You are on page 1of 8

e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN PENANGANAN


PERTAMA PADA PASIEN KEGAWATAN MUSKULOSKELETAL
DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO
Daniel Piter Mawu
Hendro Bidjuni
Rivelino Hamel

Program studi ilmu keperawatan


Fakultas kedokteran
Email : Daniel.mawu@yahoo.com

Abstract: characteristics are the trait of each individual first aid treatment is emergency aid or
treatment given to someone injured accurately and quickly. Aim of the study: is to identify the
relationship between nurse’s characteristic (age, gender, level of education, years of service) and
first aid treatment of musculoskeletal emergency patient. Methods: design of this study using
analytic survey with cross sectional approach. The population are all nurses who work at Trauma
Emergency Department and Triage Resuscitation Room on Emergency Department in Prof. Dr. D.
R. Kandou Manado Hospital and using total sampling technique that involved 47 nurses. The tools
that used in this study are questionnaires. Result: analysis was using chi-square test with a
significance level of 95% (ɑ = 0,05) shows that the p value is 0.094 for age, p=0.703 for gender,
p=1.000 for lever of education, p=0.001 for years of service. Conclusion: there are no relationship
between age, gender, level of education with first aid treatment of musculoskeletal emergency
patient. There is a relationship between years of service and first aid treatment of musculoskeletal
emergency patient at Emergency Department in Prof. Dr. D. R. Kandou Manado Hospital
Recommendations: for nurses to pay more attention to the quality of emergency care in first aid
treatment. Training program needs to be held to keep the professional service.

Keywords: nurse’s characteristic, first aid treatment.

Abstrak: Karakteristik adalah ciri-ciri dari setiap individu. Penanganan pertolongan pertama adalah
pemberian pertolongan secara cepat dan tepat. Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan
karakteristik perawat (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan masa kerja) dengan penanganan
pertolongan pertama pada pasien kegawatan muskuloskeletal. Metode: menggunakan desain
penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh perawat yang
ada di instalasi gawat darurat RSUP. Prof. DR. R. D. Kandou Manando di ruangan Triase,
Resusitasi dan IRDB. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah 47
sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil: hasil analisis menggunakan chi-square
dengan tingkat kemaknaan 95% (α=0.05) didapatkan nilai p=0.094 untuk umur, p=0.703 untuk jenis
kelamin, p=1.000 untuk tingkat pendidikan, dan p=0.001 untuk masa kerja. Simpulan: tidak
terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, dan tingkat pendidikan dengan penanganan
pertolongan pertama pada pasien kegawatan muskuloskeletal. Terdapat hubungan antara masa kerja
dengan penanganan pertolongan pertama pada pasien kegawatan muskuloskeletal di Instalasi Gawat
Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Saran: bagi perawat lebih pertahankan kualitas
pelayanan kegawatdaruratan dalam penanganan pertolongan pertama. Perlu di adakan program
pelatihan penanganan pertolongan pertama agar tetap terajaga pelayanan yang profesional.

Kata Kunci : Karakteristik Perawat, Penanganan Pertolongan Pertama

1
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

PENDAHULUAN Tahun 2013 tercatat 1.328 itu berarti terjadi


Kecelakaan lalu lintas merupakan kenaikan 5%. Sedangkan, pada tahun 2014
salah satu masalah kesehatan masyarakat dalam kurun waktu 01 januari sampai 30 april
yang mempengaruhi semua sektor 2014, tercatat ada 401 kecelakaan lalu lintas
kehidupan. Kecelakaan lalu lintas di (Tribunnews, 2013 Dalam Ratnasari, 2014).
indonesia oleh World Health Semua kendaraan yang melintas
Organisation(WHO) dinilai menjadi dijalan raya, kendaraan bermotor roda dua
pembunuh terbesar ketiga, di bawah penyakit atau sepeda motor mempunyai resiko lebih
koroner dan tubercolosis(TBC). WHO tinggi dalam menyumbang kejadian
mencatat 1,2 juta orang meninggal setiap kecelakaan lalu lintas. Cedera tak sengaja
tahunnya dalam kecelakaan lalu lintas dan 50 akibat kecelakaan kendaraan bermotor lebih
juta orang korban kecelakaan lalu lintas banyak menyebabkan kematian dibandingkan
mengalami luka serius cacat tetap, umumnya dengan tipe cedera yang lainnya. Jumlah
yang tewas dalam kecelakaan lalu lintas kecelakaan lalu lintas akibat dari kendaraan
berusia 15 sampai 44 tahun, dan 77% adalah bermotor dengan jenis kendaraan sepeda
laki-laki (WHO, 2011 dalam Ratnasari, motor mengalami kenaikan dari tahun ke
2014). tahun daripada jenis kendaraan lainnya seperti
Survey yang dilakukan di 182 negara mobil penumpang, bus, mobil truk
itu, indonesia menempati urutan kelima dalam (Ariwibowo, 2013).
peringkat dengan korban tewas terbanyak Pelayanan gawat darurat bertujuan
akibat kecelakaan lalu lintas. Negara–negara menyelamatkan kehidupan penderita, hingga
lain dengan jumlah korban tewas lalu lintas sering di manfaatkan untuk memperoleh
adalah Cina, India, Nigeria, dan Brazil. Korps pelayanan pertolongan pertama dan bahkan
lalu lintas Mabes Polri mencatat pada 2013, pelayanan rawat jalan. Penyebab tingginya
terjadi 101.037 kecelakaan lalu lintas. Ini angka kematian dan kecacatan akibat
berarti, setiap jam terjadi 12 kasus kecelakaan kegawatdaruratan adalah tingkat keparahan
lalu lintas. Kecelakaan tersebut menimbulkan akibat kecelakaan, kurangnya pengetahuan
25.157 korban meninggal dunia. Di perawat terhadap peran dalam penanganan
Indonesia, rata-rata tiga orang meninggal pasien gawat darurat kecelakaan lalu lintas
setiap jam akibat kecelakaan lalu lintas. kurang memadainya peralatan dan sikap
kecelakaan lalu lintas menyebabkan 29.347 perawat UGD dalam menangani pasien gawat
orang menderita luka berat dan 113.131 orang darurat kecelakaan lalu lintas (Humardani,
luka ringan selain itu, kerugian material yang 2013).
ditimbulkan kecelakaan lalu lintas pada 2013 Kejadian gawat darurat dapat diartikan
mencapai rp 254,6 miliar (Tempo.co, 2014 sebagai keadaan dimana seseorang
dalam Ratnasari 2014). memerlukan pertolongan segera karena
Kecelakaan lalu lintas merupakan apabila tidak mendapat pertolongan dengan
penyebab utama cedera di Indonesia, hampir segera maka dapat mengancam jiwanya atau
50% cedera yang ada pada tahun 2013 menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan
disebabkan oleh kecelakaan Lalu Lintas. gawat darurat yang sering terjadi di
Selain itu dilihat dari tempat kejadian cedera, masyarakat antara lain keadaan seseorang
lebih dari 40% terjadi di jalan raya. Beberapa yang mengalami henti nafas dan henti
faktor resiko terjadinya Kecelakaan Lalu jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan,
Lintas disebabkan oleh faktor manusia yang cedera misalnya patah tulang, pendarahan,
terlihat dari perilakunya dalam berkendara kasus stroke dan kejang, keracunan dan
dan kondisi fisik serta mentalnya, kondisi korban bencana. Penyebab kejadian gawat
kendaraan, kondisi jalan serta faktor cuaca darurat yang sering terjadi dalam sehari-hari
(DepKes, 2013). yaitu karena terjadinya karena terjadinya
Data yang diperoleh Diktorat Lalu kecelakan lalu lintas, kasus gawat darurat
lintas Polda Sulut, pada tahun 2012 jumlah karena kecelakaan lalu lintas penyebab
kecelakaan lalu lintas tercatat 1.269 kejadian.

2
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

kematian utama di daerah perkotaan (Asculap Populasi adalah keseluruhan subjek


M. 2007). penelitian yang akan diteliti (Setiadi, 2013).
Perawat sebagai bagian dari tenaga Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
kesehatan juga harus meningkatkan perawat yang ada di instalasi gawat darurat
profesionalisme dalam pelaksanaan asuhan RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manando,
keperawatan. Perawat juga dituntut untuk yang diambil diruangan Triase, Resusitasi dan
melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan instalasi rawat darurat Bedah yang berjumlah
standart profesinya. Profesi perawat sangat 47 perawat.
penting dalam penanganan pertolongan
pertamadalam kecelakaan, seperti yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diketahui bahwaperan perawat salah satunya Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik
adalah sebagai care giveryaitu perawat Responden Berdasarkan Umur
memberikan pelayanan kesehatan berdasarkan Umur n %
diagnosis keperawatan sehingga dapat 17-25 tahun 16 34,0
menentukan perencanaan dan evaluasi dari 26-35 Tahun 20 42,6
masalah tersebut (Manurung, 2009). 36-45 tahun 8 17,0
Data yang diperoleh dari RSUP. Prof. 46-55 Tahun 3 6,4
Dr. R. D. Kandou di UGD diruangan Instalasi Total 47 100%
Rawat Darurat Bedah dan di ruangan triase Sumber : Data Primer 2016
didapatkan data, jumlah tenaga perawat 20 Hasil penelitan didapatkan bahwa
orang diruangan triase, 10 orang tenaga sebagian besar responden ada pada rentang
perawat diruangan resusitasi, dan 17 orang di usia 26-35 tahun yaitu sebnyak 20 responden
ruangan instalasi rawat darurat bedah,jumlah (42,6%) dan paling sedikit pada rentang usia
perawat kedua ruangan ada 47 orang,jumlah 46-55 tahun sebanyak 3 responden (6,4%).
kejadian kecelakaan lalu lintas dari bulan
agustus sampai dengan bulan september ada Tabel 2. Distribusi Frekuensi karakteristik
215 kejadian kecelakaan lalu lintas, rata-rata Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
107 kejadian kecelakaan lalu lintas setiap Jenis n %
bulan kejadian kecelakaan lalu lintas, dan usia Kelamin
15-25 tahun ke atas ditemukan mengalami Laki-laki 12 25,5
kejadiaan kecelakaan lalu lintas. Perempuan 35 74,5
Berdasarkan uraian diatas, maka Total 47 100
penulis merasa tertarik untuk mengetahui Sumber : Data Primer 2016
lebih lanjut mengenai ”Hubungan Hasil penelitian didapatkan sebagian
Karakteristik Perawat Dengan Penanganan besar responden berjenis kelamin perempuan
Pertama Pada Pasien Kecelakaan Lalu Lintas yaitu sebanyak 35 responden (74,5%) dan
Di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado”. sisanya adalah laki-laki sebanyak 12
responden (25,5%).
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian Tabel 3. Distribusi frekuensi Karakteristik
kualitatif dengan jenis peneliti surver analitik, responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
dan menggunakan pendekatan cross sectional Tingkat n %
dimana pengumpulan data, baik variabel Pendidikan
independen maupun variabel dependen, D3 26 25,5
dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus S1 21 74,5
(Notoadmodjo, 2010). Karakteristik perawat Total 47 100
dan penanganan pertama di instalasi gawat Sumber : Data Primer 2016
darurat RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Hasil penelitian didapatkan sebagian
Manando di ukur secara bersamaan pada besar responden berjenis kelamin perempuan
suatu waktu dimana Karakteritik perawat yaitu sebanyak 35 responden (74,5%) dan
diukur menggunakan kuesioner.

3
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

sisanya adalah laki-laki sebanyak 12 Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan Umur


responden (25,5%). Dengan Penanganan Pertama Pada Pasien
Kegawatan Muskuloskeletal
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Penanganan
Responden Berdasarkan Masa Kerja pertama pada
Masa Kerja n % pasien total p
1-2 22 46,8 Umur kegawatan
Tahun(belum muskuloskeletal
lama) Kurang baik
3-5 12 25,5 baik
Tahun(lama) N n n
6-10 13 27,7 % % %
Tahun(lama 17-25 7 9 16
sekali) Tahun 14,9 19,1 34
Total 47 100 26-35 2 18 20
Tahun 4,3 38,3 42,6 0,0
Sumber : Data Primer 2016 36-45 1 7 8 94
Lama bekerja responden paling banyak Tahun 2,1 14,9 17
ada pada rentang 1-2 tahun yaitu sebanyak 22 46-55 1 2 3
responden ( 46,8%) dan paling sedikit yaitu 3- Tahun 2,1 4,3 6,4
5 tahun sebanyak 12 responden (25,5%). Total 11 36 47
23,4 76,6 100
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Penanganan Sumber : Data Primer 2016
Pertolongan Pertama Kecelakaan Hasil analisis pada tabel 4x2
Penanganan n % didapatkan hasil uji pearson chi-square pada
Pertolongan tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05)
Pertama menunjukan nilai p = 0,094. Nilai p ini lebih
Kurang Baik 11 23,4 besar dari nilai α (0,05) menunjukan bahwa
Baik 36 76,6 tidak terdapat hubungan antara umur dengan
Total 47 100 penanganan pertolongan pertama pada pasien
Sumber: Data Primer 2016 kegawatan muskuloskeletal di Instalasi Gawat
Hasil penelitian dari 47 responden Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
tentang penanganan pertolongan pertama di Manado, dengan demikian Ho diterima.
Instalasi Gawat Darurat RSUP Prof. D.R. Umur mempengaruhi terhadap daya
Kandou Manado didapatkan sebagian besar tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
berada dalam kategori baik yaitu sebanyak 36 bertambah usia akan semakin berkembang
responden (76,6%), sedangkan responden pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
dengan kinerja kurang baiksebanyak 11 pengetahuan yang diperolehnya semakin
responden (23,4%). membaik. Pada usia produktif, individu akan
lebih berperan aktif dalam masyarakat dan
kehidupan sosial serta lebih banyak
melakukan persiapan demi suksesnya upaya
menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu
orang usia produktif akan lebih banyak
menggunakan banyak waktu untuk membaca.
Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,
dan kemampuan verbal dilaporkan hampir
tidak ada penurunan pada usia ini
(Notoatmodjo, 2007).

4
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

Hasil penelitian yang dikatakan oleh dengan penanganan pertolongan pertama pada
Nurhanifah (2015). antara umur dengan pasien kegawatan muskuloskeletal di Instalasi
penanganan. Artinya semakin tua umur maka Gawat Darurat RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
semakin rendah penanganan dalam Manado, dengan demikian Ho diterima.
melaksanakan pertolongan pertama. Ada Nurrhanifah (2015) mengemukakan
suatu keyakinan bahwa produktivitas bahwa tidak ada perbedaan produktivitas
berkurang sejalan dengan makin tuanya umur kerja antara perawat laki-laki dan perempuan.
seseorang, Bekerja di IGD Rumah sakit Tetapi walau demikian dalam menetukan
khususnya pada ruang triase, yang sangat tempat kerja untuk perawat laki-laki dan
memerlukan keterampilan dan kecepatan perempuan perlu dipertimbangkan sesuai
dalam menentukan tindakan hal ini bertujuan dengan tingkat berat ringannya pekerjaan
untuk mempertahankan keselamatan pasien. yang harus dilakukan.
Peneliti berpendapat bahwa usia Jenis kelamin adalah perbedaan antara
responden di instalasi Gawat Darurat RSUP perempuan dengan laki-laki secara biologis
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado di rungan sejak seseorang lahir. Seks berkaitan dengan
triase, resusitasi dan instalasi gawat darurat tubuh laki-laki dan perempuan, dimana laki-
bedah dalam usia produktif oleh sebab itu laki memproduksikan sperma, sementara
penanganan pertolongan pertama kecelakaan perempuan menghasilkan sel telur dan secara
kegawatan muskuloskeletal masih sangat baik biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan
dan perlu di pertahankan kualitas pelayanan. menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi
biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat
Tabel 7. Hasil Analisis Hubungan Jenis dipertukarkan diantara keduanya, dan
Kelamin Dengan Penanganan Pertama Pada fungsinya tetap dengan laki-laki dan
Pasien Kegawatan Muskuloskeletal perempuan pada segala ras yang ada di muka
Penanganan bumi (Hungo dalam saragih, 2010).
pertama pada Peneliti berpendapat bahwa untuk jenis
Jenis pasien total p kelamin dalam penanganan pertolongan
Kela kegawatan pertama kecelakaan kegawatan
min muskuloskeletal muskuloskeletal, tidak ada perbedaan
Kurang baik tergantung tingkat kesulitan dalam
baik penanganan pertolongan pertama.
n n n
% % % Tabel 8. Hasil Analisis Hubungan tingkat
Laki- 2 10 12 Pendidikan Dengan Penanganan Pertama
laki 4,3 21,3 25,5 Pada Pasien Kegawatan Muskuloskeletal
Perem 9 26 35 Penanganan
puan 19,1 55,3 74,5 0,7 pertama pada
Tingk
03 pasien total p
at
Total 11 36 47 kegawatan
Pendi
23,4 76,6 100 muskuloskeletal
dikan
Sumber: Data Primer 2016 Kurang baik
Hasil analisis pada tabel 2x2 didapatkan baik
masih ada satu sel yang memiliki nilai n n n
harapan <5. Menurut Hastono (2007), jika % % %
pada tabel 2x2 masih terdapat nilai harapan D3 6 20 26
<5 maka uji yang digunkan adalah uji Fisher's S1 12,8 42,6 55,3
Exact Test. Hasil uji Fisher's Exact Test pada (Ns) 5 16 21 1,0
tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05) 10,6 34 44,7 00
menunjukan nilai p = 0,703. Nilai p ini lebih Total 11 36 47
besar dari nilai α (0.05) menunjukan bahwa 23,4 76,6 100
tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin Sumber: Data Primer 2016
5
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

Hasil analisis pada tabel 2x2 didapatkan merupakan saat-saat dimana sedang
masih ada satu sel yang memiliki nilai diusahakan peningkatan pendidikan bagi
harapan <5. Menurut Hastono (2007), jika perawat dengan mengkonversi pendidikan
pada tabel 2x2 masih terdapat nilai harapan SPK ke jenjang akademi keperawatan dan
<5 maka uji yang digunkan adalah uji Fisher's dari lulusan akademi keperawatan ke jenjang
Exact Test. Hasil uji Fisher's Exact Test pada program pendidikan Ners (S1 Keperawatan).
tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05) Dalam upaya meningkatkan jumlah perawat
menunjukan nilai p = 1,000. Nilai p ini lebih professional, jumlah dan kualitas pendidikan
besar dari nilai α (0.05) menunjukan bahwa keperawatan yang menghasilkan Ners juga
tidak terdapat hubungan antara tingkat perlu untuk ditingkatkan. Dengan begitu,
pendidikan dengan penanganan pertolongan diharapkan terjadi perubahan menuju
pertama pada pasien kegawatan keperawatan profesional.
muskuloskeletal di Instalasi Gawat Darurat
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Tabel 9. Hasil Analisis Hubungan Masa
dengan demikian Ho diterima. Kerja Dengan Penanganan Pertama Pada
Tingkat pendidikan adalah tahapan Pasien Kegawatan Muskuloskeletal
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan Penanganan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan pertama pada
yang akan dicapai dan kemampuan yang pasien total p
dikembangkan. Tingkat pendidikan Masa
kegawatan
berpengaruh terhadap perubahan sikap dan Kerja
muskuloskeletal
perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan Kurang baik
yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang baik
atau masyarakat untuk menyerap informasi n n n
dan mengimplementasikannya dalam perilaku % % %
dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam Belu 10 12 22
hal kesehatan. Pendidikan formal membentuk m 21,3 25,5 46,8
nilai bagi seseorang terutama dalam lama 0,0
menerima hal baru (Miranti danYacoub, 01
2016). Lama 1 24 25
Tidak ditemukannya responden dengan 2,1 51 53,2
tingkat pendidikan SPK (Sekolah Perawat Total 11 36 47
Kesehatan) sudah sesuai dengan yang 23,4 76,6 100
diharapkan dimana semua pendidikan perawat Sumber: Data Primer 2016
yang ada di rumah sakit sudah memenuhi
kriteria minimal sebagai perawat professional Hasil analisis pada tabel 2x2 didapatkan
(D3 Keperawatan). Namun, masih Hasil uji continuity correction pada tingkat
mendominasinya responden dengan tingkat kemaknaan 95% (α < 0,05) menunjukan nilai
pendidikan Diploma (D3) belum sesuai p = 0,001. Nilai p ini lebih kecil dari nilai α
dengan yang diharapkan dimana pada tahun (0,05) menunjukan bahwa terdapat hubungan
2015 sudah lebih dari 80% perawat antara masa kerja dengan penanganan
berpendidikan Ners. Sebagai profesi, pertolongan pertama pada pasien kegawatan
keperawatan dituntut untuk memiliki muskuloskeletal di Instalasi Gawat Darurat
kemampuan intelektual, interpersonal RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado,
kemampuan teknis, dan moral. Hal ini bisa dengan demikian Ho ditolak.
ditempuh dengan meningkatkan kualitas Masa kerja yang lama akan cenderung
perawat melalui pendidikan lannjutan pada membuat seorang pegawai lebih merasa betah
program pendidikan Ners (Nursalam, 2012). dalam suatu organisasi, hal ini disebabkan
Peneliti berpendapat bahwa masih lebih diantaranya karena telah beradaptasi dengan
banya responden yang berpendidikan D3 lingkungannya yang cukup lama sehingga
keperawatan dikarenakan saat ini masih seorang pegawai akan merasa nyaman dengan
6
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

pekerjaannya. Penyebab lain juga dikarenakan DAFTAR PUSTAKA


adanya kebijakan dari instansi atau
perusahaan mengenai jaminan hidup di hari
tua (Kreitner dan Kinicki dalam saragih, Ariwibowo. R. (2013). Hubungan Antara
2014). Umur, Tingkat Pendidikan,
Peneliti berpendapat bahwa semakin Pengetahuan, Sikap Terhadap Praktik
lama seseorang yang bekerja dalam Safety Riding Awareness Pada
pekerjaannya tersebut, Maka akan semakin Pengendara Ojek Sepeda Motor Di
banyak menambah informasi atau wawansan Kecamatan Banyumanik.
yang di dapatkan dari pengalaman bekerja Http://Id.Portalgaruda.Org/?Ref=Brows
yang ditekuni. e&Mod=Viewarticle&Article=73936.
Diakses Tanggal 26 Oktober 2015
SIMPULAN
Hasil penelitian yang dilakukan
Asculap. M. (2007). Kegawatan darurat di
diInstalasi Gawat Darurat RSUP Prof Dr. R.
masyarakat.http://thesis.umy.ac.id/datap
D. Kandou Manado, dapat ditarik simpulan
ublik/t24289.pdf. Diakses tanggal 29
sebagai berikut: Responden dengan umur
oktober 2015
paling banyak ada pada rentang umur 26-35
tahun (dewasa awal): Responden yang Depkes. (2013). Simposium pencegahan dan
berjenis kelamin perempuan yang paling penanganan kecelakaan lalu
banyak dibandingkan dengan responden laki- lintas.http://pppl.depkes.go.id./focus?id
laki dalam penanganan pertolongan pertama =1343. Diakses tanggal 28 oktober 2015
pada pasien kegawatan musculoskeletal:
Responden dengan tingkat pendidikan D3 Hastono . SP. (2007). Analisis data
lebih dominan dibandingkan dengan kesehatan. Fakultas kesehatan
responden tingkat pendidikan S1(Ns) dalam masyarakat unviversitas indonesia.
penanganan pertolongan pertama kegawatan
pada pasien musculoskeletal : Responden
dengan tingkat pendidikan D3 lebih dominan Humardani. A.(2013). Hubungan
dibandingkan dengan responden tingkat Pengetahuan Tentang Peran Perawat
pendidikan S1(Ns) dalam penanganan Ugd Dengan Sikap Dalam Penanganan
pertolongan pertama kegawatan pada pasien Pertolongan Pertama Pada Pasien
musculoskeletal : Responden dengan masa Gawat
kerja yang lama lebih dominan dalam DaruratKecelakaanLalulintas.Http://Di
penanganan pertolongan pertama kegawatan gilib.Umpo.Ac.Id/Files/Disk1/10/Jkptu
pada pasien musculoskeletal: Karakteristik mpo-Gdl-Alihumarda-477-1-Abstrak,-
perawat yang berhubungan dengan I.Pdf. Diakses Tanggal 30 Oktober
penanganan pertolongan pertama pada pasien 2015.
kegawatan mjuskuloskeletal hanya masa kerja
sedangkan umur, jenis kelamin, tingkat Manurung. (2009). Hubungan karakteristik
pendidikan tidak ada hubungan. perawat dan pasien dengan tindakan
medik Di
medan.http://respiratory.usu.ac.id./bitstr
eam/123456789/6716/3/09e01791.pdf.t
xt. Diakses tanggal 26 oktober 2015

Miranti, E., & Yacoub, Y. (2016). pengaruh


tingkat pendidikan, masa kerja dan
motivasi kerja terhadap kinerja
karyawan. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran.

7
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 4 Nomor 2, Juli 2016

Notoadmojo. S. (2010). Metodologi penelitian Nursalam. (2012). Manajemen Keperawatan:


kesehatan. penerbit: rineka cipta. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 3. Jakarta: Salemba
Notoadmodjo, S. (2007).Pendidikan dan Medika.
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta Saragih. R. (2010) Hubungan karakteristik
perawat dengan tingkat kepatuhan
Nurhanifah. (2015). Hubungan Karakteristik, perawat melakukan cuci tangan di
Beban Kerja Dan Supervisi Dengan rumah sakit columbia asia
Motivasi Perawat Dalam medan.http://uda.ac.id/jurnal/files/7.pdf.
Melaksanakan Triase Di Instalasi Diakses tanggal 28 oktober 2015.
Gawat Darurat Rsud Ulin
Banjarmasinhttp://journal.stikes- WHO.2011. kecelakaan-lalu-lintas-menjadi-
mb.ac.id/index.php/caring/article/view pembunuh-terbesar-ketiga.
/24. Diakses tanggal 4 mei 2016. http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/2
1/03/2013/. Diakses pada tanggal 28
Ratnasari. (2014). Hubungan karatkeristik oktober 2015.
remaja dengan tingkat kejadian
kecelekaan lalu lintas pada komunitas
motor sulut king
comunityhttp://ejournal.unsrat.ac.id/inde
x.php/jkp/article/view/6075. Diakses
tanggal 26 oktober .

You might also like