You are on page 1of 10

Jurnal Penelitian Karet, 2011, 29 (1) : 25 - 34

Indonesian J. Nat. Rubb. Res. 2011, 29 (1) : 25 - 34

POTENSI BAKTERI PENGGUNA METANOL DARI RIZOSFER


TANAMAN KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg) UNTUK
MEMPRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL

Potency of Bactery Consuming Methanol from Rhizosphere of


Rubber Tree (Hevea brasiliensis Muell. Arg) for
Production of Single Cell Protein

Umi HIDAYATI, Jekvy HENDRA1, Delima NAPITUPULU2,


Andreas PANJAITAN3, dan Rahayu WIDYASTUTI4

Summary

Rhizosphere of rubber plantation has great potency where the


existance microorganisms can be used for various purposes, such as
biofungicide and biofertilizer. Product development from the exploration of
rhizosphere microorganisms of rubber plant will be an opportunity to
enhance the role of rubber plantations. Single cell protein is a dry cell or a
biomass of microorganisms such as fungi, yeast, bacteria and algae that can
be used as a protein source for food, besides containing a specific protein,
also contains carbohydrates, fats, vitamins, minerals, and other nutrients
that humans need. The objective of this study was to determine the potency of
microorganisms from rhizosphere rubber tree (Hevea brasiliensis Muell.Arg.)
for single cell protein production. The study was conducted at the Laboratory
of Soil Biotechnology, Laboratory of Soil Chemistry and Fertility in Soil
Science and Land Resources Department, also at Laboratory of Mycology in
Plant Pest and Disease Department from February until May 2011. Analysis
of protein was using Kjeldahl method. Microorganisms from rhizosphere of
rubber plant that was capable of using methanol, could be used for single cell
protein production. It could be used for food and fodder source. Exploration of
rhizosphere microorganisms of rubber plant obtained 22 isolates and they
were selected 8 isolates for further testing of a protein levels namely K2, K4,
K8, K11, and K13 (bacteria), and three fungi were K15, K17, and K18.
Hypersensitive Response testing, resulting in two isolates of pathogenic
bacteria, they were K10 and K13. The best candidate was isolate K4 with
0,91% protein content, which was already visible from the initial isolation.
Isolate K4 was fastest-growing and non pathogen.

Keywords: Hevea brasiliensis, rhizosphere, methanol, single cell protein,


bakteri

Ringkasan

Rizosfer tanaman karet menyimpan potensi yang besar melalui


keberadaan mikroorganisme yang bermanfaat untuk berbagai

1)
BPTP Lampung
2)
BPTP Sumatera Utara
3)
PT Swakarsa Sinar Sentosa, Jakarta
4)
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, IPB

25
Hidayati, Hendra, Napitupulu, Panjaitan, Widyastuti

kepentingan, misalnya produk bioindustri seperti biofungisida dan


biofertilizer. Pengembangan produk dari hasil eksplorasi mikroorganisme
dari rizosfer tanaman karet akan menjadi peluang untuk meningkatkan
peran dari perkebunan karet. Protein Sel Tunggal (PST) merupakan sel
kering atau biomassa mikroorganisme seperti cendawan, khamir, bakteri,
dan ganggang yang dapat digunakan sebagai sumber protein untuk
pangan, selain mengandung protein tertentu, juga mengandung
karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan nutrisi lain yang dibutuhkan
manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi
mikroorganisme dari rizosfer tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.)
untuk memproduksi protein sel tunggal. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Bioteknologi Tanah, Kimia dan Kesuburan Tanah di
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan dan Laboratorium
Cendawan Departemen Hama dan Penyakit Tanaman mulai Februari
sampai dengan Mei 2011. Analisa protein menggunakan metode Kjeldahl.
Mikroorganisme dari rizosfer tanaman karet yang mampu menggunakan
metanol dapat digunakan untuk memproduksi protein sel tunggal dan
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan dan pakan. Eksplorasi
mikroorganisme dari rhizosfer tanaman karet memperoleh 22 isolat dan
terseleksi 8 isolat untuk pengujian kadar protein yang terdiri 5 bakteri K2,
K4, K8, K11, dan K13, serta 3 cendawan K15, K17, dan K18. Pengujian
Hypersensitive Response, menghasilkan 2 isolat bakteri patogen K10 dan
K13. Kandidat yang terbaik adalah isolat K4 dengan kadar protein 0,91%.
Isolat K4 sudah terlihat dari awal memiliki pertumbuhan paling cepat dan
bukan patogen.

Kata kunci : Hevea brasiliensis, rizosfer, methanol, protein sel tunggal,


bakteri

PENDAHULUAN Pengembangan produk dari hasil


eksplorasi mikroorganisme dari
Tanaman karet merupakan rizosfer tanaman karet akan menjadi
salah satu tanaman perkebunan peluang untuk meningkatkan peran
yang menjadi sumber devisa yang dari perkebunan karet. Seperti
penting. Pada saat ini tanaman karet dinyatakan oleh Tistama dan
telah semakin luas ditanam yang Noegroho (2007) bahwa rizosfer
menandakan kemampuan adaptasi- tanaman karet menyimpan banyak
nya yang baik dengan kondisi mikroorganisme potensial, lapisan
lingkungan. Tanaman karet sebagai rizosfer tanaman karet menyimpan
komoditas utama perkebunan potensi mikrobiologis yang dapat
merupakan sumber devisa mencapai dimanfaatkan untuk berbagai
US$ 4,5 M dan areal perkebunan produk bioindustri seperti bio-
karet di Indonesia 3,2 juta ha pada fungisida, biofertilizer, farmasi, dan
tahun 2007 (Anwar, 2009). Hal ini agensi detoksifikasi. Ada beberapa
menandakan prospek yang bagus di mekanisme mikroorganisme rizosfer
masa yang akan datang. mendukung pertumbuhan tanaman
karet antara lain menyediakan
Rizosfer tanaman karet hormon, menyediakan berbagai
menyimpan potensi yang besar unsur penting untuk menjaga
melalui keberadaan mikroorganisme perakaran dari serangan penyakit,
yang berpeluang untuk dimanfaat- dan mendegradasi senyawa racun di
kan dalam berbagai kepentingan. sekitar perakaran.

26
Potensi bakteri pengguna metanol dari rizosfer tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
untuk memproduksi protein sel tunggal

Mikroorganisme dalam ke- Pengukuran kadar protein


hidupannya membutuhkan nutrisi merupakan salah satu cara
seperti adanya sumber karbon yang pengukuran massa sel secara tidak
salah satunya adalah metanol langsung yang didasarkan atas
(CH3OH). Menurut Fardiaz (1988), pengukuran komponen sel berupa
metanol merupakan substrat protein. Purwitasari et al. (2004)
terpenting untuk memproduksi menyatakan bahwa variasi media
protein sel tunggal. Metanol dapat tumbuh berpengaruh terhadap
diperoleh dari gas sintetis, gas alam, kadar protein sel Saccharomyces
metana, minyak, dan arang, cerevisiae. Kadar protein sel
kemudian metanol dapat digunakan Saccharomyces cerevisiae yang
sebagai sumber karbon oleh ditumbuhkan pada medium YEPD
mikroorganisme seperti bakteri, tertinggi dibandingkan medium lain
khamir, dan cendawan yang dapat yaitu sebesar 39,43%. Kadar protein
memproduksi protein sel tunggal. sel Saccharomyces cerevisiae pada
medium limbah cair tahu dan air
Protein Sel Tunggal (PST) kelapa (1:2) ditambah 2,5 g ampas
merupakan protein yang berasal tahu lebih tinggi dibandingkan
dari sel mikroorganisme yang dapat medium limbah dengan komposisi
digunakan sebagai sumber protein yang lain, yaitu sebesar 34,47%.
untuk pangan dan pakan (Madigan Berdasar hasil penelitian tersebut
et al., 2000). Protein sel tunggal dapat dikatakan bahwa media
merupakan salah satu alternatif sangat berpengaruh pada hasil
untuk pemenuhan kebutuhan protein yang dihasilkan. Hal ini juga
protein di masa depan, karena selain terkait kemampuan mikro-
mengandung protein tertentu, juga organisme yang digunakan dalam
mengandung karbohidrat, lemak, memanfaatkan media tersebut
vitamin, mineral, dan nutrisi lain untuk hidupnya. Media yang lain
yang dibutuhkan manusia (Amaria selain media yang digunakan dalam
et al., 2001 dalam Purwitasari et al., penelitian tersebut, dapat diguna-
2004). kan media metanol.

Fermentasi Candida utilis Sidiqi (2005) berhasil meng-


dapat menghasilkan protein kasar eksplorasi mikroorganisme peng-
(crude protein) sampai 55,3% guna metanol dari wilayah Bogor,
(Nigam, 1998 dalam Ahmed et al., Cianjur, dan Karawang, diperoleh 53
2010). Berdasarkan penelitian isolat yang 10 isolat dapat
Ahmed et al. (2010) fermentasi diidentifikasi, kemudian diperoleh 3
kultur berurutan dengan Arach- isolat pengguna metanol dalam
niotus sp dan Candida utilis kelompok metilotrofik mempunyai
memberikan hasil kandungan kadar protein tertinggi, yaitu
protein kasar (crude protein) 5,46% Mycobacterium simiae 10,02%,
(fermentasi brangkasan jagung) Microbacterium laevaniformans
meningkat menjadi 23,51% (meng- 18,58%, dan Acetobacter
gunakan kultur berurutan Arach- methanolicus 9,72%.
niotus sp dan Candida utilis),
mengandung protein sejati (true Pemanfaatan bakteri rizosfer
protein) 16,41% dan 16 asam amino tanaman karet yang berpotensi
esensial. penghasil protein sel tunggal,

27
Hidayati, Hendra, Napitupulu, Panjaitan, Widyastuti

merupakan hal baru untuk dilaku- Isolasi Bakteri


kan, sehingga dapat meningkatkan
peranan perkebunan karet. Peluang Setelah tanah kering udara
pemanfaatan mikroorganisme untuk selama 2 hari, disiapkan untuk
produksi protein sel tunggal sebagai pengenceran yang akan digunakan
sumber pangan masyarakat dan untuk isolasi bakteri dari rizosfer
sumber pakan ternak masih terbuka tanaman karet. Sampel tanah 10
luas peluangnya. gram, dimasukkan ke erlenmeyer
berisi akuades steril 90 mL,
Tujuan penelitian ini adalah kemudian dikocok dengan kecepat-
untuk mengetahui potensi bakteri an 125 rpm selama 0,5 jam. Bakteri
pengguna metanol dari rhizosfer diisolasi dari tanah yang diambil di
tanaman karet (Hevea brasiliensis rizofer tanaman karet. Dibuat seri
Muell. Arg.) untuk menghasilkan pengenceran yaitu 10-3 dan 10-4
protein sel tunggal. untuk isolasi cendawan, sedangkan
seri pengenceran 10-6 dan 10-7 untuk
isolasi bakteri, dengan 2 ulangan
BAHAN DAN METODE setiap pengenceran, menggunakan
sistem tabur pada petridisk (pour
Penelitian dilaksanakan di plate method), kemudian diinku-
Laboratorium Bioteknologi Tanah, basikan sampai koloni bakteri
Laboratorium Kimia dan Kesuburan tumbuh. Media yang digunakan ada
Tanah di Departemen Ilmu Tanah 2 yaitu MA (Martin Agar) untuk
dan Sumberdaya Lahan dan di isolasi cendawan dan NA (Nutrient
Laboratorium Cendawan Depar- Agar) untuk isolasi bakteri. Koloni
temen Hama dan Penyakit Tanaman isolat yang terpilih dimurnikan
Institut Pertanian Bogor dari dengan media yang sama. Media MA
Februari 2011 sampai dengan Mei yang digunakan untuk 1 L media
2011. membutuhkan 1 g KH2PO4, 0,05 g
MgSO4.7H2O, 5 g pepton, 10 g
dekstrosa, sedikit rose bengal, 20 g
Pengambilan Contoh Tanah agar, dan 1000 mL akuades.
Sedangkan NA yang digunakan
Pengambilan contoh tanah di untuk 1 L media membutuhkan 28 g
perkebunan karet klon GT 1 yang NA dan 1000 mL akuades.
berumur 20 tahun di Desa
Cikabayan, Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor. Cara pengambilan Pengujian Hypersensitive
contoh tanah yang dilakukan di Response (HR)
lokasi perkebunan karet pada
daerah rizosfer tanaman karet meng- Pengujian hypersensitive
gunakan cangkul pada kedalaman response hanya pada bakteri untuk
20 cm, untuk 5 pohon yang dipilih menguji bakteri tersebut patogen
secara random. Tanah diambil dari 4 pada tanaman, yang dapat juga
titik pada jarak 0,5 - 1 m sekeliling diduga sebagai patogen pada hewan
pohon, diambil 2 - 3 kg per pohon dan manusia. Isolat terpilih
terpilih. Tanah dari 5 pohon terpilih ditumbuhkan pada media LB (Luria
dicampur merata dan diambil Bertani) cair yang diinkubasi pada
seberat kurang lebih 1 kg untuk mesin pengocok selama 24 jam agar
dikeringanginkan di laboratorium. bakteri tumbuh. Media LB yang

28
Potensi bakteri pengguna metanol dari rizosfer tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
untuk memproduksi protein sel tunggal

digunakan untuk 1 L media 50OC sampai kering (± 12 jam). Hasil


membutuhkan 10 g tripton, 5 g yeast pengeringan ini kemudian di-
ekstrak, 10 g NaCl, dan 1000 mL bungkus dengan bahan yang kedap
akuades. Setelah biakan bakteri air, untuk selanjutnya dilakukan
tumbuh, dilanjutkan dengan analisa protein dengan meng-
pengujian pada daun tanaman gunakan metode Kjeldahl.
tembakau berumur 2 bulan dengan
cara menyuntikan suspensi bakteri
yang telah berumur 24 jam pada Analisis Protein Metode Kjeldahl
bagian bawah daun tembakau.
Sebagai kontrol negatif digunakan Analisis protein metode
air steril dan kontrol positif Kjeldahl meliputi 3 tahapan yaitu:
menggunakan patogen Pantoea. destruksi, destilasi, dan titrasi.
Sampel berupa biomassa mikro-
organisme yang telah kering oven,
Produksi Protein Sel Tunggal dimasukkan ke labu destruksi,
ditambahkan 1 gram selenium, 5 mL
Media pertumbuhan bakteri H2SO4 pekat, dan 5 tetes parafin cair,
yang digunakan media yang kemudian didestruksi selama 30
mengandung metanol sebagai menit pada alat destruksi di dalam
sumber karbon, yaitu Mimura lemari asam sampai asap yang
(Mimura et al., 1978, dalam Sidiqi, menguap habis.
2005) dengan komposisi bahan
untuk setiap 1 L media meliputi 3 g Hasil destruksi didinginkan
(NH4)2SO4, 10 g urea, 7 g K2HPO4, 0,5 selama 15 menit, kemudian hasil
g MgSO4.7H2O, sedikit FeSO4.7H2O, destruksi tersebut dimasukkan ke
sedikit MnCl2.4H2O, 0,1 g NaCl, 1 g dalam labu destilasi ditambahkan
yeast ekstrak, 10 mL metanol, 1000 20 mL NaOH 50% dan diberi
mL akuades, dengan pH media 7. akuades sampai volume 100 mL.
Media Mimura sebanyak 50 mL di Penyiapan tampungan hasil
dalam botol, kemudian disterilisasi. destilasi dengan erlenmeyer berisi
Setelah dingin ditambahkan 10 mL asam borat 4% ditambahkan
metanol, kemudian 1 ose biakan 5 tetes indikator Toluen, sehingga
mikroorganisme diinokulasikan ke bewarna merah muda. Dilakukan
media tersebut. Kemudian diinku- destilasi 30 menit sampai air di
basi di atas mesin pengocok selama tampungan sebanyak 100 mL dan
kurang lebih 20 hari sampai air tampungan tersebut berwarna
terbentuk endapan. Kontrol (tanpa hijau muda.
mikroorganisme) juga dikerjakan
dengan prosedur yang sama. Setelah itu, dilakukan titrasi
pada air tampungan yang berwarna
Setelah 20 hari, biomassa hijau dengan HCl 0,0995 N sampai
dipanen dimasukkan ke tabung terjadi perubahan warna dari hijau
sentrifus, kemudian disentrifugasi muda ke merah muda, kemudian
dengan kecepatan 2500 rpm selama dihitung jumlah HCl yang diguna-
15 menit. Pasta sel hasil sentrifugasi kan untuk titrasi. Kadar protein
dikeringkan dalam oven pada suhu dihitung seperti rumus berikut :

29
Hidayati, Hendra, Napitupulu, Panjaitan, Widyastuti

(ml titran - ml titran blangko) x N x 14 x 6,25


Kadar protein = x 100% ............. (1)
berat sampel (mg)

dimana : tembakau yang mengalami nekrosis.


N = Normalitas HCl (0,0995N) Tanaman tembakau akan mengenali
14 = Bobot Atom Nitrogen bakteri yang disuntikkan ke daun
6,25 = Faktor Konversi bagian bawahnya, jika bakteri
tersebut patogen, maka akan me-
respon dengan mematikan jaringan
HASIL DAN PEMBAHASAN di sekitar suntikan tersebut dengan
maksud melindungi tanaman dari
Isolasi Bakteria serangan patogen yang lebih luas,
sehingga daun sekitar suntikan
Hasil isolasi bakteri dari mengalami nekrosis (kematian
rizosfer tanaman karet di Cikabayan jaringan). Kontrol positif meng-
dengan 2 media yaitu NA dan MA gunakan patogen Pantoea, memper-
menunjukkan keanekaragaman lihatkan gejala nekrosis pada hari
pada rizosfer tanaman karet. Hasil pertama setelah disuntikkan dan
isolasi diseleksi berdasarkan jelas sekali nekrosis, karena efek
morfologi yang berbeda dan diper- penyuntikan pada Pantoea terlihat
oleh 22 isolat. Kemudian dimurni- beberapa jam setelah disuntik.
kan pada media yang sama dengan Kontrol negatif menggunakan
isolasi awal. akuades.
Tabel 1. Hasil pengujian hyper-
Hasil isolasi sebanyak 22 isolat
sensitive response
kode K1 sampai dengan K22 dipilih
Table1. Result of hypersensitive
berdasarkan kecepatan tumbuh
response test
selama pemurnian sehingga
memperoleh 8 isolat yang terdiri Pengamatan hari ke -
bakteri yaitu isolat K2, K4, K10, K11, Isolat Days of observation
dan K 13, sedangkan cendawan Isolate
yaitu isolat K15, K17,dan K18. 1 2 3
KN - - -
KP + + +
Pengujian Hypersensitive
K2 - - -
Response (HR)
K4 - - -
Berdasarkan pengujian K10 - - +
Hypersensitive Response pada daun K11 - - -
tembakau untuk isolat bakteri K13 - + +
diperoleh hasil seperti Tabel 1.
KN = Kontrol negatif dengan akuades
Isolat K13 pada hari ke 2 mem- (negative control with aquadest)
perlihatkan gejala nekrosis, sedang- KP = Kontrol positif dengan Pantoea (positive
control with Pantoea)
kan isolat K10 pada hari ke 3 (-) = belum atau tidak memperlihatkan
memperlihatkan gejala nekrosis, gejala nekrosis (not show necrosis
sehingga kedua isolat tersebut symptom)
berpotensi sebagai patogen. Hal ini (+) = memperlihatkan gejala nekrosis (show
necrosis symptom)
terlihat dari daun tanaman

30
Potensi bakteri pengguna metanol dari rizosfer tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
untuk memproduksi protein sel tunggal

Mekanisme resistensi ter- Analisis Protein


hadap penyakit tanaman merupa-
kan pertahanan tanaman terhadap Kultur pada media Mimura
infeksi patogen (cendawan, bakteri, untuk bakteri dilakukan pengocok-
virus), fenomena kematian sel an (shaking) menggunakan mesin
tanaman yang cepat ketika diserang pengocok (shaker) selama 20 hari.
patogen, perlawanan terhadap Sedangkan cendawan diinkubasi
infeksi dan kerusakan pada selama 20 hari tanpa pengocokan,
tanaman dibatasi, Hypersensitive karena spora yang ada akan mati
Response terjadi pada bakteri apabila dikocok. Setelah 20 hari
patogenik ke tanaman bukan inang. media yang diinokulasi bakteri
menjadi keruh dan terdapat
Pengujian Hypersensitive endapan, sedangkan media yang
Response membuktikan bakteri K10 diinokulasi cendawan memper-
dan K13 berpotensi patogen pada lihatkan adanya miselia. Selanjut-
tanaman tembakau (tanaman nya biomasa dipanen, kemudian
standar untuk pengujian bakteri disentrifuse yang akan diperoleh
patogen) dan dapat juga akan pasta sel yang dikeringkan dengan
berpotensi patogen pada tanaman dioven, dan diperoleh hasil biomasa
karet (sumber lokasi eksplorasi) sel kering dengan berat antara 30 -
dengan pengujian lebih lanjut. Isolat 130 mg. Biomasa sel yang dihasilkan
K10 dan K13 yang merupakan mikroorganisme setelah dikeringkan
patogen pada tanaman kemungkin- dengan oven seperti pada Gambar
an juga akan menjadi patogen untuk 1.
hewan dan manusia dengan melalui
pengujian lebih lanjut mengguna- Analisa protein menggunakan
kan media Agar Darah. metode Kjeldahl, memperoleh hasil

Gambar 1. Biomasa sel setelah dioven (a) Biomassa sel dalam cawan
porselin (b) Biomassa sel untuk analisis protein
Figure 1. Cell biomass after drying (a) Cell biomass in Crusible (b) Cell
biomass for protein analysis

31
Hidayati, Hendra, Napitupulu, Panjaitan, Widyastuti

kadar protein berkisar 0,28-1,39%. K18 belum dilakukan pengujian


Berat biomasa dan kadar protein (%) patogenesis. Hanya 3 isolat bakteri
setiap isolat disajikan pada Tabel 2. bukan patogen yang menghasilkan
protein sel tunggal yang berpotensi
Delapan isolat yang diperoleh, sebagai sumber pangan dan pakan
terdapat dua isolat bakteri ber- yang aman yaitu K2, K4, dan K11,
potensi patogen berdasarkan peng- seperti dinyatakan dalam Gambar 2.
ujian hypersensitive response yaitu
isolat K10 dan K13. Sedangkan 3 Pada Gambar 2 terlihat bahwa
isolat cendawan yaitu K15, K17, dan isolat K4 yang paling tinggi kadar

Tabel 2. Berat biomasa sel setelah dioven dan kadar protein


Table 2. Cell biomass weight after drying and protein content

Isolat Berat biomassa sel, mg Kadar protein, %


isolate Cell biomass weight, mg Protein content, %
K2 130 0,87
K4 50 0,91
K10 30 0,28
K11 60 0,86
K13 60 0,73
K15 90 0,84
K17 70 1,39
K18 50 0,65

0.92

0.90
Protein content (%)
Kadar protein (%)

0.88

0.86

0.84

0.82

0.80
K2 K4 K11
Isolat (Isolate)

Gambar 2. Kadar protein dari isolat bakteri bukan patogen


Figure 2. Protein content of non pathogen bacterias

32
Potensi bakteri pengguna metanol dari rizosfer tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
untuk memproduksi protein sel tunggal

proteinnya yaitu 0,91% tergolong Isolat K4 sudah terlihat dari


rendah, tetapi dapat ditingkatkan awal isolasi memiliki pertumbuhan
dengan menggunakan media yang paling cepat tumbuh dan bukan
sesuai dan lebih kaya hara untuk patogen. Isolat K4 juga mampu
pertumbuhan bakteri tersebut. menggunakan metanol sebagai
Isolat K2, K4, dan K11 telah teruji sumber karbon. Hal ini menandakan
bukan patogen melalui pengujian rizosfer tanaman karet menyimpan
hypersensitive response, sehingga potensi mikroorganisme yang
dapat dimanfaatkan untuk produksi mampu menggunakan metanol dan
protein sel tunggal yang aman. Per- dapat digunakan untuk produksi
timbangannya adalah meningkatkan protein sel tunggal.
kadar proteinnya dengan media yang
sesuai, seperti beberapa penelitian Penelitian ini masih dalam
dengan menumbuhkan pada media tahap awal dengan memperoleh
lain yang sesuai ternyata dapat isolat penghasil protein sel tunggal
meningkatkan kadar protein sel yang bukan patogen. Oleh karena itu
tunggal yang dihasilkan. Widia- masih perlu penelitian lebih lanjut
ningsih et al. (2008) menemukan untuk meningkatkan hasil protein
perbedaan kadar protein Spirullina sel tunggal dengan menggunakan
plantesis yang ditumbuhkan pada media yang lebih sesuai, sehingga
media yang berbeda, pada media dapat berpeluang untuk dijadikan
Walne 50,05±0,53%, media teknis sumber pangan dan pakan.
16,23±0,41%, dan media kontrol
4,85±0,76%. Perbedaan ini disebab-
kan kandungan nutrisi yang ada KESIMPULAN
pada media, seperti keberadan
unsur mineral berupa logam pada Eksplorasi bakteri pengguna
media Walne lebih banyak metanol dari rizosfer tanaman karet
dibandingkan pada media teknis dan memperoleh 22 isolat dan terseleksi
m e d ia k o n tr o l. M e d ia Wa ln e 8 isolat untuk pengujian kadar
merupakan media kultur yang baik protein metode Kjeldahl yang terdiri
untuk Spirullina platensis. Ganggang 5 bakteri K2, K4, K8, K11, dan K13,
mikro Spirulina sp telah di- serta 3 cendawan K15, K17, dan
manfaatkan sebagai pakan alami. K18. Pengujian Hypersensive
Septina (2011) menyatakan bahwa Response, menghasilkan 2 isolat
kandungan protein pada setiap jenis bakteri berpotensi patogen K10 dan
ganggang mikro berbeda-beda, laju K13. Isolat cendawan juga mampu
pertumbuhan pada skala labora- menggunakan metanol dan
torium dari 4 isolat ganggang mikro menghasilkan protein sel tunggal,
yang diteliti mencapai optimum pada tetapi belum diuji patogenesisnya.
konsentrasi media yang berbeda- Isolat K4 merupakan kandidat
beda. Kadar protein tertinggi terbaik penghasil protein sel tunggal
diperoleh pada isolat ICBB 9114 dan merupakan bakteri bukan
dengan nilai rata-rata 33,99. Variasi patogen tanaman. Penggunaan
produksi biomassa dan protein media yang sesuai untuk isolat K4
tersebut menunjukkan pengaruh dapat meningkatkan hasil produksi
dari jenis isolat ganggang mikro, protein sel tunggal.
tingkat pemanfaatan unsur hara
atau metabolismenya serta faktor Kebutuhan protein untuk
lingkungan. pangan dan pakan pada saat ini

33
Hidayati, Hendra, Napitupulu, Panjaitan, Widyastuti

berpeluang dapat dipenuhi melalui Purwitasari E., A. Pangastuti, dan R.


protein sel tunggal dari mikro- Setyaningsih. 2004. Pengaruh
organisme. Hal ini juga membuka media tumbuh terhadap kadar
peluang untuk menggali potensi protein Saccharomyces
rizosfer tanaman karet untuk cerevisiae dalam pembuatan
dieksplorasi agar memperoleh protein sel tunggal. Biotek-
mikroorganisme yang berpotensi nologi. Jurusan Biologi,
sebagai penghasil protein sel Fakultas MIPA, UNS.
tunggal. Surakarta, 1 (2), 37-42.

Septina, N.S. 2011. Produksi Protein


DAFTAR PUSTAKA Empat Isolat Ganggang Mikro
Asal Air Tawar dan Sawah
Ahmed, S., F. Ahmad, and A.S. pada Skala Laboratorium dan
Hashmi. 2010. Production of Lapang : Pengaruh Konsen-
microbial biomass protein by trasi Hara Media. Skripsi
sequential culture fermenta- Program Studi Manajemen
tion of Arachniotus sp. and Sumberdaya Lahan, Depar-
Candida utilis. Pakistan J. temen Ilmu Tanah dan
Botany. 42(2), 1225-1234. Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.
Anwar, C. 2008. Prospek pasar karet
alam dan program revitalisasi Sidiqi, M.I. 2005. Eksplorasi
perkebunan karet. Prosiding Mikroba Pengguna Methanol
Seminar Sehari : Strategi dan dari Tanah dan Limbah Buah-
Kebijakan Mendukung buahan sebagai Sumber
Akselerasi Revitalisasi Protein Sel Tunggal. Skripsi
Perkebunan Karet di Sumatera Program Studi Manajemen
Selatan. Balai Penelitian Sumberdaya Lahan, Depar-
Sembawa, Pusat Penelitian temen Ilmu Tanah dan
Karet. Palembang, 1-12. Sumberdaya Lahan, Fakultas
Pertanian, IPB. Bogor.
Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermen-
tasi. Pusat Antar Universitas, Tistama, R., dan P.A. Noegroho.
Lembaga Sumberdaya 2007. Mikroba potensial
Informasi IPB. Bogor. untuk perkebunan karet.
Warta Perkaretan 26 (1), 40-
Hidayat, N., M.C. Padaga, dan S. 51.
Suhartini. 2006. Mikrobiologi
Industri. Penerbit Andi Offset. Widianingsih , A. Ridho, R. Hartati,
Yogyakarta. dan Harmoko. 2008.
Kandungan nutrisi Spirulina
Madigan, M.C., J. Martinko, and J. platensis yang dikultur pada
Parker, 2000. Biology of media yang berbeda. Ilmu
Microorganisms. 9th ed. Kelautan. Universitas
Prentice Hall International Inc. Diponegoro. Semarang, 13 (3),
New York. 167-170.

34

You might also like