Professional Documents
Culture Documents
195-Article Text-1329-6-10-20200510
195-Article Text-1329-6-10-20200510
id
https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS
Research paper doi: http://doi.org/10.30822/arteks.v5i1.195
diri maupun tingkah lakunya (Sulistyani, gangguan psikologi oleh individu dapat
Faturochman, dan Moh. 1993). Pemaparan diungkapkan dalam bentuk persepsi individu itu
kebisingan secara terus- menerus mengakibatkan masing-masing yang akan menjelaskan respon
kerusakan menetap pada indera-indera pendengar manusia terhadap tekanan kebisingan yang
(Sulistyani, Faturochman, dan Moh. 1993). diterima (Fyhri dan Klæboe 2009). Diasumsikan
Gejala penurunan pendengaran disertai dengan terdapat respon-respon masyarakat yang
timbulnya tinitus (telinga berdenging) (Z. Irma dilakukan baik secara sadar maupun tidak
dan Intan 2013). Permasalahan kebisingan yang (terhadap kebisingan) untuk mengatasi masalah
paling utama yaitu bahwa efek yang ditimbulkan kebisingan dari jalan raya yang mencapai hunian
tidak secara langsung, melainkan secara bertahap. mereka di lokasi penelitian.
Seperti halnya kepekaan pendengaran akan Dari fenomena yang telah dijabarkan, maka
berkurang dan semakin memburuk seiring dengan pertanyaan penelitiannya yaitu: (1) bagaimana
waktu terpaparnya (Ferianita Fachrul, tingkat kebisingan hunian di tepi jalan raya (kelas
Moerdjoko, dan Verogetta 2016). jalan II, fungsi jalan lokal) kota Yogyakarta? (2)
Peningkatan transportasi berpengaruh bagaimana indikasi dampak dalam bentuk
terhadap kebisingan lingkungan maupun dalam penataan fisik barrier/pereduksi bunyi di ruang
ruang. Sumber kebisingan potensial dibedakan luar hunian?
menjadi sumber yang diam dan bergerak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji
Kendaraan bermotor merupakan alat transportasi tingkat kebisingan hunian di tepi jalan raya Kota
bagian dari sumber yang bergerak, berupa bunyi Yogyakarta. Penggal jalan yang akan diteliti
dan getaran akibat adanya gesekan roda dengan adalah jalan lokal dengan kelas jalan II. Terdapat
aspal atau bahan lain pembentuk permukaan jalan 23 penggal jalan dengan klasifikasi di atas
dan dari kebisingan yang muncul dari mesin (utama). Hasil pengukuran dan pengamatan dan
kendaraan dan klakson. Bangunan di sekitar jalan analisis akan digunakan untuk mengetahui tingkat
raya akan merasakan pengaruh kebisingan dari kebisingan dan indikasi dampak dalam bentuk
sumber-sumber tersebut (Mediastika 2006). penataan fisik barrier/pereduksi bunyi di ruang
Gelombang bunyi dapat merambat langsung luar hunian maupun tata ruang luar dan desain
melalui udara dari sumbernya ke telinga manusia, facade. Tujuan penelitian dicapai dengan tahapan
selain itu sebelum sampai ke telinga manusia, sebagai berikut:
gelombang bunyi juga terpantul-pantul terlebih 1. Menentukan sampel pengukuran dengan cara:
dahulu oleh permukaan bangunan, menembus a) Memetakan tingkat kepadatan hunian pada
dinding atau merambat melalui struktur bangunan jalan Lokal kelas jalan II di wilayah Kota
(Satwiko 2009). Elemen tersebut perlu dipahami Yogyakarta.
dalam menilai penggunaan jenis material pada b) Mengamati tingkat kepadatan kendaraan
bidang vertikal, horizontal pada facade bangunan, pada sampel jalan dengan kepadatan
serta penerapan pada outdoor yaitu penggunaan hunian tinggi.
penghalang sebagai (barrier) membantu c) Menentukan sampel ruas jalan yang akan
mengurangi kebisingan. Penghalang buatan dilakukan pengamatan indikasi dampak
seperti pagar dapat berfungsi sebagai barrier, berupa desain barrier dan penataan ruang
guna mencegah pengaruh kebisingan yang masuk luar dan desain facade.
pada ruang merupakan salah satu alternatif d) Menentukan lokasi sampel pengukuran
penangkal suara (sound barrier), beberapa kebisingan di sampel ruas jalan
bangunan menerapkan pada ruang luar sehingga pengamatan.
mengurangi kebisingan tidak langsung terhubung 2. Mengetahui tingkat kebisingan jalan raya
pada bangunan, pagar bidang masif, penggunaan pada lokasi sampel
unsur tanaman dan jenis bahan lainnya 3. Mengetahui tingkat kebisingan pada
berpengaruh terhadap tingkat kebisingan seperti permukaan facade bangunan sampel.
jumlah energi pantulan kebisingan ke dalam 4. Melakukan identifikasi tingkat kebisingan dan
ruang hunian. dampak fisik penanganan kebisingan yang
Bentuk ketergangguan merupakan respon dilakukan oleh pemilik/pengguna hunian.
individu terhadap gangguan kebisingan yang
mengganggu aktivitas manusia di lingkungan
pemukiman, khususnya di lingkungan rumah
(Hidayat, Purwanto, dan Hardiman 2012). Bentuk
82
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge
83
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
84
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge
85
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
berpengaruh pada tingkat kebisingan yang data dapat disederhanakan hanya dalam rentang
dihasilkan. waktu 18 jam/hari dengan asumsi bahwa enam
jam sisanya adalah waktu tenang (Mediastika
Tabel 4. Kelas jalan di Indonesia menurut fungsi 2006).
Kelas jalan Spesifikasi Penanganan kebisingan jalan raya dapat
Melayani angkutan umum dengan ciri diklasifikasikan menjadi; (1) Penanganan pada
Jalan arteri perjalanan jarak jauh, kecepatan tinggi,
dan jalan masuk dibatasi secara efisien. sumber kebisingan (tidak menjadi prioritas
Melayani angkutan pengumpul dengan penelitian). (2) Penanganan pada desain
Jalan kolektor ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan bangunan; faktor letak, layout/tata ruang, material
rendah, dan jumlah jalan masuk dibatasi. facade, insulasi. (3) Penanganan menggunakan
Melayani angkutan umum dengan ciri barrier; yang dipengaruhi faktor peletakan,
Jalan lokal perjalanan dekat, kecepatan rendah, dan
jumlah jalan masuk tidak dibatasi. dimensi, bentuk, berat/kerapatan material,
Sumber: (Pemerintah 1980); (Peraturan Pemerintah estetika. Efektifitas tingkat reduksi kebisingan
1985) oleh desain barrier dan ruang luar dapat diukur
menggunakan perbedaan atau perubahan tingkat
Tabel 5. Kelas jalan dan spesifikasi kendaraan yang bunyi (dB) yang dapat dirasakan oleh telinga
melaluinya, di Indonesia manusia (Lihat tabel 6). Nilai efek perubahan
Kelas jalan Spesifikasi jalan dan kendaraan tingkat bunyi yang dialami telinga manusia
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan didapat dijadikan panduan penilaian efektifitas
bermotor termasuk muatannya dengan
I lebar maksimum 2,5 m, panjang desain barrier dan ruang luar. Nilai efektifitas
maksimum 18 m dan muatannya dengan barrier dan tata ruang luar dapat diperoleh
sumbu terberat > 10 ton. melalui selisih Leq pengukuran di tepi jalan
Jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan dengan pengukuran di tepi kulit bangunan.
bermotor termasuk muatannya dengan
II lebar maksimum 2,5 m, panjang
maksimum 18 m dan muatannya dengan Tabel 6. Perubahan tingkat bunyi (dB) dan efeknya
sumbu terberat maksimum 10 ton. Perubahan Efek di telinga Efektifitas barrier
Jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui tingkat manusia dan desain ruang
kendaraan bermotor termasuk muatannya bunyi (dB) luar
IIIA dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang 0-1 Tidak terasa Sangat buruk
maksimum 18 m dan muatannya dengan 1,1 - 3 Mulai dapat Buruk
sumbu terberat maksimum 8 ton. dirasakan
Jalan kolektor yang dapat dilalui 3,1 - 6 Dapat dirasakan Cukup
kendaraan bermotor termasuk muatannya dengan jelas
IIIB dengan lebar maksimum 2,5 m, panjang 6,1 - 10 Dirasakan dua kali Baik
maksimum 12 m dan muatannya dengan lebih keras (atau
sumbu terberat maksimum 8 ton. lebih lemah) dari
Jalan lokal yang dapat dilalui kendaraan bunyi awal
bermotor termasuk muatannya dengan le 10,1 - 20 Dirasakan empat Sangat baik
IIIC bar maksimum 2,1 m, panjang maksimum kali lebih keras
9 m dan muatannya dengan sumbu terberat (atau lebih lemah)
maksimum 8 ton. dari bunyi awal
Sumber: (Pemerintah 1993) Sumber: Dilengkapi dari Fisika Bangunan (Satwiko
2009)
Dengan metode sound weighting,
karakteristik kebisingan kendaraan bermotor Penentuan sampel
masuk dalam bobot A, sehingga ketika mendata Terdapat 23 ruas jalan dengan klasifikasi kelas
tingkat kebisingan di jalan raya menggunakan jalan II fungsi kelas jalan lokal di Kota
Sound Level Meter (SLM) maka alat tersebut di- Yogyakarta. Kepadatan hunian tertinggi di jl.
setting pada bobot A. Hasil yang termuat dibaca Juminahan yaitu 8 hunian per-100-meter ruas
sebagai dBA. Guna menyajikan hasil akhir yang jalan. Kepadatan terendah di Jalan Empl.
lebih mudah dipahami dari hasil pengukuran Lempuyangan dan Jalan Gandekan yaitu nol
tingkat kebisingan di jalan yang umumnya sangat hunian per-100 meter. Dari hasil perhitungan
fluktuatif, disarankan penggunaan model jumlah persentil 75 yang didapat ialah 4,5 maka
pendataan dengan metode penunjuk atau indeks ruas jalan yang akan menjadi objek amatan
ekuivalen (Leq) (Mediastika 2006). Keterbatasan (sampel) ialah ruas jalan dengan kepadatan
kemampuan alat ukur menyebabkan pengambilan hunian > 4,5 rumah/100 m. Didapati 6 ruas jalan,
86
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge
yaitu: Jalan Bung Tarjo, Jalan Ki Penjawi, Jalan barrier, desain ruang luar dan desain facade
Juminahan, Jalan Bausasran, Jalan bangunan. Detail pengamatan sesuai metodologi
Suryodiningratan, dan Jalan Mangkuyudan. penelitian. Pengukuran kebisingan dilakukan
Enam jalan tersebut menjadi lokasi pengamatan sesuai ketentuan landasan teori dan metodologi
indikasi dampak desain barrier. Sampel penelitian, menggunakan alat Sound Level Meter
pengukuran kebisingan dipilih random pada enam (SLM) Phonic PAA3 dan Extech 407732.
ruas jalan sampel amatan, 2 hunian per-ruas jalan. Diperoleh 1.440 data pengukuran di tepi jalan
Total 12 rumah untuk sampel titik pengukuran (sisi luar barrier) per-sampel rumah, jumlah yang
kebisingan (Lihat tabel 7). sama untuk pengukuran di depan kulit bangunan
(sisi dalam barrier). Total 34.560 data untuk 12
Pengamatan dan pengukuran sampel pengukuran. Data diolah menggunakan
Pengamatan dilakukan pada seluruh hunian ketentuan perhitungan untuk mendapatkan nilai
yang terdapat pada enam ruas jalan sampel. Leq, LTNI, dan LNP. Kondisi pengukuran
Terdapat 132 bangunan dengan tipologi murni lapangan dapat dilihat pada gambar 2.
hunian. Pengamatan dilakukan pada aspek desain
Sampel A
Sampel B
Tabel 7
Jl. Bausasran Jl. Suryodiningratan Jl. Mangkuyudan
Sampel A
87
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
Sampel B
Gambar 2
88
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge
Tabel 8 menujukan komparasi nilai efektifitas cukup dan satu sampel kategori buruk. Meskipun
desain barrier dan desain ruang luar dalam terdapat 8 sampel yang memiliki barrier dan
mengurangi kebisingan jalan raya. Efektifitas desain ruang luar berkategori baik, tingkat
diukur melalui selisih nilai Leq pengukuran di kebisingan yang mencapai kulit bangunan masih
tepi jalan dengan nilai Leq depan facade tergolong tinggi karena faktor tingginya nilai
bangunan. Nilai rata-rata Leq dari selisih kebisingan dari sumber. Jalan Mangkuyudan
pengukuran luar dan dalam menunjukkan barrier dengan rata-rata tingkat kebisingan tertinggi
serta jarak dari tepi jalan dan muka bangunan memiliki sampel dengan efektifitas barrier baik
hunian yang berfungsi efektif dalam mereduksi dan cukup. Jalan Ki Penjawi dan jalan
kebisingan sebesar 66,6% hunian di seluruh ruas Suryodiningratas dengan efektifitas sangat baik
jalan. Nilai selisih tertinggi berada di sampel Jalan dan baik, memiliki kebisingan rata-rata dari
Ki Penjawi sedangkan nilai terendah berada di keseluruhan sampel ruas jalan. Sehingga tidak
sampel Jalan Bung Tarjo. Jika dibandingkan ditemukan korelasi antara tingkat kebisingan
dengan standar nilai efektifitas barrier pada tabel jalan raya dengan efektifitas desain barrier dan
3 maka terdapat 2 sampel dengan kategori sangat ruang luar.
baik, 6 sampel ketegori baik, 3 sampel kategori
Tabel 8. Kompilasi selisih nilai Leq yang menunjukkan efektifitas barrier dan desain ruang luar
Jl. Bung Tarjo Jl. Ki Penjawi Jl. Juminahan
Sample A Sampel B Sampel A Sampel B Sampel A Sampel B
3,04 dB 5,91 dB 6,51 dB 16,58 8,68 dB 7,44 dB
EB: Buruk EB: Cukup EB: Baik EB: Sangat Baik EB: Baik EB: Baik
89
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
100.00%
Jl. Bung Tarjo 100.00%
0.00%
57.14%
Jl. Ki Penjawi 95.24%
4.76%
100.00%
Jl. Juminahan 95.24%
12.50%
100.00%
Jl. Bausasran 100.00%
8.30%
100.00%
Jl. Suryodiningratan 100.00%
64.50%
100.00%
Jl. Mangkuyudan 95.24%
4.67%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%
b) Analisis indikasi respon masyarakat terhadap yang menghadap jalan yang menghadap pada
kebisingan melalui desain bangunan, item jalan sebagai celah masuknya kebisingan.
pengamatan meliputi; (i) Peletakan yaitu Berdasarkan data observasi terhadap hunian
aspek perancangan terkait penentuan jarak dapat diperoleh hasil bahwa jumlah rumah
hunian terhadap barrier dan jalan raya yang pada masing-masing ruas jalan yang telah
merupakan sumber dari kebisingan. (ii) menerapkan penanganan kebisingan melalui
Layout yaitu aspek perancangan dalam bentuk desain bangunan dapat dilihat pada grafik
pengaturan tata ruang hunian terkait dengan berikut. Persentase pada 6 ruas jalan yang
penanganan kebisingan. (iii) Jendela/bukaan telah menerapkan penanganan kebisingan
90
Frengky Benediktus Ola, Maria Christina Prasetya, Maria Risky Pratiwi Renwarin, Cecilia Kitti, Fiona Purwanto:
Identification of noise level and indication of its impact on residential barrier design in street edge
melalui desain bangunan berdasarkan grafik 52,08% pada ruas Jalan Bausasran, 13,37%
kompilasi adalah sebesar 100% pada ruas pada ruas Jalan Suryodiningratan, dan 10,7%
Jalan Bung Tarjo, 85,7% pada ruas Jalan Ki pada ruas Jalan Mangkuyudan.
Penjawi, 20,83% pada ruas Jalan Juminahan,
100.00%
Jl. Bung Tarjo 0.00%
100.00%
23.80%
Jl. Ki Penjawi 0.00%
61.90%
4.16%
Jl. Juminahan 0.00%
37.50%
4.16%
Jl. Bausasran 0.00%
100.00%
4.16%
Jl. Suryodiningratan 0.00%
22.58%
4.16%
Jl. Mangkuyudan 0.00%
17.24%
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 120.00%
Kesimpulan Referensi
Disimpulkan bahwa; (1) tingkat kebisingan Asmaningprojo, A. 1995. “Peranan Akustik
hunian di tepi jalan raya Kota Yogyakarta belum dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan
memenuhi standar dan (2) desain bangunan serta Hidup dan Produktivitas Kerja.” In
barrier sebagai faktor pereduksi kebisingan jalan Experimental and Theoretical Mechanics.
raya terindikasi belum sepenuhnya diterapkan. (3) Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Tidak ditemukan korelasi antara tingginya tingkat Bhinnety, E., M. Sugiyanto, dan Pudjono. 1994.
kebisingan dengan tingginya efektifitas desain “Pengaruh Intensitas Kebisingan terhadap
barrier dan ruang luar. Penelitian dapat Memori Jangka Pendek.” Jurnal Psikologi 21
dilanjutkan dengan metode kuesioner agar dapat (1): 28–38.
lebih mengetahui tingkat kesadaran masyarakat Ferianita Fachrul, Melati, Sintorini Moerdjoko,
terhadap pentingnya barrier dan desain ruang luar dan Lova Verogetta. 2016. “Pengukuran
sebagai pereduksi kebisingan. Hasil penelitian Tingkat Kebisingan terhadap Gangguan
juga dapat dilanjutkan dengan penyuluhan kepada Kesehatan Pekerja di Pabrik IB PT Pupuk
masyarakat untuk memberi pengetahuan akan Sriwidjaja Palembang.” Indonesian Journal of
pentingnya kesehatan terkait tingkat kebisingan Urban and Environmental Technology 7 (1):
serta penggunaan barrier dan desain ruang luar 1–6.
sebagai pereduksi kebisingan. https://doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v7i
1.710.
Fyhri, Aslak, dan Ronny Klæboe. 2009. “Road
traffic noise, sensitivity, annoyance and self-
reported health-A structural equation model
exercise.” Environment International 35 (1):
91
ARTEKS : Jurnal Teknik Arsitektur, Volume 5 Nomor 1 April 2020
pISSN 2541-0598; eISSN 2541-1217
91–97. http://jdih.dephub.go.id/assets/uudocs/pp/199
https://doi.org/10.1016/j.envint.2008.08.006. 3/pp_no_43_tahun_1993.pdf.
Hidayat, Syarif, Purwanto Purwanto, dan Gagoek Pemerintah Walikota Yogyakarta. 2013.
Hardiman. 2012. “Kajian Kebisingan dan Penetapan Ruas-ruas Jalan Menurut
Persepsi Ketergangguan Masyarakat akibat Kelasnya di Kota Yogyakarta. Indonesia.
Penambangan Batu Andesit di Desa Jeladri, Peraturan Pemerintah, RI. 1985. Peraturan
Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan Pemerintah tentang Jalan. Indonesia: LN.
Jawa Timur.” Jurnal Ilmu Lingkungan 10 (2): 1985 , LL Setkab : 41 HLM.
95–99. https://doi.org/10.14710/jil.10.2.95- https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/645
99. 96/pp-no-26-tahun-1985.
Mediastika, Christina Eviutami. 2006. Akustika Sasongko, Dwi P., Agus Hardiyarto, S. Nasio, dan
Bangunan: Prinsip-prinsi dan Penerapannya A Subagyo. 2000. Kebisingan Lingkungan.
di Indonesia. Diedit oleh Hilarius Wibi Semarang: Badan Penerbit Universitas
Hardani. Jakarta: Erlangga. Diponegoro.
https://books.google.co.id/books?id=pAjU2E Satwiko, Prasasto. 2009. Fisika Bangunan. 1 ed.
Q_6_QC. Yogyakarta: ANDI.
Menteri Negara Lingkungan Hidup. 1996. Sulistyani, Nurul, Faturochman, dan As’ad Moh.
“Keputusan Menteri Negara Lingkungan 1993. “Agresivitas warga pemukiman padat
Hidup No. 48 Tahun 1996.” Tentang Baku dan bising di Kotamadya Bandung.” Jurnal
Tingkat Kebisingan. Psikologi 18 (2): 11–19.
Pemerintah, RI. 1980. Undang-Undang Republik http://fatur.staff.ugm.ac.id/file/Agresivitas
Indonesia Nomor 13 Tahun 1980 Tentang Warga Pemukiman Padat.pdf.
Jalan. UU no. 13/1980 Tentang Jalan. Sutanto, Handoko. 2015. Prinsip-prinsip Akustik
Indonesia. dalam Arsitektur. Yogyakarta: PT. Kanisius.
———. 1993. Peraturan Pemerintah Republik Z. Irma, Indah, dan S. Ayu Intan. 2013. Penyakit
Indonesia Nomor 43 Tahun 1993 tentang Gigi, Mulut dan THT. Yogyakarta: Nuha
Prasarana dan Lalu Lintas Jala. Indonesia. Medika.
92