Professional Documents
Culture Documents
3 Recount Text
Keluarga saya dan saya pergi ke rumah nenek saya di Yogyakarta bulan
lalu. Itu merupakan perjalanan pertama saya ke kota ini. Kami pergi
kesana dua hari setelah upacara wisuda kakak saya di Semarang.
Kami sampai di Yogyakarta pada malam hari. Kami menghabiskan satu
minggu tinggal di rumah nenek saya yang berjarak 5 menit jalan kaki
dari jalan Malioboro.
Pada pagi hari pertama, kami masih terlalu lelah setelah perjalanan
panjang dari Semarang ke Yogyakarta. Jadi kami memutuskan untuk
tetap di rumah untuk mengisi tenaga kami.
Saya berjalan jalan di lingkungan rumah bersama kakak saya untuk
merasakan bagaimana rasanya berada di Yogyakarta.
Terdapat terlalu banyak rumah, menurut saya, yang membuat jarak
antara satu rumah dengan rumah lainnya begitu sempit, bahkan
jalanan nya juga kecil hingga hanya sepeda dan sepeda motor yang bisa
lewat.
Pada hari kedua, kami semua pergi ke jalan Malioboro. Kami melihat
ada begitu banyak pedagang dengan berbagai macam produk yang
mereka akui sebagai produk tradisional dari Yogyakarta.
Saya membeli beberapa patung kayu dan kaos oblong dengan tulisan
“Yogyakarta” tercetak di atasnya, sementara itu kakak saya membeli
beberapa tas tangan kulit.
Ibu dan Ayah saya sibuk memilih beberapa barang dagangan untuk
dibawa kerumah saat kami pulang.
Pada hari ketiga, kami pergi ke Taman Sari dan Keraton Ngayogyakarta
Hadiningrat untuk melihat beberapa bangunan bersejarah di
Yogyakarta.
Kami mengambil banyak poto di sana. Kami juga mengambil beberapa
poto dari bangunan itu supaya kami bisa melihatnya lagi di rumah.
Kami menemukan beberapa tembat yang menyediakan makanan khas
Yogya disekitar bangunan itu dan kami langsung saja masuk kesana.
Kami menghabiskan sisa minggu kami di Yogyakarta dengan
mengunjungi beberapa pusat perbelanjaan seperti Jogja City Mall,
Malioboro Mall, Hartono Mall dan Ambarrukmo Plaza.
Kami menyadari bahwa ternyata Yogyakarta sangat panas pada siang
hari, inilah alasannya mengapa kami memutuskan untuk menghabiskan
lebih banyak waktu di dalam bangunan ber AC seperti ini.
My First Experience
Waktu itu, usiaku sudah memasuki 17 tahun. Aku meminta ayah untuk
memberiku kado yaitu sepeda motor. Namun, keinginanku ditolak ayah
karena aku masih belum dewasa. Lalu, aku meminta ayah untuk
mengajariku mengendarai motor. Awalnya, ayah menolak
permintaanku dan berjanji akan mengajariku tahun depan, tapi aku
merajuk.
Akhirnya, ayah mau mengajariku mengendarai motor di lapangan yang
ada didekat rumah. Ayah memberikan petunjuk bagaimana cara
mengendarainya. Pertama, ayah menuntunku dari belakang dan aku
yang membonceng ayah. Lama-kelamaan, aku ingin mencobanya
sendiri. Aku senang dan bangga bisa mengendarai motor.
Beberapa hari kemudian, aku mencoba mengendarai motor di jalan
rumahku yang sempit. Aku gugup ketika ada motor lain didepanku.
Tidak disangka, motorku menabrak tembok yang membuatku jatuh dari
motor.
Aku takut dimarahi ketika sampai dirumah. Tapi kenyataannya, ayah
sangat bangga kepadaku. Aku juga diberi nasihat agar lebih tenang
dalam berkendara.
Sumpah Pemuda Day