Professional Documents
Culture Documents
Abstract: characteristics are the trait of each individual first aid treatment is emergency aid or
treatment given to someone injured accurately and quickly. Aim of the study: is to identify the
relationship between nurse’s characteristic (age, gender, level of education, years of service) and
first aid treatment of musculoskeletal emergency patient. Methods: design of this study using
analytic survey with cross sectional approach. The population are all nurses who work at Trauma
Emergency Department and Triage Resuscitation Room on Emergency Department in Prof. Dr. D.
R. Kandou Manado Hospital and using total sampling technique that involved 47 nurses. The tools
that used in this study are questionnaires. Result: analysis was using chi-square test with a
significance level of 95% (ɑ = 0,05) shows that the p value is 0.094 for age, p=0.703 for gender,
p=1.000 for lever of education, p=0.001 for years of service. Conclusion: there are no relationship
between age, gender, level of education with first aid treatment of musculoskeletal emergency
patient. There is a relationship between years of service and first aid treatment of musculoskeletal
emergency patient at Emergency Department in Prof. Dr. D. R. Kandou Manado Hospital
Recommendations: for nurses to pay more attention to the quality of emergency care in first aid
treatment. Training program needs to be held to keep the professional service.
Abstrak: Karakteristik adalah ciri-ciri dari setiap individu. Penanganan pertolongan pertama adalah
pemberian pertolongan secara cepat dan tepat. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan
karakteristik perawat (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja) dengan penanganan
pertolongan pertama pada pasien kegawatan muskuloskeletal. Metode: menggunakan desain
penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat yang
ada di instalasi gawat darurat RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manando di ruangan Triase,
Resusitasi dan IRDB. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah 47
sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil: hasil analisis menggunakan chi-square
dengan tingkat kemaknaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai p=0.094 untuk umur, p=0.703 untuk jenis
kelamin, p=1.000 untuk tingkat pendidikan, dan p=0.001 untuk masa kerja. Simpulan: tidak
terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dengan penanganan
pertolongan pertama pada pasien kegawatan muskuloskeletal. Terdapat hubungan antara masa kerja
dengan penanganan pertolongan pertama pada pasien kegawatan muskuloskeletal di Instalasi Gawat
Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Saran: bagi perawat lebih pertahankan kualitas
pelayanan kegawatdaruratan dalam penanganan pertolongan pertama. Perlu di adakan program
pelatihan penanganan pertolongan pertama agar tetap terajaga pelayanan yang profesional.
1
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016
2
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016
3
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016
4
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016
Hasil penelitian yang dikatakan oleh dengan penanganan pertolongan pertama pada
Nurhanifah (2015). antara umur dengan pasien kegawatan muskuloskeletal di Instalasi
penanganan. Artinya semakin tua umur maka Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
semakin rendah penanganan dalam Manado, dengan demikian Ho diterima.
melaksanakan pertolongan pertama. Ada Nurrhanifah (2015) mengemukakan
suatu keyakinan bahwa produktivitas bahwa tidak ada perbedaan produktivitas
berkurang sejalan dengan makin tuanya umur kerja antara perawat laki-laki dan perempuan.
seseorang, Bekerja di IGD Rumah sakit Tetapi walau demikian dalam menetukan
khususnya pada ruang triase, yang sangat tempat kerja untuk perawat laki-laki dan
memerlukan keterampilan dan kecepatan perempuan perlu dipertimbangkan sesuai
dalam menentukan tindakan hal ini bertujuan dengan tingkat berat ringannya pekerjaan
untuk mempertahankan keselamatan pasien. yang harus dilakukan.
Peneliti berpendapat bahwa usia Jenis kelamin adalah perbedaan antara
responden di instalasi Gawat Darurat RSUP perempuan dengan laki-laki secara biologis
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado di rungan sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan
triase, resusitasi dan instalasi gawat darurat tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-
bedah dalam usia produktif oleh sebab itu laki memproduksikan sperma, sementara
penanganan pertolongan pertama kecelakaan perempuan menghasilkan sel telur dan secara
kegawatan muskuloskeletal masih sangat baik biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan
dan perlu di pertahankan kualitas pelayanan. menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi
biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat
Tabel 7. Hasil Analisis Hubungan Jenis dipertukarkan diantara keduanya, dan
Kelamin Dengan Penanganan Pertama Pada fungsinya tetap dengan laki-laki dan
Pasien Kegawatan Muskuloskeletal perempuan pada segala ras yang ada di muka
Penanganan bumi (Hungo dalam saragih, 2010).
pertama pada Peneliti berpendapat bahwa untuk jenis
Jenis pasien total p kelamin dalam penanganan pertolongan
Kela kegawatan pertama kecelakaan kegawatan
min muskuloskeletal muskuloskeletal, tidak ada perbedaan
Kurang baik tergantung tingkat kesulitan dalam
baik penanganan pertolongan pertama.
n n n
% % % Tabel 8. Hasil Analisis Hubungan tingkat
Laki- 2 10 12 Pendidikan Dengan Penanganan Pertama
laki 4,3 21,3 25,5 Pada Pasien Kegawatan Muskuloskeletal
Perem 9 26 35 Penanganan
puan 19,1 55,3 74,5 0,7 pertama pada
Tingk
03 pasien total p
at
Total 11 36 47 kegawatan
Pendi
23,4 76,6 100 muskuloskeletal
dikan
Sumber: Data Primer 2016 Kurang baik
Hasil analisis pada tabel 2x2 didapatkan baik
masih ada satu sel yang memiliki nilai n n n
harapan <5. Menurut Hastono (2007), jika % % %
pada tabel 2x2 masih terdapat nilai harapan D3 6 20 26
<5 maka uji yang digunkan adalah uji Fisher's S1 12,8 42,6 55,3
Exact Test. Hasil uji Fisher's Exact Test pada (Ns) 5 16 21 1,0
tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05) 10,6 34 44,7 00
menunjukan nilai p = 0,703. Nilai p ini lebih Total 11 36 47
besar dari nilai α (0.05) menunjukan bahwa 23,4 76,6 100
tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin Sumber: Data Primer 2016
5
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016
Hasil analisis pada tabel 2x2 didapatkan merupakan saat-saat dimana sedang
masih ada satu sel yang memiliki nilai diusahakan peningkatan pendidikan bagi
harapan <5. Menurut Hastono (2007), jika perawat dengan mengkonversi pendidikan
pada tabel 2x2 masih terdapat nilai harapan SPK ke jenjang akademi keperawatan dan
<5 maka uji yang digunkan adalah uji Fisher's dari lulusan akademi keperawatan ke jenjang
Exact Test. Hasil uji Fisher's Exact Test pada program pendidikan Ners (S1 Keperawatan).
tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05) Dalam upaya meningkatkan jumlah perawat
menunjukan nilai p = 1,000. Nilai p ini lebih professional, jumlah dan kualitas pendidikan
besar dari nilai α (0.05) menunjukan bahwa keperawatan yang menghasilkan Ners juga
tidak terdapat hubungan antara tingkat perlu untuk ditingkatkan. Dengan begitu,
pendidikan dengan penanganan pertolongan diharapkan terjadi perubahan menuju
pertama pada pasien kegawatan keperawatan profesional.
muskuloskeletal di Instalasi Gawat Darurat
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Tabel 9. Hasil Analisis Hubungan Masa
dengan demikian Ho diterima. Kerja Dengan Penanganan Pertama Pada
Tingkat pendidikan adalah tahapan Pasien Kegawatan Muskuloskeletal
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan Penanganan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan pertama pada
yang akan dicapai dan kemampuan yang pasien total p
dikembangkan. Tingkat pendidikan Masa
kegawatan
berpengaruh terhadap perubahan sikap dan Kerja
muskuloskeletal
perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan Kurang baik
yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang baik
atau masyarakat untuk menyerap informasi n n n
dan mengimplementasikannya dalam perilaku % % %
dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam Belu 10 12 22
hal kesehatan. Pendidikan formal membentuk m 21,3 25,5 46,8
nilai bagi seseorang terutama dalam lama 0,0
menerima hal baru (Miranti danYacoub, 01
2016). Lama 1 24 25
Tidak ditemukannya responden dengan 2,1 51 53,2
tingkat pendidikan SPK (Sekolah Perawat Total 11 36 47
Kesehatan) sudah sesuai dengan yang 23,4 76,6 100
diharapkan dimana semua pendidikan perawat Sumber: Data Primer 2016
yang ada di rumah sakit sudah memenuhi
kriteria minimal sebagai perawat professional Hasil analisis pada tabel 2x2 didapatkan
(D3 Keperawatan). Namun, masih Hasil uji continuity correction pada tingkat
mendominasinya responden dengan tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05) menunjukan nilai
pendidikan Diploma (D3) belum sesuai p = 0,001. Nilai p ini lebih kecil dari nilai α
dengan yang diharapkan dimana pada tahun (0,05) menunjukan bahwa terdapat hubungan
2015 sudah lebih dari 80% perawat antara masa kerja dengan penanganan
berpendidikan Ners. Sebagai profesi, pertolongan pertama pada pasien kegawatan
keperawatan dituntut untuk memiliki muskuloskeletal di Instalasi Gawat Darurat
kemampuan intelektual, interpersonal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
kemampuan teknis, dan moral. Hal ini bisa dengan demikian Ho ditolak.
ditempuh dengan meningkatkan kualitas Masa kerja yang lama akan cenderung
perawat melalui pendidikan lannjutan pada membuat seorang pegawai lebih merasa betah
program pendidikan Ners (Nursalam, 2012). dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan
Peneliti berpendapat bahwa masih lebih diantaranya karena telah beradaptasi dengan
banya responden yang berpendidikan D3 lingkungannya yang cukup lama sehingga
keperawatan dikarenakan saat ini masih seorang pegawai akan merasa nyaman dengan
6
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016
7
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016