You are on page 1of 12

Contents available at: www.repository.unwira.ac.

id

https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: http://doi.org/10.30822/arteks.v5i1.195

Identifikasi tingkat kebisingan serta indikasi dampak desain barrier


hunian di tepi jalan raya
Frengky Benediktus Ola* , Maria Christina Prasetya,
Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto

Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya Yogyakarta


Jl. Babarsari no. 44, Yogyakarta - 55281, Indonesia

ARTICLE INFO ABSTRACT


Article history: Identification of noise level and indication of its impact on
Received September 17, 2019 residential barrier design in street edge
Received in revised form Sept. 21, 2019
Accepted October 04, 2019 The effect of noises toward human body not only disturb the hearing
Available online April 01, 2020 organs, it can also disturb other human body parts and in some cases
may results in reduction of work’s efficiency. This study aims to
assess the noise level in residential areas on the edge of the city of
Keywords:
Yogyakarta highway and to find any indication of the impact on
Barrier design
building design and barriers by homeowners to reduce noise. This
Noise level
research is quantitative associative. Data obtained from
Noise reducing factor
measurements and field observations. The results showed that the
noise level in residential areas on the edge of the highway, class II
street and local roads in the city of Yogyakarta did not meet the
standard values of LTNI and LNP. The design of buildings and
*Corresponding author: Frengky barriers as a noise reduction factors for the highway was found with
Benediktus Ola a percentage of 100% on the Jalan Bung Tarjo segment, 85.7% on
Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, the Jalan Ki Penjawi segment, 20.83% on the Jalan Juminahan
Universitas Atma Jaya Yogyakarta, segment, 52.08% on the Jalan Bausasran segment, 13.37% on the
Indonesia
Email: frengky.ola@uajy.ac.id
Jalan Suryodiningratan segment, and 10.7% on the Jalan
ORCID: https://orcid.org/0000-0003-2049- Mangkuyudan segment. Therefore, the people of Yogyakarta are not
6050 fully aware of the high level of road noise.

Pendahuluan sangat penting karena berkaitan langsung dengan


kondisi kebisingan luar lingkungan dan dapat
Akustika bangunan dan lingkungan terdapat dua berfungsi menjadi peredam dalam mengurangi
alasan mengapa bunyi di sekitar lingkungan kebisingan ruang.
terbangun dan bunyi di dalam ruangan perlu Pengaruh kebisingan terhadap manusia secara
diatur dengan desain arsitektural. Alasan pertama fisik tidak saja mengganggu organ pendengaran,
adalah untuk kesehatan pendengar, dan mutlak tetapi juga dapat menimbulkan gangguan pada
dipenuhi melalui desain yang tanggap terhadap organ-organ tubuh yang lain, seperti penyempitan
lingkungan. Alasan kedua adalah untuk pembuluh darah dan sistem jantung (Sasongko et
kenikmatan. Untuk alasan kedua bersifat al. 2000). Pengaruh bising secara psikologi, yaitu
disarankan. Kebisingan (noise) lebih diartikan berupa penurunan efektivitas kerja dan kinerja
sebagai bunyi atau suara yang tidak dikehendaki seseorang (Asmaningprojo 1995). Agresivitas
(unwanted sound), berpotensi dapat mengganggu warga yang tinggal di kawasan bising akan
kenyamanan manusia yang dapat dirasakan oleh meningkat dengan bertambahnya tingkat
indera pendengaran. Pengendalian bising secara kebisingan di kawasan tersebut dan inilah yang
arsitektural pada bangunan di jalur jalan raya menyebabkan warga kurang mampu mengontrol
Copyright ©2020 Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona
Purwanto. This is an open access article distributed the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0
International License
81
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

diri maupun tingkah lakunya (Sulistyani, gangguan psikologi oleh individu dapat
Faturochman, dan Moh. 1993). Pemaparan diungkapkan dalam bentuk persepsi individu itu
kebisingan secara terus- menerus mengakibatkan masing-masing yang akan menjelaskan respon
kerusakan menetap pada indera-indera pendengar manusia terhadap tekanan kebisingan yang
(Sulistyani, Faturochman, dan Moh. 1993). diterima (Fyhri dan Klæboe 2009). Diasumsikan
Gejala penurunan pendengaran disertai dengan terdapat respon-respon masyarakat yang
timbulnya tinitus (telinga berdenging) (Z. Irma dilakukan baik secara sadar maupun tidak
dan Intan 2013). Permasalahan kebisingan yang (terhadap kebisingan) untuk mengatasi masalah
paling utama yaitu bahwa efek yang ditimbulkan kebisingan dari jalan raya yang mencapai hunian
tidak secara langsung, melainkan secara bertahap. mereka di lokasi penelitian.
Seperti halnya kepekaan pendengaran akan Dari fenomena yang telah dijabarkan, maka
berkurang dan semakin memburuk seiring dengan pertanyaan penelitiannya yaitu: (1) bagaimana
waktu terpaparnya (Ferianita Fachrul, tingkat kebisingan hunian di tepi jalan raya (kelas
Moerdjoko, dan Verogetta 2016). jalan II, fungsi jalan lokal) kota Yogyakarta? (2)
Peningkatan transportasi berpengaruh bagaimana indikasi dampak dalam bentuk
terhadap kebisingan lingkungan maupun dalam penataan fisik barrier/pereduksi bunyi di ruang
ruang. Sumber kebisingan potensial dibedakan luar hunian?
menjadi sumber yang diam dan bergerak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi tingkat kebisingan hunian di tepi jalan raya Kota
bagian dari sumber yang bergerak, berupa bunyi Yogyakarta. Penggal jalan yang akan diteliti
dan getaran akibat adanya gesekan roda dengan adalah jalan lokal dengan kelas jalan II. Terdapat
aspal atau bahan lain pembentuk permukaan jalan 23 penggal jalan dengan klasifikasi di atas
dan dari kebisingan yang muncul dari mesin (utama). Hasil pengukuran dan pengamatan dan
kendaraan dan klakson. Bangunan di sekitar jalan analisis akan digunakan untuk mengetahui tingkat
raya akan merasakan pengaruh kebisingan dari kebisingan dan indikasi dampak dalam bentuk
sumber-sumber tersebut (Mediastika 2006). penataan fisik barrier/pereduksi bunyi di ruang
Gelombang bunyi dapat merambat langsung luar hunian maupun tata ruang luar dan desain
melalui udara dari sumbernya ke telinga manusia, facade. Tujuan penelitian dicapai dengan tahapan
selain itu sebelum sampai ke telinga manusia, sebagai berikut:
gelombang bunyi juga terpantul-pantul terlebih 1. Menentukan sampel pengukuran dengan cara:
dahulu oleh permukaan bangunan, menembus a) Memetakan tingkat kepadatan hunian pada
dinding atau merambat melalui struktur bangunan jalan Lokal kelas jalan II di wilayah Kota
(Satwiko 2009). Elemen tersebut perlu dipahami Yogyakarta.
dalam menilai penggunaan jenis material pada b) Mengamati tingkat kepadatan kendaraan
bidang vertikal, horizontal pada facade bangunan, pada sampel jalan dengan kepadatan
serta penerapan pada outdoor yaitu penggunaan hunian tinggi.
penghalang sebagai (barrier) membantu c) Menentukan sampel ruas jalan yang akan
mengurangi kebisingan. Penghalang buatan dilakukan pengamatan indikasi dampak
seperti pagar dapat berfungsi sebagai barrier, berupa desain barrier dan penataan ruang
guna mencegah pengaruh kebisingan yang masuk luar dan desain facade.
pada ruang merupakan salah satu alternatif d) Menentukan lokasi sampel pengukuran
penangkal suara (sound barrier), beberapa kebisingan di sampel ruas jalan
bangunan menerapkan pada ruang luar sehingga pengamatan.
mengurangi kebisingan tidak langsung terhubung 2. Mengetahui tingkat kebisingan jalan raya
pada bangunan, pagar bidang masif, penggunaan pada lokasi sampel
unsur tanaman dan jenis bahan lainnya 3. Mengetahui tingkat kebisingan pada
berpengaruh terhadap tingkat kebisingan seperti permukaan facade bangunan sampel.
jumlah energi pantulan kebisingan ke dalam 4. Melakukan identifikasi tingkat kebisingan dan
ruang hunian. dampak fisik penanganan kebisingan yang
Bentuk ketergangguan merupakan respon dilakukan oleh pemilik/pengguna hunian.
individu terhadap gangguan kebisingan yang
mengganggu aktivitas manusia di lingkungan
pemukiman, khususnya di lingkungan rumah
(Hidayat, Purwanto, dan Hardiman 2012). Bentuk

82
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge

Metode penelitian g) Studi literatur terhadap pengaruh


kebisingan bagi masyarakat baik secara
Penelitian ini bersifat kuantitatif asosiatif, fisik maupun psikologis akan dilakukan
penelitian yang menggunakan data yang untuk menambah kedalaman analisis data
berbentuk angka atau data yang diangkakan untuk lapangan.
kemudian bertujuan untuk mengetahui hubungan 2. Alat penelitian
dua variable atau lebih. Penelitian ini berlokasi di Penelitian menggunakan alat-alat sebagai
bangunan dengan tipologi hunian murni, di tepi berikut:
jalan kelas II, fungsi jalan lokal, wilayah Kota
Yogyakarta, Propinsi Daerah Istimewa Tabel 1. Daftar alat yang digunakan
Yogyakarta. Penetapan ruas jalan berdasarkan No Nama Alat Jumlah Fungsi
Keputusan Walikota Yogyakarta nomor: 1 Sound 2 Mengukur tingkat
214/KEP/2013 tentang Penetapan Ruas-ruas Level Meter kebisingan di lokasi
Jalan Menurut Kelasnya di Kota Yogyakarta 2 Tripod 2 Sebagai penopang
SLM agar hasil
(Pemerintah Walikota Yogyakarta 2013). pengukuran akurat
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret 2018 3 Stopwach 2 Penentu timing
hingga bulan Agustus 2018. pengambilan
1. Sumber data 4 Meteran 1 Mengukur kondisi
fisik lokasi sampel
a) Observasi data klasifikasi ruas jalan,
(jarak dari jalan,
tingkat kepadatan hunian tepi jalan dan ukuran barrier, dll)
tingkat kepadatan kendaraan. tingkat 5 Kamera 1 Dokumentasi visual
kepadatan hunian tepi jalan kelas II, 6 ATK Mencatat data
Fungsi jalan lokal diamati dengan pengukuran dan data
pengamatan
pengamatan Google Street View dan
7 Payung 1 Antisipasi cuaca
observasi lapangan. Kepadatan hunian yang sangat panas
dihitung per-100 meter. data kepadatan atau hujan
kendaraan diamati melalui Google Map.
b) Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan 3. Populasi dan sampel
pada titik-titik lokasi sampel yang Populasi penelitian ini adalah ruang luar
ditentukan secara random pada ruas jalan bangunan hunian yang menghadap ruas jalan
dengan tingkat kepadatan melebihi kelas II, fungsi jalan lokal. Sampel pengukuran
percentil 75. tingkat kebisingan ditentukan melalui 2 tahapan;
c) Percentil 75 menunjukan ruas jalan dengan a) penentuan sampel ruas jalan akan dilakukan
tingkat kepadatan di atas nilai tengah dengan mengamati tingkat kepadatan hunian.
(mean) yaitu Q3 (quartil ke-3). Penentuan Ruas jalan dengan tingkat kepadatan percentil 75
ini diambil agar ruas jalan yang akan dan di atasnya akan ditetapkan sebagai sampel
diamati memiliki tingkat kepadatan ruas jalan objek penelitian. b) lokasi pengukuran
rumah/m jalan agar pengambilan tingkat kebisingan akan ditentukan secara
kesimpulan pengukuran pada sampel random, selama masih berada di lokasi hunian
dapat diasumsikan sama pada keseluruhan tepi jalan sampel. Sedangkan pengamatan
populasi. dampak pada desain ruang luar hunian akan
d) Pengamatan indikasi dampak pada desain diamati pada seluruh hunian yang berada di ruas
barrier dan facade dilakukan dengan jalan sampel.
pengamatan langsung pada lokasi-lokasi 4. Pengambilan data
sampel pengamatan yaitu hunian di Pengukuran tingkat kebisingan akan
sepanjang sampel jalan dengan tingkat dilakukan pada 2 titik, yaitu di tepi jalan sampel,
kepadatan di atas percentil 75. dan di permukaan facade bangunan sampel.
e) Data baku kebisingan yang disarankan Pengukuran tingkat kebisingan akan dilakukan
sesuai ketetapan pemerintah dan berdasarkan pada KEPMENLH
kementrian terkait. No.48/MenLH/11/1996, diantaranya waktu
f) Penerapan desain barrier dan ruang luar pengukuran adalah selama 10 menit dan
secara teoritis akan diperoleh dari literatur pengambilan data adalah tiap 5 detik. Diperoleh
terkait. data sebanyak 120 data yang selanjutnya

83
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

dilakukan perhitungan statitik data untuk 6. Analisis data


mengetahui nilai kebisingan dari hasil Data kebisingan yang diperoleh akan
pengukuran. Ketentuan pengukuran kebisingan digunakan untuk mencari nilai Leq, LTNI, dan LNP.
sebagai berikut: Hasil kemudian akan dibandingkan dengan baku
a) Menggunakan tripod, atau penopang lain tingkat kebisingan menurut Peraturan Menteri
agar alat berdiri stabil; Negara Lingkungan Hidup tahun 1996 (Leq) dan
b) Jarak maksimal alat ukur dari tepi jalan Standar LNP, LTNI menurut US Department of
adalah 1 meter, dan selalu konstan pada Housing and Urban Development (Mediastika
setiap titik pengukuran; 2006). Seluruh data akan dikomparasi untuk
c) Jarak maksimal alat ukur dari tepi facade melihat kecenderungan pada masing-masing
adalah 0,5-meter; lokasi, kemudian untuk diambil kesimpulan
d) Jarak pengamat/operator minimal 0,5- menyeluruh. Data dampak fisik desain ruang luar
meter dari alat; hunian, baik alami, buatan maupun kombinasi
e) Tinggi alat 1,2-meter; akan dipetakan menurut wujud fisik tanpa
f) SLM di-set pada kondisi slow response, mempertimbangkan tingkat penurunan
dBA; kebisingan yang sampai ke muka kulit bangunan.
g) Pengukuran adalah selama 10 menit dan Kecenderungan dampak fisik akan disimpulkan
pengambilan data adalah tiap 5 detik. untuk mengetahui kecenderungan tingkat
Sehingga diperoleh 120 data untuk satu ketergangguan terhadap kebisingan.
kali pengukuran;
h) Pengukuran dilakukan sebanyak 12 kali Tabel 2. Baku tingkat kebisingan sebagai rujukan nilai
untuk satu titik dan dilakukan pada jam maksimum Leq yang diijinkan
yang berbeda (08:00 – 20:00). Peruntukan Tingkat
Kawasan/Lingkungan Kesehatan Kebisingan
Item pengukuran kondisi fisik dilakukan pada: (dBA)
a) Lebar jalan, lebar pedestrian, jarak dari as Perumahan dan permukiman 55
(tengah) jalan ke barrier (jika ada), jarak Perdagangan dan jasa 70
dari barrier ke muka kulit bangunan, jarak Perkantoran dan perdagangan 65
dari as (tengah) jalan ke muka kulit Ruang terbuka hijau 50
bangunan (jika tidak ada barrier); Industri 70
Pemerintahan dan fasilitas umum 60
b) Ada tidaknya barrier;
Rumah sakit atau sejenisnya 55
c) Jenis barrier (alami, buatan, kombinasi); Sekolah atau sejenisnya 55
d) Tinggi barrier, tebal barrier, panjang Tempat ibadah atau sejenisnya 55
barrier, detail barrier jika ada (lubang, Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup, 1996
bentuk tertentu, material yang berbeda-
beda); Tabel 3. Standar LNPmenurus US Department of
e) Bukaan facade yang menghadap ruas jalan Housing and Urban Development
f) Layout ruangan; LNP Kriteria Penerimaan Masyarakat
g) Elemen desain dan material ruang antara < 58 dBA Dapat diterima
barrier – jalan raya (paving, rumput, 58 dBA – 74 dBA Masih dapat diterima
74 dBA – 88 dBA Umumnya tidak dapat diterima
patung, pot, pohon, dan lain sebagainya),
> 88 dBA Sangat tidak dapat diterima
elemen desain dan material ruang antara
Sumber: Akustika bangunan (Mediastika 2006)
barrier – kulit bangunan.
5. Lingkup bahasan
Pada penelitian ini yang akan dikaji ialah ruas
jalan di Kota Yogyakarta dengan kelas jalan II
dan fungsi jalan lokal. Terdapat 23 ruas jalan
dengan klasifikasi tersebut. Pada penelitian
pembahasan difokuskan pada (a) tingkat
kebisingan jalan raya pada lokasi sampel
penelitian dibandingkan dengan baku kebisingan
yang berlaku. (b) Indikasi penerapan
barrier/pereduksi kebisingan pada desain ruang
luar hunian tepi jalan sampel penelitan.

84
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge

7. Bagan alur penelitian


Gambar 1

Gambar 1. Bagan alur metode penelitian

Temuan dan pembahasan berbentuk garis (kebisingan jalan raya)


(Mediastika 2006).
Kebisingan adalah suara yang tidak diinginkan Sumber kebisingan kendaraan bermotor
dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu berasal dari mesin, transmisi rem, klakson,
tertentu yang dapat menimbulkan gangguan knalpot, dan gesekan ban dengan jalan
kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Mediastika 2006). Karena gesekan yang terjadi
(Menteri Negara Lingkungan Hidup 1996). antara ban dengan jalan adalah gesekan antara
Intensitas bising (bunyi) mempunyai pengaruh benda lunak dan keras, dan berat kendaraan pada
yang nyata terhadap memori jangka pendek; umumnya jauh di bawah berat kereta api dan
semakin tinggi intensitas kebisingan akan pesawat terbang, maka kebisingan dari jalan
semakin menurun memori jangka pendek umumnya berupa bunyi dan hanya sedikit yang
seseorang (Bhinnety, Sugiyanto, dan Pudjono berupa bunyi dan getaran. Oleh karena itu,
1994). Kebisingan dibagi dua kategori meliputi idealnya, bangunan di tepi jalan cukup didesain
kebisingan internal seperti berasal aktivitas yang untuk meredam masuknya bunyi ke dalam
dilakukan manusia secara internal di dalam ruang bangunan (Mediastika 2006). Pembagian kelas
bangunan seperti percakapan, batuk, bersin dan jalan yang berkaitan dengan kebisingan adalah
pergeseran perabot, sedangkan kebisingan berasal pengklasifikasian menurut fungsi serta menurut
dari luar bangunan disebut sebagai kebisingan tipe jalan. Setiap kelas jalan memiliki spesifikasi
eksternal, meliputi alat-alat kebisingan antara lain jenis kendaraan yang boleh melewatinya.
transportasi, suara mesin, maupun kebisingan Bangunan yang berlokasi di tepi jalan yang lebih
yang berasal dari lingkungan (Sutanto 2015). tinggi kelasnya, akan menderita kebisingan yang
Kebisingan dapat dikategorikan menjadi dua, lebih tinggi tingkatnya bila dibandingkan jika
yaitu: kebisingan tunggal dan kebisingan bangunan itu berlokasi di tepi jalan dengan kelas
majemuk. Kebisingan tunggal dihasilkan oleh yang lebih rendah. Perlu disadari ketetapan ruas
sumber bunyi berbentuk titik (loudspeaker, suara jalan belum tentu sesuai dengan kenyataan yang
mesin pabrik, suara mesin kendaraan yang tidak terjadi di lapangan. Selain itu modifikasi pada
bergerak, dan sumber lain yang tidak bergerak) sumber bunyi (mesin, knalpot, dan ban) akan
dan kebisingan majemuk dihasilkan oleh sumber

85
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

berpengaruh pada tingkat kebisingan yang data dapat disederhanakan hanya dalam rentang
dihasilkan. waktu 18 jam/hari dengan asumsi bahwa enam
jam sisanya adalah waktu tenang (Mediastika
Tabel 4. Kelas jalan di Indonesia menurut fungsi 2006).
Kelas jalan Spesifikasi Penanganan kebisingan jalan raya dapat
Melayani angkutan umum dengan ciri diklasifikasikan menjadi; (1) Penanganan pada
Jalan arteri perjalanan jarak jauh, kecepatan tinggi,
dan jalan masuk dibatasi secara efisien. sumber kebisingan (tidak menjadi prioritas
Melayani angkutan pengumpul dengan penelitian). (2) Penanganan pada desain
Jalan kolektor ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan bangunan; faktor letak, layout/tata ruang, material
rendah, dan jumlah jalan masuk dibatasi. facade, insulasi. (3) Penanganan menggunakan
Melayani angkutan umum dengan ciri barrier; yang dipengaruhi faktor peletakan,
Jalan lokal perjalanan dekat, kecepatan rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi. dimensi, bentuk, berat/kerapatan material,
Sumber: (Pemerintah 1980); (Peraturan Pemerintah estetika. Efektifitas tingkat reduksi kebisingan
1985) oleh desain barrier dan ruang luar dapat diukur
menggunakan perbedaan atau perubahan tingkat
Tabel 5. Kelas jalan dan spesifikasi kendaraan yang bunyi (dB) yang dapat dirasakan oleh telinga
melaluinya, di Indonesia manusia (Lihat tabel 6). Nilai efek perubahan
Kelas jalan Spesifikasi jalan dan kendaraan tingkat bunyi yang dialami telinga manusia
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan didapat dijadikan panduan penilaian efektifitas
bermotor termasuk muatannya dengan
I lebar maksimum 2,5 m, panjang desain barrier dan ruang luar. Nilai efektifitas
maksimum 18 m dan muatannya dengan barrier dan tata ruang luar dapat diperoleh
sumbu terberat > 10 ton. melalui selisih Leq pengukuran di tepi jalan
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan dengan pengukuran di tepi kulit bangunan.
bermotor termasuk muatannya dengan
II lebar maksimum 2,5 m, panjang
maksimum 18 m dan muatannya dengan Tabel 6. Perubahan tingkat bunyi (dB) dan efeknya
sumbu terberat maksimum 10 ton. Perubahan Efek di telinga Efektifitas barrier
Jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui tingkat manusia dan desain ruang
kendaraan bermotor termasuk muatannya bunyi (dB) luar
IIIA dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang 0-1 Tidak terasa Sangat buruk
maksimum 18 m dan muatannya dengan 1,1 - 3 Mulai dapat Buruk
sumbu terberat maksimum 8 ton. dirasakan
Jalan kolektor yang dapat dilalui 3,1 - 6 Dapat dirasakan Cukup
kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan jelas
IIIB dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang 6,1 - 10 Dirasakan dua kali Baik
maksimum 12 m dan muatannya dengan lebih keras (atau
sumbu terberat maksimum 8 ton. lebih lemah) dari
Jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bunyi awal
bermotor termasuk muatannya dengan le 10,1 - 20 Dirasakan empat Sangat baik
IIIC bar maksimum 2,1 m, panjang maksimum kali lebih keras
9 m dan muatannya dengan sumbu terberat (atau lebih lemah)
maksimum 8 ton. dari bunyi awal
Sumber: (Pemerintah 1993) Sumber: Dilengkapi dari Fisika Bangunan (Satwiko
2009)
Dengan metode sound weighting,
karakteristik kebisingan kendaraan bermotor Penentuan sampel
masuk dalam bobot A, sehingga ketika mendata Terdapat 23 ruas jalan dengan klasifikasi kelas
tingkat kebisingan di jalan raya menggunakan jalan II fungsi kelas jalan lokal di Kota
Sound Level Meter (SLM) maka alat tersebut di- Yogyakarta. Kepadatan hunian tertinggi di jl.
setting pada bobot A. Hasil yang termuat dibaca Juminahan yaitu 8 hunian per-100-meter ruas
sebagai dBA. Guna menyajikan hasil akhir yang jalan. Kepadatan terendah di Jalan Empl.
lebih mudah dipahami dari hasil pengukuran Lempuyangan dan Jalan Gandekan yaitu nol
tingkat kebisingan di jalan yang umumnya sangat hunian per-100 meter. Dari hasil perhitungan
fluktuatif, disarankan penggunaan model jumlah persentil 75 yang didapat ialah 4,5 maka
pendataan dengan metode penunjuk atau indeks ruas jalan yang akan menjadi objek amatan
ekuivalen (Leq) (Mediastika 2006). Keterbatasan (sampel) ialah ruas jalan dengan kepadatan
kemampuan alat ukur menyebabkan pengambilan hunian > 4,5 rumah/100 m. Didapati 6 ruas jalan,

86
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge

yaitu: Jalan Bung Tarjo, Jalan Ki Penjawi, Jalan barrier, desain ruang luar dan desain facade
Juminahan, Jalan Bausasran, Jalan bangunan. Detail pengamatan sesuai metodologi
Suryodiningratan, dan Jalan Mangkuyudan. penelitian. Pengukuran kebisingan dilakukan
Enam jalan tersebut menjadi lokasi pengamatan sesuai ketentuan landasan teori dan metodologi
indikasi dampak desain barrier. Sampel penelitian, menggunakan alat Sound Level Meter
pengukuran kebisingan dipilih random pada enam (SLM) Phonic PAA3 dan Extech 407732.
ruas jalan sampel amatan, 2 hunian per-ruas jalan. Diperoleh 1.440 data pengukuran di tepi jalan
Total 12 rumah untuk sampel titik pengukuran (sisi luar barrier) per-sampel rumah, jumlah yang
kebisingan (Lihat tabel 7). sama untuk pengukuran di depan kulit bangunan
(sisi dalam barrier). Total 34.560 data untuk 12
Pengamatan dan pengukuran sampel pengukuran. Data diolah menggunakan
Pengamatan dilakukan pada seluruh hunian ketentuan perhitungan untuk mendapatkan nilai
yang terdapat pada enam ruas jalan sampel. Leq, LTNI, dan LNP. Kondisi pengukuran
Terdapat 132 bangunan dengan tipologi murni lapangan dapat dilihat pada gambar 2.
hunian. Pengamatan dilakukan pada aspek desain

Tabel 7. Hunian sampel pengukuran kebisingan


Jl. Bung Tarjo Jl. Ki Penjawi Jl. Juminahan

Sampel A

Sampel B

Tabel 7
Jl. Bausasran Jl. Suryodiningratan Jl. Mangkuyudan

Sampel A

87
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Jl. Bausasran Jl. Suryodiningratan Jl. Mangkuyudan

Sampel B

Gambar 2

Gambar 2. Kondisi pengukuran di lapangan pada jalan Ki Pejawi, sampel B

Analisis ruas jalan menunjukkan hunian yang belum


1. Tingkat kebisingan memenuhi standar sebesar 91,7%.
Dari hasil kompilasi grafik indeks kebisingan Dari hasil kompilasi grafik indeks polusi
lalu lintas (LTNI) (grafik 1) yang diukur pada tepi kebisingan (LNP) yang diukur pada muka hunian
jalan raya menunjukkan bahwa tingkat kebisingan menunjukkan bahwa tingkat kebisingan pada 6
pada 6 ruas jalan masih melebihi standar ambang ruas jalan masih melebihi standar ambang batas
batas (74 dB). Dengan nilai LTNI tertinggi (74 dB), meskipun dari grafik 2 terlihat bahwa
terdapat pada Jalan Mangkuyudan dan fluktuasi sebagian nilai LNP pada Jalan Ki Penjawi masih
LTNI paling signifikan terdapat pada Jalan masuk di dalam ambang batas. Secara
Suryodiningratan. Berdasarkan data perhitungan keseluruhan grafik LNP bersifat fluktuatif landai,
LTNI diperoleh hasil bahwa dari total 12 hunian diatas standar ambang batas. Berdasarkan rata-
hanya 1 hunian objek penelitian yang rata nilai LNP, jumlah persentase hunian yang
memperoleh grafik rata-rata di bawah standar; telah mencapai standar adalah 4 hunian dari total
yaitu sebesar 72,28 dB pada sampel A di Jalan 12 hunian objek penelitian atau hanya 33,33%.
Bung Tarjo atau hanya sekitar 8,3% hunian yang Nilai rata-rata LNP pada muka kulit bangunan
memiliki nilai sesuai standar. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa sebesar 66,67% hunian
nilai rata-rata LTNI pada tepi jalan dari seluruh belum memenuhi standar.

88
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge

Gambar 3. Grafik kompilasi LTNI enam ruas jalan

Gambar 4. Grafik kompilasi LNp enam ruas jalan

Tabel 8 menujukan komparasi nilai efektifitas cukup dan satu sampel kategori buruk. Meskipun
desain barrier dan desain ruang luar dalam terdapat 8 sampel yang memiliki barrier dan
mengurangi kebisingan jalan raya. Efektifitas desain ruang luar berkategori baik, tingkat
diukur melalui selisih nilai Leq pengukuran di kebisingan yang mencapai kulit bangunan masih
tepi jalan dengan nilai Leq depan facade tergolong tinggi karena faktor tingginya nilai
bangunan. Nilai rata-rata Leq dari selisih kebisingan dari sumber. Jalan Mangkuyudan
pengukuran luar dan dalam menunjukkan barrier dengan rata-rata tingkat kebisingan tertinggi
serta jarak dari tepi jalan dan muka bangunan memiliki sampel dengan efektifitas barrier baik
hunian yang berfungsi efektif dalam mereduksi dan cukup. Jalan Ki Penjawi dan jalan
kebisingan sebesar 66,6% hunian di seluruh ruas Suryodiningratas dengan efektifitas sangat baik
jalan. Nilai selisih tertinggi berada di sampel Jalan dan baik, memiliki kebisingan rata-rata dari
Ki Penjawi sedangkan nilai terendah berada di keseluruhan sampel ruas jalan. Sehingga tidak
sampel Jalan Bung Tarjo. Jika dibandingkan ditemukan korelasi antara tingkat kebisingan
dengan standar nilai efektifitas barrier pada tabel jalan raya dengan efektifitas desain barrier dan
3 maka terdapat 2 sampel dengan kategori sangat ruang luar.
baik, 6 sampel ketegori baik, 3 sampel kategori

Tabel 8. Kompilasi selisih nilai Leq yang menunjukkan efektifitas barrier dan desain ruang luar
Jl. Bung Tarjo Jl. Ki Penjawi Jl. Juminahan
Sample A Sampel B Sampel A Sampel B Sampel A Sampel B
3,04 dB 5,91 dB 6,51 dB 16,58 8,68 dB 7,44 dB
EB: Buruk EB: Cukup EB: Baik EB: Sangat Baik EB: Baik EB: Baik

89
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

Jl. Bausasran Jl. Suryodiningratan Jl. Mangkuyudan


Sampel A Sampel B Sampel A Sampel B Sampel A Sampel B
4,91 dB 8,49 dB 11,68 dB 7,78 dB 9,70 dB 4,20 dB
EB: Cukup EB: Baik EB: Sangat Baik EB: Baik EB: Baik EB: Cukup
Keterangan : EB = Kategori Efektifitas Barrier

2. Tingkat kebisingan hunian karena faktor material barrier.


Analisis selanjutnya akan membahas Berdasarkan data observasi terhadap hunian
mengenai indikasi dampak desain terhadap dapat diperoleh hasil bahwa jumlah rumah
kebisingan yang meliputi deskripsi barrier pada masing-masing ruas jalan yang telah
seluruh hunian dan analisis indikasi dampak dari menerapkan penanganan kebisingan melalui
segi desain bangunan dan penataan fisik barrier desain bangunan dapat dilihat pada gambar
hunian yang terletak di 6 ruas jalan sampel. grafik 3. Persentase pada 6 ruas jalan yang
Analisis indikasi dampak terdiri atas dua, yakni; telah menerapkan penanganan kebisingan
(1) Analisis deskripsi barrier hunian, (2) Analisis melalui desain barrier adalah sebesar 33,33%
indikasi respon terhadap kebisingan. pada ruas Jalan Bung Tarjo, 22,22% pada ruas
a) Analisis deskripsi barrier hunian, mencakup; Jalan Ki Penjawi, 38,88% pada ruas Jalan
(i) Material yang digunakan, terkait Juminahan, 36,1% pada ruas Jalan Bausasran,
kemampuan mereduksi bunyi. (ii) Deteksi 35,48% pada ruas Jalan Suryodiningratan, dan
kemungkinan terjadinya kebocoran bunyi. 36,50% pada ruas Jalan Mangkuyudan.
(iii) Prediksi kebisingan yang terjadi pada

100.00%
Jl. Bung Tarjo 100.00%
0.00%
57.14%
Jl. Ki Penjawi 95.24%
4.76%
100.00%
Jl. Juminahan 95.24%
12.50%
100.00%
Jl. Bausasran 100.00%
8.30%
100.00%
Jl. Suryodiningratan 100.00%
64.50%
100.00%
Jl. Mangkuyudan 95.24%
4.67%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

Kebisingan di façade karena faktor material Kemungkinan kebocoran bunyi


Penggunaan material masif

Gambar 5. Grafik kompilasi penanganan kebisingan melalui desain barrier

b) Analisis indikasi respon masyarakat terhadap yang menghadap jalan yang menghadap pada
kebisingan melalui desain bangunan, item jalan sebagai celah masuknya kebisingan.
pengamatan meliputi; (i) Peletakan yaitu Berdasarkan data observasi terhadap hunian
aspek perancangan terkait penentuan jarak dapat diperoleh hasil bahwa jumlah rumah
hunian terhadap barrier dan jalan raya yang pada masing-masing ruas jalan yang telah
merupakan sumber dari kebisingan. (ii) menerapkan penanganan kebisingan melalui
Layout yaitu aspek perancangan dalam bentuk desain bangunan dapat dilihat pada grafik
pengaturan tata ruang hunian terkait dengan berikut. Persentase pada 6 ruas jalan yang
penanganan kebisingan. (iii) Jendela/bukaan telah menerapkan penanganan kebisingan

90
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge

melalui desain bangunan berdasarkan grafik 52,08% pada ruas Jalan Bausasran, 13,37%
kompilasi adalah sebesar 100% pada ruas pada ruas Jalan Suryodiningratan, dan 10,7%
Jalan Bung Tarjo, 85,7% pada ruas Jalan Ki pada ruas Jalan Mangkuyudan.
Penjawi, 20,83% pada ruas Jalan Juminahan,

100.00%
Jl. Bung Tarjo 0.00%
100.00%
23.80%
Jl. Ki Penjawi 0.00%
61.90%
4.16%
Jl. Juminahan 0.00%
37.50%
4.16%
Jl. Bausasran 0.00%
100.00%
4.16%
Jl. Suryodiningratan 0.00%
22.58%
4.16%
Jl. Mangkuyudan 0.00%
17.24%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%

Jarak hunian dari jalan Layout ruang Bukaan menghadap jalan

Gambar 6. Kompilasi penanganan kebisingan melalui desain bangunan

Kesimpulan Referensi
Disimpulkan bahwa; (1) tingkat kebisingan Asmaningprojo, A. 1995. “Peranan Akustik
hunian di tepi jalan raya Kota Yogyakarta belum dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan
memenuhi standar dan (2) desain bangunan serta Hidup dan Produktivitas Kerja.” In
barrier sebagai faktor pereduksi kebisingan jalan Experimental and Theoretical Mechanics.
raya terindikasi belum sepenuhnya diterapkan. (3) Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Tidak ditemukan korelasi antara tingginya tingkat Bhinnety, E., M. Sugiyanto, dan Pudjono. 1994.
kebisingan dengan tingginya efektifitas desain “Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap
barrier dan ruang luar. Penelitian dapat Memori Jangka Pendek.” Jurnal Psikologi 21
dilanjutkan dengan metode kuesioner agar dapat (1): 28–38.
lebih mengetahui tingkat kesadaran masyarakat Ferianita Fachrul, Melati, Sintorini Moerdjoko,
terhadap pentingnya barrier dan desain ruang luar dan Lova Verogetta. 2016. “Pengukuran
sebagai pereduksi kebisingan. Hasil penelitian Tingkat Kebisingan terhadap Gangguan
juga dapat dilanjutkan dengan penyuluhan kepada Kesehatan Pekerja di Pabrik IB PT Pupuk
masyarakat untuk memberi pengetahuan akan Sriwidjaja Palembang.” Indonesian Journal of
pentingnya kesehatan terkait tingkat kebisingan Urban and Environmental Technology 7 (1):
serta penggunaan barrier dan desain ruang luar 1–6.
sebagai pereduksi kebisingan. https://doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v7i
1.710.
Fyhri, Aslak, dan Ronny Klæboe. 2009. “Road
traffic noise, sensitivity, annoyance and self-
reported health-A structural equation model
exercise.” Environment International 35 (1):

91
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217

91–97. http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pp/199
https://doi.org/10.1016/j.envint.2008.08.006. 3/pp_no_43_tahun_1993.pdf.
Hidayat, Syarif, Purwanto Purwanto, dan Gagoek Pemerintah Walikota Yogyakarta. 2013.
Hardiman. 2012. “Kajian Kebisingan dan Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut
Persepsi Ketergangguan Masyarakat akibat Kelasnya di Kota Yogyakarta. Indonesia.
Penambangan Batu Andesit di Desa Jeladri, Peraturan Pemerintah, RI. 1985. Peraturan
Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan Pemerintah tentang Jalan. Indonesia: LN.
Jawa Timur.” Jurnal Ilmu Lingkungan 10 (2): 1985 , LL Setkab : 41 HLM.
95–99. https://doi.org/10.14710/jil.10.2.95- https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/645
99. 96/pp-no-26-tahun-1985.
Mediastika, Christina Eviutami. 2006. Akustika Sasongko, Dwi P., Agus Hardiyarto, S. Nasio, dan
Bangunan: Prinsip-prinsi dan Penerapannya A Subagyo. 2000. Kebisingan Lingkungan.
di Indonesia. Diedit oleh Hilarius Wibi Semarang: Badan Penerbit Universitas
Hardani. Jakarta: Erlangga. Diponegoro.
https://books.google.co.id/books?id=pAjU2E Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. 1 ed.
Q_6_QC. Yogyakarta: ANDI.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996. Sulistyani, Nurul, Faturochman, dan As’ad Moh.
“Keputusan Menteri Negara Lingkungan 1993. “Agresivitas warga pemukiman padat
Hidup No. 48 Tahun 1996.” Tentang Baku dan bising di Kotamadya Bandung.” Jurnal
Tingkat Kebisingan. Psikologi 18 (2): 11–19.
Pemerintah, RI. 1980. Undang-Undang Republik http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/Agresivitas
Indonesia Nomor 13 Tahun 1980 Tentang Warga Pemukiman Padat.pdf.
Jalan. UU no. 13/1980 Tentang Jalan. Sutanto, Handoko. 2015. Prinsip-prinsip Akustik
Indonesia. dalam Arsitektur. Yogyakarta: PT. Kanisius.
———. 1993. Peraturan Pemerintah Republik Z. Irma, Indah, dan S. Ayu Intan. 2013. Penyakit
Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 tentang Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha
Prasarana dan Lalu Lintas Jala. Indonesia. Medika.

92

You might also like