Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The increasing and spreading of residents' needs in the City of Balikpapan will also be an increase in the
demand for travel to serve the increased activity of the movement of people and goods; this causes the City
of Balikpapan with a traffic jam situation, which becomes a problem due to the high level of private vehicle
use, reaching 86% and less than optimal public transport services. Based on these considerations, it is time
for mass public transport services in the City of Balikpapan to be improved, so the accessibility and mobility
and affordability of travel costs in the region with the operation of BRT will increase. This research aims to
plan the potential demand for moving interest, proposed routes, operational performance, and optimal rates
using descriptive research methods with a quantitative approach. The data used are primary data obtained
from field survey results and secondary data obtained from related agencies. Based on data collection and
analysis results, it was found that actual demand was 22,030 person trips/day, and potential demand was
58,658 person trips/day. 4 corridors serve BRT's planned operation in Balikpapan City with large and
medium bus types with a capacity of 79 and 30 people. The number of stop points needed in BRT operation
in corridor 1 is 14 points, corridor 2 is 11 points, corridor 3 is 14 points, and corridor 4 is 16 points with the
need for vehicles for corridor 1 as many as 15 units, corridor 2 as many as 18 units, corridor 3 as many as 13
units, corridor 4 as many as 21 units. The rate to be charged is Rp. 3,000 for each corridor.
ABSTRAK
Semakin meningkat dan menyebar kebutuhan kehidupan penduduk di Kota Balikpapan, akan bertambah pula
permintaan perjalanan untuk melayani peningkatan aktivitas pergerakan orang dan barang hal ini menyebabkan
Kota Balikpapan mulai dihadapkan pada situasi kemacetan lalu lintas yang menjadi masalah dikarenakan
tingkat penggunaan kendaraan pribadi yang tinggi mencapai 86% dan kurang optimalnya pelayanan angkutan
umum. Berdasarkan pertimbangan tersebut, sudah saatnya pelayanan angkutan umum massal di Kota
Balikpapan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas serta keterjangkauan biaya
perjalanan di wilayah tersebut dengan pengoperasian BRT. Tujuan dar penelitian ini adalah untuk
merencanakan potensi permintaan minat pindah, rute usulan, kinerja operasional, dan tarif yang optimal dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan merupakan data
primer yang didapatkan dari hasil survei di lapangan dan data sekunder yang didapatkan dari instansi terkait.
Berdasarkan pengumpulan data dan hasil analisis diperoleh permintaan aktual sebanyak 22.030 perjalanan
orang/hari dan permintaan potensial sebesar 58.658 perjalanan orang/hari. Perencanaan pengoperasian BRT di
Kota Balikpapan dilayani oleh 4 koridor dengan jenis bus besar dan sedang berkapasitas 79 dan 30 orang.
Jumlah kebutuhan titik henti dalam pengoperasian BRT pada koridor 1 adalah 14 titik, koridor 2 adalah 11 titik,
koridor 3 adalah 14 titik dan koridor 4 adalah 16 titik dengan kebutuhan kendaraan untuk koridor 1 sebanyak 15
unit, koridor 2 sebanyak 18 unit, koridor 3 sebanyak 13 unit, koridor 4 sebanyak 21 unit. Tarif yang akan
dibebankan adalah Rp 3.000,- untuk tiap koridor.
Kata Kunci: Bus Rapid Transit, koridor, halte, kebutuhan armada, tarif
PENDAHULUAN
Dengan kondisi akses jaringan jalan yang baik dan konektivitas antar tujuan yang
memadai, merupakan salah satu daya tarik yang memudahkan mobilitas perjalanan
masyarakat dan pendatang. Namun dengan tidak adanya pelayanan angkutan umum yang
layak, efisien dan ekonomis, dapat menjadi kendala bagi masyarakat untuk dapat
mengakses tujuan-tujuan yang mereka kehendaki.
Kota Balikpapan mulai dihadapkan pada situasi dimana kemacetan lalu lintas menjadi
masalah. Hal ini diindikasikan dari tidak terlaksananya pengaturan angkutan kota, serta
penggunaan kendaraan pribadi di kawasan Kota terus meningkat dan memperlihatkan
ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan pribadi masih tinggi. Tingkat penggunaan
kendaraan pribadi di Kota Balikpapan Mencapai 86 % sehingga penggunaan kendaraan
Angkutan Umum tidak maksimal Kota Balikpapan, Hal ini juga menjadi faktor yang
membuat beberapa Angkutan Kota di Kota Balikpapan melayani sesuai permintaan
penumpang walaupun tidak melewati trayek yang ditetapkan.
Seperti juga adanya rencana pengembangan angkutan di wilayah Kota Balikpapan dengan
menggunakan Angkutan Umum Massal yang tertuang di RTRW 2012-2032 namun tidak
berjalan dengan sangat efektif dan efisien dalam hal ini adalah bus perkotaan yang hanya
melayani satu koridor dan dapat dilihat menurut fungsinya yaitu sebagai angkuan pemadu
moda dikarenakan hanya menuju ke Pelabuhan Kariangau yang berawal dari Terminal
Batu Ampar dan hanya melayani setiap 2 jam sekali dengan kendaran yang beroperasi
hanya 1 kendaraan dari 4 kendaraan yang tersedia begitu juga dengan Faktor muat dari
Bus Perkotaan ini hanya 21,23% yang tidak memenuhi Standar Bank Dunia. Maka dari itu
perlunya peningkatan dari bus kota ini menjadi Bus Rapid Transit yang dapat melayani
dengan baik.
Untuk itu sebagai kota penunjang Ibu Kota Negara Indonesia yang baru Kota Balikpapan
merupakan jembatang penghubung sehingga dapat di prediksi akan ada banyak pendatang
di Kota Balikpapan maka dari itu Kota Balikpapan membutuhkan mobilitas dan
aksesibilitas yang baik sebagai penunjang . Oleh Karena itu dengan adanya Perencanaan
Bus Perkotaan Berbasis Angkutan Massal di Kota Balikpapan ( BUS RAPID TRANSIT)
dapat membatu menyelesaikan masalah masalah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya,
dan akan berdampak baik terkait dengan meningkatkan kinerja pelayanan angkutan dan
Kota Balikpapan sebagai penunjang Ibukota Negara baru.
TINJAUN PUSTAKA
Angkutan Umum/Massal
Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau
bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan umum penumpang adalah angkutan kota
(bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan angkutan udara (Warpani, 1990).
Permintaan Transportasi
Perminataan didefinisikan sebagai kuantitas total dari pelayanan atau jasa angkutan
tertentu yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen pada harga tertentu pada pasar
tertentu pada periode tertentu dan pada kondisi-kondisi tertentu pula.
Jenis permintaan angkutan umum ada dua:
a. Permintaan Angkutan Umum Actual
Merupakan jumlah permintaan masyarakat yang hanya menggunakan angkutan
umum saja.
b. Permintaan Angkutan Umum Potential
Merupakan jumlah permintaan masyarakat yang menggunakan angkutan umum
ditambah dengan jumlah masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi yang
berkeinginan melakukan perpindahan.
Perhentian Bus
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan dan Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat No.
271/HK.105/DRJD/96 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian
Kendaraan Penumpang Umum, Tempat Perhentian Kendaraan Penumpang Umum
(TPKPU) terdiri dari halte dan Tempat Pemberhentian Bus. Halte adalah tempat
pemberhentian kendaraan penumpang umum untuk menurunkan dan/atau menaikkan
penumpang yang dilengkapi bangunan. Tempat Perhentian Bus adalah tempat untuk
menurunkan dan/atau menaikkan penumpang tanpa dilengkapi bangunan. Penentuan jarak
antar fasilitas tempat pemberhentian memakai analisis berdasarkan SK. Dirjen
Perhubungan Darat Nomor: 271/HK.105/DRJD/96. Penentuan jarak antara tempat
pemberhentian untuk memperoleh jumlah fasilitas tempat pemberhentian ideal untuk
setiap ruas jalan yang sesuai dengan tata guna lahannya, dengan menggunakan ketentuan
yang dapat dilihat pada tabel berikut, yaitu :
Tabel 1. Ketentuan Jarak Tempat Henti
Jenis Kendaraan
Dalam penentuan jenis kendaraan yang akan digunakan untuk pengoperasian BRT di Kota
Balikpapan didasarkan pada Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor
SK.687/AJ.206/DRJD/2002 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 10 Tahun 2012
tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan agar pelayanan yang
disediakan dapat memenuhi standar peraturan yang berlaku dan menarik minat masyarakat
untuk menggunakan angkutan umum.
Tabel 2. Ketentuan Jenis Kendaraan
b. Frekuensi
Perhitungan frekuensi merupakan jumlah keberangkatan atau kedatangan kendaraan
angkutan kota yang melewati dalam satu trayek selama periode waktu tertentu dan
pada satu titik tertentu dan pada satu titik tertentu.
Keterangan :
F = Frekuensi (kendaraan/jam)
H = Headway (menit)
c. Headway
Perhitungan headway merupakan selisih waktu keberangkatan atau kedatangan antara
kendaraan angkutan kota dengan kendaraan angkutan kota dibelakangnya dalam satu
trayek pada satu titik tertentu.
Keterangan :
H = Headway (menit)
P = Rata-rata jumlah penumpang/jam pada peakhour
C = Kpasitas Kendaraan (seat)
Lf = Faktor muat
d. Kebutuhan Armada
Dalam buku Menuju Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Direktorat Jendral
Perhubungan Darat (2002), bahwa untuk menentukan kebutuhan jumlah kendaraan
angkutan kota yang tetap sesuai dengan kebutuhan sulit dipastikan, yang dapat
dilakukan adalah mendekati besarnya kebutuhan.
Keterangan :
WT= Waktu Tempuh (menit)
PR = Panjang Rute (km)
KR = Kecepatan Rencana (km/jam)
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan metodologi penelitian dari tahap awal
identifikasi masalah, rumusan masalah, pengumpulan data sekunder dan data primer,
yang didalamnya terdapat survei state preference, pengolahan dan analisis data,
perencanaan rute dengan software VISUM untuk analisis pembebanan dengan
perencanaan perencanaan yang berurut berdasarkan undang – undang maupun peraturan
lainnya. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian bersifat memrencanaakan,
dengan analisis data bersifat kuantitatif. Tahapan penelitian perencanaan angkutan
umum ini dengan memperhatikan tahapan dari kegiatan perencanaan, pengaturan,
perekayasaan, pemberdayaan dan pengawasan.
Pemilihan Rute
Dalam penentuan rute pengoperasian BRT, terdapat uji statistik untuk memastikan bahwa
model bangkitan perjalanan bisa diterima dan bisa digunakan dalam penentuan rute.
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui ruas jalan mana saja yang memungkinkan untuk
pengoperasian BRT dengan melihat bangkitan perjalanan, dan distribusi perjalanan, yang
diperoleh dari matrix asal tujuan daerah penelitian. Dari hasil permintaan potensial
angkutan umum selanjutnya digunakan untuk menganalisis kinerja lalu lintas dan
perencanaan rute dengan tahapan analisis pembebanan menggunakan software Visum
yang hasil modelnya di validasi dengan hasil survei untuk membuktikan data model dapat
dipakai.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian Perencanaan Bus Rapid Transit di
Kota Balikpapan adalah sebagai berikut:
1. Total jumlah permintaan aktual berdasarkan survei Home Interview adalah 22.561
penumpang per hari. Pada permintaan potensial minat
berpindah dari kendaraan pribadi ke angkutan umum 36.579 dengan begitu total
minat pindah dengan permintaan aktual menjadi 58.658
perjalanan orang per hari yang menjadi permintaan potensial.
2. Dari hasil pemetaan demand Kota Balikpapan dengan memakai software Visum
terpilihlah 4 koridor sebagai berikut:
a. Rute yang dilalui Koridor 1 dengan panjang rute 9,4 km (Terminal Batu Ampar –
Balikpapan Super Block (BSB)) adalah Jalan Patimura – Jalan Indrakila – Jalan
MT.Haryono – Jalan Jendral Sudirman
b. Rute yang dilalui Koridor 2 dengan panjang rute 7,3 km (Grand City Balikpapan–
Bandara Sepinggan) adalah Jalan MT.Haryono – Jalan Syarifuddin Yoes – Jalan
Marsma R. Iswahyudi
c. Rute yang dilalui Koridor 3 dengan panjang rute 7,9 km (Terminal Batu Ampar –
Pelabuhan Kampung Baru) adalah Jalan Patimura – Jalan Soekarno-Hata – Jalan
Ahmad Yani – Jalan Letjen Suprapto
d. Rute yang dilalui Koridor 4 dengan panjang rute 13 km (Terminal Batu Ampar –
Pelabuhan Kariangau) adalah Jalan Patimura – Jalan Soekarno-Hata – Jalan KM
5,5 Kariangau
4. Dari perhitungan biaya operasi kendaraan, diperoleh besaran tarif sebesar Rp. 3.000
untuk tiap koridor. Sedangkan berdasarkan perhitungan dari ATP dan WTP dapat
diketahui kemampuan masyarakat dalam membayar tarif BRT adalah sebesar Rp.
19.777,- untuk ATP dan sebesar <Rp.4.000,- untuk WTP.
DAFTAR PUSTAKA
__________, 1996. Keputusan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Nomor 271 Tahun
1996 tentang Pedoman Teknis Perekayasaan Tempat Perhentian Kendaraan
Penumpang Umum. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Jakarta
__________, 2002. Surat Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat Nomor 687
Tahun 2002 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di
Wilayah Perkotaan Dalam Trayek Tetap dan Teratur. Direktorat Jendral
Perhubungan Darat. Jakarta.
__________, 2009. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat. Jakarta
__________, 2012. Peraturan Daerah Kota Balikpapan 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan Tahun 2012 – 2032. Pemerintah Daerah
Kota Balikpapan.Balikpapan
Ahlina, Amalia H N. 2016. Perencanaan Sistem Pengoperasian Bus Rapid Transit di Kota
Mataram. Bekasi:STTD.
Badan Pusat Statistik. 2019. Kota Balikpapan dalam angka 2019.Balikpapan: BPS Kota
Balikpapan.
Hapsari, Giri. 2017. Perencanaan Peningkatan Angkutan Perdesaan Brebes – Jatibarang
dengan Metode Buy The Service. Bekasi:STTD
Haridan, dkk. Penentuan Operasional Jaringan Angkutan Umum di Kawasan Metropolitan
Pontianak Berbasis BRT (Bus Rapid Transit). Universitas Tanjungpura
Jazuli, Zhorga S. 2015. Perencanaan Angkutan Umum BRT Berbasis Jalan (Bus Rapid
Transit) di Perkotaan Jember. Fakultas Teknik Universitas Jember.
Kelompok PKL Kota Balikpapan. Pola Umum Transportasi Darat Kota Balikpapan dan
Identifikasi Permasalahannya.PTDI - STTD. Bekasi. 2019.
Marjanto. 2016. Analisis Subsidi Angkutan Perdesaan Melalui Biaya Operasi Kendaraan
(BOK) di Kabupaten Sleman. Dinas Perhubungan Kabupaten Sleman.
Miro, Fidel. 1997. Sistem Transportasi Kota Bandung. Bandung:Tarsito.
Miro. Fidel. 2012. Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta:Erlangga.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung.
Widari, S. 2010. Analisis Tarif Angkutan Pedesaan Berdasarkan Biaya Operasi Kendaraan
(BOK), (Studi Kasus Kabupaten Gayo Lues Nanggroe Aceh Darussalam).
Medan: Universitas Sumatra Utara.
Wright, Lloyd and Fjellstrom. 2002. Modul 3a: Opsi Angkutan Massal. Germany:Deutsche
Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ)