You are on page 1of 20

KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN

BERAGAMA DI INDONESIA
Delmus Puneri Salim
Dosen Institut Agama Islam Negeri Manado
delmus.psalim@gmail.com

Abstract. Relations between religions have been formulated in terms of religion in


Indonesia. Often interreligious relations are formulated in 'religious harmony' and often
the understanding of the term is influenced by the concept of 'religious freedom'. Indonesia
launched Tri Harmony in preventing people from getting caught up in unnecessary
conflicts, namely Inter-Religious Harmony, Religious Harmony and Harmony between
Religious People and the Government. A political formula that is practically expected to be
able to manage religious people. Although this formulation is not a theological formula,
this formula is intended not to be involved in conflict with one another, or so that in the
religious community there is no attempt to tackle each other. However, the term religious
freedom is often understood as a major part of religious harmony. Freedom of religion
emphasizes the right of every citizen individually to be able to believe and practice the
teachings and beliefs of a trusted religion. Both of these terms affect relations between
religions in Indonesia.
Keywords: Harmony, Freedom, Religion, Indonesia,.
Abstrak. Relasi antar agama telah dirumuskan dalam istilah yang beragama di
Indonesia. Seringkali relasi antar agama dirumuskan dalam bahasa ‘kerukunan agama’
dan sering juga pemahaman istilah tersebut dipengaruhi oleh keonsep ‘kebebasan
beragama’. Indonesia mencanangkan Tri Kerukunan untuk mencegah agar orang tidak
terjebak dalam konflik-konflik yang tidak perlu, yaitu Kerukunan Antar-Umat Beragama,
Kerukunan Intern-Umat Beragama dan Kerukunan Antara Umat Beragama dengan
Pemerintah. Suatu rumusan politik yang secara praktis diharapkan dapat mengelola
umat beragama. Meskipun rumusan ini bukanlah suatu rumusan teologi, tetapi rumusan
ini dimaksudkan agar tidak terlibat konflik satu sama lain, ataupun agar di dalam diri
umat beragama tidak ada upaya saling menjegal. Namun demikian, istilah kebebasan
beragama sering dipahami sebagai bagian utama dari kerukunan umat beragama.
Kebebasan beragama menekankan hak setiap warga secara individu untuk bisa meyakini
dan mengamalkan ajaran dan keyakinan agama yang dipercaya. Kedua istilah ini
mempengaruhi relasi antar agama di Indonesia.
Keywords: Kerukunan, Kebebasan, Beragama, Indonesia.

15
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

Pendahuluan kerukunan, tenggang rasa, saling


Indonesia adalah masyarakat menghargai dan saling menghormati
majemuk. Kemajemukan tersebut bukan antara sesama umat beragama serta
hanya dari sisi berbagai suku dan etnis, dilandaskan pada penghormatan terhadap
tetapi juga dari beragama agama. Kondisi hak dan kemerdekaan seseorang untuk
ini merupakan potensi disintegratif memeluk dan melaksanakan ibadah
apabila tidak ditangani secara arif. menurut agamanya masing-masing.
Kemajemukan itu akan sangat potensial Kedua, prosedur pendirian rumah
menjadi penyebab perpecahan apabila ibadah seperti yang tercantum dalam PBM
negara gagal dalam mengelola hubungan No. 9 dan 8 / 2006 yang berbunyi
antar agama. “Bangunan yang memiliki ciri tertentu
Hubungan antar agama sering yang khusus dipergunakan untuk
dirumuskan dalam konsep kerukunan beribadat bagi pemeluk masing-masing
antar umat beragama. Namun demikian, agama secara permanen dan tidak
kerukunan umat beragama masih termasuk tempat ibadat keluarga. Aturan
diwarnai oleh kejadian-kejadian yang ini menginginkan adanya ijin pemanfaatan
merusak kerukunan umat beragama di gedung dan maksimal lamanya dua tahun
Indonesia. Perizinan pendirian gereja bagi bangunan rumah ibadah tersebut.
Yasmin di Bogor, pembangunan Masjid Ketiga, pemberdayaan forum
Raya di Bitung dan berita pembakaran Al- kegiatan lintas agama seperti FKUB
Qur’an di Amerika, selalu menjadi duri (Forum Kerukunan Umat Beragama) yang
dalam interaksi umat beragama di merupakan forum yang dibentuk oleh
Indonesia. Peristiwa-peristiwa tersebut masyarakat dengan difasilitasi oleh
tidak membuat kepercayaan antar satu pemerintah, memegang peranan penting
kelompok agama dengan umat beragama dalam rangka membangun, memelihara
lain semakin membaik. dan memberdayakan umat beragama
Kerukunan umat beragama di untuk kerukunan dan kesejahteraan.
Indonesia selalu dipengaruhi oleh Dalam mengembangkan pengelolaan
peristiwa lokal, nasional dan kerukunan umat beragama selanjutnya,
internasional. Bahkan peristiwa-peristiwa pemerintah membuat Undang-undang
tersebut sangat mempengaruhi definisi, Kerukunan Umat beragama. Meskipun
bentuk dan makna kerukunan umat pemerintah terkadang dianggap gagal
beragama yang dipahami oleh menjadi penengah dialog dalam konflik
pemerintah, dalam hal ini, Kementerian seperti perizinan tempat peribadatan,
Agama. Tiga aspek,diantaranya, dalam pasal-pasal yang diajukan dalam
kegiatan kerukunan umat beragama yang rancangan undang-undang tersebut belum
dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa mengkaitkan wacana di masyarakat
glokal (global dan lokal) tersebut adalah, dengan pasal-pasal yang ada. Gap yang
pertama, kode etik penyiaran agama terjadi antara yang dipersoalkan oleh para
seperti yang termuat dalam KMB (Menteri penganut agama dengan penjelasan yang
Agama dan Menteri Dalam Negeri) No. ada dalam undang-undang menunjukkan
1/1979 yang berbunyi “Penyiaran agama peraturan-peraturan yang berkaitan
adalah segala kegiatan yang bentuk, sifat dengan kerukunan umat beragama masih
dan tujuannya untuk menyebarluaskan problematik.
ajaran suatu agama” karena itu penyiaran Permasalahan yang sering
agama harus dilaksanakan dengan etika, diperdebatkan dalam undang-undang
moral dan akhlak yang baik. Menurut tentang kerukunan umat beragama ini,
aturan ini, pelaksanaan penyiaran agama beragam. Misalnya, pertama, pasal tentang
harus dilakukan dengan semangat definisi kerukunan umat beragama.

16
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA -- Delmus P. Salim

Disebutkan, Kerukunan Umat Beragama dan pendirian tempat ibadat merupakan


adalah kondisi hubungan antar umat aturan yang lama yang masih
beragama yang ditandai dengan adanya problematik.Perayaan hari besar agama
suasana harmonis, serasi, damai, akrab, dijelaskan sebagai hak setiap umat
saling menghormati, toleran, dan beragama. Ini berarti menurut undang-
kerjasama dalam kehidupan undang ini terdapat masalah besar dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, perayaan hari besar agama dan masalah
baik intern maupun antar umat beragama ini perlu diatur dalam undang-undang
di dalam Negara Kesatuan Republik tersebut.
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Dalam kegiatan penyebarluasan
Undang-Undang Dasar Negara Republik agama, undang-undang ini juga
Indonesia Tahun 1945. Definisi ini belum melanjutkan peraturan lama yang
menyinggung langsung kondisi ril melarang penyebarluasan agama kepada
interaksi umat beragama di masyarakat. orang yang sudah beragama.
Definisi kerukunan ini belum menjawab Konsekuensinya, jika undang-undang ini
persoalan kebebasan umat beragama dilaksanakan, maka semua media cetak,
dalam beribadah, perizinan tempat ibadah tulis dan radio serta selebaran yang
dan interaksi sosial antar umat beragama. bernafaskan satu agama dan bisa didengar
Persoalan lain adalah Undang- dan dibaca oleh semua penganut agama
undang tersebut menjelaskan bahwa adalah melanggar undang-undang
kerukunan umat beragama bertujuan tersebut.
untuk menjamin terpenuhinya hak-hak Kegiatan pemakaman jenazah dalam
umat beragama agar dapat hidup, undang-undang ini menjelaskan bahwa
berkembang, berinteraksi, dan setiap umat beragama harus dimakamkan
berpartisipasi secara optimal sesuai di lokasi pemakaman umat beragama
dengan harkat dan martabat tertentu dan tidak boleh bercampur baur
kemanusiaan, serta mendapat dengan agama lain. Urgensi kegiatan
perlindungan dari kekerasan dan pengaturan Pemakaman Jenazah dalam
diskriminasi, demi terwujudnya undang-undang ini juga dipertanyakan
kerukunan umat beragama yang dibandingkan dengan kegiatan pelestarian
berkualitas dan berakhlak. Tujuan kepercayaan nenek moyang local yang
kerukunan umat beragama menurut sudah diwarisi turun temurun selama
undang-undang ini juga belum memuat bertahun tahun di pedesaan.
penjelasan definisi agama dan Kegiatan kerukunan umat beragama
kepercayaan yang sudah berkembang yang keempat yang tercantum dalam
ratusan tahun dan mengakar dalam rancangan undang-undang tersebut
kalangan masyarakat secara turun adalah kegiatan pendirian rumah ibadat.
menurun di Indonesia.1 Berbeda dengan kegiatan keagamaan
Permasalahan selanjutnya dalam sebelumnya, undang-undang ini sangat
pembahasan rancangan undang-undang rinci dalam memberikan prosedur
kerukunan antar umat beragama adalah perizinan tempat peribadatan.Mulai dari
empat kegiatan yang dijadikan sebagai izin masyarakat setempat, kakanwil
kegiatan utama kerukunan umat kementerian agama, tokoh masyarakat
beragama yaitu, perayaan dan peringatan dan adat serta keputusan akhir yang
hari besar keagamaan, penyebarluasan dipegang oleh kepala daerah.Hal ini bukan
agama, pemakaman jenazah; saja bertentangan dengan undang-undang
otonomi daerah yang tidak memberikan
1 Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa
wewenang masalah agama kepada
MUI Sejak 1975 pemerintah daerah tetapi juga

17
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

menunjukkan kementerian agama yang mudah untuk dianggap sebagai konflik


melepaskan tanggung jawabnya terhadap agama, tetapi tidak dapat disangkal bahwa
persoalan kerukunan umat beragama di ada nuansa-nuansa keagamaan di
Indonesia yang menjadi tugas pokoknya. dalamnya. Faktor lain yang penting dalam
Pengaturan perizinan pendirian rumah konflik agama tersebut adalah
ibadah juga paling penting menunjukkan kesenjangan sosial, atau masalah ekonomi
tidak adanya kebebasan beribadah di politik. Meskipun demikian, fakta-fakta
Indonesia. yang penting dari konflik ini adalah
rumah-rumah ibadah dan penganut
Kerukunan Umat Beragama Versus agama tertentu yang menjadi sasaran.
Kebebasan Beragama Menghindari konflik antar umat
Diskursus teori interaksi antar umat beragama merupakan bagian yang penting
beragama di Sumatera Barat dan Sulawesi dari pembahasan kerukunan antar umat
Utara masih dinegosiasikan dan beragama. Tidak ada jalan lain yang dapat
dipertentangkan antara konsep dilakukan selain dari memajukan
kerukunan umat beragama dengan teori kehidupan yang rukun. Kerukunan umat
kebebasan beragama. beragama, yang terus-menerus
1. Kerukunan Umat Beragama disampaikan para pemimpin bangsa kita
Indonesia mencanangkan Tri pada berbagai kesempatan, maupun oleh
Kerukunan untuk mencegah agar orang mereka yang berkehendak baik,
tidak terjebak dalam konflik-konflik yang merupakan prasyarat bagi pembangunan
tidak perlu, yaitu Kerukunan Antar-Umat bangsa ini. Sejarah bangsa bangsa lain
Beragama, Kerukunan Intern-Umat sudah membuktikan bahwa konflik yang
Beragama dan Kerukunan Antara Umat berkepanjangan karena berbagai
Beragama dengan Pemerintah. Suatu perbedaan agama dapat menghancurkan
rumusan politik yang secara praktis bangsa yang bersangkutan, seperti
diharapkan dapat mengatur orang-orang Yugoslavia, Irlandia, Sri Lanka.
yang berbeda agama. Meskipun rumusan Kerukunan sebenarnya bukanlah hal
ini bukanlah suatu rumusan teologi, tetapi yang terlalu baru di Indonesia. Kerukunan
rumusan inidimaksudkan agar tidak adalah nilai luhur yang diwariskan oleh
terlibat konflik satu sama lain, ataupun para leluhur sejak pertengahan milenium
agar di dalam diri umat beragama tidak pertama dari zaman Mataram I yang terus
ada upaya saling menjegal. berlanjut ke zaman Majapahit. Pada masa
Teori kerukunan antar umat sekarangpun kerukunan itu dirumuskan
beragama yang dikembangkan untuk dalam UUD 1945 sebagai jaminan negara
mengantisipasi konflik agama ternyata bagi setiap warga negara untuk memeluk
belum meniadakan konflik-konflik agama agama dan mengungkapkan
di Indonesia. Di kalangan Kristen, konflik kepercayaannya itu. Makna semboyan
intern terjadi di HKBP yang kemudian Bhinneka Tunggal Ika yang berarti
diselesaikan dengan secara bersama-sama berbeda-beda tetapi satu, pada hakikatnya
unsur-unsur yang bertikai itu mengungkapkan perasaan yang terdalam
mengadakan Sinode Godang. Konflik dari kesadaran bangsa Indonesia
antar-umat beragama yang sangat marak mengenai perlunya kerukunan umat
adalah ketika kerusuhan secara berurutan beragama.
terjadi di beberapa tempat, seperti di Dalam survei pengumpulan
Sidotopo, Situbondo, Tasikmalaya dan pendapat umum yang dilakukan Centre
Rengasdengklok dan belakangan terjadi di for the Study of Development and
Ketapang, Kupang, Poso, dan Ambon.
Walaupun kerusuhan-kerusuhan itu tidak

18
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA -- Delmus P. Salim

Democracy (CESDA)2, yaitu sebuah pusat Tingginya tingkat kerukunan antar-


studi yang didirikan dan berada dalam umat beragama tersebut diakui sendiri
LP3ES, yang dilakukan di tiga kota besar, oleh mereka, yaitu 86,8% menyatakan
Jakarta, Surabaya dan Medan, dari tanggal bahwa kehidupan beragama di Indonesia
6 sampai dengan 20 Desember 1998, dewasa ini rukun atau sangat rukun.
ditemukan hal-hal berikut: Hanya 9,8% yang menyatakan kehidupan
Tingkat kerukunan umat beragama beragama dewasa ini kurang atau tidak
di tiga kota besar tadi dalam kehidupan rukun. Faktor yang mendorong adanya
sehari-hari cukup tinggi. Sebagian besar kerukunan ini adalah karena kesadaran
responder menyatakan bahwa agama masyarakat sendiri (48,5%), ajaran agama
tidak menjadi pertimbangan dalam (35,2%) dan anjuran pemerintah (12,5%).
bertetangga (64,3%), dan tidak terganggu Masyarakat di tiga kota besar itu juga
kalau tetangganya beragama lain (88,8%). optimis bahwa kerukunan antar-umat
Sementara itu, 97% menyatakan akan beragama tersebut dapat dipertahankan
membantu atau prihatin jika tetangganya dan dapat lebih baik lagi (71,9%) paling
yang beragama lain ditimpa musibah, tidak dalam masa lima tahun mendatang.
70,6% berpendapat bahwa agama tidak Survey yang dilaksanakan sebelum
menjadi pertimbangan dalam memilih identitas daerah menguat di masa
teman, dan 86,4% tidak terganggu dalam desentralisasi menunjukkan kerukunan
berhubungan dengan rekan sekerja yang umat beragama di kota-kota besar yang
tidak seagama. Lebih jauh mereka tinggi di Indonesia. Setelah reformasi,
berpendapat bahwa dalam memilih toleransi politik masyarakat Indonesia
karyawan seyogianya keahlian lebih pun ditenggarai makin menurun. Hal ini
dipertimbangkan daripada agama, atau ditandai oleh survei Lembaga Survei
agama tidak dijadikan pertimbangan Indonesia (LSI)3 pada tahun 2006 yang
(66,7%). menemukan 63% responden tidak mau
Saling mengucapkan selamat pada kelompok diluar Islam memperjuangkan
hari raya kepada penganut agama lain hak-haknya. Pilihan paling banyak adalah
seperti Idul Fitri, Natal, Waisak dan kebencian kepada Komunis, Yahudi, dan
Galungan, baik secara langsung maupun Kristen. Survei ini juga menunjukkan
dengan kartu ucapan, disetujui 63,2% bahwa sekitar 40% responden keberatan
masyarakat di tiga kota besar itu. Bahkan penganut agama lain melakukan ibadah
95,5% merasa senang atau biasa saja dan membangun tempat ibadah di sekitar
menerima ucapan selamat dari mereka tempat tinggal mereka. Hal ini jelas
yang beragama lain. Sikap yang lebih menunjukkan kecenderungan intoleransi
toleran juga diungkapkan dengan sikap pasca reformasi semakin tinggi.
menyetujui kehadiran dalam perayaan- Terlepas dari hasil survey yang
perayaan ibadah umat beragama lain berbeda sebelum dan sesudah reformasi,
(38,8%). muatan kerukunan umat beragamapun
Yang juga menarik adalah bahwa masih diperdebatkan. Ada beberapa
cukup banyak masyarakat di tiga kota pandangan tentang kerukunan. Menurut
besar itu yang bersedia memberikan umat Kristen4, ada sekian banyak jenis
bantuan berupa sumbangan bagi kerukunan yang tidak dikehendaki, yaitu :
pembangunan rumah ibadah agama lain
(28,2%) atau bersedia menerima
sumbangan dari agama lain (50,6%). 3http://www.lsi.or.id/riset/134/toleransi-

sosial-masyarakat-indonesia. Akses 12 November


2Yewangoe,
2014.
2011, Agama dan Kerukunan,
Jakarta: BPK, hal. 31. 4Yewangoe. 2011. Kerukunan agama

19
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

1) Kerukunan yang dipahami sebagai 4) Kerukunan yang menghilangkan


sekadar keadaan tanpa konflik, sebab perbedaan dan kebebasan. Upaya
kadang-kadang konflik pun tidak menghilangkan perbedaan dengan
selamanya buruk. Yesus misalnya memaksakan keseragaman justru
tidak segan-segan konflik dengan akan merusakkan kerukunan itu
orang-orang Farisi demi kebenaran sendiri. Menurut Rasul Paulus,
(Mat. 23:1-36). Namun itu tidak ekspresi kerukunan sejati adalah "jika
berarti bahwa orang harus konflik satu anggota menderita, semua
terus-menerus demi membuktikan anggota turut menderita; jika satu
kebenaran, karena sesungguhnya anggota dihormati, semua anggota
berbahagialah mereka yang turut bersukacita" (1 Kor. 12:26).
membawa damai (Mat. 5:9). Kadang- Yewangoe (2011) melanjutkan
kadang konflik ditolerir demi bahwa Kerukunan yang diinginkan
kebenaran Tuhan. Kerukunan tidak menurut umat Kristen adalah:
boleh dijadikan alasan untuk a. Kerukunan yang autentik dan
menindas atau menyembunyikan dinamis. "Autentik" artinya
kebenaran. Kerukunan juga tidak kerukunan itu sungguh-sungguh
terwujud ketika masing-masing keluar dari hati yang tulus dan murni.
memutlakkan kebenarannya sendiri. "Dinamis" artinya, kerukunan di mana
Kerukunan sejati terwujud ketika orang hidup tidak sekadar hidup
semua pihak secara bersama-sama berdampingan (ko-eksisten) secara
secara interaktif mencari kebenaran damai. Kerukunan yang dinamis
bersama yang lebih tinggi - kebenaran berarti, kerukunan di mana di
Allah. Oleh karenanya, kerukunan dalamnya kelompok-kelompok yang
sejati merupakan proses yang berbeda secara proaktif, dinamis serta
dinamis. Ia tidak sekali jadi. kreatif terlibat dalam interaksi yang
2) Kerukunan yang dipahami sebagai intens dan terus-menerus untuk
tujuan pada dirinya. Artinya, mencari kebenaran yang lebih tinggi,
kerukunan tidak boleh dijadikan untuk merumuskan kesepakatan-
tujuan satu-satunya. Tuhan tidak kesepakatan bersama yang lebih
menghendaki nilai-nilai kehidupan berkualitas. Dasar teologis hal ini
lain ditindas atau dikorbankan demi adalah bahwa Allah mengamanatkan
atau atas nama kerukunan. Yang kepada semua orang (bukan hanya
benar adalah sebaliknya. Di mana orang Kristen saja) untuk
kebenaran dijunjung tinggi, di mana mengusahakan dan memelihara
keadilan diwujudnyatakan dan di taman (Kej. 2:15). Selanjutnya
mana kebebasan asasi dialami, di "Ketuhanan" Kristus atas seluruh
situlah kerukunan sejati dengan kosmos memperlihatkan kedinamisan
sendirinya akan terjadi. kerukunan itu (Kol. 2:15-17). Oleh
3) Kerukunan yang dipaksakan dari luar, karena itu, orang-orang Kristen
seperti melalui ancaman-ancaman bersama dengan semua orang yang
atau larangan-larangan dari tangan berkemauan baik dipanggil Tuhan
yang kuat, hanya efektif untuk untuk secara sendiri-sendiri maupun
menekan konflik, namun tidak pernah bersama-sama memberlakukan
dapat mewujudkan kerukunan. kehendak dan ke-raja-an (Kingship)
Kerukunan yang dihasilkan adalah Kristus itu di semua sektor kehidupan.
kerukunan semu. Kerukunan mestilah Tentu saja perbedaan agama ada.
pertama-tama merupakan kesadaran Namun ada hal yang mengikat kita
internal yang didorong oleh kasih. bersama, yaitu bahwa kita diciptakan

20
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA -- Delmus P. Salim

dan dikasihi oleh Allah yang satu itu mempertahankannya, maka itu
(Rm. 11:36). "Allah yang satu itu berarti kita bukan sekadar menuntut
adalah Tuhan dari semua orang, kaya hak asasi, tetapi kita sesungguhnya
bagi semua orang yang berseru mengacu pada dasar yang lebih dalam,
kepada-Nya" (Rm. 10:12). yaitu anugerah Allah. Dalam kerangka
b. Kerukunan dan kebebasan, artinya itulah maka yang kita perjuangkan
keseimbangan yang dinamis antara bukan hanya kebebasan beragama
kerukunan dan kebebasan. kita sendiri tetapi juga kebebasan
Maksudnya: kerukunan itu haruslah beragama orang-orang lainnya. Kalau
terpancar dari kebebasan, dan bukan ada pemerkosaan terhadap kebebasan
sebaliknya justru mematikan atau beragama, terhadap siapa pun dia dan
melumpuhkannya. Hanya dari dari agama apa pun dia, kita tidak
kebebasan sejati bisa terlahir boleh tinggal diam, karena sebenarnya
kerukunan sejati. Berbicara tentang di situ anugerah Allah sedang
kebebasan, tidak pernah lepas dari diperkosa. Sikap konsekuen dan
pembicaraan tentang ketaatan, atau konsisten ini juga wajib kita
sebaliknya. Dalam pandangan teologi tunjukkan, meskipun kita berada
Kristen, kebebasan Kristen adalah dalam posisi yang menguntungkan
kebebasan yang dilaksanakan dalam dan memungkinkan untuk merampas
ketaatan. Sebaliknya, ketaatan Kristen kebebasan orang lain, misalnya
adalah ketaatan yang dijalani dalam karena kebetulan kita lebih besar,
kebebasan (Ef. 6:5-6). Perpaduan lebih banyak dan lebih kuat.
antara keduanya itulah yang disebut Kelebihan yang ada pada kita itu
"tanggung jawab". Dalam diri Yesus harus dihayati dan dimanfaatkan
Kristus, khususnya ketika ia berada di sebagai kemampuan yang lebih besar
puncak penderitaan-Nya, kita melihat untuk melindungi kebebasan mereka
contoh hidup dari perpaduan yang lebih kecil dan lemah.
sempurna antara kebebasan dan Adapun kerukunan yang lebih sering
ketaatan itu. Di dalam kebebasan-Nya muncul dalam penjelasan literatur dan
yang perluh, Yesus memilih untuk diskusi umat Islam saat ini lebih
taat! Ini berarti, kebebasan beragama cenderung membahas beberapa hal.
tidak bisa dijadikan alasan untuk Pertama, kerukunan umat Islam dengan
bebas melakukan apa saja. Kebebasan penganut agama lainnya lebih sering
beragama itu harus dilakukan dengan hanya didasarkan pada ayat 6 surat Al-
tanggung jawab. Salah satu kafirun yang berarti ‘“Bagimu agamamu,
perwujudan tanggung jawab itu bagiku agamaku”. Ayat ini kemudian
adalah, menjaga dan memelihara digunakan sebagai alasan untuk tidak ada
kesejahteraan hidup bersama. toleransi dalam masalah akidah dan
Bertindak semaunya atas nama ibadah. Misalnya, bagi umat Islam
kebebasan bukanlah sikap kristiani. Di pelaksanaan puasa dan haji tidak
pihak lain, kebebasan beragama dibenarkan adanya toleransi.
bukan sekadar unsur penting hak-hak Kedua, wacana kerukunan intern
asasi manusia (HAM). la adalah umat Islam di Indonesia sering didasarkan
anugerah Allah. Kemampuan manusia atas semangat ukhu"ah Islamiyah
untuk “bebas” dan "beragama" adalah (persaudaraan sesama muslim) sesuai
anugerah Allah yang hanya diberikan dengan ayat 10 surat al-Hujurat yang
kepada manusia. Karena itu, apabila berarti “ pesatuan dan persatuan intern
kita "ngotot" memperjuangkan umat Islam diikat oleh kesamaan akidah
kebebasan serta (keimanan), akhlak, dan sikap. Menurut

21
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

wacana ini, adanya perbedaan di antara 2. Kerukunan Umat Beragama dalam


umat Islam adalah rahmat asalkan perundang-undangan di Indonesia
perbedaan pendapat itu tidak membawa Kerukunan umat beragama di
perpecahan dan permusuhan. Indonesia dirumuskan dalam beberapa
Ketiga, sikap yang lebih toleran peraturan perundang-undangan.
dalam wacana kerukunan dari umat Islam Peraturan Pemerintah Nomor 1/PNPS
sering menggunakan pernyataan Islam Tahun 1965 tentang pencegahan
sebagai rahmatan lilalalamin. Pernyataan penyalahgunaan dan atau penodaan
ini sangat kuat dalam mendorong umat agama pasal 1 disebutkan ‘Setiap orang
Islam dan organisasinya dalam dilarang dengan sengaja di muka umum
mendorong relasi Islam dan agama lain menceritakan, menganjurkan atau
yang lebih kuat. mengusahakan dukungan umum, untuk
Meskipun demikian, kerukunan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan
umat beragama sering dikaitkan dengan yang menyerupai kegiatan-kegiatan
upaya untuk mencegah konflik agama keagamaan dari agama itu, penafsiran dan
dalam peraturan-peraturan di Indonesia. kegiatan mana menyimpang dari pokok-
Dalam keputusan Menteri Agama tentang pokok ajaran agama itu’.
petunjuk pelaksanaan penanggulangan Surat Keputusan Bersama 2 Menteri
kerukunan hidup umat beragama antara Menteri Dalam negeri dan Menteri
disebutkan bertujuan untuk Agama tahun 1969 tentang pelaksanaan
menanggulangi berbagai gejolak yang pelaksanaan tugas aparatur pemerintahan
terjadi dalam masyarakat yang mengarah dalam menjamin ketertiban dan
kepada situasi terganggunya kerukunan kelancaran pelaksanaan pengembangan
hidup antar umat beragama. Kerawanan dab ibadat agama oleh pemeluk agama
di bidang kerukunan hidup umat pemeluknya pasal 4 disebutkan ‘Setiap
beragama disebabkan oleh pendirian pendirian rumah ibadat perlu
tempat ibadah, penyiaran agama, bantuan mendapatkan ijin dari Kepala Daerah atau
luar negeri, perkawinan beda agama,
pejabat pemerintah dibawahnya yang
perayaan hari besar keagamaan, dikuasakan untuk itu; Kepala Daerah atau
penodaan agama, kegiatan aliran pejabat yang dimaksudt dalam ayat (1)
sempalan, aspek sosial dan lemahnya pasal ini memberikan ijin yang dimaksud,
pengawasan dan penegakan hukum. setelah mempertimbangkan: Pendapat
Dengan menfokuskan diri pada upaya Kepala Perkawinan Departemen Agama
pencegahan konflik agama dalam konsep setempat;PlanologiKondisi dan keadaan
kerukunan agama yang dikembangkan di setempat.Pasal 3 menyebutkan ‘Kepala
Indonesia maka pembentukan Forum Perwakilan Departemen Agama
Kerukunan Umat Beragama (FKUB) memberikan bimbingan, pengarahan dan
berjalan searah untuk mencegah dan pengawasan terhadap mereka yang
menyelesaikan konflik agama yang terjadi. memberikan
Oleh karena itu, FKUB ini terdiri penerangan/penyuluhan/ceramah
perwakilan semua agama dan pemerintah. agama/khotbah-khotbah dirumah-rumah
Konsep kerukunan umat beragama yang ibadat, yang sifatnya menuju kepada
bertujuan untuk mencegah konflik agama persatuan antara semua golongan
ini berbeda jauh dengan wacana masyarakat dan saling pengertian antara
kebebasan beragama. pemeluk-pemeluk agama yang berbeda-
beda.
Kerukunan umat beragama di
Indonesia juga pernah melarang agama
dan kepercayaan warga Tiongkok seperti

22
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA -- Delmus P. Salim

yang tertera dalam Intruksi Presiden no yang mendengar selain


14 tahun 1967 tentang agama menjengkelkan.
kepercayaan dan adat istiadat Cina. 3. Dipenuhinya syarat-syarat yang
Intruksi ini menyebutkan ‘Tanpa ditentukan syarat seperti tifak
mengurangi jaminan keleluasaan bolehnya terlalu menginginkan suara
memeluk agama dan menunaikan do’a, dzikir, fan sholat. Karena
ibadatnya, tata-cara ibadah Cina yang pelanggaran hal-hal seperti ini bukan
memiliki aspek affinitas cultural yang menimbulkan simpati melainkan
berpusat pada negeri leluhurnya, keheranan bahwa ummat beragama
pelaksanaannya harus dilakukan secara sendiri tidak menta’ati ajaran
intern dalam hubungan keluarga atau agamanya.
perorangan.Perayaan-perayaan pesta 4. Dipenihinya syarat-syarat di mana
agama dan adat istiadat Cina dilakukan orang yang mendengar berasa dalam
secara tidak menyolok di depan umum, keadaan siap untuk mendenranya,
melainkan dilakukan dalam lingkungan bukan dalam waktu tidur, istirahat
keluarga.Penentuan katagori agama dan sedang beribadah atau melakukan
kepercayaan maupun pelaksanaan cara- upacara. Dalam keadaan demikian
cara ibadat agama, kepercayaan dan adat (kecuali panggilan adzan) tidak akan
istiadat Cina diatur oleh Menteri Agama menimbulkan kecintaan orang,
setelah mendengar pertimbangan bahkan sebaliknya, berbeda dengan di
JaksaAgung. kampung-kampung yang kesibukan
Keputusan Dirjen Bimbingan masyarakat masih terbatas, maka
Masyarakat Islam Kementerian Agama suara-suara keagamaan dari dalam
juga pernah mengatur kerukunan umat masjid, langgar dan mushalla selain
beragama dengan Keputusan nomor 101 berarti serupa taqwa, juga dapat
tahun 1978 tentang Tuntunan dianggap hiburan mengisi kesepian
Penggunaan Pengeras Suara Di Masjid, sekitarnya
Langgar, Dan Mushalla. Keputusan ini 5. Dari tuntutan Nabi, suara adzan
menyebutkan syarat-syarat Penggunaan sebagai tanda masuknya shalat
Pengeras Suara adalah : memang harus ditinggikan. Dan
1. Perawatan Pengeras Suara oleh karena itu penggunaan Pengeras
seseorang yang terlampir dan bukan Suara untuknya adalah tidak dapat
yang mencoba-coba atau masih diperdebatkan. Yang perlu
belajar. Dengan demikian tidak ada diperhatikan adalah agar suara
suara-suara bising, berdegung yang muadzin tidak sumbang dan
dapat menimbulkan anti pati atau sebaliknya enak, merdu, dan syahdu.
anggapan tidak teraturnya suatu Sebelum rancangan undang-undang
masjid, langgar, atau mushalla. kerukunan umat beragama dibentuk,
2. Mereka yang menggunakan Pengeras Peraturan Bersama 2 Menteri antara
Suara (muadzin, Pembaca Al-Qur’an, Menteri Dalam negeri dan Menteri Agama
imam shalat dan lain-lain) hendaknya nomor 9 dan 8 tahun 2006 tentang
memiliki suara yang fasih, merdu, pedoman pelaksanaan tugas kepala
enak tidak cemplang, sumbang atau daerah/wakil kepala daerah dalam
terlalu kecil. Hal ini untuk pemeliharaan kerukunan umat beragama,
menghindarkan anggapan orang luar pemberdayaan forum kerukunan umat
tentang tidak tertibnya suatu masjid beragama, dan pendirian rumah ibadat
dan bahkan jauh daripada pasal 1 menyebutkan ‘Kerukunan umat
menimbulkan rasa cinta dan simpati beragama adalah keadaan berhubungan
sesama umat beragama yang dilandasi

23
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

toleransi, saling pengertian, saling rekomendasi tertulis FKUB


menghormati, menghargai kesetaraan kabupaten/kota.
dalam pengalaman ajaran agama dan Peraturan perundangan-undangan
kerjasama dalam kehidupan ini kemudian dirumuskan dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara rancangan undang-undang Kerukunan
di dalam Negara Kesatuan Republik Umat beragama yang menyebutkan
Indonesia berdasarkan Pancasila dan ‘Agama adalah agama dan kepercayaan
Undang –Undang Dasar Negara Republik yang dianut oleh penduduk Indonesia.
Indonesia Tahun 1945. Disebutkan, Kerukunan Umat Beragama, disebutkan,
pemeliharaan kerukunan umat bergama adalah kondisi hubungan antar umat
dalam upaya bersama umat beragama dan beragama yang ditandai dengan adanya
Pemerintahan di bidang pelayanan, suasana harmonis, serasi, damai, akrab,
pengaturan, dan pemberdayaan umat saling menghormati, toleran, dan
beragama. Rumah ibadat, disebutkan juga, kerjasama dalam kehidupan
adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
tertentu yang khusus dipergunakan untuk baik intern maupun antar umat beragama
beribadat bagi para pemeluk masing- di dalam Negara Kesatuan Republik
masing agama secara permanen, tidak Indonesia berdasarkan Pancasila dan
termasuk tempat ibadat keluarga. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Peraturan ini juga mengatur Forum Indonesia Tahun 1945. Rancangan ini juga
Kerukunan Umat Beragama, yang menyebutkan ‘Penodaan Agama adalah
selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum setiap perbuatan menceritakan,
yang dibentuk oleh masyarakat difasilitasi menganjurkan, atau mengusahakan
oleh Pemerintah dalam rangka dukungan umum, untuk melakukan
membangun, memelihara, dan penafsiran tentang sesuatu agama yang
memperdayakan umat beragama untuk dianut di Indonesia atau melakukan
kerukunan dan kesejahteraan. Pasal 2 kegiatan-kegiatan keagamaan yang
menyebutkan ‘Pemeliharaan kerukunan menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan
umat beragama menjadi tanggung jawab dari agama itu, penafsiran dan kegiatan
bersama umat beragama, pemerintahan mana menyimpang dari pokok-pokok
daerah dan pemerintah. Pasal 3 ajaran agama itu. Sementara itu,
menyebutkan ‘Pemeliharaan kerukunan ‘Penyiaran Agama adalah segala bentuk
umat beragama di provinsi menjadi tugas kegiatan yang menurut sifat dan
dan kewajiban gubernur. Pasal 14 tujuannya untuk menyebarluaskan ajaran
menyebutkan ‘selain memenuhi sesuatu agama, baik melalui media cetak,
persyaratan sebagaimana dimaksud pada elektronik, maupun komunikasi lisan.
ayat (1) pendirian rumah ibadat harus Rumah Ibadat adalah bangunan yang
memenuhi persyaratan khusus meliputi: memiliki ciri-ciri tertentu yang khusus
daftar nama Kartu Tanda Penduduk dipergunakan untuk beribadat bagi para
pengguna pengguna rumah ibadat paling pemeluk masing-masing agama secara
sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang permanen, tidak termasuk tempat ibadat
disahkan oleh pejabat setempat sesuai keluarga. Tempat Ibadat adalah tempat
dengan tingkat batas wilayah yang digunakan untuk beribadat bagi para
sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 pemeluk masing-masing agama. Forum
(3); dukungan masyarakat setempat Kerukunan Umat Beragama yang
paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang selanjutnya disingkat FKUB, adalah forum
disahkan oleh lurah/kepala desa; yang dibentuk oleh masyarakat dan
rekomendasi tertulis kepala kantor difasilitasi oleh Pemerintah dalam rangka
departemen agama kabupaten/kota; dan membangun, memelihara, dan

24
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA -- Delmus P. Salim

memberdayakan umat beragama untuk meliputi: perayaan dan peringatan hari


kerukunan dan kesejahteraan. Peringatan besar keagamaan; penyebarluasan agama;
Hari Besar Keagamaan adalah upacara pemakaman jenazah; dan pendirian
keagamaan yang diselenggarakan oleh tempat ibadat. Pasal 9 Umat beragama
komunitas agama tertentu yang menurut berhak menyelenggarakan perayaan dan
ajaran agama yang bersangkutan, bukan peringatan hari besar keagamaan, sesuai
merupakan ibadat atau kebaktian khusus. dengan ajaran agamanya. Perayaan dan
Pasal 2 rancangan undang-undang peringatan hari besar keagamaan pada
menyebutkan asas Kerukunan Umat prinsipnya hanya diakui oleh umat
Beragama adalah toleransi, kebersamaan; beragama yang bersangkutan. Perayaan
non diskriminasi; dan ketertiban. Pasal 3 dan peringatan hari besar keagamaan
‘Kerukunan umat beragama bertujuan dilaksanakan dengan kewajiban
untuk menjamin terpenuhinya hak-hak memelihara kerukunan umat beragama
umat beragama agar dapat hidup, dan keutuhan bangsa. Pasal 10 Perayaan
berkembang, berinteraksi, dan hari besar keagamaan dapat dihadiri oleh
berpartisipasi secara optimal sesuai umat beragama lain sepanjang tidak
dengan harkat dan martabat bertentangan dengan ajaran agamanya.
kemanusiaan, serta mendapat Pasal 11 Penyebarluasan agama dilakukan
perlindungan dari kekerasan dan melalui pendidikan dan penyiaran agama.
diskriminasi, demi terwujudnya Pasal 13 setiap orang berhak
kerukunan umat beragama yang mendapatkan pendidikan agama sesuai
berkualitas dan berakhlak mulia. Pasal 4 dengan agamanya dan diajarkan oleh
menyebutkan ‘Setiap orang berhak pendidik yang seagama. Pendidikan
memeluk agama dan beribadat menurut agama sebagaimana dimaksud pada ayat
agamanya. Pasal 5 Setiap umat beragama (1) dapat diperoleh dari: orang tua;
berhak: mengembangkan ajaran masyarakat; dan Pemerintah. Pendidikan
agamanya sesuai dengan harkat dan agama sebagaimana dimaksud pada ayat
martabat kemanusiaan; memperoleh (1) bertujuan untuk : meningkatkan
pendidikan dan pengajaran agama sesuai keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
dengan agama yang dianutnya bagi Yang Maha Esa; meningkatkan
pengembangan pribadinya dan tingkat penghayatan dan pengamalan ajaran
kecerdasan spiritualnya; dan menerima, agama masing-masing; menciptakan
mencari, dan memberikan informasi yang pemahaman tentang kebahagiaan hidup
berkaitan dengan agama yang dianutnya lahir batin di dunia dan akhirat, dengan
sesuai dengan nilai-nilai agamanya, amal perbuatan nyata dalam kehidupan
kesusilaan, dan kepatutan. Pasal 7 ‘Setiap sehari-hari, baik sebagai seorang maupun
umat beragama wajib: memelihara anggota masyarakat; mengembangkan
kerukunan umat beragama; meningkatkan kepribadian umat beragama untuk
pemahaman ajaran agamanya; dan memahami ajaran agamanya secara
mencegah terjadinya tindak kekerasan, optimal; mengembangkan wawasan
diskriminasi dan perlakuan tidak multikultural dan kemajemukan yang ada
menyenangkan lainnya terhadap umat dalam kehidupan masyarakat;
beragama lain’. Pasal 8 ‘Untuk menjaga menghormati hak dan kebebasan umat
keharmonisan kehidupan umat beragama beragama lain dalam menjalankan
diselenggarakan kegiatan yang kewajiban agamanya; rasa hormat
mendukung kerukunan umat beragama. terhadap umat beragama lainnya,
Penyelenggaraan Kegiatan yang identitas agamanya, nilai-nilai agamanya
mendukung kerukunan umat beragama dan pemahaman terhadap ajaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) agamanya yang berbeda-beda dari ajaran

25
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

agamanya sendiri; dan mempersiapkan digunakan untuk memakamkan jenazah


umat beragama untuk menciptakan dilarang untuk dipakai melakukan
kehidupan keagamaan yang harmonis. pemakaman kembali. Pasal 22 Setiap
Pasal 17 Penyiaran agama dilakukan orang yang mengantarkan jenazah
dengan semangat kerukunan beragama, ketempat pemakaman harus dilakukan
saling menghargai dan menghormati antar dengan tertib. Pasal 23 Pendirian rumah
umat beragama. Penyiaran agama ibadat dilakukan dengan tetap menjaga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kerukunan umat beragama, tidak
ditujukan kepada orang atau kelompok mengganggu ketentraman dan ketertiban
orang yang belum memeluk suatu agama. umum, serta sesuai ketentuan peraturan
Dalam melaksanakan penyiaran agama perundang-undangan.
setiap orang wajib memelihara kerukunan Pasal 24 Pendirian rumah ibadat
umat beragama. Penyiaran agama didasarkan pada keperluan nyata dan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan komposisi jumlah penduduk
harus dilandaskan pada penghormatan bagi pelayanan umat beragama yang
terhadap hak dan kemerdekaan seseorang bersangkutan di wilayah kelurahan/ desa.
untuk memeluk agama dan melakukan Dalam hal keperluan nyata bagi pelayanan
ibadat menurut agamanya. Pasal 18 umat beragama di wilayah kelurahan/
Penyiaran agama dilakukan dengan cara: desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meningkatkan ketakwaan umat beragama tidak terpenuhi, pertimbangan komposisi
terhadap Tuhan Yang Maha Esa; jumlah penduduk digunakan batas
menyampaikan ajaran agama kepada wilayah kecamatan atau kabupaten/kota
umat beragama; mengajak umat beragama atau provinsi. Selain memenuhi
pada jalan yang benar sesuai dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ajaran agamanya; meningkatkan ayat (1) dan ayat (2) dalam pendirian
penghayatan dan pengamalan ajaran rumah ibadat juga mempertimbangkan
agama masing-masing dan sebagai warga kondisi geografis dan/atau kearifan
negara yang berdasarkan Pancasila; masyarakat setempat. Pasal 25 Setiap
menciptakan kebahagiaan hidup lahir pendirian rumah ibadat harus
batin di dunia dan akhirat, dengan amal mendapatkan izin dari kepala daerah
perbuatan nyata dalam kehidupan sehari- setempat. Izin kepala daerah setempat
hari, baik sebagai seorang maupun sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
anggota masyarakat. Pasal 19 Pemakaman dikeluarkan setelah mempertimbangkan
jenazah dilaksanakan menurut ajaran pendapat Kanwil Kementerian Agama
agama orang yang meninggal dunia. setempat, planologi, dan kondisi keadaan
Dalam hal terdapat seseorang yang setempat. Selain mempertimbangkan
meninggal dunia tidak diketahui pendapat Kanwil Kementerian Agama
agamanya, pemakaman jenazah setempat, planologi, dan kondisi keadaan
dilaksanakan berdasarkan: kesaksian setempat sebagaimana dimaksud pada
anggota keluarga terdekat; atau ajaran ayat. Kepala Daerah setempat juga harus
agama yang dianut oleh mayoritas meminta pendapat dari organisasi
penduduk setempat. Pasal 20 Pemakaman keagamaan dan pemuka agama. Pasal 26
jenazah dilakukan di tempat pemakaman Surat permohonan izin pendirian rumah
sesuai dengan agama yang dianut oleh ibadat sebagaimana dimaksud dalam
orang yang meninggal dunia. Tempat Pasal 25 ayat (1) ditujukan kepada kepala
pemakaman jenazah sebagaimana daerah setempat dengan dilampiri:
dimaksud pada ayat (1) dikelompokkan jumlah umat yang akan menggunakan dan
sesuai dengan agama. Pasal 21 Tempat domisili; surat keterangan status tanah
pemakaman jenazah yang sudah oleh kantor agraria; peta situasi dari sub

26
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA -- Delmus P. Salim

dinas Tata Kota; rencana gambar tempat dalam rangka menciptakan kerukunan
ibadat; dan daftar susunan umat beragama.
pengurus/panitia pembangunan tempat Pasal 35 Pembentukan FKUB
ibadat. dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi
Pasal 28 Pemanfaatan bangunan oleh pemerintah daerah. FKUB
bukan rumah ibadat sebagai rumah ibadat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sementara harus mendapat surat dibentuk di provinsi dan kabupaten/kota.
keterangan pemberian izin sementara: FKUB sebagaimana dimaksud pada ayat
untuk pemanfaatan bangunan gedung (1) memiliki hubungan yang bersifat
harus mendapatkan izin dari konsultatif. Pasal 36 FKUB provinsi
Bupati/Walikota; untuk pemanfaatan dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)
bangunan rumah harus mendapatkan izin mempunyai tugas: melakukan dialog
dari pemerintahan setempat. Pemberian dengan pemuka agama dan tokoh
izin pemanfaatan bangunan bukan rumah masyarakat; menampung aspirasi ormas
ibadat sebagai rumah ibadat sebagaimana keagamaan dan aspirasi masyarakat;
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi menyalurkan aspirasi ormas keagamaan
persyaratan: laik fungsi; dan dan masyakarat dalam bentuk
pemeliharaan kerukunan umat beragama rekomendasi sebagai bahan kebijakan
serta ketentraman dan ketertiban gubernur; dan melakukan sosialisasi
masyarakat. peraturan perundang-undangan dan
Pasal 29 Negara, pemerintah, dan kebijakan di bidang keagamaan yang
masyarakat, berkewajiban dan berkaitan dengan kerukunan umat
bertanggung jawab terhadap beragama dan pemberdayaan masyarakat.
penyelenggaraan kerukunan umat FKUB kabupaten/kota sebagaimana
beragama. Pasal 30 Negara dan dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2)
pemerintah berkewajiban dan mempunyai tugas: melakukan dialog
bertanggung jawab menghormati dan dengan pemuka agama dan tokoh
menjamin hak asasi setiap umat beragama masyarakat; menampung aspirasi ormas
tanpa membedakan suku, agama, ras, keagamaan dan aspirasi masyakarat;
golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan menyalurkan aspirasi ormas keagamaan
bahasa. Pasal 31 Negara dan pemerintah dan masyarakat dalam bentuk
berkewajiban dan bertanggung jawab rekomendasi sebagai bahan kebijakan
memberikan dukungan sarana dan bupati/walikota; melakukan sosialisasi
prasarana dalam penyelenggaraan peraturan perundang-undangan dan
kerukunan umat beragama. kebijakan di bidang keagamaan yang
Pasal 32 Negara dan pemerintah berkaitan dengan kerukunan umat
mengawasi penyelenggaraan kerukunan beragama dan pemberdayaan masyarakat;
umat beragama. Pasal 33 Kepala daerah dan memberikan rekomendasi tertulis
setempat dan pemuka agama mengawasi atas permohonan pendirian rumah ibadat.
agar penyebaran agama tidak Pasal 37 Keanggotaan FKUB terdiri atas
menimbulkan perpecahan, tidak disertai pemuka-pemuka agama setempat. Jumlah
intimidasi, bujukan, paksaan, dan anggota FKUB provinsi paling banyak 21
ancaman, serta tidak melanggar hukum, (dua puluh satu) orang dan jumlah
kemanan, dan ketertiban umum. Pasal 34 anggota FKUB kabupaten/kota paling
Pemerintah dan Pemerintah daerah banyak 17 (tujuh belas) orang. Komposisi
berperan melakukan: pelayanan dan keanggotaan FKUB provinsi dan
pembinaan; pemberdayaan; dan kabupaten/kota sebagaimana dimaksud
koordinasi dan konsultasi. Peran pada ayat (2) ditetapkan berdasarkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) perbandingan jumlah umat beragama

27
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

setempat dengan keterwakilan minimal 1 menyebarkan ajaran yang menyimpang;


(satu) orang dari setiap agama yang ada di menyebabkan perasaan permusuhan
provinsi dan kabupaten/kota. FKUB antar umat beragama; dan menimbulkan
dipimpin oleh 1 (satu) orang ketua, 2 perasaan kebencian terhadap umat agama
(dua) orang wakil ketua, 1 (satu) orang lain; Pasal 46 Setiap orang dalam
sekretaris, 1 (satu) orang wakil sekretaris, melakukan penyebarluasan agamanya
yang dipilih secara musyawarah oleh dilarang dilaksanakan dengan cara:
anggota. menggunakan bujukan dengan atau tanpa
Pasal 42 Masyarakat berhak pemberian barang, uang, pakaian,
memperoleh kesempatan untuk berperan makanan atau minuman, pengobatan,
dalam penyelenggaraan kerukunan umat obat-obatan dan bentukbentuk pemberian
beragama. Peran masyarakat sebagaimana apapun lainnya agar orang atau kelompok
dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan orang yang telah memeluk/menganut
oleh orang perseorangan, tokoh agama, agama yang lain berpindah dan
lembaga keagamaan, lembaga swadaya memeluk/menganut agama yang
masyarakat, lembaga pendidikan, badan disiarkan tersebut; menyebarkan pamflet,
usaha, dan media massa. Pasal 43 majalah, buletin, buku-buku dan bentuk-
Masyarakat melaporkan adanya konflik bentuk barang penerbitan, cetakan
intern agama, antar agama, atau lainnya kepada orang atau kelompok
penyimpangan ajaran agama kepada orang yang telah memeluk/menganut
tokoh masyarakat. Jika dalam konflik agama yang lain; dan melakukan
intern agama, antar agama, atau kunjungan dari rumah ke rumah umat
penyimpangan ajaran agama sebagaimana yang telah memeluk/menganut agama
dimaksud pada ayat (1) terdapat tindakan lain. Pasal 47 Setiap orang dilarang
pidana, maka masyarakat melaporkan dengan sengaja di muka umum
kepada kepolisian. menceritakan, menganjurkan, atau
Pasal 44 Untuk menjamin mengusahakan dukungan umum, untuk
terselenggaranya kerukunan umat melakukan penafsiran tentang sesuatu
beragama, setiap orang dilarang: agama yang dianut di Indonesia atau
menggunakan kata-kata yang diucapkan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan
atapun tertulis dan/atau tingkah laku yang menyerupai kegiatan-kegiatan
yang mengancam umat beragama lain; keagamaan dari agama itu, penafsiran dan
mencetak dan mempublikasikan tulisan kegiatan yang menyimpang dari pokok-
dan/atau gambar yang menghina dan pokok ajaran agama itu. Pasal 48 Setiap
mengancam umat beragama lain; orang dilarang menghimpun atau
melakukan pertunjukkan publik dengan menggerakkan orang lain dengan
kata-kata dan/atau tingkah laku yang mengatasnamakan agama untuk
tidak sesuai dengan kepatutan ajaran melakukan tindakan yang merusak
agama lain; atau mendistribusikan, ketertiban dan atau keamanan
menunjukkan, dan memainkan rekaman, masyarakat.
baik berupa gambar atau suara yang Perumusan wacana kerukunan umat
menghina, mengancam, dan tidak sesuai beragama dalam peraturan-peraturan
dengan kepatutan ajaran agama lain. Pasal kenegaraan di Indonesia ini menunjukkan
45 Setiap orang dalam menyebarluaskan penyerahan wewenang untuk
ajaran agamanya, dilarang: ditujukan menentukan suatu perbuatan
kepada orang atau kelompok orang yang mengganggu kerukunan atau tidak kepada
telah memeluk atau menganut agama lain; seorang gubernur atau walikota dan
mendiskreditkan agama lain; menganggap bupati memberikan peluang bagi
ajaran agamanya paling benar; perorangan dan kelompok tertentu untuk

28
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA -- Delmus P. Salim

menekan dan memaksakan pandangannya Discriminatian, Undang-Undang No. 11


kepada mereka secara mudah. Apalagi, Tahun 2005 Tentang Pengesahan
perumusan kerukunan umat beragama ini Internatianal Covenant an Economic, Social
tidak mencakup indikator-indikator and Cultural Rights dan Undang-Undang
penting yang menentukan suatu No. 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan
perbuatan itu melanggar kerukunan atau Internatianal Covenant an Civil and
tidak. Penelitian ini juga melihat wacana Political Rights. Keseluruhan ketentuan
kerukunan umat beragama ini tersebut menjamin secara tegas hak atas
dipertentangkan dan atau dikompromikan kebebasan beragama, berkeyakinan, dan
dengan wacana Kebebasan beragama. berekspresi yang harus dilindungi dan
diakui negara-negara di dunia (Prayitno,
3. Kebebasan Beragama 2013).
Kalau wacana hubungan antara satu Aturan-aturan ini menjelaskan bahwa
agama dengan agama lain diwacanakan agama dipahami dalam pengertian yang
dalam konsep kerukunan umat beragama luas. Agama/keyakinan tradisional dan
seperti yang dijelaskan dalam paragraf di agama/keyakinan yang baru didirikan
atas, relasi antar agama ini juga dibangun termasuk ke dalam pengertian agama.
dalam konsep lain, yaitu kebebasan Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor
beragama. Dalam pandang relasi ini, 12 Tahun 2005 melindungi keyakinan
kebebasan beragama, berkeyakinan, dan orang untuk tidak bertuhan (atheistic),
berekspresi merupakan hak asasi manusia nan-tuhan (non-theistic), dan bertuhan
yang dilindungi, baik dalam kerangka (theistic). Inti normatif dari hak atas
hukum internasional maupun hukum kebebasan beragama dan berkeyakinan
nasional. Hal ini membuktikan bahwa hak dapat disingkat menjadi delapan elemen,
untuk beragama, berkeyakinan, dan (Prayitno, 2013), yaitu:
berekspresi menjadi perhatian besar 1) Kebebasan internal (forum internum).
masyarakat internasional dan nasional. Setiap orang berhak atas kebebasan
Jaminan atas kebebasan beragama, berpikir, berkeyakinan, dan
berkeyakinan, dan berekspresi dalam beragama. Hak ini mencakup
kerangka hukum internasional dapat kebebasan setiap orang untuk
ditemukan antara lain dalam Deklarasi memiliki, menganut,
Hak Asasi Manusia (DUHAM) Tahun 1948 mempertahankan atau pindah agama
atau the 1948 Universal Declaration of atau keyakinan.
Human Rights (UDHR), Kovenan 2) Kebebasan eksternal (forum
International tentang Hak-hak Sipil dan eksternum). Setiap orang mempunyai
Politik atau International Covenant on Civil kebebasan, baik sendiri atau bersama-
and Political Rights (ICCPR), dan Kovenan sama dengan orang lain, di tempat
Internasional tentang Hak-hak Ekonomi, umum (publik) atau wilayah pribadi,
Sosial, dan Budaya atau International untuk memanifestasikan agama atau
Covenant on Economic, Social, dan Cultural kepercayaannya di dalam pengajaran,
Rights (ICESCR). Sedangkan secara pengamatan, ibadah dan penataannya.
nasional, jaminan atas kebebasan hak 3) Tidak ada paksaan (non coersian).
asasi manusia tersebut diatur dalam Tidak seorang pun dapat dipaksa
Undang-Undang Dasar 1945, Undang- sehingga terganggu kebebasannya
Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak untuk menganut atau menetapkan
Asasi Manusia, Undang-Undang No. 29 agama atau keyakinannya sesuai
Tahun 1999 Tentang Pengesahan dengan pilihannya.
Internatianal Canventian an the 4) Tidak diskriminatif (non
Eliminatian of All Forms of Racial discriminatian). Negara berkewajiban

29
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

untuk menghormati dan menjamin kesusilaan umum atau hak-hak dasar


kebebasan beragama atau orang lain.
berkeyakinan bagi semua orang yang Penjelasan ini menunjukkan tidak ada
berada di dalam wilayah alasan bagi seseorang/kelompok orang
kekuasaannya dan tunduk pada untuk melakukan tindakan di luar hukum
wilayah hukum atau yurisdiksinya, terhadap orang-orang yang memilih
hak kebebasan beragama atau keyakinan yang berbeda dari mayoritas
berkeyakinan tanpa pembedaan dan negara tidak pula dapat menghukum
apapun seperti suku, warna kulit, orang yang berekspresi karena keyakinan
jenis kelamin, bahasa, agama atau yang dimilikinya
keyakinan, politik, atau perbedaan Secara rinci kebebasan beragama ini
pendapat, kebangsaan atau asal- dirumuskan dalam Universal Declaration
usulnya, kekayaan, kelahiran atau of Human Rights (UDHR) dalam Pasal
status lainnya. 18"Setiap orang berhak atas kebebasan
5) Hak dari orang Tua dan wali. Negara pikiran, hati nurani dan agama; dalam hal
berkewajiban untuk menghormati ini termasuk kebebasan berganti agama
kebebasan orang Tua, dan wali yang atau kepercayaan, dengan kebebasan
sah (jika ada) untuk memastikan untuk menyatakan agama atau
bahwa pendidikan agama dan moral kepercayaan dengan cara
bagi anak-anak mereka sesuai dengan mengajarkannya, melakukannya,
keyakinan mereka sendiri, selaras beribadat dan menaatinya, baik sendiri
dengan kewajiban untuk melindungi maupun bersama-sama dengan orang lain,
hak atas kebebasan beragama atau di muka umum maupun sendiri".
berkeyakinan setiap anak seiring Dalam Kovenan Internasional Tentang
dengan kapasitas anak yang sedang Hak-hak Sipil dan Politik tahun 2005
berkembang. telah disahkan ke dalam hukum Indonesia
6) Kebebasan lembaga dan status melalui Undang-Undang No. 12 Tahun
legal.Aspek yang vital dari kebebasan 2005 disebutkan dalam pasal 18
beragama atau berkeyakinan, bagi disebutkan:
komunitas keagamaan adalah 1. Setiap orang berhak atas kebebasan
kebebasan untuk berorganisasi atau berpikir, berhati nurani, dan beragama.
berserikat. Oleh karena itu, komunitas Hak ini mencakup kebebasan untuk
keagamaan mempunyai kebebasan memeluk agama atau keyakinan atas
dalam beragama/berkeyakinan, pilihannya sendiri, dan kebebasan, baik
termasuk di dalamnya hak secara sendiri maupun bersama-sama
kemandirian di dalam pengaturan orang lain dan baik di tempat umum
organisasinya. atau tertutup, untuk menjalankan agama
7) Tidak dapat dikurangi (non- atau keyakinannya dalam kegiatan
derogability). Negara tidak boleh ibadah, pentaatan, pengamalan, dan
mengurangi kebebasan beragama pengajaran.
atau berkeyakinan dalam keadaan 2. Tidak seorang pun dapat menjadi
apapun. sasaran pemaksaan sehingga terganggu
8) Pembatasan yang diizinkan. kebebasannya untuk menganut atau
Kebebasan untuk memanifestasikan memeluk suatu agama atau keyakinan
keagamaan atau keyakinan seseorang sesuai dengan pilihannya.
hanya dapat dibatasi oleh undang- 3. Kebebasan menjalankan agama atau
undang dan ditujukan untuk keyakinan seseorang hanya dapat
kepentingan melindungi keselamatan dibatasi melalui hukum, dan yang
dan ketertiban publik, kesehatan atau diperlukan untuk melindungi

30
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA -- Delmus P. Salim

keselamatan, ketertiban, kesehalan, atau kekayaan, cacat, kelahiran atau status


moral masyarakat, atau hak-hak dan yang lain dari anak atau orang Tua anak
kebebasan mendasar orang lain. atau wali hukum anak".
4. Negara Pihak dalam kovenan ini berjanji Declaration on the Elimination of All
untuk menghormati kebebasan orang Forms of Intolerance and of
tua, dan apabila berlaku, wali hukum Discrimination Based on Religion or Belief
yang sah, untuk memastikan bahwa tahun 1981 secara lebih rinci mengatur
pendidikan agama dan moral bagi anak- kebebasan beragama dan berkeyakinan.
anak mereka sesuai dengan keyakinan Diantaranya cakupan kebebasan
mereka sendiri. beragama dan berkeyakinan yang
Dalam International Covenant on meliputi: hak beribadah, hak memiliki
Economic, Social, and Cultural Rights tempat ibadah, hak memungut dan
(ICESCR) tahun 1966 dan telah diterima menerima sumbangan, hak
ke dalam hukum Indonesia berdasarkan menyebarluaskan agama, hak merayakan
Undang-Undang No. 11 Tahun 2005 hari keagamaan, dan hak-hak lainnya yang
Tentang Pengesahan International berkaitan dengan pelaksanaan hak
Covenant on Economic, Social and Cultural beragama dan berkeyakinan.6
Rights, pasal 2 ayat (2) disebutkan"Negara Persoalan pertama antara konsep
pihak kovenan ini menjamin hak-hak yang Kerukunan agama dengan kebebasan
dinyatakan dalam kovenan ini akan beragama adalah hak warga untuk
dilaksanakan tanpa diskriminasi dalam bersikap atheis. Kebebasan beragama
bentuk apapun berdasarkan ras, warna mencakup perlindungan terhadap
kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, atheisme sebagai salah satu bentuk
pandangan Politik atau pandangan kepercayaan serta pelarangan
lainnya, asal-usul kebangsaan atau sasial, kriminalisasi terhadap atheisme sebagai
status hak milik, kelahiran atau status penodaan terhadap agama.
lainnya"5. Masalah kedua yang berbeda dalam
Convention on the Rights of the Child konsep kerukunan agama dan kebebasan
tahun 1989 dan telah disahkan dengan agama adalah hak umat yang memiliki
Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun kepercayaan lokal. Kebebasan beragama
1990 tentang Pengesahan Convention on mencakuptheistic, non-theistic maupun
the Rights of the Child menjamin tidak ada atheistic, termasuk paham agnostik,
diskriminasi terhadap anak berdasarkan freethinking, atheisme dan rasionalisme.
agamanya, serta menjamin hak anak atas Pembatasan dalam kebebasan
kebebasan beragama.Dalam Pasal 2 ayat beragama hanya boleh dilakukan oleh
(1) Konvensi ini dinyatakan "Negara- negara dan dengan dilakukan untuk
negara Pihak harus menghormati dan melindungi keselamatan, ketertiban,
menjamin hak-hak yang dinyatakan dalam kesehalan, moral public ataupun hak dan
Konvensi ini pada setiap anak yang berada kebebasan dasar orang lain.
di dalam yurisdiksi mereka, tanpa Kebebasan beragama juga mencakup
diskriminasi macam apa pun, tanpa hak untuk menyebarkan suatu agama atau
menghiraukan ras, warna kulit, jenis kepercayaan kepada orang lain. Hal ini
kelamin, bahasa, agama, pendapat politik tentu saja tidak termuat dalam konsep
atau pendapat lain, kewarganegaraan, kerukunan umat beragama yang
etnis, atau asal-usul sosial, harta dikembangkan di Indonesia yang

5 Anderson, Benedict. 1983. Imagined 6Kementerian Agama Provinsi Sumatera


Communities: Reflections on the Origins and Spread Barat, (2012), Pedoman Kerukunan Hidup Umat
of Nationalism. London, UK: Verso. beragama Sumatera Barat, Kanwil Agama Sumbar

31
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

melarang orang untuk menyampaikan Undang No. 26 Tahun 2000 tentang


ajaran agama kepada orang yang sudah Pengadilan HAM dan beberapa undang-
beragama. Meskipun tindakan penyebaran undang yang meratifikasi
ini tidak boleh melibatkan "ancaman atau kovenankovenan internasional bidang
paksaan fisik atau sanksi pidana untuk HAM.
memaksa pemeluk agama maupun UUD 1945 merupakan sumber dari
mereka yang tidak beragama untuk segala sumber hukum yang berlaku di
mempertahankan agama atau keyakinan Indonesia. Sejak awal merdeka, Indonesia
mereka atau jemaat, atau untuk telah mengakui dan melindungi
meninggalkan agama atau kepercayaan kebebasan beragama atau berkeyakinan
mereka, atau untuk mengganti agama".7 sebagaimana dituangkan dalam UUD
Di samping pelarangan penyebaran 1945. Pengakuan dan perlindungan ini
agama yang menggunakan ancaman dan menunjukkan bahwa Bangsa Indonesia
paksaan, penyebaran agama atau telah menyadari keutamaan kebebasan
kepercayaan juga dilarang apabila hal beragama atau berkeyakinan sebagai
tersebut termasuk dalam kegiatan salah satu tolok ukur pencapaian
penyebaran agama atau proselitisme kemerdekaan yang hakiki. Pasal 29 ayat
(proselytism) yang tidak pantas. (2) UUD 1945 menyatakan, "Negara
Penyebaran agama atau kepercayaan menjamin kemerdekaan tiap-tiap
termasuk proselitisme yang tidak pantas penduduk untuk memeluk agamanya
apabila pihak-pihak yang terlibat masing-masing dan untuk beribadat
bukanlah orang dewasa yang dapat menurut agamanya dan kepercayaannya
berpikir untuk dirinya sendiri dan apabila itu”.
ada hubungan ketergantungan atau Amandemen kedua UUD 1945 juga
hierarkis antara si penyebar agama mengatur jaminan terhadap kebebasan
dengan mereka yang menjadi obyek beragama atau berkeyakinan di dalam bab
penyebaran tersebut. Upaya seorang khusus tentang Hak Asasi Manusia,
petinggi militer untuk mengubah diantaranya dalam Pasal 28E dan pasal
keyakinan anak buahnya, misal, dapat 28I ayat (1). Pasal 28E UUD 1945
dikategorikan sebagai proselitisme yang menyatakan, "(1) Setiap orang bebas
tidak pantas, meskipun tidak ada ancaman memeluk agama dan beribadat menurut
atau kekerasan di dalam upaya tersebut. agamanya, memilih pendidikan dan
pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
4. Kebebasan Beragama dalam Hukum kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
di Indonesia di wilayah negara dan meninggalkannya,
Reformasi telah membuka pintu bagi serta berhak kembali. (2) Setiap orang
diberikannya perlindungan terhadap hak berhak atas kebebasan meyakini
asasi manusia, termasuk hak untuk kepercayaan, menyatakan pikiran dan
beragama dan berekspresi. Secara umum, sikap, sesuai dengan hali nuraninya".
setidaknya Konstitusi Negara Republik Sedangkan Pasal 28I ayat (1) UUD 1945
Indonesia telah menegaskan jaminannya menyatakan, "Hak untuk hidup, hak untuk
terhadap hak asasi ini, selain tentu saja tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran
sejumlah peraturan perundang-undangan dan hali nurani, hak beragama, hak untuk
bidang HAM seperti Undang-Undang No. tidak diperbudak, hak untuk diakui
39 Tahun 1999 tentang HAM, Undang- sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak
7 Mandaville, P. (2001) Transnational
Muslim Politics : Reimagining the Umma, London:
asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
Routledge dalam keadaan apa pun".

32
KERUKUNAN UMAT BERAGAMA VS KEBEBASAN BERAGAMA DI INDONESIA -- Delmus P. Salim

Kitab Undang-Undang Hukum kepercayaannya itu". Lebih jauh, dalam


Pidana (KUHP) juga mengatur Pasal 55 dinyatakan, "Setiap anak berhak
pelanggaran terhadap kebebasan untuk beribadah menurut agamanya,
beragama. Apabila gangguan terhadap berpikir, dan berekspresi sesuai dengan
kebebasan beragama atau berkeyakinan tingkat intelekTualitas dan usianya di
menyangkut suatu tindak kejahalan atau bawah bimbingan orang Tua dan atau wali
pidana yang diatur dalam KUHP, pasal- ".
pasal di dalamnya dapat digunakan untuk Ketentuan Hukum Internasional
dasar laporan pada kepolisian terkait Yang Diratifikasi tentang kebebasan
dengan tindak pidana yang telah beragama termasuk Undang-Undang No.
dilakukan itu. Namun demikian, secara 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
khusus beberapa pasal dalam KUHP Manusia, Konvensi Hak Anak, Kovenan
menyiratkan adanya perlindungan bagi Internasional tentang Hak-hak Sipil dan
kebebasan beragama atau berkeyakinan, Politik, Kovenan Internasional tentang
diantaranya Pasal 156 dan Pasal 157 Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
tentang penebaran kebencian terhadap Konvensi Hak Anak yang telah disahkan
suatu golongan penduduk serta Pasal 176 melalui Keputusan Presiden No. 36 Tahun
tentang menghalangi suatu pertemuan 1990, dimana Pasal 2 ayat (1) menjamin
agama. Jika terdapat tindakan yang tidak ada diskriminasi terhadap anak
memenuhi kualifikasi tindak pidana berdasarkan agamanya, sementara Pasal
menurut KUHP, terhadap suatu kelompak 14 menjamin hak anak atas kebebasan
keagamaan tertentu, maka ketentuan- beragama. Kovenan Internasional tentang
ketentuan pidana dalam KUHP ini dapat Hak-hak Sipil dan Politik sebagaimana
digunakan untuk menghukum pelakunya. telah disahkan dengan Undang-Undang
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 No. 12 Tahun 2005, dimana Pasal 2 ayat
Tentang HAM juga mengatur kebebasan (1) dan Pasal 4 ayat (1) Kovenan ini
beragama di Indonesia. Sebagai bagian menjamin tidak ada diskriminasi
dari hak asasi manusia, kebebasan berdasarkan agama, sementara Pasal 18
beragama atau berkeyakinan juga diatur menjamin hak atas kebebasan beragama
di dalam Undang-Undang No. 39 Tahun atau berkeyakinan. Kovenan Internasional
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Pasal 4 tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
menyatakan, "Hak untuk hidup, hak untuk sebagaimana telah disahkan dengan
tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, Undang-Undang No. 11 Tahun 2005,
pikiran dan hali nurani, hak beragama, dimana Pasal 2 ayat (2) Kovenan ini
hak untuk tidak diperbudak, hak untuk menjamin tidak ada diskriminasi
diakui sebagai pribadi dan persamaan di berdasarkan agama.
hadapan hukum, dan hak untuk tidak Bab ini menyimpulkan bahwa diskursus
dituntut atas dasar hukum yang berlaku hubungan antara agama di Indonesia
surut adalah hak asasi manusia yang tidak dibahas secara umum dalam dua term
dapat dikurangi dalam keadaan apapun yaitu Kerukunan Agama dan Kebebasan
dan oleh siapa pun". Kemudian Pasal 22 Agama. Kerukunan agama sering
yang terdiri dari dua ayat menyatakan, dijabarkan untuk membatasi kebebasan
"(1) Setiap, orang bebas memeluk agama. Dalam bahasa lain, kebebasan
agamanya masing-masing dan untuk beragama sering dibatasi oleh konsep
beribadat menurut agamanya dan kerukunan agama.
kepercayaannya itu. (2) Negara menjamin
kemerdekaan setiap orang memeluk
agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan

33
JURNAL POTRET --Jurnal Penelitian dan Pemikiran Islam – Vol. 21, No. 2, Juli - Desember 2017

Kesimpulan Suherman, AS, Uman. (2015).


Kerawanan di bidang kerukunan Pengembangan Kompetensi Konselor
hidup umat beragama disebabkan oleh Berkelanjutan, makalah yang
pendirian tempat ibadah, penyiaran disampaikan pada Seminar Profesi
agama, bantuan luar negeri, perkawinan Konselor, Departemen PPB FIP UPI
beda agama, perayaan hari besar
Suherman, AS, Uman (2016).Bimbingan
keagamaan, penodaan agama, kegiatan
dan Konseling Komprehensif Berbasis
aliran sempalan, aspek sosial dan
Nilai-Nilai Al-Qur’an, Sekolah Pasca
lemahnya pengawasan dan penegakan
Sarjana UPI
hukum. Dengan menfokuskan diri pada
upaya pencegahan konflik agama dalam Trilling, Barne & Fadel Charle, 21st
konsep kerukunan agama yang Century Skills; Learning for life in our
dikembangkan di Indonesia maka times, San Fransisco, Published by
pembentukan Forum Kerukunan Umat Jossey Bass A Wiley Imprint, 2009.
Beragama (FKUB) berjalan searah untuk
mencegah dan menyelesaikan konflik
agama yang terjadi. Oleh karena itu, FKUB
ini terdiri perwakilan semua agama dan
pemerintah. Konsep kerukunan umat
beragama yang bertujuan untuk
mencegah konflik agama ini berbeda jauh
dengan wacana kebebasan beragama.

Daftar Pustaka
Dahlan, M. Djawad. Warna Arah
Bimbingan dan Pendidikan dan
Pembelajaran Alternatif di Era
Globalisasi, Bandung: ABKIN-PBB FIP
UPI, 2002.
Davis, Stan and Meyer, Christopher.
Future Wealth, Boston, Massachusetts:
Harward Business School Press, 1995.
Micklethwait, John and Woldridge, Adrian.
A Future Perfect; The Challenge and
Hiddin Promise of Globalization. New
York: Crow Publisher, 2002.
Muhammad Jibril. (2014). Indeks SDM
Indonesia, Jakarta: Harian Republika,
Kamis, 24 Juli 2014.
Ohmar, Kinichi. (1990). The Borderless
Wolrd; Power and Strategy in the
lnterlinked Economy. Harper Business
A Division of harper Collins Publisher
Quraish Shihab, M, Tafsir Al-Misbah;
Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an,
Jakarta: Lentera Hati, 2005.

34

You might also like