Professional Documents
Culture Documents
Abstract
In this study the addition of additives for gasoline aims to improve engine performance through
the quality of fuel combustion with air so that combustion can take place completely and to
reduce emissions. This study also expected to benefit the education and research to know the
effect of additives on engine performance. Research methods of testing, data collection and
processing of test results data. Test data is processed include torque, power, specific fuel
consumption, volumetric efficiency, thermal efficiency and emissions. The results showed that
the mixture of gasoline additives (C2:40) has a calorific value of the highest compared with other
mixtures, this is due to a change in the composition of the fuel. Increased torque at C 1:40 and
C2:40, but decreased in C3:40. This is because the heating value of fuel in C3: 40 also decreased.
While the power produced is influenced by the torque generated by the engine. For the
parameters specific fuel consumption (SFC) in each mixture is lower than usual when using the
gasoline engine. At engine speed 3000 rpm and load 25 kg obtained by the use of the lowest
fuel. Volumetric efficiency increases slightly with the addition of the additive content in the fuel
mixture in which the smallest volumetric efficiency occurs when the engine using gasoline fuel.
Thermal efficiency for a mixture of fuel consumption is greater than using gasoline. For the
parameters emissions, the use of additives mixed with gasoline to make the percentage levels
of CO, unburned hydro carbon(UHC) and CO2 decreased.
bensin maupun mesin diesel. Zat aditif Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik
digunakan untuk memberikan (g/kW.h).
peningkatan sifat dasar tertentu yang .
2
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492
3
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492
variasi putaran mesin dan beban yang Grafik Nilai Kalor Vs Pengujian
meliputi variasi putaran mesin 2000- 52000
47000 Bensin
Uji emisi gas buang yang dilakukan
meliputi kadar CO, CO2, UHC dan O2 46000
4
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492
90
Grafik Torsi Vs Putaran Mesin
80
70
60
Torsi (Nm)
50
40 Bensin - 10 kg
C1:40 - 10 kg
30 C2:40 - 10 kg
C3:40 - 10 kg
20 Bensin - 25 kg
C1:40 - 25 kg
10 C2:40 - 25 kg
C3:40 - 25 kg
0
2000 2500 3000 3500 4000
Putaran Mesin (rpm)
Gambar 2. Grafik torsi vs putaran mesin untuk beban 10 kg dan 25 kg
250.000
SFC (g/kWh)
200.000 Bensin - 10 kg
C1:40 - 10 kg
C2:40 - 10 kg
150.000 C3:40 - 10 kg
Bensin - 25 kg
100.000 C1:40 - 25 kg
C2:40 - 25 kg
C3:40 - 25 kg
50.000
0
2000 2500 3000 3500 4000
5
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492
6
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492
70
60
Efisiensi Termal (%)
Bensin - 10 kg
50 C1:40 - 10 kg
C2:40 - 10 kg
40 C3:40 - 10 kg
Bensin - 25 kg
30
C1:40 - 25 kg
20 C2:40 - 25 kg
C3:40 - 25 kg
10
0
2000 2500 3000 3500 4000
Putaran Mesin (rpm )
4.3. Pengujian Emisi Gas Buang menggunakan bahan bakar C3:40 pada
4.3.1. Kadar Carbon Monoksida putaran 2500 rpm yaitu 0,029%.
(CO) Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi
Emisi gas buang karbon saat menggunakan bahan bakar bensin
monoksida (CO) terjadi akibat pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar
kekurangan oksigen sehingga proses 0,289%. Kemudian untuk pembebanan
pembakaran berlangsung secara tidak 25 kg, kadar CO terendah terjadi saat
sempurna. Hal ini diakibatkan banyak menggunakan bahan bakar C3:40 pada
atom karbon yang tidak mendapatkan putaran 2500 rpm yaitu 0,024%.
cukup oksigen sehingga terbentuk gas Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi
CO. Dari hasil pengujian tampak saat menggunakan bensin pada
bahwa untuk pembebanan 10 kg, kadar putaran 4000 rpm yaitu sebesar
CO terendah terjadi saat mesin 0,292%.
0.3
0.25
Bensin - 10 kg
CO (%)
C1:40 - 10 kg
0.2 C2:40 - 10 kg
C3:40 - 10 kg
0.15 Bensin - 25 kg
C1:40 - 25 kg
0.1 C2:40 - 25 kg
C3:40 - 25 kg
0.05
0
2000 2500 3000 3500 4000
7
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492
pembakaran yang tidak sempurna di 2000 rpm yaitu sebesar 452 ppm. Dan
dalam silinder. Hasil pengujian untuk pembebanan 25 kg, kadar UHC
menunjukkan bahwa pada terendah terjadi saat menggunakan
pembebanan 10 kg, kadar UHC bahan bakar C3:40 pada putaran 4000
terendah terjadi saat menggunakan rpm yaitu 118 ppm . Sedangkan kadar
bahan bakar C3:40 pada putaran 4000 UHC tertinggi terjadi saat mesin
rpm sebesar 148 ppm. Sedangkan menggunakan bahan bakar bensin
kadar UHC tertinggi terjadi saat mesin pada putaran 2000 rpm yaitu sebesar
menggunakan bensin pada putaran 404 ppm.
Bensin - 10 kg
300 C1:40 - 10 kg
C2:40 - 10 kg
250 C3:40 - 10 kg
200 Bensin - 25 kg
C1:40 - 25 kg
150
C2:40 - 25 kg
100 C3:40 - 25 kg
50
0
2000 2500 3000 3500 4000
4.3.3. Kadar Karbon Dioksida (CO2) bahan bakar lebih mudah dan
Karbon dan oksigen bergabung pencampuran udara-bahan bakar
membentuk senyawa karbon berlangsung dengan baik. Kenaikan
monoksida (CO) sebagai hasil putaran poros mempercepat proses
pembakaran yang tidak sempurna pembakaran, sehingga bahan bakar
sedangkan karbon dioksida (CO2) yang terbakar relatif lebih banyak dan
merupakan produk dari pembakaran emisi CO2 yang dihasilkan cenderung
sempurna. Semakin tinggi kadar (CO) , bertambah besar. Untuk pengujian ini
maka semakin rendah CO2 dari hasil terlihat bahwa pada beban 10 kg, kadar
pembakaran. Bila campuran bahan CO2 terendah terjadi saat mesin
bakar udara sempurna (stoikiometris), menggunakan bahan bakar C3:40 pada
maka akan dihasilkan senyawa CO2. putaran 2500 rpm yaitu sebesar 1,10
Proses pencampuran udara-bahan %. Dan kadar CO2 tertinggi terjadi saat
bakar dimulai dari diinjeksikannya mesin menggunakan bensin pada
bahan bakar ke dalam silinder, ptaran 4000 rpm yaitu sebesar 8,43 %.
kemudian butiran bahan bakar akan Untuk pembebanan 25 kg, kadar CO2
menguap dan bercampur dengan terendah terjadi saat mesin
udara, proses ini dipengaruhi oleh menggunakan bahan bakar C3:40 pada
viskositas dan kemampuan bahan putaran 2500 rpm yaitu 1,02 %.
bakar untuk dapat menguap. Bahan Sedangkan kadar CO2 tertinggi terjadi
bakar campuran antara zat aditif saat mesin menggunakan bensin pada
dengan bensin mempunyai viskositas putaran mesin 3500 rpm yaitu sebesar
yang lebih kecil dari bensin, sehingga 7,56 %.
pembentukan butiran dan penguapan
8
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492
Gambar 10. Grafik kadar CO2 vs putaran mesin untuk beban 10 kg dan 25 kg
4.3.4. Kadar Sisa Oksigen (O2) terbakar relatif lebih banyak, sehingga
Proses pembakaran pada mesin dengan jumlah udara yang sama
Otto berlangsung pada campuran memerlukan lebih banyak oksigen
udara-bahan bakar yang kaya atau untuk proses pembakaran. Untuk
adanya udara berlebih yang bertujuan beban 10 kg, kadar O2 terendah terjadi
untuk menjamin kelangsungan proses saat mesin menggunakan bahan bakar
pembakaran, sehingga dalam gas bensin pada putaran mesin 4000 rpm
buang hasil pembakaran masih yaitu sebesar 9,45%. Sedangkan
mengandung O2. Sisa O2 gas buang kadar O2 tertinggi terjadi saat mesin
dari pembakaran campuran antara zat menggunakan bahan bakar C3:40 pada
aditif dengan bensin lebih besar dari putaran mesin 2500 rpm yaitu sebesar
pada bensin, hal ini karena adanya 19,08%. Pada pembebanan 25 kg,
kandungan oksigen yang terikat kadar O2 terendah terjadi saat
langsung pada senyawa zat aditif. menggunakan bensin pada putaran
Pengaruh kenaikan putaran poros pada 4000 rpm yaitu 9,75% . Sedangkan
beban konstan cenderung mengurangi kadar O2 tertinggi terjadi saat
jumlah sisa O2 gas buang, hal ini menggunakan bahan bakar C3:40 pada
disebabkan pada kondisi tersebut putaran mesin 2500 rpm yaitu sebesar
jumlah massa bahan bakar yang 19,25 %.
20
Bensin - 10 kg
15 C1:40 - 10 kg
O2 (%)
C2:40 - 10 kg
C3:40 - 10 kg
10 Bensin - 25 kg
C1:40 - 25 kg
C2:40 - 25 kg
5 C3:40 - 25 kg
0
2000 2500 3000 3500 4000
9
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492
DAFTAR PUSTAKA
10