You are on page 1of 6

STUDI PERKUATAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN METODE

RETROFIT MENGGUNAKAN WIREMESH DAN SCC


Herman Parung 1), Andi Arwin Amiruddin2) , Hery Dualembang3)

Abstract
Due to the aging of structure, overloading or disasters, damaged reinforced concrete structures are demolished
without considering the strengthening of capacity. Depend on the level of the damage, a concrete structure
member may be restored by strengthening. The development of fiber reinforced plastics (FRP) made from
carbon (CFRP), glass (GFRP) or aramid (AFRP) has opened a new challenge in application for strengthening
of concrete structures. Many researches have been done to apply the FRP materials for strengthening. However,
due to the fiber material is a material that is not common among the people and the cost is expensive, wiremesh
material is selected as a replacement for the fiber materials. In order to study the flexural capacity of a
strengthening of reinforced concrete beams with retrofit methods using wiremesh and self compacting concrete
(SCC) Materials, a series of experimental programs was done. Specimens of reinforced concrete beam with
dimension of 15 cm x 20 cm x 270 cm were cast. The specimens were the without strengthening beams as control
specimens and the beams strengthened by wiremesh with parameter of size of the wiremesh reinforcement and
space respectively. The results indicated that the average flexural capacity of beams strengthened with one layer
wiremesh reinforcement diameter of 2.3 mm spaced 25 mm and SCC thick as 25 mm (Type WK) and one layer
wiremesh reinforcement diameter of 3 mm spaced 50 mm and SCC thick as 25 mm (Type WB) an overall length
of beam were respectively is 26.989 kN and 35.513 kN. In the comparison, it was noted that the ultimate
flexural capacity of the control specimens was 25.358 kN. As the results, yielded reinforced concrete beams
strengthened with Retrofit Method by wiremesh and SCC had flexure capacity more than 6.44 % for WK beams
and 40.06 % for WB beams from normal beams.

Keywords: Strengthening, Wiremesh, SCC, Flexural Capacity.

Abstrak
Kerusakan struktur beton bertulang dapat saja terjadi akibat umur struktur, akibat perubahan pembebanan
ataupun akibat bencana alam. Kebanyakan struktur yang rusak akan langsung dibongkar tanpa
mempertimbangkan kemungkinan perbaikan ataupun perkuatan. Pada tingkat kerusakan tertentu, pada
prinsipnya suatu elemen struktur beton bertulang dapat diperkuat atau diperbaiki. Perkembangan fiber
reinrforced plastics (FRP) dari bahan serat carbon (CFRP), serat gelas (GFRP) atau serat aramid (AFRP)
telah membuka peluang baru untuk keperluan perbaikan dan perkuatan struktur beton bertulang. Telah banyak
penelitian dilakukan menggunakan bahan serat tersebut dalam bidang perkuatan struktur untuk keperluan
peningkatan kapasitas. Akan tetapi dikarenakan bahan serat tersebut merupakan material yang tidak lazim di
kalangan masyarakat dan harganya yang mahal, maka dipilih material wiremesh sebagai alternatif pengganti
bahan serat tersebut. Sebagai usaha untuk mempelajari penambahan kapasitas lentur pada perkuatan balok
beton bertulang dengan metode retrofit menggunakan material wiremesh dan self compacting concrete (SCC),
maka penulis telah melakukan serangkaian pengujian. Bahan uji berupa balok dengan dimensi 15 cm x 20 cm x
270 cm. Benda uji terdiri dari bahan uji yang tidak diperkuat sebagai bahan uji kontrol dan Benda uji yang
telah di perkuat dengan wiremesh dan SCC dengan variasi spasi dan diameter tulangan wiremesh. Hasil
menunjukkan bahwa rata-rata kapasitas bahan uji dengan 1 lapis penuh Wiremesh diameter tulangan 2.3 mm
spasi 25 mm dan SCC setebal 25 mm sepanjang bentang balok (type WK) dan 1 lapis penuh wiremesh diameter
tulangan 3 mm spasi 50 mm sepanjang bentang balok (type WB) adalah masing-masing 26.989 kN dan 35.513
kN. Sebagai pembanding, hasil pengujian pada balok kontrol memiliki kapasitas lentur sebesar 25.358 kN.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa perkuatan menggunakan material wiremesh dan SCC pada balok beton
bertulang dengan metode retrofit memiliki kapasitas lentur yang lebih tinggi 6.44 % untuk balok WK dan 40.06
% untuk balok WB dari balok normal.

Kata kunci: Perkuatan, Wiremesh, SCC, Kapasitas Lentur

PENDAHULUAN apabila terjadi perubahan fungsi bangunan


sehingga perlu tambahan faktor keamanan atau
Perbaikan struktur pada umumnya pada saat perencanaan, elemen-elemen
bertujuan untuk mengembalikan atau strukturnya dirancang sesuai tata cara yang
meningkatkan kekuatan elemen struktur agar lama dimana beban gempa nominalnya lebih
mampu menahan beban sesuai dengan beban rendah dari yang ditetapkan oleh tata cara yang
rencana. Umumnya, struktur perlu perkuatan baru. Adapun perubahan fungsi suatu struktur

1
bangunan di kemudian hari, dapat pemasangan Wiremesh dan SCC terhadap
menyebabkan terjadinya keruntuhan, sebab kapasitas lentur balok beton bertulang.
pembebanan aktual yang dialami ternyata 2. Sebagai referensi untuk penelitian lanjutan
melebihi beban rencana yang telah mengenai perkuatan lentur balok beton
diperhitungkan. Oleh karena itu, diperlukan bertulang yang diperkuat dengan metode
evaluasi kekuatan struktur bangunan pada retrofit menggunakan Wiremesh dan SCC.
kondisi existing dan perkuatan (strengthening)
bila diperlukan sebelum struktur diberi beban METODOLOGI PENULISAN
yang baru. Salah satu cara perkuatan adalah
dengan metode external reinforcement. Dalam mencapai tujuan penulisan, secara
Berdasarkan penelitian yang dilakukakan garis besar metodologi yang dilakukan,
oleh Amiruddin (2009) pada benda uji balok digambarkan pada diagram alir (gambar 1)
beton bertulang dengan perkuatan lentur
menggunakan Carbon Fiber Reinforced
Polymer (CFRP) Grid, didapatkan 3 kali lebih
kuat dari beton normal. Akan tetapi
dikarenakan CFRP merupakan material yang
tidak lazim di kalangan masyarakat dan
harganya yang mahal, maka dipilih material
Wiremesh sebagai alternatif pengganti CFRP
grid.
Wiremesh adalah jaring kawat baja las yang
berkualitas tinggi, setiap detil  Wiremesh dibuat
dengan pengawasan yang sangat teliti. Dimana
mulai dari pemilihan material atau bahan yaitu
besi melalui kontrol yang ketat kemudian di las
dengan mesin las otomatis yang berteknologi
tinggi, sehingga menghasilkan Wiremesh
berkualitas tinggi.
Balok dapat diperkuat untuk menahan
beban dengan cara menempelkan Wiremesh
yang dilapisi Self Compacting Concrete (SCC)
pada daerah lentur, daerah geser dan atau pada
daerah kombinasi lentur dan geser balok.
Dengan penambahan ini diharapkan Wiremesh
dapat membantu meningkatkan kemampuan
balok untuk menahan beban.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana peningkatan kapasitas kekuatan
lentur yang terjadi pada balok beton
bertulang yang diperkuat dengan Wiremesh
dan SCC.
2. Bagaimana pola retakan yang terjadi pada
balok beton bertulang yang di perkuat
dengan Wiremesh dan SCC.
3. Bagaimana mode kegagalan / keruntuhan
pada balok beton yang diperkuat dengan
Wiremesh dan SCC.
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Sebagai penelitian pendahuluan yang
diharapkan dapat menjadi referensi dalam
mengetahui sejauh mana pengaruh Gambar 1. Diagram alir penelitian

2
Pembuatan sampel berdasarkan metode diperkuat dengan menggunakan variasi
kekuatan batas (ultimate strength design) Wiremesh berdiameter tulangan 2.3 mm dengan
mengikuti Tata Cara Perhitungan Struktur spasi 2.5 x 2.5 cm (balok WK) dan 2 buah
Beton untuk Bangunan Gedung sesuai SK SNI sampel adalah balok normal yang diperkuat
03-1726-2002 dan berdasar pada SNI 07-2052- dengan menggunakan variasi Wiremesh
2002 tentang Baja Tulangan Beton. Adapun berdiameter tulangan 3 mm dengan spasi 5 x 5
variasi benda uji balok beton yang digunakan cm (balok WB). Pencetakan sampel beton
dapat dilihat pada gambar 2. menggunakan bekisting dari Plat Besi yang
dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan
Bahan Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin.
Pengecoran balok dilaksanakan
bersamaan, kemudian menunggu beton mulai
keras ± 14 hari. Kemudian sampel beton
diberikan perkuatan dengan menempelkan
Wiremesh dan SCC pada daerah lentur.
Langkah selanjutnya adalah melakukan proses
curing dengan cara merendam sampel beton di
dalam air selama 28 hari (dalam penelitian ini
balok diselimuti menggunakan karung goni
yang dibasahi dengan air secara berkala).
a. Balok N Penelitian ini akan dilaksanakan di
Laboratorium Bahan dan Struktur, Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin. Lama penelitian direncanakan
selama 3 bulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pemeriksaan Karakteristik Agregat

Pengujian agregat dilakukan di


Laboratorium. Hasil rekapitulasi pengujian
agregat dapat dilihat pada Tabel 1.
b. Balok WK
Tabel 1. Hasil Pengujian karakteristik Agregat

JENIS Hasil Pengujian


No.
PENGUJIAN Pasir Kerikil
1 Kadar lumpur 2.77% 0.60%
2 Kadar organik NO. 1
4 Berat volume
  a. Kondisi lepas 1.46 1.61
  b. Kondisi padat 1.68 1.76
5 Absorpsi 1.46% 1.46%
6 Berat jenis
  a. Bj. Curah 2.34 2.50
c. Balok WB b. Bj. Kering
  2.50 2.54
Permukaan
Gambar 2. Detail bahan uji   c. Bj. Semu 2.79 2.60
Modulus
Penelitian ini menggunakan 6 sampel 7 3.10 6.70
kehalusan
balok beton berdimensi (15x20x270) cm3,
dimana 2 buah sampel adalah balok normal, 2 Berdasarkan hasil pengujian karateristik
buah sampel adalah balok normal yang agregat yang diperoleh pada Tabel 1 di atas

3
maka dapat disimpulkan bahwa agregat yang Hasil uji kuat tekan beton normal dan SCC
digunakan pada pcngecoran termasuk dalam pada tabel 3 dan tabel 4, memperlihatkan
kategori agregat yang bagus dan baik untuk bahwa beton memenuhi nilai kuat tekan yang
digunakan sebagai material beton. disyaratkan yaitu 25 MPa. Pada tabel 3 dan 4
juga memperlihatkan bahwa penambahan
Komposisi Beton superplastisizer mempengaruhi kuat tekan
beton. SCC memiliki kuat tekan yang lebih
Dari hasil pemeriksaan material dan hasil besar dari pada beton normal yaitu pada umur
perhitungan mix design beton dengan metode 28 hari beton normal memiliki nilai kuat tekan
Department of Environmen (DOE) dan rata-rata sebesar 26.055 MPa, sedangkan pada
mengikuti Tata Cara Pembuatan Rancang SCC umur 28 hari kuat tekan bertambah hingga
Campur Beton Normal sesuai SK SNI 03-2834- 26.867 MPa Kg/cm2.
1993, diperoleh komposisi bahan campuran
beton pada tabel 2. Hasil Analisis Balok Bertulang

Tabel 2. Komposisi Beton untuk 1 m3 beton Secara teoritis diperoleh nilai beban
untuk balok normal seperti pada tabel 5.
Bahan beton
Berat/m 3 Tabel 5. Nilai Pcr, Py dan Pult secara Teoritis
Air Semen Pasir Kerikil Balok Normal
beton
(kg) 197 410 589.88 1093.13
Pcrack Pyield Pultimate
Kuat Tekan Beton 7.015 kN 21.25 kN 25.91 kN

1. Beton Normal Berdasarkan teori diperoleh nilai Pcr


sebesar 7,015 kN , Py sebesar 21.25 kN serta
Tabel 3. Kuat tekan beton normal diperoleh nilai Pult sebesar 25,91 kN untuk
balok normal.
Kuat Rata-
Umur Berat
Tekan rata Hubungan Beban-Lendutan
Hari (Kg) Mpa Mpa
3.64 13.174
3 12.752
3.66 12.330
3.66 20.182
7 20.053
3.61 19.923
3.65 24.336
14 24.433
3.65 24.530
3.66 25.828
21 25.861
3.65 25.893
3.64  26.088
28 26.055
 3.69 26.023

2. Self Compacting Concrete

Tabel 4. Kuat tekan SCC

Umur Berat Kuat Tekan


Hari (Kg) Mpa
3 3.66 13.693
7 3.67 20.182 Gambar 3. Hubungan Beban dan Lendutan
14 3.66 24.660
21 3.65 26.542 Gambar 3 menjelaskan peningkatan
28  3.71 26.867 kapasitas beban seiringan dengan perbesaran

4
diameter Wiremesh. Dimana pada Balok Presentase Peningkatan kapasitas beban
Kontrol kapasitas beban maksimum yaitu dapat lebih detail dilihat pada gambar 4.
sebesar 25.357 kN. Setelah diberi perkuatan
yaitu pada Balok WK, maka kapasitas beban
maksimal meningkat sebesar 26.989 kN,
kemudian ketika diameter Wiremesh diperbesar
pada Balok WB kapasitas beban maksimum
mengalami kenaikan hingga mencapai 35.514
kN.
Besar lenduatan yang terjadi pada balok
dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Persentase Peningkatan Beban


Balok dengan Perkuatan terhadap
Kontrol

Gambar 4. dapat dijelasakan bahwa


beban maksimum rata- rata untuk Balok WK
yaitu sebesar 26.9894 kN dan momen ultimit
sebesar 12.82 kNm dengan persentasi
peningkatan kekuatan balok terhadap balok
kontrol sebesar 6.44%. Sedangkan untuk
Gambar 4. Lendutan pada beban maksimal Balok WB terlihat bahwa beban maksimum
rata-rata sebesar 35.5137 kN dan momen
Gambar 4 menjelaskan lendutan yang ultimit sebesar 16.87 kNm dengan persentasi
terjadi pada tiap balok saat beban maksimal. peningkatan perkuatannya sebesar 40.06 %
Lendutan yang terjadi pada Balok Kontrol yaitu terhadap balok normal. Dengan demikian
sebesar 42.8975 mm saat beban maksimal yaitu dapat disimpulkan bahwa untuk Balok WB,
sebesar 25.3567 kN. Tetapi pada saat diberi lebih besar dalam menahan terjadinya lentur
perkuatan pada balok WK, balok menjadi getas dibandingkan dengan Balok WK. Ini karena
sehingga lendutan yang terjadi mengecil pengaruh diameter Wiremesh yang diberikan
sebesar 31.05 mm saat beban maksimal sebesar pada perkuatan balok , dimana pada Balok WB
26.9894 kN. Namun saat diameter dan spasi menggunakan Wiremesh Ø 2.3 mm spasi 2.5
pada Wiremesh diperbesar pada balok WB cm pada permukaan penuh dan dilapisi SCC
lendutan yang terjadi bertambah hingga setebal 2.5cm, sedangkan pada Balok WB
48.0325 mm dengan beban maksimal sebesar menggunakan Wiremesh Ø 3 mm spasi 5 cm
35.5137 kN. Hal ini memperlihatkan bahwa pada permukaan penuh dan dilapisi SCC
perkuatan pada balok WK meningkatkan setebal 2.5cm.
kekuatan balok tetapi menyebabkan balok
menjadi getas sedangkan perkuatan pada balok Pola Retak
WB meningkatkan kekuatan balok dan juga
menyebabkan lendutan yang besar. Tabel 7. Pola retak pada tiap vasiasi balok
Dari hasil eksperimen diperoleh
peningkatan kekuatan kapasitas tiap balok
seperti pada tabel 6. BALOK JENIS RETAKAN
N-1 Retak Lentur
Tabel 6. Hasil ekperimen beton normal Balok N
N-2 (flexural crack)
Beban (kN) Persentase Peningkatan Balok WK - 1 Retak geser-lentur
Tipe WK (flexural shear crack)
Pcr Py Pu Pcr Py Pu WK - 2
Kontrol 6.83 19.06 25.36 - - - Balok WB - 1 Retak geser-lentur
WK 9.87 23.99 26.99 44.49% 25.88% 6.44% WB WB - 2 (flexural shear crack)
W 12.29 27.95 35.51 79.82% 46.64% 40.06%
Tabel 7 menjelaskan bahwa pola retak
pada balok kontrol seluruhnya mengalami retak

5
lentur akan tetapi pola retak yang terjadi pada lentur akan tetapi pada balok WK terjadi
balok yang telah diberi perkuatan mengalami putus pada Wiremesh karena tidak mampu
retak lentur dan geser. Hal ini terjadi akibat menahan beban yang diberikan pada balok.
lapisan Wiremesh dan SCC menyebabkan Hal ini menunjukkan bahwa lapisan SCC
meningkatnya kekuatan pada balok dalam memberikan lekatan yang cukup pada
menahan gaya lentur yang diberikan, namun Wiremesh maupun pada balok eksisting.
peningkatan kekuatan ini menyebabkan Sedangkan pada balok WB, Wiremesh masih
tulangan geser tidak mampu menahan gaya dalam keadaan utuh. Hal ini menunjukkan
geser yang meningkat beriringan dengan bahwa Wiremesh mampu menahan beban
peningkatan beban. yang diberikan pada balok hingga inti beton
rusak karena tekanan yang diberikan.
Pola Retak
SARAN
Mode kegagalan yang terjadi pada
balok seluruhnya mengalami leleh pada Berdasarkan hasil eksperimen yang telah
tulangan lentur akan tetapi pada balok WK dilakukan maka dapat disarankan beberapa hal
terjadi putus pada Wiremesh karena tidak yaitu:
mampu menahan beban yang diberikan pada 1. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut
balok. Hal ini menunjukkan bahwa lapisan dengan variasi lapisan Wiremesh yang
SCC memberikan lekatan yang cukup pada berbeda misalnya dengan penambahan
Wiremesh maupun pada balok eksisting. jumlah lapisan Wiremesh, variasi diameter
Sedangkan pada balok WB, Wiremesh masih Wiremesh pada spasi yang sama atau
dalam keadaan utuh. Hal ini menunjukkan sebaliknya, atau menggunakan Wiremesh
bahwa Wiremesh mampu menahan beban yang dengan diameter yang lebih besar lagi.
diberikan pada balok hingga inti beton rusak 2. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut
karena tekanan yang diberikan. dengan variasi tebal lapisan SCC.

KESIMPULAN Daftar Pustaka

Berdasarkan hasil penelitian yang Amiruddin, Andi Arwin. 2009. A Study On


dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai Seismic Tetrofit Design of Existing RC
berikut : Bridge Piers Using CFRP Grid and PCM
1. Lapisan Wiremesh dan SCC mampu Shotcrete. Kyusu University. Japan.
meningkatkan kapasitas beban pada balok
WK sebesar 6.44 % dan untuk balok WB Penuntun Praktikum Labotatorium Struktur dan
sebesar 40.06 % terhadap balok normal. Bahan. Jurusan Sipil Fakultas Teknik
2. Pola retak pada balok kontrol seluruhnya Universitas Hasanuddin. 2007.
mengalami retak lentur akan tetapi pola
retak yang terjadi pada balok yang telah Standard Nasional Indonesia (SNI).1993. Tata
diberi perkuatan mengalami retak lentur dan Cara Pembuatan Rancang Campur Beton
geser. Hal ini terjadi akibat lapisan Normal. SK SNI 03-2834-1993
Wiremesh dan SCC menyebabkan
meningkatnya kekuatan pada balok dalam Standard Nasional Indonesia (SNI).2002. Baja
menahan gaya lentur yang diberikan, namun Tulangan Beton. SK SNI 07-2052-2002.
peningkatan kekuatan ini menyebabkan
tulangan geser tidak mampu menahan gaya Standard Nasional Indonesia (SNI).2002.
geser yang terjadi. Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
3. Mode kegagalan yang terjadi pada balok untuk Struktur Bangunan Gedung. SK SNI
seluruhnya mengalami leleh pada tulangan 03-1726-2002.

You might also like