Professional Documents
Culture Documents
Abstract - Telecommunications today is one very important thing in life, communication services is perceived by
society. Selullar role of communications technology in particular has a positive impact on the improvement of
economic income people, this happens in Banten province as a province of the capital buffer beloved country. In
this study will be analyzed is there a significant relationship between Telecommunications infrastructure for
economic growth areas in Metro Manila and also want to know how big the impact, telecommunications
infrastructure represented by a mobile phone that is the number of BTS (Base transciever Station) and economic
growth represented by GDP (Gross Regional Regional Income), to be able to know the purpose of this study
used methods of early determination and proceed with Least Square Regression method to get the value of the
amount of Telecommunications Infrastructure influence on economic pertubuhan in Banten. In the hope of this
study will be made as a recommendation to the local government in order to provide the rules or policies of the
telecommunications sector in order to be useful for society optimally and uniformly across the province of
Banten. By sampling data from years 2004 -2013 or 10 years is found that: Telecommunications and GDP
growth in Banten province showed a significant relationship, it is shown by the test results with the method of
determination (R2) is equal to: 0.993. Having held testing the relationship between telecommunications
infrastructure in this case represented by the BTS to GDP growth in Banten in getting a regression value of
0.134% means that it indicates that every increase of 1% BTS will contribute to the increase of GDP by 0.134%.
33
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733
periode 14 tahun sejak 1980-1992. Dalam hal ini TELP= Harga Layanan Telepon
terbukti dampak positif dan signifikan antara WL = Antrian (Waiting List) yang akan memasang
sektor telekomunikasi dalam pertumbuhan jaringan telepon tetap
ekonomi. TTI = Investasi riil infrastruktur telekomunikasi
d. Collin (2003), menitik beratkan pentingnya GD = Defisit Pemerintah
Teknologi Komunikasi dan Informatika (TIK) dan GA = Luas Geografis suatu negara
menjelaskan adanya hambatan dalam akses yang USCAN = Dummy variabel untuk Amerika
universal. Serikat dan Kanada
Studi-studi tersebut hanya menyelidiki hubungan Persamaan 1 mengestimasikan hubungan satu arah
antara telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi antara pertumbuhan telekomunikasi serta faktor
tanpa memperhatikan arah dari hubungan tersebut, Sumber Daya Manusia terhadap pertumbuhan
apakah satu arah ataupun hubungan dua arah. ekonomi.Persamaan 2 mengestimasikan
2.3. Studi literatur mengenai hubungan sebab permintaan terhadap Infrastruktur telekomunikasi
akibat (causal relationship) antara merupakan fungsi dari harga layanan telepon dan
infrastruktur telekomunikasi dan PDB.Persamaan 3 mengestimasikan investasi
pertumbuhan ekonomi infrastruktur telekomunikasi merupakan fungsi
Studi lain telah menggunakan model struktural Harga Layanan Telepon dan faktor eksogenus
untuk mengestimasi tingkat signifikan hubungan yang mempengaruhi penawaran.Persamaan 4
telekomunikasi terhadap pertumbuhan ekonomi menunjukkan hubungan antara investasi
dengan mengatur determinan penting pertumbuhan. infrastruktur telekomunikasi dan perubahan
Pada umumnya studi-studi tersebut menemukan infrastruktur telekomunikasi itu sendiri.
bahwa”investasi infrastruktur telekomunikasi b. Amitava Dutta (2001) menemukan bukti bahwa
merupakan salah satu faktor yang signifikan kausalitas yang berasal dari infrastruktur
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, telekomunikasi kepada kegiatan ekonomi
dibandingkan dengan faktor lainnya seperti gross memiliki hubungan yang lebih kuat dibandingkan
fixed investment, pendidikan, energi, dan jaringan arah sebaliknya. Pola ini berlaku di 15 Negara
transportasi. Peneliti yang telah melakukan penelitian Industri dan 15 negara berkembang.
ini antara lain: c. Ding and Haynes (2006), menginvestigasi peran
a. Röller and Waverman, 2001; Lars-Hendrik infrastruktur telekomunikasi terhadap
Röller dan Leonard. pertumbuhan jangka panjang di Cina dengan
Waverman**Telecommunications Infrastructure mengambil sampel 29 wilayah di Cina untuk
and Economic Development: A Simultaneous periode 1986-2002, dengan menggunakan model:
Approach secara empiris mempelajari bahwa GRTH it =ά + ή + β1 GRTH i, t-1 + β2 Ln (GDP)
investasi telekomunikasi mendorong i, t-1 + β3 POP it + β4 INVit+ β5TELit+ ut,
pertumbuhan, mengestimasi model struktural yang Dimana:
mengendogenisasi investasi telekomunikasi, data GRTH it = tingkat pertumbuhan ekonomi PDB per
didapat dari 21 negara OECD dalam waktu 20 kapita
tahun. Hasilnya menunjukkan adanya hubungan GRTH i, t-1 = lag tingkat pertumbuhan ekonomi
positif dan signifikan antara investasi PDB per kapita
telekomunikasi dan pertumbuhan ekonomi. Model GDP i, t-1 = lagged PDB per kapita
diestimaskan sebagai model yang dihasilkan POP = tingkat pertumbuha populasi
(endogenized) investasi telekomunikasi dengan INV =komposisi investasi PDB
menspesifikasikan model mikro dari penawaran TEL =teledensitas
(supply) dan permintaan (demand) investasi Hasil menunjukkan adanya dampak positif dan
telekomunikasi. signifikan dari teledensitas dan presentase
Model yang digunakan oleh Roller dan Waverman investasi sektor telekomunikasi dalam PDB
adalah: terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari hasil
Log(GDPit) = a0i+ a1 log(Kit) + a2 log (TLFit) + penelitian yang telah dilakukan tersebut, walaupun
a3PENit + a4t + _1 it(1’) pengembangan telekomunikasi telah ditemukan
PENit + WLit = b0 + b1 log (GDPit) + b2 log sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi
(TELPit) + _2 it (2’) pertumbuhan ekonomi, akan tetapi tingkat
Log (TTIit) = c0 + c1 log (GAit) + c2GDit + c3 kontribusinya beragam antara satu Negara dengan
(1-USCAN).WLit (3’) yang lainnya sesuai tingkat pembangunannya.
+ c4 (1 – USCAN)log(TELPit) + Misalnya: Röller and Waverman (1996, 2001),
c5USCAN.log(TELP) + _3it menerangkan dampak investasi infrastruktur
PENit – PENi,t-1 = d0 + d1log(TTIi,t-1) + telekomunikasi terhadap PDB di 21 negara dan 14
d2log(GA) _4it (4’) negara berkembang dan non OECD untuk periode
Dimana: GDP = PDB 1970 sampai dengan 1990 dan bahwa dampaknya
K = Real Capital Stock tidaklah linier. Menurut Alleman dkk (2003)
TLF = Total Angkatan Kerja sebagai proxi investasi infrastruktur akan memberikan dampak
Kualitas Sumber Daya Manusia positif terhadap ekonomi melalui 3 cara, yaitu: (1)
PEN = Teledensitas sebagai proxy dari infrastruktur akan mengurangi biaya produksi, (2)
infrastruktur telekomunikasi infrastruktur akan meningkatkan pendapatan, dan
36
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733
(3) akan meningkatkan kesempatan kerja sebagai (BTS). Jumlah BTS dalam industri telekomunikasi
dampak langsung maupun tidak langsung. dihitung berdasarkan jumlah BTS yang dimiliki setiap
Mayoritas dari penelitian tersebut menemukan, operator selular. Jumlah BTS dalam industri
hal-hal sebagai berikut: telekomunikasi dihitung berdasarkan jumlah BTS
1. Kecenderungan hubungan antara teledensitas dan yang dimanfaatkan operator selular adalah
PDB. Apakah tingkat melaksanakan layanan (Setiawan, 2009).
pertumbuhan ekonomi suatu negara yang memberikan 3.3. Persamaan Koefisien Determinasi (R2)
dampak terhadap teledensitas ataukah teledensitas Pengujian koefisien determinasi (R2) pada intinya
yang memberikan pengaruh kepada adalah untuk mengukur kemampuan model dalam
tingkatperekonomian suatu negara tersebut menerangkan variasi variabel dependen.Koefisien
2. Adanya Korelasi positif antara telekomunikasi determinasi berkisar dari nol sampai dengan satu
dan pertumbuhan ekonomi. (0≤R≤1). Hal ini berarti bila R2=0 menunjukan tidak
2.4. State of the art penelitian sebelumnya adanya pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen, bila R2 semakin besar mendekati
satu menunjukan semakin kuatnya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen dan bila R2
semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan
semakin kecilnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen, semakin besar nilai R 2,
maka akan semakin baik model regresi dengan data
yang ada, sehingga semakin tepat model ini bisa
digunakan untuk menjelaskan variabel dependen oleh
variabel independen (Yolanda, 2009). Untuk mencari
r, menggunakan rumus:
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan pengaruh industri
telekomunikasi yang terdiri dari infrastruktur
(infrastructure). Dalam penelitian ini, sebagai objek
penelitian adalah industri telekomunikasi seluler
terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi Banten.
3.2. Variabel
Biaya operasional/belanja pada industri
telekomunikasi selular mempunyai kontribusi besar
terhadap perekonomian negara karena semakin besar Variabel x : PDRB Banten, sedang
biaya produksi telekomunikasi selular, maka semakin Variabel y : nilai sektor Telekomunikasi
besar juga peredaran uang pada sektor telekomunikasi Setelah di dapatkan nilai R, maka dari persamaan
(Setiawan, 2009). tadi akan di dapat pula sebuah angka koefisien
Total biaya produksi telekomunikasi selular determinasi yang besarnya adalah: R2 , sehingga juga
merupakan penjumlahan dari ketiga perusahaan akan di dapat nilai koefisien determinasi disesuaikan
telekomunikasi selular yang dirumuskan sebagai (adjustment):
berikut:
P(1 R 2 )
EXP_T=EXT_1+EXP_2+EXP_3 Radj R2
Dimana: N P 1
EXP_T = Total expenditure industri telekomunikasi 3.4. Metode Least Square (LS)
selular Metode LS adalah analisa regresi dan korelasi
EXP_1 = Total expenditure PT. X untuk mempelajari pola dan mengukur hubungan
EXP_2 = Total expenditure PT. Y statistik antara dua atau lebih variabel. Analisa ini
EXP_3 = Total expenditure PT. Z akan memberikan hasil apakah antara variabel-
3.2.1. Variabel Infrastruktur variabel yang sedang diteliti atau sedang dianalisis
Disamping infrastruktur berperan cukup menonjol terdapat hubungan, baik saling berhubungan, saling
dalam pertumbuhan ekonomi, pada beberapa studi mempengaruhi dan sebarapa besar tingkat
menyatakan manfaat infrastruktur yang lain seperti hubungannya.
infrastruktur membantu rakyat miskin pada daerah Untuk menganalisis hubungan antara infrastuktur
terbelakang untuk dapat berhubungan dengan pusat telekomunikasi terdapat pertumbuhan ekonomi di
aktivitas ekonomi. Akses yang ditimbulkan Provinsi Banten, metode berikut:
infrastruktur dapat meningkatkan nilai dari aset Y a b(X )
penduduk miskin. Pembangunan infrastruktur dapat Dimana:
mempengaruhi human capital dampak pada dari a = kostanta
rakyat miskin, menciptakan kesempatan kerja dan b = koefisien regresi
prospek pendapatan yang lebih baik (Setiawan, 2009). Y = variabel dependen (pertumbuhan ekonomi)
Pada industri telekomunikasi selular, infrastuktur X = variabel independen (infrastruktur
diukur berdasarkan jumlah Base Transmiter Station telekomunikasi)
37
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733
Rumusan a dan b digunakan metode Least Square tiga tahun terakhir untuk setiap kabupaten/kota dapat
berikut: dilihat
Y b X Tabel 4.3. Capaian LPE Kabupaten/Kota di Provinsi
a
n Banten Tahun 2009-2011 (Banten Dalam Angka,
n XY X. Y 2012)
b 2
n X2 X NO KABUPATEN/KOTA
CAPAIAN
2009 2010 2011
3.5. Lokasi Penelitian Kabupaten :
1 Pandeglang 4,21 6,77 6,81
Penelitian dilakukan di Banten dengan 2 Lebak 4,10 4,15 4,30
mengambil data sejak tahun 2004 sampai dengan 3
4
Tangerang
Serang
4,41
3,18
6,71
3,87
6,41
3,96
2013. Penelitian ini hanya terdiri dari data tahun 2004 Kota :
38
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733
PDRB
Tahun
(dalam juta rupiah)
2004 54,880,406,500
2005 58,106,948,220
2006 61,341,658,640
2007 65,046,775,770
2008 69,086,186,760
Gambar 4.6. Grafik Penduduk Miskin Menurut 2009 73,797,866,750
Daerah Maret-September 2011 (Banten Dalam
2010 78,830,881,262
Angka, 2012)
4.2. Pengaruh Telekomunikasi Terhadap 2011 84,262,328,981
Pertumbuhan Ekonomi 2012 90,228,101,873
Pertumbuhan ekonomi suatu daerah diukur dengan
2013 95,822,244,189
menggunakan data produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), unsur-unsur Produk Domestik Regional Variabel dependen (variabel terikat) adalah
Bruto (PDRB) Provinsi Banten terdiri dari: variabel yang menjadi perhatian utama dalam sebuah
1. Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pengamatan.
2. Perbangan dan penggalian Variabel independen (variabel bebas) adalah
3. Industri pengolahan variabel yang dapat mempengaruhi perubahan dalam
4. Listrik, gas dan air bersih variabel dependen dan mempunyai pengaruh positif
5. Konstruksi atau negatif bagi variabel dependen lainnya.
6. Perdagangan, hotel dan restoran Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah
7. Pengangkutan dan komunikasi komunikasi dan sebagai variable terikat (Y) adalah
8. Keuangan, real estate, dan jasa perusahaan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
9. Jasa-jasa Metode analisi data yang digunakan dalam
Secara rinci PDRB Provinsi Banten diuraikan penelitian adalah metode statistik yang menggunakan
dalam Tabel 4.10 berikut: persamaan Koefisien Determinasi (R2). Koefisien
39
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733
Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh Dari tabel model summary di atas di ketahui
kemampuan model dalam menerangkan variabel hubungan/korelasi antara Telekomunikasi dengan
independen. Artinya semakin besar nilai R2, maka PDRB yaitu sebesar R= 0.997, sedangkan Koefisien
akan semakin baik model regresi dengan data yang determinasi (R2)= 0,993 yaitu bahwa pengaruh
ada, sehingga semakin tepat model ini bisa digunakan Telekomunikasi terhadap PDRB adalah sebesar
untuk menjelaskan variabel dependen oleh variabel 99,3% sisanya yaitu 0,7% di pengaruhi oleh faktor
independen (Yolanda, 2009). lain.
Tabel 4.12. Pertumbuhan PDRB dan sektor Koefisien determinasi disesuaikan = 0,992
Komunikasi di Propinsi Banten Berdasarkan hasil analisis diatas, menunjukan
bahwa pengaruh Komunikasi terhadap PDRB
Provinsi Banten sangat signifikan, sehingga sesuai
PDRB Komunikasi
Tahun dengan tujuan penelitian ini kemudian di lakukan
(milyar Rp) (milyar Rp)
analisa selanjutnya.
4.3. Analisa Regresi Infrastruktur
a b Telekomunikasi Selular Terhadap
2004 54,880,406.50 796.78 Perekonomian Daerah (PDRB)
Secara umum model data time series yang
2005 58,106,948.20 885.30
digunakan terhadap perekonomian Provinsi Banten
2006 61,341,658.64 946.60 (PDRB) memberikan hasil yang cukup baik secara
2007 65,046,775.77 1036.76 teori ekonomi, hal ini dapat dilihat tanpa koefisien
arah dan besarnya bersesuaian dengan teori
2008 69,086,186.76 1178.45
pertumbuhan ekonomi.
2009 73,797,866.75 1358.80 Sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin
2010 78,830,881.26 1562.88 dicapai, maka pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode Least Square untuk
2011 84,262,328.98 1752.84
pengolahan data time series. Dengan pendekatan ini
2012 90,228,101.87 1987.76 akan diperoleh sebarapa besar kontribusi industri
2013 95,822,244.18 2204.68 telekomunikasi selular terhadap perekonomian
Provinsi Banten (PDRB) periode kwartal 2004-2013.
Sumber Banten dalam angka 2012 yang sudah di olah
Melalui metode Least Square untuk pengolahan data
Dengan menggunakan metode korelasi dengan
time series dapat dilakukan dengan pertimbangan
aplikasi SPSS 20, maka dapat dilihat hasilnya seperti
tujuan analisis, dimana dalam penelitian ini juga akan
table dibawah ini:
melihat tingkat kontribusi industri telekomunikasi
Tabel 4.13. Pengolahan data statistik
Correlations
selular terhadap perekonomian Provinsi Banten
(PDRB).
PDR TELEKU Apabila kita memperhatikan komposisi pelanggan
B MUNIKA
SI
serta teledensitas yang telah dibahas sebelumnya
jaringan tetap dan seluler untuk kurun waktu 2004 –
Pearson Correlation 1 .997** 2013 telah sangat didominasi oleh seluler. Sebagai
PDRB Sig. (2-tailed) .000 reaksi dari pertumbuhan pelanggan yang tinggi serta
N 10 10 dalam rangka melakukan penyebaran layanan
Pearson Correlation .997** 1 telekomuniksi ke seluruh wilayah Indonesia, para
TELEKUM operator dituntut untuk menyediakan infrastruktur
UNIKASI Sig. (2-tailed) .000
N 10 10 telekomunikasi khususnya seluler yang dapat
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). melayani kebutuhan seluruh masyarakat termasuk di
wilayah pedesaaan atau terpencil. ini.
Descriptive Statistics
PDRB dan jumlah BTS dibandingkan untuk dapat
Mean Std. Deviation N melihat kondisi pergerakan tingkat perekonomian
PDRB 73140339.8910 13918622.56035 10 Provinsi Banten dibandingkan dengan pergerakan
TELEKUM tingkat sebaran layanan telekomunikasi di Banten
1371.0850 489.07214 10
UNIKASI sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 4.14 berikut ini:
Dari tabel Correlations dapat di jelaskan bahwa Tabel 4.14. Perbandingan PDRB dan jumlah BTS
hubungan antara PDRB dan Telekomunikasi terdapat pertumbuhan masing-masing
hubungan dua arah yang saling mempengaruhi.
Model Summary
40
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733
III WULAN 3 57,226,541,720 2.84 1453 3.78 ini di wakili oleh jumlah BTS dengan pertumbuhan
ekonomi daerah (PDRB) di gunakan aplikasi SPSS
2005 58,106,948,220 1.67 1498 3.00
20.
III WULAN 2 59,094,253,160 1.67 1561 4.03 Tabel 4.15. Efek variabel dan hasil regresi pada model
III WULAN 3 60,186,463,700 1.81 1621 3.70 kontribusi industri telekomunikasi selular terhadap
perekonomian Provinsi Banten
1686 3.86
2006 61,341,658,640 1.88 Variables Entered/Removeda
III WULAN 2 62,548,245,540 1.93 1776 5.06 Mode Variables Variables
Method
l Entered Removed
III WULAN 3 63,967,345,680 2.22 1874 5.22
1 BTSb . Enter
2007 65,046,775,770 1.66 1928 2.80
a. Dependent Variable: PDRB
III WULAN 2 67,945,231,320 4.26 2020 4.55 b. All requested variables entered.
2127 5.00 Dengan melihat dari olah data di Tabel 4.14,
III WULAN 3 68,243,765,540 0.44
dalam hal ini variable yang dimasukan adalah BTS
2008 69,086,186,760 3.43 2192 2.96 sebagai predictor dengan menggunakan metoda Enter
III WULAN 2 71,545,674,870 3.43 2304 4.86 variabel yang dimasukan yaitu BTS, sedang variabel
2397 3.87
yang di keluarkan tidak ada (variables removed tidak
III WULAN 3 72,431,354,000 1.22
ada).
2009 73,797,866,750 1.85 2475 3.15 ANOVAa
III WULAN 2 74,997,564,366 1.60 2599 4.77 Sum of Mean
Model df F Sig.
Squares Square
III WULAN 3 76,868,078,705 2.43 2735 4.97
Regression .536 1 .536 .978 .331b
2010 78,830,881,262 2.49 2806 2.53 Residual 15.340 28 .548
Total 15.875 29
III WULAN 2 80,576,765,499 2.17 2952 4.94
a. Dependent Variable: PDRB
III WULAN 3 82,768,683,320 2.64 3146 6.16
b. Predictors: (Constant), BTS
2011 84,262,328,981 1.77 3213 2.08 Dari table ANOVAa juga diketahui F hitung =
3380 4.94 0.978 dengan tingkat signifikansi/probabilitas 0.331 >
III WULAN 2 86,657,356,765 2.76
0.05, maka model regresi dapat dipakai untuk
III WULAN 3 88,467,896,900 2.04 3552 4.84
memprediksi variable PDRB.
2012 90,228,101,873 1.95 3677 3.39 Coefficientsa
III WULAN 2 91,879,365,874 1.79 3856 4.64
Unstandardize Standardized
III WULAN 3 93,964,867,546 2.22 4045 4.67 d Coefficients Coefficients
Model t Sig.
2013 95,822,244,189 1.94 4141 2.31 Std.
B Beta
4321 4.16 Error
III WULAN 2 97,875,643,647 2.16
(Constant) 1.558 .556 2.800 .009
III WULAN 3 99,132,337,654 1.27 4458 3.07 1
BTS .134 .135 .184 .989 .331
Sumber: Banten dalam angka tahun 2008 – 2012
a. Dependent Variable: PDRB
dari table Coefficienta bisa di jelaskan bahwa
kolom B Constant (a) adalah sebesar 1.558, sedang
BTS (b) adalah 0.134, sehingga persamaan regresinya
dapat di tulis:
Y= a + bX atau 1.558 + 0.134X
Artinya : koefisien sebesar 0,134 menunjukan bahwa
infrastruktur dari industri telekomunikasi selular
mempunyai kontribusi positif terhadap PDRB
Gambar 4.10. Perbandingan PDRB dan BTS dengan Provinsi Banten dengan elastisitas sebasar 0.134.
Pertumbuhanya Dengan demikian setiap penambahan sebesar 1 %
Dari Tabel 4.14 diatas mengindikasikan adanya infrastruktur dari industri telekomunikasi selular
hubungan positif dan searah antara PDRB dengan (BTS), maka akan meningkatkan ekonomi Provinsi
jumlah BTS, kenaikan prosentase pertumbuhan Banten (PDRB) sebesar 0.134%.
PDRB tertinggi berada pada triwulan ke dua pada dari hasil ini mengindikasikan bahwa pengaruh
tahun 2007, begitupula kenaikan prosentase infrastruktur telekomunikasi (khususnya selular)
pertumbuhan pembangunan BTS juga berada pada terhadap pertumbuhan ekonomi di provinsi Banten
triwulan ke dua pada tahun yang sama, akan tetapi masih sangat jauh bila di bandingkan dengan survai
rata-rata secara umum kenaikan prosentase ITU, hal ini di mungkinkan penggunaan sarana
pertumbuhan pembangunan BTS lebih besar di telekomunikasi hanya sebatas sebagai sarana
banding dengan kenaikan prosentase pertumbuhan komunikasi saja belum di pergunakan sebagai sarana
ekonomi daerah (PDRB). untuk memperlancar hubungan yang mengarah
Untuk melihat hasil regresi linear pengaruh kepada kegiatan ekonomi, juga di mungkinkan
pertumbuhan infrastruktur telekomunikasi dalam hal rendahnya Indeks Pembangunan Manusia di propinsi
41
Jurnal PROSISKO Vol. 3 No. 1 Maret 2016 ISSN: 2406-7733
Banten sehingga belum mampu mengoptimalkan [7] David Oladipo Olalekan (2013), The Effect of
sarana telekomunikasi yang sudah ada. Investment in Telecommunication on Economic
Growth: Evidence Form Nigeria, International
V. KESIMPULAN DAN SARAN Journal of Advancements in Research &
5.1. Kesimpulan Technology, Volume 2, British.
Dari hasil pembahasan dan analisis data-data dapat [8] Ding and Haynes (2006), The Role of
memberikan kesimpulan: Telecomunications Infrastrukture in Regional
1. Pertumbuhan Telekomunikasi dan PDRB di Economic Growth in China, Australasian
propinsi Banten menunjukan adanya hubungan Journal of Regional Studies, Vol. 12, No. 3
yang signifikan, hal ini di tunjukan dengan hasil [9] Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi
pengujian dengan metode determinasi(R2) yaitu (2013), Kementerian Kominfo. Data Statistik
sebesar : 0.993 Semester I, Jakarta.
2. Setelah diadakan pengujian hubungan antara [10] Greenstein, S. and Spiller, P. (1995). Modern
infrastruktur telekomunikasi dalam hal ini di Telecommunications Infrastructure and
wakili oleh BTS terhadap Pertumbuhan PDRB Economic Activity: An Empirical Investigation,
Banten mengindikasikan bahwa setiap Industrial and Corporate Change 4(4): 647–665
peningkatan 1% BTS maka akan memberikan [11] International Telecommunications Union, ICT
konstribusi terhadap kenaikan PDRB di propinsi Statistics 2005
Banten sebesar 0.134%. [12] Kawaljeet Kaur & Neena Malhotra (2014),
5.2. Saran Telecomunications and Economic Growt in
Dari penelitian ini perlu disampaikan beberapa India: International Journal of Research in
hal yaitu: Business Management,India.
1. Penggunaan sarana telekomunikasi hanya sebatas [13] Laporan Tahunan Operator Telekomunikasi
sebagai sarana komunikasi saja belum melalui website masing-masing operator.
dipergunakan sebagai sarana untuk memperlancar [14] Martin chege wainaina (2012),
hubungan yang mengarah kepada kegiatan Telecomunication Infrastructure and Economic
ekonomi, sehingga pemerintah perlu mendorong Growth: A Case of Sub-Saharan South Africa
dan memberikan kesempatan yang besar melalui (1988-2010), Faculty Economic of Kenyatta
regulasi daerah untuk dapat melakukan University, Kenya.
penambahan infrastruktur kepada penyelenggara [15] Nachrowi D Nachrowi. dan Hardius Usman
telekomunikasi terutama di daerah pinggiran dan (2006). Pendekatan Populer dan Praktis
pedalaman yang belum dibangun BTS. Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan
2. Penelitian ini mengambil waktu hanya 10 th Keuangan, LP FEUI, Jakarta.
sehingga keakuratan hasil penelitian akan lebih [16] Richard Cebula and Nate Herder (2009), Recent
baik jika ada penambahan waktu yang cukup Evidence on Residential Electricity Consumption
lama, dalam hal ini penulis perlu sampaikan Determinants: A Panel Two-Stage Least Squares
sebagai saran khususnya di propinsi banten Analysis, 2001-2005, Jacksonville University,
karena untuk telekomunikasi dan informasi masih Armstrong Atlantic State University
dalam satu atap dengan dinas perhubungan yaitu [17] Rindang Bangun Prasetyo dan Muhammad
untuk dapat menetapkan standarisasi pelaporan Firdaus (2009), Pengaruh Infrastruktur pada
terhadap para penyelenggara telekomunikasi dan Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia,
juga waktu pelaporannya yang dibuat agak pendek Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi
misalnya per triwulan. dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor
VI. DAFTAR PUSTAKA [18] R¨oller, L. and Waverman, L. (2001).
[1] Abdi, Zainal.(2006) Industri Telekomunikasi: Telecommunications Infrastructure and
Lokomotif Pertumbuhan Ekonomi danKemajuan Economic Development: A Simultaneous
Bangsa, Jakarta, LP FEUI Approach, American Economic Review 91(4):
[2] Alleman, James etc (2003), Telecommunications 909–923
and Economic Development:Empirical Evidence [19] Setiawan (2011), Kontribusi Industri
from Southern Africa, International Telekomunikasi Terhadap Pertumbuhan
Telecommunications Society, Sydney Ekonomi, FE-UI, Jakarta
[3] Amitava Dutta (2001), Telecommunications and
Economic Activity: An Analysis of Granger
Causality
[4] Azlima Azmi Fatimah Said (2007), Sumbangan
Infrastruktur Telekomunikasi Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Malaysia, IJMS 14 (1),
143-166.
[5] Banten dalam angka 2008, 2012
[6] Datta, A. and Agarwal, S. (2004).
Telecomunications and Economic Growth: A
Panel Data Approach, Applied Economics
36(15): 1649–1654.
42