You are on page 1of 7

Kinerja Unit Sedimentasi dalam Pengolahan Air Bersih atau Air Limbah

Kinerja Unit Sedimentasi dalam Pengolahan Air Bersih atau Air Limbah

Andi Muhammad Fatahillah1, Ikrarwaty Todingdatu2, Raynanda Asyadina Putri³ , Reza


Mahendra4, Ris Dinda Anggraeny5
Teknik Lingkungan, Jurusan Ilmu Kebumian dan Lingkungan, Institut Teknologi Kalimantan,
Balikpapan. Email: 13181061@student.itk.ac.id

Abstract

Water is an important requirement for every living thing so water treatment needs to be a priority and the
substances contained can be minimized according to established standards. In water treatment it is carried out on
the need for clean water and wastewater. Treatment is done one of which there is a sedimentation unit where, the
addition of coagulant to water, and stirred at a specified speed. The added coagulant will bind to one another in a
substance that is dissolved in water and will form a floc which can be deposited on the bottom of the water. The
process of sedimentation is a series of water treatments using the earth's gravitational force. The method used in
this journal is to collect data, determine the optimum dose of coagulant, measure turbidity of pH and water and
time of deposition, analyze the performance of sedimentation tanks, and the efficiency of coagulant use. In the
process of sedimentation several important factors in the construction of design criteria such as, the deposition of
flocculent particles takes place in a gravity, the resulting floc has a larger size, avoiding the floc rupture during
the coagulant process used Reynold numbers (NRe), the flow is regulated in such a way that does not interfere
with the process deposition, and the water that comes out of the outlet is also regulated so that it does not disturb
the floc that forms.

Keywords: Water, Floc, Precipitation, Processing

Abstrak

Air adalah suatu kebutuhan yang penting bagi setiap makhluk hidup sehingga pengolahan air perlu menjadi hal
yang prioritas dan zat yang terkandung dapat diminimalisir sesuai standar baku yang sudah ditetapkan. Dalam
pengolahan air dilakukan pada kebutuhan air bersih maupun air limbah. Pengolahan yang dilakukan salah
satunya ada unit sedimentasi dimana, adanya penambahan koagulan pada air, dan diaduk sesuai kecepatan
yang ditentukan. Koagulan yang ditambahkan akan saling berikatan dengan zat yang terlarut pada air dan akan
membentuk sebuah flok – flok yang dapat diendapkan pada dasar air.Proses sedimentasi adalah serangkaian
dari pengolahan air dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi. Metode yang digunakan dalam jurnal ini yaitu
melakukan pengumpulan data, penentuan dosis optimum koagulan, pengukuran kekeruhan pH dan air serta
waktu pengendapan, analisis kinerja bak sedimentasi, dan efisiensi pemakaian koagulan. Dalam proses
sedimentasi beberapa faktor penting dalam operasional bangun kriteria desain seperti, pengendapan partikel
flokulen berlangsung secara grativasi, flok yang dihasilkan memiliki ukuran yang makin besar, menghindari
pecahnya flok selama proses koagulan digunakan bilangan Reynold (NRe), aliran diatur sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu proses pengendapan, dan air yang keluar dari outlet juga diatur sehingga tidak
mengganggu flok yang terbentuk.

Kata Kunci: Air, Flok, Pengendapan, Pengolahan

1. Pendahuluan

Air adalah suatu kebutuhan yang penting bagi setiap mahkluk hidup dan menjadi kebutuhan utama
yang pemanfaatannya akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk yang juga
terus meningkat membuat komsumsi air semakin meningkat sehingga kelangkaan air dapat
menyebabkan terganggunya kehidupan makhluk hidup. Berdasarkan tingginya tingkat kebutuhan air
bagi makhluk hidup maka pengolahan air pun harus mendapatkan penanganan utama karena

April 2020 1
Kinerja Unit Sedimentasi dalam Pengolahan Air Bersih atau Air Limbah

menyangkut kehidupan suatu makhluk hidup. Itu sebabnya dalam pengolahan air dibutuhkan suatu
instalansi yang sesuai dan memenuhi kuantitas, kualitas dan kontinuitas, (Ramadhani, 2017)

Pengolahan dilakukan agar zat yang berbahaya dapat diminimalisir sehingga sesuai dengan standar
baku air minum yang ada. Zat tersebut dapat diminimalisir dengan penambahan bahan kimia atau
koagulan yang akan saling berikatan dengan zat sehingga terbentuk suatu gumpalan atau flok, yang
dapat diendapkan pada bak sedimentasi. Lewat proses pengendapan diharapkan zat berbahaya bisa
diminimalisir konsentasinya pada air baku, (Wirosoedarma, 2011).

Proses sedimentasi adalah serangkaian dari proses pengolahan air dengan memanfaatkan gaya tarik
gravitasi bumi. Partikel – partikel yang memiliki massa jenis lebih tinggi dari pada air akan
mengendap pada dasa air. Pada unit proses sedimentasi dibutuhkan kondisi yang tenang agar
memaksimalkan proses pengendapan. Faktor yang dapat mempengaruhi kinerja dan efisiensi dan
efisiensi dari bak sedimentasi adalah bentuk, kecepatan aliran, inlet dan outlet. Ukuran dari bak
sedimentasi sendiri menyesuaikan dengan penyediaan dari kebutuhan air bersih. Bak sedimentasi yang
sesuai kriteria dapat menghasilkan endapan yang optimal. Secara umum proses sedimentasi diartikan
sebagai proses pengendapan, yang disebabkan adanya gaya gravitasi sehingga partikel yang,
mempunyai berat jenis lebih besar dari berat jenis air yang akan mengendap ke bawah dasar
permukaan, (Sugiarto, 2017).

Sedimen ialah hasil dari proses erosi, dapat berupa erosi permukaan, erosi parit, atau jenis erosi tanah
lainnya. Pada umumnya sedimen mengendap,di daerah genangan banjir, di bagian bawah kaki bukit,
sungai maupun waduk dan di saluran air . Hasil sedimen (sediment yield) adalah banyaknya sedimen
yang berasal dari proses erosi yang terjadi pada daerah tangkapan air dan diukur pada periode waktu
dan tempat tertentu (Asdak, 2004; Chow, 1997).

Sedimentasi dapat terjadi jika kapasitas sedimen yang terangkut lebih besar daripada kapasitas
sedimen yang ada. Bentuk, aliran, pengangkutan sedimen dan keka-saran dasar sungai selalu berubah
ubah, hal tersebut disebabkan karena adanya faktor sifat-sifat aliran air, sifat-sifat sedimen, dan
pengaruh timbal balik (inter-action). seiring dengan kondisi curah hujan yang terjadi menyebabkan
Faktor-faktor tersebut selalu berubah secara terus menerus. Tidak hanya tergantung dari sifat-sifat
aliran air, Proses pengangkutan sedimen dan pengendapannya juga tergantung pada sifat-sifat sedimen
(Priyantoro, 1987).

2. Metodologi

Metodologi pengamatan ini dilakukan dengan pengumpulan data, penentuan dosis, pengukuran
kekeruhan dan pH serta analisis laboratorium dengan uji Batch, Semi-Batch, dan kontinyu. Hasil
pengamatan dianalisis dan dievaluasi.

2.1. Pengumpulan data


Bagian paling penting dalam penelitian yaitu adalah pengumpulan data. Pengumpulan data ada
dua yaitu data primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan data sekunder maka bisa didapatakan
dari IPA terkait yang akan diteliti. Untuk pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan alat dan
bahan yang digunakan untuk pembuatan sampel yang akan dijadikan air baku.

2.2. Penentuan dosis optimum kogualan


Proses ini dialkukan agar kita dapat menganlisis kinerja dari unit sedimentasi. Untuk
mengetahui dosis optimum maka dilakukan metode jar test. Dalam metode jar test terdapat tiga tahap

April 2020 2
Kinerja Unit Sedimentasi dalam Pengolahan Air Bersih atau Air Limbah

penting, yang pertama pengadukan secara cepat selama 1 menit. Tahap dua pengadukan lambat untuk
membuat flok flok selama 10 menit dengan kecepatan 60 rpm. Tahap ketiga proses sedimentasi
selama 10 menit. Setiap nilai kekeruhan ditambahkan laruntan PAC dengan konsentrasi yang berbeda
beda. Dosis yang digunakan (55, 60, 65, 70, 75, dan 80) ppm. Dari beberapa dosis tersebut makan
akan diketahui dosis optimum koagulan dari setipa kekeruhan yang ada.

2.3. Pengukuran kekeruhan pH dan akhir air, serta waktu pengendapan


Pengukuran kekeruhan dan pH digunakan spektrofometer dan pH meter, dosis kogulan dikatan
optimum jika kekeruhan akhir turun serta waktu pengendapan partikel cepat.

2.4. Analisis kinerja unit sedimentasi


Data yang didapat dari penetuan dosis koagulan optimum diolah menjadi tabel dan grafik
sehinggga dapat dibahas bagaimana hubungan dari pembubuhan koagulan dengan prameter parameter
yang mempengaruhinya. Analisa unit bangunan sedimentasi dapat dilihat dari perbandingan hasil
perhitungan menurut konsdisi eksisting IPA mengenai parameter parameter yang merupakan faktor
penting dalm sistem operasional bangun dengan kriteria desain perencanaan bangunan tersebut.
Mekanisme atau proses sedimentasi secara umum adalah sebagai berikut:
a. Pengendapan partikel flokulen berlangsung secara gravitasi.
b. Flok yang dihasilkan pada proses koagulasi-flokulasi mempunyai ukuran yang makin besar,
sehingga kecepatan pengendapannya makin besar.
c. Untuk menghindari pecahnya flok selama proses pengendapan, maka aliran air dalam bak
harus laminer. Untuk tujuan ini, digunakan indikator bilangan Reynold (NRe) dan bilangan
Froud (NFr).
d. Aliran air yang masuk pada inlet diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu
pengendapan. Biasanya dipasang diffuser wall atau perforated baffle untuk meratakan aliran
ke bak pengendap dengan kecepatan yang rendah. Diusahakan agar inlet bak langsung
menerima air dari outlet bak flokulator.
e. Air yang keluar melalui outlet diatur sedemikian, sehingga tidak mengganggu flok yang telah
mengendap. Biasanya dibuat pelimpah (weir) dengan tinggi air di atas weir yang cukup tipis
(1,5cm).

Adapun dalam Proses Sedimentasi dalam skala kecil ini terdapat 3 cara yang dapat dilakukan, yakni
dengan Cara Batch, cara ini cocok dilakukan untuk skala laboratorium, karena
sedimentasi batch paling mudah dilakukan, pengamatan penurunan ketinggian mudah. Mekanisme
sedimentasi batch pada suatu silinder / tabung bisa dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Mekanisme Sedimentasi Batch (Budi, 2011)

April 2020 3
Kinerja Unit Sedimentasi dalam Pengolahan Air Bersih atau Air Limbah

Gambar di atas menunjukkan slurry awal yang memiliki konsentrasi seragam dengan partikel padatan
yang seragam di dalamtabung (zona B). Partikel mulai mengendap dan diasumsikan mencapai
kecepatan maksimum dengan cepat. Zona D yang terbentuk terdiri dari partikel lebih berat sehingga
lebih cepat mengendap. Pada zona transisi, fluida mengalir ke atas karena tekanan dari zona D. Zona
C adalah daerah dengan distribusi ukuran yang berbeda-beda dan konsentrasi tidak seragam. Zona B
adalah daerah konsentrasi seragam, dengan konsentrasi dan distribusi sama dengan keadaan awal. Di
atas zona B, adalah zona A yang merupakan cairan bening.

Selama sedimentasi berlangsung, tinggi masing-masing zona berubah (gambar 2 b, c, d). Zona A dan
D bertambah, sedang zona B berkurang. Akhirnya zona B, C dan transisi hilang, semua padatan
berada di zona D. Saat ini disebut critical settling point, yaitu saat terbentuknya batas tunggal antara
cairan bening dan endapan (Budi, 2011).

Kemudian dengan cara Semi-Batch pada sedimentasi, hanya ada cairan keluar saja, atau cairan masuk
saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang masuk atau beningan yang keluar.
Mekanisme sedimentasi semi-batch bisa dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2. Mekanisme Sedimentasi Semi-Batch (Budi, 2011)

Cara Kontinyu pada cara ini, ada cairan slurry yang masuk dan beningan yang dikeluarkan secara
kontinyu. Saat steady state, ketinggian tiap zona akan konstan. Mekanisme sedimentasi kontinyu bisa
dilihat pada gambar berikut:

April 2020 4
Kinerja Unit Sedimentasi dalam Pengolahan Air Bersih atau Air Limbah

Gambar 3. Mekanisme Sedimentasi Kontinyu (Budi,2011)

2.5. Effisiensi pemkaain koagulan


Didapatkan dengan cara membandingkan dosis kogulan dengan dosis ptimum yang didapatkan
dari hasil percobaan. Dari hasil perbandingan tersebut akan diketahui selisih dosis dan berat koagulan.

3. Hasil dan Pembahasan


Menurut Chack (1994) Sedimentasi atau pengendapan adalah proses membiarkan materi yang
ditangguhkan diselesaikan dengan gravitasi. Bahan tersuspensi dapat berupa partikel, seperti tanah liat
atau lanau, yang awalnya ada di sumber air. Bahan atau flok tersuspensi biasanya dibuat dari bahan
dalam air dan bahan kimia yang digunakan dalam. Koagulasi atau, dalam proses perawatan lainnya,
seperti pelunakan kapur (lihat bab Pelunakan Kapur). Sedimentasi dicapai dengan mengurangi
kecepatan air ke titik dimana partikel tidak lagi berada dalam suspensi. Ketika kecepatan tidak lagi
mendukung partikel, gravitasi akan menghilangkannya dari aliran air. Ukuran dan jenis partikel yang
akan dihilangkan memiliki efek yang signifikan pada operasi tangki sedimentasi. Pasir atau lumpur
dapat dihilangkan dengan sangat mudah karena kepadatannya. Itu kecepatan saluran aliran air bisa
diperlambat hingga kurang dari satu kaki per detik dan sebagian besar pasir dan lanau akan
dihilangkan oleh gaya gravitasi sederhana. Sebaliknya, bahan koloid (kecil partikel yang tinggal dalam
suspensi dan membuat air tampak keruh) tidak akan mengendap sampai bahan dikoagulasi dan di-
flokulasi dengan menambahkan bahan kimia, seperti garam besi atau aluminium sulfat. Bentuk
partikel juga mempengaruhi karakteristik pengendapannya. Partikel bundar, misalnya, akan
mengendap jauh lebih mudah daripada partikel yang memiliki tepi kasar atau tidak rata. Semua
partikel juga cenderung memiliki muatan listrik yang sedikit. Partikel dengan muatan yang sama
cenderung saling tolak. Tindakan memukul mundur ini membuat partikel tidak berkumpul menjadi
flok dan menetap. Saat suhu air menurun, laju pengendapan menjadi lebih lambat. Hasilnya adalah,
sebagai air mendingin, waktu penahanan di tangki sedimentasi harus meningkat dan operator harus
membuatnya perubahan dosis koagulan untuk mengkompensasi penurunan tingkat pengendapan.
Umumnya, suhu tidak memiliki efek signifikan pada perawatan. Sebuah pabrik pengolahan air
memiliki permintaan aliran tertinggi di musim panas ketika suhu tertinggi dan tingkat penyelesaian
adalah terbaik. Ketika air lebih dingin, aliran di pabrik berada pada titik terendah dan, dalam banyak
kasus; waktu penahanan di pabrik meningkat sehingga flok memiliki waktu untuk mengendap di
cekungan sedimentasi. Beberapa jenis arus air dapat terjadi di cekungan sedimentasi. Arus kepadatan
adalah disebabkan oleh berat padatan, konsentrasi padatan, dan suhu air. Arus Eddy diproduksi oleh
kecepatan dan aliran air yang masuk ke cekungan dan meninggalkan baskom. Arus dapat bermanfaat
karena mendorong sedimentasi partikel. Namun, arus juga cenderung mendistribusikan flok secara
tidak merata di seluruh cekungan; akibatnya, lakukan settle pada tingkat yang rata. Masalah saat ini
dapat dikurangi dengan desain baskom yang tepat dan pemasangan baffle dapat membantu mencegah
arus pendek dari cekungan.

Circular basin sering disebut sebagai cliers. Baskom ini berbagi beberapa kinerja keuntungan dari
cekungan persegi panjang, tetapi umumnya lebih rentan terhadap korsleting dan partikel masalah
penghapusan. Untuk tangki persegi desain Insinyur harus yakin bahwa beberapa jenis lumpur
peralatan pelepas untuk sudut dipasang. Pemukim tabung tingkat tinggi dirancang untuk meningkatkan
karakteristik baskom persegi panjang dan untuk tingkatkan aliran melalui tangki. Tube settlers terdiri
dari serangkaian tabung yang dipasang di sudut 60 derajat ke permukaan tangki. Aliran diarahkan
melalui pemukim. Partikel memiliki kecenderungan untuk mengalir pada sudut yang berbeda dari air
dan untuk menghubungi tabung di beberapa titik sebelum mencapai bagian atas tabung. Setelah
partikel telah dikeluarkan dari aliran dan dikumpulkan pada tabung, mereka cenderung meluncur ke

April 2020 5
Kinerja Unit Sedimentasi dalam Pengolahan Air Bersih atau Air Limbah

bawah tabung dan kembali ke zona lumpur. Unit kontak padatan menggabungkan koagulasi, flokulasi,
dan sedimentasi dalam satu unit. Ini unit juga disebut kluster upflow atau klarifikasi sludge-blanket.
Unit-unit ini digunakan terutama dengan abu kapur-soda untuk mengatasi flok yang terbentuk selama
pelunakan air. Aliran biasanya berada di atas arah melalui selimut lumpur atau lumpur dari padatan
tersuspensi yang mengalami flokulasi.

Analisa proses ini mengutamakan hal dalam pengaruh dari dosis koagulan terhadap penurunan
kekeruhan. Dimana mencari dosis optimum pemakaian koagulan dalam menurunkan kadar kekeruhan
air disebabkan kekeruhan memiliki pengaruh terbesar dibandingkan parameter lain . Adapun variabel
kekeruhan untuk musim kemarau terdiri dari 9 NTU, 30 NTU, 100 NTU sedangkan pada musim
penghujan 50 NTU, 200 NTU, 900 NTU dan terdapat enam variable dosis yang digunakan yaitu 55
ppm, 60 ppm, 65 ppm, 70 ppm, 75 ppm, dan 80 ppm. Parameter yang digunakan dalam penentuan
dosis optimum ini adalah kekeruhan dan pH serta waktu pengendapan. Namun, dalam penentuan dosis
optimum pemakaian koagulan juga perlu dipertimbangkan parameter lain seperti range pH optimum
koagulan serta waktu pengendapan partikelnya. Cara untuk menaikkan nilai pH tersebut dengan
menambahkan bahan kimia seperti kapur, koagulan aid atau semacamnya yang dapat menaikkan nilai
pH.

4. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa unit sedimentasi sangat dibutuhkan dalam proses pengolahan
air bersih dan air limbah. Sedimentasi termasuk pengolaha secara fisik karena mengaplikasikan dari
peristiwa gravitasi dimana partikel atau flok perlahan-lahan akan jatuh ke dasar permukaan wadah
atau bak sedimentasi untuk mengurangi kekeruhan dan mempengaruhi besar kecilnya nilai pH. Selain
itu waktu kontak menjadi salah satu parameter dalam sedimentasi, jika semakin lama waktu kontak
maka partikel yang terendap didasar permukaan akan banyak dan kekeruhan berkurang begitu juga
sebaliknya. Begitu pula dalam penentuan nilai pH dengan pembubuhan bahan kimia secara ptimum
dan memperhatikna kriteria desain bak sedimenytasi akan didapatkan nilai pH standar jika dilakukan
secara baik dan efisien.

Saran
Diharapkan dengan adanya jurnal ini, dalam pengolahan air akan lebih diperhatikan kinerja dari unit –
unit pengolahan, salah satunya adalah unit sedimentasi sehingga kedepannya akan lebih baik lagi dan
bisa meminimaslisr zat yang ada pada air. Untuk mendukung optimalisasi dari sedimentasi maka perlu
dilakukan beberapa hal seperti:
1. Perlunya dilakukan pengamatan terkait kualitas sumber air, sehinga penambahan koagulan
disesuaikan dengan kondisi dari air baku tersebut yang dapat membuat koloid membesar dan bisa
diendapkan.
2. Adanya penyesuain bak sedimentasi dengan air baku yang akan diolah.
3. Dalam proses pengoperasian harus disesuaikan dengan standar operasional yang ada serta proses
pemeliharaannya.

Daftar Pustaka

Chack, J., Rubino, V., Florentinro, K Rasnoff,P . J., Liubicichj. 1991. Advanced Primary Treatment, A Positive
Alternative for New York’s Owls Head Plant. New York: Public Works 125

Helberthal, Josh. 2013. Engineering Aspects In Solid-Liquid Separation-Thickener. From:


http://solidliquid.separation.com/thickener/thickener.htm 12 Maret 2014

Ramdhani, Adhinda Dwi Putra. 2017. Air Baku PDAM Giri Tirta di Bendung Gerak Sembayat. Malang:
Universitas Brawijaya.

April 2020 6
Kinerja Unit Sedimentasi dalam Pengolahan Air Bersih atau Air Limbah

Ridwan, M. dan Nobelia, J.I. 2009. Pengaruh Kekeruhan, pH, Alkalinitas dan Zat Organik terhadap Dosis
Koagulan pada Pengolahan Air Minum. Jurusan Teknik Lingkungan-FTSL ITB

Sugiarto, Bambang. 2017. Pengembangan Pemanfaatan Pengolahan Air dalam Upaya Pemenuhan Air di Dusun
Temuireng. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional, Eksergi, Vol 14, No. 2 : 40-52

Wirosoedarmo, Ruslan (dkk). 2011. Perilaku Sedimentasi dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Saluran pada
Jaringan Irigasi Waru Turi Kanan Kediri. Malang: Universitas Brawijaya, Vol. 12, No. 1: 68-27

April 2020 7

You might also like