You are on page 1of 9

43

NILAI-NILAI MODERASI BERAGAMA


DI PONDOK PESANTRENSALAF AL-FALAH
KABUPATEN CIANJUR
Dera Nugraha
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
nugrahadera1@gmail.com
Nurwadjah Ahmad
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
nurwadjah.ahmad@gmail.com

Andewi Suhartini
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
andewi.suhartini@uinsgd.ac.id

Abstract
Indonesia is a multicultural country. Religious and cultural conflicts still occur now. The
strengthening of religious moderation values among its pluralistic society is a solution. It
needs to be conducted in every institution, both formal and non formal. That why, a
research of the internalization of religious moderation values in Pondok pesantrenis
needed. This research was conducted at Pondok pesantren Salaf Al-Falah Cianjur West
Java. The method used is a descriptive-qualitative. The results of this study indicate that
the internalization of religious moderation values in Pondok pesantren Al-Falah is
applied by Kyai and all teachers in many aspects; learning and daily activities.In the
learning aspect, they apply tolerance and appreciation. They apply the values of peace,
happiness, respect, cooperation and humble to the aspect of daily activities. All teachers
get policy support from the Kyai as the top leader.
Key Words:Moderation; Pesantren; Religious; Value.

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara multikultural terbesar di dunia. memiliki banyak
kelompok suku, etnis, agama, dan budaya (Nurcahyono 2018). Keragaman masyarakat
multikultural sebagai asset kekayaan bangsa di satu sisi, dan kondisi sangat rawan konflik
serta perpecahan di sisi lain (Lestari 2015). Perbedaan kebudayaan dan perbedaan agama
dapat memicu konflik konflik sosial yang berbahaya bagi kerukunan bangsa.Religions
contact in Indonesian plurality implies two sides, namely positive side as unifying wealth
while negative side makes fanaticism in exclusive and primordial radicalism that finally it
makes social conflict among religious communities in harmony of the plurality of the
nation (Kawangung 2019).
Konflik yang mengatasnamakan atau berkaitan dengan agama memang masih
terjadidi Indonesia.Contohnya kebijakan penutupan sementara rumah ibadah oleh Majelis
44

Ulama Indonesia di masa Pandemi.Sebagian menerima, yang lainnyamengabaikan,


bahkan menentang. Padahal tujuan kebijakan tersebut jelas untuk mengupayakan
keselamatan masyarakat.
Untuk menekan bahkan mengatasi konflik keagamaan seperti contoh tersebut,
penanaman nilai-nilai moderasi beragama menjadi strategis untuk dilakukan.Dalam
menghadapi masyarakat majemuk,senjata yang paling ampuh untuk mengatur agar tidak
terjadi radikalisme, bentrokan adalah melalui pendidikan Islam yang moderat dan inklusif
(Alam, 2017, p. 36)(Fahri and Zainuri 2019).Karena pentingnya hal itu, Kementerian
Agama Republik Indonesia memiliki perhatian serius. Bahkan pada tahun 2019
Kementerian Agama menetapkan sebagai “Tahun Moderasi Beragama”(Hefni 2020).
Melihat fakta tersebut, bisa dipastikan bahwa penanaman moderasi beragama perlu
dilakukan dengan serius diseluruh lapisan masyarakat.Agar radikalisme, intoleransi,
bahkan terorisme bisa ditangkal sejak dini.Tidak terkecuali lembaga kementerian,
perusahaan, sekolah, madrasah, dan pondok pesantren.
Penelitian-penelitian tentang moderasi beragama telah dilakukan. Diantarannya: 1)
Pengembangan Pembelajaran PAI Berwawasan Islam Wasatiyah: Upaya Membangun
Sikap Moderasi Beragama Peserta Didik (Harto and Tastin 2019). 2) Moderation and
Mainstream of Pesantren / Madrasah Education (Ahdar, Halik, and Musyarif 2020). 3)
Internalisasi Nilai Moderasi Melalui Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi
Umum(Purwanto and Fauzi 2019). 4)Moderasi Beragama dalam Ruang Digital: Studi
Pengarusutamaan Moderasi Beragama di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri
(Hefni 2020). Penelitian-penelitian tersebut belum ada yang menyentuh pondok pesantren
salaf sebagai salah satu identitas umat Islam di Indonesia.
Penelitian ini hadir untuk mengisi kekosongan dari penelitian-penelitian terdahulu
tersebut. 1) Menyajikan data konseptual dan faktual nilai-nilai moderasi beragama di
pondok pesantren salaf. 2) Menyajikan contoh implementasi nilai-nilai moderasi
beragama di pesantren salaf.
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan implementasi nilai-nilai moderasi
beragama di Pondok pesantren Salaf Al-Falah Kabupaten Cianjur Jawa Barat.Pesantren
yang berdiri sejak tahun 1962 dan saat ini dipimpin oleh KH. Ahmad Badrudin.

Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif, yaitu
metode yang berupaya mengangkat fenomena yang utuh, melalui pengolahan data
mendalam dari beberapa informan terpilih.Populasi pada penelitian ini adalah

Lembaga Publikasi, Penelitian & Pengembangan Masyarakat (LP3M)


45
Jurnal Al Amar Vol.2 No.1, Januari 2021

pondok pesantren salafi Al-Falah di kecamatan Ciranjang kabupaten


Cianjur.Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam peneliti
kepada pimpinan pondok pesantren, ustadz, dan beberapa santri di pondok
pesantren tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Nilai-Nilai Moderasi Beragama
Kata moderasi dalam Bahasa Arab dapat diartikan dengan kata “wasath”berarti
“tengah”.Pelaku “wasath” disebut “wasith”.Saat ini kata “wasith” sudah diserap ke dalam
Bahasa Indonesia (wasit) yang memiliki arti “penengah” atau “pelerai” (juru damai)
antara pihak yang berselisih. Wasit juda diartikan sebagai pemimpin pada pertandingan
tertentu.Salah satu ungkapan bahasa Arab yang terkenal adalah Khoirul umur ausathuha
yang mengandung arti “sebaik-baiknya perkara adalah yang berada di tengah-tengah”.
Misalnya dermawan sebagai sikappenengah diantara kikir dan boros, pemberani yaitu
sikap di antara penakut dan nekat(Agama, 2012, p. 5) (Fahri and Zainuri 2019).
Moderasi beragama bisa diterjemahkan sebagai cara beragama yang “wasathiyyah”
atau moderat. Individu yang beragama islamsecara moderat disebut muslim
moderat.Muslim moderat didasarkan pada al-Qur’an suratal-Baqarah ayat 143 yang
artinya: “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang
adil.”
Kata ummatan wasatandalam ayat tersebut diatas didefinisikan oleh Quraish
Shihab(Rauf 2019)sebagai umat moderat, yang tidak berkecenderungan atau tidak
memihak, sehingga mengantarkan pada sikap yang adil serta menjadi teladan bagi
masyarakat. Menurutnya terdapat delapan karakteristik ummatan wasathan.Pertama,
beriman kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya.Kedua, keteguhan.Ketiga,
kebijaksanaan.Keempat, persatuan dan kesatuan serta persaudaraan.Kelima,
keadilan.Keenam, keteladanan.Ketujuh, keseimbangan dalam menjalankan ajaran
Islam.Kedelapan, inklusif (terbuka).
Terdapat tiga syarat agar dapat mewujudkan moderasi beragama menurut Quraish
Sihab(Muhyiddin 2019). Pertama, untuk berada di tengah-tengah, seseorang harus
memiliki pengetahuan atas semua pihak.Syarat kedua, untuk menjadi moderat, seseorang
harus mampu mengendalikan emosi agar tidak melewati batas.Syarat ketiga, harus selalu
berhati-hati dalam berpikir, berkata, dan berperilaku.
Moderasi beragama memiliki berbagai nilai (Nur and Mukhlis 2015)antara lain:
1)Tawassuth, yaitu pemahaman dan pengamalan agama yang mengambil jalan tengah

Lembaga Publikasi, Penelitian & Pengembangan Masyarakat (LP3M)


46

antara melebih-lebihkan dan mengurangi ajaran agama. 2)Tawazun, yaitu pemahaman


dan pengamalan agama secara seimbang yang mengakomodir aspek kehidupan dunia dan
akhirat. 3)I’tidâl, yaitu sikap adil. Menempatkan sesuatu sesuai tempatnya.4)Tasamuh,
sikap mengakui dan menghormati perbedaan. 5)Musawah, sikap yang memandang
kesamaan derajat orang lain,tidak diskriminatif.6)Syura, mengedepankan musyawarah
dalam menyelesaikan masalah. 7)Ishlah, sikap yang mengakomodir perubahan dan
kemajuan zaman untuk kemaslahatan ummat. 8)Aulawiyah, kemampuan mengidentifikasi
dan melakukan hal-hal yang prioritas. 9)Tathawwur wa Ibtikar, sikap terbuka untuk
melakukan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik. 10)Tahadhdhur, sikap
menjunjung tinggi akhlak mulia, karakter, identitas, dan integritas sebagai khairu ummah
dalam kehidupan yang berkemanusiaan dan berkeadaban.

Pondok Pesantren Salaf Al-Falah


Pesantren merupakan lembaga pribumi tertua di Indonesia.(Wafi Ali Hajjaj
2017)Bentuk pondok pesantren di Indonesia sangat bervariatif.Hal tersebut tidak
dapat dipisahkan dari unsur historisnya.Mulanya pesantren adalah bentuk
pendidikan yang tidak formal, kemudian sebagian merubah atau melengkapi
bentuknya dengan pola madrasah.Pola madrasah tersebut diperkirakan sampai di
Indonesia melalui lulusan-lulusan madrasah di Timur Tengah yang Kembali ke
Indonesia dan membawa pemikiran dan pengalaman baru dalam sistem
pendidikan Islam.Pemikiran dan pengalaman tersebut pada intinya
mengembangkan sistem pengajaran madrasi, dan memberikan asupan
pengetahuan umum dalam pendidikan Islam. Bentuk-bentuk pertama dikenal
dengan tingkatan madrasah ibtida'iyah, tsanawiyah dan aliyah), sedangkan bentuk
kedua dikenal dengan madrasah diniyah atau salafiyah yang terdiri dari tingkatan
ula, wustha dan‘ulya.(Saifuddin 2016)Bentuk kedua tersebutlah yang kemudian
disebut sebagai pondok pesantren salaf/salafi hingga saat ini.
Pesantren salafi merupakan lembaga pendidikan Islam konvensional yang
sangat mengakar di masyarakat muslim di Indonesia.(Hanafi 2018)Terbukti dengan
tetap eksis hingga era persaingan global saat ini. Keunggulan pondok pesantren
tersebut terletak pada proses transfer of values (transmisi nilai) yang dikenal
dengan istilah akhlak.(Fachrurazi 2016)

Lembaga Publikasi, Penelitian & Pengembangan Masyarakat (LP3M)


47
Jurnal Al Amar Vol.2 No.1, Januari 2021

Pondok pesantren salafi melakukan pengajaran terhadap peserta didiknya


terait agama Islam secara khusus, tanpa dibarengi materi pembelajaran pendidikan
umum.Kegiatan yang dilakukan pada umumnya dengan mempelajari kitab-kitab
kuning (klasik), menggunakan metode tradisional.Disela waktu pembelajarannya,
terkadang santri membantu kyai dalam kegiatannya.Peran kiai adalah sebagai
penentu dan penjaga kelestarian pesantren tersebut.(Ibrahim 2014)
Diantara pondok pesantren salaf yang ada di Kabupaten Cianjuur hingga
saat ini adalah Pondok pesantren Al-Falah.Pondok pesantren Al-Falah bertujuan
untuk meluluskan santri yang berilmu, berakhlak, dan berguna untuk masyarakat
dimana pun ia tinggal. Kebergunaan tersebut khususnya dalam menjaga dan
menyebarkan syariat islam. Tujuan ini yang menjadi salah satu penyebab eksisnya
pondok pesantren di kabupaten Cianjur tersebut. Pengabdian pesantren salaf eksis
meliputi membantu keagamaan masyarakat, membantu kebutuhan masyarakat,
dan kiprah alumni di masyarakat.(Ibrahim 2014)

Nilai-Nilai Moderasi Beragama yang Ditanamkan di Pondok Pesantren Al-Falah


Kabupaten Cianjur.
Pondok pesantren Al-Falah Kabupaten Cianjur adalah salah satu pesantren salaf
yang menerapkan beberapa nilai moderasi beragama. Penerapan nilai-nilai moderasi
beragama bersebut dilakukan dalam proses pembelajaran dan kegiatan sehari-hari
dilingkungan pondok tersebut.
Dalam mendidik para santrinya pondok pesantren salaf Al-Falah kabupaten
Canjur meyajikan pembelajaran beberapa disiplin ilmu agama melalui
pembelajaran kitab-kitab klasik, diantaranya bidang tauhid, tajwid,qawa’id
(nahwu-sorof), tafsir, hadist, dan fiqih.Bidang-bidang ilmu agama tersebut
diajarkan secara bertahap dengan referensi yang berbeda sesuai tingkatannya.
Terdiri dari tiga tingkatan, antara lain tingkat dasar (ula), menengah (wustha)dan
tinggi (ulya). Ketentuan naik tingkat hanya berdasarkan pada kemampuan setiap
santri, tidak ditentukan oleh waktu atau dipatok dengan usia tertentu seperti
kenaikan kelas di sekolah formal.
Berikut ini tabel pembelajaran berbagai disiplin ilmu dengan tingkatannya.
Bidang Ilmu Tingkat Kitab Kuning yang Diajarkan

Lembaga Publikasi, Penelitian & Pengembangan Masyarakat (LP3M)


48

Tauhid Ula Tijan


Wustha Qamittughyan
Ulya Nashaihul ’Ibad
Qawa’id Ula Jurumiyyah, Sharaf
Wustha Imriti, Kailani
Ulya Alfiyah, Yaqulu
Tajwid Ula Hidayatul Mustafid
Wustha Hidayatul Mustafid
Ulya Tuhfathul Athfal
Tafsir Ula Tafsir Al-Jalalain
Wustha Tafsir Al-Jalalain
Ulya Tafsir Al-Jalalain
Hadits Ula Dhurratunnasihin
Wustha Riyadush Shalihin
Ulya Riyadush Shalihin

Pembelajaran di pondok pesantren salafi Al-Falah kabupaten Cianjur


menggunakan metodesorogan dan balagan.Sorogan adalah pembelajaran setiap
santri dengan membaca, menterjemahkan, dan menjelaskan kitab didepan
Kyai.Apabila ada yang belum tepat, Kyai meluruskannya.Setiap santri bisa
memiliki tahapan yang berbeda, walaupun belajarnya bersamaan.Hal ini
bergantung pada daya tangkap dan tingkat kedisiplinan santri dalam mempelajari
dan mengulang bacaan kitab tersebut.Balagan adalah bentuk pembelajaran
klasikal. Guru membacakan, menterjemahkan, dan menjelaskan materi yang
terdapat pada kitab kuning. Semua santri menuliskan maknanya pada kitab kuning
masing-masing (ngalogat), sambil menyimak penjelasan sang guru. Pada metode
pembelajaran ini tidak semua santri berkesempatan membaca atau bertanya pada
guru.
Nilai moderasi beragama yang selalu ditanamkan dalam proses
pembelajaran di Pondok pesantren Salaf Al-Falah kabupaten Cianjur adalah
apresiasi dan toleransi. Kyai dan para pengajar selalu mengapresiasi kemauan para
santri dalam belajar. Bahkan santri yang belum mengerti dengan penjelasan

Lembaga Publikasi, Penelitian & Pengembangan Masyarakat (LP3M)


49
Jurnal Al Amar Vol.2 No.1, Januari 2021

berulang pun, sang Kyai tidak pernah menegurnya. Prinsip yang selalu dipegang
adalah; menuntut ilmu itu ibadah, menyampaikan ilmu adalah da’wah, dan mengulang-
ulang ilmu merupakan dzikir. Seberapa sulit para santri mengikuti pembelajaran, para
pengajar selalu menyemangati mereka, dengan mengapresiasi apa yang sedang mereka
perjuangkan, yaitu menuntut ilmu.
Nilai moderasi beragama selanjutnya yang selalu ditanamkan dalam proses
pembelajaran di Pondok pesantren Salaf Al-Falah kabupaten Cianjur adalah
toleransi. Dalam menjelaskan konten kitab kuning, para pengajar selalu
mengingatkan tentang keberadaan ikhtilaf (perbedaan) ditengah masyarakat
muslim di dunia. Perbedaan tersebut adalah rahmat, tidak perlu
diperdebatkan.Cukup dipahami dan mengambil sikap dengan melaksanakan salah
satu yang paling diyakini kebenarannya / paling sesuai menurut pengetahuan yang
kita miliki. Tanpa menyepelekan apalagi menghina pendapat atau pilihan pihak
lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, nilai-nilai moderasi beragama yang
dicontohkan oleh Kyai, dan dibiasakan oleh warga pondok pesantren Al-Falah
adalah tentang sikap saling menghormati (respect), kerukunan(peace),
happiness(kebahagiaan), cooperation (kooperatif) dantidak angkuh (humble).
Dengan sikap saling menghormati kerukunan dan kedamaian akan tercipta.
Kebahagiaan akan terwujud dengan selalu bersyukur kepada Allah Swt dalam segala hal.
Kooperatif dengan sesama penduduk pondok pesantren, juga bersama masyarakat sekitar
mewujudkan keharmonisan dan kebermanfaatan hidup.Menghindari keangkuhan dapat
menghindari permusuhan.Nilai-nilai itu yang membuat pondok pesantren Al-Falah teteap
memiliki tempat dihati masyarakat sekitar sejak tahun 1962.

SIMPULAN
Nilai-nilai moderasi beragama ditanamkan oleh Kyai dan dibiasakan oleh semja
warga pondok pesantrensalaf Al-Falah Kabupaten Cianjur.Terlihat dalam pembelajaran
yang diselenggarakan dan kegiatan sehari-hari mereka.Pada aspek pembelajaran,
apresiasi dan toleransi adalah nilai-nilai moderasi yang ditanamkan. Pada aspek kegiatan
sehari-hari, respect,peace, happiness, cooperation, dan humble adalah nilai yang
ditanamkan dan dibiasakan.
Nilai-nilai moderasi beragama yang diterapkan di pondok pesantren Al-
Falah terbukti membuat salah satu pondok pesantren salaf di kabupaten Cianjur
Lembaga Publikasi, Penelitian & Pengembangan Masyarakat (LP3M)
50

tersebut tetap eksis melintasi generasi.Bertahan ditengah arus modernisasi


pendidikan yang begitu kuat.
Hasil dari penelitian ini seyogianya memberi penguatan pemahaman semua
pihak, bahwa moderasi beragama adalah nilai dan sikap yang perlu dijaga untuk
menjaga keharmonisan hidup bagi masyarakat majemuk seperti bangsa Indonesia.
Tanpa memperhatikan hal tersebut, konflik multikultural, termasuk konflik
keagamaan akan sulit dihindari.

REFERENCES
Ahdar, Abdul Halik, and Musyarif. 2020. “Moderation and Mainstream of Pesantren /
Madrasah Education.” Media Komunikasi Sosial Dan Keagamaan 13(1):14–37.
Fachrurazi. 2016. “Pembaharuan Sistem Pembelajaran Pondok pesantren (Tradisional
Versus Modern).” At-Turats 10(2):57–64.
Fahri, Mohamad, and Ahmad Zainuri. 2019. “Moderasi Beragama Di Indonesia.” Intizar
25(2):95–100.
Hanafi, M. Syadeli. 2018. “Budaya Pesantren Salafi (Studi Ketahanan Pesantren Salafi Di
Provinsi Banten).” ALQALAM 35(1):103–26.
Harto, Kasinyo, and Tastin Tastin. 2019. “Pengembangan Pembelajaran Pai Berwawasan
Islam Wasatiyah : Upaya Membangun Sikap Moderasi Beragama Peserta Didik.”
At-Ta’lim : Media Informasi Pendidikan Islam 18(1):89.
Hefni, Wildani. 2020. “Moderasi Beragama Dalam Ruang Digital: Studi
Pengarusutamaan Moderasi Beragama Di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
Negeri.” Jurnal Bimas Islam 13(1):1–22.
Ibrahim, Rustam. 2014. “Eksistensi Pesantren Salaf Di Tengah Arus Pendidikan
Modern.” Analisa 21(2):253.
Kawangung, Yudhi. 2019. “Religious Moderation Discourse in Plurality of Social
Harmony in Indonesia.” International Journal of Social Sciences and Humanities
3(1):160–70.
Lestari, Gina. 2015. “Bhinnekha Tunggal Ika : Khasanah Multikultural.” Jurnal
Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan I(Februari):31–37.
Muhyiddin. 2019. “3 Langkah Wujudkan Moderasi Beragama Menurut Quraish Shihab.”
Republika.Co.Id.
Nur, Afrizal, and Lubis Mukhlis. 2015. “Konsep Wasathiyah Dalam Al-Quran (Studi
Komparatif Antara Tafsir Al-Tahrîr Wa at-Tanwîr Dan Aisar at-Tafâsîr).” An-Nur
4(2):205–25.
Nurcahyono, Okta Hadi. 2018. “Pendidikan Multikultural Di Indonesia: Analisis
Sinkronis Dan Diakronis.” Habitus: Jurnal Pendidikan, Sosiologi Dan Antropologi
2(1):105–15.
Purwanto, Yedi, and Ridwan Fauzi. 2019. “Internalisasi Nilai Moderasi Melalui
Pendidikan Agama Islam Di Internalizing Moderation Value Through Islamic
Religious Education.” 17(2):110–24.
Rauf, Abdur. 2019. “Ummatan Wasaṭan Menurut M. Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-
Misbah Dan Relevansinya Dengan Nilai-Nilai Pancasila.” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu
Al-Qur’an Dan Hadis 20(2):223.
Saifuddin, Ahmad. 2016. “Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan Kebijakan Pendidikan.”
Jurnal Pendidikan Agama Islam (Journal of Islamic Education Studies) 3(1):207.
Wafi Ali Hajjaj. 2017. “Pengembangan Kurikulum Pesantren Pelajar; Studi Empirik Di

Lembaga Publikasi, Penelitian & Pengembangan Masyarakat (LP3M)


51
Jurnal Al Amar Vol.2 No.1, Januari 2021

Pesantren Pelajar Islam (PPI) Nurul Burhan Bondowoso.” Tarbiyatuna: Jurnal


Pendidikan Islam 10(2):120–36.

Lembaga Publikasi, Penelitian & Pengembangan Masyarakat (LP3M)

You might also like