Professional Documents
Culture Documents
TPI 6WingkingE - Rintaka DKK
TPI 6WingkingE - Rintaka DKK
Abstract - In-direct upwelling in Bali Strait happened because of mewakili karaketistik perairan utara (Laut Bali), tengah (Selat
the influence of upwelling in southern Java-Bali especially during Bali) dan selatan (Samudera Hindia) dengan asumsi 3 lokasi
southeast monsoon and seen from the changes of temperature, tersebut mendapatkan pengaruh upwelling yang berdeda dari
chlorophyll-a, and nutrients. This study aims to determine the Samudera Hindia. Hasil penelitian menunjukkan terjadi
effect of in-direct upwelling on total catch of Sardinella in Bali peningkatan konsentrasi terutama peningkatan konsentrasi
Strait based on temperature, chlorophyll-a, and nutrients (nitrate, nitrat, fosfat, silikat dan klorofil-a serta penurunan suhu
phosphate, silica) observations during southeast monsoon (June- permukaan laut. Upwelling terlihat jelas di zona 3 yang
September 2012). Monthly average catches data (2002-2010) used berhubungan langsung dengan Samudera Hindia pada
to see the maximum catch time. This research is located in latitude kedalaman 70 m dengan
8,4S–8,85S and longitude 114,40E–115,5E and using field konsentrasi klorofil-a maksimum kedalaman 20 m dan
observation when upwelling happen. Temperature and peningkatan konsentrasi fosfat kedalaman 60 m, hal ini
chlorophyll-a were measured by Conductivity Temperature Depth memperkuat bahwa pada Juni-September perairan selat Bali
(CTD). Samples of nutrients were collected in every depth layers mendapatkan pengaruh upwelling kuat dari Samudera Hindia
from 0 – 100 meters and divided into 3 zones representing of yang diikuti peningkatan jumlah tangkapan lemuru pada
northern waters characteristic (Bali Sea), middle (The Bali Strait) November. Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat time-lag ±
and southern (Indian Ocean). The result showed that nutrient 2-3 bulan antara terjadinya in-direct upwelling dengan jumlah
concentrations increase when concentration of nitrate, phosphate, maksimum tangkapan lemuru di perairan selat Bali.
silica and chlorophyll-a were increased, and sea surface
temperature was decrease. The concentration of chlorophyll-a in Kata kunci : in-direct upwelling, suhu, klorofil-a, nutrien,
20 m which is in the southern zone directly related to the Indian lemuru, time-lag
Ocean and cold water mass increased in 70 m and also phosphate
concentrate in 60 m. Its reinforces that on June-September in Bali I. PENDAHULUAN
Strait have been influenced by strong upwelling from Indoan Selat Bali merupakan perairan semi tertutup yang
Ocean followed by an increase in the number of Sardinella catched menghubungkan Laut Bali di bagian utara dan Samudera
in November. The conclusion of this research is the time-lag
around 2-3 months between in-direct upwelling with the maximum
Hindia di bagian selatan. Perairan ini juga memisahkan Pulau
catch of Sardinella in Bali Strait. Jawa di sisi barat dan Pulau Bali di sisi timur. Menurut [1]
menyatakan bahwa perairan Selat Bali dengan kondisi
Keywords: in-direct upwelling, suhu, klorofil-a, nutrien, lemuru, batimetri yang dangkal dan sempit di bagian utara berakibat
time-lag pada kecepatan arus permukaan menjadi tinggi, baik
dikarenakan adanya aliran air yang masuk ke Selat Bali
Abstrak - In-direct upwelling perairan selat Bali terjadi karena maupun yang keluar dari Selat Bali. Massa air yang masuk
pengaruh upwelling selatan Jawa-Bali terutama saat muson dan keluar perairan Selat Bali cenderung berasal dari massa
tenggara yang bisa dilihat dari perubahan suhu, klorofil-a dan
air permukaan. Adanya sungai yang bermuara di bagian timur
nutrien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terjadinya in-direct upwelling terhadap jumlah tangkapan
selat Bali juga berpengaruh terhadap karakteristik perairan.
lemuru (Bali Sardenella) di Selat Bali berdasarkan hasil Hal inilah yang menyebabkan ketersediaan nutrien di kolom
observasi suhu, klorofil-a dan nutrien (nitrat, fosfat, silika) saat perairan yang lebih dalam tidak ikut keluar mengikuti
muson tenggara Juni-September 2012. Data tangkapan lemuru pergerakan massa air. [2] menyatakan bahwa sirkulasi massa
rerata bulanan (2002-2010) untuk melihat waktu tangkapan air di perairan Selat Bali masuk dari arah Samudera Hindia
maksimum. Lokasi penelitian dengan batas koordinat 8,4°LS– (selatan-tenggara) menuju ke Laut Bali (utara-barat laut).
8,85°LS dan 114,40°BT–115,5°BT. Metode yang digunakan Salah satu parameter oseanografi yang mencirikan massa air
adalah observasi lapangan saat terjadinya upwelling. di lautan adalah suhu perairan. Suhu permukaan laut
Pengukuran parameter suhu dan klorofil-a menggunakan
mempunyai hubungan erat dengan keadaan lapisan air laut
Conductivity Temperature Depth (CTD). Sampel nutrien diambil
tiap layer kedalaman dari 0-100 m dibagi menjadi 3 zona
yang terdapat di bawahnya, sehingga data suhu permukaan
Sebaran Klorofil-a
Kesuburan suatu perairan sangat menentukan jumlah
biomass sumberdaya perikanan yang tumbuh di dalamnya.
Tingkat kesuburan perairan biasanya dihubungkan dengan
konsentrasi nutrien dalam badan perairan tersebut.
Fitoplankton merupakan tumbuhan laut mikroskopis yang
keberadaannya sangat tergantung pada kandungan nutrien di
suatu badan perairan, hal ini dikarenakan fitoplankton dapat
memanfaatkan secara langsung nutrien melalui proses
c) fotosintesis. Kemampuan fotosintesis tidak lepas dari
kandungan klorofil yang dimiliki oleh fitoplankton. Salah satu
jenis klorofil yang keberadaannya hampir terdapat di semua
jenis fitoplankton adalah klorofil-[11]. Konsentrasi klorofil-a
Gambar 2. Penampang Melintang Sebaran Suhu Permukaan di Lokasi
di selat Bali berfluktuatif dari musim kemusim namun secara
Penelitian, a) Zona Utara (Laut Bali); b) Zona Tengah (Selat Bali) dan c) umum konsentrasi klorofil-a di selat Bali cenderung lebih
Zona Selatan (Samudera India) tinggi pada muson tenggara. Kondisi klorofil-a yang relatif
tinggi di Selat Bali berdampak pada terpenuhinya kebutuhan
Secara umum suhu permukaan di zona utara dan tengah esensial dari mata rantai ekosistem biota di daerah ini,
memiliki kisaran suhu yang sama yaitu 26°C, sedangkan di terutama ikan pada tropik level rendah. Kondisi inilah yang
zona selatan relative lebih rendah, hal ini disebabkan pada memungkinkan kelimpahan ikan lemuru di Selat Bali cukup
saat muson tenggara angin muson bergerak dari arah tenggara tinggi [1].
(Samudera India) ke arah baratdaya (keluar selat Bali di Profil melintang kloril-a digunakan untuk melihat pola
bagian utara), dinginnya massa air di bagian selatan perairan pelapisan klorofil-a berdasarkan kedalaman dan perubahan
(26,78 – 26,77 0C) mengindikasikan fenomena pengangkatan konsentrasi klorofil-a dari perairan semi tertutup ke perairan
massa air dalam pada perairan tersebut. Secara musiman suhu terbuka maupun sebaliknya. Gambar 3 menunjukkan pola
permukaan laut perairan Indonesia selama muson tenggara sebaran melintang klorofil-a di 3 zona pengambilan data.
(Juni – Oktober) ditentukan oleh Ekman upwelling di Berdasarkan Gambar 3a, pola sebaran melintang konsentrasi
sepanjang perairan selatan Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga klorofil-a perairan bagian utara berkisar antara 0,2 – 3,5
Laut Banda. Upwelling tersebut menyebabkan suhu mg/m3, dan terlihat adanya pola klorofil-a yang terkonsentrasi
permukaan laut menjadi rendah. Pada saat terjadinya di kedalaman 20 meter dengan nilai konsentrasi klorofil-a 3,5
b)
Sebaran Nitrat
Nitrat adalah salah satu nutrien yang terkandung di dalam
perairan dan merupakan bentuk nitrogen yang berperan
sebagai nutrien utama pada proses fotosintesis dan
pertumbuhan fitoplankton. Berdasarkan hasil analisis
laboratorium dan tampilan melintang konsentrasi nitrat
terilihat bahwa konsentrasi nitrat di perairan bagian utara
lebih rendah yaitu 0,05 mg/l dan nilai konsentrasi nitrat
semakin meningkat mendekati dasar perairan. Konsentrasi
nitrat di perairan bagian utara berkiasar antara 0,005 – 0,25
a)
DAFTAR PUSTAKA
[1] B. Priyono., A. Yunanto dan T. Arief, “Karakteristik Oseanografi
dalam Kaitannya dengan Kesuburan Perairan di Selat Bali”, Balai
Penelitian dan Observasi Laut, Bali, 15 hlm, 2008.
[2] Pranowo, W.S. dan B. Realino, “Sirkulasi Arus Vertikal di Selat Bali
Pda Monsun Tenggara 2004”, Balai Penelitian dan Observasi Laut,
Jembrana, 2006
[3] I.S Robinson, “Satellite Oceanography”, Jhon Wiley and Son, New
York, 455p, 1985
[4] K. Wyrtky,”The Upwelling in The Region Between Java and Australia
During The Southeast Monsoon, Australia, J. Mar Fresw Res, 13 (3):
217-225, 1962.