You are on page 1of 15

Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama

ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019: 1-15

IMPLEMENTASI TOLERANSI BERAGAMA


DI PONDOK PESANTREN
(Studi Kasus di Pondok Pesantren Universal Bandung)

Irfan Setia Permana W


Politeknik TEDC, Indonesia
setiairfanpermana@gmail.com

Abstract
The symptoms of religious intolerance in Indonesia began to undermine diversity in
Indonesia. The most influential factor in encouraging the occurrence of these symptoms is
education. In this case, education that is Islamic in mind is a pesantren. Pesantren is an
educational institution that has its own perspective and style of thinking about tolerance. This
study aims to determine the constructs of thought and the implementation of religious
tolerance implemented in education and activities carried out at Universal Islamic Boarding
Schools.
This study uses descriptive qualitative research methods using observation, interview
and documentation techniques. The results of the study show that: The construction of
thoughts built on religious tolerance is categorized as inclusive thoughts and attitudes in
religion, namely thoughts that believe in the existence of truth in other religious beliefs. The
foundation of the thought construction is tasamuh, which is a moderate style of Islamic
understanding. The concept of religious tolerance is implemented in the policies of Universal
Islamic boarding schools through a curriculum of educational activities that reflects education
with a multiculturalism-pluralism pattern. This education includes conflict resolution
education, Human Rights (HAM), pesantren education for peace. Regarding activities that
reflect multiculturalism-pluralism education, namely muhadlarah, pesantren for peace
seminars, and cross-cultural discussions with various universities without favoritism.

Keywords: tolerance; boarding school; pluralism; multiculturalism

Abstrak
Gejala intoleransi bernuansa agama di Indonesia mulai menggerogoti
kebhinekaan di Indonesia. Faktor yang sangat berpengaruh dalam mendorong
terjadinya gejala tersebut adalah pendidikan. Dalam hal ini pendidikan yang
berwawasan Islam adalah pesantren. Pesantren merupakan institusi pendidikan yang
memiliki cara pandang dan corak pemikiran tersendiri tentang toleransi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui konstruk pemikiran dan implementasi toleransi
beragama yang diimplementasikan dalam pendidikan dan kegiatan yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren Universal.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan
menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: Konstruksi pemikiran yang dibangun mengenai toleransi
beragama dikategorikan sebagai pemikiran dan sikap inklusif dalam beragama, yaitu
pemikiran yang mempercayai adanya kebenaran dalam kepercayaan agama lain.
Landasan konstruksi pemikiran tersebut adalah tasamuh yaitu corak pemahaman
keislaman yang moderat. Konsep toleransi beragama ini terimplementasikan dalam
kebijakan pondok pesantren Universal melalui kurikulum kegiatan pendidikan yang
Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019

merefleksikan pendidikan yang bercorak multikulturalisme-pluralisme. Pendidikan


ini meliputi pendidikan resolusi konflik, Human Right (HAM), pendidikan pesantren
for peace. Mengenai kegiatan-kegiatan yang merefleksikan pendidikan
multikultularisme-pluralisme yaitu muhadlarah, seminar pesantren for peace, dan
diskusi lintas budaya dengan berbagai Universitas tanpa pilih kasih.

Kata kunci: Toleransi; pesantren; pluralisme; multikulturalisme

PENDAHULUAN memungkinkan terwujudnya


Indonesia sebagai negara bangsa kehidupan yang harmonis harus terus-
(nation state) merupakan hasil dari menerus diusahakan. Di tengah realitas
perjuangan para pendiri bangsa dan semakin menguatnya gejala-intoleransi
bentuk kesepakatan final, dimana dan radikalisasi dalam kehidupan
keberadaannya sebagai bentuk keagamaan, kontribusi dalam bentuk
pengakuan terhadap realitas apapun dalam rangka mengelola
kemajemukkan sebagaimana yang keragaman sangat diperlukan (Amin
tertera dalam lambang Bhineka Tunggal Abdullah, 2014).
Ika (Titik Suwariyati, 2003). Dewasa ini, gejala intoleransi
Kemajemukan telah melahirkan yang bernuansa agama di Indonesia
perpaduan yang indah dalam berbagai mulai menggerogoti kebhinekaan.
bentuk mozaik budaya. Berbagai suku, Sehingga menimbulkan perhatian yang
agama, adat istiadat dan budaya yang serius dari berbagai kalangan. Hal ini
hidup secara harmoni dan memiliki juga tentu menjadi bahan renungan
ruang negosiasi yang tinggi dalam dan perhatian bersama. Sebab apabila
kehidupan sehari-hari. Kemajemukan sikap intoleran atas nama agama ini
juga sebagai modal besar dalam dibiarkan tumbuh subur, maka hal ini
membangun kehidupan yang penuh akan mengancam kerukunan umat
dengan khazanah kehidupan. Masing- beragama.
masing bisa saling mengisi dan Tumbuh suburnya gejala
memperkaya perspektif kehidupan intoleransi yang bernuansa agama
yang bermanfaat untuk meningkatkan tidak akan lepas dari faktor-faktor yang
kualitas kehidupan khalayak luas. melatarbelakanginya, salah-satu faktor
Harapan kehidupan tersebut bisa yang tidak kalah berpengaruh dalam
tercipta jika pluralitas yang ada mendorong terjadinya sikap intoleransi
dikelola secara baik. Mengelola atas nama agama di Indonesia adalah
pluralitas dalam realitas kehidupan ini pendidikan. Pendidikan inilah yang
ternyata tidaklah mudah. Ada berbagai membentuk karakter dan mampu
hambatan dan tantangan yang harus mendorong seseorang melakukan
dihadapi. Kegagalan dalam mengelola segala tindakan, sehingga lembaga
pluralitas bisa menjadi penyebab pendidikan apa pun jenisnya memiliki
timbulnya berbagai macam konflik, tugas besar untuk menghadapi
bahkan menjadi awal konflik yang persoalan ini. Terlebih lembaga
berkepanjangan. pendidikan keagamaan.
Mengelola pluralitas tak semudah Dalam konteks keindonesiaan,
membalikan telapak tangan. Ide, diskursus intoleransi agama Islam
gagasan, pemikiran dan strategi yang dikaitkan dengan lembaga pendidikan

2 - Implementasi Toleransi Beragama di Pondok Pesantren


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019

tradisional, yakni pesantren. Pesantren hal, mulai dari perilaku, pernyataan


merupakan salah satu bentuk dan himbauan dalam kehidupan
pendidikan keagamaan yang mereka. Dengan demikian, figur Kiai
mendapatkan perhatian khusus di sangat berpengaruh signifikan dalam
Indonesia, lebih-lebih setelah terjadinya mendidik dan mensosialisasikan
beberapa tindakan radikal yang pentingnya toleransi beragama dan
mengatasnamakan agama. Sebenarnya menanamkan pemahaman yang
hal ini menjadi tidak pas jika dikaitkan inklusif sehingga tercerminlah wajah
dengan sejarah lahirnya pondok Islam yang rahmatan lil ‘alamiin.
pesantren yang justru bertujuan untuk
melahirkan alim ulama yang KAJIAN TEORITIK
berpengetahuan luas dalam agama Sejarah dan Dinamika Kehidupan
(tafaqquh fiddin). Hal ini karena Pesantren
pesantren tidak hanya mengajarkan Telah banyak sumber yang
semua ilmu pengetahuan agama dan menjelaskan mengenai asal-usul
hukum-hukum Islam saja, akan tetapi pesantren, tentang kapan awal mula
memiliki andil yang besar dalam berdirinya, bagaimana proses
mendidik karakter manusia dalam berdirinya dan bahkan istilah-istilah
berperilaku dan bersikap kepada yang ada dalam dunia pesantren pun
sesama manusia bahkan dengan alam seperti istilah kiai, santri yang
sekalipun. unsurnya masih menjadi perdebatan.
Sejak awal kemunculannya, Mengenai Sejarah dan latar
pesantren merupakan institusi yang historis berdirinya pesantren di
moderat dan akomodatif, juga memiliki Indonesa berdasarkan Ensiklopedi
cara pandang dan corak pemikiran Islam terdapat beberapa versi
tersendiri tentang radikalisme. pendapat. Pertama, Pendapat yang
Pesantren sebagai lembaga pendidikan menjelaskan bahwa asal mula
yang berbasis ke-Islaman yang khas pesantren berakar pada tradisi Islam
Indonesia telah megajarkan kearifan sendiri, yaitu tradisi tarekat atau
lokal dan menyebarkan budaya damai. tasawuf. Hal ini karena pesantren
Konsep tawassut, tasamuh, tawazun, dan memiliki keterkaitan yang erat dengan
i’tidal yang telah diajarkan para kiai di tempat pendidikan yang khas bagi
dunia pesantren menjadi bukti nyata, kaum sufi. Pendapat tersebut
bahwa pesantren merupakan institusi berdasarkan pada awal penyebaran
yang menyemaikan nilai-nilai Agama Islam di Indonesia yang lebih
perdamaian dan anti terhadap dikenal dengan kegiatan tarekat yang
radikalisme. senantiasa melaksanakan zikir dan
Terciptanya perdamaian dan wirid tertentu. Pemimpin tarekat ini
toleransi antar umat beragama disebut dengan kiai dalam
menuntut andil dari semua pihak, melaksanakan ibadah tertentu. Selain
terutama tokoh-tokoh masyarakat dan itu juga, biasanya menyediakan kamar-
tokoh-tokoh agama. Begitupun juga di kamar kecil yang letaknya di kiri atau
lingkungan pesantren, figur Kiai kanan masjid untuk tempat
menjadi sangat berpengaruh terhadap penginapan dan memasak. Sehingga
peserta didiknya (santri), dimana Kiai dalam kesehariannya juga diajarkan
dijadikan sebagai teladan dalam segala kitab-kitab agama, yang kemudian
aktifitas itu dinamakan pengajian.

Irfan Setia Permana W - 3


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
Dalam perkembangannya lembaga mengemukakan bahwa pendidikan
pengajian tarekat ini tumbuh dan perdamain itu mengacu pada
berkembang menjadi lembaga karakteristik perdamaian, yang
pendidikan yang disebut pesantren. meliputi: 1) Perdamaian itu bersifat
Kedua, ada yang berpendapat dinamis, 2) perdamaian itu ialah
bahwa pesantren yang tidak asing kita sebuah penyelesaian masalah yang adil
kenal saat ini merupakan tanpa kekerasan, 3) perdamaian itu
pengadopsian sistem pendidikan yang menunjukkan hasil keseimbangan
pernah didirikan oleh orang-orang dalam melakukan interaksi sosial,
Hindu di Nusantara. Pendapat tersebut sehingga masyarakat hidup dengan
berdasar pada terdapatnya fakta bahwa harmoni, 4) perdamaian itu ramah
pada masa Pra-Islam di Indonesia telah (baik) untuk masyarakat, 5) bila
ditemukan beberapa lembaga kekerasan merajalela, tentu
pendidikan yang mirip dengan perdamaian tidak akan tercipta, 6)
pesantren. Lembaga tersebut bertujuan untuk menciptakan
digunakan untuk tempat belajar dan keseimbangan dalam dinamika
mengajarkan ajaran agama Hindu interaksi sosial, perdamaian haruslah
dalam membentuk kader-kader berpijak diatas keadilan dan kebebasan
penyebar ajaran Hindu. Terdapat (justice and liberty), 7) bila keadilan
penguatan dari pendapat lain yang dihiraukan dan kebebasan
menyebutkan bahwa sistem dilumpuhkan, maka perdamaian tidak
pendidikan sejenis pesanren ini tidak akan tercipta (Suparno dalam Eneng
ditemukan di negara-negara Islam, Muslihah, 2014).
melainkan banyak ditemui di negara Ada sikap yang harus
yang menganut kepercayaan Hindu- dikembangkan dalam sistem
Budha seperti halnya Myanmar dan pendidikan di pesantren, dimana
Thailand (Ensiklopedi Islam, 1993). pesantren sudah seharusnya mendidik
umatnya melalui sikap-sikap dan
Peran Pesantren dalam Membangun pemikiran yang moderat. Dewasa ini,
Perdamaian (Peace Building) pesantren dituntut untuk menerapkan
Pesantren sebagai salah satu model pendidikan yang
sistem pendidikan indegenous yang mengkonstekstualisasikan materi-
telah berabad-abad berperan materi khas pesantren dengan isu-isu
membentuk karakter dan watak umat yang up to date. Materi keislaman yang
Islam di Indonesia. Pesantren biasanya hanya berkutat pada kajian
seharusnya memiliki potensi menjadi kitab turats (kitab-kitab klasik),
salah satu basis baik secara diskursif sekarang ini haruslah mulai nampak di
maupun moral-praktis dalam terjemahkan lebih membumi dengan
menyemaikan nilai-nilai perdamaian di mengintegrasikan terhadap isu-isu
Indonesia. kemanusiaan laiknya hak asasi
Bila ditelusuri lebih jauh, manusia, gender, human traficking,
pendidikan pesantren pada awal global warming, ekologi, kemajuan
kemunculannya memiliki basis teknologi, serta dinamika persoalan
pendidikan perdamaian yang humanitas lainnya (Hafidz Ghazali
komperhensif. Sebagaimana dikutip dalam Eneng Muslihah, 2014).
dari Suparno dalam bukunya Zamroni sebagai mana dikutip
”Pendidikan Perdamaian” oleh Muslihah bahwa bentuk pesantren

4 - Implementasi Toleransi Beragama di Pondok Pesantren


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019

dalam pendidikan perdamaian harus Hal ini juga menjadi perhatian


mengimplementasikan sikap-sikap Abd. Rahman Assegaf, menurutnya
berikut ini: 1) membangun, lembaga pendidikan Islam, termasuk
menegakkan dan memperbaiki didalamnya pesantren, yang bernuansa
hubungan di semua lapisan HAM merupakan upaya dalam
masyarakat dan interaksinya, 2) mencegah dan menangani konflik dan
mengembangkan pendekatan- kekerasan (Abdurrahman Assegaf,
pendekatan yang bersifat positif untuk 2004). Dalam Deklarasi HAM 1948
menyelesaikan konflik, dimulai dari yang kemudian diislamisasikan dalam
konflik yang bersifat personal maupun Deklarasi Kairo 1981, disana terdapat
interpersonal, 3) menciptakan butir-butir HAM yang didalamnya
lingkungan yang kondusif baik secara terdapat hak hidup (right to life), hak
fisik maupun secara emosional, 4) merdeka (right to freedom), hak
membangun lingkungan yang aman memperoleh perlakuan yang sama
sentosa secara berkelanjutan dan tanpa diskriminasi (right to equity and
melindunginya dari adanya eksploitasi prohibition against impermissible
dan perang (Eneng Muslihah). discrimination), hak mendapat keadilan
Dengan demikian, dapat (right to justice), hak untuk tidak
dipahami bahwa core daripada model diperlakukan secara semena-mena
pendidikan tersebut adalah adanya (right to fair trail), hak memperoleh
keseimbangan antara pembelajaran perlindungan terhadap penyimpangan
hukum Islam dengan legal-formal, kekuasaan (right to protection against
pendidikan yang responsif dengan abuse of power), hak memperoleh
kondisi dan keadaan psikologis perlindungan terhadap siksaan (right of
masyarakat, pembinaan akhlak atau protecion against torture), hak minoritas
tasawuf yang dialektis dengan norma- (right to minority), dan lain sebagainya.
norma masyarakat serta penanaman Hal ini perlu kiranya untuk
nilai-nilai humanitas dan HAM. Jika diinternalisasikan melalui proses
keempat model pendidikan itu pendidikan. Hal ini juga sejalan dengan
bersinergi dengan baik, maka pondok tujuan ditetapkannya syariat (maqashid
pesantren akan melahirkan penerus- al-Syari’ah).
penerus Muslim yang moderat. Pesantren sebagai basis
Pendidikan perdamaian adalah pendidikan yang asli Indonesia,
sebuah upaya yang harus dilakukan sebagaimana dalam latar historisnya
demi terwujudnya nilai-nilai, sikap telah ikut andil dan berhasil
atau perilaku, dan tata cara hidup yang menegakkan kemerdekaan Indonesia.
mendukung terciptanya budaya damai. Sudah seharusnya, di masa sekarang
Asama mengemukakan bahwa ini turut andil dalam melaksanakan
pendidikan perdamaian bertujuan tugas-tugas perdamaian demi
untuk menumbuhkan kesadaran dan terciptanya relasi-relasi harmoni antar
pemahaman mengenai akar konflik, sesama manusia yang menghuni
kekerasan dan ketidakdamaian dalam wilayah Indonesia.
lingkup yang bersifat personal, Dari berbagai landasan naqliyah
interpersonal, komunitas/kelompok, tersebut, dapatlah dijelaskan
nasional, regional dan internasional bahwasannya bangunan sikap toleransi
(Saefudin Asma, 2009). dapat diupayakan oleh individu yang

Irfan Setia Permana W - 5


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
ada, guna mewujudkan masyarakat merupakan wujud komitmen dan
yang toleran. Ketika kondisi dan situasi dedikasinya akan kesalehan
toleransi telah dapat terealisasi, maka individualnya dengan Tuhan. Banyak
roda kehidupan umat manusia ayat dari surat-surat Al-Qur’an
khususnya bidang agama, akan menunjukkan adanya penyebutan
berjalan sebagaimana mestinya, seiring iman dan amal secara bersambung.
sejalan tanpa dijumpai “penodaan- Hubungan ini sering diistilahkan
penodaan” harkat dan martabat dengan uhkhuwwah islamiyah.1
manusia seutuhnya. Harapan dari Dalam penerapan konsep dan
konstruksi masyarakat yang seperti ini wawasan ukhuwwah, dapat dilakukan
bisa dimulai dari masing-masing melalui berbagai cara, melalui
individu dari masyarakat tanpa bermacam lembaga serta sarana, antara
menunggu komando dari pimpinan lain: pertama, persaudaraan Islam
masyarakat maupun agama. (ukhuwwah islamiyah) seyogyanya
Toleransi merupakan implikasi dimulai dari linkungan yang paling
dari sebuah keberagaman manusia kecil (keluarga), kelompok atau warga
bahkan dari eksistensi agama. Adanya suatu jam’iyah, kemudian
keberagaman akan menghasilkan dikembangkan dalam lingkungan yang
sebuah ungkapan yang muncul dari lebih luas (antar jam’iyah aliran dan
pemahaman seseorang terhadap bangsa); Kedua, perlu adanya
dirinya dan orang lain, bahwa ternyata keteladanan yang baik (uswah hasanah)
harus disadari akan adanya orang lain dari pemimpin ummat, diperlukan
berikut hal-hal yang melekat padanya. keteladanan dari para pengurus
Ungkapan tersebut akan bisa organisasi untuk menampilkan sikap
terlaksana manakala seseorang sudah ukhuwwah yang dapat dijadikan
dihadapkan pada realitas orang lain contoh oleh warganya dan ummat
dari eksistensinya. Namun ketika Islam pada umumnya, baik dalam
seseorang belum berbenturan dengan kehidupan pribadi maupun dalam
“yang lain” tersebut, dia akan kehidupan fungsionalnya sebagai
mengalami “peng-aku-an” akan warga masyarakat.
eksistensi dirinya sendiri dengan Ketiga, mengembangkan
menafikan yang lainnya. perluasan cakrawala berpikir dalam
Islam telah mengajarkan kepada masalah keagamaan maupun
umat manusia akan adanya hubungan kemasyarakatan, dalam rangka lebih
pribadinya dengan Tuhan (sering meningkatkan saling pengertian dan
disebut dengan hablum minallah) dan saling memahami wawasan pihak lain,
juga hubungan pribadinya dengan dan mengembangkan sikap
sesama manusia (hablum minannaas). keterbukaan dalam menghadapi
Islam menjadikan hubungan masalah-masalah sosial; Keempat,
bermasyarakat merupakan sebuah terbentuknya lembaga-lembaga atau
keharusan bagi penganutnya dalam
kehidupannya sehari-hari. 1
Sidang Komisi IV Muktamar ke-28 Nahdlatul
Keharmonisan manusia dengan Tuhan Ulama, Pesan-pesan Mengenai Masalah-Masalah
Masyarakat, Bangsa, dan Negara; Ukhuwah
nantinya akan terealisasi dalam Islamiyah dan Persatuan Nasional, Yogyakarta, 29
kehidupan bermasyarakat. Dengan arti Rabi’ul Akhir 1410 H. Diambil dari:
yang lain bahwa kesalehan sosial atau http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news
_view&news_id=11081.
keharmonisan dengan masyarakat

6 - Implementasi Toleransi Beragama di Pondok Pesantren


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019

pranata-pranata yang dapat memiliki keterkaitan dengan


menumbuhkan kerukunan, persatuan penelitian.
dan solidaritas warga dan ummat, Data-data penelitian ini
seperti koperasi, badan-badan kontak, dikumpulkan dengan teknik observasi
konsultasi dan lain sebagainya, sesuai partisipan yang merupakan
dengan perkembangan dan kebutuhan keterlibatan langsung peneliti di lokasi
ummat; Kelima, mendayagunakan penelitian. Wawancara yang
semua lembaga dan sarana yang sudah digunakan adalah wawancara yang
tersedia, baik yang diadakan oleh dilakukan secara informal. Wawancara
pemerintah maupun oleh swadaya ini juga digunakan bersamaan dengan
masyarakat sendiri, seprti MUI, metode observasi partisipasi. Studi
pesantren, sekolah dan perguruan kepustakaan atau dokumentasi
tinggi, sebagai sarana pengembangan dilakukan untuk melengkapi dan
persaudaraan Islam dan persatuan menguatkan data yang diperoleh baik
nasional. dari hasil wawancara maupun
Keenam, mendayagunakan observasi. Disamping itu, untuk
pesantren dan lembaga-lembaga kepentingan yang bersifat teoritis, guna
pendidikan lainnya, agar lebih memperoleh data yang valid dan
berperan dalam pengembangan masukan atas masalah penelitian
wawasan ukhuwwah, baik melalui terkait implementasi toleransi
program kurikuler, kokurikuler beragama.
maupun ekstra-kurikuler. Ketujuh, Setelah data dikumpulkan,
menciptakan suatu mekanisme yang kemudian data diuji keabsahannya
baik dan efektif dalam kehidupan dengan teknik triangulasi dataSetelah
masyarakat dengan mampu berperan data terkumpul dengan baik,
dalam menyelesaikan masalah, jika kemudian diedit dan dipilah. Data
terjadi perbedaan pendapat atau dalam kualitatif yang dikumpulkan dengan
mengatasi perbedaan pendapat dengan pengamatan berpartisipasi, wawancara
pihak-pihak lain. mendalam dan studi dokumentasi
dianalisis dengan model interaktif.
METODE
Penelitian ini merupakan HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian lapangan yang bersifat Konstruksi Pemikiran Toleransi
deskriptif, dengan menggunakan fakta- Beragama di Pondok Pesantren
fakta yang objektif. Sumber data dalam Universal Bandung
penelitian ini meliputi data primer dan Konsep toleransi beragama yang
data sekunder, yaitu: Data primer, dibangun di Pondok Pesantren
adalah data yang diperoleh dari hasil Universal ini merupakan toleransi yang
wawancara dengan pengasuh, para berlandaskan nilai-nilai ukhuwwah.
pengajar dan para santri Pondok Toleransi ini didasari sikap tasamuh,
Pesantren Universal Bandung. Data ta’awun. Hal ini senada dengan konsep
sekunder, yaitu literatur yang toleransi dalam Islam yang
berkaitan dengan penelitian berupa mengedepankan nilai-nilai ukhuwwah
bahan pustaka, baik berupa buku, (persaudaraan). Dalam aplikasinya,
jurnal, atau penelitian lain yang ukhuwwah tersebut menuntut adanya
sikap-sikap dasar yang akan
mempengaruhi realitas kehidupan

Irfan Setia Permana W - 7


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
sosial. Sikap-sikap tersebut sebagai proses bertoleransi dengan
diantaranya: saling mengenal (ta’aruf), tulus tanpa pamrih.
saling menolong (ta’awun), saling Pandangan dan konsep toleransi
mendukung (tadlamum), dan saling beragama harus mengarah pada
menyayangi (tarahum). kemanusiaan secara universal dan
Toleransi merupakan sikap saling mencerminkan Islam yang rahmatan lil
menghargai dengan penuh kesadaran ‘alamiin. Hal ini menjadi konsep yang
dan ketulusan terhadap realitas mendasari konsep toleransi di
kemajemukkan, namun tetap kalangan ustadz (tenaga pendidik).
mengedepankan sikap ta’awwun yaitu Toleransi beragama sesuai dengan
dengan saling tolong menolong terbangunnya Islam itu sendiri, yaitu
terhadap sesama. Toleransi berasal dari yang rahmatan lil alamiin bukan
tiga aspek yang sering disampaikan rahmatan lilmuslimin dalam artian Islam
dalam kajian-kajian di Pondok itu menebar kasih sayang untuk
Pesantren Universal yaitu inklusif, makhluk seluruh alam, tidak hanya
empatik, dan toleran yang dikaitkan umat Islam. Akan tetapi seluruh umat
dengan konsep tasamuh, dan taawun. manusia di dunia bahkan hewan,
Toleran tetap menjunjung kebersamaan tumbuhan, dan sebagainya pun
dan harus didasari pada sikap empatik. berkasih sayang. Dengan memiliki
Toleran saja tanpa didasari oleh dasar tersebut, kita bisa menjadi
empatik yang tulus itu tidak tasamuh. pribadi yang toleran terhadap umat
Tasamuh itu dari lubuk hati yang paling beragama lain. Lebih tepatnya toleransi
dalam untuk menghormati perbedaan itu sikap saling menghormati,
dengan sebuah kesadaran yang disebut menghargai, saling bergandengan
dengan kesadaran etis fungsional tangan dengan sadar, bahwa
universal (kesadaran dalam perbedaan bukan untuk diperdebatkan
memposisikan diri). Konsep tasamuh namun disatukan dalam misi
lebih tinggi dari sikap toleran. Ketika kemanusiaan.
kita bertoleransi, itu berarti didasari Toleransi adalah sebuah sikap
oleh kedalaman hati, maka tidak akan saling menghargai dengan
mudah terprovokasi. memprioritaskan kebenaran agama
Toleransi berarti merupakan sendiri yang lebih utama. Namun tidak
sebuah kesadaran sikap, bagaimana serta-merta memandang keyakinan,
seharusnya kita memposisikan diri pendapat, maupun pemikiran orang
dalam menghadapi keragaman atau lain salah. Konsep ini mengacu pada
perbedaan dalam beragama. Dalam corak pemikiran yang inklusifistik.
menyikapi berbagai realitas Toleransi harus berdasar pada prinsip
kemajemukkan tersebut tentunya harus perdamaian. Sikap toleransi yang
didasari dengan ketulusan, empatik mengarah pada pembangunan
atau keterpanggilan jiwa yang tidak perdamaian dan persatuan ini
terintervensi oleh pihak luar. Jika ditunjukkan secara interaksi dalam
dikaitkan dengan teori toleransi, hal ini hubungan antar umat beragama.
senada dengan konsep toleransi yang Jikalau kita mengucapkan selamat
dikemukakan oleh Daud Ali penulis dalam hubungan antar manusia, ikut
buku pendidikan Islam, bahwa sikap suasana bahagia dalam suka cita agama
toleransi itu harus didasari dengan lain merupakan hal yang manusiawi.
kelapangan dada yang bisa diartikan Jadi, tidak bisa dihukumi menjadi kafir

8 - Implementasi Toleransi Beragama di Pondok Pesantren


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019

atau keberagamaannya terganggu. dan kutub positif, jika terlalu ekstrim


Apalagi jika yakin bahwa hidayah, kanan jelek, terlalu ekstrim kiri juga
pertolongan itu Allah yang mengatur. jelek. Terlalu kikir tidak boleh, terlalu
Meskipun ada yazidu, wa yanqusu. royal pun tidak boleh, sikap tengah-
Yazidu juga bisa jadi karena Dzat yang tengah itu yang terbaik. Kaitannya
Maha membolak-balikkan hati. disisi dengan keberagamaan ada yang
lain dengan bantuan bimbingan Allah dipahami sebagai islam wasathiyyah itu
dan ada usaha manusia untuk yang terbaik. Jika itu ukurannya, yang
mencapai keistiqomahan di titik itu. dipahami dan disaksikan sekarang,
Dalam mengembangkan toleransi orang yang punya pandangan islam
diperlukan sikap yang moderat, wasathiyyah itu mereka yang dalam
sebagaimana Hasyim Muzadi proses kehidupannya berinteraksi
mengatakan, bahwa untuk menangkal dengan orang-orang yang berbeda
bahaya radikalisme, terorisme, konflik agama. Mereka yang toleran terhadap
internal dan krisis multidimensional perbedaan akan melahirkan sikap
perlu diperkuat watak Islam moderat wasathiyyah.
di kalangan dunia Islam (Hasyim Jika dikaitkan dengan pandangan
Muzadi dalam M. Sidi Ritaudin, 2017). Said Agil Munawar dalam Fiqih
Konsep Islam moderat juga menjadi Hubungan Antar Agama. Menurutnya,
latar belakang landasan Pondok bahwa sikap toleransi terbagi kedalam
Pesantren Universal dalam dua macam yaitu toleransi statis dan
pengembangan sikap beragamanya. dinamis. Toleransi statis merupakan
Dimana Islam moderat (wasathiyyah) jenis toleransi yang melahirkan suatu
menjadi sikap yang terbaik. Untuk komitmen bersama, hanya saja bersifat
melahirkan sikap moderat diperlukan idealis/teoritis. Sementara toleransi
proses kehidupan yang terbiasa hidup dinamis merupakan toleransi aktif
berbaur dengan orang-orang yang yang melahirkan kerja sama untuk
berbeda, baik itu dalam segi tujuan bersama. Dengan demikian,
kepercayaan, pola pikir, maupun corak hidup berbaur yang telah menjadi habit
pemahaman. Sehingga sikap-sikap atau kebiasaan akan melahirkan sikap
moderat itu akan terlatih dan terasah toleransi aktif yang menjadi sebuah
sebagai bentuk penghormatan diri refleksi dari kebersamaan umat
terhadap fitrah realitas kemajemukkan beragama, akan melahirkan sikap
tersebut. toleransi yang didasari sebuah
Dalam relasi hubungan antar komitmen yang mengantarkan pada
manusia, keimanan itu dalam banyak tujuan bersama.
kasus teman-teman yang sekolahnya di Ketika dihadapkan dengan sikap-
luar negeri keberagamaannya lebih sikap intoleran, eksklusifistik, dan
baik, tidak terganggu. Bahkan bahkan radikal hal ini timbul
penilaian bagus atau tidak bagusnya dikarenakan sempitnya cakrawala
keberagamaan seseorang, orang yang berfikir dan adanya fanatisme yang
berinteraksi dengan kelompok atau berlebihan. Dalam hal ini Pondok
agama yang berbeda itu lebih moderat Pesantren Universal menegaskan,
dan toleran. Tentu sikap moderat itu sikap-sikap intoleran, radikalis, dan
merupakan sikap terbaik dalam banyak eksklusifistik berasal dari pemahaman
pandangan. Sebagaimana kutub negatif yang selalu berorientasi pada fiqh

Irfan Setia Permana W - 9


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
oriented yang hanya mempersoalkan Umat Beragama (DEPAG RI , 1997). Jika
masalah halal/haram, kafir, bid’ah, dilihat dari sudut ini, secara ekstern
cenderung hitam/putih, dan tekstualis. (antar umat beragama) konsep
Jika orang terjebak dalam sikap- toleransi beragama yang dibangun di
sikap teks, literalis, atau hitam-putih Pondok Pesantren Universal telah
memiliki kecenderungan mencerminkan sikap-sikap yang
mengekspresikan keagamaannya memadai dalam toleransi beragama.
secara keras, hitam-putih, beberapa hal Berdasarkan konstruk pemikiran
malah semacam arogansi kebenaran, yang dibangun di Pondok Pesantren
prioritas keberagamaan yang gagah Universal menunjukkan bentuk
dan agung, tetapi dalam toleransi dinamis, dimana secara
memperjuangkannya keagungannya teoritik memang telah menunjukkan
itu, tidak cantik. Dalam istilah teologi adanya sikap toleran. Namun, secara
ada istilah yang dinamakan jalal dan praktik memang belum terpraktikkan
jamal. Jalal itu gagah perkasa, namun semua. Mengingat, dalam dunia
jika keagungannya diekspresikan pesantren memang tidak terdapat
dengan sikap arogansi maka itu variasi penganut agama yang berbeda.
menjadi tidak indah. Padahal dalam al- Namun, jika secara internal
Quran bilhikmah wal mau’idzatil hasanah. keagamaan, dalam kehidupan
Ahsan itu terbaik, bukan hanya baik pesantren memang terdapat corak dan
saja. Ihsan itulah puncaknya Islam latar belakang keagamaan yang
yang merupakan mental universal berbeda. Sehingga konsep toleransi ini
yang tidak ada iming-iming atau sudah berjalan secara baik.
amang-amang.
Prinsip diatas memberikan Implementasi Toleransi Beragama di
gambaran bahwa dalam konsep Pondok Pesantren Universal
toleransi bergama menurut Pondok Dewasa ini, pesantren dituntut
Pesantren Universal adalah sikap untuk menerapkan model pendidikan
saling menghargai terhadap perbedaan yang mengkonstekstualisasikan materi-
dalam hal keyakinan, pemikiran, materi khas pesantren dengan isu-isu
pandangan, atau pendapat. Dalam yang up to date. Materi Keislaman yang
bertoleransi diperlukan sikap inklusif, biasanya hanya berkutat pada kajian
empatik, dan saling menghargai untuk kitab turats (kitab-kitab klasik),
membangun sikap yang moderat dan sekarang ini haruslah nampak
terciptanya bagunan perdamaian. diterjemahkan lebih membumi dengan
Dalam ruang lingkup toleransi itu mengintegrasikan terhadap isu-isu
terdapat tiga arah, sebagaimana kemanusiaan seperti toleransi, gender,
dikemukakan oleh Dr. Mukti Ali yang ekologi, kemajuan teknologi, human
telah terancang dalam Tri Kerukunan traficking, serta dinamika persoalan
Umat Beragama yang didasarkan pada humanitas lainnya (Hafiz Ghazali
Surat Keputusan Menteri Agama dalam Eneng Muslihah, 2014). Hal
Republik Indonesia Nomor 70 dan 77 tersebut mengarah pada terciptanya
tahun 1978 tentang Tri Kerukunan bangunan perdamaian, yang
Hidup Beragama yaitu meliputi: 1) terinternalisasi dari pendidikan
Kerukunan Intern Umat Beragama; 2) perdamaian.
Kerukunan Antar Umat Beragama; 3) Pendidikan perdamaian adalah
Kerukunan Antar Pemerintah dengan sebuah upaya yang harus dilakukan

10 - Implementasi Toleransi Beragama di Pondok Pesantren


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019

demi terwujudnya nilai-nilai, sikap Orang berubah karena ada yang


atau perilaku, dan tata cara hidup yang namanya the great man yaitu ada orang
mendukung terciptanya budaya damai. besar yang mengkomando. Justru pola
Asma mengemukakan bahwa pendidikan perdamaian di pesantren
pendidikan perdamaian bertujuan itu andragogy, sufistik. Nah disitu ada
untuk menumbuhkan kesadaran dan yang namanya normative reeducative
pemahaman mengenai akar konflik, strategy, dimana dalam merubah
kekerasan dan ketidak-damaian dalam manusia itu dengan menginstal atau
lingkup yang bersifat personal, memasukkan dalam dirinya norma,
interpersonal, komunitas/kelompok, nilai-nilai sufistik, prinsip inklusif,
nasional, regional dan internasional empatik, toleran, pembelajaran orang
(Saefudin Asma, 2009). dewasa. Lalu nilai-nilai itu dimaknai,
Dalam kaitannya dengan model direfleksikan secara kritis oleh anak
pendidikan yang berbasis didik atau santri melalui edukatif dan
pengembangan materi kekinian reedukatif. Mengapa reedukatif
tersebut, Pondok Pesantren Universal strategi, karena prosesnya tidak sekali
sejak awal berdirinya melakukan jadi. Prosesnya secara terus-menerus,
kaderisasi keulamaan dalam tradisi ada namanya habit yang berulang-
keilmuan yang berorientasi tafaquh fi al- ulang. inklusif, empatik, toleran tidak
din. Sesuai dengan karakternya yang bisa hanya sekedar jargon, kampanye,
senantiasa akomodatif dengan sekali ketemu, tapi terpola dalam
perkembangan masyarakat dalam proses edukatif-reedukatif, berulang-
rangka mempertahankan eksistensinya ulang, dicontohkan dalam kegiatan,
sekaligus menjawab tantangan dan dan diingatkan terus.
perubahan zaman. Dalam konteks Dalam mengembangkan model
mempersiapkan kader ulama yang pendidikan toleransi beragama yang
akomodatif terhadap segala jenis berwawasan multikulturalisme-
kemajemukkan dalam masyarakat, pluralisme. Pondok Pesantren
pesantren menyiapkan kurikulum Universal mengembangkannya dalam
pendidikan perdamaian yang lebih sebuah rancangan visi dan misinya.
kontekstual, selaras dengan tantangan Dalam perumusan visi dan misi
yang dihadapinya. Pondok Pesantren Universal, terdapat
Dalam penerapan pendidikan tujuan yaitu untuk menjawab stigma
perdamaian yang bermuatan nilai negatif yang dialamatkan kepada
toleransi, HAM, dan lain-lain. Melalui Pondok Pesantren. Pondok Pesantren
normative reeducative strategy Pondok memiliki tanggung jawab besar
Pesantren melakukan transmisi dan terhadap maraknya gelombang
internalisasi nilai-nilai ke-Islaman yang intoleransi, arogansi radikal yang
inklusif, damai, dan toleran sehingga menjalar dalam kehidupan kampus.
terbangun kapasitas perdamaian di Maka Pondok Pesantren Universal
kalangan para santri dan masyarakat hadir sebagai respon dalam menangkal
yang pada gilirannya diharapkan itu semua.
mampu menciptakan bangunan Pondok Pesantren Universal
perdamaian yang abadi. didirikan sebagai respon atas
Proses perubahan masyarakat itu keprihatinan beberapa pihak berkaitan
ada karena dipaksa atau provokator. dengan kondisi kampus (Perguruan

Irfan Setia Permana W - 11


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
Tinggi) yang selama ini dikenal sebagai ideologi tersebut adalah para remaja.
tempat persemaian manusia yang Berbagai macam serangan ideologi
memiliki pandangan kritis, open radikal ini harus dihadapi dengan
minded, objektif, namun ternyata tidak “kontra-ideologi”, pendidikan
kebal terhadap pegaruh ideologi perdamaian dan perspektif ke-
radikal. Sehingga, pangkal-pangkal Indonesiaan dan ke-Islaman yang
ideologi radikalis ini menyeruak inklusif, empatik, dan toleran.
menjadi sikap-sikap yang ekslusifistik, Pendidikan toleransi dan resolusi
intoleran, dan sel-sel radikal dapat konflik pada hakikatnya bersifat
ditemukan dalam skala berbeda di holistik berkaitan dengan dimensi
banyak perguruan tinggi di Indonesia ranah kognitif, afektif, dan
termasuk di Kota Bandung. keterampiran (skill, psikomotorik).
Dalam pandangan Azyumardi Oleh karena itu, pendidikan dan
Azra, kecenderungan orang dalam pengajaran di Pondok Pesantren
memahami segala sesuatu itu hitam Universal ini didesain dengan
putih khususnya yang berasal dari menggabungkan teori kritis,
sekolah menengah non-keagamaan metodologi partisipatif, dan
yang sebelumnya tidak banyak pengalaman.
mendapatkan materi-materi Jika dikaitan dengan teori
keagamaan dan keragaman perspektif pendidikan multikulturalisme yang
Islam, semangat keagamaannya dikembangkan oleh James A. Banks,
semakin tumbuh di kampus-kampus. yang menyebutkan bahwa pendekatan
Terlebih ketika mereka dipertemukan dalam mengintegrasikan pluralisme,
dengan “mentor” dari organisasi- toleransi beragama, dan pendidikan
organisasi kemahasiswaan intra perdamaian. Pondok pesantren
maupun ekstra kampus tertentu, Universal menggunakan pendekatan
semangat dan militansi keagamaannya kontributif (contribution approach),
semakin kuat bahkan cenderung pendekatan mata pembelajaran
ekstrem. tambahan, pendekatan transformatif
Pemahaman yang berpangkal (transformatif approach) dan pendekatan
pada ideologi radikalis aksi sosial dimana dilakukan dengan
dilatarbelakangi oleh karakteristik memusatkan perhatian pada
pemahaman dan pengalaman pengenalan unsur-unsur keragaman
keagamaan di kalangan remaja, melalui berbagai muatan-muatan
khususnya mahasiswa perguruan pendidikan ke-Islaman yang
tinggi. Dengan demikian, menurut mengenalkan corak pemikiran
Pondok Pesantren Universal ada sikap- kegamaan atau madzhab yang berbeda.
sikap yang harus dikembangkan Selain itu, Model pendidikan
sebagai respons daripada keprihatinan yang digunakan adalah pendidikan
tersebut, yaitu dengan pendidikan orang dewasa (andragogy), melalui
‘kontra ideologi’. Bagi Pondok kegiatan pendidikan dan pengajaran
Pesantren Universal, idelogi radikal dengan menggunakan model
dan pemahaman keagamaan Islam pendekatan ‘peran’, model praxis (aksi-
yang sempit, eksklusif, dan intoleran refleksi) yang penerapannya dilakukan
tidak dapat diatasi dengan tindakan in-class yaitu berupa bandungan,
represif aparat penegak hukum. sorogan, tausiah, diskusi, bahtsul masa’il
Apalagi ‘korban’ dari propaganda dan out-class (riset aksi, out bond, field

12 - Implementasi Toleransi Beragama di Pondok Pesantren


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019

study). Model pendidikan di Pondok kitab-kitab yang kita baca. Ta’lim


pesantren Universal tidak saja bukan kitab syafi’iyyah saja, akan
mengkaji kitab-kitab turats dan klasik, tetapi juga mengadopsi kitab-kitab
namun di sisi lain mengadopsi yang yang lain. Semakin sebuah
beberapa hal baru terkait dengan pesantren mengkaji kitab kuning, maka
toleransi, pesantren for peace, maka pesantren tersebut semakin toleran.
materi-materi tidak tercermin semata- karena di kitab klasik itu selalu
mata pada kitab yang dibaca tetapi disampaikan qoul-qoul (pendapat) yang
juga pada kemasan kegiatan di berbeda. Maka pesantren Universal
pesantren, melalui LKMS, diskusi, mempertahankan mengkaji kitab
maupun menghadirkan orang klasik, seperti safinah, dan taqrib,
Hasyim Muzadi mengungkapkan meskipun itu berasal dari ulama
bahwa dalam mengembangkan model syafi’iyyah tetapi disyarah dari
pendidikan yang berwawasan berbagai pendapat, dan itu
toleransi, pondok pesantren harus disampaikan. Dengan demikian, maka
menjaga keseimbangan antara hukum mengapa pesantren klasik banyak
Islam dengan legal-formal, pendidikan melahirkan kader ulama yang moderat
responsif dengan kondisi dan keadaan karena disitu disampaikan berbagai
psikologis masyarakat, pembinaan versi pendapat dari ulama yang
akhlak atau tasawuf yang dialektis memiliki corak pemikiran yang
dengan norma-norma masyarakat serta berbeda dan santri sudah terbiasa
penanaman nilai-nilai HAM. Jika dengan pendapat yang berbeda.
model pendidikan ini bersinergi Pendidikan berbasis agama
dengan baik, maka pondok pesantren (pesantren) seyogyanya berkiprah
akan melahirkan penerus-penerus dalam mengenalkan problematika
muslim yang moderat. keragaman, yang tentu saja
Dalam kaitannya dengan mengandung nilai-nilai yang mampu
pandangan tersebut, Pondok pesantren menumbuh-kembangkan sikap-sikap
Universal menerapkan model toleransi, inklusif pada generasi muda.
pendidikan yang juga berbasis Dengan berdasar pada prinsip
wawasan toleransi, meskipun seluruh kurikulum pendidikan agama Islam.
komponen dalam model pendidikan Hal tersebut juga tentunya harus
tersebut belum bersinergi secara mempertimbangkan komponen, bahan,
menyeluruh. Dalam merefleksikan metode, peserta didik, media,
nilai-nilai pendidikan lingkungan, dan sumber belajar.
multikulturalisme pluralisme, Pondok Secara metode pembelajaran,
pesantren Universal sempat Pondok Pesantren Universal sama
memasukkan materi kitab rohmatul halnya dengan pesantren lain pada
ummah fikhtilafil aimmah dan juga umumnya. Namun, dalam metode
memasukkan muatan-muatan tasawuf. yang digunakan sebagaimana telah
Hal itu dilakukan karena didalamnya dibahas sebelumnya tetap
terdapat pembelajaran tentang menata menggunakan aksi-refleksi dimana
hati, akhlak, bukan fiqih semata-mata. setiap pengajaran yang berkaitan
Hal ini merupakan suatu proses yang dengan penanaman pendidikan
membangun sikap toleran dan toleransi ditanamkan melalui metode
kelembutan hati, bahkan termasuk reeducative, dimana penanaman nilai-

Irfan Setia Permana W - 13


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019
nilai multikulturalisme-pluralisme ini agama Islam sebagai agama yang
disampaikan berulang-ulang. Hal ini dianutnya dengan tidak sama sekali
bertujuan agar santri dapat memahami mengurangi penghormatannya
dan menerapkannya secara continue terhadap agama lain, serta menjadi
(berkelanjutan), setelah itu akan ganjalan dalam menjalin toleransi
menjadi habit, dan kemudianberharap beragama dalam kehidupan
menjadi karakter santri Pondok bermasyarakat.
Pesantren Universal yang inklusif. Pemikiran mengenai toleransi
KESIMPULAN beragama pun diimplementasikan
Berdasarkan data hasil penelitian dengan baik dalam kebijakan Pesantren
serta pembahasan dan analisis data dalam kegiatan pembelajaran dengan
dalam penelitian ini, dapat dimasukkan dalam kurikulum
disimpulkan bahwa konstruk pembelajaran. Bahkan Pondok
pemikiran pondok pesantren Universal Pesantren Universal memiliki
menunjukkan adanya pembentukan semboyan utama Pondok Pesantren
pemikiran untuk memiliki sikap yaitu prinsip inklusif, empatik, toleran
toleransi. Toleransi beragama dalam dengan tetap menyayangi meskipun
pandangan Pondok Pesantren dalam perbedaan. Selain itu, Pondok
Universal adalah sikap keberagamaan Pesantren Universal juga terlibat aktif
yang menerima realitas kemajemukan dalam sejumlah kegiatan yang
didasari dengan nilai empatik tanpa melibatkan umat lintas agama, seperti
adanya intervensi oleh pihak manapun. dalam kegiatan pesantren for peace,
Mengenai corak pemahaman dalam mengikuti sejumlah kegiatan youth
batasan toleransi beragama, dalam camp interfaith, diskusi lintas iman, dan
pemahamannya lebih mengarah menerima umat agama lain yang live in
kepada corak keberagamaan yang di Pondok Pesantren. Pondok
inklusifistik. Pesantren Mahasiswa Universal sudah
Hal tersebut dapat dilihat dari memiliki upaya dalam membangun
pandangan pengasuh Pesantren pendidikan yang berwawasan toleransi
mengenai batasan bergaul dalam relasi beragama yang bercorak
harmonis antar umat beragama harus multikulturalisme-pluralisme, akan
tetap berjalan, namun setiap manusia tetapi memang masih terdapat
memiliki batasan sendiri dalam aqidah kekurangan yang harus dikembangkan
masing-masing yang membuat secara menyeluruh dimana terkait
manusia tersebut mempertahankan lingkup kehidupan internalnya.
keyakinannya. Pondok Pesantren
Universal memposisikan kebenaran

DAFTAR PUSTAKA
Buku nan Jurnal
Assegaf, Abdurrahman. 2004. Pendidikan tanpa Kekerasan Tipologi Kondisi, Kasus dan
Konsep. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
Muslihah, Eneng 2014. “Pesantren dan Pengembangan Pendidikan Perdamaian”. Dalam
jurnal Studi Keislaman, Volume 1, Nomor 2.
Asma, Saefudin. 2009. “Damai Itu Apa (Sekilas Mengajarkan Perdamaian”, dalam
Kompasiana.

14 - Implementasi Toleransi Beragama di Pondok Pesantren


Hanifiya: Jurnal Studi Agama-Agama
ISSN 2089-8835
Volume 2 Nomor 1 Tahun 2019

DEPAG RI, 1997. Bingkai Teologi Kerukunan Hidup Umat Beragama di Indonesia. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Agama Proyek Peningkatan Kerukunan
Umat Beragama di Indonesia.
Dewan Redaksi. 1993. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hove.
Ritaudin, Sidi. 2017. Promosi Islam Moderat Menurut KETUM MUI Lampung dan Rektor
Universitas UIN Raden Intan Lampung. Jurnal TAPIs Vol. 13 No. 02.
Abdullah, M. Amin. 2014 “The Intersubjective Type of Religiosity: A Contribution (a Fresh
Ijtihad) of Indonesian Islamic Studies to a Multicultural Society”, Makalah, AICIS
XV.
Suwariyati, Titik. 2003. “Konflik-konflik sosial bernuansa agama di berbagai komunitas
(Kasus Kerusuhan Sosial di Banjarmasin 1997)”. Jakarta: Departemen Agama RI.

Website
http://umum.kompasiana.com/2009/06/17/damai-itu-apa-sekilas-pendidikan-
perdamaian-7205.html).
http://www.nu.or.id/page.php?lang=id&menu=news_view&news_id=11081.

Irfan Setia Permana W - 15

You might also like