Uji Biokompatibilitas Komposit Polivinil Alkohol-Hidroksiapatit Dengan Penguat Catgut Sebagai Bahan Penyambung Patah Tulang

You might also like

You are on page 1of 15

VOLUME 3 No.

1, 22 Desember 2013 Halaman 1-80

UJI BIOKOMPATIBILITAS KOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL-


HIDROKSIAPATIT DENGAN PENGUAT CATGUT SEBAGAI BAHAN
PENYAMBUNG PATAH TULANG

M. Taha Ma’ruf
Bagian Ilmu Bedah Mulut, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Mahasaraswati Denpasar-Bali
Email: tahamaaruf@gmail.com.

Widowati Siswomihardjo
Bagian Biomaterial, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: bundi.kunto@gmail.com.

Marsetyawan HNE Soesatyo


Bagian Histologi dan Biologi Sel, Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: marshnes@yahoo.com.

Alva Edy Tontowi


Jurusan Teknik Mesin & Industri, Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: alvaedytontowi@ugm.ac.id.

ABSTRACT
Bone fracture fixation device have been using rigid metallic materials such as titanium, titanium - alloy or cobalt
chrome. Besides having some advantages, as the titanium fixation devices also have disadvantages such as strength
and stiffness is too high, continuously stimulate the bone causing bone atrophy under the plate, further disrupting the
growth of bones, especially in children. Another deficiency of this metal material is sensitive to temperature changes
and the spread of metal ions in several organs. Some of these shor tcomings led to the need for a secondary operation.
Bone fracture fixation device can be absorbed by the body such as the poly-l-lactic acid (PLLA) as well as show some
advantages, it also has some drawbacks due to the high crystalline products during the degradation process. Lactic
acid monomer released after degradation cause of cellular response at the implant site, which facilitates the release of
chemical mediators such as prostaglandine by fibroblasts and macrophages as a cause of bone resorption. Therefore, in
this study wanted to develop the use of other polymeric materials have good biocompatibility and mechanical strength
appropriate to have a bone fracture fixation devices that can be absorbed by the body, such as Polyvinyl Alcohol (PVA).
Previous research suggests that the PVA - HA composite with catgut reinforced has sufficient and stable mechanical
strength as bone fracture fixation material. The purpose of this study is to know whether the PVA- HA composite with
catgut reinforced has good biocompatibility without toxicity and hypersensitivity effects in experimental animals.

51
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 51-65

Biocompatibility testing include local cytotoxicity yang dapat diserap tubuh seperti poly-l-lactic acid
and type IV contact hypersensitivity test. This type of (PLLA), tetapi, memiliki beberapa kekurangan juga
research is experimental in vivo laboratory using wistar yang disebabkan tingginya produk berupa kristal
rats (Rattus norvegicus) . Testing is done through two selama proses degradasi. Monomer asam laktat
phases, induction or sensitization phase is by rubbing yang lepas selama degradasi menimbulkan respon
PVA - HA composite with catgut reinforced ointment seluler pada tempat implan, yang memudahkan
puder on the ears that lasts up to 10 days. After being pelepasan mediator kimia seperti prostaglandine
rested for 3 days, followed by a second phase contact oleh fibroblas dan makrofag sebagai penyebab
(elicitation) on day 14 and observed in the period of 24, 48, resorbsi tulang. Untuk itu, dalam penelitian ini
and 72 hours. Observations were made macroscopically ingin dikembangkan penggunaan bahan polimer
and ear thickness was measured with a micrometer. lain yang memiliki biokompatibilitas yang baik
Local toxicity testing is done by implantation of PVA - dan mempunyai kekuatan mekanis yang sesuai
HA composite with catgut reinforced on the back catgut sebagai alat fiksasi fraktur tulang yang bisa diserap
wistar rats. Furthermore, in a certain time period, the tubuh, seperti Polivinil Alkohol (PVA). Penelitian
implant material is opened and examined and observed sebelumnya menunjukkan bahwa komposit PVA-
histologically under a light microscope. The results HA dengan penguat catgut memiliki kekuatan
showed no discoloration or induration on animal ears mekanis yang cukup dan stabil sebagai bahan
in all treatment and control groups on the sensitization penyambung patah tulang. Tujuan penelitian
and the elicitation phase. One way ANOVA statistical ini adalah ingin mengetahui apakah komposit
test showed that there were no significant differences in PVA-HA dengan penguat catgut memiliki
the results of measurements of the thickness of the wistar biokompabilitas yang baik tanpa menimbulkan
rats ears from all treatment groups before and after efek toksisitas dan hipersensitivitas pada hewan
treatment on measures 24, 48 and 72 hours (ρ >0.05). coba. Pengujian biokompatibilitas mencakup uji
Microscopic examination showed no infiltration of acute sitotoksisitas setempat dan uji hipersensitivitas
inflammatory cells such as neutrophils, basophils or kontak tipe IV. Jenis penelitian adalah
eusinofil and chronic inflammatory cell infiltration such eksperimental laboratorium in vivo menggunakan
as macrophages, lymphocytes and plasma cells. It can tikus putih galur wistar (Rattus norvegicus).
be concluded that the PVA-HA composite with catgut Pengujian dilakukan melalui dua tahap, tahap
reinforced is a material that does not cause toxicity induksi atau sensitisasi yaitu dengan pengolesan
and hypersensitivity in experimental animals, thus salep puder komposit PVA-HA dengan penguat
potentially be used as bone fractures fixation material. catgut pada daun telinga yang berlangsung
sampai dengan 10 hari. Setelah diistirahatkan
Keywords: Biocompatibility, Bone Fractures, selama 3 hari, dilanjutkan kontak tahap kedua
Polyvinyl Alcohol, Hydroxyapatite. (elisitasi) pada hari ke 14 dan diamati pada periode
24, 48, dan 72 jam. Pengamatan dilakukan secara
makroskopis dan ketebalan telinga diukur dengan
ABSTRAK mikrometer. Uji toksisitas setempat dilakukan
Penyambung patah tulang selama ini menggunakan dengan cara penanaman (implantasi) potongan
alat yang kaku dan rigid dari bahan logam seperti komposit PVA-HA dengan penguat catgut
titanium, titanium-alloy atau cobalt chrome. Di pada kulit punggung tikus putih galur wistar.
samping memiliki beberapa kelebihan, titanium Selanjutnya dalam periode waktu tertentu, bahan
sebagai alat fiksasi juga memiliki kekurangan implan dibuka dan dilakukan pemeriksaan kulit
seperti kekuatan dan kekakuan yang terlalu tinggi, punggung tikus secara histologis dan diamati
menstimulus tulang terus menerus sehingga di bawah mikroskop cahaya. Hasil pengamatan
terjadi atropi tulang di bawah plat, selanjutnya menunjukkan tidak adanya perubahan warna
menganggu pertumbuhan tulang terutama pada ataupun benjolan pada telinga hewan coba pada
anak-anak. Kekurangan lain dari bahan logam semua kelompok perlakuan dan kontrol pada
ini adalah sensitif terhadap perubahan suhu dan tahapan sensitisasi maupun tahapan elisitasi. Uji
terjadinya penyebaran ion logam pada beberapa statistik anova satu jalan menunjukkan bahwa
organ. Beberapa kekurangan ini menyebabkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada hasil
perlunya operasi sekunder untuk pengambilan pengukuran ketebalan telinga tikus putih dari
alat ini kembali. Bahan penyambung patah tulang semua kelompok perlakuan antara sebelum dan

52
M. TAHA MA’RUF, WIDOWATI SISWOMIHARDJO, MARSETYAWAN HNE SOESATYO, ALVA EDY
TONTOWI E UJI BIOKOMPATIBILITAS KOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL-HIDROKSIAPATIT ...

sesudah perlakuan pada pengukuran 24, 48 dan kekurangan yang disebabkan tingginya
72 jam (ρ>0,05). Pemeriksaan mikroskopis tidak produk berupa kristal selama proses
menunjukkan adanya infiltrasi sel radang akut degradasi (Kallela dkk., 1998). Monomer
seperti neutrofil, eusinofil dan basofil ataupun asam laktat yang lepas selama degradasi
infiltrasi sel radang kronis seperti makrofag,
menimbulkan respon seluler pada tempat
limposit dan sel plasma. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa komposit PVA-HA dengan
implan yang memudahkan pelepasan
penguat catgut merupakan bahan yang tidak mediator kimia seperti prostaglandine oleh
menimbulkan efek toksisitas dan hipersensitivitas fibroblas dan makrofag sebagai penyebab
pada hewan coba, sehingga berpotensi digunakan resorbsi tulang (Wahl & Czernuszka,
sebagai bahan penyambung patah tulang. 2006; Dawes & Rushton, 1994). Untuk itu,
dalam penelitian ini ingin dikembangkan
Kata Kunci: Biokompatibilitas, Patah Tulang, penggunaan bahan polimer lain yang
Polivinil Alkohol, Hidroksiapatit. memiliki biokompatibilitas yang baik dan
mempunyai kekuatan mekanis sesuai sebagai
PENGANTAR alat fiksasi fraktur tulang yang dapat diserap
Penyambung patah tulang selama ini tubuh, seperti Polivinil Alkohol (PVA).
menggunakan alat yang kaku dan rigid dari Polivinil Alkohol (PVA) selama ini
bahan logam seperti titanium, titanium- banyak digunakan untuk menggantikan
alloy atau cobalt chrome. Di samping memiliki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan
beberapa kelebihan, titanium sebagai alat fiksasi atau penyakit karena memiliki sifat
juga memiliki kekurangan seperti kekuatan fisikokemikal terutama sifat bio-tribological
dan kekakuan yang terlalu tinggi, menstimulus yang sangat baik yaitu memiliki permukaan
tulang terus menerus sehingga terjadi atropi licin, tahan terhadap gesekan, dan keausan
tulang di bawah plat, selanjutnya menganggu (Suciu dkk., 2004; Stammen dkk., 2001).
pertumbuhan tulang terutama pada anak- Bahan ini memiliki biokompatibilitas yang
anak (Brodke dkk., 2001; Kennady dkk., 1989). sangat baik sehingga telah digunakan pada
Kekurangan lainnya adalah bahan ini dapat beberapa aplikasi biomedis seperti drug
terlihat atau teraba secara visual, sekrup mudah delivery, lensa kontak, graf tulang, penutup
longgar atau terlepas, dan sensitif terhadap luka, dan jaringan lunak sendi lutut (Pan dkk.,
suhu (Goodship & Jacobs, 2005; Bessho dkk., 2007; Kobayashi dkk., 2005; Peppas & Merrill,
1995) serta merupakan penghalang pada terapi 1997). PVA memiliki karakteristik mekanis
radiasi (Mazzonetto & Spagnoli, 2004; Scher yang rendah dan selama ini diaplikasikan
dkk., 1998). Penelitian selanjutnya menunjukkan pada tempat yang tidak membutuhkan
bahwa bahan ini menyebabkan penyebaran ion- kekuatan mekanis yang tinggi. Bahan
ion logam pada kelenjar limfe regional (lymph penyambung patah tulang membutuhkan
nodes) dan sering menimbulkan reaksi alergi kekuatan mekanis yang tinggi, sehingga pada
(Jorgenson dkk., 1997; Schliephake dkk., 1993). penelitian ini PVA dikompositkan dengan
Beberapa kekurangan tersebut menyebabkan hidroksiapatit (HA) untuk meningkatkan
perlunya dilakukan operasi sekunder untuk kekuatan mekanisnya. Hidroksiapatit
pengambilan kembali alat fiksasi ini, sehingga merupakan bahan bioaktif, osteokonduktif
berkembang penggunaan bahan polimer serta memiliki biokompatibilitas yang baik
yang dapat diserap tubuh (Yerit dkk., 2002, (Suchanek & Yoshimura, 1998). Untuk
Mazzonetto & Spagnoli, 2004). meningkatkan kekakuan, komposit PVA-HA
Bahan penyambung patah tulang juga diperkuat dengan menambah anyaman
yang dapat diserap tubuh seperti poly-l- menggunakan bahan bioresorbable suture
lactic acid (PLLA) di samping menunjukkan yaitu catgut. Bahan ini berasal dari kolagen
beberapa kelebihan, juga memiliki beberapa usus (intestine) domba dan telah digunakan

53
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 51-65

secara luas dibidang medis termasuk 1998). Bahan toksik harus menembus
ortopedi untuk penutupan jaringan yang membran yang melindungi makhluk hidup
dalam, sehingga tidak perlu diambil kembali (organisme) dari pengaruh luar untuk
(Kruger, 1984). dapat menimbulkan suatu efek toksik. Pada
Penelitian yang dilakukan Ma’ruf dkk., organisme bersel tunggal, membran tersebut
(2013) menunjukkan bahwa komposit PVA- terdiri dari dinding sel saja, tetapi pada
HA dengan penguat catgut memiliki kekuatan organisme bersel banyak, membran tersebut
mekanis yang cukup dan stabil sebagai bahan terdiri atas banyak sel. Perpindahan zat
penyambung patah tulang. Selanjutnya ingin toksik dari satu bagian tubuh dengan cara
diketahui apakah komposit PVA-HA dengan menembus atau beberapa membran biologik
penguat catgut memiliki biokompabilitas yang terjadi pada proses absorbsi, distribusi,
yang baik tanpa menimbulkan efek toksisitas dan ekskresi (Ngatidjan, 2006).
dan hipersensitivitas pada hewan coba, Reaksi toksisitas akut, diawali dengan
sehingga dapat digunakan sebagai bahan adanya respon inflamasi pada jaringan dan
penyambung patah tulang. secara morfologi menunjukkan gambaran sel
Biokompatibilitas dapat dianggap yang membengkak, terjadi denaturasi protein
sebagai kemampuan suatu material untuk dan hidrolisis, serta hilangnya komponen sel
berinteraksi dengan sel-sel atau jaringan (Nicholson, 2002). Inflamasi adalah respon
hidup atau sistem metabolisme yang tidak tubuh terhadap trauma dan invasi agen
menyebabkan toksisitas, injuri atau reaksi infeksi, antigen lain atau kerusakan jaringan
imun saat berfungsi pada tempat tertentu (Navia, 1997; Gifford, 2005). Inflamasi berupa
(Bumgardner dkk., 2008). Biokompatibilitas respon protektif tubuh terhadap trauma atau
menentukan apakah bahan tersebut dapat benda asing yang berbahaya dengan gejala
digunakan di dalam tubuh, di samping sifat lima tanda radang yang ditetapkan oleh
secara fisik dan kimia, kemudahan proses, Cornelius Celsus antara lain: sakit (dolor),
estetika, dan harga yang terjangkau. Secara panas (calor), merah (rubor), bengkak (tumor),
umum, biokompatibilitas dapat diukur dan hilangnya fungsi (functiolaesa) (Sudiono
berdasarkan sitotoksisitas setempat, sistemik, dkk., 2003; Baratawidjaya dan Rengganis,
dan kemampuan menimbulkan alergi serta 2010). Tanda-tanda tersebut di atas dijumpai
karsinogenik (Anusavice, 2003). Tujuan dari uji pada kondisi radang akut, tetapi pada
biokompatibilitas adalah untuk mengetahui radang kronis bila fokus-fokus radang sudah
interaksi antara material terhadap jaringan mulai berkurang, tanda-tanda tersebut akan
tubuh (Williams, 1990). Respon inflamasi menghilang (Abrams, 1995; Mitchell dan
ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah sel Cotran, 2003).
neutrofil terutama di bagian tepi dari jaringan Setelah dilakukan pengujian terhadap
yang mengalami reaksi toksisitas (Robbins dan efek sitotoksik bahan implan, kemudian
Angell, 1976). Reaksi atau respon imun akan dilakukan pengujian terhadap reaksi imun
terjadi apabila terdapat penolakan terhadap bahan implan. Reaksi atau respon imun akan
bahan implan berupa reaksi hipersensitivitas terjadi apabila terdapat penolakan terhadap
(Roitt dkk., 1998). bahan implan, dan reaksi yang mungkin
Pengujian toksisitas terhadap material terjadi berupa reaksi hipersensitivitas.
tidak hanya dilakukan pada tingkat sel (in Menurut Roitt dkk. (1998), reaksi
vitro), tetapi juga dilakukan pada tingkat hipersensitivitas dapat diklasifikasikan ke
sistemik (in vivo). Suatu bahan dapat dalam 5 tipe, yaitu hipersensitivasi I, II, III,
menimbulkan efek toksis jika bahan tersebut IV, dan V. Pada penelitian ini akan dilakukan
berhubungan langsung dengan sel atau pengujian hipersensitivitas kontak tipe IV
jaringan sasaran (Shyane dan Christopher, (delayed type hypersensitivity). Reaksi tipe ini

54
M. TAHA MA’RUF, WIDOWATI SISWOMIHARDJO, MARSETYAWAN HNE SOESATYO, ALVA EDY
TONTOWI E UJI BIOKOMPATIBILITAS KOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL-HIDROKSIAPATIT ...

tidak diperantarai oleh antibodi, tetapi oleh (perubahan hemodinamik), eksudasi cairan
sel T yang bersifat antigen spesifik. Populasi (perubahan permeabilitas) dan eksudasi
sel T tertentu dalam organ limpoid akan seluler (keluarnya sel-sel leukosit). Setiap
teraktivasi sehingga mengeluarkan Ag- terjadi cidera, terjadi rangsangan untuk
binding factor. Faktor yang dihasilkan oleh sel dilepaskannya zat kimia tertentu yang akan
T tersebut akan mengaktivasi sel mast untuk menstimulasi terjadinya perubahan jaringan
menghasilkan serotonin yang mengakibatnya tempat jejas tersebut. Mediator kimia radang
naiknya permeabilitas pembuluh darah, ini adalah histamin, serotonin, globulin
sehingga sel T spesifik antigen keluar dari tertentu, dan nukleotida. Zat-zat kimia
vasa menuju jaringan. Apabila terjadi kontak ini akan tersebar di dalam jaringan dan
ulang dengan antigen, sel T efektor (spesifik menyebabkan perubahan pada sel endotel
antigen) akan menghasilkan limfokin pembuluh darah sehingga permeabilitas
yang bersifat kemotaktik, mengakibatkan dinding pembuluh darah meningkat.
terjadinya infiltrasi sel-sel inflamasi sehingga Cairan plasma keluar ke jaringan sehingga
pada tempat terjadinya reaksi, terlihat menyebabkan tekanan hidrostatik darah
erythema dan indurasi (Bellanti, 1993; Holgate lebih tinggi. Dengan keluarnya cairan dari
dkk., 1993; Roitt, 1998). pembuluh darah, sel-sel darah merah akan
Proses hipersensitivitas kontak berubah menjadi lebih lengket satu sama
dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yaitu lain dan menggumpal yang mengakibatkan
fase induksi/sensitisasi yang memiliki aliran darah menjadi lambat (stasis), bahkan
empat tahap, yaitu tahap persiapan, tahap kadang-kadang terhenti sama sekali (Sudiono
pengenalan antigen, tahap aktivasi dan dkk., 2003; Price dan Wilson, 2005).
proliferasi, dan tahap propogasi. Fase induksi Pada keadaan normal, permeabilitas
adalah fase pertamakali alergen kontak dinding kapiler terbatas sehingga hanya
dengan komponen kulit. Fase selanjutnya dapat dilalui oleh zat-zat tertentu seperti
adalah fase elisitasi, terjadi bila individu air, garam, asam amino, glukosa, dan
yang sudah tersensitisasi mendapat kontak molekul lain yang kecil. Adanya tekanan
ulang dengan alergen yang sama (Bellanti, yang seimbang antara tekanan hidrostatik
1993). (darah) dan tekanan osmotik koloid
Penyembuhan patah tulang dibagi (protein plasma) di dalam pembuluh
dalam tiga tahap yang saling overlapping, yaitu darah akan mengatur keluar masuknya
(1) Perdarahan, diikuti dengan pembentukan bermacam-macam cairan melalui membran
bekuan darah (clot) dan proliferasi pembuluh endotelnya. Pada proses radang, protein
darah, terjadi selama 10 hari; (2)Pembentukan besar akan lepas ke luar dari aliran darah.
kalus, diawali terbentuknya kalus primer Kondisi ini menyebabkan tekanan koloid
yaitu suatu anyaman tulang yang kasar (10- osmotik dalam pembuluh darah menurun
20 hari), dilanjutkan terbentuknya kalus sehingga tekanan hidrostatiknya menjadi
sekunder yang merupakan sistem haversian bertambah tinggi. Menurunnya tekanan
(20-60 hari); (3) Perbaikan fungsional, tulang koloid osmotik menyebabkan permeabilitas
yang berlebihan hilang dan bentuk tulang kapiler bertambah besar sehingga cairan
kembali normal sesuai fungsinya (2-3 tahun). eksudat akan keluar dari pembuluh darah
Radang merupakan proses yang dan berkumpul di dalam jaringan sekitar
komplek, yang menyebabkan terjadinya pembuluh darah, menimbulkan udema
perubahan di dalam jaringan tubuh. (Sudiono dkk., 2003; Price dan Wilson, 2005).
Mekanisme radang dikelompokkan dalam Protein yang terlepas ini sebagian akan
tiga kejadian yang saling berhubungan, hancur dan mengakibatkan tekanan osmotik
yaitu perubahan pada pembuluh darah jaringan bertambah besar sehingga cairan

55
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 51-65

plasma tidak dapat mengalir masuk ke dalam oleh faktor-faktor kemotaksis dalam derajat
pembuluh darah. Akibatnya tekanan osmotik yang berbeda-beda. Neutrofil dan monosit
dalam darah semakin turun, sedangkan paling reaktif terhadap rangsang kemotaksis,
tekanan hidrostatiknya semakin tinggi selama sebaliknya limfosit bereaksi lemah. Faktor-
berlangsungnya kongesti radang. Jika cidera faktor kemotaksis dapat endogen berasal
cukup berat, bahan molekul protein besar dari protein plasma atau eksogen misalnya
seperti fibrinogen akan ikut keluar dan masuk produk bakteri (Robbins dan Kumar, 1995).
ke jaringan dan dapat membentuk suatu Bersama dengan invasi neutrofil, maka
massa karena ada penggumpalan. Eksudasi monosit akan mulai memasuki jaringan yang
cairan ini biasanya segera terjadi setelah ada meradang (Guyton dan Hall, 1997). Monosit
proses radang dan berlanjut terus menjadi muncul pertama 48-96 jam setelah terjadi
lebih nyata setelah 24 jam berikutnya. radang, bergerak lebih lambat karena itu sel ini
Adanya penggumpalan fibrinogen ini pada radang akut tidak terlihat banyak sampai
dapat menyumbat saluran limfe dan sela- hari pertama atau kedua setelah radang.
sela jaringan sehingga dapat menghambat Elemen seluler berikutnya adalah makrofag
penyebaran infeksi atau radang. Radang yang merupakan turunan dari monosit
yang terjadi pada permukaan tubuh yang bersirkulasi, terbentuk karena proses
menyebabkan terbentuknya lapisan bekuan kemotaksis dan migrasi. Beberapa menit setelah
fibrin yang akan mencegah penyebaran. terjadi peradangan, makrofag telah terdapat
Setelah radang mereda, fibrin akan mencair dalam jaringan dan segera melakukan aktivitas
lagi dan akan diabsorbsi. Jika absorbsi fibrin fagositiknya. Apabila makrofag diaktifkan
terhambat, akan dimasuki sel fibroblas dan oleh produk infeksi dan peradangan, efek yang
kemudian berubah menjadi jaringan ikat mula-mula terjadi adalah pembesaran setiap
sehingga menyebabkan perlekatan (Sudiono sel-sel makrofag dengan cepat (Lawyer dkk.,
dkk., 2003; Price dan Wilson, 2005). 1992; Robbins dan Angell, 1976).
Perubahan pada endotel kapiler akan Makrofag memfagositosis dan
menyebabkan keluarnya sel darah ke mencerna organisma patologis dan sisa-sisa
daerah cidera, sebagian besar merupakan sel jaringan. Makrofag juga melepas zat biologis
polimorfonuklear (PMN) terutama neutrofil. aktif, yang mempermudah terbentuknya
Setelah menempel pada dinding kapiler, sel inflamasi tambahan yang membantu
leukosit akan mengeluarkan pseudopodia, dalam dekontaminasi dan membersihkan
kemudian akan bergerak secara amuboid sisa jaringan. Makrofag melepas faktor
menembus dinding kapiler keluar ke pertumbuhan dan substansi lain yang
jaringan, proses ini disebut emigrasi. mengawali dan mempercepat pembentukan
Neutrofil adalah sel pertama yang menuju jaringan granulasi (Sudrajat, 2005).
daerah radang, jumlahnya meningkat cepat Meskipun sel-sel fagosit dapat melekat pada
dan mencapai puncak pada 24—48 jam. partikel dan bakteri tanpa didahului oleh
Neutrofil memiliki metabolisme yang sangat suatu proses pengenalan yang khas, tetapi
aktif dan mampu melakukan glikosis baik fagositosis akan sangat ditunjang apabila
secara aerob maupun anaerob, memiliki mikroorganisme diliputi oleh opsonin, yang
kemampuan untuk membunuh bakteri serta terdapat dalam serum (misalnya IgG, C3).
membersihkan debris pada jaringan nekrotik Setelah bakteri yang mengalami opsonisasi
(Effendy, 2003). melekat pada permukaan, selanjutnya sel
Migrasi sel darah putih yang terarah fagosit sebagian besar akan meliputi partikel,
ini disebabkan oleh pengaruh kimia yang berdampak pada pembentukan kantung
dapat berdifusi disebut kemotaksis. Hampir yang dalam. Partikel ini terletak pada vesikel
semua jenis sel darah putih dipengaruhi sitoplasma yang masih terikat pada selaput

56
M. TAHA MA’RUF, WIDOWATI SISWOMIHARDJO, MARSETYAWAN HNE SOESATYO, ALVA EDY
TONTOWI E UJI BIOKOMPATIBILITAS KOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL-HIDROKSIAPATIT ...

sel, disebut fagosom. Meskipun pada waktu yaitu 2,5%, 5% dan 10%. Kelompok kontrol
pembentukan fagosom, sebelum menutup adalah mengandung salep vaselin saja.
lengkap, granula-granula sitoplasma neutrofil Sampel penelitian adalah kulit punggung dan
menyatu dengan fagosom dan melepaskan telinga tikus Wistar. Pemaparan dilakukan 2
isinya ke dalamnya, suatu proses yang disebut (dua) tahap yaitu tahap sensitisasi dan elisitasi.
degranulasi (Robbins dan Kumar, 1995).

Bahan dan Metode


Pembuatan Komposit PVA-HA dengan
Penguat Catgut
Pembuatan spesimen mengacu seperti
yang dilakukan oleh Ma’ruf, dkk. (2013).
Serbuk PVA dan HA bovine ditimbang
masing-masing sesuai dengan perbandingan Gambar 1 Salep puder komposit PVA-HA dengan
penguat catgut
kelompoknya; PVA dilarutkan dalam akuades
dengan perbandingan w/v 7,5%, dipanaskan
Gambar 1 menunjukkan salep puder
pada suhu 95 0C dengan 600 putaran permenit
komposit PVA-HA dengan penguat catgut.
(rpm) selama 30 menit; Setelah PVA larut,
Spesimen komposit PVA-HA dengan
ditambahkan HA bovine sesuai perbandingan
penguat catgut dipotong dan digerus
kelompoknya, diaduk dengan mesin stirer
menggunakan wadah keramik (mortal)
dan dipanaskan pada suhu 60 0C dengan
sampai halus. Serbuk yang sudah halus
putaran 600 rpm selama 60 menit; Proses lay
ditimbang menggunakan timbangan digital
up dilakukan selapis demi lapis pada cetakan
dan dicampur dengan vaselin menggunakan
yang sudah diberi lapisan anyaman benang
mortal sesuai konsentrasi masing-masing.
catgut, dipanaskan menggunakan oven pada
Setelah didapatkan konsentrasi serbuk dalam
suhu 70 0C selama 15 menit; Dilakukan proses
vaselin 2,5%; 5% dan 10%, salep dimasukkan
lay up dan pemanasan selanjutnya sampai
dalam botol plastik tertutup dan diberi tanda.
jumlah layer dan ketebalan yang diinginkan;
Setelah cetakan penuh, dipanaskan
menggunakan oven pada suhu 70 0C selama
2 jam; Setelah dingin, spesimen dikeluarkan
dari cetakan dan dipanaskan menggunakan
oven pada suhu 70 0C selama 2 jam.

A. Uji Hipersensitivitas Kontak Tipe


IV (Patch Tes)
Jenis penelitian adalah eksperimental
laboratorium in vivo. Subjek penelitian
adalah 20 ekor tikus putih galur wistar Gambar 2 Uji hipersensitivitas kontak tipe IV; (a)
(Rattus norvegicus), dengan kriteria jenis Pencukuran dan pengolesan salep; (b) Kulit punggung
kelamin betina, umur 3 bulan dan berat 200- diplaster melingkari tubuh
250 gram. Rancangan penelitian terdiri dari
3 (tiga) kelompok perlakuan dan 1 (satu) Pengujian dilakukan melalui dua tahap,
kelompok kontrol, masing-masing terdiri dari tahap induksi atau sensitisasi berlangsung
5 (lima) ekor. Kelompok perlakuan dibedakan sampai dengan 10 hari. Setelah diistirahatkan
berdasarkan konsentrasi komposit PVA-HA selama 3 hari, dilanjutkan kontak tahap
dengan penguat catgut terhadap salep vaselin kedua (elisitasi) pada hari ke 14 dan diamati

57
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 51-65

pada periode 24, 48, dan 72 jam. Tikus putih merah); selanjutnya dilakukan analisis data
galur wistar (Rattus norvegicus) 20 ekor menggunakan uji statistik ANOVA satu
dibagi menjadi 4 kelompok, masing-masing jalan.
terdiri dari 5 ekor. Semua hewan coba dibius
dengan ketamin 0,2 cc dan dicukur pada B. Uji Toksisitas Setempat
kulit punggungnya (Gambar 2.a). Kelompok Uji toksisitas setempat dilakukan dengan
I (kontrol) diolesi bahan dasar salep cara penanaman (implantasi) potongan
(vaselin) pada kulit punggung, kemudian komposit PVA-HA dengan penguat catgut
dibalut dengan plester dengan lebar 2,5 cm. pada kulit punggung tikus putih galur
Kelompok II, III, IV, diolesi salep puder wistar. Selanjutnya dalam periode waktu
komposit PVA-HA dengan penguat catgut tertentu, bahan implan dibuka dan dilakukan
dengan konsentrasi berturut-turut 2,5%, 5% pemeriksaan kulit punggung tikus secara
dan 10%, kemudian dibalut dengan plester histologis dan diamati di bawah mikroskop
selebar 2,5 cm (Gambar 2.b); Plester dibuka cahaya.
setelah 10 hari. Setelah diistirahatkan selama
3 hari, kemudian pada hari ke 14 dilakukan Tahapan Implantasi pada Hewan Coba
kontak tahap kedua (elisitasi) yaitu dengan Jenis penelitian adalah eksperimental
pengolesan salep puder komposit PVA-HA laboratorium in vivo. Subjek penelitian adalah
dengan penguat catgut sesuai kelompoknya 8 (delapan) ekor tikus putih galur wistar
pada daun telinga. Sebelum diolesi salep, (Rattus norvegicus). Sampel penelitian adalah
dilakukan pengamatan secara makroskopis kulit punggung tikus Wistar. Rancangan
dan ketebalan telinga diukur dengan penelitian adalah terdiri dari 1 (satu)
mikrometer. kelompok perlakuan berjumlah 5 ekor dan 1
(satu) kelompok kontrol, berjumlah 3 (tiga)
ekor. Kelompok perlakuan adalah kelompok
yang diimplankan potongan komposit PVA-
HA dengan penguat catgut berukuran 0,5 x 0,5
x 0,5 cm di bawah kulit (subkutan) punggung
tikus wistar. Kelompok kontrol adalah
kelompok tikus tanpa dipasang implan.

Gambar 3 Tahap elisitasi; (a) Pengolesan salep pada


telinga luar; (b) Mikrometer; (c) Pengukuran telinga
dengan mikrometer

Pada periode waktu 24, 48, dan 72


jam dilakukan pengamatan makroskopis
pada telinga hewan coba (Gambar 3.a) dan
dilakukan pengukuran ketebalan telinga
menggunakan mikrometer (Gambar 3.b). Gambar 4 Proses uji toksisitas setempat (a) Insisi pada
kulit punggung dan penanaman implan; (b) Eksisi
Hasil pengamatan makroskopis dicatat
kulit punggung setelah 5 hari
dengan cara pemberian skor 0-2 (Holgate
dan Church, 1993), yaitu 0 (tidak ada tanda Lima hewan coba dibius dengan
merah); 0,5 (warna pink/merah muda); 1 ketamin 100 mg sebanyak 0,2 ml. Kulit
(warna merah merata); 2 (benjolan warna punggung hewan coba dicukur berukuran

58
M. TAHA MA’RUF, WIDOWATI SISWOMIHARDJO, MARSETYAWAN HNE SOESATYO, ALVA EDY
TONTOWI E UJI BIOKOMPATIBILITAS KOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL-HIDROKSIAPATIT ...

2x2 cm dan diinsisi pada bagian kulitnya. kuas ke dalam waterbath. Gelas obyek
Potongan komposit PVA-HA dengan disiapkan dan telah diberi label yang unik.
penguat catgut berukuran 0,5x0,5x0,5 cm Irisan jaringan ditempelkan di atas gelas
dimplankan di bawah kulit (subkutan) obyek yang telah diberi perekat dengan
punggung hewan coba dan dilakukan cara membenamkan gelas obyek di bawah
penjahitan luka (Gambar 4.a). Setelah 5 hari, irisan jaringan kemudian diangkat dengan
hewan coba didekapitasi. Kulit punggung hati-hati. Sediaan dikeringkan pada hot plate
hewan coba dipotong (eksisi) berukuran suhu 40 0C selama 3 jam. Irisan jaringan siap
2,5x2,5 cm dan di simpan dalam wadah digunakan untuk proses selanjutnya.
berisi cairan fiksatif (PBS 10% dan formalin)
(Gambar 4.b). Selanjutnya dilakukan Pewarnaan
prosedur pemeriksaan histologis yang Pewarnaan bertujuan memberi warna
meliputi pembuatan blok parafin, pengirisan pada jaringan yang akan diamati di bawah
dengan mikrotom dan pewarnaan dengan mikroskop cahaya. Hemaktosilin akan
hemaktosilin eosin (HE). mengecat inti sel berwarna biru, sedangkan
eosin akan mengecat sitoplasma dan matriks
Pembuatan Sediaan dan Pemeriksaan ekstra selular berwarna merah. Hasil diamati
Histologis di bawah mikroskop.
Pembuatan Blok Parafin
Jaringan disiapkan dalam botol yang Pengamatan
berisi cairan fiksatif PBS - formalin 10% Pengamatan slide dilakukan dengan
dengan ketebalan 0,5x1x1 cm. Dilakukan menggunakan mikroskop cahaya Olymphus®
proses dehidrasi, clearing dan embedding, dengan pembesaran 40 kali. Hasil pengamatan
Selanjutnya dilakukan proses infiltrasi di diproses dan ditampilkan menggunakan
dalam inkubator suhu 60 0C dengan cara optilab® viewer 2.1.
mencairkan parafin di dalam inkubator
60 0C. Parafin cair dituang ke dalam PEMBAHASAN
cetakan atau kaset, jaringan diletakkan Uji Hipersensitivitas Kontak Tipe IV
di dalamnya. Cetakan diletakkan di suhu (Patch Test)
ruang hingga beku, blok disimpan pada Pengujian dengan metode patch test
suhu 4 0C. dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap
sensitisasi dan elisitasi. Tahap sensitisasi
Pemotongan dengan Mikrotom dilakukan dengan cara kontak tahap
Gambaran histologis dapat diamati di pertama yang berlangsung sampai dengan
bawah mikroskop pada jaringan dengan 10 hari, dilanjutkan dengan kontak tahap
ketebalan tertentu (µm). Untuk memperoleh kedua (tahap elisitasi) pada hari ke 14 setelah
ketebalan yang diinginkan, diperlukan diistirahatkan selama 3 hari. Pengamatan
suatu teknik pemotongan jaringan yang dilakukan pada 24, 48, dan 72 jam setelah
baik agar dapat dihasilkan potongan yang kontak tahap kedua tersebut, dengan melihat
sempurna dan dapat dilihat di bawah adanya perubahan bentuk dan warna daun
mikroskop. telinga hewan coba secara makroskopis
Setelah didapatkan irisan jaringan, serta adanya penebalan telinga. Tabel 1
diambil menggunakan kuas dan diletakkan menampilkan tabulasi pengamatan secara
pada wadah yang berisi akuades. Kemudian makroskopis perubahan bentuk dan warna
irisan jaringan dipindahkan menggunakan telinga tikus putih pada tahap sensitisasi dan
elisitasi.

59
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 51-65

Tabel 1 Setelah dilakukan pengamatan secara


Pengamatan makroskopis telinga tikus putih makroskopis, dilakukan pengukuran ketebalan
tahap sensitisasi dan elisitasi telinga tikus putih dengan menggunakan
Hari ke 10 24 jam 48 jam 72 jam mikrometer. Data ketebalan telinga yang
Klp n
Rerata Rerata Rerata Rerata
dicatat pada periode 24, 48, dan 72 jam setelah
2,5% 5 0 0 0 0
5% 5 0 0 0 0 tahap elisitasi dibandingkan dengan data
10% 5 0 0 0 0 ketebalan telinga sebelum perlakuan dan
K 5 0 0 0 0 kelompok kontrol. Tabel 2 menampilkan rerata
dan simpang baku ketebalan telinga tikus putih
sebelum dan sesudah perlakuan.
Tabel 2
Rerata dan simpang baku ketebalan telinga tikus putih sebelum dan sesudah perlakuan
Pre 24 jam 48 jam 72 jam
Klp n Rerata & Rerata & Rerata & Rerata &
p p p p
SB SB SB SB
2,5% 5 0,40±0,05 0,43±0,05 0,45±0,04 0,45±0,01
5% 5 0,45±0,03 0,47±0,03 0,46±0,03 0,45±0,03
10% 5 0,43±0,02 0,46±0,02 0,47±0,01 0,44±0,01
K 5 0,44±0,06 0,308 0,48±0,05 0,186 0,47±0,05 0,744 0,47±0,05 0,770

Hasil pengamatan secara makroskopis Gambar 5 menampilkan gambaran histologis


menunjukkan tidak adanya perubahan potongan jaringan kulit punggung tikus pada
warna ataupun benjolan pada telinga hewan kelompok perlakuan dan kontrol tersebut.
coba pada semua kelompok perlakuan dan
kontrol pada tahapan sensitisasi maupun
tahapan elisitasi. Uji statistik anova satu
jalan menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan bermakna pada hasil pengukuran
ketebalan telinga tikus putih dari semua
kelompok perlakuan antara sebelum dan
sesudah perlakuan pada pengukuran 24,
48, dan 72 jam (ρ>0,05). Dari Tabel 1 dan 2
tersebut dapat disimpulkan bahwa komposit
PVA-HA dengan penguat catgut tidak
menyebabkan reaksi hipersensitivitas kontak
tipe IV pada hewan coba.

Uji Toksisitas Setempat


Uji toksisitas setempat dilakukan
dengan cara penanaman potongan komposit
Gambar 5 Gambaran mikroskopis jaringan kulit
PVA-HA dengan penguat catgut pada punggung tikus setelah implantasi (a,b) dan kontrol
kulit punggung tikus putih galur wistar. (c,d) dengan perbesaran 40 kali.
Pada hari ke-6, bahan implan dibuka dan (Ket. EBP= epitel berlapis pipih; LP= lamina propria)
dilakukan pemeriksaan kulit punggung
tikus secara histologis dan diamati di bawah Gambar 5 menunjukkan tidak
mikroskop cahaya. Pemeriksaan yang sama terdapatnya infiltrasi sel radang akut
juga dilakukan pada kelompok kontrol yaitu seperti neutrofil, eusinofil, dan basofil
kelompok tikus tanpa dipasang implan. ataupun infiltrasi sel radang kronis seperti

60
M. TAHA MA’RUF, WIDOWATI SISWOMIHARDJO, MARSETYAWAN HNE SOESATYO, ALVA EDY
TONTOWI E UJI BIOKOMPATIBILITAS KOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL-HIDROKSIAPATIT ...

makrofag, limposit dan sel plasma. Kondisi dari kerusakan dan penyakit. Mekanisme
tersebut menunjukkan bahwa komposit pertahanan tubuh ini dibagi dalam 2 (dua)
PVA-HA dengan penguat catgut tidak katagori yaitu didapat (acquired) atau
menyebabkan reaksi toksisitas setempat spesifik dan bawaan (innate) atau non
yang ditandai dengan tidak adanya infiltrasi spesifik (Chaplin, 2003). Proses dua katagori
sel radang. Pencarian bahan yang memadai ini sangat berbeda meskipun sama-sama
untuk digunakan dalam tubuh manusia dipengaruhi dan dimediasi oleh agen yang
(biomaterial) awalnya didasarkan pada sama. Sel-sel seperti makrofag berperanan
konsep bioinert, yaitu bahan tersebut tidak penting pada respon spesifik dan non spesifik
akan menimbulkan reaksi pada jaringan (Pruett, 2003).
sekitarnya. Konsep ini sebenarnya telah Sistem imun bawaan (innate) ada pada
berubah karena bukti menunjukkan bahwa setiap individu, membutuhkan sedikit atau
tidak ada material implan yang benar-benar tidak sama sekali periode induksi, dan tidak
inert pada jaringan tubuh dan tetap akan merespon lebih cepat atas kontak tahap
menstimulasi respon imun. Menurut Case kedua (tidak menunjukkan respon memori).
dkk. (1994), serpihan yang disebarkan oleh Sistem imun ini dimediasi oleh neutrofil,
beberapa material ini adalah tidak inert dan eosinofil, basofil, makrofag dan natural killer
akan difagositosis oleh makrofag. cells (sel limfosit besar). Sel-sel ini bekerja
Mekanisme imun dimulai ketika dengan cara aksi antimikroba langsung
material diimplankan di dalam tubuh, dengan membunuh sel-sel infeksi-virus
sel-sel sistem imun segera menumpuk di atau sel tumor, dan mengeluarkkan sitokin
tempat implantasi dan terjadi serangkaian yang menyebabkan rangkaian mekanisme
proses pada tempat tersebut. Semua sel dari inflamasi dan pertahanan tubuh lainnya
sistem imun, makrofag dan limfosit T paling (Pruett, 2003). Respon imun didapat (acquired)
banyak ditemukan dan menetap dalam membutuhkan stimulasi atau imunisasi
jaringan sekitar implan. Interaksi antara agar diaktivasi dan dimediasi oleh limfosit.
sel-sel ini menyebabkan pelepasan sekresi Masing-masing limfosit mempunyai reseptor
sitokin yaitu suatu molekul terlarut yang pada permukaannya yang dapat mengenali
terlibat dalam proses inflamasi awal yang hanya satu konfirmasi (antigenic determinant).
dapat menyebabkan terjadinya penolakan Setelah pengenalan dari antigen spesifik,
(rejection) (Cachinho dan Hunt, 2008). limfosit akan berproliferasi membentuk
Implantasi material menyebabkan clones (Cachinho dan Hunt, 2008).
beberapa kejadian terhadap reaksi tubuh Pada proses imun acquired, makrofag
terhadap benda asing, dimulai dari respon bertindak sebagai antigen-presenting cells
inflamasi akut dan pada beberapa kasus (APC) pada tahap awal (Muno, 2000).
menyebabkan respon inflamasi kronis, Sel fagositik memindahkan fragmen ke
terbentuknya jaringan granulasi, timbulnya permukaan sel bekerjasama dengan molekul
reaksi tubuh terhadap benda asing dan major histocompatibility complex (MHC) dan
pembentukan kapsul fibrus. Lamanya terlibat dalam perlekatan limfosit T (King dan
dan intensitas masing-masing respon ini Wills, 2005). APC akan menstimulasi respon
tergantung atas luasnya injuri yang terjadi kedua dengan cara mempresentasikan antigen
pada implantasi, komposisi kimia material, ke limposit T yang sudah siap diekpos ke
bentuk permukaan, porositas, kekasaran, antigen. Makrofag memainkan peran penting
bentuk, dan ukuran implan (Li dkk., 2005). tidak hanya sebagai APC, tetapi juga sebagai
Sistem imun manusia terdiri dari organ sumber sitokin yang dapat mengatur respon
limfoid, sel-sel spesifik dan sistem sirkulasi limfosit T yang muncul. Proses pengenalan
yang menyebabkan perlindungan tubuh antigen dibagi menjadi dua jalur yang

61
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 51-65

mengarah pada fragmen peptida dari antigen cedera, dalam S.A. Price & L.M.
asing yang dipresentasikan oleh molekul Wilson, Patofisiologi: Konsep klinis
MHC kelas I (jalur endogen) dan MHC kelas proses-proses penyakit. 4th.ed.,
II (jalur eksogen) (Cachinho dan Hunt, 2008). (Anugerah, P. penerjemah), Jakarta:
Limfosit adalah sel yang bertanggung EGC (Buku asli diterbitkan 1992),
jawab pada respon imun acquired. Limfosit hal. 35-61.
T bertanggung jawab atas respon imun Anusavice, K.J., 2003, Phillips’Science of Dental
seluler dan sel B bertanggung jawab atas Materials, 8th ed., St. Louis, Missouri,
respon imun humoral yang dimediasi oleh USA: Saunders Co.
antibodi (Sirica, 1996). Limfosit T berasal dari
pluripotent stem cells dalam sumsum tulang, Baratawidjaya, K.G., dan Rengganis, I., 2010,
mengalami perubahan dalam timus dan Imunologi Dasar, 9th ed., Fakultas
menyebabkan ekspresi reseptor antigennya Kedokteran Gigi, Universitas
yaitu reseptor antigen limfosit T atau Indonesia, Jakarta.
T-lymphocyte antigen receptor (TCR) (King dan Bellanti, J.A., 1993, Immunology III
Wills, 2005). (terjemahan), Yogyakarta: Gadjah
Luyn dkk. (2001) melakukan penelitian Mada University Press., hal. 173-202.
untuk mengetahui apakah aplikasi subkutan Bessho, K., Fujimura, K., dan Iizuka T., 1995,
berulang dari jenis bahan yang sama bisa “Experimental long-term study
menyebabkan timbulnya reaksi tubuh of titanium ions eluted from pure
terhadap benda asing. Dua biomaterial titanium miniplates”, J Biomed Mater
biodegradabel dan non biodegradabel Res., 29, hal. 901-904.
diuji dalam model implantasi berulang.
Peningkatan reaksi benda asing diamati Brodke, D.S., Gollogly, S., Alexander, Mohr.
dengan melihat peningkatan sel ingrowth, R., Nguyen, B.K., Dailey, A.T., dan
peningkatan vaskularisasi, adanya sel MHC Bachus, aK., 2001, “Dynamic cervical
positif kelas II dan infiltrasi sel plasma plates: biomechanical evaluation of
dalam jaringan sekitarnya. Hasil penelitian load sharing and stiffness”, Spine,
menunjukkan bahwa perubahan terjadi 26(12), hal. 1324-1329.
pada kedua bahan biodegradabel dan non Bumgardner, J.D., Vasquez-Lee, M., Fulzele,
biodegradabel. Kondisi ini menunjukkan K., Smith, D., Branch, K., Christian,
bahwa perubahan yang terjadi tidak S.I., 2008, Biocompatibility Testing,
disebabkan oleh produk biodegradasi dari dalam Encyclopedia of Biomaterials and
material tersebut. Biomedical Engineering, 2nd ed., Diedit
oleh David L. Williams, hal. 169-178.
SIMPULAN Cachinho S.C.P., dan Hunt J.A., Biomaterials
Dari hasil penelitian dan pembahasan Immune Response, dalam
di atas dapat disimpulkan bahwa Encyclopedia of Biomaterials and
komposit PVA-HA dengan penguat catgut Biomedical engineering, 2nd ed., Diedit
merupakan bahan yang biokompatibel oleh G.E. Wnek, dan G.L. BoWlin,
tanpa menimbulkan efek toksisitas dan New York: Vanderbilt Avenue, hal.
hipersensitivitas pada hewan coba, sehingga 264-268.
berpotensi digunakan sebagai bahan
Case, C.P., Langkamer, V.G., James, C.,
penyambung patah tulang.
Palmer, M.R., Kemp, A.J., Heap, P.F.,
dan Solomon, L., 1994, “Widespread
DAFTAR PUSTAKA dissemination of metal debris from
Abrams, G.D., 1995, Respon tubuh terhadap implants”, Journal of Bone and Joint

62
M. TAHA MA’RUF, WIDOWATI SISWOMIHARDJO, MARSETYAWAN HNE SOESATYO, ALVA EDY
TONTOWI E UJI BIOKOMPATIBILITAS KOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL-HIDROKSIAPATIT ...

Surgery,76B(5), hal. 701–712. Surg., 27, hal. 124-133.


Chaplin, D.D., 2003, “Overview of the Kennady, M.C., Tucker, M.R., Lester,
immune response”, J. Allerg. Clin. G.E., dan Buckley, M.J., 1989,
Immunol., 111(2), hal. 442-459. “Histomorfometric evaluation of
Dawes, E., dan Rushton, N., 1994, “The effects stress shielding in mandibular
of lactic acid on PGE2 production by continuity defects treated with rigid
macrophages and human synovial fixation plates and bone grafts”, Int J
fibroblasts: a possible explanation Oral Maxillofac Surg., 18, hal.170-174.
for problems associated with King, C.A., dan Wills, M.R., 2005,
the degradation of poly(lactide) “Immunology II: Acquired
implants?”, Clin Mater., 17, hal. 157- immunity”, Surgery, 23(9), hal. 319-
163. 323.
Effendy, Z., 2003, Peranan Leukosit Sebagai Anti Kobayashi, M., Chang, Y.S., dan Oka, M.,
Inflamasi Alergik Dalam Tubuh, Bagian 2005, “A two year in vivo study of
Histologi Fakultas Kedokteran USU, polyvinyl alcohol-hydrogel (PVA-H)
Medan. artificial meniscus”, Biomaterials, 26,
Gifford, L., 2005, Pathophysiology: An hal. 3243-3248.
Essential Text For The Allied Health Kruger, E., 1984, Oral and Maxillofacial
Profession, Oxford Philadelphia St Traumatology, vol.1, Chicago,
Louis Sydney Toronto. Quintessence: Publishing Company.
Goodship, V., dan Jacobs, D., 2005, Polyvinyl Lawyer, W.S., Ali-Ahmed., dan Hume, J.W.,
alcohol: Materials, procesing and 1992, Buku Pintar Patologi untuk
applications, review reports, Rapra Kedokteran Gigi (terjemahan), Jakarta:
Review Reports, 16(12), hal. 3-24. Penerbit EGC, hal. 4-6.
Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 1997, Fisiologi Li, Y., Schutte, R.J., Abu-Shakra, A., dan
Kedokteran (terjemahan), Jakarta: Reichert, W.M., 2005, “Protein
Penerbit EGC, hal. 549-550. array method for assessing in vitro
Holgate, S.T., dan Church, M.K., 1993, Allergy, biomaterials-induced cytokine
New York, USA: Gower Medical expression”, Biomaterials, 26(10), hal.
Publishing, hal. 211-281. 1081-1085.
Jorgenson, D.S., Mayer, M.H., Ellenbogen, Luyn, M.J.A.v., Plantinga, J.A., Brouwer,
R.G., Centeno, J.A., Johnson, F.B., L.A., Khouw, I.M.S.L., Leij,
dan Mullick, F.G., 1997, “Detection L.F.M.H.d., dan Wachem, P.B.v.,
of titanium in human tissues after 2001, “Repetitive subcutaneous
craniofacial surgery”, Plast Reconstr implantation of different types
Surg., 99, hal. 976-979. of (biodegradable) biomaterials
alters the foreign body reaction.
Kallela, I., Tulamo, R.M., Hietanen, C.J., Biomaterials, 22(11), hal. 1385-1391.
Pohjonen, T., Suuronen, R., dan
Lindqvist, C., 1999, “Fixation of Ma’ruf, T., Siswomihardjo, W., Soesatyo,
mandibular body osteotomies using M.H.N.E., dan Tontowi, A.E., 2013,
biodegradable amorphous self- “Polyvinyl Alcohol – Hydroxyapatite
reinforced (70L:30DL) polylactide Com­po­site Reinforced with Catgut
or metal lag screws: an experimental Fibers as Biode­g­radable Bone
study in sheep”, J Craniomaxillofac Plates”, Prosiding pada International
Conference on Instrumentation,

63
| VOL 3, NO. 1, DESEMBER 2013 ; 51-65

Communication, Information Patofisiologi Konsep Klinis


Technology and Biomedical Proses-proses Penyakit, edisi 6,
Engineering, Bandung, Indonesia. Diterjemahkan oleh B.U. Pendit
Mazzonetto, R., Paza, A.O., dan Spagnoli, D.B., dkk., Jakarta: EGC, hal 57-71.
2004, “A retrospective evaluation Pruett, S.B., 2003, “Stress and the immune
of rigid fixation in orthognathic system”, Pathophysiology, 9(3), hal.
surgery using a biodegradable self- 133-153.
reinforced (70L:30DL) polylactide”, Robbins, S.L., dan Anggel, M., 1976, Basic
Int J Oral Maxillofac Surg., 33, hal. Pathology, 2nd ed., Philadelphia: W.B.
664-669. Saunders Company, hal. 21-44.
Mitchell, R.N., dan Cotran, R.S., 2003, Acute Robbins, S.L., dan Kumar, V., 1995, Buku
and chronic inflammation, dalam ajar patologi I, 4th ed., (terjemahan),
Robbins Basic Pathology, 7th ed., Diedit Jakarta: EGC.
oleh S.L. Robbins, dan V. Kumar,
Philadelphia: Elsevier Saunders, hal. Roitt, I., Brostoff, J., dan Male, D., 1998,
33-59. Immunology 5th ed., London: Mosby
International Limited, hal. 302-348.
Muno, D., Kominami, E., dan Mizuochi, T.,
2000, “Generation of both MHC class Scher, N., Poe, D., Kuchmir, F., Reft, C.,
I- and class II-restricted antigenic Weichselbaum, R. dan Panje,
peptides from exogenously added W.R.,1988, “Radiotherapy of the
ovalbumin in murine phagosomes”, selected mandible following stainless
FEBS Lett., 478(1–2), hal. 178-182. steel plate fixation”, Laryngoscope, 98,
hal. 561–563.
Navia, J.M., 1997, Animal Modelsin Dental
Research, USA: The Univ. of Alabama Schliephake, H., Lehmann, H., Kunz,
Press. U., dan Schmelzeisen, R,. 1993,
“Ultrastructural findings in soft
Ngatijan, 2006, Toksikologi: Racun, Keracunan, tissues adjacent to titanium plates
dan Terapi Keracunan, Bagian used in jaw fracture treatment”, Int
Farmakologi dan Toksikologi J Oral Maxillofac Surg., 22, hal. 20-25.
Fakultas Kedokteran UGM,
Yogyakarta, hal. 6-44. Shayne, C.G., dan Christopher, P.C., 1998,
Acute Toxicology Testing, 2nd ed.,
Nicholson, J.W., 2002, The Chemistry of London: Academic Press, hal. 244-
Medical and Dental Materials, R.S.C, 255.
Cambridge, hal. 186-221.
Sirica, A.E. 1996, Cellular and Molecular
Pan, Y.S., Xiong, D.S., dan Ma, R.Y., 2007, Pathogenesis, Philadelphia:
“A study on the friction properties Lippincott-Raven.
of poly(vinyl alcohol) hydrogel as
articular cartilage against titanium Stammen, S., Williams, J.A., dan Ku, D.N.,
alloy”, Wear, 262, hal. 1021-1025. 2001, “Mechanical properties of
a novel PVA hydrogel in shear
Peppas, N.A., dan Merrill, E.W., 1977, and unconfined compression”,
“Development of semicrystalline Biomaterials, 22, hal. 799-806.
poly(vinyl alcohol) hydrogels for
biomedical application”, J Biomed Suchanek, W., dan Yoshimura, M.J., 1998,
Mater Res., 11, hal. 423-434. “Processing and properties of
hydroxyapatite based biomaterials
Price, S.A., dan Wilson, L.M., 2005, for use as hard tissue replacement

64
M. TAHA MA’RUF, WIDOWATI SISWOMIHARDJO, MARSETYAWAN HNE SOESATYO, ALVA EDY
TONTOWI E UJI BIOKOMPATIBILITAS KOMPOSIT POLIVINIL ALKOHOL-HIDROKSIAPATIT ...

implants”, Mater Res., 13, hal. 94. Yerit, K.C., Enislidis, G., Schoppe,r C.,
Suciu, A.N., Iwatsubo, T., dan Matsuda, M., Turhani, D., Wanschitz, F., dan Wagner,
2004, “A study upon durability of A., 2002, “Fixation of mandibular
the artificial knee joint with PVA fractures with biodegradable plate
hydrogel cartilage”, JSME 47(1) Part and screw”, Oral Surg Oral Med Oral
C, hal. 199-208. Pathol Oral Radiol Endod, 94, hal.
Sudiono, J., Kurniadi, B., Hendrawan, A., dan 294-300.
Djimantoro, B., 2003, Ilmu Patologi, Wahl, D.A., dan Czernuszka, J.T., 2006,
Diterjemahkan oleh J.Sudiono dan L. “Collagen-hydroxyapatite composites
Yuwono, Jakarta: EGC, hal 81-96. for hard tissue repair”, European cells
Sudrajat, I., 2005, Skor Histologi CD8+ Pada and Materials, 11, hal. 43-56.
Proses Penyembuhan Luka Tikus Williams, D., 1990, Concise Encyclopedia of
wistar, Tesis: Universitas Diponogoro Medical and Dental Materials, United
Semarang. Kingdom: Pergamon Press, hal. 87-
93.

65

You might also like