You are on page 1of 14

Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum

Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

INTERVENSI MILITER TERHADAP KUDETA POLITIK MENURUT PRINSIP JUS COGENS

Sandy Kurnia Christmas1*, Joko Setiyono2


1Fakultas Hukum, Universitas Tanjungpura
2Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro

ch.sandykurnia@gmail.com

ABSTRACT

Military intervention is an act of interference by a country that is realized by sending a military expedition to
support a government or rebel group. Whether the intervention can be justified in international law and
whether the coup in a military intervention can be carried out according to the principle of Jus Cogens is
something that will be discussed in this study. This article aims to examine whether military intervention in the
case of the United States against Venezuela in 2019 with the aim of a political coup. The research method in
this study is doctrinal research, through conseptual approach and case approach. The results of this study
conclude that: the first military intervention is something that is prohibited under Article 2.4 of the UN Charter,
but if in a state of threat to international peace, military intervention can be carried out within the limits given by
the UN Security Council in accordance with Article 39 United Nations Charter. Secondly, in the event of the
threat of a coup d'etat affecting state sovereignty, military intervention is a violation according to Jus Cogens'
principle as an international legal norm. This concerns each country must respect each other's sovereignty.

Keywords: Military Intervention; International Law; Coup; Jus Cogens.

ABSTRAK

Intervensi Militer merupakan tindakan campur tangan suatu negara yang diwujudkan dengan mengirimkan
ekspedisi militer untuk menunjang suatu pemerintahan atau kelompok pemberontak, dimana hal ini tidak
dapat dibenarkan menurut hukum internasional maupun didalam prinsip Jus Cogens. Tulisan ini bertujuan
untuk mengkaji tindakan intervensi militer yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Venezuela di tahun 2019
dengan maksud melakukan kudeta politik. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian doktrinal,
melalui conseptual approach dan case approach. Hasil penelitian yaitu : pertama tindakan intervensi militer
merupakan sesuatu yang dilarang berdasarkan Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB, namun jika dalam keadaan
ancaman terhadap perdamaian internasional maka tindakan intervensi militer dapat dilakukan dalam batasan
yang diberikan oleh Dewan Keamanan PBB sesuai Pasal 39 Piagam PBB. Kedua, dalam keadaan ancaman
tindakan kudeta yang mempengaruhi kedaulatan negara, tindakan intervensi militer merupakan suatu
pelanggaran menurut prinsip Jus Cogens sebagai norma hukum internasional dimana setiap negara harus
saling menghormati kedaulatan suatu negara.

Kata Kunci : Intervensi Militer; Hukum Internasional; Kudeta; Jus Cogens.

*
Corresponding Author

308
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

A. PENDAHULUAN internal. Dalam kebijakan politik luar negeri suatu


Politik, hukum, dan militer merupakan suatu negara menjelaskan bahwa untuk keputusan
objek kajian yang menggambarkan konstelasi intervensi militer dipengaruhi oleh konsiderasi
keadaan di suatu negara dalam memenuhi domestik dan internasional (Murtadlo, 2014)
kepentingan dan tujuan negara. Tidak jarang dallam Pada kasus yang terjadi di Venezuela ini
mewujudkan kepentingan dan tujaun negara sering berawal ketika permasalahan krisis sosial-ekonomi
kali terjadi pertentangan atau konflik, dimana kondlik sehingga memicu hiperinflasi yang berdampak pada
ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, seperti konflik runtuhnya perekonomian di Venezuela. Runtuhnya
internal politik, krisis politik, serta keuangan negara perekonomian ini menyebabkan kemiskinan sampai
dab beberapa perbedaan pandangan ideologi. Dalam kepada migrasi secara besar-besaran oleh
hubungan poltik, hukum, dan militer sering kali penduduknya. Dalam hal ini, intervensi militer yang
dikaitkan dengan kewajiban mempertahankan dilakukan Amerika Serikat terhadap Venezuela di
keamanan dan kedaulatan negara dimana kewajiban tahun 2019, bermaksud untuk mendukung pemimpin
negara adalah melindungi rakyat didalam negaranya sementara Juan Guaido dalam upaya melakukan
(Hendra, 2014). Konflik dalam batasan internasional kudeta politik untuk melengserkan kepemimpinan
terkadang muncul karena adanya keberpihakan atas Nicolas Maduro sebagai Presiden Terpilih yang
dasar kerjasama yang mendasar dan bermanfaat dilantik pada Januari 2019. Kudeta dalam hal ini
(Yuniasih, Rizky, & Natasha, 2016), dan sering kali sebagai kunci untuk dapat mengambil alih kekuasaan
konflik yang sering berakibat destruktif ini berdasarkan pada memburuknya situasi suatu
mengganggu keamanan dan ketertiban suatu negara. Kudeta yang dilakukan oleh Juan Guaido
negara. Adapun ancaman konflik seperti intervensi mengalami kegagalan, sehingga memaksa pihak
militer ini berdampak pada tindakan kudeta politik. Amerika Serikat campur tangan dalam urusan
Intervensi militer dalam hal ini didefinisikan intervensi militernya.
sebagai penggunaan kekuatan lintas batas negara Dalam hukum internasional, tindakan
dengan ukuran-ukuran keadilan dan alasan-alasan intervensi militer dalam upaya kudeta dilarang karena
bagi aksi mereka dengan mengirimkan ekspedisi dianggap tindakan yang terlalu mencampuri urusan
militer yang, dimana alasan yang mereka gunakan dalam negeri dan mengancam kedaulatan suatu
berkaitan dengan menciptakan perdamaian serta negara. Menurut Federica Mogherini selaku Kepala
keamanan dunia yang dalam kaitan nya untuk Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa menyatakan
menghentikan terjadinya pelanggaran terhadap HAM. ketegangan yang meningkat drastis di Venezuela
Dalam hal ini intervensi militer dianggap merupakan harus diselesaikan dengan solusi yang bersifat
bagian dari solusi untuk menghentikan perang mementingkan sisi politis yang damai serta

309
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

demokratis, dimana tindakan intervensi ini tidak Venezuela, maka permasalahan dalam tulisan ini
dapat diterima sebagai solusi yang baik untuk adalah apakah tindakan intervensi militer Amerika
meredakan konflik internal Venezuela. Sehingga Serikat dalam upaya kudeta politik dapat dibenarkan
tidak boleh ada paksaan intervensi dari luar. didalam prinsip Jus Cogens humum internasional ?
(Nursalikah, 2019b) Pada penelitian sebelumnya terkait intervensi
Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB (Charter of The militer dalam tinjauan prinsip Jus Cogens belum
United Nations and Statute of The International Court pernah dilakukan. Penelitian oleh Emi Eliza dkk
of Justice) berbunyi, “Segenap anggota dalam membahas mengenai intervensi kemanusiaan dalam
hubungan internasional mereka, menjauhkan diri dari tinjauan implementasinya didalam konflik bersenjata
tindakan mengancam atau menggunakan kekerasan (Eliza, Heryandi, & Syofyan, 2014). Pada penelitian
terhadap integritas wilayah atau kemerdekaan politik oleh Husnul Murtadlo membahas mengenai
sesuatu negara lain atau dengan cara apapun yang intervensi militer dalam sekularisme dan
bertentangan dengan tujuan-tujuan Perserikatan fundamentalisme islam (Murtadlo, 2014). Penelitian
Bangsa-Bangsa.” Hal ini kemudian dijelaskan melalui oleh Khudzaifah Dimyati, dkk membahas mengenai
Prinsip Non-Intervensi yaitu Peremptory Norm atau intervensi kekuasaan dalam radikalisme islam dan
Norma Dasar (Jus Cogens). Dalam pandangan Jus peradilan (Dimyati, Muqoddas, & Wardiono, 2013).
Cogens, menurut Brownlie menyatakan “Norma Penelitian oleh Joko Priyono membahas mengenai
Dasar didalam Jus Cogens merupakan norma yang intervensi kemanusiaan dalam perspektif pemikiran
tidak boleh dilalaikan maupun dikesampingkan dalam kosmopolit (Priyono, 2011). Penelitian oleh Mohamad
penerapannya di dalam hukum internasional, meski Rosyidin membahas intervensi dalam perdebatan
dalam keadaan apapun tanpa terkecuali.” realis dan konstruktivis (Rosyidin, 2016). Sedangkan
Pada prinsipnya Jus Cogens disebut sebagai dalam penelitian Adinda Nanda Saraswati hanya
kaidah yang membatasi kehendak negara, dalam membahas Prinsip Jus Cogens dalam perspektif hak
kasus ini yaitu kebijakan intervensi militer yang asasi manusia (Saraswati, 2017). Adapun didalam
dikeluarkan Amerika Serikat. Kaidah-kaidah tersebut penelitian jurnal internasional oleh Kenneth Roth
dalam lingkup kaidah hukum yang mengancam, yang membahas dalam kaitan perang dan intervensi
termanifestasikan didalam Pasal 53 Konvensi Wina kemanusiaan (Roth, 2006). Sedangkan penelitian
1969 (Vienna Convention on the Law of Treaties oleh Anythony T. Eniayejuni hanya membahas
1969). mengenai peran intervensi militer di Libya
Melihat permasalahan tersebut dalam (Eniayejuni, 2012).
pemahamannya mengenai intervensi miiter yang
dilakukan Amerika Serikat dalam upaya kudeta politik

310
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

B. METODE PENELITIAN hidup di Venzuela. Krisis ini ditambah dengan


Pembahasan mengenai intervensi militer adanya krisis kepemimpinan pasca pemilu pada
terhadap kudeta pilitik ini diteliti dengan tahun 2019 dimana terdapat perselisihan dua
menggunakan kajian dalam pendekatan hukum kepemimpinan Venezuela oleh Nicolas Maduro dan
doktrinal dalam penerapannya di kaidah dan norma Juan Guaido dimana pemilu dimenangkan oleh
hukum, dimana penelitian ini dikaji dalam Nicolas Maduro, sedangkan Juan Guaido yang
Pendekatan Konseptual (Conseptual Approach) dan banyak didukung oleh rakyat Venezuela
Pendekatan Studi Kasus (Case Approach). menganggap hasil pemilihan tidak sah (Aninda,
Pada penelitian hukum doktrinal ini, digunakan 2019).
data sekunder sebagai kekuatan mengikat Dukungan terhadap Juan Guaido sebagai
didalamnya yang terdiri dari bahan hukum primer oposisi tidak hanya oleh sebagian besar rakyat
yang mengikat seperti Piagam PBB (Charter of The Venezuela, tetapi oleh beberapa negara seperti
United Nations and Statute of The International Court Amerika Serikat, Brazil, Chile, Kanada, Inggris,
of Justice 1945), Deklarasi Universal Hak Asasi Jerman, Spanyol, Australia, dan Israel. Sedangkan
Manusia (Universal Declaration of Human Rights Maduro didukung oleh Rusia, Tiongkok, Turki,
1948, Konvenan Hak Sipil dan Politik (International Bolivia, dan Meksiko (Aipassa, 2019).
Convenant on Civil and Political Rights 1976) serta Adanya dukungan Amerika Serikat terhadap
Vienna Convention on the Law of Treaties between Juan Guaido inilah merupakan cikal bakal adanya
States and International Organizations or between tindakan intervensi oleh Amerika Serikat dengan
International Organizations 1986. Serta dikaji mengirimkan pasukan militer ke Venezuela sebagai
menggunakan bahan hukum sekunder di dalam bentuk penekanan untuk menggulingkan Presiden
buku-buku, artikel, jurnal, serta makalah yang relevan Nicolas Maduro. Tindakan intervensi militer oleh
dalam penelitian ini. Amerika Serikat yang dipimpin oleh Presiden Donald
Trump ini penekanan terhadap Maduro karena
C. HASIL DAN PEMBAHASAN seharusnya Venezuela mengegakkan konstitusi
1. Kasus Intervensi Militer Amerika Serikat dengan melindungi rakyat dari adanya krisis-krisis
Terhadap Venezuela Tahun 2019 yang terjadi (Nursalikah, 2019a).
Krisis Venezuela pada tahun 2019 berlatar Tindakan Amerika Serikat dalam melancarkan
belakang dari adanya krisis sosial-ekonomi sejak intervensi militer ini menuai pro dan kontra.
tahun 2010 di bawah kepemimpinan Nicolas Maduro, Dukungan terhadap intervensi ini beralasan karena
dimana akibat dari dari krisis ini adalah meningkatnya seharusnya dunia internasional melihat tindakan
kriminalitas, hiperinflasi, serta menurunnya kualitas intervensi ini sebagai tindakan kemanusiaan karena

311
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

berusaha membantu suatu negara dari adanya krisis- pemberontak.” Dalam kasus ini, tindakan yang
krisis yang terjadi di negara tersebut. Sedangkan dikeluarkan Amerika Serikat dalam kebijakan
kritik terhadap tindakan intervensi ini karena dinilai intervensi militer yaitu dalam upaya membantu pihak
mengganggu urusan dalam negeri suatu negara dan oposisi (Juan Guaido) dalam upaya kudeta
kedaulatan negara tersebut. Bahkan menurut Uni melengserkan kedudukan Presiden Maduro.
Eropa menilai intervensi militer di Venezuela Dalam melakukan suatu tindakan intervensi,
bukanlah jalan terbaik dalam menyelesaikan krisis dimana dalam kajian ini mengenai intervensi militer
kemanusiaan dan politik. Karena pada dasarknya pada hakikatnya belum ada pengaturan resmi
solusi terbaik haruslah bersifat politis yang damai dan mengenai tindakan ini. Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB
demokratis (Nursalikah, 2019b). (Charter of the United Nations 1945), menyatakan
bahwa, “Seluruh negara anggota dalam hubungan
2. Pengaturan Intervensi Militer menurut Hukum internasional, menjauhkan diri dari tindakan yang
Internasional dalam Piagam PBB (Charter of mengancam atau menggunakan kekerasan terhadap
United Nations 1945) integritas wilayah atau kemerdekaan politik sesuatu
Intervensi adalah salah satu tindakan negara lain dengan cara apapun yang bertentangan
mencampuri urusan internal suatu negara yang dengan tujuan-tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa.”
bermaksud untuk memelihara serta mengubah Dalam hal ini berdasarkan Pasal 2 ayat (7) Piagam
situasi politik yang sedang berlangsung (Eliza, PBB menyatakan bahwa, “tidak ada satupun
Heryandi, & Syofyan, 2014). Dalam pemikiran yang ketentuan dalam Piagam PBB yang memberikan
dikemukakan oleh J.G. Starke mengenai intervensi kuasa kepada PBB untuk mencampuri urusan-urusan
yaitu “Intervensi sering diwujudkan dalam bentuk (intervensi) yang pada hakekatnya termasuk urusan
propaganda serta tindakan lainnya yang memicu dalam negeri suatu negara.” Intervensi militer tidak
timbulnya suaru revolusi atau perang saudara.” boleh dianggap enteng, bahkan untuk tujuan
Mengacu pada permasalahan dalam penelitian ini, kemanusiaan, karena kematian, kehancuran, dan
intervensi dibagi kedalam enam bentuk menurut kekacauan adalah konsekuensi yang dapat diprediksi
Kalevi J. Holsti, salah satu bentuk intervensi adalah dari sebagian besar perang (Roth, 2006).
Intervensi Militer. Pemaknaan mengenai adanya tindakan
Intervensi Militer menurut Kalevi J. Holsti intervensi ini dikarenakan adanya suatu yang
dimaknai sebagai “Bentuk campur tangan yang dianggap kejahatan yang dilakukan oleh negara itu,
diwujudkan dengan cara mengirimkan ekspedisi sehingga menyebabkan negara dan otoritasnya
militer untuk menunjang suatu pemerintahan yang mengalami kelumpuhan atau dalam keadaan tidak
sedang berkuasa ataupun membantu kelompok mampu untuk mengendalikan hal tersebut, sehingga

312
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

datannya negara lain memiliki makna dari adanya lemah dari negara kuat, sehingga kedaulatan suatu
campur tangan suatu negara didalam intervensi negara terguncang (Putri, 2015).
(Erliyana, 2006). Intervensi pada dasarnya merupakan
Dalam Hukum Internasional setidaknya instrumen kebijakan luar negeri yang menekankan
mengklasifikasikan 3 (tiga) jenis intervensi pada persoalan diplomatik, negosiasi, dan perang.
berdasarkan jangkauannya, yaitu (Starke, 2012) : Dalam kasusnya, tindakan intervensi militer yang
(1) Intervensi Internal (Internal Intervention), yaitu dikeluarkan Amerika Serikat ini dikategorikan sebagai
tindakan mencampuri urusan dalam negeri suatu kebijakan, dimana menurut Blakemore, kebijakan ini
negara dengan melibatkan negara luar sebagai dimaksud sebagai suatu rangkaian konsep dalam
pendukung dalam suatu pemberontak, peperangan, pedoman merencanakan suatu implementasi dalam
atau konflik politik di negara lain dengan cara cara bertindak kepemimpinannya. Hal serupa juga
diktator; (2) Intervensi Eksternal (Eksternal dikaitkan menurut pendapat Sir William Harcourt
Intervention), yaitu tindakan mencampuri urusan dimana menyatakan bahwa, “Intervensi merupakan
dalam negeri suatu negara yang terlibat dalam suatu masalah yang lebih dekat kaitannya dengan
peperangan atau konflik antar negara; dan (3) kebijakan dibandingkan dengan hukum. Intervensi
Intervensi Reprasial / Penghukuman (Purnitive berada jauh diatas dan di luar jangkauan hukum (bila
Intervention), yaitu tindakan mencampuri urusan dilaksanakan oleh pihak yang memiliki kekuasaan
dalam negeri suatu negara, dimana bermaksud untuk dimaksudkan untuk mendapat pengaruh
melakukan atas dasar pembalasan (reprasial) daripadanya) dan merupakan kebijakan tingkat tinggi
terhadap kerugian yang telah ditimbulkan oleh yang berkaitan dengan keadilan dan kemanusiaan.
negara lain, dengan melakukan perang kecil atau Hal yang membedakannya hanyalah permasalahan
blokade damai. tujuannya, sedangkan caranya tetap sama yaitu
Tindakan intervensi militer yang dilakukan dengan instrumen militer (Rosyidin, 2016).
Amerika Serikat termasuk dalam kategori intervensi Konflik yang terjadi di Venezuela menjadi
internal, karena merupakan suatu intervensi yang ikut persoalan yang besar ketika adanya upaya intervensi
dalam campur tangan urusan dalam negeri militer Amerika Serikat. Dalam hal ini, Pemerintah
Venezuela, disisi lain, tindakan tersebut sebagai Rusia mengecam campur tangan negara luar
dukungan terhadap pemimpin oposisi Juan Guaido. (khususnya AS) dalam kasus yang terjadi di
Timbulnya tindakan intervensi yang dilakukan Venezuela. Hal ini kemudian Kementerian Luar
Amerika Serikat ini membuat persepsi bahwa Negeri Rusia melalui Jubir Rusia, Kremlin Dmitry
tindakan intervensi sering dilakukan oleh untuk Peskov memperingatkan dukungan internasional
menekan kebebasan serta kemerdekaan negara terhadap pemimpin oposisi Juan Guaido) sebagai

313
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

presiden sementara adalah suatu bentuk yang penting terhadap konflik dalam negeri yaitu
pelanggaran terhadap dasar-dasar hukum Pasal 2 ayat (7) Piagam PBB berbunyi tidak ada
internasional (Sukarno, 2019). Karena hal ini dapat kuasa kepada PBB dalam melakukan intervensi
memicu terhadap ancaman terhadap perdamaian termasuk urusan dalam negeri, kecuali tindakan-
dan persoalan keberpihakan. tindakan pemaksaan yang tercantum dalam Bab VII
Pada tataran ini, tindakan intervensi militer yang berkaitan dengan perdamaian internasional.
dalam kudeta politik dapat menjadi ancaman, karena Hal ini menjadi jelas didalam Pasal 2 ayat (4)
hal ini tidak ada hubungannya dengan demokrasi Piagam PBB dalam hubungan internasional
yang terjadi didalam negara tersebut. Tindakan menjauhkan diri dari tindakan yang mengancam
intervensi militer dalam hukum internasional dapat kekerasan yang dilarang. Pada pemahamanannya
menjadi ancaman kekerasan apabila suatu negara tindakan intervensi militer dilarang dalam hukum
menjalankan suatu tindakan yang melanggar dan internasional jika : (1) Merusak integritas wilayah
mengancam perdamaian dalam melakukan agresi suatu negara (impairs the territorial integrity of the
terhadap negara lain; apabila suatu negara state); (2) mempengaruhi independensi politik
melakukan tindak provokasi yang mengancam (affects its political independence); dan (3)
keamanan negara lainnya; dan apabila terdapat Bertentangan dengan tujuan Perserikatan Bangsa-
masuk atau hadirnya pasukan militer asing ke suatu Bangsa (Contrary to the objective of the United
negara melalui atau tanpa perjanjian internasional Nations).
yang tidak dapat dibenarkan didalam Piagam PBB Dalam tipologi dari pola intervensi tersebut,
maupun hukum internasional (Suryokusumo, 2003). menurut J.G. Starke tindakan intervensi dapat
Perumusan Pasal 1 ayat (1) Piagam PBB menjadi suatu tindakan legal yang dalam hal ini
menyatakan mengenai kewajiban negara-negara dapat dibenarkan menurut hukum internasional.
dalam upaya memelihara perdamaian dan keamanan Pembenaran terhadap adanya tindakan intervensi
internasional sebagai tujuan semua negara. Hal ini militer ini jika hal tersebut bertentangan dengan
juga dalam tindakan melakukan upaya-upaya yang tujuan PBB dalam memelihara keamanan dan
efektif dalam mencegah terjadinya ancaman- perdamaian dunia terhadap adanya tindakan agresi.
ancaman terhadap pelanggaran-pelanggaran dalam Berdasarkan Bab VII Piagam PBB tindakan
mewujudkan perdamaian. Yang kemudian dalam intervensi dapat dibenarkan dalam batasan yang
upaya menyelesaikan persoalan atau konflik dalam diputuskan dan ditentukan oleh PBB. Pada Pasal 37
negeri, suatu negara harus menyelesaian Piagam PBB menetapkan tindakan intervensi militer
persengketaan itu dengan jalan damai sesuai dengan dapat diambil jika membahayakan pemeliharaan
ketentuan Pasal 2 ayat (3) Piagam PBB. Dan hal lain perdamaian dan keamanan internasional. Dan dalam

314
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Pasal 51 Piagam PBB hanya mengijinkan suatu tindakan yang melanggar kaidah hukum
penggunaan militer dalam rangka membela diri internasional yang terlalu mengurusui urusan internal
apabila suatu negara telah benar-benar diserang negara lain. Karena dalam tataran berbicara
(Latifulhayat, 2004). Tindakan intervensi militer mengenai urusan suatu negara, berarti juga
tersebut hanya dapat dibenarkan dalam kondisi yaitu berbicara mengenai kedaulatan negara tersebut.
: (1) Intervensi Kolektif atau secara bersama, yang Kedaulatan negara menurut pandangan ini tidak
ditentukan dalam Piagam PBB (Pasal 39 Piagam terbatas pada kekuasaan untuk menguasai suatu
PBB); (2) Intervensi yang bermaksud melindungi hak wilayah tertentu dari invasi luar, tetapi juga lebih jauh
dan kepentingan, serta keselamatan warga kedaulatan ini mengarahkan hak negara untuk
negaranya di negara lain; (3) Pembelaan Diri / Self- secara bebas menentukan status politik, struktur
Defence (Pasal 51 Piagam PBB); (4) Intervensi sosial, ekonomi, dan budaya dalam wilayah tersebut
dalam hubungannya dengan negara protektorat atas tanpa campur tangan negara lain.
dominionnya; serta (5) Jika negara yang akan
diintervensi dianggapp telah melakukan pelanggaran 3. Prinsip Non-Intervensi dalam Pengertian Jus
berat atas hukum internasional. Cogens sebagai Dasar Hukum Internasional
Didalam pendekatan Ex-Ante mendasarkan Isu intervensi pada hakikatnya selalu berkaitan
pada “right intention” atau “good intention” dengan perdebatan dalam konsep kedaulatan.
menyatakan kesulitannya dalam memperkirakan Berbicara mengenai doktrin intervensi, indikasi
tindakan dan maksud intervensi yang dilakukan suatu terhadap tindakan intervensi sangatlah kontradiktif
negara. Jika berbicara mengenai takaran yang dalam makna hukum internasional. Hal ini karena
positif, tindakan campur tangan ini bermaksuda dokrtin mengenai intervensi ini tidak selaras dengan
menciptakan keamanan dan perdamaian dunia, prinsip dasar hukum internasional mengenai “Prinsip
memberikan bantuan terhadap hak asasi dan Non-Intervensi”. Dalam hal ini, Prinsip Non-Intervensi
keadilan, seta untuk mengurangi terjadinya digambarkan sebagai prinsip dasar hukum
pelanggaran hak asasi atas penderitaan manusia. internasional yang berhubungan erat dengan hal
Hal ini berbanding terbalik jika kegiatan campur tersebut adalah melalui Prinsip Kedaulatan Negara.
tangan intervensi ini dimaksudkan untik kepentingan Jika berbicara mengenai kedaulatan negara, hal ini
pribadi manupun politik (Priyono, 2011). Sehingga telah muncul sejak lahirnya perjanjian Westphalia
dalam hal ini sulit untuk mengukur tindakan intervensi Tahun 1648 (The Treaty of Westphalia 1648).
dalam tujuan-tujuan kepentingannya. Negara memiliki kedaulatan penuh dalam dasar
Sejatinya didalam hukum internasional, kemerdekaan dan persamaan derajat (freedom and
intervensi yang dilakukan suatu negara merupakan equality), artinya bahwa setiap negara berdaulat

315
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

bebas dari penekanan, intimidasi, maupun intervensi 1986), Jus Cogens didefinisikan sebagai Peremptory
dari negara lain. Dimana negara-negara berdaulat Norm / Norma Dasar dari hukum internasional umum
wajib menjaga harmonisasinya dengan negara lain yang diterima dan diakui oleh masyarakat
dengan tidak mengurusi urusan internal suatu negara internasional secara keseluruhan sebagai norma dari
dalam kaitan relasi antar negara. Argumentasinya penghinaan yang tidak diperbolehkan dan yang
bahwa kedaulatan tidak bersifat tak terbatas, karena dapat dimodifikasi hanya oleh norma hukum
persoalan ini lebih menyentuh aspek filosofis internasional yang memiliki karakter yang sama.
dibanding politis, sedangkan dalam tataran lain Dalam upaya pencegahan terhadap tindak
kedaulatan. intervensi, terdapat deklarasi yang dibuat Majelis
Prinsip Non-Intervensi dalam hal ini termasuk Umum PBB tentang tentang Declaration on the
dalam tahap Peremptory Norm (Jus Cogens). Dalam Inadmissibility of Intervention in the Domestic Affairs
konteks hukum internasional, “Jus Cogens” diartikan of States and the Protection of their Independence
sebagai norma yang memiliki karaktek paksaan serta and Sovereignty (G.A. Res. 2131/XX, 21 Desember
yang wajib dilaksanakan semua negara karena 1965), dalam paragraf pertama yang menyatakan
statusnya berkedudukan tinggi didalam norma hukum bahwa setiap negara tidak memiliki hak untuk
internasional (Saraswati, 2017). Dimana menurut melakukan intervensi, langsung maupun tidak
pemikiran Ian Brownlie menyatakan, “Norma Hukum langsung, untuk alasan apapun, didalam urusan
internasional yang memiliki status Jus Cogens tidak dalam maupun luar negeri sebuah negara. Meskipun
dapat diabaikan dalam situasi apapun.” Menurut Sir begitu, dalam identifikasi suatu ketentuan
Humprey Waldock di dalam “Second Report on the berkenaaan dengan Jus Cogens, prinsip ini ternyata
Law of Treaties” menerangkan makna Jus Cogens memiliki dilematika dalam pendefinisian terhadap
sebagai norma umum hukum internasional yang bentuk norma dan aspek substantifnya. Didalam
harus ditaati atau tidak boleh dilanggar, di mana Konvensi Wina tidak memberikan daftar terhadap
derogasi tidak diizinkan kecuali derogasi tersebut kategori Jus Cogens. Dalam hal ini terdapat 5 (lima)
didasarkan pada hukum internasional yang umum, kriteria substantif dalam hubungan struktur dan isi,
dan norma tersebut hanya dapat dimodifikasi atau yaitu : (1) Integrity, yaitu Jus Cogens yang berprinsip
digantikan oleh norma lain yang juga merupakan intergritas, dimana harus mempunyai tujuan yang
hukum internasional yang umum. mendatangkan kebaikan untuk masyarakat; (2)
Seperti yang tercantum didalam Pasal 53 Principle of Formal Moral Equality, yaitu norma
Konvensi Wina 1986 (Vienna Convention on the Law keadilan terhadap kesetaraan yang dimaknai sebagai
of Treaties between States and International “fainess”; (3) Principle of Solictude, yaitu norma
Organizations or Between International Organizations dasar yang harus melihat kepada kepentingan subjek

316
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

hukum yang sah; (4) Principle of Fundamental Equal yaitu “Tindakan yang mengarah pada upaya suatu
Security, yaitu norma yang memiliki esensi didalam negara dalam mencapai akses terhadap kekuasaan
kesetaraan dan keamanan fundamenyal, dimana politik dalam mencapai kepentingannya.” Pengaruh
negara tidak boleh melanggar norma hukum yang politik ini kemudian menggunakan militer sebagai
telah ditetapkan. Prinsip inilah yang menggambarkan penggeraknya dimana tindakan penggunaan militer
derogable dan non-derogable; dan (5) Rule of Law, sebagai upaya intervensi memiliki kemampuan
yaitu aturan terhadap legalitas jaminan hukum untuk koersifnya (paksaan) untuk mencapai kepentingan
kepentingan bersama, dimana memiliki arti bahwa negaranya atau State Interests (Zainal, 2013).
suatu tindakan negara harus didasarin pada dasar Dalam hal ini, kudeta merupakan sebuah
hukum yang berlaku (Criddle, & Decent, 2009). kunci bagi seorang perwira militer untuk dapat
Pada tataran ini, prinsip non-intervensi dan Jus mengambil kekuasaan negara. Hal ini biasanya
Cogens menjadi satu bagian yang tak terpisahkan dilakukan berdasarkan keadaan negara yang
bila berbicara dalam kepentingan mewujudkan situasinya memburuk dari sisi ekonomi dan politik,
perdamaian. Walaupun dalam tataran integritas, misalnya korupsi oleh pejabat negara, aktor-aktor
pemaknaan mengenai “untuk ketertiban masyarakat separatisme, kenaikan tingkat inflasi, tingkat
dunia” menjadi persoalnya yang rumit bila mana pengangguran yang naik, dan lain-lain. Mayoritas
menunjuk pada masyarakat. Menurut Hedley Bull, sebagian kudeta atau seluruhnya termotivasi oleh
mengatakan bahwa negara-negara tidak memiliki hak pertahanan atau pemberlakuan kepentingan
dalam melakukan intervensi yang mengancam korporasi militer (Acemoglu, Ticchi, & Vindigni, 2010).
kedaulatan suatu negara karena melanggar prinsip Menurut Spawforth Hornblower dalam The
non-intervensi (Indrawan, 2013). Dan kemudian hal Oxford Companion to Classical Civilization
ini harus memperhatikan Principle of Solictude mendefinisikan tindakan kudeta selalu dihubungkan
pentingan subjek hukum yang sah dimana kasus ini dengan menjatuhkan suatu letigimasi suatu negara
merupakan Venezuela. terhadap kekuasaan dengan cara-cara yang ilegal
Pada kasus ini, tindakan Amerika Serikat serta inkonstitusional dalam upaya menggulingkan
dalam melakukan tindakan intervensi ini bukan hanya serta mengambil alih paksa kekuasaan yang sedang
dalam rangka bantuan kemanusiaan, melainkan lebih berlangsung (Setiawan, 20015). Mayoritas sebagian
darii pada kepentingan politik dimana tindakan kudeta atau seluruhnya termotivasi oleh pertahanan
intervensi ini disertai dengan kudeta politik terhadap atau pemberlakuan kepentingan korporasi militer
Presiden terpilih Venezuela Nicolas Maduro. Menurut (Acemoglu, Ticchi, & Vindigni, 2010).
Eric. A Nordlinger menaruh perhatian tindakan Dalam pemahaman konteks mengenai Jus
kudeta sebagai Proses Politik atau Political Process Cogens menjadi sebuah dilematika dalam prinsip-

317
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

prinsipnya. Menurut pendapat Schwarzerberger Kovenan Hak Sipil dan Politik yang menyatakan
dibutuhkan suatu aturan hukum internasional yang semua bangsa berhak menentukan nasibnya sendiri,
memperhatikan aspek kepentingan umum didalam baik dalam status politik maupun ekonomi.
asas-asas fundamental dalam membentuk Jus Dalam tataran Jus Cogens terkait pelanggaran
Cogens. Asas-asas tersebut kemudian menjadi dalam intervensi terhadap kudeta politik, mendalilkan
bagian yang esensial dalam sistem hukum tindakan ini pelanggaran prinsip kedaulatan (principle
internasional, apabila hal tersebut diterapkan, maka of permanent sovereignty). Karena pada prinsipnya,
akan menimbulkan tujuan baru didalam asas pembelaan diri terhadap negara demi
tersebut, seperti : kedaulatan, pengakuan, itikad baik, mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan
hak membela diri, serta tanggung jawab mereka adalah termasuk norma Jus Cogens
internasional. Dalam hal ini terdapat 3 (tiga) prinsip (Muhammadin, 2018). Prinsip Non-Intervensi
atau aturan yang dapat menjadi Jus Cogens didalam melibatkan hak setiap negara berdaulat untuk
hukum internasional, yaitu : (1) Kepentingan bersama melakukan urusan tanpa campur tangan dari luar.
dalam masyarakat internasional; (2) Adanya tujuan- Pada prinsipnya, diantara negara yang merdeka
tujuan kemanusiaan; dan (3) Sesuai dengan prinsip harus saling menghormati kedaulatan teritorial
dan tujuan didalam Piagam PBB. sebagai pondasi didalam hubungan internasional dan
Dalam kasus Venezuela dan Amerika Serikat, hukum internasional dimana diperlukan integritas
tindakan intervensi Amerika Serikat dapat dibenarkan politik.
jika dalam pembatasan tindakan didalam ketentuan
Pasal 2 ayat (4) Piagam PBB. Legalitas terhadap D. SIMPULAN
tindakan intervensi haruslah dihubungkan dengan Instrumen hukum internasional Piagam PBB
tujuan PBB dalam menghormati hak asasi manusia menyebutkan bahwa tindakan intervensi merupakan
berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Piagam PBB. Adanya tindakan yang dilarang karena bertentangan dengan
pembatasan ini diharapkan untuk membatasi prinsip hukum internasional dalam menjaga
tindakan sewenang-wenang negara. Sehingga jika keamanan dan perdamaian dunia. Namun pada
dilakukan pada tataran intervensi terhadap kudeta tataran intervensi kolektif, dalam otoritas Dewan
negara menyangkut persoalan kedaulatan suatu Keamanan PBB, hal ini dapat saja dilakukan jika
negara, yang dalam kejadiannya Venezuela sedang tidak bertentangan pada peraturan didalam Pasal 2
dilanda krisis ekonomi sehingga menyebabkan ayat (4) Piagam PBB. Pada dasarnya, prinsip Jus
keguncangan pada sektor ekonomi dan politik Cogens didalam norma hukum internasional yang
negara, dimana kemudian hal ini sangat dilarang bersifat memaksa, menetapkan bahwa tindakan
yang secara kontekstual didalam Pasal 1 ayat (1) intervensi merupakan tindakan yang bertentangan

318
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dan dilarang didalam hukum internasional dan Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, Vol.13,
hubungan internasional dalam tindakan pelanggaran (No.3), pp.379-391.
kedaulatan negara. Karena dianggap mencampuri Eliza, Emi., Heryandi, & Syofyan, Ahmad. (2014).
urusan dalam negeri suatu negara dan bertentangan Intervensi Kemanusiaan (Humanitarian
dengan Pasal 1 ayat (1) Konvenan Hak Sipil dan Intervention) Menurut Hukum Internasional dan
Politik. Tindakan intervensi militer yang dilakukan Implementasinya Dalam Konflik Bersenjata. Fiat
Amerika Serikat terhadap Venezuela merupakan Justisia : Jurnal Ilmu Hukum, Vol.8, (No.4),
suatu tindakan pelanggaran menurut hukum pp.629-641.
internasional. Karena meskipun bertujuan untuk Erliyana, A. (2006). Penegakan Rasa Aman Melalui
kemanusiaan dan hak asasi manusia, hal ini tidak Intervensi Kemanusiaan. Indonesia Journal of
dapat dibenarkan jika sudah memasuki ranah politik International Law, Vol.3, (No.3), pp.404-411.
suatu negara didalam mempengaruhi integritas Hendra, E. (2014). Sekuritisasi dalam kerangka
kedaulatan suatu negara, dalam hal ini Venezuela. “R2P” dan Intervensi Kemanusiaan : Dilema
Karena menurut International Court of Justice Antara Legalitas dan Legitimasi. Jurnal
tindakan intervensi militer sama dengan tindakan Hubungan Internasional, Vol.3,(No.2), pp.131-
yang menggunakan kekerasan bersenjata, apalagi 141.
terhadap kudeta merupakan suatu tindakan Indrawan, J. (2013). Legalitas dan Motivasi NATO
pelanggaran hak asasi manusia. (North Atlantic Treaty Organization) dalam
Melakukan Intervensi Kemanusiaan di Libya.
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Kajian Wilayah, Vol.4, (No.2), pp.127-
JURNAL 149.
Acemoglu, Daron., Ticchi, Davide., & Vindigni, Latifulhayat, A. (2004). Perang Irak dan Hukum
Andrea. (2010). A Theory of Military Internasional. Unpad Journal of International
Dictactorships. American Economi Journal : Law, Vol.3, (No.2), pp.70-86.
Macroeconomics, Vol.2, (No.1), pp.1-42. Muhammadin, Fajri M. (2018). Humanitarian
Criddle, Evan J., & Decent, Evan Fox. (2009). A Intervention and The Jus Cogens Argument : A
Fiduciary Theory of Jus Cogens. Yale Journal Critical Observation. Padjajaran Jurnal Ilmu
of International, Vol.34, Issue 2, pp.331-387. Hukum;Journal of Law, Vol.5, (No.1), pp.71-88.
Dimyati, Khudzaifah., Muqoddas, Mohammad Murtadlo, H. (2014). Intervensi Militer Perancis di
Busjro., & Wardiono, Kelik. (2013). Radikalisme Mali : Sekularisme vs Fundamentalisme Islam.
Islam dan Peradilan : Pola-pola Intervensi Jurnal Hubungan Internasional, Vol.7,(No.2),
Kekuasaan dalam Kasus Komando Jihad di pp.139-152.

319
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Priyono, J. (2011). Intervensi Kemanusiaan Dalam Zainal, Nur A. (2013). Hubungan Sipil-Militer di Chile
Perspektif Pemikiran Kosmopolit. Masalah- Pasce Augusto Pinochet, 1990-2000. Jurnal
Masalah Hukum, Vol.40, (No.3), pp.325-331. Politik Profetik, Vol.1, (No.1), pp.1-13.
Putri, Lili H. (2015). Responsibility to Protect Sebagai
Doktrin Atau Norma Yang Berkembang Dalam BUKU
Hukum Internasional. Kanun Jurnal Ilmu Starke, J. G. (2012). Pengantar Hukum Internasional
Hukum, Vol.17, (No.1), pp.151-171. (Edisi Kesepuluh). Jakarta: Sinar Grafika.
Rosyidin, M. (2016). Intervensi Kemanusiaan Dalam
Studi Hubungan Internasional : Perdebatan SUMBER ONLINE
Realis Versus Konstruktivis. Global & Strategis, Eniayejuni, Anthony T. (2012). The Role of The West
Vol.10, (No.1), pp.55-73. and Military Intervention in Libya. Foreign Policy
Roth, K. (2006). Was the Iraq War a Humanitarian Journal, (April 7, 2012). Retrieved from
Intervention?. Journal of Military Ethics, Vol.5, https://www.foreignpolicyjournal.com/2012/04/0
(No.1), pp.84-92. 7/the-role-of-the-west-and-military-intervention-
Saraswati, AAA Nanda. (2017). Kriteria untuk in-libya/
Menentukan Hak Asasi Manusia Sebagai “Jus Aninda, N. (2019). Krisis Kepemimpinan Venezuela
Cogens” Dalam Hukum Internasional. Arena Masuki Babak Baru. Retrieved from
Hukum, Vol.10(No.2), pp.163-184. https://kabar24.bisnis.com/read/20190505/19/9
Setiawan, A. (20015). Diplomatic Dilemma dan 18829/krisis-kepemimpinan-venezuela-masuki-
Standar Ganda Politik Amerika Serikat babak-baru
Terhadap Konflik Sipil-Militer Mesir Tahun Aipassa, J. (2019). 10 Negara Dukung
2013. Jurnal Hubungan Internasional, Vol.4, Kepemimpinan Guaido. Retrieved from
(No.1), pp.67-77. https://www.beritasatu.com/dunia/535003/10-
Suryokusumo, S. (2003). Ancaman Kekuatan Militer negara-dukung-kepemimpinan-guaido
Dari Luar Menurut Perspektif Hukum Sukarno, A. (2019). Rusia Kecam Intervensi Asing di
Internasional. Jurnal Ketahanan Nasional, Venezuela, Trump Amankan Warganya.
Vol.8, (No.1), pp.71-76. Retrieved from https :
Yuniasih, Tulus., Rizky, Riasa., & Natasha, Claudia. //indopos.co.id/read/2019/01/25/163209/rusia-
(2016). Dinamika Penegakan Hukum Humaniter kecam-intervensi-asing-di-venezuela-trump-
Internasional : Analisis Kehadiran PMSC Dalam amankan-warganya/
Konflik Non-Internasional. Jurnal Hubungan Nursalikah, A. (2019a). AS Serius Pertimbangkan
Internasional, Vol.5,(No.2), pp.222-237. Inervensi Militer di Venezuela. Retrieved from

320
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 1, Nomor 3, Tahun 2019 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

https://internasional.republika.co.id/berita/intern
asional/amerika/ppiz0q366/as-serius-
pertimbangkan-intervensi-militer-di-venezuela
Nursalikah, A. (2019b). Uni Eropa Tolak Intervensi
Militer di Venezuela. Retrieved from
https://www.republika.co.id/berita/internasional/
amerika/19/03/13/poabdh366-uni-eropa-tolak-
intervensi-militer-di-venezuela

321

You might also like