You are on page 1of 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/325160170

Evaluasi Kecernaan Nutrient Pelepah Sawit yang Difermentasi dengan


Berbagai Sumber Mikroorganisme sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia

Article · April 2016


DOI: 10.31186/jspi.id.10.2.101-106

CITATION READS

1 648

2 authors, including:

Tri Astuti
Universitas Mahaputra muhammad yamin, Solok
32 PUBLICATIONS   39 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

compleate feed View project

antelminthik View project

All content following this page was uploaded by Tri Astuti on 21 July 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 1978-3000

Evaluasi Kecernaan Nutrient Pelepah Sawit yang Difermentasi dengan Berbagai


Sumber Mikroorganisme sebagai Bahan Pakan Ternak Ruminansia

Evaluation of Nutrient Digestibility on Palm Oil Frond Fermented with Some Microorganism
as Ruminant Feed

T. Astuti dan G. Yelni

Fakultas Pertanian Universitas Muara Bungo, Jl. Diponegoro No 27 Muara Bungo


Email :adektuti@gmail.com

ABSTRACT

This research was aimed to evaluate the optimal digestibility of nutrient of palm oil frond fermented with any
kind of local and commercil microorganism source as a ruminant feeding in vitro method. Completely
randomized design was used in this research with 6 treatments and 3 replications for each treatment. The
treatments were A: control, B: the oil palm frond fermented by local microorganism source in rumen content, C:
the oil palm frond fermented by local microorganism source in cattle feces, D: the oil palm frond fermented by
local microorganism source in cattle urin, E: the oil palm frond fermented by EM4, and F: the oil palm frond
fermented by fungi in tempeh. The palm oil frond was incubated for 7 days. The optimal digestibilities were dry
matter (46.39%), organic matter (27.55%), crude fiber (32.12%) and crude protein (23.22%) of fermentation
palm oil frond with local microorganism source in cattle feces.

Key word : nutrient digestibility, palm oil frond, fermentation

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kecernaan nutrient pelepah sawit yang optimal hasil fermentasi dari
berbagai sumber mikroorganisme, baik yang berbahan lokal maupun komersial, sebagai bahan pakan ternak
ruminansia secara in-vitro. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan 6 perlakuan dan
3 ulangan untuk masing-masing perlakuan. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah A: kontrol, B:
fermentasi pelepah sawit dengan mikroorganisme lokal dari isi rumen, C: fermentasi pelepah sawit dengan
mikroorganisme lokal dari sumber feses sapi, D: fermentasi pelepah sawit dengan mikroorganisme lokal dari
sumber urin sapi, E: fermentasi pelepah sawit dengan EM4, dan F: fermentasi pelepah sawit dengan ragi tempe.
Pelepah sawit difermentasi selama 7 hari. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan fermentasi menunjukkan
pengaruh nyata pada kecernaan bahan kering, bahan organik, serat kasar, dan protein kasar. Kecernaan bahan
kering yang optimal 46.39%, bahan organik yang 27.55%, serat kasar 32.12%, dan protein kasar 23.22%, hasil
fermentasi pelepah sawit dengan mikroorganisme lokal sumber feses sapi

Kata kunci : kecernaan nutrien, pelepah sawit, fermentasi

PENDAHULUAN pelepah sawit mencapai 70%, sedangkan


kandungan karbohidrat terlarut dan protein
Ternak ruminansiamerupakan salah satu kasar masing-masing hanya 20% dan 7%
komoditas ternak penghasil daging (Dahlan, 2000). Kandungan lignin pelepah
terbanyak dan tergolong dalam jenis ternak sawit mencapai 20% dari biomassa kering,
yang mampu mengkonsumsikan pakan sehingga merupakan pembatas utama
berserat tinggi seperti hijauan dan dalam penggunaan pelepah sawit sebagai
konsentrat dalam jumlah banyak.Elisabeth pakan ternak (Rahman et al., 2011).
dan Ginting (2003) mengatakan bahwa Pemanfaatan pelepah sawit sebagai bahan
untuk ternak ruminansia pelepah sawit pakan ternak ruminansia perlu adanya
dapat digunakan sebagai bahan pengganti treatment terlebih dahulu guna
rumput. Ditambahkan oleh Kawamoto et menurunkan kandungan lignin yang
al. (2001) bahwa kandungan serat kasar terkandung di dalamnya.

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 2 Juli -Desember 2015 | 101


ISSN 1978-3000

Fermentasi merupakan salah satu diujikan sebagai bahan pakan yang


teknologi untuk meningkatkan kualitas diperoleh dari perkebunan rakyat.
pakan asal limbah, karena keterlibatan
mikroorganisme dalam mendegradasi serat Pembuatan Larutan Mikroorganisme
kasar, mengurangi kadar lignin dan Lokal
senyawa anti nutrisi, sehingga nilai Masing-masing sumber
kecernaan pakan asal limbah dapat mikroorganisme lokal dari isi rumen, feses
meningkat (Wina, 2005). Menurut sapi, dan urin sapi dicampur dengan air
Januardani (2008). Mikro Organisme kelapa dengan perbandingan 1: 4 dan gula
Lokal adalah kumpulan dari beberapa sebanyak 1 kg di dalam stoples. Tutup
mikro organisme yang bisa diternakkan rapat stoples dan dilobangi di tengahnya
dan berfungsi untuk starter dalam dan dihubungkan dengan slang kecil
pembuatan kompos, pupuk cair ataupun dengan botol yang berisi aquades,
pakan ternak. Fermentasi menggunakan kemudian difermentasi selama 10 hari
mikroorganisme lokal lebih sederhana (Astuti, 2014).
apabila dibandingkan dengan fermentasi
dengan bakteri atau kapang yang sudah Persiapan Sampel Pelepah Kelapa Sawit
biasa dilakukan, karena fermentasi dengan sebagai Pakan Ternak
larutan mikroorganisme lokal tidak perlu Pelepah sawit beserta daunnya
dilakukan peremajaan terlebih dahulu, sesuai kebutuhan di haluskan dengan
larutan mikroorganisme lokal yang mesin choper. Sampel dan semua peralatan
terbentuk sudah bisa langsung dijadikan yang akan digunakan disterilkan terlebih
sebagai inoculums dalam substrat. dahulu kemudian dicampur dengan larutan
Diharapkan kedepan teknologi fermentasi mikroorganisme lokal dengan
menggunakan mikroorganisme lokal ini perbandingan 1: 2, begitu juga dengan
dapat meningkatkan kualitas pakan lokal EM4 dan ragi tempe dicampurkan dengan
yang berkesinambungan dan menggantikan pelepah sawit sesuai dengan aturan
bahan komersil seperti ragi tempe dan pemakaian yang ditetapkan produsen dan
EM4 (Astuti et al., 2015). di inkubasi selama 7 hari. Sampel
Penelitian ini bertujuan untuk dianalisasecara in vitro dengan metode
melihat pengaruh fermentasi pelepah sawit Tilley dan Terry (1963).
terhadap kecernaan zat-zat makanan dan
membandingkan antara mikroorganisme Rancangan Percobaan
lokal dengan mikroorganisme komersil. Penelitian ini dilakukan dengan
Hipotesis penelitian ini diduga fermentasi menggunakan Rancangan Acak Lengkap 6
menggunakan mikroorganisme lokal dapat perlakuandengan 3 ulangan untuk masing-
meningkatkan kandungan nutrien pelepah masing perlakuan (Steel dan Torrie, 1993)
sawit. Perlakuan pada penelitian ini adalah
berbagai sumber mikroorganisme yang
MATERI DAN METODE akan digunakan untuk memfermentasi
bahan pakan, yaitu:
Penelitian ini dilakukan A: Tanpa Fermentasi
menggunakan bahan-bahan terbuang yaitu B: Pelepah Sawit dengan MOL Isi Rumen
isi rumen sapi potong yang didapat dari C: Pelepah Sawit dengan MOL Feses
rumah pemotongan hewan, feses dan urin D: Pelepah Sawit dengan MOLUrine
sapi potong yang berasal dari limbah E:Pelepah Sawit dengan EM4
peternakan, sebagai sumber F: Pelepah Sawit dengan Ragi Tempe
mikroorganisme lokal. EM4 dan ragi
Tempe dibeli secara komersil di pasaran.
Sampel penelitian pelepah sawit yang akan

102 | Evaluasi Kecernaan Nutrient Pelepah Sawit yang Difermentasi (Astuti dan Yelni)
ISSN 1978-3000

Peubah yang Diamati HASIL DAN PEMBAHASAN


Peubah yang diamati adalah
kecernaan bahan kering, bahan organik, Rataan koefisien kecernaan zat-zat
serat kasar, dan protein kasarpelepah sawit makanan pelepah sawit pada perlakuan ini
perlakuan dari penelitian. disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan kecernaan bahan kering, bahan organik, serat kasar danproteinkasar (%)
Parameter A B C D E F SE
cd bcd a a d a
Kecernaan BK 31.83 33.81 46.39 42.08 30.99 42.57 1.03
Kecernaan BO 16.66cd 15.70d 27.55a 25.63 a 17.72bcd 26.69a 1.26
Kecernaan SK 31.77 30.63 32.12 27.98 28.02 31.51 1.36
Kecernaan PK 15.73d 16.06 d 23.22 a 20.86b 18.30c 23.33 a 0.83

Keterangan:Nilai rataan yang diikuti oleh superskrip (a,b,c) pada baris yangsama menunjukan berbeda nyata (p<0,01).A=
tanpa fermentasi, B=fermentasi dengan mikroorganisme lokal isi rumen, C= fermentasi dengan
mikroorganisme lokal feses sapi. D= fermentasi dengan mikroorganisme lokal urin sapi, E= fermentasi
dengan EM4, F= fermentasi dengan ragi tempe.

Kecernaan Bahan Kering nutrisi yang solubel seperti hemiselulosa,


Berdasarkan analisis keragaman yang akan dimanfaatkan dan disintesa oleh
menujukkan perlakuan bioteknologi mikroba rumen. Hal ini sesuai dengan
melalui teknologi fermentasi memberikan pernyataan Rynk, dkk., (1992) bahwa
pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) kotoran ternak banyak mengandung
terhadap kecernaan bahan kering pelepah mikroba penghancur bahan organik.
sawit. Pada Tabel 1, menggambarkan Mikroba ini dibagi menjadi dua
bahwa rata-rata terjadi peningkatan golongan yaitu Mesofilia dan Thermofilia.
kecernaan bahan kering pada semua Dari kedua golongan tersebut bakteri
perlakuan fermentasi dibandingkan terdapat dalam jumlah terbanyak. Bakteri
kontrol, kecuali pada perlakuan E dengan memanfaatkan O2 dan H2O
fermentasi dengan EM4 terjadi sedikit merombak bahan organik material pada
penurunan dibanding kan kontrol. fermentasiDitambahkan oleh (Sihotang,
Uji lanjut dengan Duncan’s 2010) bahwa feses sapi mengandung
Multiple Range Test (DMRT) menunjukan hemisellulosa sebesar 18,6%, sellulosa
kecernaan bahan kering yang tertinggi 25,2%, lignin 20,2%, nitrogen 1,67%,
terdapat pelepah sawit yang difermentasi fosfat 1,11% dan kalium sebesar 0,56%.
denganmikroorganisme lokal dari feses domba.
sapi (46,39%) dan yang terendah terdapat
pada fermentasi dengan EM4 (30,99) yang Kecernaan Bahan Organik
menunjukkan tidak berbeda dengan Analisa keragaman menunjukkan
perlakuan kontrol (31,83%). Terjadi perlakuan berpengaruhsangat nyata
peningkatan 45% pada kecernaan bahan (p<0,01) terhadap kecernaan bahan organik
kering pelepah sawit yang difermentasi pelepah sawit fermentasi. Kecernaan bahan
dengan mikroorganisme lokal feses organik yang tertinggi terdapat pada
dibandingkan kontrol. Meningkatnya pelepah sawit yang difermentasi dengan
kecernaan bahan kering pelepah sawit yang mikroorganisme lokal yang bersumber
difermentasi dengan mikroorganisme lokal pada feses sapi (27,55%). Terjadi
dari feses disebabkan karena pada feses peningkatan 65% dibandingkan kontrol
banyak mengandung mikroba dan yang (pelepah sawit yang tidak difermentasi).
dominan adalah bakteri yang dapat Kecernaan bahan organik sangat
merombak bahan organik. Selain itu di dipengaruhi oleh kecernaan bahan kering.
dalam feses masih terdapat kandungan zat Seperti yang dikatakan oleh Parakkasi

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 2 Juli -Desember 2015 | 103


ISSN 1978-3000

(1999) nilai kecernaan bahan organik erat DMRT menunjukan perlakuan fermentasi
kaitannya dengan nilai kecernaan bahan pelepah sawit dengan mikroorganisme
kering, karena bahan kering terdiri atas lokal feses tidak berbeda dengan kecernaan
bahan organik dan anorganik. Penurunan protein kasar pelepah sawit yang
nilai kecernaan bahan kering akan difermentasi dengan ragi tempe.
mengakibatkan penurunan nilai kecernaan Berdasarkan data pada Tabel 1
bahan organik, demikian juga sebaliknya). diduga mikroorganisme lokal dari feses
Selain itu Shurtleff dan Aoyagi (1979) sapi menghasilkan aktivitas mikroba yang
menyatakan bahwa pada proses fermentasi juga sama dengan ragi tempe, sehingga
akan terjadi perubahan molekulmolekul mampu meningkatkan kecernaan protein.
komplek atau senyawa organik seperti Menurut (Sukaryana, 2011) proses
protein, karbohidrat dan lemak menjadi fermentasi dapat meminimalkan pengaruh
molekul yang lebih sederhana dan mudah antinutrisi dan meningkatkan kecernaan
dicerna. bahan pakan. Menurut Tillman et al.
(1998) kecernaan bahan makanan
Kecernaan Serat Kasar ditentukan oleh beberapa faktor yaitu jenis
Hasil analisis keragaman ternak dan komposisi kimia makanan.
menunjukkan bahwa perlakuan fermentasi Kecernaan yang tinggi mencerminkan
dengan berbagai sumber mikroorganisme besarnya sumbangan nutrien tertentu pada
pada pelepah sawit tidak berpengaruh ternak, sedangkan pakan yang mempunyai
(P>0,05) terhadap kecernaan serat kasar. kecernaan rendah menunjukkan bahwa
Pada Tabel 1, terlihat bahwa dari semua pakan tersebut kurang mampu mensuplai
perlakuan fermentasi hanya pada perlakuan nutrien untuk hidup pokok maupun untuk
fermentasi pelepah sawit dengan feses sapi tujuan produksi ternak.
(C) yang sedikit mengalami peningkatan
kecernaan serat kasar dibandingkan kontrol KESIMPULAN
(31,77 vs 32,12%), sementara pada
perlakuan yang lain terjadi penurunan Berdasarkan hasil penelitian dapat
kecernaan serat kasar dibandingkan disimpulkan bahwa perlakuan fermentasi
kecernaan kontrol. Berdasarkan hasil dapat meningkatkan kecernaan bahan
penelitian diduga mikroorganisme yang kering, bahan organik,dan protein kasar.
terdapat pada mikroorganisme lokal yang Kecernaan bahan kering yang optimal
berasal dari feses mengandung mikroba 46,39%, bahan organik yang 27,55%, serat
yang mampu mencerna serat yang lebih kasar 32,12%, dan protein kasar 23,22%,
optimal dibandingkan sumber hasil fermentasi pelepah sawit dengan
miroorganisme lainnya. mikroorganisme lokal sumber feses sapi.
Fermentasi menggunakan mikroorganisme
Kecernaan Protein Kasar lokal dari feses sapi ini dapat
Hasil analisis keragaman menggantikan fermentasi bahan pakan
menunjukkan bahwa perlakuan fermentasi yang menggunakan mikroba komersil
dengan berbagai sumber mikroorganisme terutama ragi tempe dan EM4 yang bisa
pada pelepah sawit berpengaruh sangat dibeli di pasaran.
nyata (P<0,01) terhadap kecernaan protein
kasar. Pada Tabel 1, terlihat bahwa UCAPAN TERIMAKASIH
kecernaan protein yang tertinggi terdapat
pada fermentasi pelepah sawit dengan Ucapan terima kasih yang tak
mikroorganisme lokal dari feses sapi. terhingga kepada Dirjen DIKTI yang telah
Terjadi peningkatan kecernaan protein memberikan pendanaan penelitian ini pada
kasar 47,6% dibandingkan pelepah sawit skim Hibah Bersaing tahun anggaran 2014
yang tidak difermentasi. Uji lanjut dengan dengan nomor kontrak : 070/LPPM-
UMB/IV/2014.

104 | Evaluasi Kecernaan Nutrient Pelepah Sawit yang Difermentasi (Astuti dan Yelni)
ISSN 1978-3000

DAFTAR PUSTAKA of processed oil palm fronds in


cattle. JARQ 35(3): 195-200.
Astuti, T. 2012. Bioproses Optimalisasi Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan
Pemanfaatan Kulit Pisang dengan Makanan Ternak Ruminansia.
menggunakan Mikroorganisme Penerbit Universitas Indonesia.
Lokal (MOL) sebagai Pakan Jakarta.
Ternak Ruminansia. Laporan Hibah Rahman, M.M., M. Lourenco, H.A.
Bersaing. Universitas Muara Hassim, J.J.P. Boars, A.S.M.
Bungo. Sonnenberg, J.W. Cone J.W, J. De
Astuti.T,Yurni. S. Amir, Gusni Yelni, and Boever, and V. Fievez. 2011.
Isyaturriyadhah. 2014. The Result Improving ruminal degradability of
of Biotechnology by Local oil palm fronds using white rot
Microorganisms to Banana Peel on fungi. Anim. Feed. Sci. and Tech.
Rumen Fluid Characteristics as Vol. 169, Issues 3-4:157-166.
Ruminant Feed. Journal of R.G.D. Steel, and J.H. Terrie. Principles
Advanced Agricultural and Procedures of Statistics.
Technologies. Vol. 1 (1): 28 – 31. McGraw-Hill Book Co. Inc. New
Astuti T, P. Juandes, G. Yelni, and Y. S. York. 1991.
Amir. 2015. The effect of a local Rynk, R., M. van de Kamp, G.B. Wilson,
biotechnological approach on T.L. Richard, J.J. Kolega, F. R.
rumen fluid characteristics (pH, Gouin,L. Laliberty, Jr., D. Kay,
NH3, VFA) of the oil palm fronds D.W. Murphy, H.A.J. Hoitink, and
as ruminant feed. International W.F. Brinton. 1992. On-farm
Journal of Agriculture Innovations Composting Handbook. Editor R.
and Research.Volume 3, Issue 6, Rynk. Northeast Regional
ISSN (Online) 2319-1473. Agricultural Engineering Service,
Bamualim, A. 1988. Peranan peternakan U.S. Department of Agriculture.
dalam usahatani di daerah Nusa Ithaca, N.Y., Pp. 1-13.
Tenggara. Jurnal Penelitian dan Shurtleff, W. and A. Aoyagi. 1979. The
Pengembangan Pertanian 8 (3): 69- Book of Tempeh. Profesional
74. Edition. Harper and Row
Dönmez, N., M.A. Karsli, A. Çinar, T. Publishing, New York Hagerstown,
Aksu, and E. Baytok. 2003. The San Fransisco, London, A New
effects of different silage additives Age Fodds Study Center Book.
on rumen protozoan number and Sihotang, B. 2010. Kandungan Senyawa
volatile fatty acids concentration in Kimia pada Pupuk Kandang
sheep fed corn silage. Small Berdasarkan Jenis Binatangnya.
Ruminant Res. 48: 227-231. Avaliable at r.yuwie.com/blog/
Elisabeth. J. dan Simon P. Ginting. 2003. entry. Accession date: 29
Pemanfaatan hasil samping industri November 2010.
kelapaSawit sebagai bahan pakan Simanihuruk, K., Junjungan dan S.P.
ternak sapi potong.Lokakarya Ginting. 2008. Pemanfaatan silase
Sistem Integrasi Kelapa Sawit-Sapi. pelepah kelapa sawit sebagai pakan
Hal. 110-120. basal kambing kacang fase
Fardiaz, S., 1992. Mikrobiologi Pangan I. pertumbuhan. Seminar Nasional
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Teknologi Peternakan dan
Kawamoto, H., W.Z. Mohamed, N.I.M. Veteriner. Hal 446-455.
Shukur, M.S.M. Ali, Y. Ismail, and Tilley, J.M.A., R.A. Terry. 1963. A two -
S. Oshio.2001. Palatability, stag technique for the in vitro
digestibility, and voluntary intake

Jurnal Sain Peternakan Indonesia Vol. 10 No 2 Juli -Desember 2015 | 105


ISSN 1978-3000

digestion of forage crops . J . British meningkatkan produktivitas ternak


Grassland Soc . 18 : 104 -111. ruminansia di Indonesia. Sebuah
Wina, E. 2005. Teknologi pemanfaatan review. Wartazoa 15 (4): 173-186.
mikroorganisme dalam pakan untuk

106 | Evaluasi Kecernaan Nutrient Pelepah Sawit yang Difermentasi (Astuti dan Yelni)

View publication stats

You might also like