You are on page 1of 10

JURNAL TEKNIK MESIN

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG


http://ejournal.itp.ac.id/index.php/tmesin/ e-ISSN: 2598-8263
Vol. 9, No. 2, October 2019 p-ISSN: 2089-4880

Uji Kinerja Mesin Fiat 4-Tak dengan Kapasitas 1.100 CC


Menggunakan Automotive Engine Test Bed T101D

Fiat 4-Stroke Engine Performance Test with 1100 Cc Capacity Using


Automotive Engine Test Bed T101D

Dian wahyu
Department of Mechanical Engineering, Politeknik Negeri Padang
Kampus Limau Manis, Limau Manis, Pauh, Padang, Sumatera Barat 25163, Indonesia

doi.10.21063/JTM.2019.v9.i2.73-82
Correspondence should be addressed to dianwahyuitb@gmail.com
Copyright © 2019 D. Wahyu. This is an open access article distributed under the CC BY-NC-SA 4.0.

Article Information Abstract

Submitted : Engine is the main power in the vehicle and has a different performance. The
differences in engine performance can occur due to different operating
September 18, 2019
conditions and the fuel used. Therefore, research on the performance of
Accepted : combustion engines must be done to improve service to consumers, because
not everyone can perform performance engine performance tests. At the time
October 28, 2019
of planning the manufacture of the combustion engine, theoretical
Published : performance was calculated, but the results were different from the actual
performance results on the dynamometer. Therefore an engine is tested for
October 31, 2019 performance tests to get the characteristic value of the engine. The process of
testing has been carried out in accordance with the Standard Operation
Procedure in the relevant literature and concludes that the performance
produced by the test machine shows the value of torque characteristics, the
average effective pressure of the combustion chamber, fuel consumption and
volumetric efficiency which is inversely proportional to the engine rotation
speed . For the optimal variable engine operating conditions in this study
were at 4000 Rpm with 72 Nm of torque and 30.1 kW of power with a specific
fuel consumption of 311.5 g / kWh.

Keywords: Engine, Performance, dynamometer

1. Pendahuluan sangat diperlukan untuk peningkatan produk


Perkembangan dunia industri otomotif pada mesin, penelitian, dan peningkatan pelayanan
saat ini semakin hari semakin pesat. Di industri, pada pelanggan [1]. Mesin sangat berpengaruh
hampir semua perusahaan menggunakan terhadap jalannya kendaraan alat berat. Tiap
kendaraan alat berat, baik itu untuk operasional produk mesin memiliki performa tersendiri.
pertambangan maupun peralatan pendukung Oleh karena itu, tiap mesin perlu diuji
lainnya. Dalam pemilihan kendaraan alat berat, menggunakan peralatan uji engine test bed.
banyak hal-hal yang perlu dipertimbangkan Pengujian atau tes performa suatu mesin
antara lain model, kebutuhan dan performa. merupakan hal yang penting. Hal ini diperlukan
Salah satu faktor yang mempengaruhi performa untuk mengetahui performa mesin sebelum
dari suatu kendaraan alat berat adalah mesin diproduksi secara massal dan penyesuaian pada
(engine) kendaraan tersebut. Dalam kendaraan untuk pemasangan, meningkatkan
menciptakan suatu mesin kendaraan bermotor desain dan konfigurasi, untuk mengintegrasikan
yang handal, studi terhadap performa mesin material baru dan teknologi, mengetahui daya

Published by Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) - ITP


74 D. Wahyu / JTM – ITP 9 (2) (2019) 73-82

dan konsumsi bahan bakar, efektivitas 1. Begitu pula pada mesin diesel 4 langkah.
pendinginan, getaran dan kebisingan, Jadi pada motor 4 langkah, piston bergerak dari
pelumasan, kemudahan dalam pengemudian, BDC (Bottom Dead Center) ke TDC (Top Dead
dan sebagainya, serta menyesuaiakan dengan Center) atau sebaliknya sebanyak 4 kali. Busi
regulasi modern untuk mesin guna mengurangi (sparkplug) memercikkan bunga api sebanyak
emisi berbahaya, sehingga regulasi yang ketat satu kali setiap piston bergerak sebanyak 4
terpenuhi [2]. langkah. Sedangkan pada mesin 2 langkah,
Pada penelitian ini akan dilakukan pengujian sparkplug memercikkan bunga api sekali tiap 2
engine 4 tak merek fiat berkapasitas 1100 CC langkah piston.
pada alat engine test bed tipe Engine Test Bed
T101D. Penelitian ini bertujuan untuk mencari B. Prinsip Kerja
kondisi terbaik engine. Prinsip kerja motor bensin 4 langkah
(Gambar 2) adalah sebagai berikut [4]:
2. Metode
A. Motor 4 Langkah
Motor bakar (combustion engine) adalah
salah satu jenis mesin kalor, yaitu suatu mesin
yang mengkonversi energi kimia yang
terkandung pada bahan bakar menjadi energi
panas, yang kemudian energi panas ini dirubah
menjadi energi gerak atau mekanik [3]. Motor
bakar merupakan salah satu jenis mesin kalor
yang proses pembakarannya terjadi di dalam
motor bakar itu sendiri sehingga gas
pembakaran yang terjadi sekaligus sebagai Gambar 2. Prinsip kerja motor bensin 4 langkah
fluida kerjanya. Mesin yang bekerja dengan
cara seperti tersebut disebut mesin pembakaran Langkah hisap (induction): Piston bergerak
dalam (internal combustion engine). Adapun dari TMA (Titik Mati Atas) ke TMB (Titik
mesin kalor yang cara memperoleh energi Mati Bawah). Dimana katup masuk terbuka,
dengan proses pembakaran di luar disebut katup buang tertutup, kemudian campuran
mesin pembakaran luar (external combustion bahan bakar dengan udara yang telah tercampur
engine). Sebagai contoh mesin uap, dimana di dalam karburator masuk ke dalam ruang
energi kalor diperoleh dari pembakaran luar, bakar melalui katup masuk. Saat piston berada
kemudian dipindahkan ke fluida kerja melalui di BDC katup masuk akan tertutup.
dinding pemisah. Langkah kompresi (compression) : Piston
bergerak dari TMB ke TMA. Dimana katup
masuk dan katup buang kedua-duanya tertutup
sehingga gas yang telah dihisap tidak keluar
pada waktu ditekan atau dikompresi oleh piston
yang mengakibatkan tekanan gas dalam ruang
bakar akan naik. Beberapa saat sebelum piston
mencapai TMA, busi mengeluarkan bunga api
listrik. Selanjutnya gas bahan bakar yang telah
mencapai tekanan tinggi terbakar. Akibat
pembakaran bahan bakar, tekanannya akan naik.
Langkah pembakaran (ignition)/ tenaga :
kondisi ini kedua katup masih dalam keadaan
tertutup. Gas terbakar dengan tekanan yang
tinggi akan mengembang kemudian menekan
piston turun ke bawah dari TMA ke TMB.
Gambar 1. Motor 4 Langkah SOHC (Single Over Head Tenaga pembakaran ini disalurkan melalui
Camshaft) connecting rod, selanjutnya oleh crankshaft
diubah menjadi gerak puntir.
Motor bensin 4 langkah adalah motor yang Langkah pembuangan (exhaust) : Katup
pada setiap 4 langkah piston (dua putaran buang terbuka, katup masuk tertutup. Piston
crankshaft) sempurna menghasilkan satu tenaga bergerak dari TMB ke TMA. Gas sisa
kerja (satu langkah kerja) seperti pada Gambar
D. Wahyu / JTM – ITP 9 (2) (2019) 73-82 75

pembakaran terdorong oleh piston keluar 6. Oil cooler: Berfungsi untuk memindahkan
melalui katup buang. panas dari engine oil. Di dalam housing oil
cooler terdapat tube untuk mengalirkan
C. Sistem Pelumasan cairan pendingin (coolant). Proses ini
Sistem pelumasan pada diesel engine disebut penukaran panas engine oil dengan
(Gambar 3) merupakan hal yang penting coolant. Pendinginan ini bertujuan untuk
mengingat tuntutan akan performa yang tinggi mempertahankan oli pelumas pada saat
dan emisi yang rendah akhir-akhir ini. Sistem engine load besar. Pada oil cooler ini juga
pelumasan tidak saja berfungsi untuk terdapat bypass valve yang berfungsi untuk
menyediakan oli yang bersih pada lokasi yang mengalirkan oli tanpa melewati oil cooler
tepat pada engine, tetapi oli yang digunakan saat engine oil dingin dan kental.
juga harus dapat bertahan pada suhu yang tinggi 7. Oil passage: Sebagai jalur aliran oli
dan waktu penggantian oli yang lebih panjang pelumas dalam engine block maupun
[5]. cylinder head.
8. Piston cooling jet: Berfungsi untuk
menyemprotkan oli ke bagian bawah
piston untuk mendinginkan piston. Hal ini
membantu mendinginkan piston dengan
suhu yang seragam dan menyediakan usia
pakai piston yang lebih panjang disamping
juga membantu melumasi dinding ruang
pembakaran.
9. Crankcase breather: Berfungsi untuk
menyamakan tekanan di dalam engine
crankcase dengan tekanan udara luar, dan
Gambar 3. Skema dasar sistem pelumasan mengijinkan oli kembali ke oil pan dengan
mudah. Hal ini terjadi dikarenakan adanya
Keterangan : kebocoran gas pembakaran dari ring piston.
1. Oil pan: Sebagai suatu wadah
penampungan untuk engine oil. Oil pan D. Sistem Bahan Bakar
juga dapat membuang panas dari engine oil Sistem bahan bakar pada motor bensin
ke atmosfer dan memiliki internal baffle berfungsi untuk menyediakan dan mengatur
untuk mencegah oli teraduk-aduk. banyak sedikitnya campuran bahan bakar
2. Suction bell: Berfungsi untuk mencegah dengan udara yang dimasukkan ke dalam ruang
masuknya kotoran-kotoran besar pada pembakaran secara tepat (Gambar 4).
sistem pelumasan. Dari sini oli akan Banyaknya campuran bahan bakar dengan
terhisap menuju ke oil pump. udara harus sesuai dengan yang dibutuhkan
3. Oil pump: Berfungsi untuk mesin (engine), sesuai dengan kondisi dan
mensirkulasikan engine oil dari oil pan ke beban mesin itu sendiri [6].
seluruh sistem pelumasan pada engine. Oil
pump digerakan dengan putaran gear yang
terhubung pada crankshaft.
4. Oil pressure relief valve: Berfungsi sebagai
pengatur tekanan kerja maksimum pada
sistem pelumasan. Dengan membatasi
tekanan maka akan dapat membantu
mengurangi kebocoran-kebocoran internal
maupun external sehingga seal dapat
bertahan lama.
5. Oil filter: Berfungsi sebagai penyaring
kotoran-kotoran yang terkandung dalam
engine oil. Pada oil filter base juga
Gambar 4. Rangkaian dasar sistem bahan bakar
terpasang bypass valve yang berfungsi konvensional
untuk mengalirkan oli tanpa melewati oil
filter pada saat oil filter kotor maupun saat Keterangan :
oli dingin dengan tujuan untuk menjaga 1. Fuel tank: Bagian ini berfungsi untuk
komponen engine saat baru di-start. menampung bahan bakar bensin yang akan
76 D. Wahyu / JTM – ITP 9 (2) (2019) 73-82

diperlukan engine untuk proses dari fuel tank ke carburetor dengan cara
pembakaran. Penempatan tangki bahan mengisap bahan bakar bensin dari fuel tank
bakar biasanya diletakkan di bagian dan mendesak masuk ke carburetor.
belakang kendaraan untuk mencegah 7. Carburetor: Karburator memproses bahan
bocoran apabila terjadi benturan. bakar cair menjadi partikel kecil dan
2. Fuel line: Saluran utama yang dicampur dengan udara sehingga
menyalurkan bahan bakar dari tangki ke memudahkan penguapan. Prosesnya serupa
fuel pump. dengan penyemburan (spray). Fungsi dari
3. Fuel emission line : Saluran uap bahan carburetor adalah :
bakar yang menyalurkan gas HC (uap 8. Mengatur perbandingan campuran antara
bensin) dari dalam fuel tank. udara dan bahan bakar.
4. Fuel filter: Berfungsi untuk menyaring 9. Mengubah campuran tersebut menjadi
kotoran atau air yang mungkin terdapat di butiran-butiran kecil berbentuk kabut.
dalam bahan bakar bensin. Dalam saringan 10. Menambah atau mengurangi jumlah
terdapat elemen yang berfungsi untuk campuran tersebut sesuai dengan
menghambat kecepatan aliran bahan bakar, kecepatan dan beban mesin yang berubah-
mencegah masuknya air dan kotoran ke ubah.
dalam carburetor. 11. Fuel return line : Saluran pengembali yang
5. Charcoal canister: Berfungsi untuk menyalurkan kelebihan bahan bakar bensin
menampung sementara uap bensin yang di carburetor kembali menuju ke fuel tank.
berasal dari ruang pelampung pada
carburetor dan uap bensin yang E. Sistem Pengapian
dikeluarkan dari fuel emission line pada Untuk menghasilkan kerja diperlukan
saat tekanan di fuel tank naik karena pembakaran dari campuran bahan bakar dengan
bertambahnya suhu di dalam internal udara yang dihasilkan dipelopori oleh sistem
canister agar tidak terbuang keluar. Uap pengapian (Gambar 5). Fungsi sistem
bensin yang ditampung oleh charcoal pengapian adalah untuk menghasilkan tegangan
canister dikirim langsung ke intake yang tinggi untuk mengadakan bunga api di
manifold, kemudian ke ruang bakar untuk antara elektroda busi sehingga campuran bahan
dibakar pada saat engine-on. bakar dan udara dibakar secara sempurna
6. Fuel pump: Pompa bensin mempunyai walaupun kecepatan berubah-ubah [7].
tugas memindahkan bahan bakar bensin

Gambar 5. Skema dasar sistem pengapian konvensional

Keterangan: pada rangkaian atau mematikan dan


1. Battery: Berfungsi sebagai sumber tenaga menghidupkan sistem.
listrik di sistem kelistrikan pada kendaraan. 4. Resistor: Untuk mengurangi penurunan
2. Fuse: Sebagai pengaman arus listrik. tegangan di kumparan sekunder pada saat
3. Ignition switch: Berfungsi untuk putaran mesin tinggi dan untuk
memutuskan dan menghubungkan listrik
D. Wahyu / JTM – ITP 9 (2) (2019) 73-82 77

menstabilkan arus yang masuk ke 3. HP: Horse Power menjelaskan besarnya


kumparan primer. output kerja engine yang berhubungan
5. Ignition coil: Berfungsi dengan waktu, atau rata-rata kerja yang
mentransformasikan tegangan baterai 12V dihasilkan. Satu horsepower didefinisikan
menjadi tegangan tinggi (5000-25.000 sebagai kemampuan seekor kuda untuk
volt) untuk menghasilkan loncatan bunga mengangkat beban seberat 33.000 pounds
api yang kuat pada celah busi. menempuh jarak 1 feet dalam waktu 1 menit.
6. Distributor: Berfungsi untuk 4. IHP: Indicated Horse Power merupakan
mendistribusikan arus tegangan tinggi ke tenaga yang dihasilkan engine berdasarkan
setiap busi sesuai dengan urutan pengapian perhitungan teoritis.
melalui rotor (berada di dalam distributor) 5. BHP : Brake Horse Power merupakan
dan kabel busi. horsepower yang dihasilkan engine yang
7. Governor advancer: Bagian ini berfungsi diperoleh pada saat melakukan pengukuran
untuk memajukan saat pengapian sesuai pada dynamometer tanpa ada parasitic load
dengan putaran engine. yang terpasang.
8. Vacuum advancer: Bagian ini berfungsi 6. FHP: Friction Horse Power merupakan
untuk memundurkan atau memajukan saat horsepower yang dibutuhkan oleh engine
pengapian pada saat beban mesin untuk melawan gesekan antara ring piston
bertanmbah atau berkurang. dan cylinder liner, shaft dan bearing, roda
9. Breaker points: Berfungsi untuk gigi dan komponen bergerak lainnya yang
memutuskan arus listrik yang mengalir berada di dalam engine. Friction horsepower
melalui kumparan primer dari ignition coil tergantung pada ukuran dan kecepatan
untuk menghasilkan arus listrik tegangan engine.
tinggi pada kumparan sekunder dengan 7. Flywheel horsepower: Adalah horsepower
cara induksi magnet listrik bersih yang dihasilkan oleh engine setelah
(electromagnetic induction). dikurangi beban aksesoris seperti altenator ,
10. Rotor: Berfungsi untuk membagikan arus kompresor, dll .
listrik tegangan tinggi yang dihasilkan oleh 8. BMEP: Brake Mean Effective Pressure
ignition coil ke tiap – tiap busi. adalah nilai tekanan rata-rata yang terjadi di
11. Distributor cap: Berfungsi untuk dalam ruang bakar selama langkah usaha
membagikan arus listrik tegangan tinggi untuk menghasilkan brake horsepower di
dari rotor ke hight-tension cords untuk flywheel.
masing-masing ruang pembakaran. 9. Heat: Heat atau panas merupakan bentuk
12. High-tension cords: Berfungsi sebagai energi yang dihasilkan dari pembakaran
penyalurkan arus listrik tegangan tinggi bahan bakar. Energi panas diubah menjadi
dari ignition coil ke busi. energi mekanis oleh piston dan komponen
13. Spark plug: Meloncatkan bunga api listrik engine lainnya agar dapat menghasilkan
diantara kedua elektroda busi di dalam tenaga yang sesuai untuk kerja. British
ruang bakar, sehingga pembakaran dapat Thermal Unit (BTU) digunakan untuk
dimulai. mengukur nilai panas yang dihasilkan bahan
bakar atau panas yang dipindahkan dari satu
F. Power Output Terminology benda ke benda lainnya. Satu BTU
Tenaga engine menjelaskan keselarasan didefinisikan sebagai jumlah panas yang
antara kualitas maupun jumlah dari diperlukan untuk menaikkan suhu 1 pound
karakteristik yang dapat dipercaya. Berikut air sebesar 1° F.
adalah power output terminology pada engine :
1. RPM: Revolution Per Minutes atau revolusi G. Engine Performance Parameters
per menit adalah banyaknya putaran yang Performa motor bakar bisa diketahui dengan
dilakukan dalam satu menit. membaca dan mengganalisa parameter yang
2. Torque: Torque atau torsi adalah gaya putar berfungsi untuk mengetahui torsi, daya,
atau puntir yang dihasilkan oleh crankshaft. konsumsi bahan bakar spesifik dan efisiensi
Saat engine hidup, pembakaran berlangsung dari mesin tersebut. Ada beberapa faktor yang
dan menyebabkan piston pada ruang bakar dapat mempengaruhi daya dan torsi motor atau
bergerak turun. Pergerakan piston ini kemampuan motor. Beberapa faktor yang
mendorong connecting rod dan mempengaruhi antara lain volume silinder,
menyebabkan crankshaft berputar. perbandingan kompresi, efisiensi volumetrik,
dan kualitas bahan bakar.
78 D. Wahyu / JTM – ITP 9 (2) (2019) 73-82

1) Torque Keterangan:
Pada saat engine running, gaya (F) yang P = Daya (watt)
terjadi hasil dari pembakaran di dalam ruang Tm = Torsi mesin (Nm)
bakar menyebabkan piston bergerak ke bawah = Putaran mesin (rad/s)
menuju TMB. Gerakan ke bawah piston = Putaran mesin (rpm)
menekan connecting rod menyebabkan
crankshaft berputar. Gaya tekan ke bawah dari 3) Brake Mean Effective Pressure
piston dikalikan dengan jarak dari titik sumbu Unjuk kerja mesin relatif yang diukur, nilai
rod journal ke titik sumbu main journal tekanan rata-rata yang terjadi di dalam ruang
crankshaft (r) disebut torsi (T) (Gambar 6) [8]. bakar selama langkah usaha untuk
Maka persamaan untuk torsi adalah sebagai menghasilkan brake horsepower di flywheel.
berikut : BMEP merupakan parameter untuk mengukur
seberapa efektif piston displecement dari engine
menghasilkan torsi. Sehingga semakin besar
BMEP semakin besar pula torsi yang dihasilkan
engine. Persamaan untuk BMEP adalah sebagai
berikut :
(3)
( )

Dimana:
BMEP = Brake mean effective pressure (kPa)
P = Daya (watt)
Vs = Engine displacement (m3)
= Putaran mesin (rpm)
= Indeks siklus (4 langkah=2, 2
langkah=1)

Gambar 6. Skema pengukuran torsi 4) Specific Fuel Consumption


Konsumsi bahan bakar spesifik (spesific fuel
(1) consumption) didefinisikan sebagai jumlah
Dimana: bahan bakar yang dipakai untuk
T = Torsi (Nm) menghasilkan satu satuan daya dalam waktu
F = Gaya (N) satu jam. Persamaan untuk SFC adalah sebagai
= Jarak lengan torsi (m) berikut :

(4)
Karena adanya torsi inilah yang
menyebabkan benda berputar terhadap Dimana:
porosnya, dan benda akan berhenti apabila ada SFC = Specific fuel consumption (g/kWh)
usaha melawan torsi dengan besar sama dengan
= Massa jenis bahan bakar yang
arah yang berlawanan.
masuk (kg/hr)
2) Power P = Daya (watt)
Daya mesin adalah hubungan kemampuan
engine untuk menghasilkan torsi maksimal pada 5) Volumetric Efficiency
putaran tertentu. Daya menjelaskan besarnya Efisiensi volumetrik sangat mempengaruhi
output kerja engine yang berhubungan dengan performa dari suatu engine karena tenaga yang
waktu, atau rata-rata kerja yang dihasilkan. dihasilkan tergantung sekali besarnya terhadap
Adapun daya yang dihasilkan engine atau jumlah udara yang dapat dihisap oleh piston ke
diserap oleh dynamometer adalah hasil dalam ruang bakar. Persamaan untuk efisiensi
perkalian dari torsi dan kecepatan sudut. Jika n volumetrik adalah sebagai berikut :
adalah kecepatan putaran engine, maka
persamaan untuk daya adalah sebagai berikut : (5)
( )

Dimana:
(2) = Efisiensi volumetrik (%)
D. Wahyu / JTM – ITP 9 (2) (2019) 73-82 79

Vair = Laju aliran volumetrik udara rongga antara rotor dan stator selalu terisi air.
(m3/hr) Air berfungsi sebagai media gesek perantara
Vs = Engine displacement (m3) dan sebagai pendingin karena proses yang
= Indeks siklus (4 langkah=2, 2 terjadi menimbulkan panas. Suplai air harus
langkah=1) bersih, dingin, dan konstan yang dapat
diperoleh dari pompa air.
H. Dynamometer
Dinamometer merupakan peralatan yang I. Diagram Alir dan Setup Pengujian
digunakan untuk mengukur torsi atau daya pada Diagram alir penelitian dapat dilihat pada
sebuah engine. Pada dasarnya ada tiga jenis alat Gambar 7 dengan setup pengujian seperti pada
ukur daya atau torsi, yaitu dinamometer Gambar 8.
penggerak, dinamometer trasmisi, dan
dinamometer absorpsi. Dinamometer penggerak
digunakan untuk mengukur beberapa peralatan
seperti turbin dan pompa serta mensuplai
energi untuk menggerakkan peralatan yang
akan diukur. Dinamometer transmisi adalah
peralatan pasif yang ditempatkan dilokasi
tertentu. Dinamometer absorpsi mengubah
energi mekanik sebagai torsi yang diukur,
sehingga sangat berguna untuk mengukur daya
atau torsi yang dihasilkan sumber daya seperti
motor bakar atau motor listrik.
Pada pengujian ini digunakan dinamometer
hidrolik yang termasuk dinamometer jenis
absorpsi. Dinamometer hidrolik adalah
dinamometer yang menggunakan sistem
hidrolis atau fluida untuk menyerap torsi atau
daya engine. Fluida yang digunakan biasanya
air, dimana air berfungsi sebagai media
pendingin dan media gesek perantara.
Dinamometer hidrolik ini memiliki dua
komponen penting yaitu sudu gerak (rotor) dan
sudu tetap (stator). Rotor terhubung dengan
poros dari engine yang akan diukur, dimana Gambar 7. Diagram Alir Penelitian
putaran dari engine tersebut akan memutar rotor
dinamometer. Rotor akan mendorong air di
dalam dinamometer, sehingga air akan
terlempar menghasilkan tahanan terhadap
putaran engine dan menghasilkan panas. Aliran
air secara kontinyu melalui casing sangat
penting untuk menurunkan temperatur dan juga
untuk melumasi seal pada poros. Sedangkan
stator terletak berhadapan dengan rotor dan
terhubung tetap pada casing. Pada casing
dipasang lengan, dimana pada ujung lengan
terdapat alat ukur pembebanan (load cell)
sehingga torsi yang terjadi dapat diukur. Load
cell adalah sebuah force transducer yang Gambar 8. Setup Pengujian
bekerja berdasarkan prinsip deformasi sebuah
material akibat adanya tegangan mekanis yang Skema pengujian dapat dilihat pada
bekerja. Gambar 9 dengan spesifikasi engine yang diuji
Pada saat engine dan dinamometer pada Tabel 1 serta spesifikasi hydraulic
dihidupkan maka putaran engine diatur pada dynamometric unit uji pada Tabel 2.
putaran tertentu. Air masuk ke dalam casing
melalui selang dari penampungan air sehingga
80 D. Wahyu / JTM – ITP 9 (2) (2019) 73-82

waktu. Untuk hasil pengukuran torsi, kecepatan


putaran mesin dan aliran udara akan
ditampilkan pada digital displays. Sedangkan
untuk konsumsi bahan bakar akan dilakukan
penghitungan waktu persatuan detik
berdasarkan volume konsumsi pada fuel
flowmeter glass.

Tabel 3. Hasil pengujian


Test 1 2 3 4 5

Engine speed
5000 4500 4000 3500 3000
(rpm)

Torque
58 66 72 77 82
Gambar 9. Skema Pengujian (Nm)
Fuel flow
Tabel 1. Spesifikasi engine yang akan diuji measurement 9,9 8,4 7,1 6,5 6,3
25ml (s)
Spesifikasi Uraian
Air flow
Cycle Otto
measurement 7,8 7,5 7,3 7,3 6,5
Stroke 4 (m/s)
Fuel System MPI Electronic Injection Barometric
pressure 100,6 100,6 100,6 100,6 100,6
Cooling Water
(kPa)
Engine displacement 1108 cm3
Ambient
Max. Power Output 40 kW temperature 27 27 27 27 27
(°C)
Max. Power Engine Speed 5500 rpm
Max. Torque 98 Nm Perhitungan karakteristik performa mesin uji
Max. Torque Engine Speed 2750 rpm mulai dari power, brake mean effective pressure,
specific fuel consumption hingga voluetric
Compression Ratio 9.6 : 1 efficiency dilakukan melalui proses perhitungan
Weight 300 kg matematik yang menggunakan Persamaan (1)
Dimensions 1760x970x1460 mm sampai (5). Hasilnya dapat dilihat pada Table 4.

Tabel 4. Hasil perhitungan parameter performa engine


Tabel 2. Spesifikasi hydraulic dynamometric unit uji
Test 1 2 3 4 5
Spesifikasi Uraian
Max. Speed 10000 rpm Engine speed 5000 4500 4000 3500 3000

Max. Power 80 kW
Torque (Nm) 58 66 72 77 82
H2O Min. Pressure 2 bar
H2O Working Pressure 4 bar
Power (kW) 30,3 31,0 30,1 28,2 25,7
H2O Flow Rate Required 30 l/kWh
Max. Braking Torque 190 Nm
BMEP (kPa) 657 748 816 872 929
Accuracy 1%

SFC (g/kWh) 221,4 255,1 311,5 364,1 410,5


J. Hasil dan Pembahasan
Performa yang diukur dalam penelitian ini Volumetric
meliputi torsi, kecepatan putaran mesin, aliran 50 53 58 58 70
efficiency (%)
udara dan konsumsi bahan bakar seperti pada
Tabel 3. Pengukuran yang didapatkan
merupakan hasil dari konversi parameter yang
bekerja pada peralatan dan melalui perhitungan
D. Wahyu / JTM – ITP 9 (2) (2019) 73-82 81

3. Hasil dan Pembahasan dengan kenaikan kecepatan putaran engine.


Hasil pengujian engine menunjukkan hasil Pada grafik terlihat torsi maksimal hanya
yang jelas. Pada Gambar 10, grafik antara 82 Nm pada kecepatan putaran engine 3000
kecepatan putaran engine (rpm) dengan rpm. Jika dibandingkan dengan spesifikasi
torsi (Nm), menunjukkan bahwa nilai dari dari mesin uji yang torsinya 98 Nm pada
torsi akan menurun seiring dengan naiknya 2750 rpm, maka tidak tercapai torsi
kecepatan putaran engine. Dengan kata lain, maksimumnya disebabkan keterbatasan saat
torsi berbanding terbalik dengan kecepatan melakukan proses pengujian karena jika
putaran engine. Penurunan torsi pada grafik dibebani hingga di bawah 3000 rpm maka
tersebut disebabkan oleh nilai beban pada kecepatan putaran engine menjadi tidak
engine yang semakin berkurang seiring stabil.

Gambar 10. Grafik performa engine

Untuk garis antara kecepatan putaran engine kecepatan putaran engine (rpm). Terlihat
dengan daya (kW) ypada grafik menunjukkan maksimum BMEP adalah 929 kPa pada
bahwa nilai dari daya mengalami kenaikan kecepatan putaran engine 3000 rpm dan
seiring dengan kenaikan nilai kecepatan putaran minimumnya 657 kPa pada 5000 rpm.
engine (rpm). Seharusnya daya yang dihasilkan Dengan kata lain, BMEP berbanding
oleh engine tetap sama pada tiap perubahan
terbalik dengan kecepatan putaran engine
kecepatan engine. Pada grafik terlihat kenaikan
daya maksimum 31,086 kW pada 4500 rpm dan dikarenakan tekanan rata-rata dalam ruang
kemudian terjadi penurunan daya pada 5000 bakar akan semakin meningkat jika
rpm. Jika dibandingkan dengan daya bebannya semakin besar. Jadi BMEP
maksimum pada mesin uji yang mencapai 40 sebanding dengan torsi yang dihasilkan
kW, maka kondisi performa mesin uji tidak oleh engine.
tercapai sesuai dengan spesifikasinya. Selanjutnya garis grafik perbandingan
Dilain sisi garis antara Brake Mean antara Specific Fuel Consumption dengan
Effective Pressure dengan kecepatan kecepatan putaran engine terlihat penurunan
putaran engine Pada grafik menunjukkan SFC (g/kWh) seiring dengan semakin
bahwa nilai dari BMEP (kPa) akan meningkatnya kecepatan putaran engine
menurun seiring dengan kenaikan (rpm). Pada grafik terlihat punca SFC
82 D. Wahyu / JTM – ITP 9 (2) (2019) 73-82

adalah 410,5 g/kWh pada 3000 rpm dan Dari data hasil pengujian didapatkan
minimumnya 221,4 g/kWh pada 5000 rpm. variable-variabel kondisi operasi engine
Jadi SFC sebanding dengan torsi yang yang optimal, yang dapat dilihat pada
dihasilkan oleh engine karena semakin Table 5.
besar torsinya maka semakin banyak pula
bahan bakar yang dikonsumsi untuk 4. Simpulan
pembakaran di dalam ruang bakar dan
Setelah melakukan penelitian ini maka dapat
menghasilkan tenaga. diambil kesimpulkan, bahwa kondisi optimum
Sementara grafik perbandingan antara pengoperasian sebuah engine dapat ditentukan
volumetric efficiency dengan kecepatan melalui tes perfoma engine. Untuk variable
putaran engine terlihat terjadi penurunan kondisi optimal pengoperasian engine ini
volumetric efficiency (%) dengan semakin berada di 4000 Rpm dengan torsi 72 Nm dan
meningkatnya kecepatan putaran engine. power 30,1 kW dengan specific fuel
Pada grafik terlihat maksimum volumetric consumption sebesar 311,5 g/kWh.
efficiency-nya adalah 70% pada 3000 rpm
dan minimumnya 50% pada 5000 rpm. Ucapan Terima kasih
Maka dengan semakin cepatnya putaran
Terima kasih saya ucapkan kepada teman-
engine menyebabkan semakin rendah
teman dosen Jurusan Teknik Mesin Politeknik
efisiensi volumetrik udara yang masuk ke Negeri Padang yang telah memberikan
dalam ruang bakar sehingga tenaga yang kontribusi sehingga paper ini dapat diselesaikan,
dihasilkan oleh engine semakin berkurang, dan selanjutnya ucapan terima kasih saya
hal ini dikarenakan kerapatan udara yang ucapkan untuk Jurnal Teknik Mesin Institut
masuk semakin berkurang. Teknologi Padang yang telah menerima paper
Berdasarkan beberapa grafik ini, Seterusnya kepada peneliti lainnya yang
perbandingan yang telah ditunjukkan di atas, telah berpartisipasi men-submitt papernya
maka dapat disimpulkan bahwa semakin sehingga buku Jurnal Teknik Mesin ini cepat
banyak bahan bakar, panas dan udara yang diterbitkan.
masuk ke dalam ruang pembakaran maka
semakin meningkat tenaga yang dihasilkan Referensi
oleh engine. Hal ini ditunjukkan dengan [1] R. Razali, “Two Stroke Small Engine
grafik kenaikan nilai torsi, BMEP, SFC dan Test Rig Design and Its Engine,”
volumetric efficiency yang berbanding Universitas malaysia pahang, 2009.
terbalik dengan kecepatan putaran engine. [2] Dr. W.J.Wang, “Engine Testing and
Modelling,” 2009.
Tabel 5. Variable-variabel kondisi operasi engine yang [3] W. Aris munandar, Motor Bakar Torak,
optimal. Lima. Bandung: ITB, 2002.
[4] Arend, Bpm., Berenschot, H., Motor
Kondisi optimal operasi engine Nilai
bensin. Jakarta: Erlangga, 1980.
[5] Trakindo; Caterpillar, “Basic engine
Engine speed 4000
CAT,” 1998.
[6] Bintoro, Pemeliharaan Mesin Kendaraan
Torque (Nm) 72 Ringan. Jakarta, 2013.
[7] Arga Pratama, “SISTEM PENGAPIAN,”
Power (kW) 30,1 2016. https://teknikkendaraanringan-
otomotif.blogspot.com/2016/01/sistem-
BMEP (kPa) 816 pengapian.html.
[8] Caterpillar, Engine Power Concept and
SFC (g/kWh) 311,5
Terminology. 1992.

Volumetric efficiency (%) 58

You might also like