You are on page 1of 10

Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No.

2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN


PERAWATAN DIRI (SELF-CARE) PADA PASIEN PASCA STROKE
DI RSUD PIRNGADI KOTA MEDAN

Patimah Sari Siregar1, Elis Anggeria2, Libertina Laoli3


1,2, 3
Dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan UNPRI
patimahsari818@gmail.com; elis.anggeria@gmail.com

ABSTRACT

Stroke is a condition of brain experiencing neurodegenerative disorders such as local or


global, in sudden emergence, progressive, and fast. Impaired nerve function in stroke caused
by circulatory disorders of the brain non-traumatic. Post-stroke patients need support and
help the family in the treatment himself. This study aims to determine the relationship
between family support with self-care skills in patients with post-stroke. The study design is
analytic survey with cross sectional approach. The study populations were 40 people and
samples of this study were all post-stroke patients who were undergoing rehabilitation of
physiotherapy with drawn by saturated sampling technique. The results showed that 47.5%
of respondents got enough family support, and 55% of respondents have the ability of self-
care with some aid. Based on the test results from Spearman Rank correlation, family
support with self-care skills has a correlation coefficient of 0.38 and Sig. (2-tailed) 0.01,
meaning there is a relationship between family support and self-care skills on post-stroke
patients in the Royal Prima Hospital Medan. In conclusion, this study shows that family
support and self-care skills strongly influence at the level of the patient's recovery. It is
hoped that families to be more attentive to the needs and provide optimal support either
support of awards/emotional, facilities and support information.

Keywords: family support, self-care, stroke

PENDAHULUAN tinggi sehingga menyebabkan kecacatan


Stroke merupakan penyakit pada otak (Riskesdas, 2013).
berupa gangguan fungsi syaraf lokal atau Stroke menjadi penyebab kematian
global, munculnya mendadak, progresif, terbesar setelah penyakit kardiovaskuler
dan cepat. gangguan fungsi syaraf pada dan kanker di negara-negara maju. Data
stroke disebabkan oleh gangguan dari World Health Organization (WHO)
peredaran darah otak non-traumatik. tahun 2008 jumlah kematian didunia
Gangguan syaraf tersebut menimbulkan sebanyak 57 juta jiwa dan 6,17 juta jiwa
gejala antara lain: kelumpuhan wajah atau meninggal dunia akibat stroke dengan
anggota badan, bicara tidak lancar, bicara Proportional Mortality Rate (PMR)
tidak jelas (pelo), mungkin perubahan sebesar 10,8% (Berman, 2012). Data
kesadaran, gangguan penglihatan, dan International Classification of Disease
lain-lain memiliki tingkat morbiditas yang yang diambil dari National Vital Statistics

1
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

Reports Amerika Serikat untuk tahun


mil. Prevalensi Stroke berdasarkan
2011 menunjukkan rata-rata kematian
terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi
akibat stroke adalah 41,4% dari 100.000
terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI
penderita (Irdelia, 2014).
Yogyakarta (16,9‰), Sulawesi Tengah
Hasil penelitian Riyadina, (2011)
(16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16
menjelaskan bahwa determinan utama
per mil (Riskesdas 2013 ; Pusdatin, 2013).
stroke meliputi hipertensi, penyakit
Prevalensi penyakit stroke pada
jantung koroner, diabetes mellitus dan
kelompok yang didiagnosis tenaga
status ekonomi miskin. Pencegahan
kesehatan (Nakes) bahwa gejala
penyakit stroke dilakukan dengan
meningkat seiring dengan bertambahnya
peningkatan edukasi (kampanye/
umur, tertinggi pada umur ≥75 tahun
penyuluhan) melalui pengendalian faktor
(43,1‰ dan 67,0‰). Prevalensi stroke
resiko utama yaitu hipertensi, dan
cenderung lebih tinggi pada masyarakat
pencegahan terjadinya penyakit
dengan pendidikan rendah baik yang
degeneratif lain yaitu penyakit jantung
didiagnosis nakes (16,5‰) maupun
koroner dan diabetes melitus.
diagnosis nakes atau gejala (32,8‰).
Angka kejadian stroke di Indonesia
Prevalensi stroke di kota lebih tinggi dari
meningkat dengan pesat. Bahkan saat ini
di desa, baik berdasarkan diagnosis nakes
Indonesia merupakan negara dengan
(8,2‰) maupun berdasarkan diagnosis
jumlah penderita stroke terbesar di Asia,
nakes atau gejala (12,7‰). Prevalensi
karena berbagai sebab selain penyakit
lebih tinggi pada masyarakat yang tidak
degeneratif, dan terbanyak karena stres
bekerja baik yang didiagnosis nakes
[Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki,
(11,4‰) maupun yang didiagnosis nakes
2012)]. Prevalensi stroke di Indonesia
atau gejala (18‰). Prevalensi stroke
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
berdasarkan diagnosis atau gejala lebih
sebesar 7 per mil (1.236.825 orang) dan
tinggi pada kuintil indeks kepemilikan
yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau
terbawah dan menengah bawah masing
gejala sebesar 12,1 per mil (2.137.941).
masing 13,1 dan 12,6 per mil (Riskesdas,
Prevalensi Stroke berdasarkan diagnosis
2013).
tenaga kesehatan (Nakes) tertinggi di
Stroke membutuhkan penanganan
Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI
komprehensif termasuk upaya
Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung
pemulihan dalam jangka waktu yang
dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per
lama bahkan sepanjang sisa hidup pasien.

Oleh karena itu salah satu dari anggota keluarga yang mengalami stroke dan
2
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

menyebabkan kecacatan sehingga


dan emosional. Dukungan instrumental
membuat pasien stroke kurang mampu
dilakukan dengan memberikan terapi
untuk memenuhi kebutuhan perawatan
rehabilitasi sedangkan dukungan
dirinya (Self-care) maka pasien stroke
penghargaan diberikan dalam bentuk
membutuhkan bantuan baik minimal
ucapan terima kasih dan perhatian.
maupun total. Bantuan ini akan diberikan
Model perawatan diri menurut Orem
oleh orang yang paling dekat dengan
(1998) beranggapan bahwa asuhan
pasien stroke yaitu keluarga. Penderita
keperawatan dibutuhkan jika seorang
stroke memerlukan bantuan keluarga
dewasa tidak mampu melaksanakan
dalam memenuhi dan mempertahankan
perawatan diri secara memadai untuk
kebutuhan hidu pasien selama menjalani
mempertahankan kehidupan, memelihara
perawatan. Keluarga sangat berperan
kesehatan, pulih dari penyakit atau cedera,
dalam fase pemulihan sehingga keluarga
atau mengatasi efek penyakit atau cedera.
diharapkan terlibat dalam penanganan
Enam konsep utama dalam konsep Orem
penderita sejak awal perawatan,
adalah perawatan diri, agensi perawatan
kemunduran fisik akibat stroke dapat
diri, kebutuhan perawatan diri secara
menyebabkan kemunduran perawatan
terapeutik, defisit perawatan diri, institusi
diri pada pasien itu sendri.
dan sistem keperawatan. Kebutuhan
Status sehat dan status sakit para
perawatan diri, menurut Orem, meliputi
anggota keluarga saling mempengaruhi
pemeliharaan udara, air/cairan, makanan,
satu sama lain. Dukungan keluarga sangat
proses eliminasi normal, keseimbangan
penting untuk menjaga dan
antara aktivitas dan istirahat,
memaksimalkan pemulihan fisik dan
keseimbangan antara solitud dan interaksi
kognitif dalam hasil rehabilitas pada
sosial, pencegahan bahaya bagi
penderita stroke, (Friedman, 1998). Hasil
kehidupan, fungsi, dan kesejahteraan
penelitian Wurtiningsih (2012)
manusia, serta upaya meningkatkan fungsi
menyatakan anggota keluarga mampu
dalam perkembangan individu untuk
memberikan berbagai bentuk dukungan
menjadi normal sehingga perawatan diri
kepada penderita stroke yaitu: dukungan
(self-care) dilakukan dapat
informasi/pengetahuan, dukungan
mempertahankan kesehatan, baik secara
instrumental dan dukungan penghargaan
fisik maupun psikologis (Syairi, 2013).
Penelitian menurut (Muhlisin &
Irdawati, 2010) menunjukkan bahwa

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan klien, mengacu pada teori


3
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

Selfcare berprinsip terhadap usaha


tertarik untuk meneliti mengenai
menolong atau membantu pasien individu
hubungan dukungan keluarga dengan
yang tidak mampu untuk terlibat dalam
kemampuan perawatan perawatan diri
tindakan self-care yang memerlukan
(self-care) pada pasien pasca stroke.
kemandirian dan ambulasi yang terkontrol
serta pergerakan manipulatif atau
METODE
penatalaksanaan medis untuk menahan
Jenis penelitian ini merupakan
diri dari aktivitas-aktivitas yang
penelitian survei analitik dengan desain
dilakukan. Model keperawatan menurut
penelitian cross sectional dimana variabel
Orem dikenal dengan model Self-care.
independen dengan variabel dependen
Berdasarkan hasil survei pendahuluan
diteliti secara bersamaan untuk
yang di lakukan di RS Royal Prima
mengetahui hubungan dukungan keluarga
Medan sebanyak 202 orang. Hal ini
dengan kemampuan perawatan diri (self -
menunjukkan bahwa pasien yang
care) pasien pasca stroke di RS Royal
mengalami stroke sangat membutuhkan
Prima Medan.
sebuah dukungan keluarga dalam
Lokasi yang dipilih menjadi tempat
memotivasi pasien agar tidak putus asa,
penelitian ini adalah di RS Royal Prima
mengingatkan pasien untuk melakukan
Medan. Adapun alasan memilih lokasi
latihan secara rutin sehingga dapat
tersebut karena jumlah sampel yang
menimbulkan semangat dari diri pasien itu
dibutuhkan dalam penelitian memenuhi
sendiiri demi tercapainya peningkatan
syarat, serta lokasi yang dapat dijangkau
status kesehatan secara optimal dalam
sehingga memudahkan peneliti untuk
memenuhi kebutuhan perawatan dirinya
melakukan penelitian dan belum pernah
(self-care). Namun kenyataannya keluarga
dilakukan penelitian sebelumnya dengan
kurang mengetahui bagaimana pemenuhan
judul yang sama.
dan dukungan yang harus dilakukan dan
Populasi dalam penelitian ini adalah
kurangnya pengetahuan akibat perawat di
semua pasien pasca stroke di RS Royal
ruangan tersebut tidak memberikan
Prima Medan. Sampel yang diperoleh oleh
penyuluhan maupun promosi kesehatan
peneliti sebanyak 40 responden. Teknik
untuk menunjang kesembuhan pasien
pengambilan sampel dalam penelitian ini
secara optimal. Hal ini membuat peneliti
ialah Sampling jenuh. Sampel dalam
penelitian ini adalah seluruh pasien pasca
stroke yang sedang menjalani rehabilitas

diruangan fisioterapi/rawat inap. Kuesioner perawatan diri dengan skala


4
Jurnal Keperawatan Priority, Vol 2, No. 2, Juli 2019
ISSN 2614-4719

Barthel Index.
Tabel 1.
Analisis data menggunakan analisa
Distribusi Frekuensi dan Persentasi
univariat dan bivariat. Analisa univariat Berdasarkan Dukungan Keluarga dan
dilakukan terhadap setiap variabel yang Perawatan Diri (Self-care), Pasien
Pasca Stroke di Rumah Sakit Royal
diteliti dimana masing-masing variabel Prima (n=40)
Frekuensi Persentase
akan dibuat gambaran distribusi dan No Variabel (f) (%)
persentasi. Data tersebut ditampilkan 1 Dukungan
dalam bentuk tabel frekuensi. Analisa Keluarga
Baik 10 25,0
bivariat dilakukan untuk mengetahui Cukup 19 47,5
hubungan antara variabel independent Kurang 11 27,5
Total 40 100,0
dengan variabel dependent. Uji hipotesis
2 Perawatan
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Diri (self-
care)
statistik Korelasi Rank Spearman dengan
Mandiri 6 15,0
tingkat kemaknaan α=0,05. Menurut Sebagian 22 55,0
Hidayat dan Istiadah (2011) menyebutkan bantuan
Maksimal 12 30,0
bahwa Korelasi Rank Spearman bantuan
digunakan untuk mengukur tingkat atau Total 40 100,0

eratnya hubungan antara dua variabel Hasil tabel 1 distribusi frekuensi


yang berskala ordinal. Dua variabel yang dukungan keluarga dan perawatan diri
dimaksud ialah dukungan keluarga dan (self-care) pasien pasca stroke di RS
kemampuan perawatan diri (self-care) Royal Prima Medan dengan 40 responden,
pasien pasca stroke. menunjukkan mayoritas responden
dukungan keluarga cukup sebanyak 19
HASIL DAN PEMBAHASAN orang (47,5%), dukungan keluarga kurang
Hasil sebanyak 11 orang (27,5%) dan minoritas
Hasil penelitian, hubungan dukungan dukungan keluarga kurang sebanyak 10
keluarga dengan kemampuan perawatan orang (25%). Perawatan diri (self-care)
diri (self-care) pada pasien pasca stroke di mayoritas responden sebagian bantuan
RS Royal Prima Medan dengan jumlah sebanyak 22orang (55%), perawatan diri
responden 40 orang. (self-care) maksimal bantuan sebanyak
12orang (30%) dan minoritas perawatan
diri (self-care) mandiri sebanyak 6 orang
(15%).

5
Tabel 2.
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perawatan Diri (Self-care) Pasien Pasca Stroke
di RS Royal Prima Medan (n=40)
Perawatan Diri
(Self-care) P Correlation
Dukungan Total Valu coefficient
Sebagian Maksimal
Keluarga Mandiri Bantuan e
Bantuan
f % f % f % N %
Baik 2 33,3 % 8 36,4% 0 0,0% 10 100%
Cukup 2 33,3% 12 54,5% 5 41,7% 19 100% 0,01 0,38
Kurang 2 33,3% 2 9,1% 7 58.,3 % 11

Hubungan dukungan keluarga dengan orang (9,1%), dukungan keluarga kurang


kemampuan perawatan (self-care), dengan perawatan diri (self-care)
menunjukkan dukungan keluarga baik maksimal bantuan sebanyak 7 orang
dengan perawatan diri (self-care) mandiri (58,3%). Hasil uji korelasi Rank
sebanyak 2 orang (33,3%), dukungan Spearman, hubungan dukungan keluarga
keluarga baik dengan perawatan diri (self- dengan kemampuan perawatan diri (self-
care) sebanyak 8 orang (36,4%), care) dengan tingkat signifikansi (α <
dukungan keluarga baik dengan 0,05) diperoleh correlation coefficient
kemampuan perawatan diri (selfcare) 0.38 dan sig. (2-tailed) 0.01 maka Ho
maksimal bantuan tidak ada. Hubungan ditolak dan Ha diterima berarti ada
dukungan keluarga cukup dengan hubungan dungan keluarga dengan
perawatan diri (self-care) mandiri kemampuan perawatan diri (self-care)
sebanyak 2 orang (33,3%), dukungan pasien pasca stroke di RS Royal Prima
keluarga cukup dengan perawatan diri Medan.
(self- care) sebagian bantuan sebanyak 12
orang (54,4%), dukungan keluarga cukup Pembahasan
dengan keperawatan diri (self-care) Dukungan Keluarga Pada Pasien Pasca
sebanyak 5 orang (41,7%). Hubungan Stroke
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dukungan keluarga kurang dengan
47.5% pasien pasca stroke di RS Royal
perawatan diri (self-care) mandiri
Prima Medan mendapat dukungan
sebanyak 2 orang (33,3%), dukungan
keluarga cukup. Dukungan keluarga
keluarga kurang dengan perawatan diri
cukup dikarenakan kurangnya
(self-care) sebagian bantuan sebanyak 2
pengetahuan dan kepedulian keluarga

terhadap pasien pasca stroke dan berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
pengetahuan keluarga seperti dalam
Sehingga dengan adanya dukungan
mendampingi pasien dalam memenuhi
keluarga kebutuhan pasien pasca stroke
dukungan informasional seperti pemberian
dapat terpenuhi dengan baik melalui
informasi, dukungan nyata (waktu,
dukungan informasional seperti pemberian
fasilitas dan bantuan materi), dukungan
informasi, dukungan nyata seperti waktu
emosional seperti rasa cinta dan
dan bantuan materi, dukungan emosional
mencintai, dan dukungan pengharapan
seperti rasa dicintai, dan dukungan
seperti pemberian support kepada pasien.
pengaharapan seperti pemberian support.
Kemudian terdapat 27.5% pasien pasca
Hasil penelitian Surono (2013)
stroke dengan dukungan keluarga kurang,
mengenai dukungan keluarga pada pasien
ini diakibatkan oleh keluarga yang merasa
pasca stroke di wilayah kerja puskesmas
terbebani dengan kondisi kesehatan
karanganyer Kabupaten Pekalongan
pasien, kesibukan anggota keluarga
didapatkan lebih dari separuh pasien pasca
lainnya, kurangnya bentuk bantuan yang
stroke mempunyai dukungan keluarga
diberikan kepada pasien (penyediaan alat
baik yaitu 56,8%, dengan dukungan
transportasi untuk mengantar pasien dalam
keluarga sedang sebanyak 27,3% dan
menjalani rehabilitas) sehingga
sebagian kecil responden mendapat 15.9%
mengakibatkan proses penyembuhan yang
mendapat dukungan keluarga rendah.
lama dan 25% dukungan keluarga baik, ini
Dukungan keluarga baik dikarenakan
terjadi karena sedikitnya kesadaran
adanya keeratan hubungan antar anggota
keluarga dalam memberikan perhatian,
keluarga yang masih terjalin baik,
semangat, mencari informasi tentang
kesadaran dari keluarga yang saling peduli
manfaat rehabilitas pasca stroke. Hal ini
antar anggota keluarga sehingga fungsi
menyatakan bahwa dukungan keluarga
keluarga dapat berjalan sebagaimana
merupakan unsur terpenting dalam
mestinya.
membantu individu menyelesaikan
Dukungan keluarga sedang dan rendah
masalah kesehatan dan mempercepat
terjadi karena kurang kepedulian antar
penyembuhan pasien tersebut.
anggota keluarga dan ketebatasan keluarga
Keluarga merupakan sistem pendukung
dalam memenuhi kebutuhan pasien,
utama yang memberi perawatan langsung
pengetahuan dan kondisi ekonomi anggota
pada setiap keadaan sehat ataupun sakit.
keluarga yang kurang memadai untuk
mempercepat penyembuhan pasien.
Kemampuan Perawatan Diri (Self - Care)
Pasien Pasca Stroke
Hasil penelitian dikatakan bahwa
bantuan dari orang lain untuk memenuhi
hampir setengah pasien stroke memiliki
kebutuhan mereka sehari-hari.
kemampuan perawatan diri dengan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh
sebagian bantuan sebanyak 55%,
Murtutik dan Wigatiningsih (2010)
kemampuan perawatan diri (self-care)
menyatakan bahwa dari 44 responden,
mandiri sebanyak 15% dan kemampuan
pasien yang mengalami ketergantungan
perawatan diri maksimal bantuan
total sebanyak 8 orang (18.2%), sebagian
sebanyak 30%. Jumlah pasca stroke yang
bantuan 14 orang (31.8%) dan mandiri
memiliki kemampuan perawatan diri (self-
sebanyak 10 orang (22.8%), Hal ini terjadi
care) dengan sebagian bantuan lebih
karena pasien yang sedang rehabilitas
banyak daripada kemampuan perawatan
mengalami gangguan dalam pemenuhan
diri (self-care) dengan mandiri, tingginya
kebutuhan dasar sehari-hari yang
hasil kemampuan perawatan diri dengan
cenderung terkena depresi dan sangat
sebagian bantuan peneliti berasumsi
membutuhkan dukungan keluarga dalam
bahwa hal ini dapat dikarenakan oleh
membantu, memotivasi pasien untuk
penyakit stroke itu sendiri, lamanya
melakukan aktivitas sehari-hari sehingga
seseorang terkena stroke, rehabilitasi dan
pasien tersebut memiliki semangat untuk
dukungan dari keluarga.
sembuh dan memiliki kemampuan
Hal ini dapat dilihat dari data umum
perawatan diri (self-care) secara mandiri.
dimana semua pasien pasca stroke dalam
penelitian ini mengalami hemiparesis. Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Pasca serangan stroke pasien dapat Kemampuan Perawatan Diri (Self-care)
Pasien Pasca Stroke
mengalami cacat berupa kelumpuhan Hasil uji Rank Spearman hubungan
anggota gerak, gangguan bicara, proses dukungan keluarga dengan kemampuan
berpikir, daya ingat dan bentuk-bentuk perawatan diri (self-care) dengan tingkat
kecacatan lain sebagai akibat gangguan signifikansi (α<0,05) diperoleh
fungsi otak. Sehingga pada saat sisi tubuh correlation coefficient 0,38 dan Sig. (2-
yang mengalami kelumpuhan mereka tailed) 0,01 maka Ho ditolak dan Ha
tidak bisa melakukan aktivitasnya secara diterima berarti ada hubungan dukungan
mandiri dan membutuhkan sebagian keluarga dengan kemampuan perawatan
diri (self-care) pasien pasca stroke di RS
Royal Prima Medan.

Dukungan keluarga sangat (self-care) pasien pasca stroke. Hal ini


mempengaruhi kemampuan perawatan diri terbukti dari hasil penelitian yang telah
dilakukan dimana terdapat 40 responden
aktivitasnya dan tidak mempercepat
dengan dukungan keluarga baik sebanyak
penyembuhan pasien selama rehabilitas
10 orang (25%), dukungan keluarga cukup
secara optimal. Dukungan keluarga baik
sebanyak 19 orang (47.5%) dan dukungan
mempengaruhi kemampuan perawatan diri
keluarga kurang sebanyak 11 orang
(self-care) pada sesorang yang mengalami
(27.5%) dan perawatan diri (self-care)
keterbatasan dalam pemenuhan
mandiri sebanyak 6 orang (15%),
kebutuhan, jadi dengan adanya keluarga
perawatan diri (self-care) sebagian
disamping pasien maka perawatan dirinya
bantuan sebanyak 22 orang (55%) dan
dapat meningkatkan proses perkembangan
perawatan diri maksimal bantuan
pasien sepanjang siklus hidup berlangsung
sebanyak 12 orang (30%).
sehingga perawatan diri sangat efektif
Pasien pasca stroke yang memiliki
(Muhlisin & Irdawati, 2010).
dukungan keluargakurang mempunyai
kemampuan perawatan diri (self-care)
KESIMPULAN DAN SARAN
dengan sebagian bantuan, dukungan
Kesimpulan
keluarga cukup mempunyai kemampuan
Hasil penelitian dan pemabahasan
perawatan diri (self-care) dengan
dapat ditarik kesimpulkan bahwa
maksimal bantuan dan dukungan keluarga
dukungan keluarga dengan kemampuan
baik mempunyai perawatan diri (self-care)
perawatan diri (self-care) pasien pasca
dengan mandiri.
stroke di RS Royal Prima Medan dengan
Menurut Setiadi (2008) bahwa
jumlah responden sebanyak 40 responden,
dukungan keluarga sangat tergantung pada
maka diperoleh suatu kesimpulan yaitu:
tingkat kesembuhan pasien dalam
bahwa terdapat gambaran dukungan
menjalankan fungsi setiap anggota
keluarga dan kemampuan perawatan diri
keluarga dengan baik, semakin baik
(self-care) pasien pasca stroke, dan
dukungan keluarga yang diberikan kepada
terdapat hubungan antara dukungan
pasien maka fungsi keluarganya akan
keluarga dengan kemampuan perawatan
menimbulkan kesejahteraan pasien,
diri (self-care) pasien pasca stroke di RS
kemunduran dalam melakukan
Royal Prima Medan, dimana pasien pasca
stroke di RS Royal Prima Medan
mendapat dukungan keluarga cukup dan
pasien stroke yang melakukan perawatan

diri dengan sebaagian bantuan dari keluarga maupun orang sekitarnya.


DAFTAR PUSTAKA
Saran
Berman, dkk. (2013). Karakteristik
1. Bagi Responden Penderita Stroke Haemoragik Yang
Bagi responden diharapkan dapat dirawat Inap di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2012.
meningkatkan rasa kepedulian dan http://download.portalgaruda.org/articl
memberikan motivasi, dukungan keluarga e.php?
IDI (Continung Medical Education).
baik dukungan penghargaan, fasilitas dan (2011). Stroke: Gejala
informasi terhadap pasien pasca stroke dan Penatalaksanaan.
www.kalbemed.com/Portals/6/1_05_18
dalam menjalani penyembuhan untuk 5Strokegejalapenatalaksanaan.pdf
lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan Hidayat, A,. (2011). Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
sehari-hari tanpa bantuan dari keluarga. Medika.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan Irdelia, R, dkk. (2014). Profil Faktor
Risiko Yang Dapat Dimodifikasi pada
Perawat dapat memberikan health Kasus Stroke Berulang di RSUD Arifin
education bagi keluarga mengenai stroke, Achmad Provinsi Riau.
http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMFD
pengobatan, rehabilitas dan perawatan OK/article/view/2871
pasien pasca stroke selama dirumah. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
(2013). Badan Penelitian dan
Perawat juga diharapkan dapat membantu Pengembangan Kesehatan. Jakarta:
kelurga dan pasien dalam meningkatkan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
motivasi pasien untuk sembuh secara Setiadi. (2008). Keperawatan Keluarga.
optimal. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syairi, A. (2013). Tingkat Pengetahuan
3. Bagi Peneliti Selanjutnya Keluarga Pasien Tentang Self-Care
Peneliti selanjutnya diharapkan (Perawatan Diri) Pada Anggota
Keluarga Yang Mengalami Stroke Di
dapat dijadikan sebagai referensi atau RSU Kabupaten Tangerang Tahun
acuan dalam melakukan penelitian dimasa 2013. http://repository.uinjkt.ac.id/
dspace/bitstream/123456789/25474/1/
yang akan datang dan menambah ABU%20SYAIRI-FKIK.pdf
pengetahuan/pengalaman dalam meneliti Wurtiningsih, B. (2012). Dukungan
Keluarga Pada Pasien Stroke di Ruang
hubungan dukungan keluarga dengan Saraf RSUP Dr. Kariani Semarang.
perawatan diri (selfcare) pasien pasca www.medicahospitalia.rskariadi.co.id/i
ndex.php/mh/article/view/42
stroke dengan metode pengumpulan data Yastroki (Yayasan Stroke Indonesia).
yang berbeda yaitu partisipatif (2012). Gerakan Nasional Orang Tua
Asuh. http://www.yastroki.com/.
observasional.

You might also like