You are on page 1of 7

PENGARUH TEHNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN

ISTIRAHAT – TIDUR KLIEN DI RUANGAN VIP-B


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIMA

A. Haris AB., Muhtar

Abstract: Technique of practice of relaxation progressive as one of technique of muscle relaxation have proven
or there are satisfying result in therapy program to muscle stress capable to overcome sigh of Anxietas,
insomnia, tired, muscle cramps, neck pain in bone and waist, high blood pressure, light phobia and stutter. The
bearing between technique of relaxation and accomplishment of requirement from sleep and rest is very hand in
glove because sleep and rest depended from muscle relaxation. This research type is Pra Eksperiment by using
approach of One Group Pra Test – Post Test Design with population are all clients of fell trouble
accomplishment of requirement of rest-sleep in room of VIP-B RSUD Bima. Intake of sample by purposive
sampling with amount of sample counted 20 responden. Instrument that the writer used is technique guidance
of progressive relaxation, kuisioner and guidance of observation. Then, gathered the data tabulation in frequency
distribution table as according to accurate sub variable and analyzed by using test of t-test. The result of research
show storey, level accomplishment of requirement of client sleep and rest before conducted by technique of
relaxation progressive reside in category sleep less (100%) and after conducted by technique of relaxation
progressive reside in category sleep enough (60%) and good sleep (40%). Pursuant to result of the test of
statistic t-test got by value of t-count equal to 11,481 with degree of freedom (df) 19 and level of significance
0,000. It is indicate that t-count > t-table (11,481 > 1,729). Therefore, Ho is refused and Ha is accepted. It means
there is technique effective of progressive relaxation to accomplishment of requirement of rest-sleep client in
room of VIP-B RSUD Bima. The conclusion of this research there is technique effective of progressive
relaxation to accomplishment of requirement of rest-sleep client in room of VIP-B RSUD Bima.

Kata Kunci : Tehnik Relaksasi Progresif, Kebutuhan Istirahat-Tidur

LATAR BELAKANG nyaman dan rasa nyeri menjadi penyebab utama


Setiap orang membutuhkan istirahat dan gangguan istirahat-tidur (Hirnle, 2000).
tidur agar dapat mempertahankan status kesehatan Menurut Carpenito (1995) dalam Alimul
pada tingkat yang optimal. Pemenuhan kebutuhan (2006), gangguan pola istirahat-tidur secara umum
istirahat dan tidur sangat penting terutama bagi orang merupakan suatu keadaan dimana individu
yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam
kerusakan pada sel. Apabila kebutuhan istirahat dan jumlah dan kualitas pola istirahat-tidur yang
tidur tersebut cukup, maka jumlah energi yang menyebabkan ketidaknyamanan. Gangguan ini
diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan terlihat pada klien dengan kondisi yang
mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari- memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang
hari terpenuhi (Alimul, 2006). dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman didaerah
Hospitalisasi atau dirawat di rumah sakit sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva
dapat menyebabkan gangguan istirahat-tidur. merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit
Ketidakmampuan klien mendapatkan posisi yang kepala, dan sering menguap atau mengantuk.

________________________________________________________________________
A. Haris AB., Muhtar: Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Mataram, Jl. Kesehatan V/10 Mataram
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

Tindakan keperawatan mandiri yang bisa Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat
diberikan kepada klien sebagai alternatif yang dapat pengaruh tehnik relaksasi progresif terhadap
dipilih untuk mengatasi gangguan istirahat–tidur pemenuhan kebutuhan istirahat–tidur klien di
adalah dengan menciptakan lingkungan keperawatan ruangan VIP-B Rumah Sakit Umum Daerah Bima.
yang tenang, membatasi pengunjung, menganjurkan Mengingat bahwa klien yang sakit dan dirawat
klien tehnik relaksasi, masase punggung, dan latihan dirumah sakit ada kecenderungan mengalami
guided imageri (Mija, 1995). gangguan istirahat–tidur, sementara istirahat-tidur
Tehnik latihan relaksasi progresif sebagai sangat tergantung dari kemampuan klien
salah satu tehnik relaksasi otot telah terbukti atau mendapatkan kenyamanan serta relaksasi otot dan
terdapat hasil yang memuaskan dalam program terapi psikisnya. Oleh karena itu, relaksasi progresif dapat
terhadap ketegangan otot yang mampu mengatasi diberikan sebagai salah satu alternatif tindakan
keluhan anxietas, insomnia, kelelahan, kram otot, keperawatan untuk memenuhi kebutuhan istirahat–
nyeri leher dan pinggang, tekanan darah tinggi, tidur klien.
phobia ringan, dan gagap (Asmadi, 2008). Kaitan
METODE
antara tehnik relaksasi dan pemenuhan kebutuhan
Desain yang digunakan adalah “Quasy
istirahat tidur sangat erat, karena istirahat dan tidur
Eksperiment Design” dengan menggunakan
tergantung dari relaksasi otot (Hirnle, 2000).
pendekatan One Group Pra Test – Post Test Design.
Perawat mempunyai kontak paling lama
Penelitian ini menggunakan metode purposive
dengan klien, sehingga peran perawat dalam upaya
sampling berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi
penyembuhan klien menjadi sangat penting,
dari klien rawat inap yang mengalami gangguan
termasuk dalam menangani klien dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur di ruangan VIP-
istirahat–tidur, perawat perlu mengetahui kebiasaan
B RSUD Bima. Pengumpulan data menggunakan
(rutinitas) yang dilakukan klien sebelum tidur agar
instrumen berupa kuesioner dan pedoman observasi
dapat mengatasi penyebab gangguan tidur. Perawat
serta Visual Analog Scale (VAS). Insrumen lain yang
juga perlu bertukar pikiran dengan klien tentang
digunakan adalah pedoman pelaksanaan tehnik
cara-cara mengatasi masalah tidur dan memberikan
relaksasi progresif. Analisa data menggunakan
informasi tentang cara-cara memenuhi kebutuhan
statistik parametris dengan pendekatan t-test. Untuk
tidur, meskipun profesi lain juga tidak kalah
mengetahui pengaruh tehnik relaksasi progresif
pentingnya. Perawat harus berani mengaplikasikan
terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien
secara profesional kemampuan kognitif, ketrampilan
di ruangan VIP-B RSUD Bima, peneliti
psikomotor dan afektifnya di tatanan klinik dengan
menggunakan taraf signifikansi (α = 0,05).
penuh keyakinan dan percaya diri, karena kenyataan
di lapangan tindakan keperawatan mandiri dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
penanganan klien dengan gangguan istirahat – tidur
Karakteristik Responden
jarang dilakukan dan sedikit ditemui dalam catatan
dokumentasi keperawatan klien. Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian di
Ruangan Vip-B RSUD Bima, Oktober 2010
Haris, Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat – Tidur Klien

Karakteristik memulai tidur dan mempertahankan tidur. Hal ini


No F %
Responden
dapat dilihat dari hasil kuesioner yang telah dijawab
Umur
1.
a. 18 – 25 tahun 4 20 oleh responden. Hasil yang diperoleh adalah item
b. 26 – 39 tahun 11 55
c. 40 – 45 tahun 5 25 soal nomor 1, 2, 3, dan 8 merupakan item dengan
Jenis Kelamin
2. a. Laki-laki 12 60 skor nilai tertinggi.
b. Perempuan 8 40
Tingkat Pendidikan Dari data di atas bukan berarti semua klien
a. SD 3 15
3. b. SMP 5 25 yang rawat inap di ruangan VIP-B RSUD Bima
c. SMA 10 50
d. Sarjana 2 10 mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
Total 20 100 istirahat-tidur. Klien yang teridentifikasi tidak
mengalami gangguan istirahat-tidur berdasarkan
Berdasarkan tabel 1 di atas, diketahui bahwa
instrumen penelitian tidak dilibatkan dalam
mayoritas responden berumur 26-39 tahun (11
penelitian ini karena tidak sesuai dengan kriteria
orang / 55%), berjenis kelamin laki-laki (12
inklusi.
orang/60%) serta berpendidikan menengah (SMP dan
Berdasarkan teori yang menyatakan bahwa
SMA sebanyak 75%).
tidur adalah pengalaman subjektif, hanya klien yang
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien dapat melaporkan apakah tidurnya cukup dan
Sebelum Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif nyenyak atau tidak. Tidur merupakan kondisi tidak
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden sadar, individu dapat dibangunkan oleh stimulus atau
Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat- sensoris yang sesuai, atau juga dapat dikatakan
Tidur Sebelum Pemberian Tehnik Relaksasi
Progresif di Ruangan Vip-B RSUD Bima, sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif,
Oktober 2010 bukan hanya keadaan penuh ketenangan tanpa
No. Kategori Frekuensi (Orang) Prosentase (%) kegiatan, tapi lebih merupakan suatu urutan siklus
1. Tidur Baik 0 0
yang berulang, dengan ciri adanya aktifitas yang
2. Tidur Cukup 0 0
3. Tidur Kurang 20 100 minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat
Jumlah 20 100 perubahan proses fisiologis, dan terjadi penurunan
respons terhadap rangsangan dari luar (Alimul,
Berdasarkan distribusi (tabel 2) pemenuhan
2006).
kebutuhan istirahat-tidur klien sebelum diberikan
Pada keadaan normal orang dewasa tidur
teknik relaksasi progresif didapatkan bahwa 100%
pada malam hari rata-rata 6 sampai 8½ jam, tetapi
responden dengan kategori tidur kurang. Hal ini
hal ini bervariasi. Orang dewasa juga jarang sekali
sesuai dengan kriteria inklusi dari penelitian yang
tidur siang. Orang dewasa yang sehat membutuhkan
salah satunya adalah klien rawat inap yang
cukup tidur untuk dapat tetap berpartisipasi dalam
mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
kesibukan aktifitas yang mengisi hari-hari mereka.
istirahat-tidur yang terindentifikasi berdasarkan
Akan tetapi perubahan status kesehatan, stres fisik
instrumen penelitian.
dan psikologis, perubahan lingkungan, stres
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
pekerjaan, perubahan hubungan keluarga, dan
peneliti diperoleh data bahwa klien yang mengalami
aktifitas sosial dapat menyebabkan seseorang
gangguan istirahat-tidur mengalami gangguan dalam
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

kesulitan memulai dan/atau mempertahankan tidur dan sebanyak 8 orang (40%) responden dengan tidur
(Potter & Perry, 2006). baik atau terpenuhi kebutuhan istirahat tidurnya
Seseorang yang menderita penyakit tertentu (tabel 3).
dan dirawat di rumah sakit mempunyai masalah Data di atas didukung oleh teori yang yang
kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Rasa sakit yang menyatakan bahwa relaksasi merupakan kebebasan
dialami, kesulitan memperoleh posisi yang nyaman, mental dan fisik dari ketegangan dan stres. Tehnik
penggunaan obat-obatan, serta perubahan lingkungan relaksasi dapat digunakan pada saat individu dalam
fisik adalah beberapa faktor yang mengganggu keadaan sehat atau sakit. Tehnik relaksasi tersebut
terpenuhinya istirahat-tidur klien (Hardinge & merupakan upaya pencegahan untuk membantu
Shryock, 2003). tubuh segar kembali dan beregenerasi setiap hari
Berdasarkan teori di atas dan dikaitkan (Potter dan Perry, 2006).
dengan hasil penelitian menunjukan bahwa klien Selain itu, latihan relaksasi dapat
yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi sakit bermanfaat pada saat menjelang tidur, pernapasan
yang dialaminya dapat mengalami gangguan dalam yang lambat dan dalam selama 1 atau 2 menit
pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur. Gangguan ini memberikan ketenangan. Kontraksi dan relaksasi
dapat berupa kesulitan memulai tidur, gangguan otot berirama mengurangi ketegangan dan
dalam mempertahankan diri untuk tetap tertidur serta menyiapkan tubuh untuk beristirahat. Imajinasi
gangguan dalam jumlah dan kualitas tidur. Hal ini terbimbing dan berdoa juga dapat meningkatkan
terjadi sebagai akibat perubahan status kesehatan, tidur (Kusyanti, 2003).
kondisi sakit yang dialami serta perubahan Sedangkan teori lain menyatakan bahwa,
lingkungan. seseorang akan tertidur hanya jika ia telah merasa
nyaman dan relaks. Perawat dapat menganjurkan dan
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Klien
menggunakan beberapa tindakan untuk
Sesudah Pemberian Tehnik Relaksasi Progresif
meningkatkan rasa nyaman seperti menganjurkan
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Responden
klien memakai pakaian malam yang longgar,
Berdasarkan Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-
Tidur Setelah Pemberian Tehnik Relaksasi menjaga tempat tidur agar tetap bersih dan kering,
Progresif di Ruangan VIP-B RSUD Bima,
mengatur posisi dan menopang bagian tubuh yang
Oktober 2010
menggantung untuk melindungi titik tekan dan
No. Kategori Frekuensi (Orang) Prosentase (%)
membantu relaksasi otot, mengajarkan tehnik
1. Tidur Baik 8 40
2. Tidur Cukup 12 60 relaksasi, serta memberikan masase otot sesaat
3. Tidur Kurang 0 0 sebelum klien tidur (Potter & Perry, 2005).
Jumlah 20 100
Untuk memenuhi kebutuhan istirahat-tidur

Berdasarkan data penelitian didapatkan dan untuk mengatasi rasa nyeri adalah dengan

pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur responden distraksi, relaksasi, stimulasi kulit, mengatur posisi

setelah pemberian tehnik relaksasi progresif, 12 tidur yang nyaman untuk klien, masase punggung,

orang (60%) responden dengan kategori tidur cukup pengelolaan psikologis (pikiran lebih kuat dari pada
Haris, Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat – Tidur Klien

tubuh), mendengarkan musik lembut, serta mengkaji Relaksasi progresif merupakan kombinasi
kebiasaan klien sebelum tidur (Prihardjo, 1993). latihan pernapasan yang terkontrol dan rangkaian
Berdasarkan uraian secara teoritis di atas kontraksi serta relaksasi kelompok otot (Potter &
dan dikaitkan dengan hasil penelitian dapat dilihat Perry, 2006). Klien mulai latihan bernapas dengan
bahwa pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien perlahan dan menggunakan diafragma, sehingga
setelah pemberian tehnik relaksasi progresif memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan
mengalami peningkatan yaitu dengan kategori tidur dada mengembang penuh. Saat klien melakukan pola
baik dan tidur cukup. Hal ini disebabkan pemberian pernapasan yang teratur, perawat mengarahkan klien
tehnik relaksasi progresif yang dilakukan dengan untuk melokalisasi setiap daerah yang mengalami
baik, klien mendapatkan manfaat berupa kondisi ketegangan otot, berpikir bagaimana rasanya,
relaks dan peningkatan kenyamanan sehingga dengan menegangkan otot sepenuhnya, dan kemudian
mudah klien dapat tertidur. merelaksasikan otot-otot tersebut.
Relaksasi progresif sebagai salah satu
Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif Terhadap
relaksasi otot pada prinsipnya adalah merelaksasikan
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien
4 kelompok otot besar secara bertahap, yaitu 1)
Tabel 4: Hasil Uji Statistik Perbedaan
kelompok otot tangan, lengan bawah, biseps, 2)
Pemenuhan Kebutuhan Istirahat-Tidur Klien
Sebelum dan Sesudah Perlakuan Menggunakan kelompok otot kepala, muka, tenggorokan dan bahu,
Uji T-Test dengan Α = 0, 05
3) kelompok otot dada, lambung, otot punggung

Variabel Yang Diuji


p
t df
bawah, 4) kelompok otot paha, pantat, betis dan kaki.
value
Sehingga relaksasi progresif yang diberikan kepada
Pemenuhan kebutuhan klien dengan gangguan istirahat tidur mampu
istirahat-tidur klien sebelum
0.000 11,481 19
dan sesudah dilakukan teknik meningkatkan relaksasi otot-otot besar, yang pada
relaksasi progresif
akhirnya dapat meningkatkan kenyamanan pada
Berdasarkan hasil uji statistik t-test klien, kebutuhan istirahat-tidur terpenuhi baik secara
didapatkan nilai t-hitung sebesar 11,481 dengan kualitas maupun secara kuantitas (Kusyanti, 2003).
derajat kebebasan (db) 19 dan taraf signifikansi Kemampuan untuk dapat relaks bergantung
0,000. Hasil tersebut bila dibandingkan dengan nilai pada individu, selain itu tidak ada satupun teknik
t-tabel pada α=0,05 dengan derajat kebebasan 19 yang efektif untuk semua orang pada setiap keadaan.
yaitu 1,729 menunjukan bahwa t-hitung > t-tabel Teknik relaksasi dapat membantu mencegah atau
(11,481 > 1,729). Di samping itu hasil pembacaan meminimalkan gejala fisik akibat stres ketika tubuh
singkat berdasarkan taraf signifikansi (p-value) bekerja terlalu berlebihan, sehingga mengganggu
didapat nilai p=0,000, nilai tersebut <α=0,05 (tabel kebutuhan istirahat-tidur. Tujuan pokok teknik
4), dengan demikian maka Ho ditolak dan Ha relaksasi adalah untuk menahan terbentuknya respon
diterima yang berarti ada efektifitas tehnik relaksasi stres terutama dalam system syaraf dan hormon.
progresif terhadap pemenuhan kebutuhan istirahat- Dengan teknik relaksasi dapat mengembalikan tubuh
tidur klien di ruangan VIP-B RSUD Bima. ke kondisi yang tenang. Beberapa teknik relaksasi
selain menyebabkan efek yang menenangkan fisik
JURNAL KESEHATAN PRIMA VOL. 5 NO.1, FEBRUARI 2011

juga dapat menenangkan pikiran. Teknik relaksasi kelelahan, kram otot, dan tekanan darah tinggi
dapat membuat tidur menjadi lebih baik. Relaksasi (Davis, 1987).
terdiri dari imajinasi mental, pelatihan otogenik, Untuk mendapatkan hasil yang optimal
terapi musik, latihan fisik, pernapasan diafragma, dalam relaksasi, ada 3 hal yang harus diperhatikan,
relaksasi progresif, serta meditasi (Davis,1987). yaitu: posisi yang nyaman, pikiran yang tenang,
Relaksasi penting sebagai bahan untuk lingkungan yang nyaman, sehingga relaksasi
membangun penenang alamiah di dalam otak, untuk progresif yang diberikan pada klien yang mengalami
menolak kekhawatiran atau kemungkinan panik, gangguan istirahat tidur mampu meningkatkan
mencegah penyakit stres, dan meningkatkan relaksasi otot-otot besar yang memberikan
kebutuhan istirahat tidur. Relaksasi itu baik untuk kenyamanan pada klien sehingga klien mendapatkan
segala sesuatu dan tidak ada pengecualian. Relaksasi pemenuhan kebutuhan istirahat tidurnya sesuai
dapat menurunkan hormone stres, meningkatkan kualitas dan kuantitas kebutuhannya. Terjadinya
sistem imunisasi, meningkatkan toleransi terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur
sakit, meningkatkan penenang alamiah, diduga sebagai akibat dari peningkatan aktivitas RAS,
memungkinkan jaringan yang rusak memperbaiki dopamine dan noreprineprine atau sebagai akibat
diri, dan membantu tubuh menjadi awet muda. dari penurunan aktivitas sistem batang otak (Davis,
Relaksasi progresif juga merupakan suatu teknik 1987).
sistematik untuk mencapai keadaan relaksasi Berdasarkan uraian berbagai teori di atas
mendalam, teknik ini dapat digunakan untuk dan dikaitkan dengan hasil penelitian bahwa tehnik
menidurkan diri sendiri, melawan suatu serangan relaksasi progresif terbukti efektif dalam memenuhi
panik yang mengancam, menginteruksi penumpukan kebutuhan istirahat-tidur klien. Hasil pengukuran
stres, serta mencegah gejala-gejala stres dan tingkat pemenuhan kebutuhann istirahat-tidur klien
kekhawatiran (Hart, 2003). sebelum dan sesudah diberikan tehnik relaksasi
Pemberian relaksasi progresif pada klien progresif mengalami perubahan yang bermakna.
yang mengalami gangguan istirahat tidur dapat Oleh karena itu, tehnik relaksasi progresif dapat
menurunkan ketegangan fisiologis, meningkatkan dijadikan sebagai salah satu alaternatif tindakan
relaksasi otot, menurunkan kecemasan sehingga keperawatan mandiri bagi klien yang mengalami
terjadi vasodilatasi pembuluh darah. Aliran darah gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur
sistemik menjadi lancar, denyut nadi menjadi sehingga kebutuhan istirahat tidur klien dapat
normal, frekuensi pernapasan menjadi normal, dan terpenuhi baik secara kualitas dan atau kuantitas.
mengurangi evaporasi sehingga klien menjadi
KESIMPULAN DAN SARAN
nyaman dan pikiran menjadi tenang, sebagai akibat
Pemenuhan kebutuhan istirahat-tidur klien
dari penurunan aktivitas RAS (Reticullar Activating
sebelum diberikan tehnik relaksasi progresif
System) dan peningkatan aktivitas batang otak. Hal
didapatkan bahwa 100% responden dengan kategori
ini mampu mengatasi keluhan anxietas, insomnia,
tidur kurang. Terjadi peningkatan pemenuhan
Haris, Pengaruh Tehnik Relaksasi Progresif terhadap Pemenuhan Kebutuhan Istirahat – Tidur Klien

kebutuhan istirahat-tidur klien setelah pemberian Davis, Marta. The Relaxation & Stress Reduction
Workbook, Alih Bahasa Indonesia; Achiryani
tehnik relaksasi progresif, 12 orang (60%) responden
S Hamid dan Budi Anna Keliat. Jakarta: EGC,
dengan kategori tidur cukup dan sebanyak 8 orang 1987.
(40%) responden dengan tidur baik atau terpenuhi
Guyton, Arthur. Human Physiology & Mechanisms
kebutuhan istirahat tidurnya sedangkan yang tidur of Disease. Alih Bahasa Indonesia : Petrus
Asdrianto. Jakarta: EGC, 1995.
kurang tidak ada (0%).
Berdasarkan hasil uji statistik yang telah Hardinge & Shryock. Mencapai Hidup Prima dan
dilakukan, hasil tersebut menunjukan bahwa t- Bugar. Jakarta: Indonesia Publishing House,
2003.
hitung > t-tabel (11,481>1,729) dengan p value =
0,000. Dengan demikian, ada pengaruh teknik Hirnle, Constance J; F. Craven. Fundamental of
Nursing; Human Health And Function.
relaksasi progresif terhadap pemenuhan kebutuhan Lippincot Williams Wilkins. 3 rd 227 East
istirahat-tidur klien di ruangan VIP-B RSUD Bima. Washington Square Philadelphia. 2000.

Tehnik relaksasi progresif sebagai alternatif Kusyanti, Eni. Ketrampilan dan Prosedur
tindakan mandiri keperawatan pada klien yang Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC, 2003.

mengalami gangguan istirahat-tidur dapat Mija, Kim. Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa
diberlakukan secara institusional dalam bentuk Indonesia: Yasmin Asih. Jakarta: EGC, 1995.

penetapan prosedur kerja tetap di rumah sakit Miller C.A. Nursing Care of Older Adults.
sehingga meningkatkan profesionalisme perawat Philadelphia: J.B. Lippincot Company, 1995.

dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Nuraini, Tuti. dkk. Gangguan Pola Tidur 2-11 hari
pasca Operasi (Jurnal Keperawatan Indonesia
DAFTAR PUSTAKA vol 7). Jakarta: FKUI, 2001.

Alimul, A. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental
Aplikasi Konsep Dan Proses Keperawatan. Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik;
Jakarta: Salemba Medika, 2006. Alih Bahasa, Ratna Komalasari (et al); Editor
Edisi Bahasa Indonesia, Monica Ester dkk.
Asmadi. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Edisi 4. Jakarta: EGC, 2006.
Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta:
Salemba Medika, 2008. Prihardjo, R. Perawatan Nyeri: Pemenuhan Aktivitas
Istirahat Pasien. Editor, Yasmin Asih. Jakarta:
EGC, 1993.

You might also like