone,
Berdasarkan data per bulan Agustus 2011 yang rujukan Atiretroviral Therapy (ART), dan
disampaikan oleh Pusat Komunikasi Publik Kelompok Dukungan Sebaya. Untuk membuat
Seketaris Jendral Kementerian Kesehatan, efek jera para penyalahggunaan narkotika
yang dirilis surat khabar harian Kedaulatan pemerintah akan mengeksekusi mati 68 bandar
Rakyat, tanggal 16 September 2013 bahwa, narkotika (Kedaulatan Rakyat, tanggal 02
penularan penyakit HIV-AIDS paling banyak Desember 2014).
melalui hubungan heteroseksual sebesar 51,30 Menurut data yang dirilis Komisi
persen, pengguna Narkotika suntik sebanyak Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten
39,60 persen, lelaki seks lelaki sebanyak 3,10 Cilacap menderita HIV-AIDS cukup banyak.
persen, sedangkan perinatal atau dari ibu Dengan rincian 31 napi Pulau Nusakambangan
pengidap HIV-AIDS kepada bayinya sebanyak (paling banyak di Lapas Batu berjumlah 10
2,60 persen. orang, di Lapas Narkotika sebanyak sembilan
Senada juga oleh Ober Siregar (2011), orang, lainnya tersebar di Lapas Permisan,
dalam penelitian dengan judul Pengaruh Lapas Kembang Kuning,Lapas Pasir Putih, dan
Narkotika terhadap Pergaulan Remaja, satu orang di Lapas Cilacap. Jumlah 32 orang
mengungkap bahwa dampak yang dirasakan pengidap HIV-AIDS tersebut diantaranya Warga
para remaja yang menyalahgunakan narkotika Negara Asing (WNA). Sebagian besar yang
adalah kesehatan terganggu, materi (uang) terindikasi HIV-AIDS di Lapas tersebut sebagian
terkuras, dan sekolah menjadi terbengkelai. besar penyalahggunaan narkotika. Di Lapas
Hal tersebut beresiko tinggi terhadap tidak bisa tidak ada pemisahan antara napi yang terinfeksi
melanjutkan pendidikanya, sehingga dapat HIV-AIDS tersebut dengan napi lain yang belum
mengancam Sumber Daya Manusia (SDM) terinfeksi. Napi terinfeksi HIV-AIDSdirahasiakan
di masa mendatang, apabila kurang segera identitasnya, sehingga mereka tetap bergaul
mendapatkan penanganan. dengan napi lain, sehingga beresiko tinggi terjadi
Narapidanakasus narkotika pengidap penularan. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan
HIV-AIDS di Indonesia jumlahnya meningkat mengingat tidak sedikit narapidana memiliki
segnifikan. Data tahun 2011 tercatat 787 perilaku seks yang menyimpang. Sarana dan
orang napi mengidap AIDS, kemudian data prasarana yang terbatas di Lapasdiprediksikan
tahun 2014 melonjok menjadi 1.042 orang, juga berperan terhadap peningkatan jumlah
atau mengalami peningkatan sebanyak 255, napi yang terinfeksi HIV-AIDS. Oleh karenanya
kenaikan ini jumlahnya tidak sedikit mengingat kebijakan tersebut perlu ditinjau ulang dan
yang ditimbulakan sangat fatal dan jumlah perlu disikapi secara serius mengingat dampak
potensi untuk menyebarkan ke orang lain juga terinfeksi HIV-AIDS memerlukan waktu lama
tinggi, sehingga dapat diprediksikan kenaikan untuk disembuhkan bahkan bisa terjadi kematian
untuk tahun-tahun kedepan jumlahnyapun akan (Sinar Indonesia, tanggal 2 Desember 2014).
tinggi. Kenaikan tersebut disebabkan jumlah Kondisi tersebut diperkuat dengan berita
warga binaan pada tahun 2011 sebanyak 36.759 yang dirilis surat kabar Tribun Jogja tentang
orang dan tahun 2014 meningkat menjadi 56.877 kasus HIV-AIDS di Kota Yogyakarta kurun waktu
orang. Melihat jumlah tersebut Direktur Informasi tahun 2004-2013berdasarkan faktor resiko
dan Komonikasi Ditjen Permasyarakatan penyebab, yang disampaikan Sekertaris Komisi
Kementerian Hukum dan HAM Ibnu Chaldun, Perlindungan Anak (KPA) Kota Yogyakarta. Data
mengatakan bahwa kondisi tersebut berbanding lengkapnya adalah sebagai berikut.
lurus dengan prevalensi penderita HIV-AIDS di
seluruh Lapas se-Indonesia. Berbagai upaya
telah dilakukan dengan mensenirgikan untuk
meminimalisir jumlah napi pengidap HIV-
AIDS. Diantaranya, Volunteer Counseling Test
60
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika:.... (Listyawati dan R. Suprayogo)
Grafik 2
Kasus HIV-AIDS di Kota Yogyakarta Kurun Waktu 2004-2013
Berdasar Faktor Resiko Penyebab
61
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 1, April 2017, 49-66
mengingat pada usia tersebut pada umumnya medis ataupun sosialnya. Rehabilitasi
berstatus mahasiswa, bekerja dan sudah secara medis bertujuan untuk penyembuhan
berumah tangga. Pada status tersebut mereka korban penyalahgunaan narkotika secara
seharusnya para generasi muda melakukan medis untuk pemulihan fisik, sedangkan
kegiatan yang positif untuk mempersiapkan dalam pelaksanaannya yang terlibat adalah
masa depannya dengan baik, sehingga nantinya Kementerian Kesehatan. Setelah korban
mampu berkompetitif dan menhadapi masa penyalahgunaan narkotika dinyatakan sehat
depan lebih baik. Selanjutnya mereka yang secara fisik oleh dokter, selanjutnya mereka
telah berstatus berumahtangga, dapat menjadi perlu mendapatkan rehabilitasi sosial.
tauladan bagi keluarga serta dapat memenuhi Rehabilitasi sosial dimaksukan untuk sebagai
kebutuhan tumbuhkembang anak dengan pemulihan kembali keadaan individu yang
optimal baik fisik, psikis, maupun sosial, namun mengalami permasalahan sosial kembali seperti
yang terjadi mereka berperilaku tidak terpuji semula. Rehabilitas sosial merupakan upaya
dengan tindakan melanggar normaseperti yang ditujukan untuk mengitegrasikan kembali
penyalahgunaan narkotika dan pergaulan seseorang kedalam kehidupan masyarakat
yang tidak “sehat”, sehingga dapat berdampak dengan cara membantu menyesuaikan diri
tertular penyakitHIV-AIDS serta penyakit kronis dengan keluarga, masyarakat, dan pekerjaan.
lain. Dampak dari hal tersebut dapat beresiko Seseorang dapat berintegrasi dengan
tinggi menularkan HIV-AIDS kepada keluarga masyarakat apabila memiliki kemampuan fisik,
dan pasangannya. mental, dan sosial serta diberikan kesempatan
Dampak penyalahgunaan narkotika untuk berpartisipasi. Dengan kondisi yang
yang beragam dan kompleks tersebut di demikian mereka akan mampu kedalam
atas, apabila kurang mendapatkan berhatian keadaan sosial yang normal seperti orang
seriusdari berbagai pihak dapat berdampak pada umumnya. Selama dalam mengikuti
jangka pendek antara lain seperti terhambatnya rehabilitasi sosial mereka diberikan mengikuti
dalam melanjutkan pendidikan dan memenuhi kegiatan tentang memperkuat mental psikis
kebutuhan keluraga seperti orang normal lain. (agama), diberikan motivasi percaya diri, dan
Dampak jangka panjang dapat mengancam menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga
SDM pada mendatang bahkan kematian, mereka mampu bersosialisasi terhadap
sehingga nantinya dapat mengancam kehidupan keluarga, masyarakat, maupun tempat kerjanya
berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya apabila sudah bekerja.
dalam penanggulangan yang komperhensif, Pada jaman sekarang rehabilitasi spsial
untuk perlu tindakan prefentif maupun dapat dilaksanakan di panti-panti dalam hal
rehabilitasi dari pihak-pihak terkait. Upaya ini panti rehabilitasi sosial penyalahgunaan
dalam penanggulangan narkotika tersebut, tidak narkotika baik milik pemerintah maupun
hanya tanggungjawab pemerintah saja namun swasta, namun kondisi dewasa ini jumlah dan
merupakan tangggungjawab semua lapisan daya tampungnya sangat minim. Situasi yang
seperti yang tersirat padatertuang pada dalam demikian menjadikendala dalam penanganan
Inpres Nomor 12 tahun 2011, pemberantasan rehabilitasisosial korban penyalahgunaan
narkotika tidak hanya tanggungjawab BNN narkotika yang jumlahnya cenderung meningkat
dan Kepolisian, namun semua Lembaga, walaupun berbagai upaya telah dilakukan.
departemen, dan Kepala Daerah, “masyarakat Tujuan rehabilitai sosial diantaranya
kita ajari supaya hidup produktif agar terhindar adalah: 1. Memulihkan kembali rasa harga
dari narkotika”seperti tersebut di atas. diri, kesadaran serta tanggungjawab terhadap
Upaya dalam penangggulangan dari masa depan diri, keluarga, maupun masyarakar
dampak korban penyalahgunaan narkotika, atau lingkungan sosialnya. 2. Memulihkan
antara lain dengan tindakan penanganan kembali kemauan dan kemampuan untuk
melalui rehabilitasi baik terhadap rehabilitasi dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara
62
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika:.... (Listyawati dan R. Suprayogo)
wajar(blogpot.com, 22 Juni 2012, Konsep Disamping hal tersebut DIY merupakan salah
Rehabilitasi Sosial oleh Eukaristia Victorique). satu tujuan pariwisata yang ada di Indonesia,
Pasca rehabilitasi sosial, korban hal tersebut dapat berdampak menjamurnya
penyalahgunaan narkotika tersebut perlu hiburan malam. Dengan kondisi demikian
mendapatkan pendampingan secara tidak berlebihan di DIY menjadi daerah merah
komperhensip dari pendampingan yang peredaran narkotika. Hal tersebut diperkuat
profesional. Selain hal tersebut peran keluarga dengan hasil kajian bahwa, usia penyalahgunaan
sangat besar guna pemulihan sosial anaklebih narkotika sebagian besar berusia produktif dan
efektif dalam penyembuhan secara sosial berstatus karyawan (swasta, wiraswata, PNS,
dengan pengawasan agar tidak memakai buruh, petani), dan pelajar, bahkan ada yang
narkotika lagi, membangun percaya diri pada masih usia anak.
anak, dan memberikan perlindungan dan kasih Penyalahguna narkotika yang dari luar
sayang. Dengan mendapatkan rehabilitasi medis DIY jumlahnya cukup tinggi. Berdasar laporan
dan sosial, pendampingan yang profesional BNN, di DIY ditemukan jumlah penguna pemula
dibidangnya, dan peran serta keluarga, dalam tidak sedikit, ini menjadi keprihatinan bersama.
penanganan dampak dari penyalahgunaan Faktor penyebabnya penyalahgunaan narkotika
narkotika akan lebih efektif dan efisien, di DIY beragam jenisnya antara lain: Faktor pola
sehingga korban penyalahgunaan narkotika asuh anak yang jauh dari pengawasan orangtua,
akan dapat tertangani secara tepat dan cepat para pendidik dan masyarakat; Menjamurnya
sesuai kebutuhannya dan menjadi generasi hiburan malam; Ketersediaan narkotika
yang mampu berkompetitif dan berguna bagi dipasar sehingga mudah didapat, hal tersebut
keluarga, bangsa dan negara. ditengarahi dengantingginya tingkat peredaran
D. SIMPULAN dan penyelundupan di DIY pada akhir-akhir
ini. Kondisi ini tentu tidak terlepas dari hukum
Berdasarkan fenomena tersebut dapat ekonomi tentang demand and suplay, ada
disimpulkan bahwa, jumlah penyalahguna permintaan pasti ada penawaran.
narkotika secara nasional kuantitas maupun Dampakpenyalahgunaan narkotika sangat
kualitas cenderung meningkat, miskipun luas dan kompleks, baik terhadap fisik, sosial,
berbagai upaya telah dilakukan, seperti mental/psikis, masa depan individu pemakai
penangkapan terhadap korban, pengedar, maupun bangsa, serta merebahnya berbagai
bandar, dan penggagalan penyeludupan. Selain kriminalitas. Disamping hal tersebut juga dapat
hal tersebut, penangkapan terhadap pengedar tertular berbagai penyakit menular seperti HIV-
dan bandar jumlahnya tidak sebanding AIDS, TB maupun penyakin kronis lain. Keadaan
jumlah korban dan peredaran narkotika yang ini apabila kurang mendapatkan perhatian
diselundupkan. Kondisi demikian tidak jauh serius, tepat dan cepat, akan berakibat fatal
berbeda di DIY yang mengalami penurunan baik terhadap korban, kehidupan bermasyarakat
jumlah penyalahguna narkotika, sehingga maupun mengancam keselamatan negara,
sekarang menduduki peringkat kedelapan yang mengingat penyalanggunaan narkotika telah
sebelumnya peringkat kelima secara nasional. merambah kesemua lapisan masyarakat dan
Jumlah penyalahguna narkotika DIY tidak melihat status, bahkan terhadap anak di
terbanyak berdomisili di Kota Yogyakarta bawah umur telah memakai dan mengedarkan
kemudian urutan kedua Kabupaten Sleman, hal narkotika.Penyalahguna narkotika mayoritas
ini dikarenakan jumlah penduduk dan tingkat berusia produktif dan berstatus karyawan dan
mobilitas penduduk lebih tinggi dibanding pelajar.Bagi mereka yang berstatus pelajar
kabupaten lain karena dua kabupaten tersebut memiliki resiko tidak dapat melanjutkan sekolah
selain menjadi pusat kota, juga merupakan pusat sedangkan yang berstatus bekerja mengurangi
pendidikan sehingga banyak pendatang mencari produktivitas kerja bahkan bisa terancam
sekolahan, perguruan tinggidan pencari kerja. Pemutuhan Hubungan Kerja (PHK), sehingga
63
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 1, April 2017, 49-66
tidak dapat memenuhi kebutuhan sosial memunginkan mereka terjerumus kembali untuk
ekonomi keluarga.Dampak yang lebih fatal dari menyalahgunakan narkotika. Agar penangan
hal tersebut dapat mengalami kematian. lebih efektif, peran pendamping sosial, lembaga
Dengan fenomena tersebut di atas swasta terkait, keluarga, dan tokoh masyarakat
perlu upaya peningkatan penanggulangan sangat penting.
penyalahgunaan narkotika melalui penanganan Kedua, upaya meningkatkan pencegahan
(kuratif) dan pencegahan (prefentif). Upaya penyalahgunaan narkotika, perlu langkah
tersebut perlu direkomendasikan di tingkat pusat preventif. Upaya preventif dilaksanakan
dan daerah yangditujukan kepada: dengan berbagai kegiatan mengingat faktor
Pertama, upaya meningkatkan penyebabnya juga beragam jenisnya dan
penanganan korban penyalahgunaan narkotika, multideminsi. Dalam implementasinya, upaya
dalam upaya ini pihak yang terlibat antara lain preventif perlu melibatkan berbagai instansi
Kementerian Kesehatan. Salah satu tugas baik tingkat pusat maupun daerah seperti:
dan fungsinya adalah penanganan dampak Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan,
bagi korban penyalahgunaan narkotika perlu Kementerian Pendidikan, Kementerian Agama,
direhabilitasi secara medis yang melibatkan BNN, BNK, BND, dan Kepolisian. Lebih efektif
ahli medis. Penanganan medis dimaksudkan melibatkan lembaga terkait, LSM, keluarga,
untuk penyembuhan korban, hingga sembuh masyarakat, dan tokoh masyarakat.
secara fisik, psikis, dan sosial maupun dampak Berbagai upaya prefentif mempunyai peran
yang lain seperti tertularnya berbagai penyakit dan fungsi masing-masing, namun peran dan
dan bebas dari racun narkotika. Setelah fungsi tersebut mempunyai maksud dan tujuan
secara medis dinyatakan sehat oleh medis, yang sama yaitu pencegahan masyarakat dari
korban penyalahgunaan narkotika berhak penyalahgunaan narkotika. Upaya pencegahan
dan berkewajiban memperoleh penyembuhan dilakukan antara lain dengan meningkatkan
secara sosial (rehabilitasi sosial). kegiatan sosialisasi tentang bahayanya
Penanganan selanjutnya adalah upaya narkotika ke semua lapisan masyakat secara
meningkatkan penanganan korban penyalah- berkesinambungan, mengingat penyalahgunaan
gunaan narkotika perlu melalui rehabilitasi narkotika telah merambah kesemua lapisan
sosial.Rehabilitasi sosial bertujuan untuk masyarakat dan tidak memandang status sosial.
memulih kondisi sosial korban hingga sembuh Metode dalam sosialisasi dapat dilakukan
secara sosial seperti orang normal lain. dengan ceramah, diskusi diberbagai kegiatan di
Rehabilitasi sosial dapat dilaksanakan di panti sekolahan, kampus, Karang Taruna, pengajian,
rehabilitasi dalam hal ini panti rehabilitasi sosial dan pertemuan-pertemuan lain. Sosialisasi
korban penyalahgunaan narkotika. Dalam melalui media cetak dan elektronik juga
upaya ini, salah satu instansi yang terlibat diperlukan. Pada kegiatan ini yang terlibat adalah
adalah Kementerian Sosialberkelaborasi semua unsur terkait tersebut di atas, dengan
dengan Kementarian Agama. Meskipun sarana keterpaduan dalam sosialisasi akan dapat lebih
dan prasarana sudah tersedia, namun apabila efektif dan efisien. Selain sosialisasi upaya
ditinjau dari kuantitas dan kualitasnya masih tersebut juga dengan mengiatkan upaya kuratif
perlu ditingkatkan. Mengingat daya tamping untuk penangkapan dan penegakan hukum
korban penyalahgunaan narkotika dan lembaga bagi pengedar (kurir), penyelendup, maupun
yang ada tidak sebanding, sehingga sebagian agen sesuai hukum yang berlaku sehingga
besar tidak dapat direhabiliatsi sosial, berdampak penguna, penjahat narkotika menjadi jera. Hal
pada menghambat pelayanan rehabilitasi ini dikarenakan proses penanganan kasus
sosial. Kondisi ini beresiko kompleks terhadap akhir-akhir ini masih lambat dan penangkapan
korban, seperti tidak mampu bersosialisasi tidak sebanding dengan peredaran narkotika
terhadap lingkungan, sehingga dapat yang marak di DIY. Peran keluarga, masyarakat,
berdampak pada tekanan psikis/mental yang dan tokoh masyarakat juga tidak kalah penting
64
Daerah Merah Penyalahgunaan Narkotika:.... (Listyawati dan R. Suprayogo)
65
Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 41, No. 1, April 2017, 49-66
66