You are on page 1of 32

TUGAS 2

TEKNIK REAKSI KIMIA LANJUT

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Slamet

Oleh Kelompok 6:
Andrei Bernadette (2006545250)
Dwi Rachayuningsih (2006545276)
Joses Adyatma P (2006493051)

Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik


Universitas Indonesia
2021

Page 1 of 32
Soal #1

The elementary gas-phase reaction


A+ B →C + D
is carried out in a packed-bed reactor. Currently, catalyst particles 1 mm diameter are packed
inro 4-in. schedule 40 pipe (A, = 0.82126 dm". value of β 0, in the pressure drop equation is
0.001 atm/dm. A stoichiometry mixture of A and B enters the reactor at a total rnolnr flow
rate of 10 mol/ml. a temperature of 590 K, and a pressure of 20 atm. Flow is turbulent
through the bed. Currently, only 12% conversion is achieved w~th 100 kg of catalyst

It is suggested that conversion could be increased by changing the catalyst particle diarneter.
Use the following data to correlate the specific reaction rate as a function of particle diameter
Then use this correlation to determine the catalyst size that gives the highest conversion. As
you will in Chapter 12, k' for first-order reaction is expected to vary according to following
relationship
3
k ' =ηk= 2 ¿
ϕ
where ϕ varies directly with particle diameter, ϕ = cD . Although the reaction is not first
order, one note from Figure 12-5 the functionality for a second order reaction is similar to
Equation (P4-20.1).
a) Show that when the flow is turbulent
DP 0
( )
α ( D p )=α 0
DP
and that α 0=0.8 ×10−4 atm/kg and also show that c = 75 min-1.

b) Plot the specific reaction rate k ' as a function of D p, and compare with figure 12-5
c) Make a plot of conversion as a function of catalyst size
d) Discuss how your answer would change if you had used the effective factor for a
second-order reaction rather than a first-order reaction.
e) How would your answer to (b) change if both the particle diameter
pipe diameter were increased by 50% when
( 1 ) the flow is laminar.
(2) the flow is turbulent.
f) Write a few sentences describing and explaining what would happen if the pressure
drop parameter αis varied.

Jawaban:
Diketahui :
DP = 1 mm X = 0.12
βO = 0.001 atm/dm 3
k ' =ηk= ( ϕ coth ϕ−1 ) k
AC = 0.82126 dm2 Φ
Φ = 0.35
PB = 0.822 kg/dm3

Page 2 of 32
FT0 = 10 mol/min ρC = 2.35 kg/dm3
T0 = 590 K yA0 = 5 mol/menit
P0 = 20 atm Φ = cDP
W = 100 kg

a) Mol Balance

−dX '
=r A /F A 0
dW

Rate Law

−r 'A =k ' C2A


k ' =k η=k ¿
ϕ=c D p

Menggunakan data di atas, didapat


 Nilai Modulus Thiele sangat kecil, η = 1
 Nilai Modulus Thiele sangat besar, η = 3 / Φ = 3 / cDP
3 3 ' k ' 0.06
η= = , dimana Dp=2 mm , k =0.06 , η= = =0.002
ϕ cDp k 3
3
0.02=
c ( 2)
0.04 c=3
3
c= mi n−1=75 mi n−1
0.04

2β G ( 1−θ )
Untuk laju turbulen : α = β 0=
P0 A 0 ρ ( 1−ϕ ) g ρ0 D0 ϕ3 ( 1.75 G )

constant
→α=
Dp
α 0 DP0
α=
DP1

Page 3 of 32
atm
α=
2 β0
=
(
2 0.0001
dm )
A C ( 1−θ ) ρc P0 kg
(
0.82126 d m2 ( 1−0.35 ) 2.35
d m3 )
(20 atm )

α 0=7.97146 ×10−5 k g−1 ≈ 8 ×10−4 k g−1


b) Plot k’ Vs Dp kemudian bandingkan dengan gambar 12.5

Dp k'
2 0,06
1 0,12
0,4 0,3
0,1 1,2
0,02 2,64
0,002 3

3 k' Vs Dp
2.5

1.5
k'

0.5

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2
Dp

Gambar 12.5

Page 4 of 32
Dari gambar 12-5 dan plot k’ terhadap Dp menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai
modulus thiele, semakin menurun juga efektivitas sehingga laju konstanta reaksi (k’) akan
menurun.

c) Plot konversi (X) sebagai dungsi dari ukuran katalis (Dp)

A+ B →C + D

 Neraca mol
dX
F A0 =−r 'A
dW
'
dX −r A
=
dW F A 0
 Persamaan laju
−r 'A =k ' C A C B

Page 5 of 32
Karena Ca = Cb maka,
−r 'A =k ' C A2
3
k ' =ηk= ( ϕ coth ϕ−1 ) k
Φ

Nilai k = 3 dari perhitungan a) diatas

 Stoikiometri
Reaksi fasa gas dan kondisi nya isotermal maka T = To dan nilai 𝜀 = 0 sehingga nilai CA
FA
C A= =C A 0 ( 1−X ) y
υ
dy
Dan menjadi
dW
dy −α
=
dW 2 y
Dimana
D
α =α 0 P 0
DP
2 β0
α 0=
A C ρC ( 1−ϕ ) P0

α 0=7.97146 ×10−5 k g−1

 Gabungan

'
dX −r A
=
dW F A 0
2
dX k ' C A
=
dW F A0
2
dX k ' ( C A 0 ( 1−X ) y )
=
dW F A0
 Nilai C A 0
P 20 atm
C T 0= = =0.4143 M
RT d m3 atm
( 0.082 )
mol . K
(590 K )

CT0
C A 0=C B 0 = =0.207 M
2

Menggunakan Polimath – Ordinary Differential Equations solver, dimasukkan rumus


sebagai berikut ke dalam polymath, nilai Dp divariasikan dari 0.002 sampai 2 lalu
selanjutnya diplotkan

Page 6 of 32
Dp X
0 0
X vs Dp
0,02 0.7 0.6433561

0,04 0.6 0.6085663

0,06 0.5 0.5545531

0,08 0.4 0.5044303


X

0,1 0.3 0.4611323


0,4 0.2 0.1974629
0,8 0.1 0.111723
1,2 0 0.0778858
0 0.5 1 1.5 2 2.5
1,6 0.0597785
Dp
2 0.0485019

Page 7 of 32
Berdasarkan data di atas, didapat bahwa nilai konversi maksimum didapat jika nilai Dp 0.02
dengan konversi sebesar 64.33%. Selanjutnya nilai konversi menurun seiring dengan
meningkatnya diameter katalis yang digunakan

d) Perubahan jika nilai daktor efektifitas digunakan untuk reaksi orde dua,
dibandingkan dengan reaksi orde satu
Hubungan antara nilai efektivitas dan orde reaksi ( laju reaksi) dapat dilihat dengan
persamaan berikut :
k ' =ηk
Pada gambar 12.5 ( gambar di bawah) dapat dilihat bahwa nilai efektivitas factor reaksi
berorde dua lebih rendah daripada nilai rentang reaksi berorde satu. Dari persamaan dan
dari gambar berikut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan factor efektivitas
pada reaksi orde dua akan menurunkan nilai konversi yang dihasilkan. Nilai konversi
yang menurun diakibatkan dari laju reaksi yang menurun.

e) Perubahan jika diameter partikel dan diameter pipa diperbesar 50% Ketika aliran
laminar dna turbulen

 Aliran Laminar

Adanya perubahan diameter partikel dan diameter pipa akan mempengaruhi nilai dari
𝛽0 dan 𝛼0. Persamaan β0 pada aliran laminar dinyatakan sebagai berikut:

G ( 1−ϕ ) 150 (1−ϕ ) μ


β 0=
ρ 0 g C D P ϕ3 DP

m 1 2
dimana G= , dengan AC = π D , maka AC ≈ D2
AC 4

Page 8 of 32
sehingga hubungan antara diameter partikel dan diameter reaktor persamaan 𝛽0 dapat
disederhanakan menjadi:
1
β0 ≈ 2
D P AC

Penambahan diameter partikel sebanyak 50% menjadi 1,5 DP0 dan diameter reaktor
sebanyak 50% menjadi 1,5 D, maka nilai 𝛽′0 adalah:

β0 ( 1.5 D )2 × ( 1.5 D P 0 )2
=
β'0 D 2 × D 2P 0

1
β '0= β
5.0625 0

'
β 0=0.198 β 0

Perubahan nilai 𝛽0 juga akan mempengaruhi nilai 𝛼0, dimana nilai 𝛽0 sebanding
dengan 𝛼0. Hal ini dapat dijelaskan melalui persamaan untuk mencari nilai 𝛼0:

2 β0 β β
α 0= ≈ 0 ≈ 02
A C ρC (1−ϕ) P0 A C D

β0' 0.198 β 0
α '0= 2
=
D ( 1.5 D )2

' β0
α 0=0.088
AC
Setelah dihitung menggunakan polymath maka akan dihasilkan nilai konversi yang
ditunjukkan pada table di bawah ini

Page 9 of 32
Terlihat nilai konversi yang dihasilkan 38,32% dimana nilainya lebih tinggi dari nilai
konversi yang ada di soal yang hanya sebesar 12%.

 Aliran Turbulen

Persamaan β0 pada aliran laminar dinyatakan sebagai berikut:

1.75G 2(1−ϕ)
β 0=
ρ 0 gC D P ϕ 3

m 1 2
Dimana, G= , dengan AC = π D , maka AC ≈ D2
AC 4

Hubungan 𝛽0 dengan diameter partikel dan diameter reactor pada persamaan 𝛽0 dapat
disederhanakan menjadi:

1 1
β0 ≈ 2 atau dapat dibuat lebih sederhana menjadi β 0 ≈ 4
A DP
C D DP

Dengan hubungan tersebut maka didapatkan nilai 𝛽0 yang baru (𝛽0’)

β0 ( 1.5 D )4 ×1.5 D P 0
=
β'0 D4 × D P 0

1
β '0= β =0.132 β 0
7.59375 0

Nilai 𝛼0 juga berubah karena persamaan awalnya adalah

2 β0 β β
α 0= ≈ 0 ≈ 02
A C ρC (1−ϕ) P0 A C D

β0' 0.132 β 0 β0
α '0= 2
= 2
=0.059
D ( 1.5 D ) AC

Page 10 of 32
Jika dihitung menggunakan polymath maka akan terlihat nilai konversinya seperti pada
gambar di bawah ini

Dapat terlihat nilai konversi yang didapatkan yaitu 38,43%, nilai ini meningkat
dibandingkan nilai konversi dengan diameter partikel dan diameter reactor asli yangpada
soal hanya menghasilkan nilai konversi sebesar 12%.

Kesimpulan:
 Pada aliran laminar, nilai 𝛽0 yang baru lebih kecil dibanding dengan nilai 𝛽0 yang
lama. Perubahan nilai 𝛽0 juga akan mempengaruhi nilai 𝛼0, dimana nilai 𝛽0 sebanding
dengan 𝛼0.
 Nilai dari diameter katalis dan reactor berbanding lurus dengan konversi.
 Nilai konversi pada aliran turbulen leih tinggi daripada aliran laminar meskipun hanya
terdapat sedikit perbedaan.

f) Jelaskan apa yang terjadi jika α (parameter pressure drop) bervariasi


Berikut merupakan persamaan yang menyatakan hubungan antara diameter katalis dan
alfa (α ¿ :
D
α ( D P ) =α 0 P 0
DP
Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa nilai dari parameter pressure drop akan
berbanding terbalik dengan nilai diameter katalis. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa nilai dari alfa (α )itu sendiri akan mempengaruhi nilai konversi, semakin tinggi
nilai alfa (α ¿, maka akan semkin kecil konversi. Namun meskipun demikian, nilai dari
diameter katalis tidak selalu berbanding lurus dengan konversi, seperti pada point c,
Ketika konversi optimum, maka penmabahan nilai diameter katalis akan mengurangi
konversi.

g) Pembelajaran/ penerapan kasus di atas terhadap kasus lain

Page 11 of 32
Dalam persoalan ini, dapat ditarik suatu generalisasi untuk kasus lainnya, yaitu mengenai
hubungan antara pressure drop dan konversi. Nilai konversi, akan bervariasi seiring
dengan variasi pressure drop. Nilai konversi, berbanding terbalik dengan nilai pressure
drop. Semakin besar nilai presure drop, maka akan semakin kecil pula nilai konversi.
Semakin kecil nilai pressure drop, maka akan semakin besar nilai konversi. Hubungan
antara konversi (X) dengan pressure drop (P/P0) dapat dilihat pada persamaan:

FA 0 1 P 2
k C2A 0 ( 1−X )2
dX
( )
=
P0
dW

Pressure drop sendiri dapat diestimasi besarannya dari parameter-parameter yaitu 𝛼 dan
𝛽. Nilai pressure drop, berbanding lurus dengan parameter 𝛼 dan 𝛽. Selain itu, nilai
pressure drop juga dapat diestimasi peningkatan atau penurunannya berdasarkan diameter
partikel katalis di dalam reaktor dan diameter reaktor sendiri (luas penampang reaktor).

h) Hal yang dipelajari dari kasus ini:


 Nilai parameter pressure drop akan berbanding terbalik dengan diameter partikel
(katalis).
 Nilai konstanta laju reaksi akan berbanding lurus dengan factor efektivitas dan
berbanding terbalik dengan nilai Dp.
 Nilai Dp akan berbanding lurus dengan nilai X (konversi) namun jika sudah mencapai
kondisi optimum maka nilai Dp tidak lagi berbanding lurus dengan nilai konversi.
 Nilai orde akan mempengaruhi nilai factor efektivitas, dan akan mempengaruhi nilai
konversi.
 Nilai pressure drop akan akan berbanding terbalik dengan konversi.
 Dapat dinyatakan bahwa ada banyak factor yang perlu diperhatikan jika ingin
memperoleh konversi yang maksimum (tinggi).

Soal #2

Nutrition is an important part of ready-to-eat cereal. To make cereal healthier, many nutrients
are added. Unfortunately, nutrients degrade over time, making it necessary to add more than
the declared amount to assure enough for the life of the cereal. Vitamin V 1 is declared at a
level of 20% of the Recommended Daily Allowance per serving size (serving size = 30 g).
The Recommended Daily Allowance is 6500 IU (1.7 ×106 IU = 1 g). It has been found that
the degradation of this nutrient is first order in the amount of nutrients. Accelerated storage
tests have been conducted on this cereal, with the following results:

Temperature (℃) 45 55 65
k (week-1) 0.0061 0.0097 0.0185

Page 12 of 32
(a) Given this information and the fact that the cereal needs to have a vitamin level above the
declared due of 6500 IU for 1 year at 25°C, what IU should be present in the cereal at the
time it is manufactured? Your answer may also be reported in percent overuse:
C ( t=0 )−C (t=1 yr )
%OU = × 100
C (t=1 yr)
(b) At what percent of declared value of 6500 IU must you apply the vitamin? If 10.000.000
lb/yr of the cereal is made and the nutrient cost is $100 per pound, how much will this
overuse cost?
(c) If this were your factory, what percent overuse would you actually apply and why?
(d) How would your answers change if you stored the material in a Bangkok warehouse for 6
months, where the daily temperature is 40℃, before moving it to the supermarket? (Table
of results of accelerated storage tests on cereal; and Problem of vitamin level of cereal
after storage courtesy of General Mills, Minneapolis, MN.)

Jawaban:

(a) Asumsikan volume konstan dalam reaktor batch


dX
Mole balance: C A 0 =−r A
dt
Laju reaksi dan stoikiometri : −r A =k C A=k C A 0( 1−X )
Laju reaksi spesifik : k ( 25 ℃ )=0.0022 weeks−1
Dengan menggabungkan persamaan, didapatkan:

X
dX −1
t=C A 0∫ = ln (1−X )
0 k C A 0 (1− X ) k

−1
52.2 weeks= ln (1−X )
0.0022weeks−1

X =0.108
Karena volume dan massa molekul konstan, maka persamaan C A=C A 0 (1−X ) dapat
dituliskan menjadi:
m A =m A 0 (1− X)
6500 IU =mA 0 (1−0.108)
m A 0 =7287 IU
C −C A 7287−6500
%OU= A 0 × 100= ×100
CA 6500
% OU =12.1%

(b) 1 ×107lbs/yr = 4.58 × 109 g/yr of cereal


Takaran saji = 30g
Jumlah takaran saji pertahun = 4.58 × 109 /30=1.51 ×109 porsi/tahun

Page 13 of 32
Tiap porsi berlebih dalam 787 IU = 4.62 ×10−4 =1.02×10−6 lb
Total berlebihan tiap tahun = (1.51 ×109 porsi/tahun)×(1.02 ×10−6 lbs/porsi) = 154.11
lb/tahun

(c) Apabila nutrisinya terlalu mahal, akan lebih ekonomis untuk menyimpan sereal pada suhu
rendah agar nutrisinya akan rusak secara perlahan, dengan demikian maka jumlah yang
terkunsumsi secara berlebih akan menurun. Pembiayaan untuk penyimpanan dapat
dibuktikan sebagai alternatif yang lebih mahal. Analisa pembiayaan dibutuhkan agar
dapat menentukan situasi yang optimal.

(d) k ( 40℃ ) =0.0048 weeks−1 6 bulan=26 weeks

X
dX −1
t=C A 0∫ = ln (1−X )
0 k C A 0 (1− X ) k

−1
26 weeks= ln (1−X )
0.0048 weeks−1

X =0.12
Karena volume dan massa molekul konstan, maka persamaan C A=C A 0 (1−X ) dapat
dituliskan menjadi:
m A =m A 0 (1− X)
6500 IU =m A 0 (1−0.12)
m A 0 =7386 IU
C A 0−C A 7386−6500
%OU = × 100= ×100
CA 6500
% OU =13.6 %

Soal #3

The liquid-phase reaction


A+ B →C
follows an elementary rate law and is carried out isothermally in a flow system. The
concentrations of the A and B feed streams are 2 M before mixing. The volumetric flow rate
of each stream is 5 dm3/min, and the entering temperature is 300 K. The streams are mixed
immediately before entering. Two reactors are available. One is a gray 200.0-dm 3 CSTR that
can be heated to 77°C or cooled to 0℃, and the other is a white 800.0-dm3 PFR operated at
300 K that cannot be heated or cooled but can be painted red or black. Note k = 0.07
dm3/mol-min at 300 K and E = 20 kcal/mol.
(a) Which reactor and what conditions do you recommend? Explain the reason for your
choice (e.g., color, cost, space available, weather conditions). Back up your reasoning
with the appropriate calculations.

Page 14 of 32
(b) How long would it take to achieve 90% conversion in a 200-dm3 batch reactor with CA0 =
CB0 = 1 M after mixing at a temperature of 77℃?
(c) What would your answer to part (b) be if the reactor were cooled to 0°C?
(d) What conversion would be obtained if the CSTR and PFR were operated at 300 K and
connected in series? In parallel with 5 mol/min to each?
(e) Keeping Table 4-1 in mind, what batch reactor volume would be necessary to process the
same amount of species A per day as the flow reactors while achieving 90% conversion?
Referring to Table 1-1, estimate the cost of the batch reactor.
(f) Write a couple of sentences describing what you learned from the problem and what you
believe to be the point of the problem.

Jawaban:

(a) Laju reaksi: rA = -kCACB CA = CA0 (1-X) Cj = Fje/vj


3
CSTR V = 200 dm T = 350 K
Dengan menggunakan persamaan Arrhenius pada reaktor CSTR pada suhu 350K, yields
untuk laju reaksi spesifik, maka didapatkan:

20000 1 1
k =0. 07 exp (

1.987 300 350 )
k =8.45 dm /mol . min
3

Persamaan untuk model reactor CSTR:


V (kC 2A 0 (1−X )2 )
X=
10

( 200 dm3 ) (8.45 dm3 /mol . min)(1 mol /dm3 )2( 1−X )2
X=
10 mol/min
X =0.925
PBR V = 800 dm3 T = 300 K
Persamaan untuk model reactor PBR:
dX
F A0 =−r A
dV

2 2
dX −r A kC A 0 ( 1−X )
= =
dV F A 0 FA0

( 0.07 dm3 /mol/ min ) (1 mol /dm3)2 (1− X)2


dX = dV
10 mol /min
2
X kC V
= A0
1−X F A0
X =0.85
Dari hasil di atas, maka reaktor CSTR dipilih untuk digunakan.

Page 15 of 32
(b) Reaktor batch, V = 200dm3, CA0 = CB0 = 1 M, NA0 = NB0 = 200 mol, X = 90% = 0.90.
Asumsikan isothermal. Dengan demikian, persamaannya dapat dimodelkan menjadi:
X
dX
t=N A 0∫
0 −r A V

X
200 mol dX
t= ∫ (1−X
3 2
3
( 8.45 dm /mol . min )( 1mol /dm ) ( 200 dm ) 3
0 )2
t=1.06 min

(c) T = 273 K
k =2.54 ×10−3

( 200 ) ( 9 )
k= =3543 minutes
( 2.54 ×10−3 ) ( 200 )

k =2.5 days

(d) 1) Hubungan antara CSTR dan PFR dalam susunan seri

2
( 200 dm3 ) ( 0.07 dm3 /mol . min ) ( 1 mol/dm3 ) (1− X)2
X CSTR =
10 mol/ min
X CSTR =0.44
Untuk PFR,
dX
F A0 =−r A
dV

( 0.07 dm3 /mol/ min ) C A 0 (1−X ) ( 1−X )2


dX = dV
10 mol/min

X 2
dX ( 0.07 dm3 /mol /min ) ( 1 mol/dm3 ) (800 dm3)
∫ = dV
0.44 ( 1− X )3 10 mol /min

X CSTR =0.736

2) Hubungan antara CSTR dan PFR dalam susunan paralel


2
( 200 dm3 ) ( 0.07 dm3 /mol . min ) ( 1 mol/dm3 ) (1− X)2
X CSTR =
5 mol/min
X CSTR =0.56

Untuk PFR,

Page 16 of 32
X 2
dX ( 0.07 dm3 /mol / min ) ( 1 mol/dm3 ) (800 dm3)
∫ ( 1− X )2 = dV
0
5 mol / min

X CSTR =0.92
0.56+0.92
Dengan demikian, konversi akhirnya X = =0.74
2

(e) Untuk memproses jumlah yang sama dengan spesi A, maka reactor harus mampu:
dm3 min h mol
2M 5 (
min
60 )(
hr
24
day )(
= 14400
day)( )
Apabila reaktan dalam konsentrasi yang sama dengan yang terdapat pada flow reactors,
maka:
mol dm3 dm3
(
V = 14400
day
1 )(
mol
=14400
day)
Dari perhitungan di atas sebuah reaktor harus mampu memproses 14400 dm 3 setiap 24
jam atau 1 hari.
Pada saat mencapai konversi 90% pada suhu 300 K, waktu yang dibutuhkan adalah
sebesar:
2
dX −r A V kC A 0 (1−X ) V
= =
dt N A0 N A0

NA0 X N
tR= 2 , dan karena A 0 =C A 0 , maka:
Vk C A0
1−X V

1 X 1 0.9
tR= = =2.14 hr
k C A 0 1− X dm3 mol 0.1
( 4.2
mol . hr )(
1 3
dm )
Diasumsikan bahwa dibutuhkan 3 jam untuk mengisi, mengosongkan dan memanaskan
untuk suhu reaksi, dengan demikian:
t f =3 jam
t total=t r +t f
t total=2.14 jam+ 3 jam=5.14 jam
Dengan demikian, 4 batch dalam sehari dan reaktor volume yang dibutuhkan adalah

14400 dm3 3
=3600 dm
4

Berdasarkan tabel 1-1 dan 3600 dm3 (sekitar 1000 galon), biaya yang dibutuhkan adalah
sebesar $85,000 untuk reaktornya.

(f) Inti permasalahan:

Page 17 of 32
a. Untuk menentukan perbedaan signifikan dalam waktu proses pada suhu yang berbeda
(seperti dengan membandingkan part (b) dan (c)).
b. Reaksi yang berlangsung sangat cepat pada 77℃ pada reaktor batch tidak sesuai
dengan alasan satu menit dan tiga jam untuk mengisi dan mengosongkan.
c. Informasi warna reactor tidak berhubungan dengan soal.

Soal #4

Worthless Chemical has been making tirene (B) from butalene (A) (both dark liquids) using a
12 ft3 CSTR followed by a 4.5 ft3 PFR. The entering flow rate is 100 mol/min of butalene
(A). The feed is heated to 60 °C before entering the CSTR. A conversion of 80% (X i) is
typically achieved using this arrangement.

One morning, the plant manager, Dr. Pakbed, arrived and found that the conversion had
dropped to approximately 36% (Xii). After inspecting the reactors, the PFR was found to be
working perfectly, but a dent was found in the CSTR that may have been caused by
something like a fork-lift. He also noted that the CSTR, which normally makes a "woosh"
sound was not as noisy as it had been the previous day.
1. Discuss of all the things that could cause the drop in conversion. Propose tests to
confirm the explanations. Quantity the explanations with numerical calculations,
where possible.
2. In order to meet the production schedules down stream, it needs a conversion of at
least 70%. Can this conversion be obtained without taking time to fix to the CSTR?

Diketahui:

Plot kebalikan dari laju reaksi versus konversi disajikan sbb:

Page 18 of 32
Jawaban:

Pertama, analisis masalah dengan menentukan ukuran reaktor secara grafis pada plot laju
reaksi terbalik (1/-rA) versus konversi (X).

Bagaimana operasi sebelum kerusakan pada CSTR:

Bagaimana operasi setelah kerusakan pada CSTR:

Page 19 of 32
Diketahui bahwa laju reaksi (-rA) dalam CSTR turun secara signifikan.

Kemungkinan malfungsi yang dapat menyebabkan perubahan laju reaksi:


 Mungkin ada bagian tangki yang penyok dan menyebabkan dead-zone (area di mana
ada pencampuran yang tidak sempurna) di dalam reaktor, sehingga pencampuran di
CSTR tidak baik. Sampel dapat diambil dari berbagai lokasi di CSTR dan memeriksa
konsentrasinya.
 Mungkin ada kesalahan dalam mengukur konversinya. Peralatan lab harus diperiksa.
 Mungkin aliran ke atau dari CSTR tidak lagi dioptimalkan. Jika aliran ke CSTR terlalu
rendah, maka tidak akan didapatkan produk yang cukup. Jika aliran meningkat, maka
konversi turun. Hal ini dietahui dari keseimbangan mol di CSTR. Dengan volume yang
konstan, peningkatan FA0 akan menyebabkan penurunan konversi.
X
V =F A 0 ( )
−r A
Pengukur aliran dan pompa antara penukar panas dan CSTR harus diperiksa untuk
memastikannya beroperasi dengan benar.
 Suhu umpan mungkin terlalu rendah. Ini akan menurunkan konstanta laju (k) dan laju
reaksi kita (-rA), jika reaksinya endotermik. Jika suhu terlalu tinggi dan reaksinya
eksotermik, itu juga akan menurunkan laju reaksi. Perlu diperiksa dan dipastikan bahwa
penukar panas dan sensor suhu berfungsi dengan baik.
 Penyok mungkin telah menurunkan volume CSTR yang cukup untuk menyebabkan
pergeseran ke kiri sepanjang grafik. Tangki harus dikosongkan dan diperbaiki bagian
yang penyok.
 Konsentrasi umpan mungkin terlalu rendah. Hal itu dapat menyebabkan penurunan laju
reaksi dan pergeseran ke kiri dalam konversi. Konsentrasi umpan harus diperiksa.

Page 20 of 32
 Mungkin agitator di CSTR rusak. Itulah mengapa reaktor mengeluarkan suara yang
berbeda. Jika cairan dalam CSTR tidak tercampur dengan baik, laju reaksi akan
menurun. Agitator harus diinspeksi.

Untuk memenuhi jadwal produksi di hilir, diperlukan konversi minimal 70%. Konversi ini
dapat diperoleh tanpa meluangkan waktu untuk memperbaiki CSTR dengan cara membalik
urutan reaktor. Jika PFR mendahului CSTR, CSTR dapat mencapai konversi akhir lebih dari
70%.

Langkah pertama adalah menemukan konversi PFR (Xi) melalui integrasi grafis.

Diketahui bahwa volume PFR adalah 4,5 ft3. Menggunakan Simpson’s one-third rule
[Appendix A.4 Numerical Evaluation of Integrals, Elements Chemical Reactio Engineering
(3rd edition by H. Scott Fogler)], ditemukan bahwa PFR dapat memperoleh konversi sebesar
21% (Xi = 0,21).

X2
h
∫ f ( X )dX=¿ 3 [ f ( X 0)+ 4 f (X 1 )+ f ( X 2)] ¿
X0

Dimana,
X 2−X 0
h= , X1 = X0 + h
2
Maka,

0.21
1 h 1 1 1
V =F A 0 ∫
0 −r A
dX=¿ F A 0
[
3 −r A ( 0 )
+4
( )+
]
−r A ( 0.105 ) −r A ( 0.21 )
¿

¿ 100 ( 0.105
3 )
(1.29)=4.5 ft 3

Trial and error untuk menemukan titik pada grafik (kebalikan dari laju reaksi (1/-r A) versus
konversi (X)) yang memberi volume CSTR yang sesuai. Ditemukan bahwa CSTR dapat
mencapai konversi akhir sebesar 73%.

1
V =F A 0
[ ]
( X −X i ) =100 [0.23 (0.73-0.21)] = 12 ft3
−r A ii

Page 21 of 32
Plot terakhir adalah sbb:

Soal #5

Reaksi Isomerisasi fasa likuid A ⇌ B terjadi secara isotermal pada CSTR yang volumenya
1000 galon. Reaksi tersebut orde dua baik reaksi maju maupun sebaliknya. Likuid masuk
bagian atas reaktor dan ke luar melalui bagian bawah. Data eksperimen menunjukkan bahwa
konversi CSTR yaitu sebesar 40%. Reaksi tersebut merupakan reversibel dengan K c =¿ 3
pada 300 K, dan ∆ H oRX =−25000cal/mol. Asumsikan data diambil pada suhu 300 K dan E =
15000 cal/mol, berapa suhu yang anda rekomendasikan untuk mencapai konversi
maksimum? Berikut adalah rumus yang digunakan.

o
1 1 ∆ H RX
(
K C ( T ) =K C ( T 0 ) exp [
)− ¿
T0 T R
]¿

Jawaban:

A⇌B
T 0=300 k , K CO ( 300 k )=3.0 V =1000 gal=3785.4 d m 3

Mol balance:

Page 22 of 32
F Ao X
V=
−r A
Rate Law:
C 2B
[
−r A =k o C −2
A
KC ]
Stochiometry:
C A=C AO ( 1−X ) dan C B=C B 0 X

F AO X
V=
 k oC A0 X2
[ ( 1− X )2−
KC ]
X2

Z=
F AO [
V ( 1−X ) −
2

KC ] =
3785.4
[ 2
0.6 −
0.42
]
ko C A 0 X 0.4 3

 Z=2902.2 d m3

Selanjutnya menggunakan
Z X
V=
z() X 2
❑ f ( X )=0=V −

Z
z ( ) ( 1−XX) − X 2

[ 2
( 1−X ) −
KC ] [ 2

KC ]
k E 1 1
z=
k0
=exp −
R T0 T ([ ]) dan

∆ H oRX 1 1
K c =K CO exp
[ R ( −
T0 T )]
Selanjutnya dimasukkan ke dalam Polimath nonlinear Equations solver

Page 23 of 32
Hasilnya adalah sebagai berikut

T pada 300 K

T pada 301K

T pada 303 K

T pada 304 K

T pada 305 K

Page 24 of 32
T pada 305.5 K

T pada 307 K

T pada 310 K

T pada 315 K

Selanjutnya dibuat dalam tabel


T(in K) X
300 0.4 Grafik X terhadap T
301 0.4075 0.43

303 0.4182 0.42

304 0.4213 0.41


0.4
305 0.4228
0.39
305.5 0.4229
0.38
305.9 0.4227
0.37
307 0.421
0.36
310 0.4072
0.35
315 0.3635
0.34
0.33
298 300 302 304 306 308 310 312 314 316

Page 25 of 32
Adanya X maksimum ini pada suhu 305.5 K dikarenakan karena pada 305.5 K kecepatan
reaksi berada pada titik optimum dimana jika suhunya rendah, Kecepatan reaksi rendah tetapi
jika suhu terlalu tinggi walaupun laju kinetik tinggi tetapi ekuilibirium reaksi berubah ke kiri
sehingga reaksi tidak boleh melebihi ekuilibirium

Soal #6

The catalytic reaction A → B to be carried out in a flow reaction system (CSTR and/or PFR)
has the following rate law,
k . CA
−r A = 2
( 1+ K A C A )
Where k = 1 min-1 and KA = 1 dm3/mol. The entering concentration of A is 2 mol/dm 3. What
type of reactor or combination of reactors would have the smallest volume to
a) Achieve 50% conversion
b) Achieve 80% conversion
c) With the same question, do variation of CA0 (1, 2, and 5 mol/dm3), what are the
conclusions to achieve 80% conversion.

Jawaban:

k = 1 min-1
KA = 1 dm3/mol
CA0 = 2 mol/dm3

k . CA
−r A = 2
( 1+ K A C A )

CA = CA0 (1 – X)

C A 0 (1 – X )
−r A = 2
[ 1+C A 0 ( 1 – X )]

XA -rA 1/-rA
0 0,222222 4,5
0,1 0,229592 4,355556
0,2 0,236686 4,225
0,3 0,243056 4,114286
0,4 0,247934 4,033333
0,5 0,25 4
0,6 0,246914 4,05
0,7 0,234375 4,266667
0,8 0,204082 4,9
0,9 0,138889 7,2

Page 26 of 32
1/-rA Vs XA
8
7
6
5
1/-rA

4
3
2
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
XA

a) The smallest volume to achieve 50% conversion

Untuk CSTR:
FA 0 X
V CSTR =
−r A
1
Produk atau areadari X dan (area biru)
−r A
Untuk PFR:
Area di bawah kurva untuk X = 0 sampai X = 0,5
Yang mana lebih besar dari CSTR (area orange muda dan orange gelap)

Jadi digunakan reaktor CSTR untuk mendapatkan volume terkecil untuk mencapai
konversi 50%.

b) The smallest volume to achieve 80% conversion

Page 27 of 32
Sampai konversi 50% menggunakan CSTR, kemudian menggunakan PFR sampai dengan
konversi 80%.

Area CSTR extra adalah saat menggunkan CSTR dan CSTR secara seri, yang mana lebih
besar volumenya daripada menggunakan CSTR dan PFR secara seri.

Jadi digunakan reaktor CSTR dan PFR secara seri untuk mendapatkan volume
terkecil untuk mencapai konversi 80%.

c) With the same question, do variation of C A0 (1, 2, and 5 mol/dm3), what are the
conclusions to achieve 80% conversion.

(c.1) CA0 = 1 mol/dm3


XA -rA 1/-rA
0 0,25 4
0,1 0,249307 4,011111
0,2 0,246914 4,05
0,3 0,242215 4,128571
0,4 0,234375 4,266667
0,5 0,222222 4,5
0,6 0,204082 4,9
0,7 0,177515 5,633333
0,8 0,138889 7,2
0,9 0,082645 12,1

Page 28 of 32
1/-rA Vs XA
14

12

10

8
1/-rA

0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
XA

(c.1.a) The smallest volume to achieve 50% conversion

Untuk CSTR:
1
Produk atau areadari X dan (area biru)
−r A
Untuk PFR:
Area di bawah kurva untuk X = 0 sampai X = 0,5
Yang mana lebih kecil dari CSTR (area orange muda)

Page 29 of 32
Jadi digunakan reaktor PFR untuk mendapatkan volume terkecil untuk
mencapai konversi 50%.

(c.1.b) The smallest volume to achieve 80% conversion

Sampai konversi 50% menggunakan PFR, kemudian menggunakan PFR sampai


dengan konversi 80%.

Area CSTR extra adalah saat menggunkan PFR dan CSTR secara seri, yang mana
lebih besar volumenya daripada menggunakan PFR dan PFR secara seri.

Jadi digunakan reaktor PFR dan PFR secara seri untuk mendapatkan volume
terkecil untuk mencapai konversi 80%.

(c.2) CA0 = 2 mol/dm3

Jawaban sama dengan point (a) dan (b)


(c.3) CA0 = 5 mol/dm3

XA -rA 1/-rA
0 0,138889 7,2
0,1 0,14876 6,722222
0,2 0,16 6,25
0,3 0,17284 5,785714
0,4 0,1875 5,333333
0,5 0,204082 4,9
0,6 0,222222 4,5
0,7 0,24 4,166667

Page 30 of 32
0,8 0,25 4
0,9 0,222222 4,5

1/-rA Vs XA
8
7
6
5
1/-rA

4
3
2
1
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1
XA

(c.3.a) The smallest volume to achieve 50% conversion

Untuk CSTR:
1
Produk atau areadari X dan (area biru mda)
−r A
Untuk PFR:
Area di bawah kurva untuk X = 0 sampai X = 0,5
Yang mana lebih besar dari CSTR (area orange muda dan orange gelap)

Page 31 of 32
Jadi digunakan reaktor CSTR untuk mendapatkan volume terkecil untuk
mencapai konversi 50%.

(c.3.b) The smallest volume to achieve 80% conversion

Sampai konversi 50% menggunakan CSTR, kemudian menggunakan CSTR sampai


dengan konversi 80%.

Area PFR extra adalah saat menggunkan CSTR dan PFR secara seri, yang mana lebih
besar volumenya daripada menggunakan CSTR dan CSTR secara seri.

Jadi digunakan reaktor CSTR dan CSTR secara seri untuk mendapatkan
volume terkecil untuk mencapai konversi 80%.

Page 32 of 32

You might also like