You are on page 1of 11

Cakrawala Pendidikan Juni 2001 . Th.XX, No..

PLURALITAS AGAMA DAN KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DI INDONESIA


(Mencari Peran Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi Umum)

Oleh : Marzuki
FIS Universitas Negeri Yogyakarta .
Diterima: 5 Apri1200 I / disetujui : 22 Mei 200 I

Abstract
The inter-religious hannony should be done among the pluralistic society like Indonesia.
Several ways can be made for building' inter-religious hannony. The raising consciousness to
appreciate religious freedom from adherents of a religion to others is a key for building' this
hannony. To make the consciousness grows can be made with several ways, among them is
religious study method both by normative-theological approach and critical-empirical
approach.
The religious education in university, especially in public university, is' one of medium
can be made to do religious study for building inter-religious harmony. The religious education
can be done by exclusive particularistic way for each adherent of a religion for martering his
religious principles in depth. For building inter-religious harmony, the religious education will
be more effectively if it be done by pluralistic way, by participating all of the students from
several adherents of a religion to attend the study of religions. They are given the
comprehensive understanding to religions, especially about the equality, until they have
consciousness to.appreciate another religion with available.

Key words: Religious plurality, Inter-religious harmony, and Religious Education.

Pendahuluan dikhawatirkan akan muncul masalah yang


. Indonesia adalah salah satu negara lebih berat dalam rangka pembangunan
yang memiliki tingkat pluralitas yang cukup bangsa dan negara di bidang politik,
tinggi, baik dalam bidang .bahasa, suku ekonomi, keamanan, sosial budaya, dan
bangsa, maupun agama. Bagi negara yang bidang-bidang lainnya. Dengan perubahan
pluralis di bidang agama, seperti Indonesia, era seperti sekarang lnl, seharusnya
kerawanan dan ancaman permusuhan antar kesadaran masyarakat kita akan arti
warga yang dipicu oleh permasalahan agama persatuan dan kesatuan semakin baik, tetapi
sewaktu-waktu akan muncul jika tidak kenyataannya justeru sebaliknya.
diantisipasi dengan baik. Selama ini Berbagai solusi diupayakan dan
pemerintah Indonesia sudah dinilai 'cukup bahkan sudah dilaksanakan, di antaranya
berhasil dalam membina kerukunan antar adalah dialog mencari titik temu agama-
umat beragama. Akan tetapi, akhir-akhir ini agama dan menyusun rancangan kerjasama
kerukunan antar umat beragama di Indonesia antar umat beragama dalam rangka
mendapat tantangan yang cukup serius, membangun bangsa. Di negara kita juga
terutama akibat terjadinya berbagai insiden pernah diadakan Peringatan 100 Tahun
yang memakan korban yang tidak sedikit. Parlernen Agama-agama Sedunia yang
Konflik antar umat beragama seperti di salah satu targ~tnya adalah mencetuskan
Ambon dan Poso, atau di tempat-tempat lain, sebuah deklarasi pembentukan"Tim
cukup merepotkan pemerintah dan bangsa Kerukunan Hidup Umat Beragama" sebagai
Indonesia yang kalau tidak segera diatasi, wadah kerjasama keilmuan dalam bidang

176
Marzuki, MKDU FIS UNY
Cakrawala Pendidikan Juni 200 1~ Th.XX~ No..3

keagamaan (Abdullah, 1999: 4). Bangsa sederhana Int. Untuk mengawaJi


kita sangat mendambakan hasil kaj ia~ dan pembahasan Inl akan diuraikan dulu
penelitian dalam bidang agama untuk persoalan pluralitas agama dan kerukunan
menopang keterlibatan bersama seluruh umat beragama di Indonesia.
pengikut agama-agama di Indonesia daJam
melnbina dan menelnpuh kerukunan hidup Pluralitas Agama dan Kerukunan Antar
antar umat beragama. Solusi lain yang Umat Beragama di I~do,nesia
dapat ditempuh untuk pembinaan adalah Proses munculnya pluralitas agama
melal ~li· Pendidikan Agama di sekolah di Indonesia dapat diamati secara
(lembaga pendidikan formal) mulai dari empiris historis. Secara kronologis dapat
tirtgkat dasar sampai tingkat tinggi disebutkan b~hwa di wilayah kepulauan
(perguruan tinggi). Nusantara, hanya agama Hindu dan Buddha
Pendidikan Agama di Perguruan yang dahulu dipeluk oleh masyarakat,
Tinggf Vmum (pm) merupakan alnanat terutama di Pulau .Jawa. Candi Prambanan
Pembukaan UUD 1945 yang kemudian dan Candi Borobudur adalah saksi sejarah
dijabarkan melalui GBHN dan Undang- yang paling autentik mengenai hal ini.
undang No.2 tahoo 1989 tentang Sistem . Setelah dua agama itu berkembang di
Pendidikan Nasional yang harus Nusantara, bahkan keyakinannya sudah
dilaksanakan secara optimal dengan mengakar di tengah masyarakat, masukIah
dukungan semua pihak' secara terpadu. agama Islam melalui perdagangan. Proses
Dalam UU No. 2 ini ditegaskan tujuan penyebaran dan pemelukan agama Islam di
mendasar pendidikan nasional, .yaitu Nusantara ini berlangsung secara massif
mencerdaskan kehidupan bangsa dan dan ditempuh dengan jalan damai
mengembangkan manusia Indonesia (Abdullah, 1999: 5). Masuknya kaum
seutuhnya (Pasa] 4). Konsep manusia imperilais ke Nusantara, seperti Portugis,
seutuhnya yang diharapkan adalah manusia Inggris, dan Belanda, berakibat
Indonesia yang beriman dan bertakwa menyebamya dua agama lagi ke Indonesia,
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi yaitu Kristen Protestan dan Kristen Katolik.
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan Lima agama tersebut terus hidup dan
ketrampilan, kesehata~ jasmani dan rohani, berkembang di Indonesia hingga sekarang
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta serta kemudian diakui sebagai agama resmi
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan oleh negara dan dianut oleh umat beragama
kebangsaan. Misi ini dapat dicapai dengan di Indonesia.
memberikan berbagai mata kuliah yang ada Dengan memperhatikan kondisi
di perguruan tinggi kepada para mahasiswa, keberagamaan di Indonesia yang majemuk
termasuk mata kuliah Pendidikan Agama. dan juga dibandingkan dengan kondisi
Bahkan Pendidikan Agama memiliki peran keberagamaan di negara-negara lain yang
yang sangat berarti dalam mewujudkan agak berbeda~ maka studi agama (reljg~ous
manusia Indonesia yang memiliki studies) di Indonesia terasa sangat urgen
kualifikasi seperti itu. dan mendesak untuk dikeJnbangkan. Untuk
Persoalannya adalah sejauhmana mengkaji hal ini, M. Amin Abdullah
Pendidikan Agama" di Perguruan Tinggi, menawarkan suatu metodologi yang
khususnya di Perguruaan TinggiUmum, bersifat historis-kritis dengan pendekatan
dapat dijadikan solusi dalam pembinaan agama yang bersifat komprehensif,
kerukunan umat beragama di Indonesia. multidisipliner, interdisipliner, di samping
Problem inilah yang akan dicari penggunaan metodologi yang bersifat
pemecahannya lewat tulisan yang sangat doktriner-normatif (teologis-normatif)

Pluralistis Agama dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia 177


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th.XX, No..3

(Abdullah, 1999: 7). Selanjutnya Amin Inter religious conflict can similarly happen
Abdullah (1999: 17) menambahkan: especially under the following
Pendekatan 'j'enis apapun juga, baik c'ircumstances:
yang bersifat historis-empiris-kritis maupun a. The founding of new places of worship
yang bersifat teologis-normatif, tidak dapat witho~t permit from local government.
bersifat exhaustive, yakni tidak berpretensi b. Religious proselytizing aimed at gaining
dapat menyelesaikan' dan memecahkan new converts from adherents of another
persoalan agama setuntas-tuntasnya. religion.
Pendekatan agama jenis apapun memiliki c. Religious flasphemy or defilement of
kelemahan'dan kekurangan masing-masing. another's religion (Taher, 1997: 16)
Di atas telah disebut-sebut bahwa semua Pemerintah juga membentuk suatu
pendekatan agama tidaklah sempurna dan. forum konsultasi yang disebut Wadah
jauh dari memuaskap., mengingat fenomena Musyawarah Antar Umat Beragama
agama bersifat kompleks dan intricate. (WMAUB). Tentang hal ini Tannizi Taber
Masing-masing tidak dapat berdiri sendiri- menulis:
sendiri, terlepas dari yang lain, jika para The government established in 1980 the
peneliti agama-agama tidak ingin Inter-Religious Consultative Forum (Wadah
memperoleh predikat "reducti()nist". Musyawarah Antar Urnat Beragama,
Dalam beberapa waktu kerukunan WMAUB) expressly for building good
umat beragama di Indonesia dapat berjalan . working relations between the different
dengan baik dan bahkan bisa dibanggakan. religious and the government. The
Tidak sedikit pengamat dari negara lain WMAUB meets regularly to discuss
kagum akan hal ini. Kerukunan umat various social and religious issues. The
'beragama di Indonesia .telah berjalan wajar government also established similar forums
meskipun belum dilandasi dengan studi at provincial level and in most major cities.
agama yang bersifat akademik-kritis. The forums have proven an effective
Kesadaran yang tinggi dari para pemeluk enough mechanism for the maintenance of
agama untuk hidup bersama di· tengah- inter-religious harmony and social order
tengah masyarakat yang majemuk (Taher, 1997: 17).
merupakan modal utama terbinanya Berbagai persoalan antar umat
kerukunan hidup antar umat beragama di beragama yang terjadi di negara-negara
Indonesia. Pemerintah juga berperan lain, seperti di Bosnia, Israel (Palestina),
penting terutama dengan pencanangan Filipina, India, dan Albania, cepat
"Tiga Kerukunan Hidup Beragama" yang menyebar ke Indonesia melalui arus
dimulai oleh H. Alamsjah Ratu informasi yang mulai mengglobal. Hal ini
Perwiranegara (Menteri Agama RI periode mulai merubah image hubungan antar umat
1978-1983), yaitu: (1) Kerukunan Intern beragama di tanah air. Persoalan ini terus
Urnat Beragarna; (2) Kerukunan Antar- memicu konflik .¥ang tersembunyi antar
Umat Beragama; dan (3) Kerukunan Antar umat beragama seperti bara api dalam
Umat Beragama dan Pemerintah (Ahmad sekam. Pada akhirnya konflik antar umat
Sukardja, 1995: 165). beragama ini dapat muncul ke perm.ukaan,
Munculnya konflik antar urnat seperti terlihat pada konflik agama di
beragama di Indonesia kadang-kadang Ambon (Maluku) yang hingga sekarang
dipicu oleh berbagai hal. Mengenai masalah belum -mereda. Sebelumnya juga pernah
ini Tannizi Taher menulis: tet:jadi berbagai konflik keagamaan seperti
Tragedi Jalan Ketapang di Jakarta, Tragedi
Kupang, dan lain-lain, tetapi konflik-

Pluralistis Agama dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia 178


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th.XX, No..3

konflik ini dapat segera diatasi. Kontlik yang pluralistik seeara religius, sejak
Ambon yang masih menghangat ini hingga semula, memang telah dibangun di atas
sekarang belum bisa teratasi dengan tuntas, landasan normatif dan historis sekaligus.
mengingat kompleksitas permasalahan yang Jika ada hambatan atau anomali-anomali di
menyertainya. Berbagai upaya sudah sana sini, penyebab utamanya bukan karena
ditempuh untuk meredakan kontlik inti ajaran Islam itu sendiri yang bersifat
tersebut, seperti mempertemukan para intoleran dan eksklusif, tetapi lebih banyak
pemimpin agama-agama yang bertikai ditentukan dan dikondisikan oleh situasi
untuk berdialog meneari solusi pemeeahan' historis-ekonomis-politis yang melingkari
terbaik, tumn tangannya pemerintah komunitas umat Islam di berbagai tempat.
melalui pasukan TNI, dan lain sebagainya, Kompetisi untuk menguasai sumber-sumber
namun hasilnya belum memuaskan. ekonomi, kekuasaan politik, begemoni
Menciptakan kondisi ideal untuk kekuasaan, jauh lebih mewamai
tercapainya titik terhu antar umat beragama ketidakmesraan hubungan antar pemeluk
merupakan kepentingan semua pihak dan agama dan bukan disebabkan oleh
tanggung jawab bersama. Beban itu kandungan ajaran etika agama itu sendiri.
sepenuhnya tidak dapat dipikul oleh umat Di Indonesia yang mayoritas
Islam, umat Nasrani, maupun umat-umat penduduknya beragama Islam, sangat .
lain secara sepihak, tetapi hams melibatkan beralasan jika "pendekatan Islami~~ menjadi
semua pihak yang berkepentingan, alternatif pemecahan konflik keagamaan.
termasuk pemerintah atau negara. ~alam Islam mengajarkan babwa agama Tuhan
konteks Islam, hal seperti ini juga pemah adalah universal, karena Tuhan . telah
terjadi pada sejarah kehidupan Nabi mengutus Rasul-Nya kepada setiap· umat
Muhammad Saw. ketika beliau menjadi manusia (Q.S. AI-Nahl (16): 36). Islamjuga
pemimpin "negara" Madinah. Untuk mengajarkan pandangan tentang kenabian
membina kerukunan antar umat beragama (nubuwwah) dan umat yang percaya kepada
di Madinah, Nabi bersama-sama umat Tuhan (Q.S. AI-Anbiya' (21): 92).
Islam dan para pemeluk agama lain Selanjutnya ditegaskan bahwa agama yang
mengadakan petjanjian hidup bersama dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. adalah
untuk menunjang tata hidup kenegaraan kelanjutan langsung agama-agama yang
yang kemudian terdokumentasikan dalam dibawa nabi-nabi sebelumnya (Q.S. Al-
sebuah piagam yang disebut "Piagam Syura (42): 13). Oleh karena itu, umat
Madinah"'. ~obert N. Bellah menyebut Islam diperintahkan untuk menjaga
piagam ini sebagai deklarasi modem yang hubungan yang baik dengan orang-orang
muneul sebelum peradaban manusia yang beragama lain, khususnya para penganut
benar-benar modem timbul (Bellah, 1976: kitab suci (Ahli Kitab) (Q.S. AI-Ankabut
150). Babkan' menurut penyelidikan (29): 46). Dalam al-Quran surat Ali lmran
terbaru, Piagam Madinah ini merupakan (3): 64 juga terdapat pandangan inkJ~sif
piagam politik (konstitusi) pertama di dunia yang memerintahkan kaum Muslim untuk
. 'yangmemenuhi persyaratan kenegaraan, mengajak kaum Ahli Kitab (Yahudi dan
bukan konstitusi di Amerika Serikat yang Nasrani) menuju pokok-pokok kesamaan,
barn muneul tahun 1787, atau di Inggris yaitu ke arah Ketuhanan Yang Maha Esa.
yang mulai muneul tahun 1215, ataujuga di Seeara teologis usaha mendapatkan titik
Perancis yang muneul tahun 1795 (Ahmad, temu ini sangat penting. Adanya ayat-ayat
1973:6) al-Quran yang positif dan simpatik kepada
Dalam perspektif Islam dasar-dasar kaum Ahli Kitab, menurut Nureholish
untuk hidup bersama dalam masyarakat Madjid (1998: xxviii), sebenamya

Pluralistis Agama dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia 179


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th.XX, No..3

mengajak kepada kaum Muslim untuk Antisipasi Problem Kerukunan Umat


membuka diri dalam proses dialog untuk Beragama di Indonesia: Mencari Peran
mendapat keyakinan bersama tentang Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi
kebenaran yang paling mendalam. Umum
Prinsip-prinsip Islam seperti dalam Problem kerukunan antar urnat
ayat-ayat al-Quran seperti di atas membawa beragama tidak jarang mengganggu
konsekuensi logis larangan memaksakan stabilitas bermasyarakat, berbangsa, dan
agama (Q.S. AI-Baqarah (2): 256), dan bemegara. Lebih daripada perbedaan sekte
menghormati penganut agama lain untuk (aliran) keagamaan, perbedaan agama
melakukan aktivitas agamanya (Q.S. AI- melibatkan Inassa yang lebih banyak,
Kafirun (109): 6). Pendirian ini perlu sehingga efek psikologis dan sosiologisnya
dikemukakan, karena sampai sekarang. lebih luas. Bentrokan antar umat beragama
masih dirasakan kekurangpercayaan kepada mampu rnenggerakkan simpati masing-
prinsip-prinsip tersebut dari berbagai masing umat beragalna dihampir seluruh
kalangan, baik kalangan sebagian kaum kawasan, baik dalam negeri maupun luar
Muslim sendiri maupun kalangan di luar negeri. Pada tataran ini disharmoni antar
kaum Muslim. . "umat beragama dapat dengan mudah
Pada akhimya perlu dibedakan antara rnempengaruhi stabilitas politik, terutama
dimensi ajaran agama dan perilaku 'umat karena campur tangan lembaga-Iembaga
beragama. Dalam hal ini M. Amin keagamaan berskala nasional dan
Abdullah (1999: 75) menegaskan: intemasional. Keberadaan militansi dan
Perilaku umat beragama selain ditentukan kelompok-kelolnpok fundamentalis
oleh normativitas ajaran agamanya, juga memperoleh apresiasi di masing-masing
sangat ditentukan oleh kekuatan-kekuatan komunitas keagamaan. Selanjutnya, hal ini
sosio-historis dan politik yang akan membangkitkan sentimen keagamaan
melingkarinya. Ajaran agama yang yang meluap-Iuap yang berujung pada
fundamental hanya bersifat pemberi perasaan wajib turut berjuang - denganjiwa
"warning" terhadap adanya berbagai dan raga - membela agama. .Jihad dan
macam sekat-sekat historis-politis- perang suci (holy war) merupakan tenna-
ekonomiS yang seringkali berlindung pada t~nna unggulan yang secara sosio-
naungan payung emosional aliran teologis psikologis memiliki akar yang kuat, namun
tertentu. secara ontologis tidaklah signifikan.
Jadi, pennasalahan kerukunan urnat Munculnya "Lasykar Jihad" di kalangan
beragama di Indonesia sekarang ini menjadi umat Islam untuk Kontlik Ambon di
semakin kompleks. Konflik yang bemuansa berbagai wilayah di Indonesia, misalnya,
keagamaan dapat dipicu oleh berbagai merupakan contoh nyata dalam asumsi
faktor yang bervariasi, bahkan kontlik ini tersebut. Oi kalangan Nasrani juga pemah
tidak hanya melibatkankelompok atau muncul kelompok militan yang dalam
umat beragama yang saling bertikai, tetapi sejarah dikenal dengan sebutan "Tentara
ada pihak-pihak lain yang ikut terlibat di Salib" yang sangat .berperan dalam
dalamnya. Di sinilah rumitnya menangani peperangan melawan tentara Islam dalam
konflik-konflik yang bernuansa keagamaan Perang Salib. Hal ini diperkuat oleh
(SARA) di negara kita. pemyataan FL. Hasto Rosariyanto bahwa
pelaku sejarah di kalangan Nasrani
melaksanakan tugas dan misinya dengan
ketulusan yang amat mendalam. Dia
menulis, "Mereka melakukannya atas nama

Pluralistis Aga~a dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia 180


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th.XX~ No..3

iman, atas nama agama, atas nama Ge~eja, fanatisme keagamaan. Pesantren-pesantren
atas nama Allah ... dan yang tidak kalah tradisional dalam komunitas Muslim dan
tulus: demi keselamatan jiwa sesama . sekolah-sekolah missionari dalam
manusia" (Rosariyanto, 200 I: 115). komunitas Kristen merupakan lembaga-
Masing-masing urnat beragama lembag~ pendidikan yang banyak
merasa memiliki agamanya, dan pemilikan melahirkan personalitas keberagamaan
ini bersifat primordial. Bahkan agama yang militan dan fundamentalis.
terlembagakan dan diidentifikasi' sesuai Persoalannya sekarang, bagaimana
dengan jatidiri masyarakat yang mengatasi permasalahan agama yang sangat
bersangkutan, seperti terjadi dalam kasus rumit ini. Berbagai upaya ditawarkan dan
agama Yahudi, agama Nasrani (Kristen), dilaksanakan seperti yang sudah disinggung
dan - dengan pola yang agak berbeda -. di atas, yakni dengan pendekatan ·studi
agama Islam (Komaruddin Hidayat dan agama, seperti yang ditawarkan M. Amin
Nafis, 1995).' Pelembagaan ini Abdullah, dengan penerapan pola Tiga
mencerminkan eksklusivitas atau mungkin Kerukunan Umat Beragama seperti yang
primordialisme umat beragama, yang secara ditawarkan oleh Pemerintah Indonesia, dan
sosiologis telah memilah keutuhan juga dengan melakukan dialog yang
masyarakat manusia yang notabene melibatkan para pemimpin agama-agama
bersaudara. Masing-masing umat beragama yang "bertikai..... Tawaran pemecahan ini
mengklaim diri paling benar (claim (if tampaknya sangat bagus, namun bersifat
truth) dan paling selamat (claim (~r intelektual sehingga jangkauannya kurang
salvation), sehingga merupakan kewajiban massif. Untuk itu tawaran lain yang peflu
suci untuk mengajak (berdakwah atau diperhatikan adalah pendekatan sosiologis-
melakukan aktivitas missionaris), bahkan intelektual melalui pelaksanaan Pendidikan
memaksa umat beragama lainnya untuk Agama di sekolah. Pendekatan ini
mengikuti kebenaran dan melalui jalur-jalur dimaksudkan untuk mengisi dan memenuhi
keselamatan yang ditempuhnya. Padahal kebutuhan-kebutuhan beragama secara
tidak ada ajaran dalam kitab suci yang pluralistik di dalam kerangka kehidupan
membenarkan pemaksaan agama. bennasyarakat, berbangsa, dan bemegara.
Kenyataannya, klaim-klailn kebenar- Selama ini penyelenggara Pendidikan
an dan keselamatan seperti di atas tidaklah Agama di sekolah, termasuk di Perguruan
membuat masing-masing umat beragama Tinggi, dilakukan secara partikularistik dan
menyatukan Iangkah dan menekankan eksklusif, yakni melakukan pembelajaran
aspek-aspek kesamaan atau kesepadanan, agama tertentu terhadap peserta didik
akan tetapi justeru saling menyisihkan. pemeluk agama tertentu dan tidak
Konsep atau substansi kebenaran, walaupun melibatkan peserta didik dari pemeluk lain
secara ontologis bersifat tunggal, tetapi agama. Dalam Keputusan Dirjen Dikti
menurut kebanyakan penganut agama Depdiknas RI No. 263 Tahun 2000 PasaI 2
berbeda-beda, sehingga orientasi ditegaskan bahwa mata kuliah Pendidikan
perj uangan umat beragama berbeda-beda Agama adalah mata kuliah wajib untuk
pula. Inilah yang memicu terjadinya diambil oleh setiap mahasiswa pada
Io'perang" antar umat .beragama. Dalarn Perguruan Tinggi sesuai dengan agama
konteks ini,' pelaksanaan pendidikan agama yang dianutnya. Sebenamya
pada masing-masing komunitas beragama penyelenggaraan Pendidikan Agama seperti
bersifat eksklusif, bahkan seringkali justeru ini tidaklah keliru, tetapi cara seperti ini
memperkuat militansi dan fundamentalisme kurang memberikan sumbangan bagi
keberagamaan, tidak hanya sekedar

Pluralistis Agama dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia 181


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th.XX, No..3

tercapainya kerukunan hidup beragama di pengetahuan agama yang cukup, sehingga


tengah-tengah masyarakat yang pluralistik. memiliki sikap toleran kepada penganut
Dasar pemikiran cara seperti di atas agama lain, juga akan menjadi manusia
dapat dipahami, yakni dengan Pendidikan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Agama peserta didik dari agama tertentu Yang Maha Esa menurut agamanya lebih
diarahkan untuk memahami dengan benar dahulu sebelum Inenguasai atau melniliki
dan ,sebaik-baiknya ajaran agama· yang ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni
dianutnya, selanjutnya diharapkan mampu yang dipelajari (Ali, 199~: 2-3).
,melaksanakan ajaran-ajaran itu dalam Jika kita menyadari akan realitas
kehidupan sehari-hari, sehingga terbentuk kehidupan beragama yang pluralistik di
insan-insan yang beriman dan bertakwa Indonesia, maka pembinaan pemikiran dan
kepada Tuhan Yang MahaEsa. Inilah jalan . sikap pluralistik hams dimulai sejak dini.
pikiran yang dikembangkan oleh Untuk memberikan basis perubahan yang
pemerintah saat ini terutama melalui' kuat, maka pembinaan itu dapatdilakukan
Departemen Agama dan Departemen di sekolah melalui perubahan' sistem
Pendidikan Nasional. Pendekatan semacam penyelenggaraan Pendidikan Agamanya.
ini dikenal dengan pendekatan doktriner- Kombinasi pendekatan pertama dan kedua
teologis-normatif Pendekatan ini barangkali akan memberikan dasar-dasar
dilengkapi oleh Amin Abdullah dengan . sikap pandang yang berguna baik bagi
penekanannya pada studi agama yang pernbentukan kesalehan agamis, juga akan
menjadikan agama sebagai suatu bidang mengakses sikap pluralistik keagamaan,
kajian ilmiah. Pendekatan kedua ini disebut berupa - antara lain - sikap toleransi yang
pendekatan historis-empiris-kritis konstruktif dan positif. Pada akhimya, cara
(Abdullah, 1999: 12). Hanya saja cara ini .ini dapat mengarah pada terbinanya
hanyadapat dinikmati o)eh kalangan kerjasama antar umat beragama secara
intelektual saja dan tidak merembes ke terbuka dan bebas.
dalam keluargayang bukan intelektua1. Operasionalisasi dan cara yan'g
Pemah ada usaha menyatukan studi terakhir di atas dilakukan dengan
masing-masing agama itu ke dalam satu mengikutsertakan semua peserta didik dari
kelas ~bersama dengan' pengajar darisemua berbagai latar ~elakang keabl(lmaan untuk
agama. Walaupun secara akademis mengikuti pelajaran agama-agama. Aspek
maksudnya' "mungkin" baik, yaitu normatif dan aspek rasional agama
'memperkenalkan semua agama kepada dipadukan secara serasi, sehingga agama
semua mahasiswa di Perguruan Tinggi sebagai ajaran dan agama sebagai bahan
Umum, tetapi untuk menjaga kemumian kajian ilmiah (rasional) dapat disejajarkan.
aqidah, kemumian iman menurut agama Dalam hal ini peserta didik akan mengenal
masing-masing, usatta itu tidak diterima berbagai cara manusia beragama.
oleh pemuka agama di tanah air. Alasan Tujuannya bukan untuk menunjukkan
mereka, kendatipun tidak diadakan "kelas . keunggulan atau kekurangan satu agama
bersama untuk semua agama bagi terhadap lainnya, melainkan untuk
mahasiswa", yang penting adalah materi menunjukkan realitas sosiologis masyarakat
yang disampaikan kepada mahasiswa, Inanusia, bahwa manusia bersatu dalam
sehingga wawasannya tentang agama luas garis keimanan kepada Tuhan yang satu.
dan jelas. Yang terpenting untuk Beberapa argumen bisa dikemukakan
diperhatikan, Pendidikan' Agama di untuk memperkuat pendekatan di atas.
Perguruan ,Tinggi diharapkan mampu Secara sosiologis, sekolah adalah sebuah
membekali para mahasiswa dengan lembaga yang di dalamnya berlangsung

Pluralistis Agama dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia 182


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th.XX, No..3

proses-proses sosialisasi dan kulturisasi. yang sederhana, sehingga pengena)an


Dari sudut pandang sosiologi, sekolah dapat konsep pluralistik akan sangat
berfungsi sebagai agent ofchange (lembaga memberatkan psikologis dan sosiologis
pengubah) (Nasution, 1983: 24) mereka. Ketiga, pengenalan ke arah
Fungsi di atas tampak sangat kuat dan pemikiran filosofis untuk menemukan titik
signifikan, terutama karena sekolah-sekolah telnu agama hanya mungkin dilakukan di
di Indonesia (khususnya sekolah-sekolah sekolah tinggi atau Perguruan Tinggi.
negeri) menyatu dengan struktur kekuasaan. Kendala yang barangkali muncul,
Untuk itu intervensi kekuasaan sangat terkait dengan Pendidikan Agama di
memungkinkan untuk merancang Perguruan Tinggi (dalam hal ini Perguruan
perubahan yang sesuai dengan tujuan- Tinggi Umum) adalah minimnya alokasi
tujuan yang diharapkan. Jika .pemerintah. waktu yang disediakan untuk mata kuliah
menghendaki kerukunan umat beragama Pendidikan Agama, yakni hanya 2 sks atau
berjalan dengan baik, maka pelibatan sistem 4 sks dalaln setiap jenjang (strata)'
pendidikan di sekolah menjadi sangat pendidikan, baik untuk tingkat diploma
penting. Salah satu bentuk keterlibatan maupun tingkat sarjana. Waktu yang
yang diharapkan daTi sekolah - dalam hal demikian singkat ini sangat menyulitkan
ini - adalah tUTut sertanya sekolah dalam dalam pembagian alokasi bagi setiap materi
membina sikap-sikap keagamaan pluralistik (topik bahasan) yang diberikan. Jangankan
l11,elalui pembelajaran Pendidikan Agama. untuk memberikan Pendidikan Agama yang
Dari sudut pandang sejarah agama-agama pluralistik, untuk mengajarkan satu agama
dan perenialisme ajaran agama, agama- saja yang lebih mendalam, jatah 2 sksatau
agama (terutama agama-agama Samawi) 4 sks ini belum memadai. Untuk itu
sesungguhnya memiliki akar yang sarna, pemerintah melalui Oirjen Oikti Depdiknas
yaitu dari Tuhan dan memiliki karakter. seharusnya memb~rikan kebijakan untuk
ajaran agama yang sarna, yaitu sarna-sarna menambah alokasi waktu yang lebih
mengajarkan kebaikan, kedamaian, banyak bagi pembelajaran Pendidikan
kebenaran, dan keadilan. Oleh karena itu, Agama di Perguruan Tinggi Umum.
Pendidikan Agama di sekolah di samping Kondisi seperti ini sangat berbeda dengan
menunjukkan adanya pluralitas kondisi di lAIN atau sekolah tinggi agama
keberagamaan manusia juga menunjukkan lain yang memang memfokuskan pada
aspek transendensi agama yang kajian-kajian keagamaan. Oi lAIN terdapat
mempertemukan berbagai agama. Dari jurusan atau program studi yang secara
sudut pandang psikologi, penyelenggaraan khusus mengkaji berbagai agama, yaitu
Pendidikan Agama yang pluralistik ini jurusan Perbandingan Agama yang berada
harus memperhatikan beberapa catatan di Fakults Ushuluddin. Lahirnya jurusan
penting. Pertama, Pendidikan Agama yang ini, menurut Azyumardi Azra (1998:7),
memadukan aspek teologis-normatif dan tnerupakan hasil eksperimen Dr. Mukti ali
aspek rasional-kritis tidak tepat diterapkan yang berhasil, khususnya di lAIN Sunan
bagi peserta didik yang belum mampu, Kalijaga Yogyakarta. Pendekatan yang
berpikir kompleks. Oleh karena itu, sangat ditawarkan Mukti Ali dalam kajian
tidak tepat cara ini diterapkan bagi para perbandingan agama pada intinya
siswa sekolah mulai dari tingkat dasar menekankan pada pendekatan "holistik"
sampai tingkat menengah. Kedua, peserta terhadap agama, yakni' mencoba melihat
didik di sekolah-sekolah. rendah (dasar) dan memahami fenomena agama dari
sampai menengah seperti itu cenderung seluruh aspeknya. Dari pendekatan yang
mengambil pola-pola pikir dan perilaku bersifat holisitk ini akan berkembang dialog

Pluralistis Agama dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia 183


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th.XX, No..3

antar agama, yang pada gilirannya akan batin lebih mendalam maupun mengolah .
rnendorong terciptanya saling pemahaman keterlibatan sosial menuju kehidupan
dan toleransi antar umat beragama. Pola bersama yang lebih adil dan manusiawi. Oi
yang senada juga diterapkan di Perguruan sinilah akan terjadi dialog dan kerukunan
Tinggi Protestan (Perguruan Tinggi antar umat beragama yang sesungguhnya.
Teologi). Arah studi agama di Perguruan Studi agama-agama selayaknya membantu
Tinggi Teologi di Indonesia adalah: umat beragama untuk memasuki kenyataan
1. Memberi pengetahuan kepada yang ultimate sebagai yang superabundant
mahasiswa akan kemajemukan agama- . dan tidak tertangkap aerta terkuasai
agama, khususny~ yang ada dalam sepenuhnya oleh kenyataan historis
masyarakat kit~. (Banawiratma, 1998: 10).
2. Membekali mahasiswa sebagai calon, Alokasi waktu yang minim bagi
pelayan gereja untuk dapat mengenal, Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi
hidup, dan bekerja sarna dengan Umum seperti di atas sangat menyulitkan
penganut agama lain, serta menangani penerapan metode studi agama secara
masalah bersama seperti ketidakadilan pluralistik. Yang dapat dilakukan dengan
dan kemiskinan. alokasi yang terbatas tersebut barangkali
3. Mengenali perbedaan-perbedaan dengan hanyalah memberikan topik kajian khusus
agama-agama lain, supaya dapat saling mengenai toleransi urn at beragama
menghargai dan menetima dalam sehingga setiap pemeluk agama memiliki
perbedaan-perbedaan itu. kesadaran akan kebenaran agama yang
4. Menunjang dalam upaya berteoJogi, dianut dan kesadaran untuk menghormati
khususnya dalam konteks masyarakat pemeluk agama lain.
Indonesia yang ~ajemuk dari segi Kendala lain yang mungkin timbul
agama (van Doorn-Harder, 1997: 69) adalah terkait dengan sumber daya
Di samping itu, lembaga-lembaga manusianya, dalam hal ini adalah para
pendidikan teologi di Indonesia· perlu dosen Pe~didikan Agama. Masih sedikit
mengembangkan studi agama-agama secara para dosen yang memiliki pemahaman yang
interdisipliner dengan memberi perhatian menyeluruh mengenai berbagai agama.
pada: (I) pola-pola perjumpaan antar umat Secara umum, para dosen Pendidikan
beragama, khususnya Kristen dan nort~ Agama, khususnya di Perguruan Tinggi
Kristen; (2) Pandangan dan komitmen Umum, masih ditekankan untuk mendalami
agama-agama terhadap berbagai masalah pengetahuan keagamaannya sesuai dengan
sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain'. agama yang dianutnya. Masih belum ada
sebagainya; dan (3) Agama dan politik kebijakan yang mengarah untuk
dengan perhatianpada tempat dan perao peningkatan pengetahuan keagamaan dosen
agama dalam percaturan politik dalam yang lebih menyeluruh dengan mengkaji
sejarah Indonesia (Ngelow, 1998: 8). Pola agama-agama lain. Untuk menghadirkan
dan perhatian seperti inilah yang secara para dosen Pendidikan Agamadari berbagai
langsung membekali gereja dan urnat agama dalam satu kelas pun bukan
Kristen dalam pelayanan di tengah-tengah merupakan suatu yang mudah, baik secara
masyarakat. Di Perguruan Tinggi Katolik teknis maupun nonteknis.
pun juga diterapkan pola yang hampir Dari kenyataan di atas maka
sarna. Studi agama-agama di Perguruan pembelajara~ Pendidikan Agama di
Tinggi Katolikdiharapkan dapat ikut Perguruan Tinggi Umum yang mengarah
membuka horison lebih luas bagi urnat kepada terbinanya kerukunan umat
beragama manapun untuk mengolah hidup beragama masih memerlukan kajian-kajian

Pluralistis Agama dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia 184


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th.X~, No, .3

yang lebih mendalam'.Oleh karena itu, Daftar Pustaka


pembinaan sikap-sikap. pluralistik harus
diberikan sejak dini di sekolah - mulai dari Abdullah, M. Amin. (1999). Studi Agama:
sekolah dasar sampai sekolah tinggi - Normativitas a/au Historisitas?
sehingga akan menjadi probabilitas yang Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Cet. II.
lebih .mungkin di dalam proses sosialisasi Ahmad Sukardja. (1995). !liagam Madinall
dan kulturisasi lembaga pendidikan. dan lfndang-undang Dasar 1945:
Akhimya, penerapan pendekatan Kqjian })erhandingan lenlang Dasar
Pendidikan Agama yang pluralistik untuk Hidup Ber..,·ama da/am Masyarakat
pembinaan kerukunan umat beragama di yang Mqienluk. Jakarta: VI Press.
Indonesia merupakan tawaran yang Ahmad, Zainal Abidin. ( 1973). Piagam
debatable. Penerapan cara ini Nabi Muhammad ~"A W. Konstitusi
membutuhkan landasan ket:ia yang kuat dan Negara Tertu/is yang Pertama di
ditopang oleh aspek-aspek ihniah dan Dunia. Jakarta: Bulan Bintang.
manajemen yang handal. Ali, M. Daud. (1998). "Studi Agama di
Lingkungan Perguruan Tinggi Umum
Kesimpulan Negeri". Makalah. Disampaikan
Kehidupan yang pI.ur~listik, termasuk. ·dalam Seminar Nasional "Kerukunan
dalam hal beragama, merupakan Umat Beragama dan Studi Agama-
sunnatullah atau sesuatu yang harus terjadi agama di Perguruan Tinggi" yang
sesuai dengan ketentuan Allah. Hal ini diseleng-garakan Lembaga
merupakan realitas dan sekaligus tantangan Pengkajian Keru-kunan Umat
bagi manusia bagaimana dapat hidup Beragama (LPKUB) Indonesia
dengan baik dalam suasana yang plural. Yogyakarta 14-15 Februari.
PIuralitas dalam bidaQg agama seringkali Azra, Azyumardi. (1998). "Studi-studi
.menunjukkan tensi lebih kuat dan Agama di Perguruan Tinggi Agama
berdampak lebih kuat dalam percaturan Islam Negeri". Maka/all.
kehidupan manusia Indonesia jika Disampaikan dalam Seminar
dibandingkan dengan bidang-bidang yang Nasional "Kerukunan Umat
lain seperti bidang sosial budaya, bidang Beragama dan Studi Agama-agama di
ekonomi, dan bida~g politik. Perguruan Tinggi" yang
Berbagai cara ditempuh untuk dapat diselenggarakan Lembaga Pengkajian
membina kerukunan hidup umatberagama Kerukunan Umat Beragama
di tengah masyarakat. Hanya . ~aja (LPKUB) Indonesia Yogyakarta 14-
kompleksitas persoalan agama itu sendiri 15 Februari. .
telah membuat pemecahannya begitu rumit. Banawiratma, J.B. (1998). "Studi Agama-
Pelaksanaan Pendidikan Agama yang agama di Perguruan Tinggi Katolik".
bersifat pluralistik di sekolah, khususnya di Maka/all. Disampaikan dalam
Perguruan Tinggi Umum, barangkali dapat Seminar Nasional "Kerukunan Umat
memberikan sumbangan yang dapat Beragama dan Studi Agama-agama di
dijadikan sarana penuntasan pertikaian Perguruan Tinggi" yang
antar umat beragama di tanah air kita diselenggarakan Lembaga Pengkajian
tercinta ini, meskipun membutuhkan waktu Kerukunan Umat Beragama
yang agak lama. Wallahu A 'lam. (LPKUB) I~donesia Yogyakarta 14-
15 Februari.
Bellah, Robert N. (1976). Beyond Be/ief
l~:ssays ()n I?eligion in Post

Pluralistis Agama dan Kerukunan Urnat Beragama di Indonesia 185


Cakrawala Pendidikan Juni 2001, Th.XX, No..3

Tradisional World. New York: Van Doom, Piettemella-Harder. (1997).


Harper and Row Publisher. "Studi Agama-agama dan Posisinya
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan di Sekolah-sekolah Teologi protestan
Tinggi Departemen Pendidikan di Indonesia". Dalam Jurnal 7eologi
Nasional Nomor 263IDIKTIIKEP (;eI11a No. 52/1997
/2000 tentang Penyempurnaan
Kurikulum Inti Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian Pendi-
dikan Agama pada Perguruan Tinggi
di Indonesia.
Komaruddin Hidayat dan Muhammad
Wahyuni Nafis. (1995). Agama Masa.
Depan: Perspekt~f· l~-'ils~fal Perenial.
Jakarta: Paramadina.
Madjid, Nurcholish. (1998). "Dialog di
Antara Ahli Kitab (Ahl AI-Kitab):
Sebuah Pengantar". Kata Pengantar
dalam George B. Grose & Benjamin
J. Hubbard (Ed.). Tiga Agal11u k)alu
Tuhan: SebuaJ1 Dialog. Terj. oleh
Santi Indra Astuti. Bandung: Mizan.
Cet. II.
Nasution, S. (1983). Sosiologi }Jendidikan.
Bandung: Penerbit Jemmars.
Ngelow, Zakaria J. (1998). "Iman, IImu,
dan Kemanusiaan: Studi Agama-
agama di Lingkungan Perguruan
Tinggi Protestan". Makalah.
Disampaikan dalam Seminar
Nasional "Kerukunan Umat
Beragama dan Studi-Agama-agama di
Perguruan Tinggi" yang
diselenggarakan Lembaga Pengkajian
Kerukunan Umat Beragama
(LPKUB) Indonesia Yogyakarta 14-
15 Februari.
Rosariyanto, FL. Hasto. 2001. " Right or
Wrong, My Church". Dalam I.
Subaryo ... (et. a1.). T'ulus ,,')e{Jerti
Merpati, Cerdik Seperli [liar.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Taher, Tarmizi. (1997). Aspiring .fi)r the
Middle Path Religious Harl110ny in
Indonesia. Jakarta: CENSIS.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 1989 tenlang k~iste/1t
Pendidikan Nasional.

Pluralistis Agama dan Kerukunan Umat Beragama di Indonesia 186

You might also like