Professional Documents
Culture Documents
ANALITIKA
Jurnal Magister Psikologi UMA
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/analitika
Pengaruh Stres Kerja terhadap Cyberloafing dengan Kepuasan Kerja
Sebagai Variabel Moderator pada Karyawan di Surabaya
Abstract
Spending work time using the internet that has nothing to do with work is a major concern for companies. Employees
are often negligent in their work or forget because of the internet during work hours. Using the internet that has nothing
to do with work during work hours is called Cyberloafing. This study aims to determine whether job satisfaction can
moderate the effect of work stress on cyberloafing in Surabaya employees. This research type is quantitative with
number of research subjects was 174 respondents spread in Surabaya. Data collection tools in the form of general work
stress scale, job satisfaction survey, and cyberloafing scale. Data analysis was performed with Moderated Regression
Analysis technique. Results showed that work stress has a direct effect on cyberloafing. Meanwhile job satisfaction does
not moderated effect of work stress on cyberloafing.
Keywords: Cyberloafing; Job Satisfaction; Work Stress
How to Cite: Moffan, M.D.B., & Seger, H. (2020). Pengaruh Stres Kerja terhadap Cyberloafing dengan
Kepuasan Kerja sebagai Variabel Moderator pada Karyawan di Surabaya. Analitika: Jurnal Magister
Psikologi UMA, 12 (1): 64 - 72
64
Mazzanov Dhira Brata Moffan & Seger Handoyo, Pengaruh Stres Kerja terhadap Cyberloafing dengan
dan bahkan tidak pantas. Dalam penelitian dari stres kerja untuk mengurangi emosi
yang dilakukan oleh Vitak, dkk., (2011) negatif karyawan seperti depresi,
terdapat efek positif cyberloafing seperti, keresahan, susah konsentrasi, dan lain-
penghilang rasa bosan, kelelahan, atau lain. Penelitian yang pernah dilakukan
stres, kepuasan kerja atau kreativitas, oleh Oravec yang berjudul “Constructive
meningkatkan kesejahteraan, pemulihan approaches to Internet recreation in the
dan rekreasi, dan yang membuat workplace” menjelaskan bahwa karyawan
karyawan senang. Dalam penelitian melakukan perilaku cyberloafing untuk
lainnya, (Stanton, 2002) menemukan menurunkan beban stres kerja mereka
bahwa karyawan yang sering (Oravec, 2002). Walaupun cyberloafing
menggunakan internet lebih puas digunakan oleh karyawan untuk
terhadap pekerjaannya daripada yang mengurangi stres kerja mereka, tetap saja
jarang menggunakan internet. Terdapat hal itu tidak dibenarkan. Perusahaan
juga hubungan yang positif antara membayar mahal karyawan untuk
manfaat produktivitas internet dengan meningkatkan produktivitas yang didapat.
aktivitas cyberloafing (Blanchard & Henle, Karyawan yang melakukan cyberloafing
2008). Cyberloafing berfungsi sebagai bisa dikatakan pergi dari tugas yang
“mainan dikantor” untuk menghilangkan seharusnya mereka kerjakan.
stres kerja dan menginspirasi kreativitas Ozler dan Polat (2012),
karyawan (Ozler, D., & Polat, 2012). mengatakan bahwa kepuasan kerja
Terdapat banyak faktor yang termasuk pemicu muncul cyberloafing.
menjadi pemicu munculnya cyberloafing Kepuasan kerja merupakan salah satu hal
salah satunya adalah stres kerja. Stres yang sangat penting untuk individu yang
merupakan hal yang sering muncul dan bekerja di setiap tingkatan organisasi.
berhubungan dengan pekerjaan. Stres Kepuasan kerja adalah perasaaan
kerja adalah keadaan tidak nyaman secara seseorang terhadap pekerjaannya dan
psikologis yang dihasilkan atas penilaian terhadap berbagai macam aspek dari
subjektif individu mengenai tuntutan yang pekerjaan tersebut, sehingga kepuasan
dirasakan dari tempat kerja melebihi kerja berkaitan dengan sejauh mana
kemampuan individu untuk berhasil seseorang menyukai (puas) atau tidak
memenuhi tuntutan tersebut (De Bruin, menyukai (tidak puas) dengan
2006). Menurut Lazarus dan Folkman pekerjaannya (Spector, 1997). Menurut
(dalam De Bruin, 2006), ketika banyak Spector (1997), Karyawan yang puas
karyawan mengalami stres saat bekerja, dengan pekerjaannya ketika gaji yang ia
mereka cenderung mencari beragam cara dapatkan sesuai dengan hasil kerja,
untuk mengatasi atau mengurangi stres kesempatan untuk naik jabatan, atasan
ditempat kerja, hal itu disebut dengan yang memusatkan perhatian kepada
coping. Cyberloafing ini merupakan salah karyawan, mendapatkan tunjangan
satu varian perilaku coping stres tambahan yang adil dan sebanding,
karyawan ditempat kerja (Henle, C. A., & penghargaan terhadap hasil kerja, alur
Blanchard, 2008). Perilaku tersebut birokrasi yang jelas dan beban kerja yang
merupakan salah satu pelarian karyawan tidak berlebihan, hubungan rekan kerja
66
Mazzanov Dhira Brata Moffan & Seger Handoyo, Pengaruh Stres Kerja terhadap Cyberloafing dengan
analisis data, sesuai dengan tujuannya, kerja 0.904; dan koefisien reliabilitas
peneliti menggunakan uji analisis Regresi cyberloafing 0.908 dimana nilai semakin
MRA (Moderated Regression Analysis). mendekati 1.00 maka akan semakin baik
Sebelum melakukan analisis data, peneliti reliabilitas alat ukur tersebut.
melakukan uji analisis statistik deskriptif, Uji asumsi yang pertama yaitu uji
uji asumsi yang termasuk di dalamnya uji normalitas residual menunjukan
normalitas, uji linieritas, uji persebaran data normal yang dilihat dari
heterokedesitas, uji multikolinearitas, dan nilai sig. Kolmogrov-Smirnov dan sig.
juga dilakukan uji korelasi untuk Shapiro-Wilk yaitu 0.2 dan 0.068 (sig.
memperkuat bahwa terdapat hubungan, Kolmogrov-Smirnov > 0.05; sig. Shapiro-
dan juga menjadi syarat untuk melakukan Wilk > 0.05), serta dilihat dari p-plot yang
analisis dengan metode regresi. mengikuti garis lurus. Selanjutnya, uji
linearitas yang dihasilkan dilihat dari nilai
HASIL DAN PEMBAHASAN deviation from linearity menunjukan nilai
Jumlah responden 174 orang sig. > 0.05 yang berarti data bersifat linear.
dengan rentang usia 18-55 tahun dan Ketiga, uji heterokedastisitas dilakukan
diantaranya terdapat 114 responden laki- dan scatterplot tidak menunjukan pola
laki (65,5%) dan sisanya 60 responden tertentu sehingga dapat diasumsikan
perempuan (34,5%). Mayoritas subjek bahwa tidak terjadi gejala
merupakan lulusan dari S1, yaitu heterokedastisitas. Keempat, uji
sebanyak 94 responden (54%). multikoleniaritas menunjukan nilai
Selanjutnya, lulusan SMA merupakan tolerance = 0.976 dan VIF = 1.024 yang
lulusan terbanyak kedua berjumlah 55 berarti tidak terjadi interkorelasi antara
responden (31,6%). Lulusan S2 variabel independen (tolerance > 0.1; VIF
menempati urutan ketiga dengan jumlah < 10). Terakhir, uji korelasi pearson
14 responden (8%) dan lulusan diploma menunjukan variabel stres kerja
berjumlah 11 responden (6,3%). berhubungan positif signifikan dengan
Sebaran skor yang diperoleh variabel cyberlaofing (pearson correlation
dengan menggunakan norma stanfive = 0,277; sig. = 0.000).
diketahui bahwa dalam penelitan ini Setelah uji asumsi terpenuhi, uji
mayoritas karyawan bekerja di Surabaya regresi dilakukan untuk menjawab
memiliki tingkat stres kerja rendah- hipotesis penelitian. Tahapan analisis
sedang. Selanjutnya, mayoritas karyawan dalam penelitian adalah uji regresi
di Surabaya dalam penelitian ini memiliki sederhana antara stres kerja terhadap
tingkat kepuasan kerja sedang. Terakhir, cyberloafing dan uji regresi interaksi
mayoritas karyawan di Surabaya dalam (moderated regression analysis). Hasil uji
penelitian ini memiliki tingkat melakukan regresi yang pertama menunjukan bahwa
cyberloafing sedang-tinggi. Ketiga variabel stres kerja berpengaruh positif signifikan
memiliki reliabilitas alat ukur dengan terhadap cyberloafing dengan besar
koefisen reliabilitas alpha cronbach > 0.9 pengaruh 7.7% (sig. 0.000 < 0.05; R =
yaitu koefisien reliabilitas stres kerja 0.277; R square = 0.077; β = 0,648).
0.911; koefisien reliabilitas kepuasan Selanjutnya, Uji moderated regression
69
Analitika: Jurnal Magister Psikologi UMA, 12 (1) (2020): 65 - 72
analysis menghasilkan temuan bahwa terjadi. Sen, dkk. (2016), juga dalam
kepuasan kerja tidak signifikan penelitiannya, karyawan yang merasa
memoderasi pengaruh stres kerja lelah, terganggu, dan ambiguitas peran
terhadap cyberloafing (sig. 0.291 > 0.05; β dalam pekerjaan mengakibatkan stres
= 0.018). pada karyawan sehingga cyberloafing
Penelitian ini memiliki hipotesis menjadi pilihan mereka untuk mengatasi
alternatif yaitu adanya peran moderasi stres. Blanchard & Henle (2008), dalam
kepuasan kerja pada pengaruh stres kerja penelitian menemukan pengaruh positif
terhadap cyberloafing karyawan di dan signifikan stres kerja terhadap
Surabaya. Variabel moderator ini yang cyberloafing, adanya konflik peran dan
memprediksi keduanya menjadi berubah ambiguitas peran yang merupakan
arah berdasarkan tingkat kepuasan kerja pemicu stres kerja dapat meyebabkan
yang dimiliki seseorang, dengan kata lain cyberloafing terjadi pada karyawan.
jika stres kerja terhadap cyberloafing Lazarus & Folkman yang menjelaskan
memiliki arah pengaruh yang positif ketika karyawan mengalami stres saat
ketika kepuasan kerja rendah atau tidak bekerja, mereka cenderung mencari
ada, maka akan berubah menjadi negatif beragam cara untuk mengatasi atau
ketika tingkat kepuasan kerja tinggi. mengurangi stres ditempat kerja. Salah
Analisis pertama dalam pengujian satu cara untuk mengatasi stres kerja
hipotesis menunjukan bukti empiris stres tersebut ialah cyberloafing Blanchard &
kerja secara signifikan mempengaruhi Henle (2008).
cyberloafing pada karyawan dengan arah Analisis selanjutnya menghasilkan
pengaruh yang positif. Arah positif temuan bahwa kepuasan kerja tidak
menjelaskan bahwa semakin tinggi stres signifikan memoderasi pengaruh stres
kerja akan semakin tinggi juga kerja terhadap cyberloafing pada
cyberloafing pada karyawan dan karyawan. Tidak adanya pengaruh
sebaliknya ketika semakin rendah stres tersebut membuat peneliti beranggapan
kerja akan semakin rendah juga bahwa hasil dari variabel kepuasan kerja
cyberloafing pada karyawan. Sesuai mayoritas subjek memiliki kepuasan kerja
dengan penelitian yang dilakukan oleh yang sedang, sehingga hal tersebut dirasa
Civilidag (2017), bahwa stres kerja belum kuat untuk memoderasi pengaruh
merupakan salah satu faktor yang stres kerja terhadap cyberloafing.
mempengaruhi perilaku penyalahgunaan Menurut Spector (1997), karyawan yang
internet pada karyawan, karena dinilai memiliki kepuasan yang sedang merasa
efektif untuk melepaskan diri dari stres keraguan diantara puas dan tidak puas
kerja. Penelitian lain juga dilakukan oleh dengan pekerjaan mereka (ambivalen).
Sen, dkk. (2016), dimana terdapat Sehingga peluang untuk membuktikan
hubungan positif yang signifikan antara moderasi cenderung rendah. Dari rentang
stres kerja dengan cyberloafing, hasil usia dalam penelitian ini, mayoritas yang
analisis tersebut menunjukan semakin mengisi penelitian ini adalah dari rentang
tinggi stres kerja karyawan maka semakin umur 18-35 tahun, yang dimana dari
tinggi pula cyberloafing pada karyawan rentang umur tersebut merupakan
70
Mazzanov Dhira Brata Moffan & Seger Handoyo, Pengaruh Stres Kerja terhadap Cyberloafing dengan
Henle, C. A., & Blanchard, A. L. (2008). The Van Doorn, O. N. (2011). Cyberloafing : A multi-
interaction of work stressors and dimensional construct placed in a
organizational sanctions on cyberloafing. theoretical framework. In Van Doorn, O. N.
Journal of Managerial Issues, 20(3), 383– Eindhoven University of Technology The
400. Netherlands.
Kolnhofer-Derecskei, A., Reicher, R. Z., & Vitak, J., Crouse, J., & LaRose, R. (2011). Personal
Szeghegyi, A. (2017). The X and Y internet use at work: Understanding
generations’ characteristics comparison. cyberslacking. Computers in Human
14(8), 107–125. Behavior, 24(6), 2475–2476.
Lim, V. K. G., & Teo, T. S. H. (2005). Prevalence, https://doi.org/https://doi.org/10.1016/
perceived seriousness, justification and j.chb.2008.03.008
regulation of cyberloafing in Singapore: An Woon, I. & Pee, L. (2004). Behavioral Factors
exploratory study. Information and Affecting Internet Abuse in the Workplace
Management, 42(8), 1081–1093. – An Empirical Investigation Behavioral
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/ Factors Affecting Internet Abuse in the
j.im.2004.12.002 Workplace – An Empirical Investigation.
Lim, V. K. G. (2002). The IT way of loafing on the Proceedings of the Third Annual Workshop
job. Journal of Organizational Behavior, on HCI Research in MIS, Washington, D.C.,
23(5), 675–694. 80–84.
https://doi.org/https://doi.org/10.1002/
job.161
Mahatankoon, P. Anandarajan, M. & Igbaria, M.
(2004). Deveopment of a measure of
personal web usage in the workplace.
Cyberpsychology and Behavior, 93–104.
Neuman, W. L. (2013). Metode penelitian sosial
pendekatan kualitatif dan kuantitatif edisi
ketujuh. PT. Indeks.
Oktariani, C. D., Hubeis, A. V. S., & Sukandar, D.
(2017). Kepuasan Kerja Generasi X Dan
Generasi Y Terhadap Komitmen Kerja Di
Bank Mandiri Palembang. Jurnal Aplikasi
Bisnis Dan Manajemen, 3(1), 12–22.
https://doi.org/https://doi.org/10.17358
/jabm.3.1.12
Oravec, J. A. (2002). Constructive approaches to
Internet recreation in the workplace.
Communications of the ACM, 60–63.
Ozler, D., & Polat, G. (2012). Cyberloafing
Phenomenon in Organizations:
Determinants and Impacts. International
Journal of EBusiness and EGovernment
Studies, 4(2), 1–15.
Robbins, S. P., & Judge, T. A. (2013).
Organisational Behavior (15th ed.).
Pearson.
Sen, E., Tozlu, E., Atesoglu, H., & Ozdemir, A.
(2016). The effect of work stress on
cyberloafing behaviour in hIgher
education institusion. Social Science
Journal, 523–535.
Spector, P. E. (1997). Job satisfaction: Application,
assessment, causes, consequance. Sage.
Stanton, J. M. (2002). Web addict or happy
employee? Company Profile of the
Frequent Internet User. Communications of
the ACM, 45(1), 55–59.
72