Professional Documents
Culture Documents
net/publication/350437901
CITATIONS READS
3 257
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Remote sensing for marine and coastal management in tropical region View project
All content following this page was uploaded by I Wayan Gede Astawa Karang on 08 June 2021.
AR T I C L E I N F O AB S T R A C T
Article history: This research aimed to find out the pattern of spasio-temporal upwelling and its
Received: May 21th 2020 relation with El Nino Southern Oscillation (ENSO) in the southern waters of Java to
Received in revised form: July 29th 2020 the East Nusa Tenggara. Two indicators namely sea surface temperature (SST) and
Accepted: Desember 1th 2020 chlorofil-a data obtained from oceancolor database were used as an indicator of
Available online: February 28th 2021 upwelling occurences. The overlay technique and correlation analyses were used to
describe the relationship between upwelling and ENSO. The results showed the
phenomenon of upwelling occurred along southern Java and East Nusa Tenggara. The
appearance of upwelling occurred in the South Easth Monsoon until transition season
which began in June and ended in November. The pattern of upwelling area for 17
Keywords:
Upwelling years varies each season, where for the South Easth Monsoon in June it gained 6986
SST km2, in July 78294 km2, and in August 254212 km2. As for transition season II in
Chlorofil-a September 166767 km2, in October 72033 km2, and November 1949 km2. The results
ENSO also showed that upwelling intensity was influenced by ENSO indicated by correlation
values that matched the correlation value between SST - ENSO was -0.78 and
chlorophyll-a-ENSO was 0.98.
adanya suplai massa air dari Samudra Pasifik menuju Samudra tahun). Data SPL dan klorofil-a diperoleh dari
Hindia melalui Selat Lombok, Selat Ombai dan celah Timor, https://oceancolor.gsfc.nasa.gov/, sedangkan untuk kondisi
namun di sepanjang Selatan Jawa - NTT mengalami anomali SPL direpresentasikan dengan indeks ENSO yang di
variabilitas musiman seiring dengan kecepatan dan arah angin peroleh dari http://ww.cpc.neep.noaaa.gov. Variabilitas SPL,
(Kuswardani dan Qiao, 2014; Herlina et al., 2016; Tubalawony klorofil-a dan upwelling secara spasio-temporal didapatkan
dan Simon, 2008). dengan tiga tahapan pengolahan (Gambar 2), yaitu 1) pra-
Parameter yang digunakan untuk mengukur adanya pengolahan citra satelit, 2) pengolahan citra satelit, 3) analisis
upwelling yaitu SPL dan klorofil-a. Menurut Kunarso et al., data citra satelit.
(2011), wilayah upwelling dapat ditentukan dengan indikator
suhu <27 oC dan klorofil-a >0,4 mg/m3, untuk mencari sebaran Pengumpulan
SPL dan klorofil-a dapat dilakukan melalui pendekatan Data
penginderaan jauh (remote sensing). Salah satu citra yang
dapat digunakan dalam melakukan pengamatan fenomena laut
adalah Citra MODIS (Moderate Resolution Imaging
Spectoradiomete) dari satelit Aqua/Terra. Satelit ini Indeks ENSO Citra
mempunyai band thermal dan memiliki resolusi temporal yang MODIS
tinggi, sehingga perubahan upwelling dapat diamati secara
berkesinambungan. Penelitian terkait dengan upwelling dan
kaitannya dengan variabilitas ENSO telah banyak dilakukan
(Yoga et al., 2014; Kurnaso et al., 2011; Wardani et al., 2014; Klorifil-a SPL
Herlina et al., 2016; dan Bambang et al., 2018). Menurut
Kunarso et al., (2011) saat periode upwelling variabilitas
ENSO berpengaruh terhadap SPL dan klorofil-a di Selatan
Subset & Ekstrasi
Jawa-NTT. Susanto (2001a, 2001b) serta Susanto dan Marra
Nilai
(2003) mengatakan fenomena ENSO 1997/1998 berpengaruh
terahdap tingginya nilai klorofil-a di sepanjang perairan selatan
Jawa dan Sumatera. Namun penelitian yang sudah dilakukan Pola Sebaran Spasial
sebagian besar pada jangka waktu yang relatif pendek dan dan Temporal
resolusi spasial yang rendah (MODIS level 3). Mengingat
pentingnya upwelling dan ketersediaan data satelit yang
semakin baik maka diperlukan penelitian dengan periode yang Reklasifikasi nilai untuk
lebih panjang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemetaan upwelling
pola dan sebaran upwelling di sepanjang Selatan Jawa - NTT,
serta menganalisis hubungannya dengan ENSO.
2. Metode Penelitian Klorofil-a SPL <27oC
2.1 Lokasi Penelitian >0.4 mg/m3
Data yang digunakan adalah data SPL dan klorofil-a dari Proses ekstraksi data dilakukan dengan software Seadas,
satelit MODIS level-2 dengan resolusi temporal harian dan dimana dua hal yang dilakukan dalam ekstraksi, yaitu reproject
resolusi spasial 1 km untuk periode tahun 2002 – 2018 (17 dan mosaic data. Reproject dilakukan, karena citra Aqua
Modis level 2 merupakan data harian yang belum terkoreksi
57
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
secara geometric dan masih mengandung nilai Nan (data Interpretasi kekuatan hubungan antara dua variabel terbagi
kosong). Setelah melakukan reproject, data harian yang ke dalam beberapa kriteria berdasarkan nilai koefisien
mencakup lokasi penelitian terdiri dari 4-5sind data dimosaic korelasinya pada (Tabel 1).
guna memperoleh satu luasan data harian.
2.3.2 Pemotongan Citra (Subset)
Pemotongan citra dilakukan guna memperoleh area yang Tabel 1. Nilai kekuatan hubungan hasil koefisien korelasi
akan diamati dan mempermudah penganalisaan citra. Proses Pearson Correlation (Sugiyono, 2003).
pemotongan citra pada penelitian ini menggunakan tool Clip Koefisien Korelasi Interpretasi Hubungan
Grids (Interactive) yang terdapat pada software SAGA GIS. 0 Tidak ada korelasi
2.4 Pengolahan Citra 0.00-0.25 Korelasi sangat lemah
0.25-0.50 Korelasi cukup
Tahap pengolahan citra terdiri dari average data dan 0.50-0.75 Korelasi kuat
analisis data. Rincian dari tahap tersebut adalah sebagai 0.75-0.99 Korelasi sangat kuat
berikut: 1 Korelasi sempurna
2.4.1 Average Data
Data bulanan adalah rerata dari 30 data harian. Data 3. Hasil dan Pembahasan
musiman merupakan rerata tiga bulanan untuk musim barat 3.1 Pola Sebaran Spasio-Temporal SPL Rerata Bulanan
(Desember-Januari-Februari)/DJF, musim timur (Juni-Juli- Pola sebaran SPL bulanan menunjukkan adanya variasi
Agustus)/JJA, musim peralihan I (Maret-April-Mei)/MAM, SPL secara Spasio-Temporal dengan kisaran SPL 24,9-30,3 oC
dan musim peralihan II (September-Oktober-November)/SON. (Gambar 3). Pada Bulan Januari-Februari pola sebaran SPL
Data tahunan adalah data rerat bulan yang sama selama 17 yang lebih tinggi berada di bagian timur dan SPL yang rendah
tahun. berada di bagian barat. Sedangkan pada Bulan Maret-Mei SPL
2.5 Analisis Data yang tinggi merata di seluruh perairan Selatan Jawa-NTT.
Sebaran SPL pada Bulan Januari-Mei relatif tinggi dengan
Penentuan upwelling diawali dengan menyusun peta SPL kisaran 28,5-29,1 oC. SPL yang tinggi diduga terjadi karena
dan klorofil-a mengikuti metode Kunarso et al., 2011, yaitu kecepatan angin rendah dapat menyebabkan massa air di
dengan kriteria area dengan nilai SPL <27 oC dan klorofil-a permukaan sulit untuk berpindah dan massa air dengan suhu
>0,4 mg/m3. Hasil berupa area yang didapat diubah ke bentuk yang lebih rendah tidak dapat naik ke permukaan (Putra et al.,
vektor untuk mendapatkan nilai luasannya. Setelah itu luasan 2014). Angin yang lemah menyebabkan perairan menjadi
yang didapat diubah dalam bentuk m2 yang selanjutknya tenang dan proses pemanasan menjadi lebih kuat (Nontji,
dikonversi menjadi km2. Anomali SPL bulanan dihitung 1993).
berdasarkan hasil pengurangan antara nilai rata-rata bulanan Memasuki awal Bulan Juni terjadinya perpindahan SPL,
SPL aktual dengan nilai SPL rata-rata klimatologi selama dimana SPL yang tinggi berada di bagian barat, sedangkan
periode penelitian (Wilby et al., 2004) seperti persamaan 1. SPL yang rendah berada di bagian timur. SPL yang tinggi pada
Anomali SPL = SPLa – SPLm……………………..(1) Bulan Juli-Oktober mulai merata lagi di perairan Selatan Jawa-
NTT (Gambar 3). SPL pada Bulan Juni-Oktober terjadi
Keterangan penurunan dengan kisaran SPL 25,8-27,5 oC. Penurunan SPL
Anomali SPL : nilai anomali SPL pada tempat yang ini terjadi karena massa air di sepanjang Selatan Jawa-NTT
bergerak menjauhi pantai sehingga SPL menjadi lebih dingin
bersangkutan
akibat adanya transport Ekman (Hestiningsih et al., 2017).
SPLa : nilai rata-rata b\ulanan SPL aktual (oC) Pada Bulan November-Desember dengan rata-rata SPL 28 oC,
SPLm : nilai SPL rata-rata klimatologi (dari series dimana SPL yang tinggi kembali terjadi di bagian timur,
data pada penelitian ini digunakan periode sedangkan SPL yang rendah berada di bagian barat (Gambar
2002-2018). 3).
Jika nilai SPL aktual lebih tinggi dibanding nilai rata-rata Sebaran SPL pada Bulan Januari sampai Desember yang
klimatologi, maka nilai anomali SPL akan positif. Demikian dimulai dari selatan NTT yang kemudian meluas hingga
sebaliknya, jika nilai SPL aktual lebih rendah dibandingkan selatan Jawa Barat terjadi penurunan SPL 5 0C(Gambar 3).
nilai rata-rata klimatologinya maka nilai anomali SPL akan Penurunan SPL ini diduga terjadi karena intensitas kecepatan
negatif. angin monseun tenggara akan mengakibatkan meningkatnya
Hubungan antara SPL, klorofil-a dan luasan upwelling intensitas upwelling, dimana meningkatnya intensitas
dengan ENSO dihitung menggunakan teknik persamaan upwelling akan meningkatkan aliran air dari lapisan bawah ke
Pearson Correlation (Pearson, 1895) (Persamaan 2). permukaan seiring bertambahnya bulan tersebut (Susanto et
al., 2006). Penurunan SPL ini diduga juga disebabkan oleh
menguatnya adveksi, proses adveksi ini merupakan proses
….…………….(2) transfer panas dari perairan ke atmosfer melalui media angin
Keterangan: (Wyrtki, 1961).
r : Pearson correlation coefficient
x : Variabel SPL, Klorofil-a, Upwelling
y: Variabel Enso
n : Jumlah sampel
58
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
Okotber November
September Desember
59
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
Secara umum SPL mengalami puncak suhu tertinggi pada yang rendah. SPL pada tahun 2016 secara umum memiliki
Bulan Februari-April, kemudian mengalami penurunan dengan variabilitas yang lebih tinggi dibandingkan SPL pada tahun
puncak suhu terendah pada Bulan Agustus-September dan sebelumnya. Hal ini mungkin dipengaruhi karena adanya El
kemudian naik lagi pada Bulan Oktober-Desember (Gambar Nino yang mengalami penguatan pada tahun 2015 dan diikuti
4A). Pada Bulan Juni-Agustus (musim timur) memiliki rata- La Nina pada tahun 2016. El Nino tahun 2015 memiliki nilai
rata berkisar 24oC-28 oC, kisaran suhu paling rendah yang indeks yang tinggi sepanjang tahun hingga mencapai 2,6 yang
mencapai hingga 24 oC tersebut ditemukan di bagian perairan terjadi pada Bulan Desember 2015 dan mengalami penurun
Selatan Jawa Timur-NTT. Rendahnya nilai SPL ini jika hingga Bulan Mei 2016, kemudian nilai indeks negatif
dibandingkan dengan Bulan-Bulan sebelumnya menunjukkan menunjukan tanda terjadinya periode La Nina hingga mencapai
adanya fenomena upwelling. Kekosongan massa air yang angka -7 pada Bulan September-November 2016.
terjadi di pemukaan akan diisi oleh massa air dari lapisan SPL musiman dimana nilai rata-rata tertinggi 29,73 oC
bawah yang suhunya lebih dingin. Proses upwelling terdapat pada musim peralihan I di tahun 2016 dan nilai rata-
menyebabkan penurunan SPL selama musim timur dan rata terendah 24,64 oC terdapat pada musim barat di tahun
peralihan II. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan Sulaiman et 2018. Terjadinya penurunan SPL pada setiap musim di
al., (2006), Kunarso et al., (2009) dan Kuswardani (2012), perairan Indonesia, selama monseun timur (Juni-Oktober)
bahwa terjadinya upwelling di selatan Jawa Barat mulai terjadi ditentukan oleh Ekman upwelling di sepanjang perairan Selatan
pada Bulan Juni dan mencapai puncaknya pada Bulan Agustus. Jawa - NTT, upwelling tersebut menyebabkan SPL menjadi
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis persentase tingkat rendah (Wingkin et al., 2015). Turunnya nilai SPL itu
penyebaran SPL pada tahun 2002-2018 yang dimulai pada membuktikan bahwa upwelling terjadi hanya pada Musim
Bulan Juni dengan rata-rata yaitu 27,5 oC dan mencapai timur dan peralihan II dengan kisaran sebaran SPL 24,64-27,28
puncaknya pada Bulan Agustus dengan rata-rata 25,7 oC o
C (Gambar 4B).
(Gambar 4A). Pada Bulan Agustus di setiap tahunnya
memperlihatkan fenomena penurunan SPL dengan tingkat nilai
31
30
29
SPL C
28
27
26
25
24
A
7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
30
29
28
SPLºC
27
26
B
25
24
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Gambar 4. Nilai Rata-rata Konsentrasi SPL Tahun 2002-2018:
A. Bulanan
B. Musiman
60
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
30
29
28
SPL C
27
26
25
24
MEI
AGUSTUS
APRIL
JULI
OKTOBER
DESEMBER
MARET
JUNI
SEPTEMBER
NOVEMBER
FEBRUARI
JANUARI
2002-2018
Gambar 5. Nilai Rata-rata tahunan Konsentrasi SPL.
bergeraknya angin dari arah utara dan timur laut yang melewati
Sebaran SPL tahunan terlihat pada Bulan Januari SPL Laut Halmahera menuju kearah selatan dan tenggara (Purwanti
meningkat sampai puncaknya di Bulan April dengan nilai et al., 2017).
kisaran 28,75-29,12 oC. Penurunan nilai SPL mulai terjadi Sebaran SPL pada musim timur mulai terlihat merata
pada Bulan Mei dengan rata-rata 28,47 oC. SPL semakin dengan rata-rata SPL 26,6 oC (Gambar 6c). SPL pada musim
menurun dari Bulan Juni dan yang paling terendah pada Bulan timur lebih rendah dibandingkan dengan musim barat dan
Agustus dengan nilai sekitar 27,51-25,77 oC. SPL rendah di peralihan I. Hal ini diakibatkan pengaruh posisi semu matahari
selatan Jawa sampai NTT terjadi pada Bulan Agustus, yang berada di belahan bumi utara, sehingga pemanasan yang
merupakan dampak dari rendahnya SPL di Samudera Hindia. lebih rendah terjadi di perairan Selatan Jawa-NTT dan
Kembalinya kenaikan SPL pada Bulan September-Desember sekitarnya (Hestiningsih et al., 2017).
dengan nilai sekitar 26,55-28,94 oC (Gambar 5). Menurut Pada musim peralihan II sebaran SPL yang tinggi kembali
Hidayat et al., (2010), peningkatan dan penurunan SPL pada ke perairan NTT dan SPL yang rendah berada di perairan
bagian selatan diakibatkan oleh angin monseun tenggara, selatan Jawa. SPL yang tinggi pada musim peralihan II sekitar
dimana poros Arus Khatulistiwa Selatan (AKS) bergeser ke 27,4 oC (Gambar 6d). Sebaran SPL di musim peralihan II
arah pantai Jawa-Sumbawa dan mengakibatkan penurunan menunjukan peningkatan SPL di bandingkan dengan musim
SPL. Sedangkan pada saat monseun barat daya angin yang timur, yang disebabkan oleh pergerakan semu matahari mulai
bertiup menyebabkan poros AKS bergeser ke selatan dan arus menuju khatulistiwa dan bumi belahan selatan, sehingga
pantai Jawa mengalir ketimur membawa massa air yang lebih mempengaruhi peningkatan SPL (Hestiningsih et al., 2017)
hangat (Wyrtki, 1961).
61
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
a b
c d
Gambar 6. Rata-rata SPLoC Tahun 2002-2018 musim: a. barat (DJF)
b. peralihan I (MAM)
c. timur (JJA)
d. peralihan II (SON)
3.2 Pola Pola Sebaran Spasio-Temporal Klorofil-a Rata-rata mg/m3 (Gambar 7). Tingkat konsentrasi klorofil-a yang relatif
Bulanan tinggi pada Bulan Juni-Desember disebabkan oleh
meningkatnya unsur hara di bagian permukaan yang terbawa
Terdapat variasi pola sebaran klorofil-a secara Spasio- oleh fenomena upwelling dari lapisan dalam. Berdasarkan
Temporal dengan melihat tingkat konsentrasinya. Pada Bulan penelitian yang dilakukan oleh Wei et al. (2012) menjelaskan
Januari-Februari terlihat bahwa tingkat konsentrasi klorofil-a bahwa kandungan zat hara (fosfat, nitrat, dan klorofil-a) yang
di perairan Selatan Jawa-NTT berkisar 0,13-0,02 mg/m3 lebih tinggi di lapisan permukaan selatan Jawa-NTT yang
rendah jika dibandingkan dengan bulan lainnya (Gambar 7). diakibatkan oleh upwelling masih terlihat hingga Bulan
Pada periode Bulan Maret-Mei pola sebaran konsentrasi November akhir.
klorofil-a secara spasial berkisar 0,13-0,24 mg/m3 lebih tinggi Sebaran klorofil-a mulai meningkat dengan kisaran 0,01-
dengan Bulan Januari-Februari (Gambar 7). Tingkat 0,75 mg/m3 relatif tersebar secara merata di bagian pesisir di
konsentrasi yang relatif tinggi ditemukan di daerah pesisir. seluruh perairan selatan Jawa-NTT (Gambar 7). Konsentrasi
Menurut Nontji, 2005, pada Bulan Januari-Mei merupakan klorofil-a yang relatif tinggi pada musim peralihan II ini
musim angin yang membawa banyak hujan. Putra et al., 2014, disebabkan oleh peningkatan unsur hara di bagian permukaan
juga mengatakan Hal ini diduga karena adanya pengaruh yang terbawa oleh fenomena upwelling dari lapisan bawah.
masukan nutrien dari daratan yang disebabkan oleh tingkat Peningkatan klorofil-a juga disebabkan karena meningkatnya
curah hujan yang relatif tinggi pada Bulan ini sehingga curah hujan yang membawa nutrien dari darat kelaut. Menurut
memberikan kontribusi peningkatan konsentrasi klorofil-a di Lalli dan Parson, (1994), penyebab peningkatan klorofil-a
wilayah pesisir. terjadi karena konsentrasi nutrien terlarut yang meningkat dan
Konsentrasi klorofil-a pada Bulan Juni memiliki pola intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan.
sebaran yang tinggi dan masih berada di sekitar pesisir
khususnya bagian selatan Jawa-NTT, sedangkan pada Bulan
Juli-Agustus pola penyebaran mulai meluas ke arah barat
Selatan NTT menuju Selatan Jawa. Konsentrasi klorofil-a yang
relatif tinggi mulai terlihat pada Bulan Juli dan maksimum di
Bulan Agustus berkisar 0,22-0,55 mg/m3 (Gambar 7).
Konsentrasi klorofil-a yang tinggi pada Musim Timur diawali
dengan menurunnya SPL di selatan Jawa-NTT menunjukkan
terjadinya upwelling, hal ini sesuai dengan Kunarso et al.,
2011 dan Susanto et al., 2001 yang menjelaskan bahwa pada
perairan selatan Jawa sampai NTT upwelling terjadi pada
Bulan Juni-Agustus (musim timur).
Konsentrasi klorofil-a pada Bulan September sekitar 0,11
mg/m3, pada Bulan November konsentrasi klorofil-a yang
mulai menurun sekitar 0,02 mg/m3. Peningkatan konsentrasi
klorofil-a kembali terlihat pada Bulan Desember yaitu 0,14
62
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
63
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
Secara temporal, rata-rata bulanan konsentrasi klorofil-a Kenaikan dan penuruan konsentrasi klorofil-a terjadi karena
ditemukan berkisar 0,01-1,18 mg/m3. Analisis yang didapat pengaruh angin monseun timur yang bergeser ke monseun
dari rata-rata bulanan, yaitu pada tahun 2002 di Bulan Juli barat, hal ini berkaitan dengan adanya pergeseran pusat
yaitu 0,32 mg/m3 dan meningkat pada tahun 2006 yaitu 1,18 tekanan udara rendah di Benua Australia yang menyebabkan
mg/m3 di Bulan November, sedangkan penurunan yang terjadi kecepatan angin monseun timur menurun seiring dengan
berkisar 0,0012 mg/m3 pada tahun 2018 di Bulan Oktober perubahan bulan (Susanto et al., 2001). Konsentrasi klorofil-a
(Gambar 8A). Sedangkan untuk analisis rata-rata musim yang yang tinggi meluas di bagian selatan Jawa-NTT. Pola
didapat selama 17 tahun, yaitu pada Musim Timur kenaikan penyebaran klorofil-a pada tahun 2006 menunjukkan bahwa
Klorofil-a berkisar 0,6 mg/m3 di tahun 2006 dan menurun fenomena upwelling terjadi setiap tahun pada Musim Timur
sekitar 0,03 mg/m3 di Tahun 2016. Musim Peralihan II dengan pola penyebaran yang sama. Menurunnya konsentrasi
kenaikan Klorofil-a sekitar 1,01 mg/m3 di tahun 2006 dan klorofil-a berkaitan dengan proses upwelling yang semakin
menurun pada tahun 2016 berkisar 0,03 mg/m3, sedangkan menurun. Intensitas upwelling yang rendah menyebabkan
pada Musim Barat krolofil-a tertinggi terdapat pada tahun kadar nutrien yang berada di lapisan permukaan perairan ikut
2006 sekitar 0,13 mg/m3 dan menurun pada tahun dengan rendah. Nutrien yang rendah di perairan menjadi semakin tidak
klorofil-a yang didapat yaitu 0,01 mg/m3, di musim Peralihan I subur, sehingga pertumbuhan fitoplankton berkurang (Jin et
Klorofil-a tertinggi 0,2 mg/m3 terdapat pada tahun 2008 dan al., 2013). Hal ini yang menyebabkan kadar klorofil-a
menurun pada tahun 2016 dengan rentang nilai 0,03 mg/m3 menurun, seiring perubahan bulan.
(Gambar 8B).
1.40
1.20
KLOROFIL-a Mg/m³
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
A 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10
20022003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
1.20
KLOROFIL-a Mg/m³
1.00
0.80
0.60
0.40
0.20
B 0.00
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
jja
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
djf
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
64
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
0.45
0.40
0.35
Klorofil-a Mg/m³
0.30
0.25
0.20
0.15
0.10
0.05
0.00
JULI
FEBRUARI
JUNI
SEPTEMBER
JANUARI
APRIL
MEI
AGUSTUS
Gambar 9. Nilai rata-rata tahunan konsentrasi klorofil-a MARET
Sebaran klorofil-a tahunan terlihat bahwa pada Bulan Pada musim peralihan I, nilai klorofil-a mulai meningkat
Januari klorofil-a meningkat sampai Bulan Februari dengan dengan sebaran klorofil-a berkisar 0,01-0,41 mg/m3. Meski
nilai kisaran 0,08-0,09mg/m3. Bulan Maret mulai terjadi demikian, klorofil-a masih banyak terkonsentrasi di wilayah
penurunan klorofil-a dengan nilai 0,08 mg/m3. Klorofil-a pesisir dekat pantai (Gambar 10b). Pada musim peralihan I ini,
semakin meningkat dari Bulan April dan puncaknya pada SPL menurun dengan diikuti kenaikan sebaran klorofil-a
Bulan Agustus dengan nilai sekitar 0,11-0,39 mg/m3. Klorofil- terutama di bagian selatan Bali-NTT. Menurut Hendriati et al.,
a tinggi pada Bulan Agustus terjadi pada bagian Selatan Jawa (2004), transport dari perairan selatan Jawa dicirikan dengan
sampai NTT yang merupakan dampak dari rendahnya SPL di temperatur yang lebih hangat, tinggi nutrien dan salinitas
Samudera Hindia. Kembalinya penurunan klorofil-a pada rendah pada permukaan.
Bulan September-Desember dengan nilai sekitar 0,35-0,13 Konsentrasi klorofi-a pada musim timur lebih tinggi di
mg/m3 (Gambar 9). Menurut Putra et al., (2014), klorofil-a bandingkan musim barat dan peralihan I dengan nilai sebesar
mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada Bulan 0,01-1,02 mg/m3. Konsentrasi klorofil-a yang tinggi di perairan
Januari-Mei dan mencapai puncaknya pada Bulan Agustus, selatan Jawa-NTT terdistribusi meluas dari tepi pantai
kemudian mengalami penurunan yang sangat cepat pada Bulan (Gambar 10c). Konsentrasi klorofil-a yang tinggi di perairan
November. selatan Jawa-NTT menandakan adanya upwelling. Menurut
Nontjin (1993), upwelling terjadi pada saat konsentrasi
3.2.1 Pola Sebaran Rata-rata Klorofil-a Musiman Tahun 2002- klorofil-a tinggi yang dijumpai pada monseun tenggara.
2018 Hendiarti et al., (2004) juga menjelaskan bahwa peningkatan
klorofil-a di selatan Jawa-NTT karena adanya mekanisme
Konsentrasi klorofil-a dengan nilai yang cukup tinggi pada upwelling yang makin intensif sehingga meningkatan kadar
musim barat yang ditunjukkan dengan warna kuning hanya nutrien.
terlihat sedikit di dekat pesisir selatan Jawa-NTT dengan Sebaran klorofil-a mulai menurun pada musim peralihan II
distribusi yang tidak terlalu jauh (Gambar 10a). Hal ini diduga dibandingkan pada musim timur dengan kisaran 0,01-0,75
karena adanya pengaruh masukan nutrien dari daratan yang mg/m3. Konsentrasi klorofil-a yang cukup tinggi relatif
disebabkan oleh tingkat hujan yang relatif tinggi pada musim tersebar secara merata di bagian pesisir di seluruh perairan
barat sehingga memberikan kontribusi peningkatan konsentrasi selatan Jawa-NTT (Gambar 10d). Konsentrasi klorofil-a yang
klorofil-a di wilayah pesisir. Sebaran klorofil-a secara spasial cukup tinggi ini disebabkan oleh peningkatan unsur hara di
berkisar 0,01-0,27 mg/m3, klorofil-a yang cukup tinggi berada bagian permukaan yang terbawa oleh fenomena upwelling dari
di bagian pinggir perairan selatan Jawa-NTT. Menurut Siadari, lapisan bawah. Peningkatan klorofil-a juga disebabkan karena
(2017), banyaknya sebaran klorofil-a dipengaruhi oleh nilai meningkatnya curah hujan yang membawa nutrien dari darat
konsentrasi akibat kenaikan massa air, ditandai dengan SPL ke laut. Menurut Lalli dan Parson, (1994), penyebab
rendah yang banyak akan nutrien dibandingkan dengan SPL peningkatan klorofil-a terjadi karena konsentrasi nutrien
tinggi. terlarut yang meningkat dan intensitas cahaya matahari yang
masuk ke perairan.
65
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
a b
c d
Gambar 10. Rata-rata Klorofil-a (mg/m3) Musim:
a. barat (DJF)
b. peralihan I (MAM)
c. timur (JJA)
d. Peralihan II (SON) Tahun 2002-2018
3.3. Prakiraan Luasan Upwelling Konsentrasi klorofil-a dan SPL dari grafik Bulanan pada
Gambar 11, konsentrasi klorofil-a mengalami peningkatan
Hasil dari analisis rata-rata konsentrasi SPL dan Klorofil-a pada Bulan Maret-April dan puncaknya pada Bulan Agustus-
Tahun 2002-2018 menunjukan bahwa penurunan SPL di mulai September pada kisaran antara 0.14mg/m3 hingga 0.97mg/m3.
pada Bulan Juli di tahun 2002. SPL yang rendah diikuti dengan Kondisi yang berbeda terlihat ada tahun 2016 dimana klorofil-
meningkatnya klorofil-a yang tinggi menyebar di perairan a tidak mengalami peningkatan sebagaimana tahun
selatan Jawa-NTT, menunjukkan terjadinya upwelling pada sebelumnya, dimana SPL pada tahun 2016 secara umum
musim Timur (Juni-Agustus) dan musim Peralihan II memiliki variabilitas yang lebih tinggi dibandingkan SPL pada
(September-November) (Gambar 11). Berdasarkan data tahun 2017. Korelasi antara SPL dan klorofil-a yang didapat
distribusi SPL dan Klorofil-a bisa diketahui intensitas sebesar 0.73 (tinggi). Hal ini mungkin terjadi karena adanya
upwelling yang kuat umumnya terjadi pada SPL yang lebih pengaruh El Nino pada tahun 2015 dan diikuti La Nina pada
rendah dan kadar Klorofil-a lebih tinggi (Kunarso et al., 2005). tahun 2016 (Bambang et al., 2018).
30 1.40
KLOROFIL-a Mg/m³
29 1.20
28 1.00
SPL C
0.80
27
0.60
26 0.40
25 0.20
24 0.00
7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10 3 8 1 6 11 4 9 2 7 12 5 10
20022003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
SPL Clorofil-a
Gambar 11. Nilai Rat-rata Bulanan Konsentrasi SPL dan Klorofil-a tahun 2002-2018
66
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
SPL berkisar 28,2 oC dan nilai klorofil-a berkisar 1,19 mg/m3. pada Bulan Desember-Mei tahun 2002-2018 tidak terdeteksi
Dimana pada tahun 2006 tidak hanya terjadi EL Nino namun adanya upwelling. Rata-rata luasan upwelling didapat pada
juga Dipole Mode positif (Kemili dan Putri, 2012). Tingginya musim Timur dan Peralihan II tepatnya pada Bulan Juni-
klorofil-a pada Bulan November dikarenakan proses alami November dengan luasan tertinggi pada Bulan Agustus diikuti
upwelling berpontensi untuk memicu peningkatan alga, namun dengan penurunan rata-rata SPL. Musim timur dan musim
akan terjadi bila ada kombinasi dengan unsur pemicu lain peralihan II tahun 2002-2018 memiliki rata-rata luasan
seperti masukan nutrien yang tinggi (Makmur, 2008). Secara upwelling mencapai 47531 km2 pada Bulan Juni, kemudian
umum kejadian upwelling akan berulang secara periodik pada 128404 km2 pada Bulan Juli dan tertinggi 167386 km2 pada
musim timur, hal ini sesuai dengan penelitian yang telah Bulan Agustus. Sedangkan pada musim Peralihan II luasan
dilakukan oleh Susanto et al., (2001) dan Yusuf, (2002), yang upwelling mencapai 91956 km2 pada Bulan September,
menjelaskan bahwa upwelling di selatan Jawa-NTT terjadi kemudian 25049 km2 pada Bulan Oktober dan menurun pada
pada musim timur. Jika dilihat dari Gambar 12, prakiraan Bulan November dengan luasan upwelling mencapai 5618 km2.
luasan upwelling pada musim Barat dan Peralihan I tepatnya
50
x 10000
UPWELLING M²
40
30
20
10
0
juni
juni
juni
juni
september
september
september
september
september
agustus
september
agustus
september
september
september
agustus
agustus
agustus
agustus
oktober
oktober
oktober
juli
juli
juli
juli
juli
juli
juli
juli
juli
juli
2002 2003 20042005 2006 2007 2008 20092010 2011 201220132014 2015 20162017 2018
67
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
a b
c d
Gambar 13. Pola luasan upwelling tahun 2002-2018 Bulan: a. Juli; b. Agustus; c. September; d. Oktober.
3.3 Pengaruh ENSO Terhadap Upwelling rendah dari -0,5 akan diikuti dengan SPL yang lebih hangat
(Bambang et al., 2018). Menurut National Weather Service,
ENSO mempengaruhi variabilitas upwelling yang (2006), fenomena El Nino terdapat kriteria 0-0,5 indeks Nino
menyebabkan fluktuasi SPL lebih hangat maupun lebih dingin lemah, 0,5-1 indeks Nino sedang dan >1 indeks Nino kuat,
dibandingkan kondisi normal. Pada periode El Nino yang sebaliknya pada La Nina 0-(-0,5) indeks Nino lemah, -0,5-(-1)
ditandai dengan indeks ENSO yang lebih tinggi dari 0,5 akan indeks Nino sedang dan >-1 indeks Nino kuat.
diikuti dengan penurunan SPL hingga lebih dari 3 oC,
sebaliknya pada periode La Nina dimana indeks ENSO lebih
4 4
2 2
Indeks ENSO
SPL
0 0
oct
oct
oct
oct
oct
oct
oct
oct
oct
jul
oct
oct
jul
oct
oct
jul
oct
oct
oct
oct
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
-2 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 -2
-4 -4
Gambar 14. Nilai Rata-rata Anomali Bulanan SPL di Overlay dengan Indeks ENSO selama Periode Upwelling (Juni-November) tahun 2002-
2018.
korelasi antara ENSO dan SPL sebesar -0,78. Hal ini
Berdasarkan hasil grafik pada gambar 14, terjadinya El menunjukan bahwa pada saat El Nino mengalami penurunan
Nino lemah pada tahun 2003-2006, 2008, 2012 dan 2018 SPL dan saat La Nina terjadi peningkatan SPL. Menurut
dengan nilai SPL berkisar 26 oC. El Nino sedang terjadi pada Kunarso, (2014), bahwa SPL di selatan Jawa sampai Sumbawa
tahun 2002 dan 2009 dengan nilai SPL 26,5 oC. El Nino kuat mengalami fluktuasi musiman dengan SPL terebdah terjadi
terjadi pada tahun 2014-2015 dengan nilai SPL sebesar 25,8oC. pada musim timur. Ningsih et al., (2013), juga mengatakan
Sedangkan La Nina lemah terjadi pada tahun 2011-2013, 2016 bahwa SPL di perairan Selatan Jawa sampai Sumbawa pada
dan 2017 dengan nilai SPL sebesar 28,5oC. Terjadinya La Nina musim timur berkisar antara 24,5-28,0 oC, sedangkan pada
sedang terjadi pada tahun 2007 dan 2010 dengan nilai SPL musim barat berkisar antara 28,7-30.2 oC.
sebesar 29 oC. Dari terjadinya El Nino dan La Nina didapatkan
68
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
3 3
2 2
1 1
Indeks ENSO
Klorofil-a
0 0
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
jul
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
sep
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
nov
-1 -1
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
-2 -2
-3 -3
-4 -4
Gambar 15. Nilai Rata-rata Anomali Bulanan Klorofil-a overlay dengan Indeks ENSO selama Periode Upwelling (Juni-November) tahun
2002-2018.
Berbeda halnya dengan konsentrasi klorofil-a pada gambar Berdasarkan hasl uji korelasi dari SPL, klorofil-a dengan
15, dimana periode El Nino lemah terjadi pada tahun 2003- ENSO menunjukan bahwa hal ini tampak berkaitan dengan
2006, 2008, 2012-2013 dan 2017 dengan konsentrasi klorofil-a terjadinya intensitas upwelling. Fenomena ini dipengaruhi oleh
sebesar 0,60 mg/m3, El Nino sedang terjadi pada tahun 2002, angin monseun timur yang bergeser ke monseun barat, dimana
2009, 2018 dengan konsentrasi klorofil-a 0,40 mg/m3, El Nino proses ini terjadi karena pergeseran pusat tekanan udara rendah
kuat terjadi pada tahun 2014-2015 dengan konsentrasi klorofil- di atas Benua Australia yang menyebabkan kecepatan angin
a 0,60 mg/m3. Sedangkan terjadinya La Nina lemah pada tahun monseun timur menurun seiring dengan perubahan bulan
2011 dan 2016 dengan konsentrasi klorofil-a 0,20 mg/m3, (Susanto et al., 2001). Kriteria intensitas upwelling terdapat
terjadinya La Nina sedang pada tahun 2007 dan 2010 dengan pada Tabel 2.
konsentrasi klorofil-a 0,15 mg/m3. Hasil dari analisis nilai
Indeks ENSO dengan konsentrasi klorofil-a di perairan selatan Tabel 2. Kriteria Intensitas Upwelling
Jawa - NTT dengan korelasi 0,98, menunjukan bahwa ENSO Luasan Upwelling (km2) Kriteria Upwelling
mempengaruhi sebaran klorofil-a. Hal ini sesuai dengan 12,000-130,000 Lemah
penelitian yang dilakukan oleh Susanto dan Marra, (2005), 130,000-270,000 Sedang
dimana pada periode El Nino konsentrasi klorofil-a mengalami >270,000 Kuat
peningkatan lebih tinggi dari pada kondisi normal.
Gambar 16. Hubungan antara luasan Upwelling dan indeks ENSO tahun 2002-2018.
69
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
intensitas upwelling yang sedang pada Bulan Juli, terus Madden–Julian Oscillation, J. Climate Dymanic, Volume 40: 39-
meningkat pada Bulan Agustus dan mulai menurun pada 58
Bulan September. Menurut Hadiman, (2016), saat terjadinya El Keputusan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia
Nino tekanan udara di Pasifik Timur kecil akibatnya angin dan Nomor 68/Kepmen-Kp/2016 tentang Rencana Pengelolaan
kolom air dari Pasifik Barat yang hangat mengalir ke Pasifik Perikanan Ikan Lemuru Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Timur. Hal ini juga mempengaruhi tekanan air naik menjadi Republik Indonesia.
lebih besar di Perairan Indonesia yang menyebabkan upwelling Kunarso K, Hadi S, Ningsih N S. 2005. Kajian lokasi upwelling untuk
pada saat El Nino intensitasnya lebih kuat dari pada saat penentuan fishing ground potensialikan tuna. Ilmu Kelautan:
normal dan La Nina (Kunarso et al., 2005). Indonesian Journal of Marine Sciences, 10(2), pp.61-67.
Kunarso, A. Supangat, N.S. Ningsih dan S. Hadi. 2009. Upwelling
4. Kesimpulan dan Fishing Ground Tuna di Laut Nusantara. Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang, 211 hlm
Pola sebaran upwelling dimulai dari NTT dan berkembang Kunarso S, Hadi N S, Ningsih dan Baskoro M S. 2011. Variabilitas
sampai Selatan Jawa, dimana pembentukan upwelling diawali Suhu dan Klorofil-a di DaerahUpwelling pada Variasi Kejadian
pada Bulan Juni,yang akan berada pada puncaknya padan ENSO dan IOD di Perairan Selatan Jawa sampai Timor. Jurnal
Bulan Agustus puncak dan berakhir di Bulan November. IlmuKelautan, 16 (3):171-180.
Terdapat variasi rata-rata luasan upwelling selama 17 tahun Kunarso dan Ningsih N S. (2014). Memahami Distribusi Temporal
pada musim Timur dan musim peralihan II dimana ENSO Upwelling Pada Variabilitas ENSO di Indonesia Untuk
berperan dalam tingkat intensitas upwelling yang terjadi di Memperkirakan Waktu Musim Ikan Tuna Big Eye.
Selatan Jawa – NTT yang ditunjukkan dengan nilai korelasi Kunarso. 2014. Pengaruh Monsun, El Niño-Southern Oscillation dan
yang tingi antara SPL-ENSO adalah -0.78 dan klorofil-a- Indian Ocean Dipole Terhadap Waktu dan Daerah Penangkapan Ikan
ENSO adalah 0,98. Pada penelitian ini semua data utama Tuna di Samudra India Bagian Timur. [Disertasi], Institut
terkait penentuan upwelling diperoleh dari data remote sensing Teknologi Bandung, Bandung.
sehingga kedepan diperlukan alternative lain guna memperoleh Kuswardani, A.R.T.D. 2012. The Development of a Wave-Tide-
sebaran upwelling yang lebih akurat dengan menggunakan data Circulation Couple Model and Its Upwelling Simulation Application
insitu dan pemodelan numeric. in the Indonesian Seas. [Disertation]. Ocean University of China,
China.
DAFTAR PUSTAKA Kuswardani, R.T.D. and Qiao, F., 2014. Influence of the Indonesian
Throughflow on the upwelling off the east coast of South Java.
Chinese science bulletin, 59(33), pp.4516-4523.
Ayu, Dwi, Bangun M.S, dan Lalu M J. 2012. Studi Perubahan Suhu
Lalli, C.M., & T.R. Parson. 1994. Biological Oceanography: An
Permukaan Laut. Program Studi teknik Geomatika ITS.
introduction. Pergamon, BPC Wheatons Ltd, British. 301p.
Amri, k, Djisman Manurung, Jonson L. Gaol & Mulyono S. Baskoro.
Makmur Murdahayu, 2008. Pengaruh Upwelling Terhadap Ledakan
2013. Karakteristik Suhu Permukaan Laut Dan Kejadian Upwelling
Alga (Blooming Alga) di Lingkungan Perairan Laur. Pusat
Fase Indian Ocean Dipole Mode Positif Di Barat Sumatera Dan
Teknologi Limbah Radioaktif-BATAM, ISSN 1415-6086.
Selatan Jawa Barat. Peneliti pada Balai Penelitian Perikanan Laut,
Marsac, F. and J. Le Blanc. 1998. Dynamics of ENSO events in the
Balitbang KP-KKP.
Indian Ocean, to What Extend would Recruitment and Catch-ability
Bambang S, Denarika J, Denny W K. 2018. Multilayer Analysis Of
of Tropical Tuna be Affected. IOTC Proceedings, 3: 89-101
Upwelling Variability In South Java Sea. Balai Riset dan Observasi
NASA. Karakteristik MODIS. https://www.nasa.gov/. Diakses pada
Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan Desa Perancak,
tanggal 11 September 2016.
Jembrana, Bali
National Weather Service. 2006. What are El Niño, La Niña, and
Gunarso W, 1985. Tingkah Laku Ikan, IPB. Bogor, 149 hal.
ENSO http://www.elnino.noaa.gov . Diakses 23 April 2016
Hasyim,B. (2014). Identifikasi Zona Potensi Penangkapan Ikan di Selat
pukul 20:22 WIB.
Madura Waktu Terjadi EL Nino Berdasarkan Data Penginderaan
Ningsih N S, Rakhmaputeri N dan Harto A B. 2013. Upwelling
Jauh.
variability along the southern coast of Bali and in Nusa Tenggara
Hendiarti, N., H. Siegel, and T. Ohde. 2004. Investigation of different
waters. Ocean Science Journal, 48(1), pp.49-57.
coastal processes in Indonesian waters using SeaWiFS data. Deep Sea
Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta
Research Part II 51:85–97.
Nontji. 1993. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Hadiman, 2016. Analisis Pengaruh El Niño (2004-2005) Dan La Niña
Pearson, Karl. 1895. Note on Regression and Inheritance in the Case of
(2010-2011) Terhadap Konsentrasi Klorofil-A Di Perairan Maluku
Two Parents. Proceedings of the Royal Society of London Vol. 58
Bagian Selatan. Skripsi. Tangerang Selatan: Sekolah Tinggi
, pp. 240-242 (3 pages) Published By: Royal Society
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Putra, E., Gaol, JL. & Siregar, VP. (2014). Relationship Chlorophyll-a
Herlina Ika Ratnawati, Rahmat Hidayat, Ahmad Bey, Tania June.
Concentration And Sea Surface Temperature With Primary Pelagic
2016. Upwelling Di Laut Banda Dan Pesisir Selatan Jawa Serta
Fish Cathes In Java Sea From MODIS Satellite Images. Jurnal
Hubungannya Dengan ENSO Dan IOD. Departemen Geofisika
Teknologi Perikanan Dan Kelautan 3(1):1-10.
dan Meteorologi, Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB
Purba, M. 2007. Dinamika Perairan Selatan P. Jawa – P. Sumbawa Saat
Dramaga,Bogor, 16680, Indonesia
Muson Tenggara. Torani, 17(2):140-150 .Siadari, E. L. (2017).
Hestiningsih, Yudo Prasetyo, Bandi Sasmito, Anindya Wirasatriya.
Pengaruh Suhu Permukaan Laut dan Angin Terhadap Distribusi
2017. Identifikasi Kawasan Upwelling Berdasarkan Variabilitas
Klorofil-A di Perairan Papua Tahun 2002-2016. Prosiding Seminar
Klorofil-A, Suhu Permukaan Laut Dari Data Citra Aqua Modis
Nasional Sains Atmosfer 2017.
Tahun 2003-2015 Dan Arus. Jurnal Geodesi Undip.
Purwanti Indah, Yudo Prasetyo, Arwan Putra Wijaya. 2017. Analisis
Hidayat, Rahmat., & Kizu, Shoichi., 2010, Influence of the Madden-
Pola Persebaran Klorofil-A, Suhu Permukaan Laut, Dan Arah Angin
Julian Oscillation on Indonesia Rainfall Variability in Austral
Untuk Identifikasi Kawasan Upwelling Secara Temporal Tahun 2003-
Summer, Int. J.Clymatology Vol. 30: 1816-1825
2016. Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas
Jin, Daeho., Waliser, D.E., Jones, C., & Murtugudde, R., 2013,
Diponegoro.
Modulation of tropical ocean surface chlorophyll by the
70
JMRT, Volume 4 No 1 Tahun 2021, Halaman: 56-71
71
View publication stats