You are on page 1of 10

Jurnal PROSISKO Vol. 3 No.

1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

PENGARUH INFRASTRUKTUR TELEKOMUNIKASI


TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI
PROVINSI BANTEN TAHUN 2004 -2013
Ngatono
Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Serang Raya
ngatono077@gmail.com

Abstract - Telecommunications today is one very important thing in life, communication services is perceived by
society. Selullar role of communications technology in particular has a positive impact on the improvement of
economic income people, this happens in Banten province as a province of the capital buffer beloved country. In
this study will be analyzed is there a significant relationship between Telecommunications infrastructure for
economic growth areas in Metro Manila and also want to know how big the impact, telecommunications
infrastructure represented by a mobile phone that is the number of BTS (Base transciever Station) and economic
growth represented by GDP (Gross Regional Regional Income), to be able to know the purpose of this study
used methods of early determination and proceed with Least Square Regression method to get the value of the
amount of Telecommunications Infrastructure influence on economic pertubuhan in Banten. In the hope of this
study will be made as a recommendation to the local government in order to provide the rules or policies of the
telecommunications sector in order to be useful for society optimally and uniformly across the province of
Banten. By sampling data from years 2004 -2013 or 10 years is found that: Telecommunications and GDP
growth in Banten province showed a significant relationship, it is shown by the test results with the method of
determination (R2) is equal to: 0.993. Having held testing the relationship between telecommunications
infrastructure in this case represented by the BTS to GDP growth in Banten in getting a regression value of
0.134% means that it indicates that every increase of 1% BTS will contribute to the increase of GDP by 0.134%.

Keywords: Telecommunications Infrastructure, BTS, Economic Growth

I. PENDAHULUAN telekomunikasi di dunia International


Telekomunikasi saat ini merupakan suatu hal yang Telecommunication Union (ITU), warga dunia
tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari, memantau pertumbuhan telekomunikasi seluruh
bahkan sudah menjadi suatu kebutuhan (Needs). Negara di dunia. Sebagaimana telah disampaikan
Layanan telekomunikasi (Telecommunication sebelumnya bahwa salah satu tuntutan MDG adalah
Services) sudah sangat dirasakan manfaatnya oleh terkait telekomunikasi, maka berbagai usaha
banyak pihak, mulai pebisnis, ibu rumah tangga, dilakukan untuk mencapai target MDG tersebut.
bahkan anak-anak sekalipun.Telekomunikasi telah Apabila kita pahami lebih lanjut, tingkat teledensitas
menjadi kebutuhan yang tidak terpisahkan dari dapat ditingkatkan melalui pengembangan
aktifitas kehidupan setiap individu, terutama pada era infrastruktur telekomunikasi. Peran infrastruktur
informasi dan teknologi yang berkembang pesat saat telekomunikasi dalam meningkatkan tingkat
ini. dalam era globalisasi dimana informasi teledensitas sangatlah penting. Pentingnya
mempunyai nilai ekonomi yang cukup signifikan, telekomunikasi bagi suatu negara khususnya dalam
kemampuan untuk mendapatkan, memanfaatkan, dan perekenomian, telah disampaikan oleh ITU bahwa
mengolah informasi mutlak dimiliki suatu daerah setiap 1% pertumbuhan teledensitas akan
untuk memicu pertumbuhan ekonomi sekaligus meningkatkan 3% pertumbuhan ekonomi suatu
mewujudkan daya saing bangsa (Trini indrati Tamara, negara. provinsi Banten sebagai salah satu daerah
2011). penyangga ibukota memiliki peran strategis untuk
Menurut Sekretaris Jenderal Kementerian menopang laju pertumbuhan ekonomi secara nasional,
Kominfo, kebutuhan informasi mutlak dimiliki suatu untuk itu penulis merasa perlu menganalisa
bangsa karena bisa meningkatkan pertumbuhan “Pengaruh infrastruktur telekomunikasi terhadap
ekonomi, taraf hidup dan kualitas masyarakat,untuk pertumbuhan ekonomi di Provinsi Banten Tahun 2004
itu diperlukan ketersediaan infrastruktur informasi - 2013”.
yang memadai seperti akses, kapasitas, kualitas
maupun jangkauan. Sedangkan menurut Dirjen Postel II. TINJAUAN PUSTAKA
Kementerian Kominfo setiap pertumbuhan investasi A. Gambaran Umum Telekomunikasi di Indonesia
satu persen di sektor Teknologi Informasi dan Industri pertelekomunikasian di Indonesia saat ini
Komunikasi(TIK) akan memberi dampak berantai tumbuh dan berkembang dengan sangat cepat. Hal ini
terhadap kegiatan ekonomi, sehingga mampu dapat terlihat dari bermunculannya penyelenggara
memberikan kontribusi yang cukup tinggi bagi telekomunikasi baru beberapa tahun terakhir ini.
pertumbuhan ekonomi nasional. Teledensitas Penyebabnya antara lain dikarenakan adanya
merupakan ukuran standar yang digunakan dalam kebijakan persaingan bebas dan keterbukaan dalam
mengukur tingkat sambungan telepon per 100 penanaman modal dalam bidang telekomunikasi,
penduduk di berbagai negara. Melalui organisasi khususnya telekomunikasi seluler.

33
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

A.1 Penyelenggara Telekomunikasi di Indonesia Gambar 2. Grafik Persentase Rumahtangga Pengguna


Perkembangan industri telekomunikasi dan Telepon dan Internet di Provinsi Banten Tahun 2009-
prospek pertumbuhannya di masa yang akan datang, 2010 (Banten Dalam Angka, 2012)
dapat kita lihat dari jumlah operator penyelenggara Apabila kita perhatikan, baik di daerah perkotaan
telekomunikasi yang beroperasi saat ini. Jumlah hingga di pedesaan, kini masyarakat sudah sangat
penyelenggara telekomunikasi di Indonesia, dalam familiar dengan telepon genggam atau yang lebih
dilihat dalam tabel berikut ini. dikenal dengan Hand Phone (HP). Saat ini setiap
Tabel .1. Penyelenggaraan telekomunikasi di orang merasakan kebutuhan alat telekomunikasi
Indonesia sudah menjadi kebutuhan utama yang tidak lepas dari
JENIS NAMA prilaku setiap individu sehari-harinya. Pengguna
NO JUMLAH
PENYELENGGARA OPERATOR telepon selular saat ini tidak lagi terbatas kepada
PT. Telkomunikasi masyarakat ekonomi menengah atas tapi telah
Indonesia menjangkau semua lapisan ekonomi masyarakat. Hal
1 Telepon Tetap Kabel 2
(Telkom)
ini dikarenakan tuntutan keadaan yang serba cepat
PT. Idosat
PT. Telkom
dan praktis telah menyebabkan setiap individu
merasakan kebutuhan telekomunikasi selular
PT. Indosat
Telepon Tetap merupakan bagian penting yang tidak terpisahkan
2 PT. Bakrie 4
Nirkabel dalam prilaku kehidupan sehari-hari.Kondisi inilah
Telekom
PT. Mobile-8 yang menyebabkan setiap anggota masyarakat telah
PT.Telkom
merasakan begitu besar manfaat telekomunikasi
selular maupun jaringan tetap dalam menjalankan
PT. Indosat
kegiatan masing-masing. Dari kondisi tersebut terlihat
PT. XL-Axiata pergerakan jumlah pelanggan jaringan tetap yang
PT.Mobile-8 cenderung naik lebih sedikit apabila dibandingkan
PT. Sampurna dengan kenaikan jumlah pelanggan seluler yang lebih
Telekomunikasi
Indonesia (STI) besar.
3 Telepon Bergerak 7
PT. Natrindo A.3. Infrastruktur Telekomunikasi Cellular
Telepon Cellular Peningkatan jumlah pelanggan telekomunikasi
(NTC) serta teledensitas tentunya harus didukung oleh
PT. Hutchison CP infrastruktur yang memadai. Investasi infrastruktur
Telecomunication
telekomunikasi yang dilakukan oleh operator
Smart Telekom telekomunikasi dapat dilihat dari sisi keuangan
(Capital Expenditure/Capex) masingmasing operator
A.2. Pelanggan Telekomunikasi dan Informatika telekomunikasi maupun dari sisi fisik infrastruktur itu
di Propinsi Banten sendiri. Akan tetapi, saat ini khususnya untuk jaringan
Cakupan layanan komunikasi dan informatika seluler, Capex tidak lagi mencerminkan besaran total
melalui media cetak dan media elektonik telah infrastruktur telekomunikasi yang disediakan oleh
menjangkau hingga kepelosok wilayah Banten. para operator. Hal ini dikarenakan biaya
Berdasarkan data Perhubungan, Komunikasi dan pembangunan Base Transceiver Station (BTS) dari
Informatika Dalam Angka Tahun 2010, terdapat surat tahun ke tahun mengalami pernurunan untuk satu
kabar nasional yang berjumlah 39 media dan surat kapasitas yang sama. Menurut nara sumber salah satu
kabar lokal sebanyak 6 media. Untuk layanan operator Manajer Operator Telekomunikasi, “Rata-rata
seluler sebanyak 7 operator, penyiaran radio dan TV investasi BTS dgn kapasitas 12 trx pd tahun 2000
sebanyak 51 buah stasiun radio dan 11 penyiaran TV. diatas 2M (sudah termasuk SITAC/siteacquisition dan
Akses masyarakat Banten terhadap sarana CME/civil, mechanical, electrical). Saat ini investasi
telekomunikasi dan internet pada periode 2009-2010 BTS dengan kapasitas yang sama tidak lebih dari 1.5
meningkat sangat pesat. Hal ini ditunjukkan dengan M.”Oleh karena itu, penulis mengidentifikasi
meningkatnya persentase rumahtangga pemilik investasi infrastruktur telekomunikasi saat ini dengan
telepon rumah, HP dan pengakses internet masing- menggunakan infrastruktur fisik yaitu BTS, tidak
masing 14,25%, 76,28% dan 26,09%. menggunakan Capex. BTS berfungsi menjembatani
perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan
menuju jaringan lain. Akan tetapi, hal ini juga masih
memiliki kelemahan yaitu BTS hanya mewakili
infrastruktur yang bersifat wireless saja belum
mencakup infrastruktur jaringan tetap yang ada. Telah
menjadi suatu kecenderungan bagi para operator
telekomunikasi umumnya saat ini, investasi jaringan
tetap (fixed line) memiliki beberapa kelemahan
dibandingkan dengan infrastruktur seluler antara lain:
komposisi biaya dan kapasitas yang mampu dilayani
oleh infrastruktur jaringan tetap lebih mahal dan
kapasitas layanannya lebih sedikit dibandingkan
kapasitas layanan infrastruktur jaringan seluler.
34
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

Apabila kita memperhatikan komposisi pelanggan bagi pertumbuhan, perbaikan telekomunikasi


serta teledensitas yang telah dibahas sebelumnya belum dijadikan sebagai fokus investasi di Negara
jaringan tetap dan seluler sangat didominasi oleh berkembang. Model yang digunakan oleh Alleman
seluler.Sebagai reaksi dari pertumbuhan pelanggan dalam penelitian ini serupa dengan model yang
yang tinggi serta dalam rangka melakukan penyebaran digunakan oleh Jipp, yaitu:
layanan telekomunikasi ke seluruh wilayah Indonesia, ln (GDP)= α +β ln (DEL-1)…(1)
para operator dituntut untuk menyediakan ln (DEL)= α +β ln (GDP)……(2)
infrastruktur telekomunikasi khususnya seluler yang Dalam model ini, Alleman menggunakan Del
dapat melayani kebutuhan seluruh masyarakat atau Teledensitas sebagai proxy dari investasi
termasuk di wilayah pedesaaan atau terpencil. telekomunikasi. Alleman mengindikasikan
Perkembangan Jumlah BTS di Banten perluasan investasi telekomunikasi sangat penting
Tabel 2.2. Perkembangan Jumlah BTS di Banten bukan hanya bagi pertumbuhan, tetapi
Tahun Jumlah BTS memperbaiki daya saing dalam era ekonomi
2004 1350 global berbasis informasi. Sebagian besar investasi
infrastruktur memberikan dampak positif terhadap
2005 1498 ekonomi melalui tiga cara: (1) mengurangi biaya
2006 1686 produksi, (2) meningkatkan pendapatan, dan(3)
2007 1928 meningkatkan kesempatan kerja baik secara
2008 2192 langsung maupun tidak langsung. Demikian
halnya dengan investasi infrastruktur
2009 2475
telekomunikasi. Salah satu manfaat besar dari
2010 2806 peningkatan layanan adalah dari sisi peningkatan
2011 3213 informasi dan ilmu pengetahuan yang didapat.
2012 3675 Layanan telepon merupakan salah satu kategori
2013 4141 investasi infrastruktur.Dalam literatur sebelumnya
Sumber : Data StatistikSemester 1,2013, Direktorat mengenai hubungan antara investasi infrastruktur
Jenderal Pos dan Telekomunikasi yang diolah dan pembangunan ekonomi diterapkan terhadap
2.2. Studi literatur mengenai kecenderungan layanan telepon sebagai kategori investasi
hubungan telekomunikasi dan pertumbuhan infrastruktur.Di beberapa Negara berkembang
ekonomi menginvestasikan 0.61% PDB nya untuk sector
Studi mengenai dampak pengembangan telekomunikasi. Sementara tahun 1970an hanya
telekomunikasi dalam pertumbuhan ekonomi telah 0.25% (pada periode yang sama di Negara maju
dilakukan sejak tahu 1960an. Beberapa studi awal menginvestasikan 0.8 % dari PDB). Setidaknya
yang telah dilakukan dalam rangka meneliti hubungan beberapa studi mengenai isu tersebut menyarankan
2 arah antara telekomunikas dan pertumbuhan agar Negara berkembang menginvestasikan tidak
ekonomi, antara lain: kurang dari 0.5% PDB dalam investasi
a. Greenstein dan Spiller (1995) menginvestigasi infrastruktur telekomunikasi. Intisari yang
dampak infrastruktur telekomunikasi disampaikan Alleman dalam penelitiannya
(memperhitungkan jumlah kabel fiber optik yang tersebut antara lain:
dipergunakan) terhadap pertumbuhan ekonomi di 1. Pada dasarnya investasi infrastruktur termasuk
Amerika Serikat. Dalam investigasi ini ditemukan infrastruktur telekomunikasi merupakan hal
dampak yang positif dan signifikan (output penting mendorong pertumbuhan ekonomi.
meningkat 10% dengan melipatgandakan jumlah 2. Akan tetapi, hal ini perlu didukung oleh
kabel fiber optic) kondisi lainnya seperti: Kualitas SDM yang
b. Alleman et. Al (2003), Telecommunication and mampu memanfaatkan layanan telekomunikasi
Economic Development: Empirical Evidence from tersebut, infrastruktur lainnya yang
Southern Africa. Penelitian inidirancang sebagai mendukung dan sejalan dengan infrastruktur
kerangka untuk menganalisa dampak telekomunikasi.
potensialinvestasi telekomunikasi terhadap 3. Kualitas layanan juga merupakan variabel
pembangunan ekonomi (economic development) penting dalam Menentukan kuat lemahnya
di wilayah The Southern African Development hubungan antara investasi infrastruktur dan
Countries(SADC) dan Republic of South Africa pertumbuhan ekonomi.
(RSA). Studi International Telecommunication 4. Peningkatan investasi infrastruktur
Union (ITU), “The Missing Link”menyimpulkan telekomunikasi tidak semata-mata akan
bahwa telekomunikasi dapat meningkatkan langsung meningkatkan pertumbuhan
efisiensiekonomi, komersial, dan aktivitas ekonomi, karena penempatan komposisi yang
administrative, meningkatkan tingkatefektivitas tepat dan seimbang menjadi hal yang perlu
kegiatan sosial dan “emergency” dan diperhatikan dalam penignkatan investasi
mendistribusikanmanfaat pembangunan ekonomi, infrastruktur telekomunikasi.
sosial serta budaya secara seimbang disuatu c. Datta and Agarwal (2004) secara empiris
negara. Akan tetapi, walaupun telah disadari meneliti peranan infrastruktur telekomunikasi
pentingnya telekomunikasi sebagai katalis penting terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam studinya
mengambil data dari 22 negara OECD selama
35
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

periode 14 tahun sejak 1980-1992. Dalam hal ini TELP= Harga Layanan Telepon
terbukti dampak positif dan signifikan antara WL = Antrian (Waiting List) yang akan memasang
sektor telekomunikasi dalam pertumbuhan jaringan telepon tetap
ekonomi. TTI = Investasi riil infrastruktur telekomunikasi
d. Collin (2003), menitik beratkan pentingnya GD = Defisit Pemerintah
Teknologi Komunikasi dan Informatika (TIK) dan GA = Luas Geografis suatu negara
menjelaskan adanya hambatan dalam akses yang USCAN = Dummy variabel untuk Amerika
universal. Serikat dan Kanada
Studi-studi tersebut hanya menyelidiki hubungan Persamaan 1 mengestimasikan hubungan satu arah
antara telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi antara pertumbuhan telekomunikasi serta faktor
tanpa memperhatikan arah dari hubungan tersebut, Sumber Daya Manusia terhadap pertumbuhan
apakah satu arah ataupun hubungan dua arah. ekonomi.Persamaan 2 mengestimasikan
2.3. Studi literatur mengenai hubungan sebab permintaan terhadap Infrastruktur telekomunikasi
akibat (causal relationship) antara merupakan fungsi dari harga layanan telepon dan
infrastruktur telekomunikasi dan PDB.Persamaan 3 mengestimasikan investasi
pertumbuhan ekonomi infrastruktur telekomunikasi merupakan fungsi
Studi lain telah menggunakan model struktural Harga Layanan Telepon dan faktor eksogenus
untuk mengestimasi tingkat signifikan hubungan yang mempengaruhi penawaran.Persamaan 4
telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan hubungan antara investasi
dengan mengatur determinan penting pertumbuhan. infrastruktur telekomunikasi dan perubahan
Pada umumnya studi-studi tersebut menemukan infrastruktur telekomunikasi itu sendiri.
bahwa”investasi infrastruktur telekomunikasi b. Amitava Dutta (2001) menemukan bukti bahwa
merupakan salah satu faktor yang signifikan kausalitas yang berasal dari infrastruktur
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, telekomunikasi kepada kegiatan ekonomi
dibandingkan dengan faktor lainnya seperti gross memiliki hubungan yang lebih kuat dibandingkan
fixed investment, pendidikan, energi, dan jaringan arah sebaliknya. Pola ini berlaku di 15 Negara
transportasi. Peneliti yang telah melakukan penelitian Industri dan 15 negara berkembang.
ini antara lain: c. Ding and Haynes (2006), menginvestigasi peran
a. Röller and Waverman, 2001; Lars-Hendrik infrastruktur telekomunikasi terhadap
Röller dan Leonard. pertumbuhan jangka panjang di Cina dengan
Waverman**Telecommunications Infrastructure mengambil sampel 29 wilayah di Cina untuk
and Economic Development: A Simultaneous periode 1986-2002, dengan menggunakan model:
Approach secara empiris mempelajari bahwa GRTH it =ά + ή + β1 GRTH i, t-1 + β2 Ln (GDP)
investasi telekomunikasi mendorong i, t-1 + β3 POP it + β4 INVit+ β5TELit+ ut,
pertumbuhan, mengestimasi model struktural yang Dimana:
mengendogenisasi investasi telekomunikasi, data GRTH it = tingkat pertumbuhan ekonomi PDB per
didapat dari 21 negara OECD dalam waktu 20 kapita
tahun. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan GRTH i, t-1 = lag tingkat pertumbuhan ekonomi
positif dan signifikan antara investasi PDB per kapita
telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi. Model GDP i, t-1 = lagged PDB per kapita
diestimaskan sebagai model yang dihasilkan POP = tingkat pertumbuha populasi
(endogenized) investasi telekomunikasi dengan INV =komposisi investasi PDB
menspesifikasikan model mikro dari penawaran TEL =teledensitas
(supply) dan permintaan (demand) investasi Hasil menunjukkan adanya dampak positif dan
telekomunikasi. signifikan dari teledensitas dan presentase
Model yang digunakan oleh Roller dan Waverman investasi sektor telekomunikasi dalam PDB
adalah: terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil
Log(GDPit) = a0i+ a1 log(Kit) + a2 log (TLFit) + penelitian yang telah dilakukan tersebut, walaupun
a3PENit + a4t + _1 it(1’) pengembangan telekomunikasi telah ditemukan
PENit + WLit = b0 + b1 log (GDPit) + b2 log sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
(TELPit) + _2 it (2’) pertumbuhan ekonomi, akan tetapi tingkat
Log (TTIit) = c0 + c1 log (GAit) + c2GDit + c3 kontribusinya beragam antara satu Negara dengan
(1-USCAN).WLit (3’) yang lainnya sesuai tingkat pembangunannya.
+ c4 (1 – USCAN)log(TELPit) + Misalnya: Röller and Waverman (1996, 2001),
c5USCAN.log(TELP) + _3it menerangkan dampak investasi infrastruktur
PENit – PENi,t-1 = d0 + d1log(TTIi,t-1) + telekomunikasi terhadap PDB di 21 negara dan 14
d2log(GA) _4it (4’) negara berkembang dan non OECD untuk periode
Dimana: GDP = PDB 1970 sampai dengan 1990 dan bahwa dampaknya
K = Real Capital Stock tidaklah linier. Menurut Alleman dkk (2003)
TLF = Total Angkatan Kerja sebagai proxi investasi infrastruktur akan memberikan dampak
Kualitas Sumber Daya Manusia positif terhadap ekonomi melalui 3 cara, yaitu: (1)
PEN = Teledensitas sebagai proxy dari infrastruktur akan mengurangi biaya produksi, (2)
infrastruktur telekomunikasi infrastruktur akan meningkatkan pendapatan, dan
36
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

(3) akan meningkatkan kesempatan kerja sebagai (BTS). Jumlah BTS dalam industri telekomunikasi
dampak langsung maupun tidak langsung. dihitung berdasarkan jumlah BTS yang dimiliki setiap
Mayoritas dari penelitian tersebut menemukan, operator selular. Jumlah BTS dalam industri
hal-hal sebagai berikut: telekomunikasi dihitung berdasarkan jumlah BTS
1. Kecenderungan hubungan antara teledensitas dan yang dimanfaatkan operator selular adalah
PDB. Apakah tingkat melaksanakan layanan (Setiawan, 2009).
pertumbuhan ekonomi suatu negara yang memberikan 3.3. Persamaan Koefisien Determinasi (R2)
dampak terhadap teledensitas ataukah teledensitas Pengujian koefisien determinasi (R2) pada intinya
yang memberikan pengaruh kepada adalah untuk mengukur kemampuan model dalam
tingkatperekonomian suatu negara tersebut menerangkan variasi variabel dependen.Koefisien
2. Adanya Korelasi positif antara telekomunikasi determinasi berkisar dari nol sampai dengan satu
dan pertumbuhan ekonomi. (0≤R≤1). Hal ini berarti bila R2=0 menunjukan tidak
2.4. State of the art penelitian sebelumnya adanya pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati
satu menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dan bila R2
semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan
semakin kecilnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen, semakin besar nilai R 2,
maka akan semakin baik model regresi dengan data
yang ada, sehingga semakin tepat model ini bisa
digunakan untuk menjelaskan variabel dependen oleh
variabel independen (Yolanda, 2009). Untuk mencari
r, menggunakan rumus:
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan pengaruh industri
telekomunikasi yang terdiri dari infrastruktur
(infrastructure). Dalam penelitian ini, sebagai objek
penelitian adalah industri telekomunikasi seluler
terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi Banten.
3.2. Variabel
Biaya operasional/belanja pada industri
telekomunikasi selular mempunyai kontribusi besar
terhadap perekonomian negara karena semakin besar Variabel x : PDRB Banten, sedang
biaya produksi telekomunikasi selular, maka semakin Variabel y : nilai sektor Telekomunikasi
besar juga peredaran uang pada sektor telekomunikasi Setelah di dapatkan nilai R, maka dari persamaan
(Setiawan, 2009). tadi akan di dapat pula sebuah angka koefisien
Total biaya produksi telekomunikasi selular determinasi yang besarnya adalah: R2 , sehingga juga
merupakan penjumlahan dari ketiga perusahaan akan di dapat nilai koefisien determinasi disesuaikan
telekomunikasi selular yang dirumuskan sebagai (adjustment):
berikut:
P(1 R 2 )
EXP_T=EXT_1+EXP_2+EXP_3 Radj R2
Dimana: N P 1
EXP_T = Total expenditure industri telekomunikasi 3.4. Metode Least Square (LS)
selular Metode LS adalah analisa regresi dan korelasi
EXP_1 = Total expenditure PT. X untuk mempelajari pola dan mengukur hubungan
EXP_2 = Total expenditure PT. Y statistik antara dua atau lebih variabel. Analisa ini
EXP_3 = Total expenditure PT. Z akan memberikan hasil apakah antara variabel-
3.2.1. Variabel Infrastruktur variabel yang sedang diteliti atau sedang dianalisis
Disamping infrastruktur berperan cukup menonjol terdapat hubungan, baik saling berhubungan, saling
dalam pertumbuhan ekonomi, pada beberapa studi mempengaruhi dan sebarapa besar tingkat
menyatakan manfaat infrastruktur yang lain seperti hubungannya.
infrastruktur membantu rakyat miskin pada daerah Untuk menganalisis hubungan antara infrastuktur
terbelakang untuk dapat berhubungan dengan pusat telekomunikasi terdapat pertumbuhan ekonomi di
aktivitas ekonomi. Akses yang ditimbulkan Provinsi Banten, metode berikut:
infrastruktur dapat meningkatkan nilai dari aset Y a b(X )
penduduk miskin. Pembangunan infrastruktur dapat Dimana:
mempengaruhi human capital dampak pada dari a = kostanta
rakyat miskin, menciptakan kesempatan kerja dan b = koefisien regresi
prospek pendapatan yang lebih baik (Setiawan, 2009). Y = variabel dependen (pertumbuhan ekonomi)
Pada industri telekomunikasi selular, infrastuktur X = variabel independen (infrastruktur
diukur berdasarkan jumlah Base Transmiter Station telekomunikasi)
37
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

Rumusan a dan b digunakan metode Least Square tiga tahun terakhir untuk setiap kabupaten/kota dapat
berikut: dilihat
Y b X Tabel 4.3. Capaian LPE Kabupaten/Kota di Provinsi
a
n Banten Tahun 2009-2011 (Banten Dalam Angka,
n XY X. Y 2012)
b 2
n X2 X NO KABUPATEN/KOTA
CAPAIAN
2009 2010 2011
3.5. Lokasi Penelitian Kabupaten :
1 Pandeglang 4,21 6,77 6,81
Penelitian dilakukan di Banten dengan 2 Lebak 4,10 4,15 4,30
mengambil data sejak tahun 2004 sampai dengan 3
4
Tangerang
Serang
4,41
3,18
6,71
3,87
6,41
3,96
2013. Penelitian ini hanya terdiri dari data tahun 2004 Kota :

– 2013 atau hanya 10 tahun. Sementara itu data panel 5


6
Tangerang
Cilegon
5,74
4,83
6,68
5,01
7,01
5,26
dalam hal ini tidak dapat dipergunakan mengingat 7
8
Serang
Tangerang Selatan
5,44
8,49
7,63
8,70
7,76
8,80
perbedaan batasan daerah yang diterapkan oleh Provinsi Banten 4,69 6,08 6,43
Nasional 4,58 6,10 6,50
masing-masing operator. Data per daerah yang
dimiliki operator bukan merupakan data per provinsi
melainkan data per bagian daerah (divisi regional) Struktur Perekonomian Banten sebagian besar
yang berbeda-beda setiap operator. Sehingga tidak kontribusi dari sektor sekunder (sektor industri
memungkinkan untuk menggunakan data panel. pengolahan; sektor bangunan; sektor listrik, gas dan
3.6. Teknik Pengumpulan Data air bersih) sebesar 54,80%, kemudian sebesar 37,14%
a. Studi Kepustakaan. Penulis mengumpulkan data dari sektor tersier (sektor perdagangan, hotel dan
sekunder dengan mempelajari penelitian serupa restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor
yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti di keuangan,persewaan dan jasa perusahaan; sektor jasa-
dalam dan luar negeri dengan objek di negara lain. jasa). Sementara itu sebesar 8,06% berasal dari sektor
b. Data juga diperoleh dari website institusi terkait primer (sektor pertanian; sektor pertambangan dan
seperti: bps, kementerian kominfo, dan data penggalian). PDRB Atas Dasar Harga Berlaku
laporan tahunan masing-masing operator Provinsi Banten terus mengalami peningkatan
sebagaimana terlihat pada Gambar 4.4.
IV. HASIL DAN ANALISIS
4.1. Gambaran Umum Kondisi Provinsi Banten
4.1.1. Aspek Geografis

Gambar 4.3. Grafik Perkembangan Nilai PDRB


Banten Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2007-2011
(Rp. Juta) (Banten Dalam Angka, 2012)
Kondisi inflasi Banten pada level yang rendah
didorong oleh relatif stabilnya kondisi pasokan
Gambar.4.1. Peta Wilayah Propinsi Banten komoditas bahan makanan dan makanan jadi,
Berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun
minuman, rokok dan tembakau serta harga-harga
2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten, luas
komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah.
wilayah Provinsi Banten adalah 8.651,20 km 2 yang
terdiri dari 4 (empat) kabupaten, yaitu Serang,
Pandeglang, Lebak, Tangerang dan 2 (dua) Kota yaitu
Tangerang dan Cilegon. Sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan pembangunan, Pemerintah Provinsi
Banten melakukan pemekaran wilayah dengan
dibentuknya Kota Serang dan Kota Tangerang
Selatan, sehingga saat ini jumlah kabupaten dan kota
di Provinsi Banten menjadi 4 (empat) kabupaten dan
4 (empat) kota.
Gambar 4.4. Grafik Perkembangan Laju Inflasi di
4.1.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat
Provinsi Banten Tahun 2007-2011 (%) (Banten
A. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
Dalam Angka, 2012)
Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan
B. Kesejahteraan Sosial
masyarakat dapat dilihat dari gambaran hasil
Kinerja pembangunan kesejahteraan sosial
pelaksanaan pembangunan yang meliputi tingkat Laju
ditandai dari meningkatnya kualitas sumber daya
Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan penurunan laju
manusia yang ditunjukkan dengan indikator Indeks
inflasi. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Banten pada
Pembangunan Manusia (IPM). Adapun sebaran

38
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

capaiannya di kabupaten/kota dapat dilihat pada Tabel


4.5.
Tabel 4.5. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
Tahun 2009-2010 (Banten Dalam Angka, 2014)
TAHUN
NO KABUPATEN/KOTA
2009 2010
Kabupaten:
1 Pandeglang 67,99 68,29
2 Lebak 67,45 67,67
3 Tangerang 71,45 71,76
4 Serang 68,27 68,67
Kota:
5 Tangerang 74,89 75,17
6 Cilegon 74,99 75,29
7 Serang 69,99 70,61
8 Tangerang Selatan 75,01 75,38
Provinsi Banten 70,06 70,48

Gambar 4.5. Grafik Perkembangan Tingkat IPM di


Provinsi Banten Tahun 2006-2010 (Banten Dalam
Angka, 2012)
Kondisi penduduk miskin (penduduk yang berada
dibawah garis kemiskinan) berdasarkan Berita Resmi
Statistik BPS Provinsi Banten Januari 2012, sampai
dengan September 2011 tercatat sebanyak 690.874 Tabel.4.11. Pendapatan Daerah Regional Bruto
jiwa (6,26%), sedangkan pada Maret 2011 tercatat (PDRB) Propinsi Banten Tahun 2004-2013 (Banten
sebanyak 690.490 jiwa (6,32 persen). dalam angka 2008, 2012)

PDRB
Tahun
(dalam juta rupiah)

2004 54,880,406,500
2005 58,106,948,220
2006 61,341,658,640
2007 65,046,775,770
2008 69,086,186,760
Gambar 4.6. Grafik Penduduk Miskin Menurut 2009 73,797,866,750
Daerah Maret-September 2011 (Banten Dalam
2010 78,830,881,262
Angka, 2012)
4.2. Pengaruh Telekomunikasi Terhadap 2011 84,262,328,981
Pertumbuhan Ekonomi 2012 90,228,101,873
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah diukur dengan
2013 95,822,244,189
menggunakan data produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), unsur-unsur Produk Domestik Regional Variabel dependen (variabel terikat) adalah
Bruto (PDRB) Provinsi Banten terdiri dari: variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pengamatan.
2. Perbangan dan penggalian Variabel independen (variabel bebas) adalah
3. Industri pengolahan variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam
4. Listrik, gas dan air bersih variabel dependen dan mempunyai pengaruh positif
5. Konstruksi atau negatif bagi variabel dependen lainnya.
6. Perdagangan, hotel dan restoran Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah
7. Pengangkutan dan komunikasi komunikasi dan sebagai variable terikat (Y) adalah
8. Keuangan, real estate, dan jasa perusahaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
9. Jasa-jasa Metode analisi data yang digunakan dalam
Secara rinci PDRB Provinsi Banten diuraikan penelitian adalah metode statistik yang menggunakan
dalam Tabel 4.10 berikut: persamaan Koefisien Determinasi (R2). Koefisien

39
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh Dari tabel model summary di atas di ketahui
kemampuan model dalam menerangkan variabel hubungan/korelasi antara Telekomunikasi dengan
independen. Artinya semakin besar nilai R2, maka PDRB yaitu sebesar R= 0.997, sedangkan Koefisien
akan semakin baik model regresi dengan data yang determinasi (R2)= 0,993 yaitu bahwa pengaruh
ada, sehingga semakin tepat model ini bisa digunakan Telekomunikasi terhadap PDRB adalah sebesar
untuk menjelaskan variabel dependen oleh variabel 99,3% sisanya yaitu 0,7% di pengaruhi oleh faktor
independen (Yolanda, 2009). lain.
Tabel 4.12. Pertumbuhan PDRB dan sektor Koefisien determinasi disesuaikan = 0,992
Komunikasi di Propinsi Banten Berdasarkan hasil analisis diatas, menunjukan
bahwa pengaruh Komunikasi terhadap PDRB
Provinsi Banten sangat signifikan, sehingga sesuai
PDRB Komunikasi
Tahun dengan tujuan penelitian ini kemudian di lakukan
(milyar Rp) (milyar Rp)
analisa selanjutnya.
4.3. Analisa Regresi Infrastruktur
a b Telekomunikasi Selular Terhadap
2004 54,880,406.50 796.78 Perekonomian Daerah (PDRB)
Secara umum model data time series yang
2005 58,106,948.20 885.30
digunakan terhadap perekonomian Provinsi Banten
2006 61,341,658.64 946.60 (PDRB) memberikan hasil yang cukup baik secara
2007 65,046,775.77 1036.76 teori ekonomi, hal ini dapat dilihat tanpa koefisien
arah dan besarnya bersesuaian dengan teori
2008 69,086,186.76 1178.45
pertumbuhan ekonomi.
2009 73,797,866.75 1358.80 Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin
2010 78,830,881.26 1562.88 dicapai, maka pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Least Square untuk
2011 84,262,328.98 1752.84
pengolahan data time series. Dengan pendekatan ini
2012 90,228,101.87 1987.76 akan diperoleh sebarapa besar kontribusi industri
2013 95,822,244.18 2204.68 telekomunikasi selular terhadap perekonomian
Provinsi Banten (PDRB) periode kwartal 2004-2013.
Sumber Banten dalam angka 2012 yang sudah di olah
Melalui metode Least Square untuk pengolahan data
Dengan menggunakan metode korelasi dengan
time series dapat dilakukan dengan pertimbangan
aplikasi SPSS 20, maka dapat dilihat hasilnya seperti
tujuan analisis, dimana dalam penelitian ini juga akan
table dibawah ini:
melihat tingkat kontribusi industri telekomunikasi
Tabel 4.13. Pengolahan data statistik
Correlations
selular terhadap perekonomian Provinsi Banten
(PDRB).
PDR TELEKU Apabila kita memperhatikan komposisi pelanggan
B MUNIKA
SI
serta teledensitas yang telah dibahas sebelumnya
jaringan tetap dan seluler untuk kurun waktu 2004 –
Pearson Correlation 1 .997** 2013 telah sangat didominasi oleh seluler. Sebagai
PDRB Sig. (2-tailed) .000 reaksi dari pertumbuhan pelanggan yang tinggi serta
N 10 10 dalam rangka melakukan penyebaran layanan
Pearson Correlation .997** 1 telekomuniksi ke seluruh wilayah Indonesia, para
TELEKUM operator dituntut untuk menyediakan infrastruktur
UNIKASI Sig. (2-tailed) .000
N 10 10 telekomunikasi khususnya seluler yang dapat
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). melayani kebutuhan seluruh masyarakat termasuk di
wilayah pedesaaan atau terpencil. ini.
Descriptive Statistics
PDRB dan jumlah BTS dibandingkan untuk dapat
Mean Std. Deviation N melihat kondisi pergerakan tingkat perekonomian
PDRB 73140339.8910 13918622.56035 10 Provinsi Banten dibandingkan dengan pergerakan
TELEKUM tingkat sebaran layanan telekomunikasi di Banten
1371.0850 489.07214 10
UNIKASI sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 4.14 berikut ini:
Dari tabel Correlations dapat di jelaskan bahwa Tabel 4.14. Perbandingan PDRB dan jumlah BTS
hubungan antara PDRB dan Telekomunikasi terdapat pertumbuhan masing-masing
hubungan dua arah yang saling mempengaruhi.
Model Summary

Mode R R Adjuste Std. Error of the


l Squar dR Estimate
Di Banten tahun 2004-2013
e Square (%) (%)
PDRB Jumlah
Tahun Pertum Pertum
(Milyar Rp) BTS
buhan buhan
1 .997a .993 .992 1208391.01432
2004 54,880,406,500 1.81 1350 2.97
a. Predictors: (Constant), TELEKUMUNIKASI
b. Dependent Variable: PDRB III WULAN 2 55,646,694,000 1.39 1398 3.43

40
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

III WULAN 3 57,226,541,720 2.84 1453 3.78 ini di wakili oleh jumlah BTS dengan pertumbuhan
ekonomi daerah (PDRB) di gunakan aplikasi SPSS
2005 58,106,948,220 1.67 1498 3.00
20.
III WULAN 2 59,094,253,160 1.67 1561 4.03 Tabel 4.15. Efek variabel dan hasil regresi pada model
III WULAN 3 60,186,463,700 1.81 1621 3.70 kontribusi industri telekomunikasi selular terhadap
perekonomian Provinsi Banten
1686 3.86
2006 61,341,658,640 1.88 Variables Entered/Removeda
III WULAN 2 62,548,245,540 1.93 1776 5.06 Mode Variables Variables
Method
l Entered Removed
III WULAN 3 63,967,345,680 2.22 1874 5.22
1 BTSb . Enter
2007 65,046,775,770 1.66 1928 2.80
a. Dependent Variable: PDRB
III WULAN 2 67,945,231,320 4.26 2020 4.55 b. All requested variables entered.
2127 5.00 Dengan melihat dari olah data di Tabel 4.14,
III WULAN 3 68,243,765,540 0.44
dalam hal ini variable yang dimasukan adalah BTS
2008 69,086,186,760 3.43 2192 2.96 sebagai predictor dengan menggunakan metoda Enter
III WULAN 2 71,545,674,870 3.43 2304 4.86 variabel yang dimasukan yaitu BTS, sedang variabel
2397 3.87
yang di keluarkan tidak ada (variables removed tidak
III WULAN 3 72,431,354,000 1.22
ada).
2009 73,797,866,750 1.85 2475 3.15 ANOVAa
III WULAN 2 74,997,564,366 1.60 2599 4.77 Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
III WULAN 3 76,868,078,705 2.43 2735 4.97
Regression .536 1 .536 .978 .331b
2010 78,830,881,262 2.49 2806 2.53 Residual 15.340 28 .548
Total 15.875 29
III WULAN 2 80,576,765,499 2.17 2952 4.94
a. Dependent Variable: PDRB
III WULAN 3 82,768,683,320 2.64 3146 6.16
b. Predictors: (Constant), BTS
2011 84,262,328,981 1.77 3213 2.08 Dari table ANOVAa juga diketahui F hitung =
3380 4.94 0.978 dengan tingkat signifikansi/probabilitas 0.331 >
III WULAN 2 86,657,356,765 2.76
0.05, maka model regresi dapat dipakai untuk
III WULAN 3 88,467,896,900 2.04 3552 4.84
memprediksi variable PDRB.
2012 90,228,101,873 1.95 3677 3.39 Coefficientsa
III WULAN 2 91,879,365,874 1.79 3856 4.64
Unstandardize Standardized
III WULAN 3 93,964,867,546 2.22 4045 4.67 d Coefficients Coefficients
Model t Sig.
2013 95,822,244,189 1.94 4141 2.31 Std.
B Beta
4321 4.16 Error
III WULAN 2 97,875,643,647 2.16
(Constant) 1.558 .556 2.800 .009
III WULAN 3 99,132,337,654 1.27 4458 3.07 1
BTS .134 .135 .184 .989 .331
Sumber: Banten dalam angka tahun 2008 – 2012
a. Dependent Variable: PDRB
dari table Coefficienta bisa di jelaskan bahwa
kolom B Constant (a) adalah sebesar 1.558, sedang
BTS (b) adalah 0.134, sehingga persamaan regresinya
dapat di tulis:
Y= a + bX atau 1.558 + 0.134X
Artinya : koefisien sebesar 0,134 menunjukan bahwa
infrastruktur dari industri telekomunikasi selular
mempunyai kontribusi positif terhadap PDRB
Gambar 4.10. Perbandingan PDRB dan BTS dengan Provinsi Banten dengan elastisitas sebasar 0.134.
Pertumbuhanya Dengan demikian setiap penambahan sebesar 1 %
Dari Tabel 4.14 diatas mengindikasikan adanya infrastruktur dari industri telekomunikasi selular
hubungan positif dan searah antara PDRB dengan (BTS), maka akan meningkatkan ekonomi Provinsi
jumlah BTS, kenaikan prosentase pertumbuhan Banten (PDRB) sebesar 0.134%.
PDRB tertinggi berada pada triwulan ke dua pada dari hasil ini mengindikasikan bahwa pengaruh
tahun 2007, begitupula kenaikan prosentase infrastruktur telekomunikasi (khususnya selular)
pertumbuhan pembangunan BTS juga berada pada terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Banten
triwulan ke dua pada tahun yang sama, akan tetapi masih sangat jauh bila di bandingkan dengan survai
rata-rata secara umum kenaikan prosentase ITU, hal ini di mungkinkan penggunaan sarana
pertumbuhan pembangunan BTS lebih besar di telekomunikasi hanya sebatas sebagai sarana
banding dengan kenaikan prosentase pertumbuhan komunikasi saja belum di pergunakan sebagai sarana
ekonomi daerah (PDRB). untuk memperlancar hubungan yang mengarah
Untuk melihat hasil regresi linear pengaruh kepada kegiatan ekonomi, juga di mungkinkan
pertumbuhan infrastruktur telekomunikasi dalam hal rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di propinsi

41
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733

Banten sehingga belum mampu mengoptimalkan [7] David Oladipo Olalekan (2013), The Effect of
sarana telekomunikasi yang sudah ada. Investment in Telecommunication on Economic
Growth: Evidence Form Nigeria, International
V. KESIMPULAN DAN SARAN Journal of Advancements in Research &
5.1. Kesimpulan Technology, Volume 2, British.
Dari hasil pembahasan dan analisis data-data dapat [8] Ding and Haynes (2006), The Role of
memberikan kesimpulan: Telecomunications Infrastrukture in Regional
1. Pertumbuhan Telekomunikasi dan PDRB di Economic Growth in China, Australasian
propinsi Banten menunjukan adanya hubungan Journal of Regional Studies, Vol. 12, No. 3
yang signifikan, hal ini di tunjukan dengan hasil [9] Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
pengujian dengan metode determinasi(R2) yaitu (2013), Kementerian Kominfo. Data Statistik
sebesar : 0.993 Semester I, Jakarta.
2. Setelah diadakan pengujian hubungan antara [10] Greenstein, S. and Spiller, P. (1995). Modern
infrastruktur telekomunikasi dalam hal ini di Telecommunications Infrastructure and
wakili oleh BTS terhadap Pertumbuhan PDRB Economic Activity: An Empirical Investigation,
Banten mengindikasikan bahwa setiap Industrial and Corporate Change 4(4): 647–665
peningkatan 1% BTS maka akan memberikan [11] International Telecommunications Union, ICT
konstribusi terhadap kenaikan PDRB di propinsi Statistics 2005
Banten sebesar 0.134%. [12] Kawaljeet Kaur & Neena Malhotra (2014),
5.2. Saran Telecomunications and Economic Growt in
Dari penelitian ini perlu disampaikan beberapa India: International Journal of Research in
hal yaitu: Business Management,India.
1. Penggunaan sarana telekomunikasi hanya sebatas [13] Laporan Tahunan Operator Telekomunikasi
sebagai sarana komunikasi saja belum melalui website masing-masing operator.
dipergunakan sebagai sarana untuk memperlancar [14] Martin chege wainaina (2012),
hubungan yang mengarah kepada kegiatan Telecomunication Infrastructure and Economic
ekonomi, sehingga pemerintah perlu mendorong Growth: A Case of Sub-Saharan South Africa
dan memberikan kesempatan yang besar melalui (1988-2010), Faculty Economic of Kenyatta
regulasi daerah untuk dapat melakukan University, Kenya.
penambahan infrastruktur kepada penyelenggara [15] Nachrowi D Nachrowi. dan Hardius Usman
telekomunikasi terutama di daerah pinggiran dan (2006). Pendekatan Populer dan Praktis
pedalaman yang belum dibangun BTS. Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan
2. Penelitian ini mengambil waktu hanya 10 th Keuangan, LP FEUI, Jakarta.
sehingga keakuratan hasil penelitian akan lebih [16] Richard Cebula and Nate Herder (2009), Recent
baik jika ada penambahan waktu yang cukup Evidence on Residential Electricity Consumption
lama, dalam hal ini penulis perlu sampaikan Determinants: A Panel Two-Stage Least Squares
sebagai saran khususnya di propinsi banten Analysis, 2001-2005, Jacksonville University,
karena untuk telekomunikasi dan informasi masih Armstrong Atlantic State University
dalam satu atap dengan dinas perhubungan yaitu [17] Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad
untuk dapat menetapkan standarisasi pelaporan Firdaus (2009), Pengaruh Infrastruktur pada
terhadap para penyelenggara telekomunikasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia,
juga waktu pelaporannya yang dibuat agak pendek Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
misalnya per triwulan. dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
VI. DAFTAR PUSTAKA [18] R¨oller, L. and Waverman, L. (2001).
[1] Abdi, Zainal.(2006) Industri Telekomunikasi: Telecommunications Infrastructure and
Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi danKemajuan Economic Development: A Simultaneous
Bangsa, Jakarta, LP FEUI Approach, American Economic Review 91(4):
[2] Alleman, James etc (2003), Telecommunications 909–923
and Economic Development:Empirical Evidence [19] Setiawan (2011), Kontribusi Industri
from Southern Africa, International Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan
Telecommunications Society, Sydney Ekonomi, FE-UI, Jakarta
[3] Amitava Dutta (2001), Telecommunications and
Economic Activity: An Analysis of Granger
Causality
[4] Azlima Azmi Fatimah Said (2007), Sumbangan
Infrastruktur Telekomunikasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Malaysia, IJMS 14 (1),
143-166.
[5] Banten dalam angka 2008, 2012
[6] Datta, A. and Agarwal, S. (2004).
Telecomunications and Economic Growth: A
Panel Data Approach, Applied Economics
36(15): 1649–1654.
42

You might also like