You are on page 1of 10

e-ISSN 2715-3312 Medical Scope Journal (MSJ).

2020;2(1):7-16
DOI: https://doi.org/10.35790/msj.2.1.2020.29630
Available from:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/msj

Penyakit Crohn: Laporan Kasus

Paul V. Siwy,1 Fandy Gosal2

1
PPDS Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: paulsiwy207@gmail.com

Abstract: Crohn’s disease is an inflammatory transmural bowel disease with unspecific clinical
characteritics. It could involve all parts of the digestive system. The exact cause of this disease
remains unknown. Its manifestation depends on the location of involved intestinal mucosa,
however, it could also occur extra intestinal. We reported a case of Crohn’s disease in a 54-year-
old male. In this patient there was defecation with blood in stool, abdominal pain, nausea, and
weight loss. Diagnosis was based on history, physical examination, endoscopic examination and
colonoscopy, as well as histopathological examination. Colonoscopy EGD examination and tissue
biopsy were performed on this patient and revealed esophagitis EGD classification of Los Angeles
grade A and erosive gastritis. The results of colonoscopy suggested Crohn’s disease, and internal
and external hemorrhoids. Pathology examination showed non-specific chronic gastritis,
nonspecific chronic ileitis with datia cells, nonspecific pancolitis, and specific chronic proctitis.
Disease activity measured by using CDAI (Crohn Disease Activity Index) score was 170 (mild
disease). Moreover, based on the Montreal classification it was classified as A3 L3 B1 and SES-
CD (Simple Endoscopic Scoring System in Crohn’s Disease) with value of 0 (not active). This
patient was planned to be treated with 500 mg of mesalazine three times daily.
Keywords: Crohn’s disease

Abstrak: Penyakit Crohn adalah bagian dari penyakit inflamasi saluran cerna dengan karakteristik
klinis yang tidak jelas, transmural, dan dapat mengenai semua bagian saluran cerna. Sampai saat
ini etiologinya belum diketahui pasti. Manifestasi penyakit ini bervariasi tergantung kerusakan
dari lokasi mukosa intestinal yang terkena. Manifestasi ini dapat juga terjadi di luar sistem saluran
cerna. Kami melaporkan suatu kasus penyakit Crohn pada seorang laki-laki berusia 54 tahun. Pada
pasien ini didapatkan buang air besar disertai darah, nyeri perut, mual dan penurunan berat badan.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan endoskopi dan
kolonoskopi serta pemeriksaan histopatologik. Pemeriksaan EGD-kolonoskopi dan biopsi jarring-
an dengan hasil EGD esofagitis klasifikasi Los Angeles grade A dan gastritis erosiva. Hasil
kolonoskopi ialah kesan suspek penyakit Crohn dengan hemoroid interna dan eksterna. Hasil
histopatologi mendapatkan gastritis kronik non spesifik, ileitis kronik non spesifik dengan sel
datia, pankolitis non spesifik dan proktitis kronik non spesifik. Aktivitas penyakit diukur dengan
skor CDAI sebesar 170 (aktivitas ringan) dan berdasarkan klasifikasi Montreal diklasifikasikan
sebagai A3 L3 B1 dan SES-CD sebesar 0 (tidak aktif). Pasien ini direncanakan untuk diterapi
dengan pemberian mesalasin 500mg tiga kali sehari.
Kata kunci: penyakit Crohn

PENDAHULUAN adalah peradangan kronis dari dinding usus


Penyakit Crohn adalah kondisi pera- yang biasanya melibatkan bagian bawah
dangan kronik, terus menerus, yang dapat dari usus kecil, bagian atas dari usus besar,
memengaruhi saluran cerna di semua bagian atau keduanya tetapi dapat memengaruhi
dari mulut sampai anus.1 Penyakit Crohn setiap bagian dari saluran cerna.2 Penyakit

7
8 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 2, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 7-16

ini merupakan bagian dari penyakit pera- terjadi di luar sistem saluran cerna seperti
dangan kronik usus (chronic inflammatory iritis, uveitis, artritis, kolangitis sklerosis
bowel disease) yang terdiri dari penyakit primer, dan ankilosis spondilitis.9
Crohn (PC), kolitis ulserativa dan tipe Tatalaksana penyakit Crohn ini bertu-
campuran (undeterminate).3 juan untuk mengurangi respon imunologi
Penyakit Crohn dapat terjadi di semua yang berlebihan, serta mengurangi kompli-
usia, dengan puncak kejadian di usia 30 kasi yang dapat ditimbukan.8
sampai 40 tahun; tidak terdapat perbedaan Berikut ini dilaporkan sebuah kasus
bermakna antara laki-laki dan perempuan.3 seorang pasien dengan penyakit Crohn yang
Angka insidensi tahunan per 100.000 orang dirawat di Instalasi Rawat Inap Edelweis
untuk penyakit Crohn berturut-turut di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
Eropa ialah 12,7; Asia 5; Amerika Utara
20,2; dan Austalasia 17,4. Prevalensi paling LAPORAN KASUS
banyak terjadi di area urban daripada rural, Seorang pasien, Tn. AS, 54 tahun,
dan negara maju lebih banyak daripada pekerjaan nelayan, suku Sangihe, alamat
negara berkembang.4 Data mengenai penya- Bulude, pasien masuk rumah sakit pada
kit Crohn di Indonesia sangat minim dan tanggal 29 Agusus 2018, selanjutnya dira-
prevalensi berdasarkan data hasil endoskopi wat di ruang Edelweis 1 dengan keluhan
awal tahun 2008, di seluruh rumah sakit di utama buang air besar disertai darah yang
Indonesia berkisar antara 1-3,3%.3 telah dirasakan sejak satu tahun lalu namun
Sampai saat ini belum diketahui etio- hilang timbul. Buang air besar terakhir
logi penyakit Chron yang pasti. Banyak sebanyak satu kali disertai darah dan cairan
mediator inflamasi yang telah diidentifikasi dengan volume kurang lebih 10 cc /kali.
pada penyakit Crohn. Mediator-mediator Pasien juga merasakan nyeri perut sejak dua
tersebut memiliki peran penting pada bulan lalu, dirasakan hilang timbul, dan
patologi dan karakteristik klinis penyakit semakin nyeri pada satu hari sebelum masuk
ini. Sitokin yang dikeluarkan oleh makro- rumah sakit. Nyeri perut dirasakan di perut
fag karena respon daripada berbagai rang- bagian tengah seperti diiris-iris dan menjalar
sangan antigenik, berikatan dengan resep- ke seluruh perut. Pasien juga merasakan
tor-reseptor yang berbeda, kemudian meng- mual namun tidak sampai muntah dan
hasilkan efek-efek autokrin, parakrin, dan ditemukan juga penurunan nafsu makan
endokrin.5,6 Penyakit Crohn ditandai oleh serta penurunan berat badan kurang lebih 8
meningkatnya rekrutmen dan retensi makro- kg dalam setahun ini. Tidak ditemukan
fag efektor, neutrofil, dan sel T ke dalam riwayat batuk, sesak, maupun demam.
bagian intestinal yang terinflamasi; sel-sel Buang air kecil normal. Pasien pernah
ini akan diaktivasi dan mengeluarkan sito- dirawat di rumah sakit karena mengalami
kin proinflamasi.6,7 Beberapa faktor ling- buang air besar disertai darah sebulan yang
kungan seperti perokok aktif, infeksi perut lalu. Pasien memiliki riwayat kolesterol
pada bayi, keadaan sosioekonomi yang baik, tinggi dan penyakit darah tinggi sejak lima
serta hidup di negara maju daripada negara tahun yang lalu. Pasien mengonsumsi nife-
berkembang ternyata juga dapat mening- dipin namun tidak teratur. Riwayat penyakit
katkan kejadian penyakit ini.6 diabetes melitus, gangguan jantung, paru,
Manifestasi penyakit Crohn bervariasi dan penyakit ginjal disangkal. Tidak ada
tergantung kerusakan dari lokasi mukosa anggota keluarga yang mengalami keluhan
intestinal yang terkena. Bila terjadi di serupa. Riwayat mengonsumsi obat-obatan
mukosa usus halus dapat menyebabkan dan jamu disangkal. Pasien tidak memiliki
maldigesti dan malabsorbsi sedangkan bila riwayat alergi obat maupun makanan.
terjadi di ileus terminalis, akan terjadi Riwayat kebiasaan merokok dengan jumlah
kelainan reabsorbsi dari asam empedu, yang empat sampai lima batang setiap hari selama
dapat menyebabkan manifestasi diare 20 tahun ini sedangkan minum alkohol
sampai konstipasi.8 Manifestasi ini dapat disangkal. Pasien sering mengonsumsi
Siwy, Gosal: Penyakit Crohn 9

daging atau ikan. secara mikroskopik eritrosit 6-5/LPB,


Pemeriksaan fisik ditemukan keadaan leukosit 6-8/LPB, epitel 2-3, telur/larva
umum tampak sakit sedang, kesadaran kom- cacing (-), bakteri positif, jamur (-),
pos mentis. Tekanan darah 140/80 mmHg, protozoa (-), benzidin tes (darah samar) (+).
laju nadi 63 kali per menit, laju pernapasan Foto toraks didapatkan dalam batas normal.
20 kali per menit, suhu badan 36,5oC. Berat Hasil pemeriksaan elektrokardiografi dida-
badan 51 kg, tinggi badan 160 cm, IMT patkan sinus ritme, denyut nadi 60 kali/
19,92 kg/m2 dengan kesan gizi cukup. Pada menit, aksis normal. Berdasarkan anam-
pemeriksaan kepala didapatkan konjungtiva nesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium,
anemis, sklera tidak ikterik, dan pupil penderita didiagnosis kerja sebagai hemato-
isokor. Tonsil normal dan tidak terdapat kezia karena curiga hemoroid diagnosis
peradangan tenggorokan. Di daerah leher banding keganasan saluran gastrointestinal,
tidak ditemukan dilatasi vena; trakea letak di hipertensi, dan anemia karena penyakit
tengah, tidak ditemukan peningkatan tekan- kronis diagnosis banding keganasan.
an vena jugularis. Pemeriksaan dada tampak Pasien selanjutnya ditatalaksana dengan
simetris, dalam keadaan statis dan dinamis, pemberian infus intravena NaCl 0,9% 20
fremitus paru kiri dan kanan normal, sonor tetes/menit, lansoprazol injeksi 30 mg dua
pada paru kiri dan kanan, tidak ada ronkhi kali sehari secara intravena, asam tranexa-
maupun wheezing. Pada pemeriksaan jan- mat injeksi 500 mg intravena dua kali sehari,
tung, inspeksi ictus cordis tidak terlihat; dan amlodipin 5 mg setiap pagi hari.
palpasi ictus cordis tidak teraba; pada Direncanakan diet bubur kecap untuk per-
perkusi batas kiri jantung pada sela iga IV 1 siapan tindakan esofagogastro-duodeno-
cm lateral dari garis mid-klavikula kiri dan skopi (EGD) dan kolonoskopi (4 Septem-
batas kanan jantung pada sela iga IV garis ber 2018).
sternalis kanan. Bunyi jantung pertama dan Pemantauan pada hari ketiga pera-
kedua dalam batas normal, teratur, tidak ada watan (tanggal 02/09/2018), buang air besar
bising dan galop. Pada pemeriksaan abdo- berdarah sudah tidak dialami pasien. Pada
men, inspeksi didapatkan abdomen datar, pemeriksaan fisik didapatkan, tekanan darah
pada palpasi lemas, terdapat nyeri tekan 110/70 mmHg, laju nadi 88 kali per menit,
bagian epigastrium menjalar ke umbilikus, laju napas 20 kali per menit, dan suhu badan
tidak terdapat pembesaran hati dan limpa, 36,6oC. Terapi dengan pemberian infus
tidak teraba massa, ballotement ginjal tidak intravena NaCl 0,9% 20 tetes/menit, lanso-
ada. Pada perkusi didapatkan bunyi timpani prazol injeksi 30 mg dua kali sehari, dan
dan pada auskultasi bising usus dalam batas amlodipin 5 mg setiap pagi hari.
normal. Ektremitas hangat, tidak terdapat Pemantauan pada hari keempat pera-
edema. watan (tanggal 03/09/2018), buang air besar
Pada pemeriksaan laboratorium dida- berdarah sudah tidak dialami pasien. Pada
patkan hasil hemoglobin 11,4 g/dL, hema- pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah
tokrit 39,5%, eritrosit 5,14 x 106 sel/mm3, 120/70 mmHg, laju nadi 80 kali per menit,
leukosit 12.600 sel/mm3, trombosit 371.000 laju napas 18 kali per menit, dan suhu badan
sel/mm3, MCH 22,1 pg, MCHC 28,8 g/dL, 36,60C. Terapi dengan pemberian infus
MCV 76,8 fl, SGOT 13 U/L, SGPT 8 U/L, intravena NaCl 0,9% 20 tetes/menit, lanso-
ureum darah 26 mg/dL, kreatinin darah 0,8 prazol injeksi 30 mg dua kali sehari dan
mg/dL, gula darah sewaktu 76 mg/dL, amlodipin 5 mg setiap pagi hari. Pasien
albumin 3,51 g/dL, klorida 103,7 mEq/L, dipersiapkan untuk tindakan esofagogastro-
kalium 3,75 mEq/L, dan natrium 138 duodenoskopi dan kolonoskopi tanggal 4
mEq/L. Hasil pemeriksaan hemostasis ialah September 2018 dengan melakukan prose-
PT 13,3 detik, INR 0,98 detik, dan APTT dur klisma, minum laktulose tablet, dan
42,0 detik. Pemeriksaan feses lengkap Niflec (larutan Macrogol 4000, NaSO4,
secara makroskopik feses berwarna kuning, NaHCO3, NaCl, KCL).
konsentrasi cair, bau busuk, cacing (-); Pemantauan pada hari kelima pera-
10 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 2, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 7-16

watan (tanggal 04/09/2018), keluhan buang enterologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
air besar berdarah sudah tidak dialami Manado.
pasien. Tekanan darah 140/90 mmHg, laju Pada pemeriksaan histopatologik dida-
nadi 86 kali per menit, laju napas 18 kali per patkan bagian antrum terdiri dari kelenjar-
menit, dan suhu badan 36,00C. Pasien kelenjar mukosa yang sebagian erosif di
menjalani pemeriksaan EGD dan kolono- antara stroma yang hiperemis dan diinfiltra-
skopi pada jam 09.18 hingga 11.30 dengan si oleh sel-sel limfosit dengan Helicobacter
simpulan EGD yaitu esofagitis klasifikasi pylori (-); pada jaringan korpus terdiri dari
Los Angeles grade A dan gastritis erosiva kelenjar-kelenjar mukosa di antara stroma
serta dilakukan biopsi 3 keping: 2 keping di yang diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit dengan
antrum gaster dan 1 keping di corpus gaster. Helicobacter pylori (-); pada bagian ileum
Dilakukan prosedur kolonoskopi dan dida- terminalis terdiri dari kelenjar-kelenjar
patkan hasil: ileum terminalis tampak mukosa dengan stroma yang mengandung
hiperemis, terdapat erosi dan pus serta infiltrat sel limfosit cukup padat dan 1-2 sel
dilakukan biopsi sebanyak 2 keping; sekum datia; pada bagian sekum, kolon asendens,
tampak hiperemis, terdapat erosi dan pus kolon transversum, kolon desendens,
serta dilakukan biopsi 1 keping; kolon asen- sigmoid dan rektum terdiri dari kelenjar-
dens, kolon transversum, kolon desenden kelenjar mukosa diantara stroma yang
dan sigmoid tampak hiperemis, terdapat diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit cukup padat
erosi serta dilakukan biopsi 1 keping tiap dan tidak tampak struktur tuberkel ataupun
segmen; rektum tampak hiperemis, terdapat sel-sel maligna pada sediaan ini. Dari hasil
erosi serta dilakukan biopsi 1 keping dan pemeriksaan tersebut didapatkan simpulan
anus hemoroid interna dan eksterna. Sim- gastritis kronik non spesifik, ileitis kronik
pulan dari pemeriksaan ini ialah curiga non spesifik dengan sel datia, pan kolitis non
penyakit Chron dengan hemoroid interna spesifik, dan proktitis kronik non spesifik.
dan eksterna. Disarankan untuk diterapi,
evaluasi pemeriksaan histopatologik, perik- BAHASAN
sa fecal calprotectin, interferon gamma Penyakit Crohn adalah bagian dari
release assays (IGRAs) dan terapi. Oleh penyakit inflamasi saluran cerna dengan
karena dari hasil pemeriksaan kolonoskopi karakteristik klinis yang tidak jelas, trans-
diduga penyakit Crohn, maka dilakukan mural, dan dapat mengenai semua bagian
penghitungan skor CDAI (Crohn’s Disease saluran cerna dari mulut sampai anus;
Activity Index) dan didapatkan skor 170 ditentukan berdasarkan lokasinya (seperti
aktivitas ringan. Berdasarkan klasifikasi ileum terminalis, kolon, ileum, dan saluran
Montreal kasus ini diklasifikasikan sebagai cerna bagian atas) serta pola dari penya-
A3 L3 B1. Selain itu dilakukan skoring kitnya (inflamasi, fistula, atau striktur).10
dengan Simple Endoscopic Scoring System Insiden penyakit Crohn pada ras kulit
for Crohn’s Disease dan didapatkan skor 0 putih kira-kira lebih tinggi empat kali lipat
tidak aktif. dibandingkan ras lainnya. Penyakit Crohn
Pemantauan pada hari keenam pera- ini paling sering didiagnosis pada usia
watan (tanggal 05/09/2018), keluhan buang dewasa muda. Insiden paling tinggi dan
air besar berdarah sudah tidak ada. Tekanan mencapai puncaknya pada usia 15-40 tahun,
darah 130/80 mmHg, laju nadi 80 kali per kemudian yang berusia 55-65 tahun. Sekitar
menit, laju napas 20 kali per menit, dan suhu 10% dari pasien dengan penyakit Crohn
badan 37.20C. Pasien diijinkan untuk rawat berusia kurang dari 18 tahun. Berdasarkan
jalan dengan obat pulang lansoprazol 30 mg statistik internasional, insiden penyakit
dua kali sehari dan amlodipin 5mg satu kali Crohn sekitar 2,2-14,3 kasus per 100000
sehari. Direncanakan pemeriksaan fecal orang per tahun untuk kolitis ulseratif dan
calprotectin dan pemberian obat mesalasin 3,1-14,6 kasus per 100000 orang per tahun
500mg tiga kali serta disarankan untuk diet untuk penyait Crohn. Insidens di negara
rendah lemak dan kontrol ke Poli Gastro- Amerika Serikat, Inggris, dan Skandinavia
Siwy, Gosal: Penyakit Crohn 11

lebih tinggi jika dibandingkan dengan (kausatif) daripada penyakit Crohn, namun
negara Eropa, sedangkan di negara Asia dan gen-gen ini mendukung untuk terjadinya
Afrika insidensnya rendah.11 Di negara penyakit Crohn (permisif).14 Merokok akan
Amerika Serikat terdapat 3-5 kasus per meningkatkan risiko terjadinya penyakit
100.000 jiwa setiap tahunnya. Jenis kelamin Crohn tetapi bersifat protektif terhadap
perempuan lebih sering mengalami penyakit timbulnya kolitis ulseratif. Pada kasus ini,
ini dibandingkan laki-laki.8,11 Di Amerika pasien dengan pekerjaan nelayan yang
penyakit Crohn terjadi 3-5 kali lebih tinggi sering mengonsumsi daging atau ikan dan
pada orang Yahudi dibandingkan dengan sering merokok sebanyak 4-5 batang sehari
bukan Yahudi. Pada kasus ini, didapatkan selama 20 tahun ini.
laki-laki berusia 54 tahun, warga negara Manifestasi klinis penyakit Crohn
Indonesia, suku Sangihe, dengan pekerjaan bervariasi dari yang ringan sampai berat
nelayan. selama kondisi relaps, atau bisa berkurang
Etiologi sebenarnya dari penyait Crohn bahkan hilang selama remisi. Gejala juga
belum pasti. Terdapat penelitian yang bergantung pada lokasi saluran cerna yang
memerkirakan teori etiologi dari penyakit terkena. Manifestasi klinis dibedakan men-
Crohn, yaitu infeksi spesifik yang persisten, jadi tiga, yaitu manifestasi umum, seperti
disbiosis (ratio abnormal daripada agen demam, penurunan nafsu makan, penu-
mikroba yang menguntungkan dan komen- runan berat badan, lemah badan, keringat
sal yang merugikan), fungsi barier mukosa malam, retardasi mental, dan amenorea;
yang terganggu, dan clearance mikroba manifestasi intestinal seperti diare, buang air
yang terganggu.12,13 Faktor-faktor pencetus besar berlendir sampai berdarah, diare
yang memungkinkan terjadinya aktivasi malam hari, dan inkontinensia, konstipasi
respon imun pada penyakit Crohn ialah sampai obstruksi, nyeri perut sampai kram,
organisme patogenik (yang belum dapat tenesmus, mual dan muntah; serta mani-
diidentifikasi), respon imun terhadap anti- festasi ekstraintestinal seperti manifestasi
gen intraluminal (contohnya protein dari sendi (artropati perifer), manifestasi kulit
susu sapi), atau suatu proses autoimun (eritroderma nodosum, pioderma gangreno-
dimana ada respon imun yang sesuai sum), manifestasi mata (skleritis, epi-
terhadap antigen intraluminal, adapula skleritis, uveitis), manifestasi hepatobilier
respon yang tidak sesuai pada antigen yang (kolangitis sklerosis primer).4,11 Selain itu
mirip yang terjadi pada sel epitel intestinal berdasarkan lokasi lesi yaitu di ileum termi-
(contohnya perubahan fungsi barrier). nalis, sering menimbulkan manifestasi
Menurut studi prospektif E3N, ditemukan klinis obstruksi sampai kondisi sepsis yang
bahwa makanan dengan protein hewani dicurigai adanya kondisi perforasi atau
yang tinggi (daging atau ikan) berhubungan adanya abses dengan atau tanpa fistula, yang
dengan meningkatnya risiko terjadi penya- biasanya pada 40% kasus membutuhkan
kit Crohn.14 Penderita penyakit Crohn tindakan pembedahan. Penyakit Crohn pada
mungkin memiliki predisposisi genetik kolon juga dapat terjadi pada sebagian
terhadap penyakit ini. Beberapa penelitian segmen atau seluruh kolon, dan sering sulit
menemukan kromosom 16 (gen IBD1), dibedakan dengan kolitis ulseratif, akibat-
yang akhirnya menyebabkan teridentifika- nya diklasifikasikan dalam kondisi kolitis
sinya gen NOD2 (yang saat ini disebut yang tidak dapat ditentukan (undeterminate
CARD15) merupakan gen pertama yang colitis).10 Pada pasien ini manifestasi utama
secara jelas beruhubugan dengan penyakit ialah buang air besar disertai darah yang
Crohn. Juga terdapat penelitian yang dirasakan sejak satu tahun lalu namun hilang
mendapatkan kromosom 5 (5q31) dan 6 timbul. Buang air besar terakhir sebanyak
(6p21 dan 19p) sebagai gen yang dicurigai satu kali disertai darah dan cairan dengan
ada hubungannya dengan penyakit Crohn. volume ±10 cc tiap kali buang air besar.
Sebagai simpulan, dari semua gen-gen yang Pasien juga merasakan nyeri perut dirasakan
berpotensial ini dikatakan bukan penyebab hilang timbul sejak dua bulan terakhir,
12 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 2, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 7-16

semakin nyeri pada satu hari sebelum masuk asenden, transversum, desendens, sigmoid
rumah sakit. Nyeri perut dirasakan di perut sampai rektum terdapat gambaran hiperemis
bagian tengah seperti diiris-iris menjalar ke dan erosi, anus ditemukan hemoroid interna
seluruh perut. Pasien juga merasakan mual dan eksterna dengan simpulan curiga penya-
namun tidak sampai muntah dan ditemukan kit Crohn, hemoroid interna dan eksterna.
juga penurunan nafsu makan serta penurun- Pemeriksaan histopatologik penyakit
an berat badan kurang lebih 8 kg dalam Crohn menunjukkan adanya gambaran
setahun ini. granuloma (kumpulan sel monosit atau
Diagnosis peyakit ini ditentukan makrofag, dan sel inflamasi lain seperti
dengan anamnesis gejala klinis, riwayat limfosit, dengan atau tanpa giant cells) pada
keluarga dengan penyakit ini, serta peme- lapisan lamina propria epitel saluran cerna,
riksaan fisik dan pemeriksaan penunjang submukosa, sampai lapisan serosa.17 Akan
laboratorium, endoskopi serta pemeriksaan tetapi gambaran granuloma ini tidak patog-
patologi anatomi.10,15 nomonis untuk penyakit Crohn (ditemukan
Tindakan endoskopi merupakan prin- hanya 50-60% saja dari keseluruhan
sip utama dalam pengelolaan pasien dengan pemeriksaan biopsi jaringan dari endo-
penyakit inflamasi saluran cerna terutama skopi), karena dapat ditemukan pada kolitis
dalam mendiagnosis dan menentukan tata- ulseratif, serta penyakit kronis inflamasi lain
laksana penyakit Crohn. Manfaat dari seperti tuberkulosis usus, sarkoidosis, dan
endoskopi ialah sebagai penentu diagnosis kolitis terkait obat. Kesulitan diagnosis
awal, membedakan penyakit Crohn dengan secara histopatologik dapat terjadi pada
kolitis ulseratif (89% kasus), menentukan kasus kolitis fulminan, onset awal dari
lokasi lesi dan aktivitasnya, serta monitor penyakit, dan pada penyakit yang sudah
respon dari terapi. Kolonoskopi dapat berlangsung lama.18,19 Diagnosis presumtif
memberikan gambaran visual langsung untuk menentukan penyakit Crohn pada
terhadap mukosa dari rektum, kolon, dan pemeriksaan histopatologik dengan adanya
ileum terminal dengan efek samping yang granuloma epiteloid dan salah satu dari
minimal. Idealnya ialah mengambil sampel gambaran kerusakan epitel atau respon
biopsi sebanyak 2 sampel dari 6 lokasi inflamasi seluler yang berupa peningkatan
sepanjang kolon termasuk rektum dan ileum intesitas serta perubahan komposisi dan
terminalis. Pemeriksaan endoskopi pada distribusi sel inflamasi; atau setidaknya
penyakit Crohn menunjukkan adanya terdapat 3 (tiga) gambaran perubahan sel
gambaran kolitis segmental atau skip inflamasi di lapisan sel yang normal,
lesions, tidak adanya lesi di rektum, gambaran skip lessions, dan distorsi serta
sebagian besar lesi di ileum terminalis, hilangnya bagian dari kripta mukosa saluran
adanya gambaran saluran fistula, dan cerna, jika tidak ditemukan adanya gran-
penyakit anal maupun perianal. Selain itu loma epitel.20 Pemeriksaan histopatologik
bisa juga terdapat gambaran ulserasi mendapatkan pada bagian antrum terdiri
maupun cobble stone. Ileitis yang berat atau dari kelenjar-kelenjar mukosa yang
terlihat pada tidak adanya pankolitis harus sebagian erosif diantara stroma yang
dicurigai ke arah penyakit Crohn. Temuan hiperemis dan diinfiltrasi oleh sel-sel
patologik juga disesuaikan dengan usia, limfosit dengan Helicobacter pylori (-);
dimana pada usia tua lesi lebih banyak di pada jaringan korpus terdiri dari kelenjar-
lokasi kolon dan usus distal dibandingkan kelenjar mukosa diantara stroma yang
dengan usia muda yang banyak terjadi di diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit dengan
ileocolic junction.16 Pemeriksaan endoskopi Helicobacter pylori (-); pada bagian ileum
pada pasien ini didapatkan esofagitis terminalis terdiri dari kelenjar-kelenjar
klasifikasi Los Angeles grade A dan gastritis mukosa dengan stroma yang mengandung
erosiva. Kolonoskopi menunjukkan adanya infiltrat sel limfosit cukup padat dan satu
hiperemis, erosi serta pus yang terdapat di sampai dua sel datia; pada bagian sekum,
ileum terminalis dan sekum. Pada kolon kolon asendens, kolon transversum, kolon
Siwy, Gosal: Penyakit Crohn 13

desendens, sigmoid dan rektum terdiri dari sewaktu-waktu dan klasifikasi ini diguna-
kelenjar-kelenjar mukosa diantara stroma kan untuk mendeteksi secara dini peru-
yang diinfiltrasi oleh sel-sel limfosit cukup bahan dari karakteristik penyakit ini.22 Pada
padat dan tidak tampak struktur tuberkel pasien ini didapatkan klasifikasi penyakit
ataupun sel-sel maligna pada sediaan ini; sebagai A3, L3, B1 dengan arti usia di atas
dari hasil pemeriksaan tersebut didapatkan 40 tahun, mengenai ileum terminalis dan
kesimpulan gastritis kronik non spesifik, kolon dengan karakteristik tidak striktur dan
ileitis kronik non spesifik dengan sel datia, tidak penetrasi.
pan kolitis non spesifik, proktitis kronik non Aktivitas peyakit ini harus dinilai untuk
spesifik. menentukan tatalaksana yang tepat terhadap
Pemeriksaan lain yang dapat diguna- penyakit ini.20,23 Terdapat beberapa metode
kan dalam diagnosis ialah pemeriksaan fecal penilaian yang dapat dipakai dalam menilai
calprotectin yang meruoakan protein sitosol aktivitas secara klinis terhadap penyakit ini,
dalam neutrofil granulosit serta makrofag, salah satunya dengan Crohn’s Disease
monosit, dan sel epitel. Jika terjadi inflamasi Activity Index (CDAI), yaitu nilai <150
pada saluran cerna seperti pada kasus sebagai tidak aktif; 150-219 aktivitas
penyakit usus inflamasi (inflammatory ringan; 220-450 aktivitas sedang; dan >450
bowel disease) yang aktif makan, sel PMN aktivitas berat. Penilaian meliputi volume,
neutrofil akan bermigrasi dari sirkulasi ke konsistensi, dan frekuensi tinja; penggunaan
dalam sel mukosa intestinal yang menga- obat anti motilitas; frekuensi nyeri perut;
lami peradangan. Dengan bermigrasinya sel adanya manifestasi ekstraintestinal seperti
PMN ke dalam lumen intestinal maka artritis atau artralgia, iritis, uveitis; adanya
protein proinflamasi seperti penyait Crohn komplikasi fistula atau abses; serta para-
dapat dideteksi dan diukur dalam feses. meter umum lain seperti adanya demam,
Berdasarkan the Buhlmann Calprotectin jenis kelamin, berat badan.24 Akan tetapi
Assay, dikatakan normal bila <50 µg/dL, pada penilaian ini terdapat beberapa
penyakit ringan bila 50-200 µg/dL, dan keterbatasan, seperti variabilitas penilaian
penyakit aktif bila >200 µg/dL.21 Pada pasien secara subyektif masih tinggi, rendahnya
ini direncanakan untuk diperiksa tetapi akurasi penilaian pada kasus dengan
pasien tidak balik lagi untuk kontrol lagi ke komplikasi fistula, dan tidak dapat dipakai
Poli Gastroenterologi RSUP Prof. Dr. R. D. pada kasus pasca reseksi usus atau adanya
Kandou Manado. stoma.29 Oleh karena itu, dapat digunakan
Penyakit ini kemudian diklasifikasikan penilaian secara endoskopi dengan meng-
berdasarkan klasifikasi Montreal (2005) gunakan parameter SES-CD (Simple
yang merupakan revisi dari klasifikasi Wina Endoscopy Score for Crohn’s Disease)
(2001), yang digunakan untuk menentukan dengan nilai 0-2 untuk kasus inaktif, 3-6
subtipe fenotipe dari penyakit ini. Klasi- untuk kasus ringan, 7-16 untuk kasus
fikasi ini didasarkan pada usia (age), yaitu sedang, dan >16 untuk kasus berat. Penilai-
A1 untuk usia di bawah 16 tahun, A2 untuk an dengan SES-CD berguna juga untuk
usia antara 17 sampai 40 tahun, dan A3 menilai respon terapi dan remisi dari
untuk usia di atas 40 tahun; lokasi penyakit ini dengan melihat secara langsung
(location), yaitu L1 untuk lokasi di ileum proses penyembuhan mukosa sesuai dengan
terminalis, L2 untuk lokasi di kolon, L3 target tatalaksana penyakit ini.26 Pada pasien
untuk lokasi di ileokolon, dan L4 untuk ini didapatkan CDAI (Crohn’s Disease
lokasi di saluran cerna bagian atas; Activity Index) skor 170 (aktivitas ringan),
karakteristik penyakit (disease behaviour), dan didapatkan SES-CD (Simple Endo-
yaitu B1 tidak striktur dan tidak penetrasi, scopic Scoring System for Crohn’s Disease)
B2 untuk kasus striktur, dan B3 untuk kasus skor 0 (tidak aktif).
penetrasi, serta tambahan P untuk kasus Tatalaksana terhadap penyakit Crohn
bilamana terjadi komplikasi fistula di ditentukan dari lokasi lesi, aktivitas dari
perianal. Penyakit ini dapat berubah penyakit ini secara klinis dan histopato-
14 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 2, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 7-16

logik, serta beratnya derajat dari penyakit pada kondisi remisi dan komplikasi yang
ini.23 Prinsip tatalaksana penyakit Crohn timbul atau tingkat respon terhadap
ialah mengobati kondisi peradangan aktif pengobatan konservatif.1 Banyak dilapor-
hingga cepat mencapai remisi, mencegah kan adanya remisi yang bersifat spontan.
peradangan berulang dengan memper- Risiko keganasan dapat terjadi pada
tahankan remisi selama mungkin, serta penyakit ini jika aktivitas penyakit tidak
mengobati dan mencegah komplikasi yang dapat dikendalikan. Prognosis dari kasus ini
timbul.27 Tatalaksana penyakit ini meliputi baik karena ketepatan diagnosis dengan
tatalaksana umum, tatalaksana farmako- endoskopi dan tatalaksana yang baik,
logik, dan tatalaksana operatif. Terdapat dua sehingga tercapai remisi secara klinis.
strategi yang dapat dipakai dalam tata-
laksana farmakologis yaitu dengan pende- SIMPULAN
katan “step up” yang dimulai dengan Telah dilaporkan suatu kasus penyakit
kortikosteroid atau asam 5-aminosalisilat, Crohn pada seorang laki-laki berusia 54
atau pendekatan “step down” dengan meng- tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gunakan agen biologik anti-TNF sebagai anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
terapi inisiasi.23 Metode “step down” ini endoskopi dan kolonoskopi, serta pemerik-
masih kontroversi karena dapat berisiko saan histopatologik.
menyebabkan kanker dan peningkatan Pada pasien ini didapatkan buang air
kejadian infeksi.28 Tatalaksana umum meli- besar disertai darah, nyeri perut, mual dan
puti pemberian antibiotik seperti metro- penurunan berat badan. Hasil EGD ialah
nidazol, dan perbaikan kondisi umum esofagitis klasifikasi Los Angeles grade A
pasien, dan tatalaksana nutrisi yang ade- dan gastritis erosiva. Hasil kolonoskopi
kuat.27 Tatalaksana farmakologik dibedakan dengan kesan suspek penyakit Crohn
berdasarkan aktivitas penyakit, yaitu pada disertai hemoroid interna dan eksterna.
kondisi peradangan aktif dapat diberikan Hasil histopatologik mendapatkan gastritis
golongan kortikosteroid seperti budesonid, kronik non spesifik, ileitis kronik non
metilprednisolon, dan prednison, serta spesifik dengan sel datia, pan kolitis non
golongan asam 5-aminosalisilat seperti spesifik dan proktitis kronik non spesifik.
mesalasin dan sulfasalasin. Pada umumnya Aktivitas penyakit diukur dengan skor
terapi dengan kortikosteroid akan mencapai CDAI sebesar 170 (aktivitas ringan),
remisi aktif dalam 8-12 minggu, yang Berdasarkan klasifikasi Montreal diklasifi-
kemudian jika mecapai kondisi remisi akan kasikan sebagai A3 L3 B1 dan SES-CD
diikuti dengan penurunan dosis secara sebesar 0 (tidak aktif).
bertahap (tappering off). Pada beberapa Pada pasien ini direncanakan untuk
kondisi berat kortikosteroid dapat diberikan diterapi dengan pemberian mesalasin
secara parenteral. Pemberian kortikosteroid 500mg tiga kali sehari.
ditujukan untuk mencapai konsentrasi
tertinggi di mukosa usus dengan efek Konflik Kepentingan
sistemik minimal. Terapi dengan 5-amino- Penulis menyatakan tidak terdapat
salisilat digunakan untuk mempertahankan konflik kepentingan dalam studi ini.
kondisi remisi selama mungkin.29 Tata-
laksana operatif diberikan bila pengobatan DAFTAR PUSTAKA
konservatif atau farmakologis tidak berhasil 1. Djojoningrat D. Inflammatory bowel disease.
dan terdapat komplikasi fistula, perforasi, In: Siti S, Idrus A, Aru WS, Marcellus
dan abses. Pada pasien ini termasuk dalam SK, Bambang S, Ari FS, editors. Buku
kasus ringan berdasarkan indeks aktivitas Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II (6th
penyakitnya serta lokasi lesi yang ada. ed). Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam, 2014; p. 1814-22.
Pasien direncanakan untuk diterapi dengan
2. Economou M, Zambeli E, Michopoulos S.
mesalasin 500 mg tiap tiga kali sehari. Incidence and prevalence of Crohn's
Prognosis penyakit Crohn tergantung
Siwy, Gosal: Penyakit Crohn 15

disease and its etiological influences. Colitis. 2016:10(3):239-54.


Ann Gastroenterol. 2009;22(3):158-67. 14. Kim DH, Cheon JH. Pathogenesis of
3. Lelosutan S. Penyakit Crohn. In: Azis R, inflammatory bowel disease and recent
Marcellus S, Ari FS, editors. Buku Ajar advances in biologic therapies. Immune
Gastroenterologi (1st ed). Jakarta: Pusat Network. 2017;17(1):25-40.
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam, 2011; 15. Bruce ES, Corey AS. Crohn’s Disease. In:
p. 427-33. Sleisenger and Fordtran’s Gastro-
4. Epidemiologi, etiopatogenesis dan gambaran intestinal and Liver Disease (10th ed).
klinis inflammatory bowel disease. In: USA: Saunders, 2016; p. 1990-
Konsensus Nasional Penatalaksanaan 2022e10.
Inflammatory Bowel Disease di Indo- 16. Fernando G, Axel D, Vito A, Herbert T, Gert
nesia. Jakarta, 2011. VA, James OL, et al. The third European
5. Zakaria R, Fauzi A, Abdullah M, Syam AF. evidence-based consensus on the diag-
Diagnostic problems in Chron’s disease: nosis and management of Crohn’s dis-
a case report. The Indonesian Journal of ease. J Crohns Colitis. 2017;11(1):3-25.
Gastroenterology, Hepatology, and 17. Nolan DJ. Radiology of Crohn’s disease of the
Digestive Endoscopy. 2011; 12(3):185- small intestine: a review. Journal of the
91. Royal Society of Medicine. 1981;
6. Sartor RB. Mechanism of disease: patho- 74(4):294-300.
genesis of Crohn’s disease and 18. Lawrence S. Dysmotility of the small intestine
ulcerative colitis. NCP Gast Hep. 2006; and colon. In: Podolsky DK, Camiller
3(7):390-407. M, Fitz JG, Kalloo AN, Shanahan F,
7. Kim DH, Cheon JH. Pathogenesis of inflame- Wang TC. Yamada’s Textbook of
matory bowel disease and recent Gastroenterology (6th ed). USA: Wiley-
advances in biologic therapies. Immune Blackley, 2016; p. 1190-3.
Network. 2017;17(1):25-40. 19. American Society of Gastrointestinal Endo-
8. Rubin E, Palazzo JP. The gastrointestinal tract. scopy. The role of endoscopy in inflam-
In: Rubin E, Gorstein F, Schwarting R, matory bowel disease. Gastrointest
Strayer DS, editors. Rubin's Pathology: Endosc. 2015; 81(5):1101-21e3.
Clinicopathologic Foundations of Medi- 20. Geboes K. The histopathology of Crohn’s
cine (4th ed). Philadelphia: Lippincott disease and ulcerative colitis. Inflam-
Williams & Wilkins, 2005; p. 713-6. matory Bowel Disease: an Evidence
9. Barret KE. Intestinal mucosal immunology and Based. USA: Elsevier, 2001; p. 255-76.
ecology. Lange Physiology Series, 21. Stephanie C, Marcellus S. Management of
Gastrointestinal Physiology. USA. inflammatory bowel disease. The
McGraw-Hill, 2006; p. 115. Indonesian Journal of Gastro-
10. Talley NJ, Abreu MT, Achkar JP, Bernstein enterology, Hepatology, and Digestive
CN, Dubinsky MC, Hanauer SB, et al. Endoscopy. 2014;15(2):111-4.
An evidence-based systemic review on 22. Carter MJ, Lobo AJ, Travis SPL. Guidelines
medical therapies for inflammatory for the management of inflammatory
bowel disease. Am J Gastroenterol. bowel disease in adults. Gut. 2004;53
2011;106 (Suppl1):S2-25. (Suppl V):v1-16.
11. Nasseri-Moghaddam S. Inflammatory bowel 23. Yantiss RK, Odze RD. Diagnosis Difficulties
disease. Middle East J Dig Dis 2012; in inflammatory bowel disease patho-
4(2):77-89. logy. Histopathology. 2006;48(2):116-
12. Charles B, Abraham E, Suliman F, Michael F, 32.
Richard G, Khean LG, et al. 24. Geboes K. Pathology of inflammatory bowel
Inflammatory bowel disease. World disease (IBD): variability with time and
Gastroenterology Organisation Global treatment. Colorectal Dis. 2001;3(1):2-
Guidelines, 2015 12.
13. Marcus H, Vito A, Stephan RV, Matthieu A, 25. Bressenot A, Geboes K, Vignaud JM, Gueant
Manuel BA, Kirsten MB, et al. The first JL, Peyrin-Biroulet L. Microscopic
European evidence-based consen-sus on features for initial diagnosis and disease
extra-intestinal manifestations in activity evaluation in inflammatory
inflammatory bowel disease. J Crohns bowel disease. Inflamm Bowel Dis.
16 Medical Scope Journal (MSJ), Volume 2, Nomor 1, Desember 2020, hlm. 7-16

2013;19(8):1745-52. Am Fam Physician. 2015; 84(12):1365-


26. Thad W, Kathryn J, Jigneshkumar P. Diagno- 75.
sis and management of Crohn’s disease.

You might also like