You are on page 1of 10

Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 7(1), 2020, 31-40

This is an open access article under the CC-BY-SA license (https://creativecommons.org/licenses/by-sa/4.0/)


ISSN 2355-6102(print), ISSN 2502-0404(online)
DOI : 10.25273/florea.v7i1.5598

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEWARNA ALAMI (NATURAL DYES) UNTUK


PREPARAT MASERASI (GOSOK) TULANG

Dewi Puspita Sari* dan Harlita


Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret
*E-mail: dewipuspita@staff.uns.ac.id

Diterima 2 Januari 2020, Disetujui 12 April 2020, Diterbitkan 15 Mei 2020

ABSTRACT
A method of maceration can be used for making tissue slide wich are hard as bone, teeth, and the hard
other preparation. The purpose of making maceration slide is to be identify parts bone tissue main the thigh
or teeth. Benefits making maceration slide is the quality and satisfaction result from preparation and easy
check microtechnique preparation about the parts of the structure of havers system. The effort to make
maceration slide better quality is to apply dyesstuff. In general colourful ingredients often worn is dyestuff
synthetic. Dyestuff this sometimes it is difficult to get applied in scholl because prices and the use of. Based
on urgency that is, the use of a natural dye expected to be the solution. Coloring matter natural will ne used
for staining among others (1)extract fruit beet (Beta vulgaris L), (2) Secang wood (Caesalpinia sappan L)
3) turmeric (Curcuma domestica Val). Method used in maceration with series of stages the sample
collection, fixation, dealcoholization,staining, and ends with mounting. The research was showed that
natural dye of extract fruit beet (Beta vulgaris L) and turmeric (Curcuma domestica Val) has optimalize at
15 and 30 minutes. Secang wood (Caesalpinia sappan L) has the best colour cosistency to dye bone
maceration slide. The optimization of the best time is 30 and 45 minutes with dye secang wood. Turmeric
and fruit beet having persisten staining tend to pale and not scattered evenly distributed on haversian
system.

Keywords: Natural dyes, Maceration method, Bone,Haversian system

PENDAHULUAN gosok merupakan preparat yang diperoleh


Struktur tulang merupakan bagian melalui metode mikroteknik untuk
penting dalam perkembangan kurikulum pembuatan jaringan yang sifatnya keras
pembelajaran anatomi. Pemahaman tentang seperti sediaan tulang dan gigi.
struktur tulang sebagai bagian jaringan Metode gosok atau maserasi digunakan
bersifat keras diupayakan semudah pada sediaan yang sulit diris (section) atau
mempelajari struktur histologi dari jaringan sulit memperoleh sediaan dengan ketebalan
yang bersifat lunak (Ajayi & Edjomariegwe, merata. Secara singkat, preparat gosok atau
2016). Pengkoleksian preparat tulang dapat maserasi dilakukan dengan menggergaji
digunakan untuk kepentingan saintifik dan tulang dan merebusnya dalam air mendidih
aktivitas pembelajaran, preparat ini mampu sampai beberapa waktu, lalu potongan tulang
memberikan informasi yang spesifik dari yang kecil digosok dengan arah yang sudah
karakter tulang pada hewan vertebrata (de ditentukan sebelumnya seperti arah serong,
Oliveira, 2018). Beberapa metode dapat vertikal, dan horisontal. (Wahyuni, 2015)
diaplikasikan untuk memperoleh preparat Pembuatan preparat gosok tanpa proses
tulang. Pertama dengan cara embedding atau pewarnaan baik dengan pewarna sintetik
paraffin method (Phadmacanty & Kurniati, maupun alami sudah lama dilakukan dan
2019), metode ini dilakukan dengan proses sebagai hasilnya preparat tulang kurang
dekalsifikasi terlebih dahulu kemudian begitu jelas diamati secara mikroskopis.
dilakukan pewarnaan menggunakan Berbagai upaya terus dilakukan untuk
chemical dyes jenis hematoxylin ehrlich. meningkatkan kualitas preparat salah satu
Cara kedua adalah dengan maceration diantaranya adalah dengan menggunakan
method atau yang dikenal dengan maserasi teknik pewarnaan (staining). Pewarnaan
(Wahyuni, 2015). Preparat maserasi atau bertujuan untuk mempertajam dan
© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 31
Dewi Puspita Sari dan Harlita

memperjelas elemen jaringan, terutama sel- Penelitian bertujuan untuk (1)


selnya, sehingga dapat dibedakan dan mengetahui kemampuan pewarna alami buah
ditelaah dengan mikroskop. Tanpa bit (Beta vulgaris L), kulit kayu Secang
pewarnaan, penampakan jaringan akan (Caesalpinia sappan L), dan umbi kunyit
transparan sehingga sedikit menyulitkan (Curcuma domestica Val) sebagai sebagai
dalam penelaahan dengan mikroskop pewarna alternatif dalam pewarnaan preparat
(Prawasti et al., 2014). maserasi gosok tulang (2) untuk mengetahui
Zat warna yang digunakan harus kualitas pewarnaan terbaik dari dari pewarna
memiliki syarat sebagai berikut: 1) senyawa alami buah bit (Beta vulgaris L), kulit kayu
organik kompleks punya pembawaan khusus secang (Caesalpinia sappan L), dan umbi
(warna), 2) dapat dipertahankan dalam kunyit (Curcuma domestica Val) sebagai
jaringan, 3) terdiri dari gugus kromophore sebagai pewarna alternatif dalam pewarnaan
(Gunarso, 1989) Zat warna alami (natural preparat maserasi gosok tulang.
dyes) adalah zat warna yang diperoleh dari
alam khususnya dari tumbuh-tumbuhan
METODE PENELITIAN
secara langsung maupun tidak langsung.
Metode yang dilakukan adalah maserasi
Setiap tanaman dapat sebagai sumber zat
atau menggosok tulang ayam dengan arah
warna alam karena mengandung pigmen.
tertentu (Wahyuni, 2015) kemudian diberi
Potensi ini ditentukan oleh intensitas warna
perlakuan pewarnaan dengan rentang waktu
yang dihasilkan dan sangat tergantung
tertentu. Kegiatan penelitian dilaksanakan di
kepekaannya dalam fungsinya sebagai
laboratorium struktur dan perkembangan
indikator titrasi asam basa (Setiawan et al.,
hewan prodi Pendidikan Biologi FKIP UNS
2016). Pewarna alami yang dikembangkan
dengan kegiatan meliputi 3 tahap: 1) tahap
dalam penelitian adalah : buah bit (Beta
persiapan, meliputi pembuatan ekstrak
vulgaris L), kulit kayu secang (Caesalpinia
pewarna alami untuk diaplikasikan pada
sappan L), dan umbi kunyit (Curcuma
preparat gosok, 2) pembuatan preparat gosok
domestica Val).
berbahan tulang femur ayam 3) pengamatan
Komponen jaringan tulang (compact
struktur histologis dari preparat maserasi.
bone) secara histologi tersusun atas osteon
Pewarnaan dilakukan dengan memberikan
(Haversian system atau sistem Havers)
perlakuan waktu yang berbeda sehingga
adalah kompleks dari lamellae konsentris
diperoleh warna dan waktu yang optimal
(cylindrical shaped lamellar bone) yang
untuk membuat preparat yang baik,. Alat dan
mengelilingi sebuah kanal pusat (kanal
bahan yang digunakan adalah: Alat : Panci
havers) yang berisi pembuluh darah, saraf,
untuk merebus tulang femur ayam dan
jaringan ikat longgar, dan endosteum. Pada
ekstrak kayu secang, kompor gas, lap, parut
lapisan yang termasuk sistem havers secara
kelapa, saringan, beker glass, gergaji,
berturut- turut dari lamellae ditemukan
amplas, Pisau buah atau cutter, botol vial
lacunae (lakuna) yang berisi osteosit yang
kaca, pipet tetes, cover glass, object glass
dihubungkan oleh canaliculi (kanalikuli)
cekung, gelas arloji, staining jar, mikroskop
yang mengandung sel dendritik dan
merk Nikon Eclipse 80i. Bahan: Femur ayam
dihubungkan secara gap junction. Osteon
broiler (Gallus gallus sp.), air untuk merebus,
menerima nutrisi dan oksigen dari kanal
aquades, alkohol bertingkat (30%, 50%,
havers. Batas luar dari satu osteon
60%, 70%, 80%, 90%) alkohol absolut, xylol,
mengandung lapisan kaya kolagen disebut
tisu, canada balsam, buah bit (Beta vulgaris
cement line. Kanalis sentralis (kanal havers)
L), kulit kayu secang (Caesalpinia sappan
mengandung 4 – 10 lamela konsentris.
L), dan umbi kunyit (Curcuma domestica
Kanalis sentralis berkomunikasi dengan
Val). Pembuatan ekstrak pewarna dilakukan
rongga sumsum tulang dan periosteum
dengan cara memarut umbi buah bit dan
melalui perforating canals yang memanjang
kunyit lalu diperas sampai diperoleh volume
disebut Volkmann canals (Mescher, 2013)
© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 32
Dewi Puspita Sari dan Harlita

sari buah bit dan kunyit masing-masing menuju kuat dan didokumentasikan
sebanyak 50 ml. Sari kayu secang dengan kualitas warna dan strukturnya
menggunakan air sebanyak 100 ml,
kemudian di rebus sampai tersisa 50 ml Data pengamatan preparat maserasi
Pembuatan preparat mengacu pada protokol dianalisis secara deskriptif kualitatif melalui
sebagai berikut: analisis kualitas struktur histologis preparat
1. Menyediakan tulang bagian femur ayam
maserasi dan kualitas warna dengan
broiler (Gallus gallus sp.) yang sudah
disembelih dan membersihkan daging penggunaan interval waktu sehingga
yang menempel pada tulang. diperoleh data kualitas preparat yang paling
2. Merebus tulang selama ± 1 jam hingga optimal dari sampel histologi maserasi
semua otot bersih dan mengangkatnya. tulang. Hasil preparat dengan waktu terbaik
3. Memotong tulang secara membujur serta perbandingan pewarna alami terbaik
menggunakan gergaji sepanjang 0,5 cm. yang akan direkomendasikan sebagai
4. Menggosokkan potongan tulang pada
pewarna alami yang dapat diaplikasikan
amplas, sambil ditetesi air secukupnya
agar tipisnya merata dan gosok untuk preparat gosok tulang (maserasi).
berlawanan dengan arah jarum jam agar Indikator kejelasan preparat mengadaptasi
jaringan yang diamati tidak rusak. dari (Wahyuni, 2015) yaitu sangat jelas,
5. Setelah tulang menipis dan bagian- jelas, dan tidak jelas serta kekontrasan
bagiannya sudah terlihat, tulang preparat dengan kriteria sangat kontras,
diletakkan di atas kaca arloji yang berisi kontras, tidak kontras.
aquades untuk membersihkan debris
yang tersisa, kemudian sediakan botol
HASIL DAN PEMBAHASAN
vial kaca yang sudah berisi alkohol 30 %
Pembuatan preparat maserasi tulang
dan fiksasi selama 30 menit selanjutnya
memakai teknik menggosok tulang dengan
direndam dengan aquades selama 2
alat penggosok berupa amplas yang memiliki
menit.
permukaan halus dengan arah yang
6. Tahap selanjutnya staining, alkohol 30%
berlawanan jarum jam. Hasil yang diperoleh
di buang dan diganti pewarna alami
berupa cincin tulang tipis yang memiliki
ekstrak buah bit, kulit kayu secang, dan
ketebalan 0,1 – 0,3 mm. Proses fiksasi,
umbi kunyit dengan variasi waktu 15,
adalah menjaga supaya kondisi jaringan
30, 45, 60 menit.
preparat seperti jaringan saat masih kondisi
7. Kemudian pewarna alami kemudian
hidup (Sutikno, 2016). Staining dengan
dicuci dalam air mengalir dan
menggunakan pewarna alami bertujuan
dilanjutkan dengan dehidrasi
untuk memudahkan pengamatan jaringan
8. Dehidrasi menggunakan alkohol
tulang. Proses dehidrasi menggunakan
bertingkat 30 % sampai dengan absolut
alkohol bertingkat untuk menarik air dari
masing- masing selama 2 menit
jaringan. Dealkoholisasi dengan xylol
9. Alkohol absolut diganti dengan xylol
bertujuan untuk menarik alkohol dan
dan disimpan selama over night
menggantinya dengan larutan xylol (Prawasti
10. Mounting: preparat yang sudah ada di
et al., 2014). Mounting dilakukan untuk
dalam xilol, diambil kemudian
membuat preparat. Hasil penelitian diperoleh
diletakkan di object glass ditetesi
hasil preparat sebagai berikut:
Canada balsam dan ditutup dengan cover
glass (gunakan tisu untuk menyerap
kelebihan canada balsam)
11. Mengamati preparat : preparat diamati
dengan menggunakan perbesaran lemah

© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 33


Dewi Puspita Sari dan Harlita

Buah bit (Beta vulgaris L)

Umbi kunyit (Curcuma domestica Val)

Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)

Gambar. 1. Hasil pembuatan preparat maserasi tulang Gallus gallus sp dengan menggunakan Pewarna alami dari
buah bit (Beta vulgaris L), Kulit kayu secang (Caesalpinia sappan L), dan Umbi Kunyit (Curcuma domestica Val).

Teknik pembuatan preparat maserasi Alkohol bertingkat (50%, 60%, 70%, 80%,
memiliki hasil yang beragam, kondisi ini 90%, 100%). Dehidrasi bertujuan untuk
disebabkan karena penggosokan dilakukan menarik kandungan air yang ada pada
secara manual sehingga dijumpai preparat jaringan hewan. Dehidrasi alkohol bertingkat
dengan ketebalan yang berbeda. Selain itu dilakukan dengan menggunakan alkohol
proses interval waktu dan pemberian larutan bertingkat dari presentase rendah ke
kimia serta karakter pewarna alami juga presentasi tinggi (Sutikno, 2016). Xylol,
membawa faktor tersendiri. Merupakan larutan penjernih yang memiliki
Bahan yang digunakan dalam pembuatan karakteristik berwarna jernih dan memiliki
preparasi maserasi diantaranya yaitu: bau yang menyengat. Tujuan dari
Aquades digunakan untuk menghilangkan perendaman dalam xylol ini agar sel dan
sisa-sisa larutan atau zat warna (Prawasti et jaringan yang akan diamati terlihat jernih dan
al., 2014). Larutan alkohol 30% merupakan transparan. Fungsi utama dari xilol adalah
larutan yang digunakan untuk fiksasi. Fiksasi sebagai penjernih dan medium pelarut
adalah suatu usaha untuk mempertahankan entelan. Kanada balsam atau entelan
elemen-elemen sel atau jaringan, mengubah merupakan perekat yang berfungsi untuk
indeks bias bagian-bagian sel, kemampuan merekatkan bahan preparat kedalam objek
untuk membuat jaringan mudah menerap zat glass (Wahyuni, 2015). Hasil pengamatan
warna sehingga bagian-bagian dalam sel maserasi tulang mikroskop dengan
tersebut mudah terlihat di bawah mikroskop,
© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 34
Dewi Puspita Sari dan Harlita

menggunakan pewarna alami buah bit (Beta sappan L), dan umbi Kunyit (Curcuma
vulgaris L), kulit kayu secang (Caesalpinia domestica Val). dan variasi waktu
ditunjukkan pada gambar 2.

Buah bit (Beta


vulgaris L)

15 menit aplikasi 30 Menit aplikasi

45 menit aplikasi 60 menit aplikasi


Kunyit (Curcuma
domestica Val)

15 menit aplikasi 30 menit aplikasi

45 menit Aplikasi 60 menit aplikasi

© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 35


Dewi Puspita Sari dan Harlita

Secang (Caesalpinia
sappan L)

15 menit aplikasi 30 menit aplikasi

45 menit aplikasi 60 menit aplikasi

Gambar 2. Hasil preparasi maserasi tulang Pewarna alami dari buah bit (Beta vulgaris L), Umbi Kunyit (Curcuma
domestica Val), dan Kulit kayu secang (Caesalpinia sappan L) yang diamati dengan mikroskop
perbesaran 400x

Sebagai bahan pembanding, gambar disebut lamella. Pada diskus lamella akan
struktur jaringan tulang (compact bone) ditemukan lakuna yang berisi osteosit dan
tersusun dari sistem havers. Bagian paling dihubungkan oleh canaliculi (kanalikuli).
sentral disebut saluran havers, kemudian Secara struktur histologis jaringan tulang
melingkar tersusun dari deposit kalsium yang diinterpretasikan sebagai berikut:

A B
Gambar 3. Struktur histologi tulang: A. struktur tulang kompak 1.Haversian canals, vessels 2 Haversian systems,
osteons 3 Interstitial lamellae. B. lacuna dan kanalikuli (tidak teramati dengan sediaan histologis biasa)
sumber: (Kuehnel, 2003)

Berdasarkan hasil pengamatan preparat diamati dengan tingkat kejelasan preparat


maserasi dengan menggunakan mikroskop yang bervariasi.
diperoleh hasil semua preparat yang diwarnai Buah Bit (Beta vulgaris L)
dengan buah bit (Beta vulgaris L), kulit kayu Hasil pengamatan pada preparat Buah
secang (Caesalpinia sappan L), dan umbi Bit (Beta vulgaris L) menunjukkan kualitas
kunyit (Curcuma domestica Val) penggosokan yang masih kurang bagus.
menunjukkan struktur tulang yang dapat Struktur sulit agak diamati pada preparat
dengan pewarnaan selama 45 menit. Hal ini

© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 36


Dewi Puspita Sari dan Harlita

terjadi karena beberapa faktor diantaranya (Herawati, et al, 2018). Konsentrasi ekstrak
adalah: proses menggosok yang terlalu keras buah bit yang meningkat akan menyebabkan
dan tidak berlawanan arah jarum jam atau warna merah dari betasianin juga meningkat.
dilakukan secara miring sehingga tidak Hasil yang didapatkan pada penelitian ini
menampakkan struktur osteon yang bagus. kurang memuaskan karena bagian-bagian
Interval waktu 15, 30, dan 60 menit struktur pada tulang kurang jelas walaupun
menunjukkan hasil yang cukup jelas dengan sudah dapat diidentifikasi. Pada sediaan
bagian tulang yang teramati berupa sistem terlihat bagian-bagian tulang yaitu lacuna,
havers yang terdiri dari saluran havers, lamela, dan kanal Havers. Kanal Havers yaitu
lamella, lakuna. Kualitas dan kekontrasan suatu kesatuan sel-sel tulang dan matriks
warna masih belum optimal namun pada tulang mengelilingi suatu pembuluh darah
interval waktu 15 dan 30 menit sudah dan saraf yang membentuk suatu system
mendekati jelas dan kontras. Kondisi kurang (Enlow, 1962). Pada segi warna, bagian-
kontras disebabkan karena perendaman yang bagian tulang sudah terwarnai sehingga
kurang optimal dalam pewarna karena hanya terlihat lebih jelas walaupun tingkat kejelasan
dilakukan selama 15 menit dan 30 menit dan ketajaman gambar rendah. Pada preparat
sehingga pigmen warna belum menyerap tampak garis dan bercak hitam yang
dengan sempurna ke dalam jaringan. disebabkan karena tulang tidak terendam
Pada bagian kanal Havers menyerap xilol saat penyimpanan. Dengan waktu 15
warna lebih banyak dibanding dengan bagian dan 30 menit tampak lebih kontras dan warna
lainnya. Kondisi ini terjadi karena pewarna lebih menyatu sehingga lebih mudah untuk
yang digunakan adalah lauratan yang fresh mengidentifikasi bagian-bagian tulang
sedangkan teknik pewarnaan alami Beberapa faktor yang menyebabkan
memerlukan suatu proses filtrasi agar merata hasil struktur kurang jelas adalah perebusan
dan mempermudah pengamatan suatu sel yang tidak tepat dapat berakibat tulang masih
atau jaringan dalam pembuatan preparat terlalu keras sehingga sulit diiris atau terlalu
gosok tulang (Gresby, 2013). Menurut lunak sehingga tulang hancur dan tidak bisa
(Kiernan, 2006) pewarna khusus digunakan diiris, pemotongan tulang yang tidak merata
untuk akan memberikan warna yang berbeda dapat berpengaruh terhadap proses
dari tiap sel karena sel memiliki kemampuan pengasahan dan penggosokan tulang yang
menyerap warna yang berbeda. Perbedaan juga kurang merata sehingga mengakibatkan
muatan anion dan kation akan mempengaruhi jaringan-jaringan tulang tidak terlalu jelas
struktur makromolekul dalam memunculkan dan tulang menjadi rawan patah karena
intensitas dan kekontrasan warna. memiliki tebal yang tidak merata, kurangnya
Ekstrak bit (Beta vulgaris L) yang ketelitian pada saat proses penggosokan
mengandung pigmen betasianin untuk mengakibatkan struktur tulang mengalami
memberikan warna merah pekat. Pewarna bit kerusakan. Selain itu, kurang tepatnya proses
merah dihasilkan dari ekstrak cair bit merah pembuatan larutan, konsentrasi larutan dan
yang terdiri dari berbagai macam pigmen interval waktu pemberian pewarna pada
yang semuanya termasuk dalam kelas tulang agar preparat dapat terwarnai secara
betalain. Betalain terdiri atas dua kelompok optimal (Wahyuni, 2015).
yakni red betasianin dan yellow betaxanthin
dimana kedua macam pigmen yang Kunyit (Curcuma domestica Val)
terkandung di dalamny memberikan Kunyit (Curcuma domestica Val)
kontribusi terhadap tingginya aktivitas memiliki pigmen aktif yang dapat mewarnai
antioksidan pada bit merah (Wibawanto et jaringan atau sel yang memberikan warna
al., 2014). Ekstrak buah bit bisa kuning yang sering disebut kurkuminoid.
menghasilkan warna karena pigmen Kurkuminoid adalah senyawa khas dari
betasianin yang terdapat pada buah bit lebih gugus fenolik yang tersusun atas antosianin
stabil (Fatmasari et al., 2017). Menurut kurkumin, monodesmetokurkumin, dan
© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 37
Dewi Puspita Sari dan Harlita

bidesmetokurkumin. Komponen yang khas haematoxylum (Bechtold & Mussak, 2009).


dan dapat memberikan warna kuning adalah Selain sebagai pewarna alami, secang juga
kurkumin (Sa’adiyah, 2015) Warna biru yang memiliki antioksidan dan antimikroba.
didapatkan saat pengamatan karena Warna merah yang tua akan muncul saat
kandungan antosianin curcumin pada kunyit. kayu secang dilarutkan ke dalam pelarut yang
Antosianin merupakan bagian dari senyawa cocok. Pelarut yang digunakan antara lain air,
flavonoid yang secara luas terbagi dalam etanol, dan methanol (Kusumawati &
polifenol. Proses pewarnaan pada jaringan Kistyanto, 2019). Kayu secang (Caesalpinia
muncul karena reaksi ikatan elektrostatik sappan L) mengandung pigmen, tanin,
antara muatan ion zat warna yang bersifat brazilin, asam tanat, resin, resorsin, brazilin,
asam akan melepaskan muatan positif dan sappanin, dan asam galat. Dari komponen
bagian jaringan yang bersifat basa, sehingga tersebut yang paling menarik adalah zat
jaringan dapat terwarnai. Zat warna asam warnanya. Pigmen brazilin memiliki warna
akan mewarnai bagian sel yang bersifat basa merah tajam dan cerah pada pH netral (pH =
dan sebaliknya, sel yang bersifat asam akan 6-7) dan bergeser ke arah merah keunguan
terwarnai oleh zat warna basa (Mescher, dengan semakin meningkatnya pH. Pada pH
2013). Antosianin akan berubah warna rendah (pH = 2-5) brazilin akan memiliki
seiring perubahan pH. Pada pH tinggi warna kuning (Fardhyanti, 2015).
antosianin akan cenderung berwarna biru Berdasarkan hasil pengamatan pada
atau tidak berwarna, sedangkan apabila pH preparat tulang, terjadi perbedaan antara
rendah berwarna merah (Wahyuni, 2015) preparat pewarna secang dengan waktu 15
Pewarnaan dengan kunyit terlihat cukup menit dan 30 menit. Pada preparat dengan
kontras pada interval waktu 15 dan 30 menit. pewarna 15 menit sel-sel tulang nampak
Warna kuning kurang dominan karena berwarna merah pekat sedangkan pada
konsentrasi yang tidak sepekat kayu secang preparat dengan pewarna 30 menit sel-sel
maupun buah bit. Aplikasi mordant sebagai tulang nampak berwarna merah keunguan.
kemikalia yang ditambahkan diharapkan Bagian-bagian dari osteon lebih terlihat jelas
mampu untuk mempertahankan warna dan pada preparat dengan pewarna 15 menit
meningkatkan afinitas sehingga terjadi ikatan daripada pewarna 30 menit. Kekontrasan
kimia yang lebih permanen (Bechtold & warna yang nampak lebih tajam pada
Mussak, 2009). Perendaman xilol yang pewarna 30 menit. dari kedua preparat dapat
terlalu lama (over night) menyebabkan diidentifikasi bagian-bagian dari tulang
preparat menjadi kering dan rapuh (Prawasti seperti, lakuna, kanal havers, lamela, dan
et al., 2014) serta menyebabkan warna osteon. Pada preparat dengan waktu 30 menit
menjadi luntur, sehingga perlu analisis lebih dijumpai batas antar osteon kurang jelas.
lanjut terhadap protokol penelitian. Tulang Kanalikuli tidak dapat diidentifikasi karena
yang diwarnai selama 45 menit mengalami bagian ini tidak akan nampak dengan
kendala pada hilangnya pewarna kunyit pembuatan sediaan konvensional (Ovalle,
karena direndam dalam xilol, warna pada 2013). Beberapa bagian jaringan tulang
tulang berubah dari kuning menjadi keabuan. berupa kanal havers (saluran havers), lakuna
Ketidak kontrasan pada preparat yang dibuat dengan pewarnaan selama 45 menit dan 60
dikarenakan afinitas kimia yang lemah dan menit. Terjadi kekontrasan warna antara 2
preparat yang kurang optimal dalam interval waktu, pada aplikasi 45 menit
menggosok. intensitas warna yang dihasilkan terlalu
dalam dan pekat, namun pada aplikasi 60
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L) menit justru sebaliknya lebih pucat dan soft.
Kulit kayu dan akar dari Secang Hasil yang bervariasi dari intensitas dan
menghasilkan warna merah tua, yang kontras pewarna alami disebabkan oleh
diproduksi oleh senyawa brazilin, tingkat kestabilan terhadap panas, cahaya,
protosappanins, sappan chalcone dan
© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 38
Dewi Puspita Sari dan Harlita

dan tingkat keasaman yang tidak menentu Biosciences, 3(2), 76–80.


walaupun relatif aman (Sa’adiyah, 2015) Bechtold, T., & Mussak, R. (2009). Handbook of
Hasil yang kurang optimal Natural Colorants. In Handbook of Natural
dikarenakan pada proses penggosokan tulang Colorants.
kurang tipis dan arah gosokan tulang tidak https://doi.org/10.1002/9780470744970
de Oliveira, M. B. (2018). Methods of biological
sama sehingga preparat yang dihasilkan maceration in the preparation of bat skulls:
kurang begitu jelas dan tidak menampakkan Benefits and limitations. Papeis Avulsos de
semua bagian-bagian dari tulang. Struktur Zoologia, 58, 0–4.
tulang ada yang tersimpan dalam xylol terlalu https://doi.org/10.11606/18070205/2018.58
lama, padahal xylol murni tersebut berfungsi .44
untuk menjernihkan jaringan (clearing Enlow, D. H. (1962). Functions of the Haversian
agent), sehingga jaringan menjadi pucat, System. Department of Anatomy,The
warna hilang, kering, dan rapuh yang justru University of Michigan,Ann
membuat sediaan yang telah jadi tidak Arbor,Michigan, 269–305.
bertahan lama (Wahyuni, 2015). Fardhyanti, D. ; R. D. R. (2015). Pemungutan
Brazilin dari Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L) dengan Metode Maserasi dan
KESIMPULAN Aplikasinya untuk Pewarnaan Kain. Jurnal
1. hasil metode gosok dengan menggunakan Bahan Alam Terbarukan, 4(1), 8–17.
pewarnaan ekstrak pewarna alami, https://doi.org/10.15294/jbat.v4i1.3768
semua pewarna alami yaitu buah bit (Beta Fatmasari, D., Supriyana, & Sukmawati. (2017).
vulgaris L), kulit kayu secang (Caesalpinia Larutan Ubi Jalar Ungu Dan Buah Bit
sappan L), dan umbi kunyit (Curcuma Sebagai Bahan Identifikasi Keberadaan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Plak Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi, 04(1),
domestica Val) mampu mewarnai preparat 19–24.
maserasi tulang Gresby, A. (2013). Pemanfaatan Filtrat Daun
2. Kualitas pewarnaan tergantung pada proses Jati Muda (Tectona grandis) Sebagai
Bahan Pewarna Alternatif Pembuatan
penggosokan tulang dan afinitas zat warna
Preparat Maserasi Batang Cincau Rambat
pada jaringan tulang. Struktur tulang dapat (Cyclea barbata). Universitas
diamati dengan tingkat kualitas dan Muhammadiyah Malang.
kekontrasan warna yang bervariasi. Pada Gunarso, W. (1989). Bahan Pengajaran
preparat yang diwarnai dengan ekstrak buah Mikroteknik. Departemen Pendidikan dan
bit dan umbi kunyit optimal pada interval Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan
waktu 15 dan 30 menit, serta secang pada Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat
interval waktu 15 dan 45 menit dengan ciri IPB.
pewarnaanya lebih merata, kekontrasan Herawati, Ervika R N,Dini
lebih tinggi dan struktur yang dapat Ariani,Miftakhussolikhah,Fela Laila, Y. P.
teramati berupa kanal havers, lamella, dan (2018). Karakteristik Sohun Pati Aren –
lakuna. Kentang Hitam Dengan Penambahan
Ekstrak Umbi Bit, Daun Suji, Dan Kunyit.
Jurnal Penelitian Pasca Panen, 14(3), 147–
UCAPAN TERIMA KASIH 155.
Terimakasih kepada LPPM UNS atas Kiernan, J. A. (2006). Dyes and other colorants in
kesempatan melakukan penelitian skim microtechnique and biomedical research.
Mandiri Aktif dengan judul “Optimalisasi Coloration Technology, 122(1), 1–21.
pemanfaatan pewarna alami (natural dyes) https://doi.org/10.1111/j.1478-
untuk preparat maserasi (gosok) tulang”. 4408.2006.00009.x
Kuehnel, W. (2003). Color Atlas of Cytology,
DAFTAR PUSTAKA Histology and Microscopic Anatomy
Ajayi, A., & Edjomariegwe, O. (2016). A Review (Thieme Flexibook) (4th editio). Thieme.
of Bone Preparation Techniques for http://www.amazon.com/Cytology-
Anatomical Studies. Malaya Journal of Histology-Microscopic-Anatomy-

© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 39


Dewi Puspita Sari dan Harlita

Flexibook/dp/1588901750
Kusumawati, N., & Kistyanto, A. (2019).
Combination of Caesalpinia sappan and
Leucaena leucocephala L . Leaves .
National Seminar of Chemistry, 1 (Atlantis
press), 33–37.
Mescher, A. L. (2013). Junqueira’s Basic
Histology (13th Edition). McGraw-hill
Education.
Ovalle, W. K. (2013). Essential Histology.
Saunder, 2nd Edition.
Phadmacanty, N. L. P. R., & Kurniati, H. (2019).
Determination of the age of the paddy field
frog, Fejervarya cancrivora (Anura:
Dicroglossidae) by using
skeletochronology. Biodiversitas, 20(9),
2739–2743.
https://doi.org/10.13057/biodiv/d2009xx
Prawasti, T. S., Sulistyaningsih, Y. C., Dorly,
Juliandi, B., & Juliarni. (2014). Penuntun
Praktikum Mikroteknik. 2.
Sa’adiyah, R. A. (2015). Penggunaan Filtrat
Kunyit (Curcuma domestica val.) sebagai
Pewarna Alternatif Jaringan Tumbuhan
pada Tanaman Melinjo (Gnetum gnemon).
Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi, 4(1),
765–769.
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/bioed
u
Setiawan, M. A. W., Nugroho, E. K., & Lestario,
L. N. (2016). Ekstraksi Betasianin dari Kulit
Umbi Bit (Beta vulgaris) Sebagai Pewarna
Alami. Agric Jurnal Ilmu Pertanian, 27(1),
38.
https://doi.org/10.24246/agric.2015.v27.i1.
p38-43
Sutikno. (2016). Buku Panduan Mikroteknik
Tumbuhan. Laboratorium Struktur dan
Perkembangan tumbuhan Universitas
Gadjah mada.
Wahyuni, S. (2015). Identifikasi Preparat Gosok
Tulang (Bone) Berdasatkan Teknik
Pewarnaan. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi 2015, Prodi Pendidikan
Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah
Malang, 657–666.
Wibawanto, N. R., Ananingsih, V. K., & Pratiwi,
R. (2014). Produksi Serbuk Pewarna Alami
Bit Merah (Beta vulgaris L.) Dengan
Metode Oven Drying. Prosiding SNST Ke-
5 Fakultas Teknik Universitas Wahid
Hasyim Semarang, 38–43.

© 2020 Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya | 40

You might also like