You are on page 1of 12

161

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI DUA VARIETAS KENTANG (Solanum


tuberosum L.) PADA DUA KETINGGIAN TEMPAT
GROWTH AND PRODUCTION OF TWO VARIETIES OF POTATO (Solanum tuberosum L.)
ON TWO LEVEL ALTITUDES

Benjamin H. Mailangkay1), Jeanne M. Paulus2), dan Johannes E.X. Rogi2)


1)Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sulawesi Utara
2)Fakultas Pertanian Unsrat Manado

ABSTRACT

This study aimed to examine the growth and production of potato crop varieties and varieties Granola
Supejhon on two altitude, which is 750 m above sea level and 1200 m above sea level, studies using
randomized block design with two factors. The first factor is the Granola variety and Supejhon. The
second factor is the altitude, which is 750 m above sea level and 1200 m asl. The results of this study
indicate that the rate Crop Growth Rate (LTT) and the Tuber Growth Rate (LTU) of Supejhon Granola
varieties have a much higher altitude 1200 m asl (Modoinding) compared with altitude 750 m asl
(Langowan). The altitude effect on the number of tubers / plant and production / plot, otherwise varieties
had no effect on the number of tubers / plant, weight of tubers / plot and production / plot, and there is
no interaction between variety and altitude. At altitude 750 m asl, both varieties yield an average
production of tubers / plot of 1343.20 g (1.34 kg), whereas the altitude of 1200 m asl generate 7462.18
g (7.46 kg). Based on the average, the weight of tubers / plant and production / plots at very low
reached by the two varieties of Granola and Supejhon well, so that the two varieties are not
recommended to be cultivated at altitude 750 m above sea level. Further research is needed to examine
other potato varieties that can be cultivated in areas with altitude of 750 m asl.
Keywords: Potato, growth, production, level altitudes

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pertumbuhan dan produksi tanaman kentang varietas Granola
dan varietas Supejhon pada dua ketinggian tempat, yaitu 750 m dpl dan 1200 m dpl, penelitian
menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama adalah varietas
Granola dan Supejhon. Faktor kedua adalah ketinggian tempat, yaitu 750 m dpl dan 1200 m dpl. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa Laju Tumbuh Tanaman (LTT) rata-rata dan Laju Tumbuh Umbi (LTU)
rata-rata varietas Granola dan Supejhon memiliki nilai yang jauh lebih tinggi pada ketinggian tempat
1200 m dpl (Modoinding) dibandingkan dengan ketinggian tempat 750 m dpl (Langowan). Ketinggian
tempat berpengaruh terhadap jumlah umbi/tanaman dan produksi/petak, sebaliknya varietas tidak
berpengaruh terhadap jumlah umbi/tanaman, bobot umbi/petak dan produksi/petak, serta tidak terdapat
interaksi antara varietas dan ketinggian tempat. Pada ketinggian tempat 750 m dpl, kedua varietas
menghasilkan rata-rata produksi umbi/petak sebesar 1343,20 g (1,34 kg), sedangkan pada ketinggian
tempat 1200 m dpl menghasilkan 7462,18 g (7,46 kg). Berdasarkan nilai rata-rata, bobot umbi/tanaman
dan produksi/petak yang sangat rendah dicapai oleh kedua varietas baik Granola maupun Supejhon,
sehingga kedua varietas tersebut tidak dianjurkan untuk dibudidayakan pada ketinggian 750 m dpl.
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk menguji varietas kentang lainya yang dapat dibudidayakan
pada daerah dengan ketinggian tempat 750 m dpl.
Kata kunci: Kentang, pertumbuhan, produksi, ketinggian tempat
Eugenia Volume 18 No. 2 Agustus 2012
Mailangkay, B.H., dkk. : Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas ……….…….. 162

PENDAHULUAN Wilayah Modoinding ciri iklim rata-rata


adalah suhu udara 18-21 0C, kelembaban udara
Tanaman kentang (Solanum tuberosum 88,5-96%. Kecepatan angin 1,2 m/det, radiasi 17-
L.) adalah termasuk tanaman sayuran yang 19,8 MJ m-2 hari-1 Adapun curah hujan adalah
berumur pendek (semusim). Saat ini kegunaan 211,66-241,92 mm/bulan. Tipe iklim daerah ini
umbinya semakin banyak dan mempunyai peran menurut klasifikasi Oldeman adalah A1 (Rogi,
penting bagi perekonomian Indonesia. Kebutuhan 2008).
kentang semakin meningkat akibat pertumbuhan Hasil penelitian Edi (2001), bahwa
jumlah penduduk, juga akibat perubahan konsumsi ketinggian tempat berpengaruh nyata terhadap
di beberapa negara berkembang. pertumbuhan, produksi dan keuntungan finansial
Salah satu kendala yang dihadapi di yang di terima petani. Usaha tani kentang pada
Indonesia ialah produktivitas kentangnya masih ketinggian 1500 m dpl lebih menguntungkan bila
rendah dibandingkan dengan negara penghasil dibandingkan dengan ketinggian 800 m dpl.
kentang lainnya, yaitu rata-rata 15 ton ha-1, Menurut Handayani (2009), usaha
meskipun menurut hasil penelitian potensi meningkatkan produksi kentang dapat dilakukan
produksinya bisa mencapai 30 ton ha-1. Sementara selain melalui intensifikasi, diperlukan juga upaya
Negara lain seperti Amerika Serikat ekstensifikasi pada lahan yang sesuai. Strategi
produktivitasnya sekitar 38 ton ha, Selandia Baru yang harus ditempuh dalam upaya peningkatan
35 ton ha-1, Jepang 33 ton ha-1 dan Belanda 37 ton pertanaman kentang ialah pengembangan
ha-1 (FAO, 1998 dalam Gunarto 2003). penanaman yang diarahkan ke dataran yang lebih
Provinsi Sulawesi Utara terdapat 3 (tiga) rendah, yaitu dataran medium (300 sampai 700 m
Kabupaten yang menghasilkan kentang yaitu diatas permukaan laut) yang arealnya tersedia
Kabupaten Minahasa Selatan, Bolaang cukup luas di Indonesia.
Mongondow dan Bolaang Mongondow Timur. Berdasarkan animo masyarakat tersebut
Berdasarkan data BPS dan Direktorat Jenderal di atas dalam penanaman kentang yang belum
Hortikultura bahwa Tahun 2011, luas panen mengetahui varietas yang sesuai dengan keadaan
kentang di Indonesia 59.882 ha, produksi 955.488 tempat maka perlu dilakukan penelitian tentang
ton dengan produktivitas rata-rata 15,96 ton/ha. pertumbuhan dan produksi dua varietas kentang
Sedangkan di Sulawesi Utara di tahun yang sama pada dua ketinggian tempat yang berbeda. Belum
luas panen kentang 7.905 ha, produksi 114.548 ton adanya data dan informasi tentang pertumbuhan
dan produktivitas 14,49 ton/ha. dan produksi tanaman kentang pada dua ketinggian
Kecamatan Modoinding Desa Linelean tempat yang berbeda.
terletak pada ketinggian 1.200 m dpl merupakan Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
sentra produksi tanaman kentang di Sulawesi Utara pertumbuhan dan produksi dua varietas kentang
dan Kecamatan Langowan Barat Desa Paslaten pada dua ketinggian tempat yang berbeda.
terletak pada ketinggian 750 m dpl dimana banyak
petani di daerah ini suka bertanam tanaman METODE PENELITIAN
kentang. Secara nasional kentang varietas Granola
banyak di tanam oleh para petani, sedangkan di
Penelitian ini dilaksanakan pada dua
Sulawesi Utara banyak petani yang menanam
ketinggian tempat yang berbeda yaitu di Desa
kentang varietas Supejhon.
Paslaten Kecamatan Langowan Barat Kabupaten
Ciri iklim wilayah Langowan rata-rata
Minahasa, dengan ketinggian tempat 750 m dpl dan
adalah suhu udara 21,10C, kelembaban udara
Desa Linelean Kecamatan Modoinding Kabupaten
87,7%, radiasi 22,1 MJ m-2 hari-1. Adapun curah
Minahasa Selatan dengan ketinggian 1200 m dpl.
hujan ialah 222,0 mm/bulan. Tipe iklim daerah ini
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Juni
menurut klasifikasi Oldemanialah C1.
2012.
Eugenia Volume 18 No. 2 Agustus 2012 163

Bahan yang digunakan dalam penelitian bedengan dengan ukuran lebar 1,3 m x 11 m dan
ini ialah benih kentang dua varietas yaitu Granola tinggi 40 cm. Setiap bedengan ditanam 4 baris atau
dan Supejhon kelas benih G4 atau sudah jalur tanaman dengan jarak antara baris
dimurnikan dengan berat 45-60 g per butir (ukuran pertanaman 70 cm dan jarak antar tanaman
panjang tunas 2-3 cm dan jumlah tunas 3-5 buah) dengan baris 30 cm antar bedengan 100 cm yang
yang sudah melewati masa dormansi (3-4 Bulan) berbentuk saluran air sedangkan saluran air antar
dan siap tanam, pupuk kandang, pupuk NPK petak percobaan sedalam 40 cm. Jumlah tanaman
Ponska, Sp 36, Urea. dalam satu bedengan 75 tanaman.
Penelitian dilaksanakan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) Pola Faktorial. Penanaman dan Pemupukan
Dengan 2 (Dua ) Faktor yaitu : Faktor I = Varietas Penanaman dilakukan pada sore hari.
Kentang. V1 = Varietas Granola, V2 = Varietas Sebelum dilakukan penanaman terlebih dahulu
Supejhon, Faktor II = Ketinggian Tempat, K1 = dibuat lubang tanam sedalam 7-10 cm dengan
Ketinggian 750 m dpl, K2 = Ketinggian 1200 m dpl. jarak tanam 70 cm x 30 cm. Sebelum penanaman
Laju Tumbuh Tanaman (LTT) rata-rata dilakukan aplikasi pemberian insektisida/nematode
diamati dengan menghitung bobot kering tanaman dengan cara ditabur untuk mengurangi resiko benih
sejak tanaman berumur 2 minggu setelah tanam terinfeksi nematode maupun serangga yang lain.
(HST) sampai dengan 77 hari setelah tanam (HST) Masing-masing lubang dimasukan satu umbi benih
atau 11 minggu setelah tanam. LTT dihitung dengan posisi benih dalam penanaman tunas
dengan menggunakan Formula Gardner et.al., menghadap ke atas dan selanjutnya ditutup dengan
1991. Laju Tumbuh Umbi (LTU) rata-rata diamati tanah kira-kira setebal 5 cm.
dua minggu sekali, yaitu laju penambahan bobot Pemberian pupuk sesuai jenis, waktu dan
kering umbi per tanaman persatuan waktu rata-rata dosis. Pemupukan dasar menggunakan pupuk
2 minggu yang menggambarkan peningkatan rata- kandang matang sebanyak 10.000 kg/ha atau
rata bobot kering umbi per tanaman per hari rata- pertanaman 1,5 kg di campur dengan tanah di
rata dalam periode tujuh harian (Nurmayulis dan sekitar lubang tanam sedalam 25 cm perlubang.
Maryati, 2008). Jumlah umbi per tanaman diamati NPK Ponska 250 kg/ha atau per tanaman 37 g,
pada saat panen. Bobot umbi basah per tanaman Urea 200 kg/ha atau per tanaman 30 g dan SP 36
diamati pada saat panen (g). Produksi per petak 200 kg/ha atau per tanaman 30 g. Pada umur 21
diamati pada saat panen (g). hari setelah tanam diberikan pemupukan susulan I
Data LTT rata-rata dan LTU rata-rata diuji NPK Ponska 100 kg/ha atau per tanaman 15 g,
dengan menggunakan analisis regresi. Data jumlah Urea 100 kg atau per tanaman 15 g dan SP 36 200
umbi per tanaman, bobot umbi per tanaman dan kg/ha atau per tanaman 30 g, kemudian dilanjutkan
produksi per petak dianalisis dengan menggunakan dengan pembumbunan I untuk mencegah kentang
analisis sidik ragam, apabila terdapat perbedaan muncul dipermukaan. Pembumbunan II dilakukan
diantara perlakuan maka akan dilakukan dengan pada umur 45 hari sesudah tanam. Pemupukan
Uji Beda Nyata Terkecil (BNT ) susulan ke II NPK Ponska 100 kg/ha atau per
tanaman15 g, Urea 150 kg/ha atau per tanaman 22
Pengolahan Tanah g dilanjutkan dengan pembumbunan.
Sebelum areal diolah terlebih dahulu
dibersihkan dari rerumputan dan pengolahan tanah Pengendalian Hama dan Penyakit
dilakukan dua kali, yang pertama dilakukan dengan Pengendalian hama dan penyakit
mencangkul tanah sedalam kurang lebih 30 cm dilakukan secara intensif. Pada saat tunas kelaur
dengan cara membalikan tanah kemudian dibiarkan dari permukaan tanah mulai 14 hari dilakukan
selama 15 hari. Pengolahan kedua dilaksanakan penyemprotan insektisida Decis dan fungisida
dengan tujuan menghancurkan dan menghaluskan Deconil dengan dosis sesuai anjuran, untuk
tanah. Setelah pengolahan tanah selesai, dibuat
Mailangkay, B.H., dkk. : Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas ……….…….. 164

bakterisida Agrept sebelum tanam dan selang 2 pada umur 42 HST sampai 56 HST, kemudian
minggu sesuai dosis. mengalami penurunan yang drastis sampai pada
umur 70 HST. Menurunnya pertumbuhan tajuk
Panen pada umur 56 HST disebabkan oleh tanaman
Pemanenan dilakukan setelah ada kentang memasuki fase pertumbuhan umbi yang
pengamatan secara periodik terhadap maksimal pada umur 63 HST pada dua ketinggian
perkembangan fisik tanaman saat panen yang tepat tempat, baik pada 750 m dpl maupun 1200 m dpl
pada tanaman kentang ditandai dengan perubahan (Gambar 3a dan Gambar 3b).
warna daun dari hijau segar menjadi kekuningan. Varietas Supejohn memiliki nilai LTT yang
Dapat juga dilakukan pengujian tingkat ketuaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan varietas
dengan cara mengesekkan kulit umbi kentang Granola. LTT tertinggi dicapai oleh varietas
dengan lainnya. Untuk varitas Granola dipanen Supejhon pada umur 42 HST sampai 56 HST, yaitu
umur 98 hari setelah tanam dan untuk varitas masing-masing sebesar 0,002918 g cm-2 hr-1 dan
Supejhon 109 hari setelah tanam. 0,002704g cm-2 hr-1, sedangkan varietas Granola
pada umur yang sama sebesar 0,002637 g cm-2 hr-1
HASIL DAN PEMBAHASAN dan 0,002309 g cm-2 hr-1.
Nilai-nilai LTT yang lebih tinggi pada
Laju Tumbuh Tanaman (LTT) Rata-rata varietas Supejohn disebabkan oleh varietas
Pertumbuhan tanaman merupakan tersebut memiliki umur tanaman yang lebih
penimbunan bahan kering per satuan luas per panjang yaitu 100-110 HST yang memiliki bobot
satuan waktu. Bahan kering tanaman merupakan brangkasan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan
gambaran translokasi fotosintat ke seluruh bagian varietas Granola yang dipanen pada umur 90-100
tanaman, sehingga Laju Tumbuh Tanaman (LTT) HST dan memiliki bobot brangkasan yang lebih
sangat ditentukan oleh laju fotosintesis yang rendah. Bobot brangkasan yang rendah akan
maksimal. menghasilkan hasil umbi yang rendah pula. Nilai
Perkembangan LTT rata-rata dua LTT yang berbeda pada kedua varietas tersebut,
mingguan pada dua varietas kentang yaitu Granola seperti yang dikemukakan oleh Beukema dan van
dan Supejhon pada dua ketinggian tempat (750 m der Zaag (1979), terdapat dua tipe pertumbuhan
dpl dan 1200 m dpl) selama periode tumbuh 28 tanaman kentang, yaitu : (1) tipe daur pendek, yang
sampai 70 HST memperlihatkan pola hubungan dicirikan dengan bobot brangkasan rendah, inisiasi
kuadratik (Gambar 1a dan 1b). umbi lebih awal, umur relatif pendek sehingga
Pada Gambar 1a, terlihat bahwa kedua panen lebih cepat, dan menghasilkan umbi lebih
varietas baik Granola maupun Supejohn memiliki rendah dari pada tipe daur panjang; (2) tipe daur
pola LTT yang sama. LTT kedua varietas tersebut panjang, dicirikan dengan bobot brangkasan besar,
meningkat mulai pada umur 28 HST hingga umur inisiasi umbi terlambat, umur lebih panjang, dan
56 HST, kemudian perlahan-lahan mengalami mampu menghasilkan umbi yang lebih tinggi dari
penurunan sampai umur 70 HST. Varietas pada tipe daur pendek.
Supejohn memiliki LTT yang lebih tinggi jika Berdasarkan ketinggian tempat pada
dibandingkan dengan varietas Granola. LTT Gambar 2a dan 2b, terlihat bahwa LTT varietas
tertinggi dicapai oleh varietas Supejhon pada umur Granola pada 750 m dpl memiliki nilai yang sangat
42 HST sampai 56 HST, yaitu sebesar 0,001058 g kecil atau kurang dari 0,00097 g cm-2 hr-1dan
cm-2 hr-1 dan 0,001021g cm-2 hr-1, sedangkan 0,00092 g cm-2 hr-1 pada umur 42 HST dan 56 HST.
varietas Granola pada umur yang sama sebesar Sebaliknya, pada ketinggian tempat 1200 m dpl
0,000970 g cm-2 hr-1dan 0,000920 g cm-2 hr-1. LTT varietas tersebut dapat mencapai nilai 0,0026
Pada Gambar 1b, terlihat juga bahwa LTT g cm-2 hr-1 dan 0,0023 g cm-2 hr-1pada umur 42 HST
kedua varietas baik Granola maupun Superjohn dan 56 HST.
menunjukkan pola yang sama, yaitu LTT meningkat
Eugenia Volume 18 No. 2 Agustus 2012 165

YGranola =-0.0026413 + 0.0001532 x-0.0000016x2


YSupejhon = -0.0014933+0.0001121x-0.0000012x2
Gambar 1a. Perkembangan Laju Tumbuh Tanaman (LTT) rata-rata pada Ketinggian Tempat 750 m dpl
(Figure 1a. The Development of Crop Growth Rate (CGR) on Average at the Right Height 750 m Above Sea
Level)

YGranola = - 0.0026277 + 0.0001506x-0.0000016x2


YSupejhon = -0.0052454+ 0.0003011x-0.0000037x2
Gambar 1b. Perkembangan Laju Tumbuh Tanaman (LTT) rata-rata pada Ketinggian Tempat 1200 m
dpl
(Figure 1b. The Development of Crop Growth Rate (CGR) on Average at the Right Height 1200 m Above Sea
Level)

Hal yang sama juga berlaku pada varietas malam hari yang tinggi akan menurunkan
Supejhon, pada ketinggian tempat 750 m dpl nilai pertumbuhan tanaman.
LTT jauh lebih rendah, yaitu sebesar 0,010 g cm-2
hr-1pada umur 42 HST dan 56 HST, sedangkan Laju Tumbuh Umbi (LTU) rata-rata
pada ketinggian 1200 m dpl nilai yang dicapai Bobot kering umbi menggambarkan
adalah 0,0029 g cm-2 hr-1 dan 0.0027 g cm-2 hr-1g jumlah hasil fotosintesis (fotosintat) yang dialirkan
cm-2 hr-1pada umur 42 HST dan 56 HST. dari sumber (source) ke organ penyimpan (sink).
Laju tumbuh tanaman yang rendah pada Pada tanaman umbi-umbian termasuk kentang,
ketinggian tempat 750 m dpl dipengaruhi oleh faktor organ penyimpan tersebut adalah umbi.
lingkungan, terutama suhu dan kelembaban.
Menurut Midmore (1984), bahwa suhu tanah tidak Perkembangan LTU rata-rata dua
hanya berpengaruh terhadap hasil umbi, tetapi mingguan pada dua varietas kentang yaitu Granola
berpengaruh juga terhadap saat tumbuh, saat dan Supejhon pada dua ketinggian tempat (750 m
inisiasi umbi, bentuk daun, jumlah daun, dan dpl dan 1200 m dpl) selama periode tumbuh 28
struktur percabangan. Suhu tanah siang hari dan sampai 70 HST memperlihatkan pola hubungan
kuadratik (Gambar 3a dan 3b).
Mailangkay, B.H., dkk. : Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas ……….…….. 166

Pada Gambar 3a, terlihat bahwa LTU Pola yang sama berlaku untuk varietas Supejhon
varietas Granola memiliki nilai-nilai yang lebih tinggi dimana LTU meningkat sejak umur 35 HST sampai
dibandingkan dengan varietas Supejhon. LTU 63 HST kemudian menurun hingga umur 91 HST.
varietas Granola meningkat mulai umur tanaman 35 Nilai LTT tertinggi sebesar 0.36 g cm-2 hr-1 pada
HST sampai dengan 63 HST, kemudian menurun umur 63 HST.
sampai umur 91 HST. Nilai LTU tertinggi dicapai
pada umur 63 HST dengan nilai 0,5 g cm-2 hr-1.

Gambar 2a. Perkembangan Laju Tumbuh Tanaman (LTT) rata-rata varietas Granola pada Ketinggian
Tempat 750 m dpl dan 1200 m dpl
(Figure 2a. The Development of Crop Growth Rate (CGR) on Average Varieties of Granola at the Right
Height 750 m Above Sea Level and 1200 Above Sea Level)

Gambar 2b. Perkembangan Laju Tumbuh Tanaman (LTT) rata-rata varietas Supejohn pada Ketinggian
Tempat 750 m dpl dan 1200 m dpl
(Figure 2b. The Development of Crop Growth Rate (CGR) on Average Varieties of Supejohn at the Right
Height 750 m Above Sea Level and 1200 m Above Sea Level)

YGranola = - 1.93074 + 0.0745241x-0.00057626x2


YSupejhon = -1.46399+ 0.0745241x-0.0005762x2
Gambar 3a. Perkembangan Laju Tumbuh Umbi (LTU) rata-rata varietas Granola dan Supejohn pada
Ketinggian Tempat 750 m dpl
(Figure 3a. The Development of Tuber Growth Rate (TGR) on Average Varieties of Granola and Supejohn on
the Right Height 750 m Above Sea Level)
Eugenia Volume 18 No. 2 Agustus 2012 167

Pada Gambar 3b, terlihat bahwa LTU nilai LTU yang rendah pula, sehingga
varietas Granola dan varietas Supejhon memiliki mengakibatkan hasil umbi yang rendah.
nilai-nilai yang sama atau garis kurva kedua Sebaliknya, nilai-nilai LTT yang tinggi pada
varietas tersebut berimpit satu dengan yang ketinggian tempat 1200 m dpl menyebabkan nilai-
lainnya. LTU kedua varietas meningkat mulai umur nilai LTU yang tinggi dan selanjutnya menghasilkan
tanaman 35 HST sampai dengan 63 HST, hasil umbi yang tinggi pula, terlihat dari bobot umbi
kemudian menurun sampai umur 91 HST. Nilai LTU per tanaman dan bobot umbi per petak yang lebih
tertinggi dicapai pada umur 63 HST dengan nilai tinggi.
1,6 g hr-1 dan terendah pada umur 91 HST dengan
nilai 0,50 g hr-1. Jumlah Umbi per Tanaman
Nilai LTU tertinggi pada umur 63 HST Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
menggambarkan bahwa tanaman telah mengakhiri jumlah umbi per tanaman tidak dipengaruhi oleh
stadium pertumbuhan tajuk dan memasuki stadium varietas, namun dipengaruhi oleh ketinggian
penyempurnaan umbi (Dirjen Tanaman Pangan tempat. Interaksi antara varietas dan ketinggian
dan Hortikultura, 1997 dalam Pitojo, 2004). Menurut tempat tidak nyata.
Beukema dan van der Zaag (1979) bahwa pada Dari hasil analisis terlihat bahwa varietas
stadium pertumbuhan umbi (tuber growth) terjadi tidak berpengaruh terhadap rata-rata jumlah umbi
persaingan yang kuat antara umbi dengan bagian per tanaman, namun pada ketinggian tempat 750 m
atas tanaman (shoot) yang sama-sama tumbuh dan dpl varietas Granola dan Supejohn memiliki jumlah
sama-sama berperan sebagai penerima (sink). umbi per tanaman yang lebih tinggi, yaitu masing-
Persaingan tersebut berhenti setelah masing sebesar 9,89 dan 9,78 jika dibandingkan
pertumbuhan brangkasan mencapai maksimum dengan yang di tanam pada ketinggian tempat
dan hanya umbi yang berfungsi sebagai penerima, 1200 m dpl sebesar 9,11 dan 7,95.
sedangkan brangkasan berubah menjadi sumber Dari hasil analisis terlihat bahwa pada
(source). ketinggian tempat 750 m dpl menghasilkan rata-
Pada Gambar 4a dan Gambar 4b, LTU rata jumlah umbi per tanaman sebesar 9,83,
kedua varietas baik Granola maupun Supejhon sedangkan pada ketinggian tempat 1200 m dpl
memiliki pola serta nilai-nilai yang sama. LTU ke memiliki jumlah umbi per tanaman lebih rendah,
dua varietas mencapai nilai yang jauh lebih tinggi yaitu sebesar 8,53. Jika dihubungkan dengan bobot
pada ketinggian tempat 1200 m dpl dibandingkan umbi per tanaman terlihat bahwa pada ketinggian
dengan pada ketinggian tempat 750 m dpl. tempat 750 m dpl dicapai jumlah umbi yang lebih
Laju tumbuh umbi yang rendah pada banyak, namun ukuran umbinya kecil-kecil
ketinggian tempat 750 m dpl diduga karena sehingga bobot umbi juga rendah.
dipengaruhi oleh suhu tanah yang tinggi. Menurut
Midmore (1984), suhu tanah tidak hanya Bobot Umbi per Tanaman
mempengaruhi hasil kentang, akan tetapi juga Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
mempengaruhi saat tumbuh, saat inisiasi, bentuk bobot umbi per tanaman tidak dipengaruhi oleh
daun, jumlah daun. Suhu tanah yang tinggi pada varietas, namun dipengaruhi oleh ketinggian
siang hari (40 oC) menurunkan laju pertumbuhan tempat. Interaksi antara varietas dan ketinggian
umbi. tempat tidak nyata.
Pengaruh suhu tanah maupun suhu udara Dari hasil analisis terlihat bahwa varietas
yang tinggi terhadap bobot kering umbi mempunyai tidak berpengaruh terhadap Bobot umbi per
hubungan erat dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, namun pada ketinggian tempat 1200 m
tanaman. Dalam percobaan ini tergambar dari dpl varietas Granola dan Supejohn memiliki bobot
nilai-nilai LTT yang rendah dari kedua varietas umbi per tanaman yang jauh lebih tinggi dan
kentang baik Granola maupun Supejohn pada memiliki nilaui yang sama, yaitu sebesar 7462 g
ketinggian tempat 750 m dpl menyebabkan nilai- jika dibandingkan dengan yang di tanam pada
Mailangkay, B.H., dkk. : Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas ……….…….. 168

ketinggian tempat 750 m dpl sebesar 238,26 g dan yang tinggi, sesuai dengan hasil yang dilaporkan
209,47 g. oleh Midmore (1984) bahwa suhu tanah yang tinggi
Dari hasil analisis terlihat bahwa pada pada dataran rendah berpengaruh terhadap bobot
ketinggian tempat 750 m dpl menghasilkan rata- kering umbi dan memiliki hubungan yang erat
rata bobot umbi per tanaman sebesar 223,87 g. dengan pertumbuhan vegetatif tanaman. Indeks
Nilai tersebut sangat jauh lebih rendah jika panen pada tanaman kentang yang tumbuh pada
dibandingkan dengan bobot umbi per tanaman suhu tanah yang lebih tinggi rata-rata 10% lebih
pada ketinggian tempat 1200 m dpl, yaitu sebesar rendah dibandingkan dengan kentang yang tumbuh
7462,18 g. pada suhu tanah yang lebih rendah.
Hasil yang sangat rendah pada ketinggian
tempat 750 m dpl dipengaruhi oleh suhu tanah

YGranola = -3.31244 + 0.159772x-0.0012972x2


YSupejhon = -3.28116+ 0.159247x-0.0012955x2

Gambar 3b. Perkembangan Laju Tumbuh Umbi (LTU) rata-rata varietas Granola dan Supejohn pada Ketinggian
Tempat 1200 m dpl
(Figure 3b. The Development of Tuber Growth Rate (TGR) on Average Varieties of Granola and Supejohn on
the Right Height 1200 m Above Sea Level)

Gambar 4a. Perkembangan Laju Tumbuh Umbi (LTU) rata-rata varietas Granola pada Ketinggian Tempat 750
m dpl dan 1200 m dpl.
(Figure 4a. The Development of Tuber Growth Rate (TGR) on Average Varieties of Granola on the Right
Height 750 m Above Sea Level and 1200 m Above Sea Level)
Eugenia Volume 18 No. 2 Agustus 2012 169

Gambar 4b. Perkembangan Laju Tumbuh Umbi (LTU) rata-rata varietas Supejohn pada Ketinggian Tempat
750 m dpl dan 1200 m dpl
(Figure 4b. The Development of Tuber Growth Rate (TGR) on Average Varieties of Supejohn on the Right
Height 750 m Above Sea Level and 1200 m Above Sea Level)

Produksi Umbi per Petak berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil kentang.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa Menurut Ewing (1981) dalam Nurmayulis, tekanan
produksi umbi per petak tidak dipengaruhi oleh suhu tinggi dapat menurunkan hasil umbi kentang
varietas, namun dipengaruhi oleh ketinggian melalui dua hal, yaitu pertama, rendahnya laju
tempat. Interaksi antara varietas dan ketinggian fotosintesis dalam penyediaan asimilat untuk
tempat tidak nyata. seluruh pertumbuhan tanaman; kedua, mengurangi
Dari hasil analisis terlihat bahwa varietas distribusi karbohidrat ke umbi sehingga hasilnya
tidak berpengaruh terhadap Bobot umbi per rendah.
tanaman, namun pada ketinggian tempat 1200 m Produksi kentang yang rendah pada
dpl varietas Granola dan Supejohn memiliki bobot ketinggian 750 m dpl sesuai dengan hasil penelitian
umbi per tanaman yang jauh lebih tinggi dan yang dilaporkan oleh Edi (2001), bahwa ketinggian
memiliki nilai yang hampir sama, yaitu sebesar tempat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan,
44722,40 g dan 44733,70 g, jika dibandingkan produksi dan keuntungan finansial yang diterima
dengan yang di tanam pada ketinggian tempat 750 oleh petani. Dilihat dari sumber benih yang diuji,
m dpl sebesar 1429,58 g dan 1256,82 g. secara finansial sumber bibit unggul layak
Dari hasil analisis terlihat bahwa pada diusahakan dengan nilai B/C ratio sebesar 1,18,
ketinggian tempat 750 m dpl hanya menghasilkan sedangkan bibit lokal B/C ratio yang diperoleh
rata-rata produksi umbi per petak sebesar 1343,20 hanya 0,30. Hal yang sama dikemukakan oleh
g (1,34 kg). Nilai tersebut sangat jauh lebih rendah Gunadi (1997), ketinggian tempat berpengaruh
jika dibandingkan dengan produksi umbi per petak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil umbi
pada ketinggian tempat 1200 m dpl, yaitu sebesar kentang asal biji. Pertumbuhan dan hasil umbi
7462,18 g (7,46 kg). Produksi umbi yang tinggi tertinggi dicapai oleh kentang yang ditanam pada
pada ketinggian tempat 1200 m dpl disebabkan ketinggian 1300 m dpl, diikuti oleh kentang yang
oleh kondisi iklim yang cocok untuk tanaman, ditanam pada ketinggian 1150 m dpl dan terendah
misalnya suhu udara 18-21oC, suhu tanah 15-18oC pada ketinggian 750 m dpl.
untuk pembentukan umbi, kelembaban udara 80% -
90%, lama penyinaran 12-13 jam perhari, dan KESIMPULAN DAN SARAN
curah hujan 1500 mm pertahun (Pitojo, 2004; Kesimpulan
Samadi, 2007). Laju Tumbuh Tanaman (LTT) rata-rata
Di daerah dataran rendah atau menengah dan Laju Tumbuh Umbi (LTU) rata-rata varietas
dengan suhu udara yang tinggi akan sangat Granola dan Supejhon memiliki nilai yang jauh lebih
Mailangkay, B.H., dkk. : Pertumbuhan Dan Produksi Dua Varietas ……….…….. 170

tinggi yaitu LTT tertinggi dicapai oleh varietas Edi, S. 2001. Pengaruh Ketinggian Tempat
Supejhon yaitu sebesar 0,001058 g cm-2 hr-1 dan Terhadap Produksi dan Kelayakan Usaha
0,001021g cm-2 hr-1, sedangkan varietas Granola Tani Kentang di Kabupaten Kerinci Jambi.
pada umur yang sama sebesar 0,000970 g cm-2 hr- Diakses pada tanggal 8 Agustus 2012.
1dan 0,000920 g cm-2 hr-1 pada ketinggian tempat Gardner F.P.R.B Pearce dan R. L Mitchel. 1991.
1200 m dpl (Modoinding) dibandingkan dengan (terj. Herawati Susilo) Fisiologi Tanaman
ketinggian tempat 750 m dpl (Langowan). Nilai-nilai Budidaya. UI Press. Jakarta.
LTT yang tinggi akan mengakibatkan nilai LTU Gunadi, N. 1997. Pengaruh Ketinggian Tempat dan
yang tinggi dan selanjutnya mengakibatkan Bahan Tanaman terhadap Pertumbuhan
produksi kentang yang tinggi pada ketinggian dan Hasil Kentang Asal Biji Botani. Balai
tempat 1200 m dpl. Pengkajian Tehknologi Pertanian Sulawesi
Ketinggian tempat berpengaruh terhadap Tenggara. Jurnal Hortikultura Vol. 7 No. 2 :
jumlah umbi pertanaman, bobot umbi pertanaman, 642 – 652. http//katalog.pustaka-deptan-
dan produksi perpetak, sebaliknya varietas tidak go.id.
berpengaruh terhadap jumlah umbi pertanaman, Gunarto, A. 2003. Prospek Agribisnis Kentang G –
bobot umbi perpetak, dan produksi perpetak, serta 4 Sertifikat di Kabupaten Sukabumi,
tidak terdapat interaksi antara varietas dan Pustaka IPTEK, Jurnal Sain dan Teknologi
ketinggian tempat. Pada ketinggian tempat 750 m BPPT VII.1B.07
dpl, kedua varietas menghasilkan rata-rata produksi Handayani, J.S., 2009. Pengaruh Jenis Mulsa
umbi perpetak sebesar 1343,20 g (1,34 kg), Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga
sedangkan pada ketinggian tempat 1200 m dpl Kultivar Kentang (Solanum tuberosum L)
menghasilkan 7462,18 g (7,46 kg). yang Ditanam didataran Medium. J. Agron
Berdasarkan nilai-nilai LTT rata-rata, LTU Indonesia 37(1):14-20.
rata-rata, bobot umbi pertanaman, dan produksi Midmore, D.J. 1984. Potato (Solanum tuberosum.
perpetak yang sangat rendah dicapai oleh kedua L) in The Hot Tropics. I. Soil Temperature
varietas baik Granola maupun Supejhon,sehingga Effects on Emergence, Plant Development
kedua varietas tersebut tidak dianjurkan untuk and Yield. Field Crop. Res. 8: 225 – 227.
dibudidayakan pada ketinggian tempat 750 m dpl. Nurmayulis dan Maryati. 2008. Laju Tumbuh Umbi
dan Kandungan Fosfor Kentang yang
Saran Diberi Pupuk Organik Difermentasi
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk Azospirillum sp dan Pupuk Nitrogen. J.
menguji varietas kentang lainnya yang dapat Agrivigor 7(3):196-205, Mei-Agustus 2008;
dibudidayakan di daerah dengan ketinggian tempat ISSN 1412-2286.
750 m dp Pitojo, S. 2004. Benih Kentang, Kanisius
Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA Rogi, J.E.X. 2008. Laporan Penelitian Kentang.
Fakultas Pertanian Unsrat Manado.
Beukema, H.P. and D.E. Vander Zaag. 1979. Samadi, B. 2007. Kentang dan Analist Usaha Tani.
Potato Improvement. International Kanisius. Yogyakarta.
Agriculture Centre, Wangeningen. Setiadi. 2009. Budidaya Kentang. Penebar
BPS dan Direktorat Jenderal Hortikultura. 2011. Swadaya, Jakarta.
Direktorat Jenderal Hortikultura.
www.deptan go.id/infoeksekutif/horti/pdf-
atap 2011/lp.kentang.pdf.
171
172

You might also like