You are on page 1of 15

PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No.

2, Desember 2014:

DERADIKALISASI AGAMA MELALUI


PENDIDIKAN MULTIKULTURAL-INKLUSIV
(Studi pada Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo)
Rohmat Suprapto
Universitas Muhammadiyah Semarang
E-Mail: rohmat@unimus.ac.id

Abstract: Lately religious life in Indonesia experienced a fairly loud dynamics with the
emergence of many cases of religious radicalism background. This has resulted in loss
of lives wasted and physical damage to the building. But more horrible is the breakdown
of social relations between the nation and the erosion of social capital of trust between
one another. Though the government has taken various measures such as the
establishment of BNPT, Detachment 88 anti-terror legislation and government regulation
on the prohibition of blasphemy/desecration of religion. However, this step does not
reduce the percentage of religious radicalism. Even more days of religious radicalism
increasingly fertile. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Central Java have developed
and internalized models of religious education curriculum-based multicultural inclusivism
in order to counteract the movement of religious radicalism. The curriculum is a set of
values that are as straight as implemented by students, such as living together,
understand each other differentness, diversity of teaching. The students are taught to
live in peace, side by side with each other, in the middle of the variance differences exist
between them. In addition, the value Uswah Khasanah (good role models) from Kyai
and the Ustadz/Theacer of the main pillars in the internalization efforts multicultural-
inclusivism values in Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.

Keywords: deradicalised of religion; pesantren; multicultural-inclusivism.

Abstrak: Akhir-akhir ini kehidupan beragama di Indonesia sangat dinamis dengan


munculnya berbagai kasus yang berlatar belakang radikalisme keagamaan. Radikalisme
keagamaan telah mengakibatkan ribuan nyawa melayang dan kerusakan fisik yang
luarbiasa. Tetapi yang lebih mengerikan adalah jalinan hubungan dan kepercayaan
antarwarga sebagai modal social mengalami erosi yang cukup dalam. Pemerintah telah
mengambil berbagai langkah seperti pembentukan BNPT, Densus 88, undang-undang
anti-teror dan peraturan pemerintah tentang larangan penghujatan / penodaan agama.
Namun, langkah ini tidak mengurangi persentase radikalisme agama. Semakin lama
radikalisme agama semakin subur. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Jawa Tengah
telah mengembangkan dan menginternalisasikan model kurukulum agama berbasis
inklusivisme multikultural untuk menangkal gerakan radikalisme agama. Kurikulum
merupakan seperangkat nilai-nilai yang disusun dan diterapkan oleh siswa, seperti
hidup bersama, saling memahami keperbedaan satu dengan yang lain, dan keragaman
mengajar. Para siswa diajarkan untuk hidup dalam damai, berdampingan satu sama
lain, di tengah-tengah ragam perbedaan diantara mereka. Selain itu, nilai Uswah

246
Deradikalisasi Agama Melalui ... (Rohmat Suprapto)

Khasanah (teladan yang baik) dari Kyai dan Ustadz menjadi pilar utama dalam upaya
internalisasi nilai-nilai multikultural-inklusivisme di Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.

Kata kunci: deradikalisasi agama; pesantren; multikultural-inklusif.

PENDAHULUAN Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan


Keamanan (Menkopolhukam) Djoko
Akhir-akhir ini kehidupan umat ber- Suyanto 1 bahwa terorisme masih tetap
agama di Indonesia mengalami dinamika merupakan ancaman nyata dan serius
yang cukup keras dengan munculnya yang setiap saat dapat membahayakan
banyak kasus radikalisme yang menuntut keamanan bangsa dan negara, terorgani-
keprihatinan kita bersama sebagai bangsa. sasi mempunyai jaringan luas, serta meng-
Pemerintah sesungguhnya telah mengatur ancam perdamaian dan keamanan nasio-
kehidupan beragama ini dalam berbagai nal maupun internasional, sehingga
peraturan perundangan. Mulai dari UU memerlukan penanganan secara terpusat,
Program Pembangunan Nasional Bidang terpadu dan terkoordinasi.
Keagamaan No 25 Tahun 2000 tentang Meskipun pemerintah sudah mener-
peningkatan kualitas pelayanan dan bitkan berbagai macam peraturan dan un-
pemahaman agama, kehidupan beragama, dang-undang yang mengatur tata kehidupan
serta peningkatan kerukunan intern dan beragama agar terjadi harmonisasi kemanu-
antar umat beragama. Peraturan Presiden siaan sejati, namun sepertinya radikalisme
No. 1/PNPS tahun 1965 tentang pen- atas nama agama tidak berhenti, justru
cegahan penyalahgunaan dan/penodaan sebaliknya kian hari kian bertambah dengan
agama. Kemudian Surat Keputusan berbagai bentuk, baik itu penganiyaan,
Menteri Agama No. 70/1978 tentang pembakaran, perobohan tempat ibadah,
pedoman penyiaran agama. penodaan ajaran dan keyakinan agama, serta
Disamping itu, pemerintah juga telah penghinaan terhadap keyakinan agama atau
mengatur tentang Tindak Pidana Terorisme pemahaman ajaran orang lain.2
melalui Undang-Undang No 15 Tahun Menurut Imam Mustofa3, Ketua Ika-
2003. Dari Undang-undang ini Pemerintah tan Keluarga Alumni Pondok Pesantren UII
telah menerbitkan Peraturan Presiden Yogyakarta, Kurang efektifnya langkah-
(Perpres) Nomor 46 tahun 2010 tentang langkah untuk memutus mata rantai radi-
pembentukan Badan Nasional Penanggu- kalisme dan terorisme diantaranya disebab-
langan Terorisme (BNPT) yang ditanda- kan oleh pendekatan yang cenderung
tangani Presiden tanggal 16 Juli 2010. militeristik yang mengedepankan proses
Pertimbangan lain yang mendasari hukum. Langkah ini pada dasarnya hanya
terbitnya Perpres ini menurut Menteri memotong langkah dari tengah, belum

1
Djoko Suyanto, Presiden terbitkan Kepres tentang BNPT 16 Juli 2010, www.antaranews.com, 30 Juli
2010
2
Tedi Khaliluddin, Laporan Tahunan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Jawa Tengah Tahun
2012, Hasil Penelitian Kebebasan Beragama di Jawa Tengah Tahun 2012
3
Imam Mostofa, detik.com, 2010.

247
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014:

menelisik jauh dan mengoptimalkan pen- Baasyir memiliki jaringan kuat sebagai otak
dekatan lain, seperti pendekatan ekonomi, beberapa pengeboman di beberapa tempat
politik dan pendekatan agama. tadi.8
Dalam konteks ini diperlukan sebuah Upaya deradikalisasi agama melalui
ihtiar deradikalisasi yang lebih terstruktur, pesantren ini menurut hemat penulis sema-
santun dan penuh dengan nilai-nilai bu- kin kuat melihat kenyataan bahwa pim-
daya ketimuran yakni melalui internalisasi pinan Ponpes Al-Mukmin Ngruki Suko-
nilai-nilai multukulturalisme-inklusivisme harjo Jawa Tengah KH. Abu Bakar Baasyir
dalam kehidupan beragama di masya- pada Kamis 16 Juni 2011, divonis bersalah
rakat.4 Internalisasi nilai-nilai multukul- oleh PN Jakarta Selatan karena terbukti
turalisme-inklusivisme sesungguhya meru- secara sah dan meyakinkan menggerakkan
pakan gerakan menangkal terhadap nilai- orang lain dalam menggunakan dana
nilai keberagamaan ekslusif. 5 Nilai-nilai untuk melakukan tindak pidana terorisme.
eksklusif tentu tidak diharapkan oleh Islam, Pelanggaran dilakukan sebagaimana yang
karena Islam dalam orientasi dakwahnya diatur dalam Pasal 14 jo Pasal 11 UU 15/
senantiasa mengajarkan nilai rahmatan lil 2003 tentang Pemberantasan Tindak
alamain, penuh dialog dan meninggikan Pidana Terorisme. Kondisi semacam itu
nilai-nilai humanis6. menjadi faktor terhadap kenapa pesantren
Menurut M. Khusna Amal 7, proses harus dilibatkan dalam upaya deradi-
deradikalisasi akan lebih efektif jika meli- kalisasi agama ini.
batkan pondok pesantren. Hal ini karena, Kedua, secara kuantitas jumlah pon-
pertama pesantren disinyalir sebagai sarang dok pesantren secara nasional cukup besar
teroris, persoalan ini mencuat setelah yakni sejumlah 25.000 pesantren dengan
tragedi Legian Bali atau yang terkenal jumlah santri yang mencapai 3,65 juta
dengan Bom Bali I dan Bom Hotel JW. santri yang tersebar di 33 propinsi. (www.
Marriot yang melibatkan Amrozi CS yang kemenag.go.id). adalah merupakan potensi
memiliki hubungan kental dengan Pesan- tersendiri sebagai media yang sangat efektif
tren Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo. Bahkan guna melakukan upaya deadikalisasi
Amerika serikat dan media Barat meng- agama melalui pendidikan multikultural-
klaim beberapa pondok pesantren sebagai inklusivisme ini.
sarang teroris. Diantaranya Pesantren Ketiga, kehidupan pesantren sarat
Hidayatullah yang terletak 35 km Kota dengan nilai, pemikiran dan kehidupan
Balikpapan Kalimantan Timur dan yang sederhana, kejujuran, toleran (tasa-
Pesantren Al-Mukmin Ngruki Solo Jawa muh), moderat, (tawasuth), seimbang
Tengah. Amerika menuduh Abu Bakar dengan faham inklusifitas (infitahiyyah)

Abu Rokhmad, “Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal”, Walisongo, 20 No
4

1 (Mei, 2012), hlm. 79.


5
Edi Susanto, “Pendidikan Agama Berbasis Multikultural (Upaya Strategis Menghindari
Radikalisme)”, KARSA: Jurnal Studi KeIslaman, VOL. IX No. (1 April 2006), hlm. 785.
6
QS. Al-Anfal: 125.
7
M. Khusna Amal, “Kontestasi dan Negosiasi Agama, Lokalitas dan Harmoni Sosial di Kota
Padalungan”, dalam Harmoni, Volume VII, Jakarta, Puslitbang Kehidupan Keagamaan, (Oktober-
Desember 2008), hlm. 8.
8
Tempo, 2002.

248
Deradikalisasi Agama Melalui ... (Rohmat Suprapto)

dan pluralitas (ta’addudiyyah). Nilai dan METODE PENELITIAN


pemikiran tersebut akan sangat membantu
dalam proses deradikalisasi agama dalam Sebagaimana nampak dalam tema
rangka penanggulangan terorisme9. penelitian di atas, maka penelitian ini
Berpijak dari latar belakang masalah merupakan penelitian kualitatif yang
diatas, maka rumusan masalah penelitian menekankan pada pendekatan psikologi
ini adalah: agama, yaitu pendekatan untuk meneliti
1. Bagimana model kurikulum pendidikan dan menelaah kehidupan beragama pada
multikultural-inklusivisme yang dikem- seseorang dan mempelajari seberapa besar
bangkan di Ponpes Imam Suhodo Kab pengaruh keyakinan atau pengetahuan
Sukoharjo Jawa Tengah. tentang agama yang diperoleh terhadap
2. Bagaimana proses internalisasi nilai- sikap dan tingkah laku pada umumnya.10
nilai multiultural-inklusivisme yang Teknik pengumpulan data digunakan
dilaksanakan di Ponpes Imam Suhodo dengan tiga cara yakni wawancara, doku-
Kab.Sukoharjo Jawa Tengah. mentasi, pengamatan Bogdan dan Biklen11
3. Apakah penarapan pendidikan multi- Pertama, teknik wawancara mendalam
kultural-inklusivisme yang dikembang- (indept interview) dilakukan dengan subyek
kan di Ponpes Imam Suhodo Kab Suko- yang cukup representative sehingga
harjo Jawa Tengah ini efektif sebagai upa- ucapan, fikiran, gagasan perasaan atau
ya deradikalisasi agama pada umumnya? tindakannya dapat terungkap dan tere-
Tujuan dan manfaat dari hasil pene- kam. Kedua, dokumentasi. Pada teknik ini,
litian adalah: digali data melalui daftar pertanyaan
1. Untuk mengetahui tentang model kuri- tertulis yang disebarkan pada subyek
kulum pendidikan multikultural-inklu- penelitian. Teknik ini dipergunakan untuk
sivisme yang dikembangkan di Pondok mendapatkan data tentang pemahaman
Pesantren Imam Syuhodo yang terletak radikalisme agama, dan nilai-nilai yang
di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah dikembangkan oleh ponpes Imam Suhodo
dalam upaya menangkal terhadap pola dalam rangka deradikalisasi agama, serta
pikir dan gerakan radikalisme agama. pemahaman dan perilaku mereka setelah
2. Untuk mengetahui tentang proses mendapatkan kurikulum tentang nilai-nilai
internalisasi nilai-nilai multikultura- keperbedaan dan memahami keperbedaan
inklusivisme yang dilaksanakan di pemahaman keagamaan. Ketiga, penga-
Ponpes Imam Suhodo Kab. Karanga- matan. Metode ini dilakukan dengan cara
nyar Jawa Tengah. mengamati secara langsung tentang kondisi
3. Untuk mengetahui apakah model obyek penelitian di lapangan, baik yang
pendidikan Multikultural-Inklusivisme berupa keadaan fisik maupun perilaku
yang dikembangkan oleh Ponpes Imam yang terjadi selama berlangsungnya
Syuhodo ini efektif sebagai upaya dera- penelitian.
dikalisasi agama pada umumnya ?

Rohmat Suprapto, Laporan Penelitian Persepsi Santri Ponpes di Sukoharjo terhadap Jihad dan Terorisme,
9

Penelitian Dosen Muda Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah, 2007.


10
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1976).

249
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014:

Analisis data dilakukan dengan meng- Baru untuk TA 1995/1996.


gunakan metode induktif, yakni dengan Dalam rangka suksesnya pendirian
menilai fakta-fakta empiris atau lapangan pesantren ini, maka PCM Blimbing mem-
yang ditemukan dan kemudian dicocokkan bentuk dua kepanitiaan. Panitia pertama
dengan landasan yang ada. memperisiapkan perangkat keras seperti
gedung, ruang kelas dan sarana prasarana
HASIL PENELITIAN DAN PEM- yang lain sehingga saat penerimaan santri
BAHASAN baru diperkirakan semua sudah siap.
Sedangkan panitia kedua lebih pada per-
A. Sejarah Singkat Ponpes Imam Syu- siapan perangkat lunak, yakni panitia yang
hodo Sukoharjo merumuskan model pesantrena mana
Pada tahun 1970 Pimpinan Cabang yang akan menjadi model dan yang akan
Muhammadiyah Blimbing Daerah Suko- dikembangkan, bagaimana kurikulumnya
harjo menerma wakaf berupa sebidang aplikasi di lapangan, cara rekruitmen
tanah seluas 11.350 m dari Koperasi Batik ustadz dan santri-santrinya.
Sukowati Bekonang Sukoharjo, dengan Pada tahun 1995 Pondok Pesantren
tambahan amanah dari wakif agar tanah Modern Imam Syuhodo Muhammadiyah
tersebut dipergunakan untuk Pondok Cabang Blimbing Daerah Sukoharjo resmi
Pesantren. Pada tahun itu pula Pimpinan didirikan. Sesuai dengan tujuan didirikan
Cabang Muhammadiyah Blimbing me- pesantren ini guna mencetak kader Per-
mulai pembangunan beberapa gedung dan syarikatan khususnya dan Islam pada
pada tahun 1975 beberapa gedung telah umumnya yang TAQWA, PRESTASI dan
terbangun. Karena faktor Sumber Daya MANDIRI. Dengan harapan sistem
Manusia yang belum siap untuk didirikan pendidikan yang semakin baik, pondok
pesantren, maka gedung yang telah ter- pesantren modern imam syuhodo mampu
bangun dipergunakan untuk Madrasah menjadi ISLAMIC CENTRE sebagai solusi
Diniyah pada sore hari. problematika umat. Dan Alhamdulillah
Pada tahun 1985, dalam rangka harapan itu kian nampak terbukti telah
mengoptimalkan pemanfaatan gedung mengalirnya wakaf yang luar biasa dari
yang telah terbangun, juga dalam rangka umat bagi perkembangan Pondok Pesan-
perintisan pendirian Pondok Pesantren, tren ini, serta minat warga untuk memper-
maka didirikan Madrasah Tsanawiyah cayakan putra-putri mereka semakin besar
Muhammadiyah Blimbing dan ternyata terhadap pesantren ini. Tentunya ini tidak
respon masyarakat cukup tinggi terbukti lepas dari doa dan dukungan semua pihak
masing-masing kelas paralel dua kelas. serta Ridho Alloh SWT.12
Setelah Madrasah Diniyah berjalan 10
tahun dan setelah SDM cukup memadai B. Kurikulum
maka pada tahun 1994 Pimpinan Cabang Kurikulum yang dilaksanakan di
Muhammadiyah Blimbing mulai mendiri- Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo adalah
kan Pondok Pesantren dan menerima Santri kurikulum terpadu. Yang dimaksud ter-

Bogdan dan Biklen, Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods,
11

(1982): hlm. 2
12
KH Yunus Muhammadi/Direktur I : Laporan Dihadapan Musyawarah Majelis Tarjih PWM Jateng,
2009.

250
Deradikalisasi Agama Melalui ... (Rohmat Suprapto)

padu adalah sistem pendidikannya meng- sangat tinggi, akan tetapi untuk materi
akomodir kurikulum Kementrian Pendidik- kekhasan pesantren yakni selepas kbm
an Nasional dan kekhasan pondok pesan- formal kedisiplinan baik santri maupun
tren. Menejemen pengelolaanya dibawah ustadz sangat rendah (menyepelekan). 13
satu komando yakni Direktur Pondok Bahkan untuk menghapus kesan
Pesantren yang membawahi unit-unit dikhotomis terhadap dua model kurikulum
jenjang sekolah. Sehingga sekolah yang ada ini, maka Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo
di ponpes Imam Syuhodo (MTS, SMA dan mengambil kebijakan bahwa raport yang
SMK Muhammadiyah) berada dalam satu diberikan kepada siswa per semester
komando Direktur Pondok Pesantren. adalah raport ponpes Imam Syuhodo (yang
Seperti pada pesantren-pesantren mencakup materi formal dan khas
modern lainnya, ponpes Imam Syuhodo pesantren). Bahkan nilai yang dilaporkan
melaksanakan pembelajaran sebagaimana adalah nilai apa adanya, dan pada kenya-
halnya pondok pesantren modern yakni taanya, wali santri lebih senang dengan
menganut sistem kelas formal dan non raport model seperti itu. Sedangkan raport
formal (kepesantrenan). Hanya saja secara formal diberikan kepada santri berbare-
teknis masing-masing pesantren memiliki ngan dengan pemberian ijazah akhir tahun
cara dan aplikasinya masing-masing. Ada kelulusan.
yang mengambil kebijakan pada jam 07.00
s.d jam 13.00 adalah kurikulum formal C. Kegiatan Pembelajaran
(mengacu kurikulum nasional) dan sore Kegiatan pembelajaran yang dilak-
harinya dilaksanakan pembelajaran non sanakan di Ponpes Imam Syuhdo Suko-
formal yakni Diniyah/kepesantrenan. harjo menggunakan sistem pembelajaran
Tetapi ada juga pesantren yang mengambil komprehensif sebagai upaya system
kebijakan kurikulum campuran yakni pendidikan yang ideal. Oleh karena itu
kurikulum formal dan khas pesantren pembelajaran dilaksanakan dengan
dicampur. Dalam kontek ini Ponpes Imam metode INDOR (KBM, Seminar, Traning
Syuhodo lebih memilih model yang kedua Motivasi) dan OUTBOND ( Sebagai wa-
yakni kurikulum campuran. Yakni semua hana menumbuhkan rasa percaya diri dan
aktifitas pesantren dari jam 07.00 – 07.00 sikap kepemimpinan). Model pembala-
adalah kurikulum pesantren. Pertimbang- jaran ini menurut salah satu santri kelas IX
an yang diambil mengapa memilih model ternyata sangat efektif untuk saling mengu-
kurikulum yang kedua karena dengan atkan baik intelektual, kecerdasan maupun
model campuran ini, akan lebih menjamin rasa persahabatan. 14
untuk terciptanya situasi dimana anak aka
memandang bahwa semua materi baik D. Kegiatan Pengembangan Diri
materi umum maupun khas pesantren sama Ponpes Imam Syuhodo membekali
pentingnya. Realitas pesantren dengan para santri dengan tidak hanya pada
model pembelajaran yang pertama pada aktifitas persekolahan dan kepesantrenan.
kbm formal 07.00 – 13.00 kedisiplinan Tetapi juga memberikan bekal aspek-aspek

13
Wawancara dengan Ustadz Sahadi Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Ponpes Imam Syuhod,
8 Pebruari 2014
14
Wawancara dengan santri dengan inisial XY, santri kelas IX Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.

251
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014:

sosial guna melatih pada aspek kepemim- Santri yang mengikuti halaqoh tahfidz
pinan. Ada beberapa kegiatan yang dipro- sedang mengadakan murojaah hafalan
gramkan, sehingga pola pikir dan pola kepada ustadz pengampu.
sikap para santri senantiasa terbuka de- Ketujuh, Sanggar Kaligrafi. Seni Kali-
ngan perkembangan jaman. Kegiatan itu grafi merupakan salah satu corak kas
antara lain : sebuah pesantren. Dengan diadakannya
Pertama, Forum Olimpiade Fisika dan sanggar kaligrafi diharapkan para santri
Matematika. Diikuti para Santriwan/san- terlengkapi skill seni islami. Pondok Pesan-
triwati sebagai wahana mewadahi minat tren Modern Muhammadiyah Imam Syu-
mereka dibidang ilmu pengetahuan. Seka- hodo beralamatkan di Blimbing, Wonorejo,
ligus menjadi duta sekolah dalam ajang Polokarto, Sukoharjo. telp (0271) 611556.
kompetisi Olimpiade. Dan hingga saat ini Direktur Ponpes Imam
Kedua, English Club dan Halaqoh Syuhodo sekaligus Ketua Umum PP ITMAM
Arabiyah. Sebagai pendukung nuansa (Ittihadul Ma’ahid Al Muhammadiyah)
kental pesantren yang mengedepankan Beliau Ustadz Yunus Muhammadi terus
bahasa sebagai “mahkotanya pondok”. berjuang untuk mengembangkan keber-
Diharapkan dapat menjadi bekal di masa adaan Pondok Pesantren di berbagai pelo-
yang akan datang. sok Daerah. Dan Pondok Pesantren Zam-
Ketiga, Tapak Suci Putra Muhamma- zam Cilongok, Banyumas merupakan anak
diyah dan Hizbul Wathan. Dimaksudkan pertama dari Imam Syuhodo yang
untuk selain sebagai penjaga diri tapak suci mengalami perkembangan cukup pesat.
dan HW putra Muhammadiyah juga Semoga dengan adanya pendidikan di
penyeimbangan kebugaran santri untuk pesantren ini dapat mencetak kader kader
tetap fit melaksanakan aktivitas pesantren Muhammadiyah yang ber-guna bagi Umat
yang padat, serta melatih sikap disiplin dan Bangsa untuk ke-depannya.
santri. Tujuh aktifitas ekstsa di atas, dapat
Keempat, Latihan Pidato Multilingual dilihat bahwa ada pola aktifitas yang mela-
(Bahasa Indonesia, Arab, Inggris). Santri tih santri tidak saja aktif dan cerdas secara
adalah calon Dai yang siap terjun kema- intelektual, tetapi juga cerdas secara emo-
syarakat. Maka bekal mental dan kemam- sional. Selain itu semua aktifitas ekstra di
puan pidato mutlak diperlukan. Kegiatan atas, memupuk komunikasi antar santri,
rutin dan terprogram latihan pidato melatih berorganisasi santri. Dengan
diharapkan mampu mencetak da’i-da’I yang organisasi maka santri akan memahami
siap terjun dimasyaraakat sebagai jawaban karakter santri lain, memahami keper-
atas adanya krisis ulama di Muhammadiyah. bedaan, memahami keragaman bahasa,
Kelima, Pembinaan Olahraga. Dilak- suku asal santri lain dan yang lebih penting
sanakan di sore hari di maksudkan selain dari itu adalah memahami keperbedaan
menjaga kebugaran santri juga untuk santri lain. Nilai-nilailah yang menjadi
menyalurkan minat dan bakat mereka cikal bakal dari sikap multikultural.
yang gemar olah raga. Pembinaan yang
ada meliputi sepak bola, Bola Voli, Bulu E. Upaya Ponpes Imam Suhodo Dalam
Tangkis dll. Melakukan Internalisasi nilai-nilai
Keenam, Tahfidzul Qur’an. Selain multikultural-inklusivisme
potensi akademik yang di galakan, perlu Sejak masuk ponpes Imam Suhodo,
penyeimbangan beruba asupan ruhiyah. santri telah didik dengan nilai-nilai hidup

252
Deradikalisasi Agama Melalui ... (Rohmat Suprapto)

bersama, dengan santri lain. Mereka membangun tata pergaulan masyarakat


berbaur dengan santri lain, baik santri lama pluralistik yang sehat. Kecenderungan truth
maupun santri baru dan beragam umur, claim juga potensial untuk ekspoitatif dan
warna kulit, kebudayaan dan stratifikasi destruktif sehingga hal ini harus dinetralisir
sosial. Hal ini dikerenakan, terdapat santri dalam bentuk anjuran untuk waspada ter-
yang berasal dari luar propinsi, seperti hadap bahaya ekstrimitas dalam berbagai
Aceh, Papu, Kalimantan. Pola sosial yang bentuknya.16
ada inilah membentuk beberapa karakter Selain itu, santri juga diajarkan untuk
turunan. Antara lain, saling memahami tidak memiliki sikap berburuk sangka.
keperbedaan, beradaptasi dengan ling- Tiadanya sikap suudzan ini disamping
kungan dan suasana yang berbeda, saling secara doktrinal dilarang, juga merupakan
menghargai keberbedaan. Dengan nilai- hasil penolakan terhadap klaim kebenaran.
nilai ini secara otomatis, para santri mela- Hal ini karena menurut Muchlis M.
kukan internalisasi nilai-nilai tersebut dan Khanafi, sikap merasa paling benar akan
menjadikannya sebagai modal sosial menjadikan seseorang berprasangka buruk
mereka dalam mengarungi pendidikan di kepada orang lain, dan melihat orang lain
pesantren. secara tidak obyektif, seolah tidak adanya
Santri diajarkan hidup damai, ber- kebaikan pada diri orang lain, serta tidak
dampingan satu sama lain, di tengah varian memahami dasar pemikiran orang lain
perbedaan yang ada di antara mereka. yang berbeda dengannya.17
Sejak awal nilai-nilai ini terus dikembang- Sikap-sikap inilah yang terus dikem-
kan di lingkungan ponpes Imam Suhodo. bangkan di Ponpes Imam Syuhodo, sehing-
Internalisasi nilai-nilai dalam pendidikan ga para santri memiliki sikap dan cara
multikultural adalah bagaimana meng- pandangan dalam berkagamaan dengan
ajarkan keragaman (teaching diversity). santun, tasamuh, dan ta’adul terutama
Dengan pendidikan semacam ini menum- dalam melihat realitas keperbedaan yang
buhkan usatu dunia yang bebas dari ada.
prasangka bias, dan diskriminasi.15
Apa yang ditanamkan sejak masuk F. Tiga Pilar Pesantren
pertama kali di Ponpes Imam Syuhodo ini Menurut Kyai Sirizar, LC, MA 18
Dapat menjadi landasan dalam mem- Pimpinan Ponpes Imam Syuhodo bahwa
bangun tatanan kehidupan yang kondusif Inti pesantren terdiri dari 3 pilar :Kyai/
bagi varian perbedaan pendapat baik Mudir, Masjid dan Kitab.
dalam pemahaman keagamaan maupun Pertama. Kyai/Mudir. Kyai/Mudir
lainnya. Sebab menurut Amin Abdullah memiliki seperangkat nilai yang secara
truth claim (klaim kebenaran) tidak favou- verbal dapat dilihat oleh santri. Hal ini
rable dan tidak kondusif bagi bagi upaya karena Kyai terus menerus 24 jam berada

15
Zakiyuddin Baidhawi, Pendidikan Agama Berwawasan Multikulturalisme, (Jakarta: Gelora Aksara
Pratama, 2006), hlm. 16.
16
M. Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era Multikultural Multireligius (Jakarta: Pusat Studi
Agama dan Peradaban, 2005), hlm. 68.
17
Muchlis M. Khanafi, Moderasi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 2009), hlm. 7.
18
Hasil Wawancara dengan Ustdadz KH. Sirizar, LC, MA, Pimpinan Ponpes Imam Syuhodo
Sukoharjo, Sabtu/4/2014.

253
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014:

di ponpes dengan segala aktifitasnya. khalafi (modern) yang cenderung lebih


Seperti mengajar, menjadi imam 5 waktu bercorak humanis maka tentu sangat mem-
shalat, memimpin aktifitas sosial lainnya pengaruhi pola sikap dan cara pandang
(olah raga dll). Masih menurut beliau19 di santri dalam mensikapi keperbedaan.
Ponpes Imam Suhodo bahwa peran Kyai/ Model Pembelajaran uswah hasanah
Mudir menjadi sangat strategis sebagai role dengan tiga pilar ini, terlihat pada perilaku
model (contoh=Suri Tauladan=Uswah Hasan) santri yang cenderung tasamuh. Dalam
dalam upaya internalisasi nilai keberbeda- wawancara awal tentang mensikapi
an (multikultural-inklusivisme). Karena perilaku negatif di masyarakat, beberapa
hampir 24 jam bersama dengan santri. santri menjawab dengan amar ma’ruf nahi
Uswah Hasanah inilah menjadi kata kunci munkar. Cara amar ma’ruf nahi munkar
dari proses pendidikan multikultural- yang mereka akan lakukan adalah ber-
inklusivisme. Kyai menunjukkan sikap dakwah secara santun di masyarakat (dak-
tasamuh (toleran), tawasuth (nasehat- wah bil hasanah). Dakwah secara santun
menasehati), ta’adul (adil). Beberapa kese- yang dijelaskan oleh mereka adalah
harian yang dilakukan oleh santri yang dengan tidak menggunakan kekerasan.
menunjukkan sikap multikultural-inklu- Inti dari dakwah adalah mengajak
sivisme ini saling menghargai perbedaan manusia baik secara individu maupun
dan saling menguatkan : Kerjasama dalam kelompok masyarakat untuk melakukan
kebersihan lingkungan kamar, lingkungan, perubahan ke arah yang lebih baik. Proses
kamar mandi yang digilir berdasarkan mengajak dalam perspektif Majlis Tarjih PP
kamar. (Hasil wawancara dengan santri). Muhammadiyah terdiri dari 2 bagian :
Kedua, Masjid. Peran masjid adalah Yang persifat perseorangan, dan yang
salah satu dari catur pendidikan (Masjid, bersifat kelompok. Dakwah secara per-
keluarga, lingkungan, sekolah). Masjid seorangan dilakukan dengan cara penya-
Pesantren Imam Suhodo didirikan awal daran, sedangkan dakwah secara masya-
sebelum membangun pesantren, karena rakat adalah dengan perbaikan. Dari dua
bermula dari kajian rutin Pimpinan Ran- obyek dakwah ini semuanya harus melaku-
ting Blimbing Cabang Polokarto yang kan minimal 3 (tiga) tahapan dakwah
berpusat di masjid Attaqwa Blimbing. Baru yakni: pertama : bil hikmah, kedua, wal
setelah ada harapan dari sebagian besar mau’idzah hasanah, ketiga, wajadilhum billati
pengurus untuk proses generasi, maka hiya ahsan. 20
tahun 1985 dibentuk panitia pendirian Hikmah dapat diartikan sebagai stra-
ponpes. tegi kekuasaan, strategi kesantunan
Ketiga. Kitab. Kitab adalah buku sehingga yang diajak, yang dinasehati tidak
rujukan, selain al-Qur’an dan Hadis. Kitab terluka hati. Sedangkan wal mauidzah
yang diajarkan di ponpes Imam Suhodo hasanah dapat dimaknai sebagai ucapak
adalah Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Mustafa atau nasehat yang baik, nasehat disini
Al-Maraghi, Al-Manar. Jika dilihat dari ke artinya saran masukan dan pendapat yang
3 tafsir ini yang masuk kelompok tafsir baik kepada orang yang melakukan

Wawancara dengan Ustdadz KH. Sirizar, LC, MA, Pimpinan Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo,
19

Sabtu/4/2014.
20
QS. An-Nahl: 125.

254
Deradikalisasi Agama Melalui ... (Rohmat Suprapto)

keburukan. Jika dari dua langkah tadi menuju Medinah yang kala itu bernama
belum terlihat perubahan ke arah yang Yatsrib. Selanjutnya Rasullah menjadikan
lebih baik, maka langkah berikutnya adalah tahun/masa perpindahan umat dan
dengan berdebat, berdialog jika memang pengikut Rasulullah dari Mekkkah ke
membutuhkan penjelasan-peenjalan secara Madinah sebagai awal penanggalan tahun
rasional terhadap apa yang disampaikan. Islam.
Langkah-langkah ini jelas dapat dilakukan Secara filosofis, makna Hijrah adalah
jika memiliki pribadi yang rendah hati, perpindahan dari suatu kondisi dan situasi
menghargai perbedaan dan keragaman, yang kurang baik menuju kepada situasi
serta melihat orang lain yang berbuat buruk dan kondisi yang mapan, baik dan damai.
sebagai musuh, tetapi sebagai obyek Sejarah mencatat bahwa kondisi Rasul dan
dakwah dan sarana untuk ibadah. para sahabat setelah hijrah mengalami
Ponpes Imam Syuhodo telah mem- perkembangan yang amat pesat, baik dari
buktikan, bahwa nilai-nilai yang diajarkan sisi kuantitas pemeluk Islam maupun
pondok kepada para santri berdampak secara kualitas keyakinan dan kesadaran
sosial yang substantif yakni bukan meng- dalam menjalani hidup. Hal ini tentu
arah kepada sikap yang keras hati, tetapi sangat dipengaruhi kondisi Madinah yang
sikap yang lemah lembut kepada siapapun. secara psikososial memiliki budaya tolong
Internalisasi model uswatun hasanah ini ter- menolong dan saling menghargai sesama
nyata sangat efektif untuk dapat diterap- manusia yang kuat. Setiap orang meng-
kan dalam kehidupan masyarakat bangsa hargai orang lain, berkeadilan saling tolong
yang majemuk seperti negara kita ini. Bukti menolong antar masyarakat. Madinah
kongkret yang dapat dilihat adalah, aksi- adalah kota dengan kultur budaya serta
aksi kekerasan yang bernuansa agama, tak agama yang sangat heterogen. Sebelum
satupun melibatkan oknum santri atau Rasulullah dan para sahabat hijrah ke
alumni santri Imam Syuhodo Kab. Madinah, mayoritas masyarakatnya ber-
Sukoharjo. agama Yahudi dan Nasrani. Dua agama
ini yang secara politis mampu memainkan
G. “Dai Hijrah” sebagai Model Pem- percaturan peta kenegaraan dan kemasya-
belajaran Multikultural-Inklusivisme rakatan saat itu. Heterogenitas Madinah
Salah satu model yang dikembangkan pun semakin kokoh setelah Rasulullah dan
Pondok Pesantren Imam Syuhodo Suko- para sahabat tiba di Madinah. Guna men-
harjo adalah Dai Hijrah. Sebenarnya secara jamin keberlangsungan heterogenitas
bahasa dua kata Dai dan Hijrah memiliki Madinah, serta mempertahankan budaya
makna yang berbeda. Dai berasal dari tasamuh, tawayun, ta’addul, maka dibawah
bahasa Arab da’a-yad’u-da’watan yang me- Rasulullah, masyarakat Madinah diikat
miliki arti mengajak, mengajak kepada dengan Perjanjian Madinah atau Piagam
kebaikan dan kebahagiaan hidup di dunia Madinah.
dan di akherat. Salah satu bunyi pasal di dalam Per-
Kata hijrah, berasal juga dari bahasa janjian Madinah atau Piagam Madinah
Arab Hijriyah. Kata hijriyah atau hijrah adalah; jika salah satu agama diserang dan
pertama kalai dipakai Rasulullah saat dihina orang lain/penduduk luar Madi-
Allah SWT menghilamkan kepada Rasu- nah, maka baik Yahudi, Nasrani dan Islam
lullah agar Rasul dan para pengikutnya bahu membahu untuk saling memper-
segara keluar dari Mekkah berpindah tahankan kemulyaan agama yang diserang

255
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014:

dan dihina. Sikap hormat-menghormati maan dan kemasyarakatan. Seperti meng-


dan adil terhadap keyakinan orang lain hidupkan pengajian-pengajian remaja yang
yang berbeda, sejatinya sesuatu pekerjaan telah mati, mengajar TPQ dan juga ikut aktif
yang amat berat apalagi ditengah hege- dalam kegiatan masyarakat lainnya seperti
moni kekuatan politik. Sikap hormat- kerja bakti dll. Aktifitas keagamaan ini
menghormati perbedaan baik keyakinan memperkokoh kekuatan aqidah dan
agama maupun yang lain menjadi penan- sekaligus jiwa. Hal ini karena tantangan
da kesempurnaan sikap hidup seseorang. yang mereka terima cukup berat, terutama
Istilah Dai hijrah yang dipergunakan lemahnya nilai-nila Islam yang dianut
Pondok pesantren Imam Syuhodo menurut masyarakat sehingga mereka masih banyak
Ustadz Arif Darwawan salah satu ustadz yang melakukan perilaku menyimpang
senior di Ponpes Imam Syuhodo bertujuan perilaku syirik. Hal ini disampaikan oleh
agar para santri memahami karakteristik salah alumni santri Imam Syuhodo, Afina
keislaman masyarakat bawah yang sangat Azmi Nurdiannisa, yang mendapat
heterogen. Baik heterogen dalam pema- amanah Dai Hijrah di Desa Balakan,
haman keislaman itu sendiri maupun Kenokorejo, Sukoharjo. Di Desa ini menu-
aplikasinya. dengan memahami, men- rut Afina, terdapat makam yang dikera-
dalami dan merasakan menjadi bagian dari matkan warga yakni Makam Balakan.
masyarakat, maka para santri diharapkan Tidak sedikit orang untuk berziarah ke
menjadi sosok pemimpin masa depan yang makam tersebut. Tidak sedikit pula orang
cemerlang serta berwawasan terbuka. yang berziarah melakukan prosesi bakar
Dalam konteks itu pulalah, maka kemenyan dan meminta kepada makam
Ponpes Imam Syuhodo memfasilitasi para tersebut. 21
santrinya untuk tinggal, hidup dan belajar Pola keberagamaan yang laksanakan
dari masyarakat setempat selama sepuluh para santri selama di Ponpes Imam
hari di bulan Ramadhan. Menurut Ustadz Syuhodo terkadang berbeda dari yang
Yunus Muhammadi – Direktur Ponpes dilihat dan dipraktekkan di masyarakat.
Imam Syuhodo – selama diterjunkan ke Perbedaan ini tak sedikit mengundang
masyarakat, mereka mengajar TPQ, ber- tanda tannya dari para santri yang mengi-
dakwah dengan menghidupkan pengajian kuti program Dai Hijrah. Seperti apa yang
remaja, dan tinggal di rumah penduduk disampaikan oleh Hasan Abdul Aziz
bersama keluarga baru mereka. Tantangan, Alumni Ponpes Imam Syuhdo Sukoharjo
hambatan dan segala pengalaman akan yang mendapat tugas Dai Hijrah di Dusun
membentuk karakter kepemimpinan Gondang Legi, Desa Kwangsan, Keca-
sekaligus merajut ukhuwah islamiyah yang matan Jumapolo, Kabupaten Sukoharjo.
lebih kokoh, dan dapat menjadi pemimpin Hasan menyampaikan bahwa pengetahuan
masa depan yang memiliki pemahaman keagamaan masyarakat di Dusun Gondang
aqidah yang shalihah. Legi masih rendah. Baik shalat dan lain-lain.
Selama para santri menginap dan Tidak sedikit masyarakat yang meminta
bersama dengan keluarga di masyarakat, dibimbing untuk shalat dll. 22
para santri melaksanakan aktifitas keaga-

Wawancara dengan Afina Azmi Nurdianisa, Alumni Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo, 14
21

April 2014.
22
Wawancara dengan Hasan Aziz, Alumni Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo, 14 April 2014.

256
Deradikalisasi Agama Melalui ... (Rohmat Suprapto)

Perilaku keberagamaan pun masih (keras terhadap orang kafir), haruslah


melakukan hal-hal yang jauh dari syariat, dikaitkan dengan ayat lain misalnya : Allah
seperti nyadran/berdoa di kuburan sambil tidak melarang kamu bersikap baik, dan berbuat
membawa makanan untuk dipakai sarana adil terhadap orang-orang yang tidak
dalam memanjatkan doa kepada si mayit. memerangi kamu dalam hal keyakinanmu,
Pola keberagamaan yang masih butuh atau tak megusir kamu keluar kediamanmu.
pembenahan ini, sedikit atau banyak sangat Sesungguhnya Allah cinta terhadap orang-
mempengaruhi pemahaman dan kedewa- orang yang berbuat adil.23 Jadi sikap yang
saan para santri yang melakukan Dai menunjukkan semangat kedamaian,
Hijrah. Mereka dituntut untuk melakukan kerukunan dan saling pengertian, adalah
improvisasi dan adaptasi jika kelak mereka sikap idela yang harus kita tuju secara
berdakwah dan hidup dan serta di bersama-sama.
masyakat. Kedua, Para santri dapat melakukan
Model Dai Hijrah sebagaimana yang inovasi dakwah sehingga muncul budaya
dilakukan oleh Imam Syuhodo ini menjadi saling memahami keperbedaan. Dengan
salah satu model dakwah yang sangat memiliki kreatifitas dalam dakwah, maka
efektif. Efektifitasnya terletakpada dua hal. dakwah akan lebih mudah untuk dilak-
Pertama, Santri dituntut untuk sadar sanakan. Santri senantiasa memahami dan
bahwa terdapat pola pelaksanaan keber- menyadari bahwa di masyakat terdapat
agamaan yang berbeda dengan apa yang model-model pengamalan keberagamaan
mereka pahami dan kerjakan selama di yang berbeda-beda sehingga kedepan
pondok pesantren. Dan ini menuntut santri mereka bisa melakukan dakwah dengan
menjadi calon pemimpin umat yang sikap yang seimbang. Tidak ekstrim kanan
tasamuh, hormat-menghormati keperbeda- dan ekstrim kiri.
an pemahaman dan corak pengamalan Hijrah yang dilaksanakan di Ponpes
keberagamaan. Dalam Islam sendiri banyak Imam Syuhodo ini ternyata sangat efektif
ayat Al-Qur’an dan Hadis menekankan untuk menurunkan ketegangan atau kon-
agar manusia bersikap ramah, tidak saling flik antar umat maupun intern beragama.
curiga, tidak saling mengancam dan saling Hal ini diakui oleh Andi Ketua IRM/Osis
memberikan kebebasan orang lain untuk Ponpes Imam Syuhodo yang juga menjadi
memeluk agama serta keyakinannya. salah satu peserta dalam Dai hijrah ini.
Memang terdapat ayat-ayat atau hadis Menurutnya, dengan Dai Hijrah ini para
yang tampak “keras”, tetapi harus ditem- santri akan langsung dihadapkan pada
patkan dan diletakkan dalam konteks kenyataan dan realitas keperbedaan dalam
situasi sehingga sikap “keras” tidak muncul ajaran maupun sosial.
menjadi trade mark Islam. Beberapa ayat Keperbedaan atau konflik menurut
“keras” di suatu tempat, haruslah dikaitkan Prof, Syafiq A. Mughni –Guru Besar IAIN
dengan ayat “ramah” di tempat lain, Surabaya 24, sejatinya berkisar pada tiga
sehingga tidak muncul wajah Islam yang wilayah. Pertama Wilayah ajaran baik
over simplified (terlalu disederhanakan). dalam segi ibadah, kepercayaan, maupun
Sebagi contoh sikap “assyida’ ala al-kuffar” moral yang masing-masing agama memiliki

23
QS. Mumtahanah: 8.
24
Syafiq A. Mughni, Nilai-nilai Islam, Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar, 2001), hlm. 256.

257
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014:

ajaran dan moral yang khas dan bahkan yang berkaitan dengan kemanusiaan
mungkin bertentangan antara satu dengan seperti keadilan, kejujuran kemakmuran,
yang lainnya. Keperbedaan dan perten- dan kesejahteraan. Persoalan itu, mestinya
tangan itu seringkali menjadi bahan dapat memancing respon para pemeluk
menarik untuk diungkapkan. Baik dalam agama untuk melakukan kerjasama
bentuk tulisan maupun dalam bentuk membangun harmoni bersama.
ceramah. Apabila disampaikan dalam
retorika, maka hal itu akan mengganggu H. Dialog Multikultural Kearah Keru-
hubungan antar atau intern umat ber- kunan Sejati
agama. Masing-masing agama, atau pelaku
Sekarang ini telah muncul kesadaran agama tentu memiliki keyakinan bahwa
bahwa perbedaan ajaran merupakan apa yang dilakukan adalah paling benar.
potensi ketegangan, dan karena itu perlu Sehingga akan melakukan apapun agar
dimunculkan kesamaan dasar-dasar keyakinan itu tidak lenyap dalam kehi-
teologis dari berbagai agama. Dalam kon- dupannya. Termasuk melakukan usaha
teks ini pulalah ada konsep atau jargon sosialisasi keyakinan agamanya kepada
kalimatun sawa’. yang sering diungkapkan orang lain, yang dalam bahasa Islam ada-
oleh Nurcholis Madjid. Pada intinya, bah- lah dakwah. Pola dakwah yang cenderung
wa semua agama mengandung titik temu menyalahkan orang lain/ajaran orang lain
yang sangat esensial. Sehingga perten- dan menganggap ajaran dan pola ibadah-
tangan antar manusia atas landasan nya yang paling benar adalah pola-pola
agama tidak perlu terjadi. yang menggejala di masyarakat sekarang.
Kedua, Wilayah ketegangan sosial. Disinilah dituntut ada pola baru yang lebih
Ketegangan sosial tak jauh berbeda dengan segar, alami dan secara gradual akan
ketegangan yang lain. Pendirian rumah mampu menjadi trademark keberagamaan
ibadah dari agama yang minoritas di masa depan. Pola baru itu adalah dialog
tengah-tengah agama mayoritas tentu akan multikultural. Dialog multikultural artinya,
menimbulkan konflik. Maka solusinya memahami keperbedaan dengan sikap cara
harus diadakan musyawarah mufakat pandang di dalam keperbedaan. Kita
dalam kelompok masyarakat tersbut. Perlu memahami keperbedaan orang lain karena
tidaknya dibangun rumah ibadah juga kita berada dalam keperbedaan itu sendiri.
perlu diperhatikan populasi agama dan Dan merupakan sebuah keniscayaan kita
jumlah rumah ibadah. Ketegangan ini memahami keperbedaan karena kita
tentu bisa dihindari jika sejak dini telah menjadi makluk yang memiliki sifat dan
memiliki pengalaman yang berharga karakter yang berbeda.
menghadapi kasus ketegangan atau konflik Sifat dan karakter yang masing-
sosial. masing berbeda ini tentu sesui dengan
Ketiga, tidak adanya keprihatinan pesan Al-Qur’an25 Keberbedaan itu untuk
yang sama terhadap masalah-masalah saling memahami, saling kenal mengenal.
kemanusiaan. Setiap agama ternyata me- Dialog multikultural yang merupakan hasil
ngandung ajaran-ajaran yang sifatnya dari pola diaspora dakwah ala Pesantren
sangat obyektif, sesuai akal sehat, terutama Imam Syuhodo ini, kita yakini menjadi

QS.An-Nisa : 1
25

258
Deradikalisasi Agama Melalui ... (Rohmat Suprapto)

jamu mujarab untuk menurunkan kete- dari pembelajaran langsung di kelas


gangan agama yang senantiasa muncul maupun melihat ustadz/kyai dalam
akhir-akhir ini. Pola dakwah yang berujung kehidupan sehari-hari selama di pesan-
pada dialog multikultural ini kita yakini tren, lambat tapi pasti para santri me-
sangat efektif untuk menahan aksi radi- lihat dan mencontoh serta melakukan
kalisme berbasis agama. Hal ini sebagai- apa yang dikerjakan Ustadz.kyai.
mana hasil wawancara dengan puluhan 3. Dai Hijrah adalah model dakwah baru
santri Imam Syuhodo kelas XII yang yang sangat efektif untuk menangkal
mengikuti Dai Hijrah. Mereka semakin budaya radikalisme. Hal ini karena para
terbuka terhadap realitas multikultural santri langsung bersinggungan dengan
yang ada di masyarakat. Pola dialog masyarakat lapisan bawah yang tentu
multikultural harus terus dikembangkan saja banyak perbedaan baik cara bera-
sehingga terjadi masyarakat yang damai. gama, maupun sosialnya. Dai Hijrah
berujung pada Pola Dialog Multikultural
KESIMPULAN DAN SARAN yang nyata-nyata akan dapat mengu-
rangi tensi kekerasan terhadap keya-
Berdasarkan pembahasan pada bab- kinan agama.
bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan Saran yang dapat kami berikan
hal-hal sebagai berikut : adalah :
1. Internalisasi nilai-nilai multikultural- a. Kementrian agama mendorong agar
Inklusivisme di Ponpes Imam Syuhodo ponpes senantiasa meningkatkan
Sukoharjo melalui pendidikan uswatun perannya dalam menyemaikan tradisi
hasanah dan tidak saling berburuk dan budaya damai, sehingga kekerasan
sangka, kejujuran sekaligus suka mem- atas nama agama akan berkurang.
beri maaf kepada orang lain. Dengan b. Kementrian agama bersama kampus
internalisasi inilah, maka santri dan (peneliti) membuat modul pembelajaran
masyarakat saling menghargai dan yang khas dengan tema-tema kedamai-
keperbedaan yang ada, bersikap mode- an, anti kekerasan agama, modul
rat serta memahami prinsip agama kemudian disosialisasikan kepada
Islam sebagai rahmatan lil alamain. lembaga pendidikan agama baik pesan-
2. Model Pembelajaran yang dikembang- tren maupun non pesantren.
kan di ponpes Imam syuhodo Sukoharjo c. Ponpes hendaknya membangun jari-
adalah dengan sikap Uswah hasanah ngan kepada pihak luar, terutama
dengan tiga pilar utama pesantren. pemerintah, kepolisian dll sehingga
Yakni Kyai, Masjid dan Kitab. Tiga pilar terhindarkan justifikasi bahwa pesan-
inilah yang menopang semua aspek tren “sarang teroris”. Membangun
kepesantrenan. Sehingga nilai-nilai kerjasama dalam konteks ini cukup
ukhuwah, tasamuh, tawazun saling banyak, seperti pelatihan, seminar dll
menghormati, bertanggungjwab dan yang kaitanya menagkal kekerasan
sikap toleran kepada orang yang berasal terhada agama

259
PROFETIKA, Jurnal Studi Islam, Vol. 15, No. 2, Desember 2014:

DAFTAR PUSTAKA

Amal, M, Khusna. 2008. “Kontestasi dan Negosiasi Agama, Lokalitas dan Harmoni Sosial
di Kota Padalungan”, dalam Jurnal Harmoni, Volume VII. Jakarta: Puslitbang
Kehidupan Keagamaan.

Ali, Abdullah Yusuf. 1993. Qur’an Terjemahan dan Tafsirnya, (terj.: Ali Audah) Jakarta,
Pustaka Firdaus.

Baidhawi, Zakiyuddin. 2006. Pendidikan Agama Berwawasan Multikulturalisme. Jakarta,


Gelora Aksara Pratama.

Banks, James. 2001 Approaches to multicultural curriculum reform. In J. Banks and C.


Banks (Eds.), Multicultural education: Issues and perspectives. Boston: Allyn & Bacon.

_____, Ethics and Values in Social Works by Sarah Banks (paperback).

Biklen, dan Bogdan. 1992. Qualitative research for education: An introduction to theory and
methods.

Daradjat, Zakiyah. 1976. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta, Bulan Bintang.

Hadi, Sutrisno. 1986. Metode Research, Yogyakarta : UGM Press.

Khaliluddin, Tedi. 2012. Laporan Tahunan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Jawa
Tengah Tahun 2012, Hasil Penelitian Kebebasan Beragama di Jawa Tengah.

Mughni, Syafiq A.. 2001. Nilai-nilai Islam, Perumusan Ajaran dan Upaya Aktualisasi,
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Rokhmad, Abu. 2012. Radikalisme Islam dan Upaya Deradikalisasi Paham Radikal, dalam
Jurnal Walisongo VOL 20 No 1.

Suprapto, Rohmat. 2007. Laporan Penelitian Persepsi Santri Ponpes di Sukoharjo terhadap
Jihad dan Terorisme.

Susanto. 2006. Pendidikan Agama Berbasis Multikultural (Upaya Strategis Menghindari


Radikalisme), dalam Jurnal. KARSA Jurnal Studi KeIslaman, VOL. IX No. 1 April .

Wawancara dengan Ustadz Sahadi Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Ponpes Imam
Syuhod, 8 Pebruari 2014.

Wawancara denan Ustadz Sirizar, LC, MA Direktur Ponpes Imam Syuhodo, 26 April 2014

Sumber Internet :

www.antaranews.com, Presiden terbitkan Kepres tentang BNPT 16 Juli 2010, 30 Juli 2010

www.suarapembaharuan.com, 2011

www. kemenag.go.id, Data Pesatren Tahun 2011

260

You might also like