You are on page 1of 10

Jurnal Dinamis Vol. II, No.

4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

ANALISA PENGUJIAN PENGARUH PEMAKAIAN


ZAT ADITIF TERHADAP PERFORMANSI MESIN OTTO

Tulus Burhanuddin Sitorus


Staf Pengajar Departemen Teknik Mesin FT- USU
Jl. Almamater Kampus USU Medan – 20155
Telp./Fax : 061-8212050

Abstract

In this study the addition of additives for gasoline aims to improve engine performance through
the quality of fuel combustion with air so that combustion can take place completely and to
reduce emissions. This study also expected to benefit the education and research to know the
effect of additives on engine performance. Research methods of testing, data collection and
processing of test results data. Test data is processed include torque, power, specific fuel
consumption, volumetric efficiency, thermal efficiency and emissions. The results showed that
the mixture of gasoline additives (C2:40) has a calorific value of the highest compared with other
mixtures, this is due to a change in the composition of the fuel. Increased torque at C 1:40 and
C2:40, but decreased in C3:40. This is because the heating value of fuel in C3: 40 also decreased.
While the power produced is influenced by the torque generated by the engine. For the
parameters specific fuel consumption (SFC) in each mixture is lower than usual when using the
gasoline engine. At engine speed 3000 rpm and load 25 kg obtained by the use of the lowest
fuel. Volumetric efficiency increases slightly with the addition of the additive content in the fuel
mixture in which the smallest volumetric efficiency occurs when the engine using gasoline fuel.
Thermal efficiency for a mixture of fuel consumption is greater than using gasoline. For the
parameters emissions, the use of additives mixed with gasoline to make the percentage levels
of CO, unburned hydro carbon(UHC) and CO2 decreased.

Keywords : additives, otto engine performance, emissions

1. PENDAHULUAN Pada penelitian ini digunakan


campuran zat aditif dengan bahan
Berkembangnya teknologi otomotif bakar bensin yang bertujuan untuk
dewasa ini menjadikan teknologi meningkatkan performansi mesin otto
kendaraan juga semakin berkembang, melalui kualitas proses pembakaran
termasuk pada sistem pembakaran sehingga pembakaran dapat
dimana sistem memiliki tingkat berlangsung secara sempurna dan
kompresi rasio yang tinggi sehingga untuk memperoleh konsentrasi dari
memerlukan jenis bahan bakar yang beberapa senyawa emisi gas buang
sesuai agar pembakaran tersebut yang dihasilkan. Dan diharapkan juga
berjalan dengan sempurna. penelitian ini bermanfaat bagi kalangan
Pada era sekarang ini, konsumen dunia pendidikan dan penelitian untuk
sangat membutuhkan kendaraan mengetahui pengaruh zat aditif pada
bermotor dengan kinerja mesin yang performansi mesin otto.
optimal dan irit bahan bakar. Kriteria
tersebut dapat dipenuhi apabila proses
pembakaran bahan bakar salah 2. TINJAUAN PUSTAKA
satunya dengan menggunakan zat
aditif untuk meningkatkan kinerja 2.1. Zat Aditif
banyak ragamnya. Zat aditif merupakan bahan yang
ditambahkan pada bahan bakar
kendaraan bermotor, baik untuk mesin
1
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

bensin maupun mesin diesel. Zat aditif Sfc = konsumsi bahan bakar spesifik
digunakan untuk memberikan (g/kW.h).
peningkatan sifat dasar tertentu yang .

telah dimilikinya seperti aditif anti mf = laju aliran bahan bakar


detonasi bensin untuk bahan bakar (kg/jam).
mesin bensin, juga untuk meningkatkan Besarnya laju aliran massa bahan
kemampuan bertahan terhadap .
terjadinya oksidasi pada pelumas. bakar (mf ) dihitung dengan
Adapun manfaat dari zat aditif adalah persamaan berikut:
untuk meningkatkan performansi mesin sg f .V f .10 3
mulai dari durabilitas, akselerasi mf  x 3600
sampai tenaga mesin. Kegunaan lain tf
dari zat aditif adalah membersihkan dimana :
karburator/injektor pada saluran bahan sg f = spesific gravity
bakar, mengurangi karbon/endapan
senyawa organik pada ruang bakar, V f = volume bahan bakar yang diuji
meningkatkan daya mesin, mencegah (dalam hal ini 50 ml).
korosi dan menghemat bahan bakar
tf = waktu untuk menghabiskan
minyak serta mengurangi emisi gas
buang. bahan bakar sebanyak volume
uji (detik).
2.2. Performansi Motor Bakar[1]
2.2.1.Torsi dan Daya
Torsi yang dihasilkan suatu mesin 2.2.3. Efisiensi Volumetrik
dapat diukur dengan menggunakan Efisiensi volumetrik ( v )
dynamometer yang dikopel dengan dirumuskan dengan persamaan berikut
poros output mesin. Daya yang :
dihasilkan poros output ini memiliki Berat udara segar yang terisap
persamaan : v =
2. .n Berat udara sebanyak volume langkah to rak
PB = T
60 Berat udara segar yang terisap:
dimana : PB = Daya (Watt) .

n = Putaran mesin (rpm) ma 2


= .
T = Torsi (N.m) 60 n
Massa ideal udara per siklus =  a . V s
2.2.2. Konsumsi Bahan Bakar
Spesifik dimana  a
= massa jenis udara dan
Konsumsi bahan bakar spesifik Vs = volume swept.
(specific fuel consumption, sfc) adalah Dengan mensubstitusikan persamaan
parameter unjuk kerja mesin yang diatas, maka diperoleh efisiensi
berhubungan langsung dengan nilai volumetrik :
ekonomis sebuah mesin, karena .

dengan mengetahui hal ini dapat 2. m a 1


v = .
dihitung jumlah bahan bakar yang 60.n  a .Vs
dibutuhkan untuk menghasilkan
sejumlah daya dalam selang waktu
tertentu. 2.2.4. Efisiensi Termal
Bila daya dalam satuan kW dan laju Kerja berguna yang dihasilkan
aliran massa bahan bakar dalam selalu lebih kecil dari pada energi yang
satuan kg/jam, maka : dibangkitkan piston karena sejumlah
. energi hilang akibat adanya rugi–rugi
m f x 10 3 mekanis (mechanical losses). Dengan
Sfc = alasan ekonomis perlu dicari kerja
PB
maksimum yang dapat dihasilkan dari
dimana :

2
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

pembakaran sejumlah bahan bakar. 1. Mesin Otto 4-langkah 4-silinder


Efisiensi ini disebut sebagai efisiensi yaitu TecQuipment type. TD4A
termal (brake thermal efficiency,  b ) : 024.
2. Bom kalorimeter untuk mengukur
Daya keluaran aktual
b = nilai kalor bahan bakar.
Laju panas yang masuk 3. Untuk emisi gas buang
menggunakan alat uji auto gas
Laju panas yang masuk Q, dapat analizer.
dihitung dengan rumus berikut :
. 3.3. Pengujian
Q = m f . LHV Pengujian yang dilakukan meliputi
dimana LHV = nilai kalor bawah bahan 3 (tiga) tahapan yaitu :
bakar (kJ/kg)
Jika daya keluaran ( PB ) dalam satuan 3.3.1 Pengujian Nilai Kalor Bahan
. Bakar
kW, laju aliran bahan bakar m f dalam Peralatan yang digunakan untuk
satuan kg/jam, maka : pengujian nilai kalor adalah bomb
calorimeter. Sampel untuk pengujian
PB
b = .
. 3600 nilai kalor adalah bahan bakar
m f .LHV campuran bensin dengan zat aditif
yang terdiri dari 100 ml zat aditif
dicampur dengan 4000 ml bensin
(C1:40), 200 ml zat aditif dicampur
3. METODOLOGI PENELITIAN
dengan 4000 ml bensin (C2:40), 300 ml
zat aditif dicampur dengan 4000 ml
3.1 Waktu dan Tempat
bensin (C3:40) dan bahan bakar bensin.
Sehingga total bahan bakar yang diuji
Pengujian dilakukan di ada sebanyak 4 jenis spesimen.
Laboratorium Motor Bakar Departemen
Teknik Mesin Fakultas Teknik 3.3.2. Pengujian Performansi Mesin
Universitas Sumatera Utara. Waktu Otto
penelitian mulai dari persiapan,
pengujian dan analisa hasil sekitar 6 Uji performansi mesin otto
(enam) bulan. dilakukan dengan menggunakan mesin
uji TD4A 024 4-Stroke Otto Engine
3.2 Bahan dan Alat Bahan yang memiliki spesifikasi sebagai
Bahan yang menjadi objek berikut :
pengujian ini adalah bahan bakar
Tabel 1. Spesifikasi TD4A 024 4-Stroke
bensin dan campuran bensin dengan [7]
Otto Engine
zat aditif dengan komposisi 4000 ml
bensin dicampur 100 ml zat aditif TD4A 024 4 - Stroke Otto Engine
(C1:40), 4000 ml bensin dicampur 200
ml zat aditif (C2:40) dan 4000 ml bensin Type Tecquipment TD4A 024
dicampur 300 ml zat aditif (C3:40). Zat
aditif yang digunakan bermerek Jet Age Langkah dan
73,0 mm dan 80,5 mm
Conditioner (JAC) yang terdiri atas JAC Diameter
Gas Conditioner untuk mesin otto dan Kompresi Rasio 10 : 1
Kapasitas 1486 cc
JAC Diesel Conditioner untuk mesin
Firing Order 1-3-4-2
diesel. Pada penelitian ini yang
digunakan adalah JAC Gas
Conditioner. Pengujian dilakukan untuk
pemakaian bahan bakar (C1:40), (C2:40),
Alat (C3:40) dan bensin dengan volume uji
Alat uji yang digunakan dalam masing-masing bahan bakar sebanyak
eksperimental ini terdiri dari : 50 ml. Pada pengujian ini dilakukan

3
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

variasi putaran mesin dan beban yang Grafik Nilai Kalor Vs Pengujian
meliputi variasi putaran mesin 2000- 52000

rpm, 2500-rpm, 3000-rpm, 3500-rpm, 51000


4000-rpm serta variasi beban 10 kg dan 50000

Nilai Kalor (kJ/kg)


25 kg. 49000
C1:40
48000 C2:40
3.3.3. Pengujian Emisi Gas Buang C3:40

47000 Bensin
Uji emisi gas buang yang dilakukan
meliputi kadar CO, CO2, UHC dan O2 46000

yang terdapat pada produk 45000


pembakaran empat spesimen bahan 44000
bakar yaitu (C1:40), (C2:40), (C3:40) dan 1 2 3
Pengujian
4 5
bensin dengan volume uji masing-
masing sebanyak 50 ml pada putaran Gambar 1. Grafik Nilai Kalor vs
Pengujian
mesin 2000-rpm, 2500-rpm, 3000-rpm,
3500-rpm, 4000-rpm serta variasi
4.2 Pengujian Performansi Mesin
beban 10 kg dan 25 kg. Peralatan yang
Otto
digunakan untuk mengetahui emisi gas
4.2.1. Torsi
buang adalah alat uji auto gas analizer.
Torsi mengalami peningkatan
3.4. Pengumpulan Data seiring dengan peningkatan putaran
mesin dan pertambahan beban.
Data yang dipergunakan dalam
pengujian ini meliputi : Tampak dari Gambar 2 bahwa torsi dari
a. Data primer, merupakan data yang mesin yang menggunakan ketiga
diperoleh langsung dari campuran bensin dengan zat aditif lebih
besar bila dibandingkan dengan
pengukuran dan pembacaan pada
menggunakan bahan bakar bensin. Hal
unit instrumentasi dan alat ukur
pada masing-masing pengujian. ini dipengaruhi oleh nilai kalor tiap jenis
b. Data sekunder, merupakan data spesimen bahan bakar. Besarnya
yang diperoleh dari spesifikasi energi hasil pembakaran suatu bahan
bahan aditif yang digunakan dan bakar sangat dipengaruhi nilai kalor
dimana nilai kalor dipengaruhi oleh
data karakteristik bahan bakar
bensin dari PT. Pertamina. komposisi penyusun bahan bakar itu
sendiri.
3.5. Pengolahan Data
Data yang diperoleh dari data 4.2.2. Daya
primer dan data sekunder diolah ke Besarnya daya yang dihasilkan
dalam persamaan, kemudian data hasil mesin dipengaruhi oleh putaran poros
perhitungan disajikan dalam bentuk engkol yang terjadi akibat dorongan
grafik dan dianalisa. piston yang dihasilkan karena adanya
pembakaran bahan bakar dengan
udara. Jika konsumsi bahan bakar dan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN udara diperbesar maka akan semakin
besar juga daya yang dihasilkan mesin.
4.1.Pengujian Nilai Kalor Bahan Semakin cepat poros engkol berputar
Bakar maka akan semakin besar daya yang
Dari hasil penelitian tampak bahwa dihasilkan. Dari Gambar 3, daya
nilai kalor (Heating Value) dari terendah terjadi ketika menggunakan
campuran zat aditif dengan bensin lebih bahan bakar bensin pada beban 10 kg
tinggi dibanding dengan nilai kalor dan putaran 2000 rpm yaitu 8,373 kW.
bensin, hal ini dipengaruhi adanya Sedangkan daya tertinggi terjadi ketika
perubahan komposisi penyusun bahan menggunakan bahan bakar C2:40 pada
bakar campuran zat aditif dengan putaran 4000 rpm dan beban 25 kg
bensin terutama untuk campuran C2:40 yaitu sebesar 30,144 kW.
dan C3:40.

4
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

90
Grafik Torsi Vs Putaran Mesin
80

70

60
Torsi (Nm)

50

40 Bensin - 10 kg
C1:40 - 10 kg
30 C2:40 - 10 kg
C3:40 - 10 kg
20 Bensin - 25 kg
C1:40 - 25 kg
10 C2:40 - 25 kg
C3:40 - 25 kg
0
2000 2500 3000 3500 4000
Putaran Mesin (rpm)
Gambar 2. Grafik torsi vs putaran mesin untuk beban 10 kg dan 25 kg

4.2.3. Konsumsi Bahan Bakar


Konsumsi bahan bakar spesifik zat aditif dengan bensin C2:40 pada
dipengaruhi oleh putaran mesin. putaran 3500 rpm yaitu sebesar
Semakin tinggi putaran mesin maka 190,437 g/kWh. Sedangkan Sfc
konsumsi bahan bakar juga meningkat tertinggi terjadi saat mesin
dan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh menggunakan bensin pada putaran
peningkatan laju aliran bahan bakar. 2000 rpm yaitu sebesar 264,805
Ada kecenderungan besarnya Sfc juga g/kWh. Dan untuk pada pembebanan
dipengaruhi oleh nilai kalor bahan 25 kg, Sfc terendah terjadi pada
bakar dimana semakin besar nilai kalor pengujian dengan bahan bakar C2:40
bahan bakar maka Sfc semakin kecil pada putaran 3000 rpm yaitu sebesar
dan sebaliknya. Dari grafik tampak 100,632 g/kWh. Sedangkan Sfc
bahwa pada pembebanan 10 kg, Sfc tertinggi terjadi pada saat mesin
terendah terjadi pada pengujian dengan menggunakan bensin pada putaran
menggunakan bahan bakar campuran 4000 rpm sebesar 137,561g/kWh.

Grafik SFC Vs Putaran Mesin


300.000

250.000
SFC (g/kWh)

200.000 Bensin - 10 kg
C1:40 - 10 kg
C2:40 - 10 kg
150.000 C3:40 - 10 kg
Bensin - 25 kg
100.000 C1:40 - 25 kg
C2:40 - 25 kg
C3:40 - 25 kg
50.000

0
2000 2500 3000 3500 4000

Putaran Mesin (rpm)

Gambar 4. Grafik Sfc vs putaran mesin untuk beban 10 kg dan 25 kg

5
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

4.2.4. Efisiensi Volumetrik 3500 rpm yaitu sebesar 69,97%, dan


Efisiensi volumetrik menunjukkan terendah pada saat menggunakan
perbandingan antara jumlah udara bahan bakar bensin pada putaran 2000
yang terisap sebenarnya terhadap rpm sebesar 41,62%. Untuk beban 25
jumlah udara yang terisap sebanyak kg, efisiensi volumetrik tertinggi terjadi
volume langkah torak untuk setiap ketika menggunakan bahan bakar C3:40
langkah isap. Efisiensi volumetrik pada putaran mesin 3500 rpm sebesar
sangat dipengaruhi oleh putaran mesin. 72,56%. Efisiensi volumetrik terendah
Tampak dari grafik bahwa pada beban terjadi ketika mesin menggunakan
10 kg, efisiensi volumetrik tertinggi bahan bakar bensin pada putaran 2000
terjadi ketika mesin menggunakan rpm yaitu 41,82%.
bahan bakar C3:40 pada putaran

Gambar 6. Grafik efisiensi volumetrik vs putaran mesin


untuk beban 10 kg dan 25 kg

4.2.5. Efisiensi Termal konstan dan kenaikan putaran poros


Efisiensi termal terendah terjadi akan mempersingkat waktu proses
ketika menggunakan bahan bakar pencampuran bahan bakar–udara,
bensin pada beban 10 kg dan putaran sehingga pembakaran berlangsung
mesin 2000 rpm yaitu sebesar 30,37 %. kurang baik, hal ini akan menghasilkan
sedangkan efisiensi termal tertinggi energi pembakaran yang lebih kecil dan
terjadi ketika menggunakan bahan cenderung mengurangi efisiensi termal.
bakar C2:40 pada putaran 3000 rpm Pada kondisi penambahan beban pada
yaitu sebesar 75,80%. Efisiensi termal putaran poros konstan akan terjadi
dari mesin yang menggunakan bahan penambahan kandungan oksigen yang
bakar campuran antara zat aditif terikat pada campuran antara zat aditif
dengan bensin relatif lebih besar dengan bensin sebanding dengan
dibandingkan bila mesin menggunakan penambahan massa bahan bakar, hal
bensin, hal ini dipengaruhi oleh lebih ini akan menyebabkan semakin banyak
besarnya nilai kalor dari campuran bahan bakar yang terbakar dan daya
antara zat aditif dengan bensin efektif yang lebih besar, sehingga
dibandingkan dengan nilai kalor bensin. meningkatkan efisiensi termal.
Kenaikan putaran poros pada beban
konstan cenderung mengurangi
efisiensi termal, untuk beban konstan
daya efektif yang dihasilkan relatif

6
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

Grafik Efisiensi Termal Vs Putaran Mesin


80

70

60
Efisiensi Termal (%)

Bensin - 10 kg
50 C1:40 - 10 kg
C2:40 - 10 kg
40 C3:40 - 10 kg
Bensin - 25 kg
30
C1:40 - 25 kg

20 C2:40 - 25 kg
C3:40 - 25 kg
10

0
2000 2500 3000 3500 4000
Putaran Mesin (rpm )

Gambar 7. Grafik efisiensi termal vs putaran mesin untuk beban 10 kg dan 25 kg

4.3. Pengujian Emisi Gas Buang menggunakan bahan bakar C3:40 pada
4.3.1. Kadar Carbon Monoksida putaran 2500 rpm yaitu 0,029%.
(CO) Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi
Emisi gas buang karbon saat menggunakan bahan bakar bensin
monoksida (CO) terjadi akibat pada putaran 4000 rpm yaitu sebesar
kekurangan oksigen sehingga proses 0,289%. Kemudian untuk pembebanan
pembakaran berlangsung secara tidak 25 kg, kadar CO terendah terjadi saat
sempurna. Hal ini diakibatkan banyak menggunakan bahan bakar C3:40 pada
atom karbon yang tidak mendapatkan putaran 2500 rpm yaitu 0,024%.
cukup oksigen sehingga terbentuk gas Sedangkan kadar CO tertinggi terjadi
CO. Dari hasil pengujian tampak saat menggunakan bensin pada
bahwa untuk pembebanan 10 kg, kadar putaran 4000 rpm yaitu sebesar
CO terendah terjadi saat mesin 0,292%.

Grafik CO Vs Putaran Mesin


0.35

0.3

0.25
Bensin - 10 kg
CO (%)

C1:40 - 10 kg
0.2 C2:40 - 10 kg
C3:40 - 10 kg
0.15 Bensin - 25 kg
C1:40 - 25 kg
0.1 C2:40 - 25 kg
C3:40 - 25 kg
0.05

0
2000 2500 3000 3500 4000

Putaran Mesin (rpm)


Gambar 8. Grafik kadar CO vs putaran mesin untuk beban 10 kg dan 25 kg

4.3.2. Kadar Unburned Hydro antara zat aditif dengan bensin


Carbon (UHC) disebabkan karena bensin mempunyai
Jumlah emisi Unburned Hydro senyawa berat yang jumlah ikatan
Carbon (UHC) yang dihasilkan lebih rantai karbon yang lebih panjang jika
besar terjadi untuk mesin yang dibandingan dengan campuran antara
menggunakan bahan bakar bensin jika zat aditif dengan bensin. Hal ini juga
dibandingkan terhadap campuran disebabkan karena adanya

7
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

pembakaran yang tidak sempurna di 2000 rpm yaitu sebesar 452 ppm. Dan
dalam silinder. Hasil pengujian untuk pembebanan 25 kg, kadar UHC
menunjukkan bahwa pada terendah terjadi saat menggunakan
pembebanan 10 kg, kadar UHC bahan bakar C3:40 pada putaran 4000
terendah terjadi saat menggunakan rpm yaitu 118 ppm . Sedangkan kadar
bahan bakar C3:40 pada putaran 4000 UHC tertinggi terjadi saat mesin
rpm sebesar 148 ppm. Sedangkan menggunakan bahan bakar bensin
kadar UHC tertinggi terjadi saat mesin pada putaran 2000 rpm yaitu sebesar
menggunakan bensin pada putaran 404 ppm.

Grafik UHC Vs Putaran Mesin


500
450
400
350
UHC (ppm)

Bensin - 10 kg

300 C1:40 - 10 kg
C2:40 - 10 kg
250 C3:40 - 10 kg
200 Bensin - 25 kg
C1:40 - 25 kg
150
C2:40 - 25 kg
100 C3:40 - 25 kg

50
0
2000 2500 3000 3500 4000

Putaran Mesin (rpm)


Gambar 9. Grafik Kadar UHC vs Putaran mesin untuk beban 10 kg dan 25 kg

4.3.3. Kadar Karbon Dioksida (CO2) bahan bakar lebih mudah dan
Karbon dan oksigen bergabung pencampuran udara-bahan bakar
membentuk senyawa karbon berlangsung dengan baik. Kenaikan
monoksida (CO) sebagai hasil putaran poros mempercepat proses
pembakaran yang tidak sempurna pembakaran, sehingga bahan bakar
sedangkan karbon dioksida (CO2) yang terbakar relatif lebih banyak dan
merupakan produk dari pembakaran emisi CO2 yang dihasilkan cenderung
sempurna. Semakin tinggi kadar (CO) , bertambah besar. Untuk pengujian ini
maka semakin rendah CO2 dari hasil terlihat bahwa pada beban 10 kg, kadar
pembakaran. Bila campuran bahan CO2 terendah terjadi saat mesin
bakar udara sempurna (stoikiometris), menggunakan bahan bakar C3:40 pada
maka akan dihasilkan senyawa CO2. putaran 2500 rpm yaitu sebesar 1,10
Proses pencampuran udara-bahan %. Dan kadar CO2 tertinggi terjadi saat
bakar dimulai dari diinjeksikannya mesin menggunakan bensin pada
bahan bakar ke dalam silinder, ptaran 4000 rpm yaitu sebesar 8,43 %.
kemudian butiran bahan bakar akan Untuk pembebanan 25 kg, kadar CO2
menguap dan bercampur dengan terendah terjadi saat mesin
udara, proses ini dipengaruhi oleh menggunakan bahan bakar C3:40 pada
viskositas dan kemampuan bahan putaran 2500 rpm yaitu 1,02 %.
bakar untuk dapat menguap. Bahan Sedangkan kadar CO2 tertinggi terjadi
bakar campuran antara zat aditif saat mesin menggunakan bensin pada
dengan bensin mempunyai viskositas putaran mesin 3500 rpm yaitu sebesar
yang lebih kecil dari bensin, sehingga 7,56 %.
pembentukan butiran dan penguapan

8
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

Gambar 10. Grafik kadar CO2 vs putaran mesin untuk beban 10 kg dan 25 kg

4.3.4. Kadar Sisa Oksigen (O2) terbakar relatif lebih banyak, sehingga
Proses pembakaran pada mesin dengan jumlah udara yang sama
Otto berlangsung pada campuran memerlukan lebih banyak oksigen
udara-bahan bakar yang kaya atau untuk proses pembakaran. Untuk
adanya udara berlebih yang bertujuan beban 10 kg, kadar O2 terendah terjadi
untuk menjamin kelangsungan proses saat mesin menggunakan bahan bakar
pembakaran, sehingga dalam gas bensin pada putaran mesin 4000 rpm
buang hasil pembakaran masih yaitu sebesar 9,45%. Sedangkan
mengandung O2. Sisa O2 gas buang kadar O2 tertinggi terjadi saat mesin
dari pembakaran campuran antara zat menggunakan bahan bakar C3:40 pada
aditif dengan bensin lebih besar dari putaran mesin 2500 rpm yaitu sebesar
pada bensin, hal ini karena adanya 19,08%. Pada pembebanan 25 kg,
kandungan oksigen yang terikat kadar O2 terendah terjadi saat
langsung pada senyawa zat aditif. menggunakan bensin pada putaran
Pengaruh kenaikan putaran poros pada 4000 rpm yaitu 9,75% . Sedangkan
beban konstan cenderung mengurangi kadar O2 tertinggi terjadi saat
jumlah sisa O2 gas buang, hal ini menggunakan bahan bakar C3:40 pada
disebabkan pada kondisi tersebut putaran mesin 2500 rpm yaitu sebesar
jumlah massa bahan bakar yang 19,25 %.

Grafik O2 Vs Putaran Mesin


25

20

Bensin - 10 kg

15 C1:40 - 10 kg
O2 (%)

C2:40 - 10 kg
C3:40 - 10 kg
10 Bensin - 25 kg
C1:40 - 25 kg
C2:40 - 25 kg
5 C3:40 - 25 kg

0
2000 2500 3000 3500 4000

Putaran Mesin (rpm)


Gambar 11. Grafik kadar O2 vs putaran mesin untuk beban 10 kg dan 25 kg

9
Jurnal Dinamis Vol. II, No. 4, Januari 2009 ISSN 0216 - 7492

5. KESIMPULAN 4. Arismunandar, Wiranto dan Koichi


Tsuda, Motor Diesel Putaran Tinggi,
Hasil pengujian menunjukkan bahwa : Pradnya Paramita, Jakarta, 1976.
1. Bahan bakar campuran bensin- 5. Manual Book of IMR ® 2800 –
zat aditif (C2:40) memiliki nilai Automotive Emission Gas Analyzer,
kalor yang paling tinggi dimana IMR Environmental Equipment, Inc.
hal ini dipengaruhi oleh 6. Chengel, Yunus A. dan Boles,
perubahan komposisi senyawa Michael A., Thermodynamic, An
bahan bakar. Engineering Approach, McGraw Hill
2. Konsumsi bahan bakar spesifik Book Company, 1985.
(Sfc) pada setiap campuran 7. Panduan Praktikum Motor Bensin
lebih rendah dibandingkan bila Laboratorium Motor Bakar
mesin menggunakan bensin Departemen Teknik Mesin FT. USU
dimana pada putaran mesin Medan.
3000 rpm dan beban 25 kg 8. Priambodo, Bambang dan Maleev,
penggunaan bahan bakar paling V.L, Operasi dan Pemeliharaan
rendah. Mesin Diesel, Penerbit Erlangga,
3. Efisiensi volumetrik sedikit 1991.
meningkat dengan penambahan 9. Pudjanarsa, Astu dan Nursuhud,
kandungan zat aditif dalam Djati, Mesin Konversi Energi,
campuran bahan bakar dimana Penerbit Andi Yogyakarta, 2006
efisiensi volumetrik terkecil 10. Edi, Sigar, Buku Pintar Otomotif,
diperoleh bila mesin Penerbit Pustaka Dela Pratasa,
menggunakan bahan bakar Jakarta, 1998.
bensin. 11. Panduan Praktikum Bom
4. Efisiensi termal dari mesin yang Kalorimeter Laboratorium Motor
menggunakan campuran antara Bakar Departemen Teknik Mesin
zat aditif dengan bensin relatif FT. USU, Medan 1996.
lebih besar dibandingkan bila 12. Soenarta, Nakolea dan Shoichi
mesin menggunakan bahan Furuhama, Motor Serba Guna,
bakar bensin, hal ini dipengaruhi Pradnya Paramita, Jakarta, 2002.
oleh nilai kalor bahan bakar 13. Wartawan, Anton L, Bahan Bakar
campuran antara zat aditif. Bensin Otomotif, Penerbit
5. Emisi gas buang CO, UHC dan Universitas Trisakti, 1997
CO2 untuk mesin yang 14. www.pertamina.com
menggunakan bahan bakar 15. www.chemeng.ui.ac.id/~wulan/Mate
campuran zat aditif mengalami ri/port/BAHAN%2520CAIR.PDF
penurunan dibandingkan bila 16. www.members.fortunecity.com/lingk
mesin mengunakan bahan ungan/artikel/timbal.htm
bakar bensin.

DAFTAR PUSTAKA

1. Manual Book of TD 110–115 Test


Bed Instrumentation for Small
Engines, TQ Education and
Trainning Ltd – Product Division
2000.
2. Arismunandar, Wiranto. Penggerak
Mula Motor Bakar Torak : Penerbit
ITB Bandung, 1988.
3. Arends.BPM dan Berenschot.H,
Motor Bensin, Erlangga. Jakarta,
1980.

10

You might also like