You are on page 1of 14

edupedia Vol. 7, No.

1, Juli 2022 69

WAWASAN MODERASI BERAGAMA


DALAM PENGEMBANGAN DESAIN
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM
Abstract

Oleh: This article discusses about the urgency of religious moderation insight in the
Yordan Nafa Ursula1 development of Islamic Religious Education design. Religious moderation is one of
Moh. Sutomo2 the basic concepts that are important for students to understand in order to raise
Mashudi3 up the value of tolerance. The Islamic Religious Education teachers have the
important role in designing learning, so that the values ​ ​ of religious
Email: moderation can be conveyed and internalized properly to students. The purpose of
1yordan.nafa@gmail.com
this research is finding out and explaining the insight of religious moderation in
2sutomompd1971@gmail.co
the development of Islamic Religious Education learning design. This study uses a
m descriptive qualitative approach by using a literature study method. The author
3mashudi@uinkhas.ac.id
acts as the main instrument in planning, collecting data, and interpreting data.
Based on data sources from various related literacies, it was found that
UIN KHAS, understanding and internalizing religious moderation is important for students to
Jember raise up national commitment, tolerance, anti-radicalism and violence, as well as
an accommodative attitude towards local wisdom. Islamic Religious Education
Learning that is designed creatively and comprehensively can increase the success of
learning, so that the insight of religious moderation can be understood and
internalized properly to students.

Keywords: Religious Moderation, Learning Design, Islamic Religious


Education

PENDAHULUAN negara dengan dampak kasus terorisme terbesar


Masuknya faham-faham radikal melalui dengan skor 4,6. Sedangkan untuk wilayah Asia
jalur pendidikan formal merupakan hal yang Pasifik, Indonesia menempati urutan ke-4.
menarik untuk dikaji dan sekaligus penting untuk Laporan ini dirilis oleh Institute for Economics
di carikan solusi. Pasalnya, masih banyak institusi and Peace (IEP) melalui Global Index Terrorism
pendidikan yang tidak sadar dan cenderung (GTI) tahun 2020. Belum lagi dua kasus yang
kurang responsif dalam membentengi peserta terjadi pada 2021 silam, yakni bom bunuh diri di
didik mereka dari kelompok-kelompok islam Gereja Katedral Makassar pada 28 Maret 2021
garis keras yang setiap saat dapat dan serangan yang dilakukan oleh seorang wanita
mentransmisikan ajaran-ajaran mereka yang berhijab di Mabes Polri pada 31 Maret 2021.2
berbahaya. Hal ini dibuktikan dengan masih Fanatisme keagamaan, pemahaman agama
banyaknya kasus radikalisme dan terorisme yang yang kurang, serta kesempitan berfikir dalam
terjadi di Indonesia setiap tahunnya.1 Tercatat memandang realitas sosial di sekitar menjadi
Indonesia menempati urutan ke-37 dari 135 faktor yang melatarbelakangi aksi-aksi intoleransi
2 Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Seluruh
1
Sri Mulya Nurhakiky, Muhammad Naelul Mubarok, Indonesia (ADPISI), Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi
“Pendidikan Agama Islam Penangkal Radikalisme”, IQ Beragama Dalam Perkuliahan Pendidikan Agama Islam Pada
(Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam, Volume 2 No. Perguruan Tinggi Umum, (Sidoarjo: Delta Pijar Khatulistiwa,
01 (2019), 101. DOI: https://doi.org/10.37542/iq.v2i01.27 2022), 2.
Wawasan Moderasi Beragama
dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 70

dan radikal tersebut terjadi.3 Tidak dapat Allah) dan sebaliknya dalam pembentukan
dipungkiri bahwa cikal bakal masuk dan kesalehan secara horisontal (hablu min an-nas).5
berkembangnya faham radikal serta intoleran Fakta di lapangan mengatakan bahwa
adalah melalui jalur pendidikan, utamnya para pembelajaran Pendidikan Agama Islam di satuan
pelajar muslim Indonesia yang belajar ke Timur pendidikan formal saat ini masih sering
Tengah.4 Sangat disayangkan memang, ketika mengulang-ulang kembali materi yang telah
mereka tidak berhasil mengekstraksi pemahaman diajarkan pada jenjang sebelumnya. Sehingga
agama yang mereka peroleh dan menelan bulat- pembahasan materi yang diberikan masih
bulat ajaran agama tersebut sehingga ketika berkutat pada pendekatan teosentris-normatif
mereka kembali ke tanah air, faham keagamaan dan masih kering dari pembahasan problem
tersebut dipaksakan untuk diaplikasikan di kemanusiaan kontemporer yang berfokus kepada
masyarakat indonesia yang plural. Belum lagi pendekatan antroposentris.6 Selain itu, tergambar
dengan perkembangan kecanggihan teknologi jelas bahwa lebih terfokusnya pendekatan
dan informasi saat ini, menjadikan faham radikal doktriner pada proses pembelajaran Pendidikan
dan intoleran tersebut sangat mudah ditemukan, Agama Islam. Sehingga materi yang diajarkan
disebarkan, dan dikonsumsi masyarakat luas. terkesan harus ditelan bulat-bulat tanpa boleh
Selain mengunakan kekerasan yang dikritik dan merupakan konsep final siap pakai.7
berwujud tindakan fisik langsung dengan cara Dan yang terakhir adalah materi dalam
melawan pemerintahan yang sah, kelompok- pembelajaran Pendidikan Agama Islam lebih
kelompok islam radikal yang ada di Indonesia terfokus pada tiga pilar dasar ajaran Islam yang
kini telah semakin berkembang dalam bersifat dogmatis, sehingga pokok
menyebarkan ideologi-ideologi mereka, yakni pembahsannya hanya berkutat pada: akidah,
dengan menjadikan institusi pendidikan formal syariah, dan akhlak.8
sebagai sasaran dakwah. Hal ini dikarenakan Dari beberapa faktor yang telah
generasi muda yang mulai mencari jati diri disebutkan di atas pada akhirnya memunculkan
mereka lebih mudah dipengaruhi dan efek negatif terhadap kondisi psikologis maupun
dijerumuskan kepada faham-faham radikal akademis peserta didik. Pertama, peserta didik
berkedok bimbingan rohani. menjadi cepat bosan dengan pembelajaran
Pada akhirnya banyak pihak Pendidikan Agama Islam. Kedua, mata pelajaran
mempertanyakan bagaimana peran Pendidikan Pendidikan Agama Islam tidak dianggap penting
Agama Islam sejauh ini dalam membentengi karena tidak adanya unsur kebaruan dan
akidah peserta didik dari serangan-serangan pengembangan pada materi yang diajarkan.
faham radikal yang gencar dilakukan. Belum ada Ketiga, agama hanya dianggap sebagai jalan
bukti konkrit yang menyatakan bahwa selamat untuk menuju akhirat. Keempat,
Pendidikan Agama Islam saat ini telah berhasil pemahaman peserta didik terhadap agama
dalam membentuk peserta didik yang moderat, menjadi sempit, sehingga terjadi dikotomi antara
toleran, dan inklusif. Pendidikan Agama Islam dunia dan akhirat. Kelima, terjadinya “gap”
masih lemah dalam proses edukasi sosial,
sehingga keseluruhan isi materinya belum dapat 5
Yusuf Hanafi, Nurul Murtadlo, Abd. Rauf Hassan, M.
Alifudin Ikhsan, Tsania Nur Diyana, “Development and
terinternalisasi secara terpadu kepada peserta validation of a questionnaire for teacher effective
didik. Sehingga cenderung berhasil dalam communication in Qur’an learning”, British Journal of
pembentukan kesalehan secara vertikal (hablu min Religious Education (BJRE), 42(4), (2020), 424-434.
https://doi.org/10.1080/01416200.2019.1705761.
6 Yusuf Hanafi, “The Changing of Islamic education

curriculum Paradigm in Public Universities”, Al-Ta’lim


Journal. 26(3), (2019), 243-253.
http://dx.doi.org/10.15548/jt.v26i3.552.
3
Alifah Ritajuddiroyah, “Menemukan Toleransi Dalam 7
M. Amin Abdullah, “Al-Ta’wīl al-‘Ilmī: Kearah Perubahan
Tafsir Fī Ẓilāl Al-Qur’ān”, Ṣuḥuf, Vol. 9, No. 1, Juni (2016), Paradigma Penafsiran Kitab Suci”. Al-Jami’ah, Journal of
118, DOI: https://doi.org/10.22548/shf.v9i1.112 Islamic Studies, State Institute of Islamic Studies (IAIN) Sunan
4 Kusen Kusen, Islamic Religious Learning In Providing Kalijaga, Yogyakarta, 39(2), (2001).
Understanding Of Radical Hazards Based On Affection 8 Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Seluruh

Approach (Study on Islamic religious Subjects at Junior Indonesia (ADPISI), Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi
High School), AJIS : Academic Journal of Islamic Studies Beragama Dalam Perkuliahan Pendidikan Agama Islam Pada
vol. 2, no. 1, (2017), 68, DOI: Perguruan Tinggi Umum, (Sidoarjo: Delta Pijar Khatulistiwa,
http://dx.doi.org/10.29240/ajis.v2i1.168 2022), 3.
Wawasan Moderasi Beragama
71 dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

antara ajaran agama dan realitas sosial dalam diri memaksakan kehendak atas nama paham
peserta didik.9 keagamaan tertentu dengan secara agresif.12
Tidak terserapnya dengan baik dan Al-Quran menjelaskan istilah moderasi
problematika pembelajaran yang bersifat dengan kata al-Wasathiyyah. Kata wasath (َ ‫َ ط‬
‫)َ ط‬
‫ط‬
konservatif materi Pendidikan Agama Islam memiliki arti menengah diantara dua posisi yang
ditengarai menjadi penyebab timbulnya sikap berlawanan. Kata wasath (َ ‫َ ط‬
‫)َ ط‬
‫ ط‬dalam berbagai
mental yang definisif, apologis, dan polemis redaksi ayat Al-Qur’an disebutkan sebanyak lima
dalam diri peserta didik. Sehingga memunculkan kali yang masing-masing tercantum dalam QS.
pemahaman dan prektik keberagaman yang al-Baqarah [2]: 143 dan 238, QS. al-Ma’idah [5]:
ekslusif, radikal, dan intoleran dalam kehidupan 89, QS. al-Qalam [68]:28, serta QS. al-’Adiyat
sosial dan kemasyarakatan.10 [100]: 5. Istilah wasath dalam ayat-ayat tersebut
pada dasarnya merujuk kepada pengertian
PEMBAHASAN tengah, adil, dan pilihan.5 Maksudnya
pertengahan antara sikap ‫( الفراط‬melebihi batas)
Internalisasi Wawasan Moderasi Beragama dan َ‫( التفري‬sembrono/ melalaikan), sehingga
dalam Pembelajaran PAI digolongkan sikap terpuji seperti ‫( السواء‬setara),
Istilah moderasi diambil dari kata ‫النصفة‬/ ‫( العدل‬keadilan).13
Moderatio dalam Bahasa Latin yang memiliki arti Terdapat beberapa prinsip dasar beragama
sedang (tidak lebih ataupun tidak kurang). yang memiliki kaitan erat dengan konsep Islam
Sedangkan maksud dari Moderasi beragama Wasathiyah yakni sebagai berikut. 14
adalah cara menyikapi, memandang dan Pertama, tawasuth (moderat), yakni tidak
mempraktikkan ajaran Agama dengan adil dan terlalu berlebihan (ifrāth) dan juga tidak terlalu
berimbang. Kata adil dalam kamus KBBI longgar (tafrīth) dalam memahami dan
diartikan: 1) tidak berat sebelah/tidak memihak; mengaplikasikan ajaran agama islam. Maksudnya
2) berpihak kepada kebenaran; dan 3) memilih jalan tengah yang lebih bijaksana dalam
sepatutnya/tidak sewenang-wenang.11 Secara beragama, karena pada dasarnya kemajemukan
umum, moderasi beragama dapat diartikan manusia merupakan kehendak Allah SWT.
sebagai ekspresi keagamaan individu atau Sehingga setiap orang memiliki hak yang sama
kelompok dengan mengedepankan dalam meyakini dan menjalankan ajaran agama
keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, yang dianutnya, dengan tetap memperhatikan
wacana, dan aksi. Sikap dan perilaku keagamaan aturan yang ada. Penerapan prinsip tawassuth
tersebut diwujudkan dengan mengimani secara dapat tercermin dalam berbagai tindakan,
totalitas ajaran agama yang kita imani serta diantaranya: (a) tidak kaku dalam
memberikan ruang pada agama yang diimani mendakwahkan Islam; (b) tidak mudah
oleh orang lain. Sehingga manifestasi dari menyalahkan terlebih mengafirkan sesama
moderasi beragama diwujudkan dalam sikap Muslim, hanya karena persoalan khilafiyah dan
toleran, menghormati perbedaan pendapat, furu'iyah; (c) berpegang teguh pada prinsip
menghargai kemajemukan, dan tidak persaudaraan (ukhuwah) dan toleransi (tasāmuh),
serta hidup rukun dan harmonis (husnul jiwar) di
tengah masyarakat Indonesia yang plural.15
9
Yusuf Hanafi, AhmadTaufiq, Muhammad Saefi, M.
AlifudinI khsan, Tsania Nur Diyana, Titis Thoriquttyas, 12
Aceng Abdul Aziz, Anis Masykhur, A. Khoirul Anam, Ali
Faris Khoirul Anam, "The New Identity of Indonesian Muhtarom, Idris Masudi, Masduki Duryat, Implementasi
Islamic Boarding Schools in the "New Normal": the Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam, (Jakarta:
Education Leadership Response to Covid-19", Heliyon. 7(3), Kementerian Agama RI, 2019), 6.
(2021), 1-10. 13
Muchlis, "Pembelajaran Materi Pendidikan Agama Islam
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e06549. (Pai) Berwawasan Moderat" Profetika: Jurnal Studi Islam,
10
Choirul Mahfud, Niken Prasetyawati, Wahyuddin, Zainul Vol.21, No. 1, (2020), 12, DOI:
Muhibbin, Dyah Satya Yoga Agustin, "Religious Radicalism, https://doi.org/10.23917/profetika.v21i1.11053.
Global Terrorism and Islamic Challenges in Contemporary 14
Sri Mulya Nurhakiky, Muhammad Naelul Mubarok,
Indonesia", Jurnal Sosial Humaniora (JSH), Volume 11, Ed.1, “Pendidikan Agama Islam Penangkal Radikalisme”, IQ
(2018), 8-18, DOI: (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam, Volume 2 No.
https://doi.org/10.12962/j24433527.v11i1.3550. 01 (2019), 112.
11
Kasim Yahiji, Adam Abdullatif Abdjulu "Internalisasi 15
Aceng Abdul Aziz, Anis Masykhur, A. Khoirul Anam, Ali
Moderasi Beragama Dalam Pengembangan Kurikulum Pai Muhtarom, Idris Masudi, Masduki Duryat, Implementasi
Berbasis Kampus Merdeka-Merdeka Belajar", Al-Muzakki: Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam, (Jakarta:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol.3, No.1, (2021), 98. Kementerian Agama RI, 2019), 10.
Wawasan Moderasi Beragama
dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 72

Kedua, tawazun (keseimbangan), yakni Kelima, Musāwah (Egaliter). Musawah


memahami dan mengamalkan ajaran agama memiliki arti persamaan. Maksud dari persamaan
Islam secara seimbang, serta tetap tegas dalam di sini adalah bahwa kita semua merupakan
berprinsip, sehingga dapat mendistingsikan mahluk ciptaan Allah SWT yang memiliki
antara perbedaan (ikhtilāf) dan penyimpangan kedudukan harkat dan martabat yang sama di
(inhirāf). Dalam hal ini, pemenuhan hak-hak sisi-Nya. Oleh karenanya kedudukan seseorang
orang lain secara proporsional juga dapat tidak diukur berdasarkan jenis kelamin, ras
diartikan sebagai tawāzun.16 Tidak seharusnya ataupun suku bangsa.20
orang yang beriman terlalu berlebihan dalam Internalisasi wawasan moderasi beragama
memuja ataupun membenci terhadap suatu hal. kepada peserta didik yang diterapkan melalui
Karena pada dasarnya Allah SWT memiliki pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
kebijaksanaan tersendiri yang terkadang masih setiap jenjang pendidikan merupakan sebuah
sulit dipahami dan diterima oleh mahluknya. keniscayaan, jika melihat perkembangan faham-
Sebagaimana apa yang dipandangan baik di mata faham radikal dan intoleransi yang terus
manusia belum tentu baik menurut Allah SWT, ditransmisikan melalui berbagai media
serta sebaliknya, apa yang dipandangan jelek di komunikasi oleh oknum-oknum yang gagal
mata manusia juga belum tentu jelek menurut memahami ajaran agama yang sesungguhnya.
Allah SWT. Dalam rangka menumbuhkan sikap
Ketiga, tasamuh (Toleran). yakni toleran moderat dan toleran peserta didik, pembelajaran
terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, baik Pendidikan Agama Islam yang selama ini hanya
dari segi pandangan dalam beragama, berbudaya berfokus pada pemahaman tekstual keagamaan
dan adat istiadat.17 Artinya menerima dengan yang bersifat teoritis-akademis harus dapat
lapang dada perbedaan pandangan, pemikiran, dikembangkan menjadi pembelajaran
tindakan dalam hal keagamaan, terutama hal-hal kontekstual keagamaan yang bersifat aplikatif-
yang bersifat furu' atau menjadi masalah adaptif terhadap isu-isu sosial dan kondisi
khilafiyah, serta dalam masalah kemasyarakatan keberagaman masyarakat.
dan kebudayaan yang beraneka ragam meskipun
terkadang tidak sejalan dengan pendapatnya. Pengembangan Desain Pembelajaran PAI
Namun, bukan berarti mengakui atau Berwawasan Moderasi beragama
membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut Jika dilihat dari sudut pandang yang
dalam peneguhan apa yang diyakini.18 berbeda, maka desain pembelajaran juga
Keempat, i’tidal (tegak lurus). Yakni memiliki makna yang berbeda pula. Dapat
bersikap adil dan tidak memihak kecuali pada berorientasi sebagai disiplin, disiplin ilmu,
yang benar. Sikap i’tidal dan sikap tawassuth sebagai sistem dan sebagai proses. Sebagai
memiliki hubungan yang erat. Karena penerapan disiplin, desain pembelajaran mangulas
sikap i’tidal dalam masyarakat adalah senantiasa bermacam riset serta teori tentang strategi dan
berlaku adil antara kelompok kaya dan kelompok proses pengembangan pembelajaran serta
miskin, antara kelompok minoritas maupun penerapannya. Sebagai ilmu, desain pembelajaran
mayoritas. Puncak dari sikap i’tidal adalah adalah kajian yang diarahkan untuk
terbentuknya sikap gotong royong dalam menghasilkan spesifikasi pengembangan,
menegakkan keadilan.19 penerapan, evaluasi, dan pengelolaan suasana
pembelajaran yang diperuntukan kepada peserta
didik dari berbagai jenjang, berbagai kondisi, dan
16 Aceng Abdul Aziz, Anis Masykhur, A. Khoirul Anam, Ali dalam skala mikro maupun makro. Sebagai
Muhtarom, Idris Masudi, Masduki Duryat, Implementasi
Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam, (Jakarta: sistem, desain pembelajaran diarahkan untuk
Kementerian Agama RI, 2019), 11. meningkatkan kualitas pembelajaran dengan
17
Aceng Abdul Aziz, Anis Masykhur, A. Khoirul Anam, Ali menggunakan berbagai model, sistem, sarana,
Muhtarom, Idris Masudi, Masduki Duryat, Implementasi
Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam, (Jakarta:
dan prosedur pelaksanaan pembelajaran.
Kementerian Agama RI, 2019), 12.
18 Muchotob Hamzah, Pengantar Studi Aswaja An-Nahdliyyah, (2021), 153.
(Yogyakarta, LKiS, 2017), Cet Ke-1, jilid 1, 160. DOI: https://doi.org/10.36835/tarbiyatuna.v14i2.1094.
19
Ilma Kharismatunisa’, Mohammad Darwis, “Nahdlatul 20
Aceng Abdul Aziz, Anis Masykhur, A. Khoirul Anam, Ali
Ulama Dan Perannya Dalam Menyebarkan Nilai-Nilai Muhtarom, Idris Masudi, Masduki Duryat, Implementasi
Pendidikan Aswaja An-Nahdliyah Pada Masyarakat Plural”, Moderasi Beragama dalam Pendidikan Islam, (Jakarta:
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 14, Nomor 2, Kementerian Agama RI, 2019), 13.
Wawasan Moderasi Beragama
73 dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Sedangkan sebagai proses, desain pembelajaran Pekerti dalam Kurikulum 2013 memiliki maksud
merupakan pengembangan pembelajaran secara agar peserta didik memiliki kecakapan
terstruktur dengan berbagai teori pembelajaran pengetahuan, kecakapan sikap spriritual dan
yang bertujuan untuk menjamin kualitas sosial, serta keterampilan dalam
pembelajaran.21 mendayagunakan ajaran Agama Islam sekurang-
Desain pembelajaran dapat membantu kurangnya diterapkan pada setiap mata pelajaran
peserta didik dalam menjalankan proses belajar seluruh jenjang pendidikan formal.
mereka yang terdiri dari berbagai tahapan dan Pemahaman, pengembangan, dan
jenjang yang harus dilalui dan diselesaikan. penerapan Pendidikan Agama Islam merupakan
Faktor internal dan eksternal turut manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai luhur ajaran
mempengaruhi kondisi-kondisi pada proses Agama Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an
terjadinya pembelajaran. Faktor internal berasal dan Hadits.23 Dalam konteks pembelajaran di
dari dalam diri peserta didik yang menimbulkan sekolah, Pendidikan Agama Islam merupakan
keinginan untuk belajar dan faktor eksternal usaha sadar dalam membina dan membimbing
berasal dari luar yang berupa pengaturan peserta didik agar dapat memahami dan
lingkungan belajar. Dalam hal ini, pengaturan menghayati, serta mengamalkan ajaran Agama
lingkungan belajar merupakan desain Islam secara menyeluruh (kaffah). Dengan bekal
pembelajaran yang dilaksanakan secara sistematis kecakapan spiritual dan kecakapan sosial yang
dan mengguakan pendekatan sistem demi sempurna diharapkan peserta didik memiliki
tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses sikap toleransi yang tinggi dalam beragama dan
pembelajaran baik faktor internal maupun faktor berinteraksi dengan masyarakat indonesia yang
eksternal saling mempengaruhi dan melengkapi majemuk dan terhindar dari sikap fanatisme buta
satu sama lain. Ketika lingkungan dan desain yang dapat melemahkan persatuan dan kesatuan
pembelajaran dapat dikondisikan dengan baik, bangsa. Sehingga Ukhuwah Islamiyah dalam arti
tentu akan dapat menumbuhkan semangat yang luas, yakni ukhuwah fi al-ubudiyah, ukhuwah fi
belajar dalam diri peserta didik. Pengembangan al-insaniyah, ukhuwah fi al-wathaniyah wa al-nasab,
desain pembelajaran tidak hanya berkutat pada dan ukhuwah fi din al-islamiyah dapat benar-benar
pengembangan dan produksi bahan ajar. Akan terwujud melalui Pendidikan Agama Islam yang
tetapi juga dapat digunakan untuk menganalisa diajarkan kepada peserta didik.24
dan menemukan masalah-masalah dalam proses Pendidikan Agama Islam yang berhasil
pembelajaran dan merumuskan solusi-solusi adalah ketika mampu menghasilkan generasi
tepat untuk mengatasinya. muslim yang utuh, komprehensif, dan sempurna.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan Baik dari segi jasmani dan rohani, dari segi
bahwa pengembangan desain pembelajaran intelektual, moral, dan keterampilan yang
merupakan proses pembelajaran yang diwujudkan dalam bentuk ketaqwaan kepada
direncanakan, disusun, diaplikasikan, serta Allah SWT dan keberhasilan dalam menjalankan
dievaluasi secara sistematis dan berkelanjutan tugas atau fungsinya di tengah masyarakat.
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi Dengan demikian peserta didik memiliki bekal
pembelajaran sebagaimana tujuan pembelajaran yang cukup untuk lebih memahami realitas sosial
yang diharapkan. dan mampu menghadapi dan menentukan sikap
Pendidikan Agama Islam merupakan terhadap problematika kehidupan masyarakat
pengajaran dan bimbingan yang di salurkan oleh yang plural.25
seorang pendidik kepada anak didiknya agar Dari beberapa definisi tersebut dapat
dapat senantiasa berproses dan berkembang ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama
secara optimal selaras dengan ajaran Agama Islam merupakan usaha sadar yang sistematis
Islam. Singkatnya, Pendidikan Agama Islam dan terencana dalam memberikan pemahaman
merupakan bimbingan yang diberikan kepada
peserta didik agar menjadi seorang muslim yang 23
Syamsul Huda Rohmadi, Pengembangan Kurikulum
paripurna.22 Pendidikan Agama Islam dan Budi Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Araska, 2012), 143.
24 Heri Gunawan, Kurikulum dan pembelajaran pendidikan

agama Islam, (Bandung : Alfabeta, 2013), 202.


21
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: 25
Sri Mulya Nurhakiky, Muhammad Naelul Mubarok,
Alfabeta, 2005), 136. “Pendidikan Agama Islam Penangkal Radikalisme”, IQ
22
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Ilmu Al-qur’an): Jurnal Pendidikan Islam, Volume 2 No.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1992), 32. 01 (2019), 104.
Wawasan Moderasi Beragama
dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 74

ajaran Agama Islam kepada peserta didik secara untuk mengembangkan wacana moderasi
utuh dan menyeluruh dengan melalui beragama melalui sosialisasi pada peserta didik
pembinaan, pengasuhan dan pengajaran sebagai agar dapat menyaring pemahaman agama yang
wujud aktivitas asasi dan tanggung jawab profesi benar.
di masyarakat. Sebagaimana kondisi bangsa Indonesia
Sikap toleran dan multikultural tidak yang beraneka ragam agama, suku, dan budaya,
timbul begitu saja dalam diri peserta didik. Oleh memang sudah seharusnya penyusunan dan
karenanya merupakan sebuah keniscayaan untuk penerapan kurikulum Pendidikan Agama Islam
mengembangkan Desain Pembelajaran harus mampu menumbuhkan sikap demokratis,
Pendidikan Agama Islam Berwawasan Moderasi toleran, pluralis dan multikultural peserta didik.
beragama sebagai bentuk upaya dan tanggung Sehingga dapat menjadi generasi penerus bangsa
jawab bersama dalam mengikis serta yang cerdas spiritual, cerdas intelektual, dan
membentengi peserta didik dari faham radikal mampu hidup serta berdaya guna dalam
dan sikap intoleransi. Dalam hal ini, masyarakat yang majemuk.
pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Untuk mencapai tujuan tersebut, salah
Agama Islam Berwawasan Moderasi beragama satu langkah yang perlu diambil adalah
secara integratif mengacu kepada aspek-aspek menerapkan Kurikulum Pendidikan Agama
fundamental dalam pembelajaran, yaitu: (1) Islam yang berbasis holistik, yakni dengan
kurikulum, (2) pendidik, (3) materi, (4) metode mengitregasikan berbagai bidang ilmu
dan media, serta (5) evaluasi pembelajaran.26 pengetahuan, serta dilengkapi dengan aspek
keterampilan. Sehingga nilai toleransi dan
Kurikulum moderasi beragama dapat dipahami, dihayati, dan
Moderasi beragama dalam Pendidikan diterapkan dengan baik oleh peserta didik.
Agama Islam di Indonesia dapat merujuk pada Mengacu pada desain kurikulum Pendidikan
12 program unggulan yang terdapat dalam Agama Islam yang berbasis holistik tersebut,
penyusunan kurikulum oleh Kementrian Agama. pembelajaran yang dilakukan bersama peserta
Salah satunya membahas tentang antisipasi atas didik harus mencakup materi dan isu-isu
maraknya pemahaman radikalisme bagi pelajar. kontemporer, seperti: HAM, toleransi,
Didalamnya memuat tentang pembentukan demokrasi, kemanusian, pluralisme, teologi
Bimbingan Konseling dengan mengusung ajaran inklusif, perbedaan agama, perbedaan
Islam yang rahmah li al-‘alamin, bimbingan kepada etnokultural, anti diskriminasi, dan topik-topik
peserta didik dari paham radikalisme, sosialisasi lain yang relevan. 28
kurikulum berdasarkan pada deradikalisasi, dan
penerbitan buku panduan sebagai proteksi dari Pendidik
radikal dan ekstrim.27 Tugas dan tanggung jawab guru
Adanya penyusunan ulang atas kurikulum tercantum berdasarkan UU No. 14 Tahun 2005
ini menunjukan maraknya penyebaran faham tentang Guru dan Dosen, bahwa yang dimaksud
radikal dan ekstrim di kalangan pelajar. Para dengan guru adalah pendidik profesional dengan
pengkaji akhirnya harus merekonstruksi tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
kurikulum yang ada menjadi pengajaran yang mengarahkan, melatih, menilai, dan
lebih moderat karena adanya gerakan intoleransi, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak
paham-paham Islam ekstrim, dan paham usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
radikalisme dalam pendidikan di Indonesia yang dasar, dan pendidikan menengah.29 berdasarkan
perlu mendapat perhatian lebih. Tidak jauh tanggung jawab yang besar tersebut, guru
berbeda dengan yang dilakukan oleh pemerintah memiliki peran sentral sebagai penggerak mutu

26
Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Seluruh 28
Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Seluruh
Indonesia (ADPISI), Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi Indonesia (ADPISI), Internalisasi Nilai-Nilai Moderasi
Beragama Dalam Perkuliahan Pendidikan Agama Islam Pada Beragama Dalam Perkuliahan Pendidikan Agama Islam Pada
Perguruan Tinggi Umum, (Sidoarjo: Delta Pijar Khatulistiwa, Perguruan Tinggi Umum, (Sidoarjo: Delta Pijar Khatulistiwa,
2022), 10. 2022), 11.
27
Ashif Az-Zafi, "Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Al- 29
Hafizh Idri Purbajati, "Peran Guru Dalam Membangun
Qur’an Dalam Pendidikan Islam", Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al- Moderasi Beragama di Sekolah", Falasifa, Vol. 11 Nomor 02,
Qur’an dan Hadis, Vol. 21, No. 1, (2020), 27. DOI: (2020), 188. DOI:
https://doi.org/10.14421/qh.2020.2101-02. https://doi.org/10.36835/falasifa.v12i02.569.
Wawasan Moderasi Beragama
75 dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

pendidikan. Selain itu guru juga sebagai role model dapat dirangkul dan diterima dengan baik oleh
bagi peserta didik, sehingga profesionalitas guru seluruh peserta didik yang dihadapinya. Sehingga
sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas dapat meningkatkan toleransi serta
pendidikan. menghilangkan diskriminasi. Selain itu, inovasi
Untuk menerapkan nilai-nilai keislaman, juga dapat membentuk karakter beragama secara
Pendidikan Agama Islam memiliki peran penting nasionalis. Salah satu upaya yang bisa dilakukan
sebagai dasar dari nilai perilaku, ibadah, dan adalah dengan melibatkan peserta didik dalam
sosialisasi. Tugas guru adalah untuk mendidik kegiatan perayaan hari-hari besar, yang dilakukan
dan mengarahkan agar peserta didik mendapat melalui serangkaian tindakan, perubahan tingkah
pengetahuan sekaligus pengalaman yang laku, ataupun lainnya.
beraneka ragam. Selain itu guru juga harus bisa Peran ketiga yakni Transmiter, peran ini
mengaktualisasi peserta didik sehingga adalah kegiatan yang paling kental dengan
pengetahuan dan pengalaman yang mereka profesi guru yang sebenarnya, jadi upaya yang
dapatkan bisa terealisasi dalam kehidupan sehari- dilakukanpun juga dirasa tidak terlalu berat.
hari.30 Karena sejatinya, guru adalah perantara ilmu dari
Terdapat beberapa peran guru yang gurunya terdahulu lalu diteruskan kepada peserta
diperlukan dalam menamakan moderasi didik. Guru yang dahulunya sudah pernah
beragama bagi peserta didik, diantaranya adalah menyenyam ilmu pengetahuan bertugas untuk
(1) pemeliharaan (conservator); (2) pengembang menyampaikan kepada peserta didik, begitu pula
(Innovator); (3) penerus (Transmiter); (4) dengan pendidikan agama dengan menekankan
penerjemah (Transformator); (5) penyelenggara pada nilai moderasi beragama. Dengan taraf
(Organizer).31 pemahaman yang lebih tinggi tentunya guru
Pertama adalah conservator. Dalam dapat menginternalisasi dengan baik. Sehingga
membangun moderasi beragama bagi peserta guru dapat mempraktekannya sebagai contoh
didik, guru memiliki peran untuk memelihara tindakan yang harus ditiru oleh peserta didik.
nilai moderasi beragama yang sesuai dengan nilai Selain itu, seorang guru juga dapat menjadi
yang berkembang. Toleransi, keadilan, seorang motivator dan pembimbing agar peserta
kesederhanaan, keseimbangan, kesatuan dan didik dapat menerapkan nilai-nilai moderasi
persaudaraan serta beberapa nilai lain yang beragama yang dapat dipraktekan dalam
terkait, agar moderasi beragama senantiasa pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.
terpelihara oleh peserta didik di lingkungan Komunikasi adalah faktor penting dan harus
sekolah. Hal ini dapat terbantu dengan adanya dijaga oleh semua pihak.
kegiatan rutin yang dilakukan, seperti gathering Peran guru selanjutnya tidak jauh berbeda
untuk mengingatkan pentingnya moderasi dengan sebelumnya, Transformator merupakan
beragama sesaat sebelum kelas dimulai, dan sebuah peran guru untuk menyampaikan nilai-
mengikat siswa melalui komitmen siswa. nilai moderasi beragama kepada peserta didik.
Peran kedua yakni Innovator, moderasi Peran ini dapat dilakukan baik secara verbal
beragama dapat terbentuk dengan menggunakan maupun non verbal. Guru adalah panutan bagi
inovasi-inovasi yang diupayakan oleh guru. Perlu para peserta didiknya, begitupula dengan
adanya variasi pembelajaran yang harus interaksi dengan orang lain, mengambil sikap
dilakukan oleh guru dengan menyesuaikan situsi terhadap suatu kejadian, maupun menanggapi
dan kondisi. Seperti contohnya ketika didapati kebenaran informasi. Dari sana diharapkan
peserta didik yang non muslim atau berbeda peserta didik mampu sikap moderasi beragama
agama dengan guru, peserta didik tidak perlu serta menjadi contoh nilai-nilai moderasi
mendapat diskriminasi dalam kelas. Namun, beragama.
guru harus dapat membuat pembelajaran yang Terakhir, ada peran guru sebagai Organizer,
dimana semua kegiatan sekolah dipegang oleh
30
Samsul AR, "Peran Guru Agama Dalam Menanamkan
guru. Kegiatan yang direncanakan dan
Moderasi Beragama", Al-Irfan: Journal of Arabic Literature and dilaksanakan harus memperhatikan nilai-nilai
Islamic Studies, Vol. 3 No. 1, (2020), 160. DOI: moderasi beragama. Kegiatan tersebut tidak
https://doi.org/10.36835/al-irfan.v3i1.3715. hanya berlangsung di dalam kelas tetapi juga
31
Edi Kuswanto, "Peranan Guru PAI dalam Pendidikan
Akhlak di Sekolah", Mudarrisa: Jurnal Kajian Pendidikan Islam, kegiatan yang dilakukan di luar kelas. Seperti
Vol 6, No 2, (2014). 216. DOI: perayaan hari besar, pengabdian masyarakat,
https://doi.org/10.18326/mdr.v6i2.194-220.
Wawasan Moderasi Beragama
dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 76

pembinaan, kegiatan ekstrakurikuler, dan lainnya. budaya, kepercayaan, dan status sosial yang
Di dalam kelas, kegiatan belajar mengajar dapat berbeda.33
dilakukan dengan interaksi, menempatkan pesrta Tentunya rangkaian kegiatan ini selalu
didik secara acak agar tidak terlalu memilih menekankan peran guru sebagai agen dalam
teman duduk, dan kegiatan lainnya. Partisipasi membangun moderasi beragama pagi peserta
semua pihak sangat penting untuk dapat didiknya. Oleh karena itu, kemampuan seorang
mensukseskan setiap kegiatan yang guru untuk mengalirkan, mengarahkan, dan
diselenggarakan. Berbagai organisasi tersebut memotivasi siswa sangatlah penting. Penting juga
dibuat pada hakekatnya demi memenuhi untuk menentukan jenis operasi yang akan
perannya dalam membangun pantangan agama. dilakukan dan metode yang akan digunakan
Inovasi yang ada juga berdampak pada organisasi dengan tepat. Karena melalui hal itu, nilai-nilai
Peran guru dalam membangun moderasi moderasi beragama dapat diinternalisasikan
beragama selama di sekolah dapat tercermin dari secara seragam dalam diri siswa.
kemampuannya. Kemampuan menganalisis
perbedaan dalam hal ras, bahasa, warna kulit dan Materi
perbedaan lainnya. Harapannya, peserta didik Dalam Pendidikan Agama Islam, proses
dapat menjadikan guru sebagai figur dan penanaman sikap moderat dilaksanakan serentak
mencontoh setiap tindakan midesari islam, bersamaan dengan penanaman pendidikan
karena sebagaimana dijelaskan diatas jika guru karakter bagi peserta didik. Dengan selalu
adalah role model bagi peserta didiknya. Dengan menjunjung tujuan dari pendidikan karakter itu
begitu, moderasi beragama dapat tertenam sendiri yaitu menciptakan pribadi yang memiliki
sebagai kebiasaan dalam diri peserta didik.32 karakter utuh. Tujuan ini dapat dicapai dengan
apabila peserta didik sudah memiliki kebiasaan cara membentuk dan mengembangkan aspek
baik tersebut, maka ia akan berdampak pada fisologis, sosial, emosional, agamis, bersikap
perilaku sehari-hari yang bernilai posisif, baik kreatif, dan peningkatan intentelektual yang
dalam lingkup sekolah maupun masyarakat. optimal bagi peserta didik, serta menumbuhkan
Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan baik semangat belajar dan mengenbangkan diri pada
berkaitan dengan akhlak ataupun dalam hal peserta didik.34
ibadah. Sehingga apa yang ada dalam diri siswa Terdapat 5 pendekatan pada model
menjadi lengkap baik ketika berhubungan pendidikan karakter yang dapat digunakan dalam
dengan sesama manusia dan dengan Allah SWT. menanamkan moderasi beragama di sekolah
Beberapa metode pembelajaran yang yaitu: Penanaman Nilai (Inculcation Approach),
dapat digunakan untuk membangun moderasi Pendekatan Perkembangan Moral Kognitif
beragama adalah diskusi, kerja kelompok, (Cognitive Moral Development Approach),
ataupun studi kasus, dan lain sebagainya. Melalui Pendekatan Analisis Nilai (Values Analysis
berbagai metode, pemikiran atau perspektif Approach), Pendekatan Klarifikasi Nilai (Values
peserta didik diperluas. Peserta didik akan dilatih Clarification Approach), Dan Pendekatan
untuk dapat mendengarkan dan menyerap Pembelajaran Berbuat (Action Learning
pendapat orang lain tentang suatu isu tertentu Approach).35
tanpa melakukan tindakan yang melecehkan atau Pertama, Pendekatan Penanaman Nilai
menentangnya secara tidak tepat. Pemahaman (Inculcation Approach), pendekatan ini lebih
tentang perbedaan juga dapat ditanamkan menekankan pada penanama nilai bagi perserta
melalui rangkaian kegiatan tersebut. Beberapa didik. Dalam pendekatan ini, pembelajaran
metode yang tersedia juga akan memungkinkan dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai
siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka tertentu kepada peserta didik dengan cara
tentang moderasi beragama secara langsung di memberikan nilai baru yang syarat akan kebaikan
lingkungan sekolah dan masyarakat. Kegiatan di
luar kelas juga memberi siswa kesempatan untuk 33
Samsul AR, "Peran Guru Agama Dalam Menanamkan
mengalami kehidupan dengan orang-orang dari Moderasi Beragama", Al-Irfan: Journal of Arabic Literature and
Islamic Studies, Vol. 3 No. 1, (2020), 161.
34 Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan
32
Fitria Hidayat, Supiana, dan Maslani, "Peran Guru Agama Krisis Multidimensional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 32.
Islam Dalam Menanamkan Moderasi Beragama Melalui 35
Ashif Az-Zafi, "Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Al-
Program Pembiasaan di SMPN 1 Parongpong Kabupaten Qur’an Dalam Pendidikan Islam", Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-
Bandung Barat", Jurnal Al-Karim, 6(1), (2021), 169. Qur’an dan Hadis, Vol. 21, No. 1, (2020), 28.
Wawasan Moderasi Beragama
77 dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

dan memberi pemahaman atas nilai yang sudah menyadarkan peserta didik mengenai nilai-nilai
ada sebagai bahan perbandingan sehingga yang dimiliki dan bagaimana nilai tersebut
peserta didik dapat memberikan sebuah tindakan mempengaruhi tindakannya. Menurut kacamata
dari nilai baru yang dimilikinya. Langkah yang pendekatan ini, pendidikan karakter memiliki
dilakukan agar dapat menanamkan nilai-nilai tujuan untuk memberikan dorongan agar
yang baru diantaranya dengan menggunakan memiliki dasar dalam bertindak serta dapat
teknik keteladanan, memperkuat nilai positif, mengidentifikasi nilai yang mereka miliki
mengeluarkan nilai yang berpotensi negatif, maupun yang dimiliki orang lain. Dengan
stimulus, bermain peran.36 menggunakan pendekatan ini diharapkan peserta
Kedua, Pendekatan Perkembangan Moral didik memiliki rasa percaya diri dan mampu
Kognitif (Cognitive Moral Development Approach). berfikir rasional berdasarkan pada kesadaran
Pendekatan ini memberikan ruang bagi peserta emosional.39
didik agar dapat menelaah masalah yang Kelima, Pendekatan Pembelajaran
berhubungan dengan tindakan moral tertentu, Berbuat (Action Learning Approach). Pendekatan
serta memberikan kebebasan bagi peserta didik ini menekankan pada usaha memberikan
atas tindakan moral yang dipilihnya. Dalam kebebasan kepada peserta didik untuk bertindak
pendekatan ini, tingkat keberhasilan dapat diukur sesuai dengan pilihan moralnya sendiri.
dari kemampuan peserta didik dalam Participative-action yang tergambar dalam
menyampaikan argumen untuk pendekatan ini dapat dilakukan baik secara
mempertimbangkan moral yang dipilih, dari individu maupun kelompok. Rasa tanggung
tingkat terendah ketingkat paling tinggi. Untuk jawab peserta didik dapat terbentuk akibat
mendapatkan pertimbangan dalam pendekatan adanya kebebasan yang diberikan kepada mereka
ini, terdapat dua aspek yang mewakili, yakni untuk memilih. Selain itu, keterlibatan peserta
pertimbangan dari peserta didik berdasarkan didik dalam tindakan sosial, dapat memberikan
memilih tindakan moral dan pertimbangan dari dorongan kesadaran jika tanggung jawab yang
nilai yang berdasarkan pada evaluasi tindakan dipikul bukan hanya atas dirinya sendiri, namun
moral. 37 juga masyarakat yang terlibat. Dari sana, peserta
Ketiga, Pendekatan Analisis Nilai (Values didik dapat memahami jika mereka adalah bagian
Analysis Approach). Pendekatan ini berorientasi dari komunitas sosial.40
pada kemampuan peserta didik dalam
menganalisa problem yang berhubungan dengan Metode dan Media
sosial dan moral. Tujuan dari pendekatan ini Untuk merealisasikan proses pembelajaran
adalah membentuk pribadi peserta didik yang yang bertemakan moderasi beragama secara
mampu menganalisa problem-problem sosial efektif, guru Pendidikan Agama Islam dapat
dan moral serta dapat menentukan tindakan menerapkan model pembelajaran (Contextual
sosial dan moral yang sesuai.38 Teaching and Learning/CTL). Prosesnya bukan
Keempat, Pendekatan Klarifikasi Nilai hanya mengajarkan teori pengetahuan kepada
(Values Clarification Approach). Pendekatan ini peserta didik, namun juga melibatkan peserta
berorientasi pada kemampuan peserta didik didik untuk turut serta menganalisa materi yang
dalam menganalisis dan mengkaji nilai moral disampaikan oleh guru selama ini. Sehingga
yang dimiliki agar dapat memberikan dorongan pemahaman dan penghayatan peserta didik
terhadap suatu tindakan tertentu. Hal ini dapat tantang moderasi beragama dapat terbentuk
secara natural. Model pembelajaran kontekstual
(Contextual Teaching and Learning/CTL)
36 Dyah Kusuma Windrati, "Pendidikan Nilai Sebagai Suatu
Strategi Dalam Pembentukan Kepribadian Siswa", Jurnal merupakan konsep belajar yang dapat dilakukan
Formatif 1(1), 43. DOI: oleh guru Pendidikan Agama Islam untuk
https://doi.org/10.30998/formatif.v1i1.60.
37
Sadam Fajar Shodiq, "Pendidikan Karakter Melalui
Pendekatan Penanaman Nilai Dan Pendekatan 39
Milotul Muhammad, Reinita Reinita, Yanti Fitria,
Perkembangan Moral Kognitif", At-Tajdid Jurnal Pendidikan "Pendekatan Value Clarification Technique dalam
dan Pemikiran Islam, Volume. 1, No. 1, (2017), 17. DOI: Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar", Jurnal Pendidikan
https://doi.org/10.24127/att.v1i01.332. Tambusai, Volume 4 Nomor 2, (2020), 1487. DOI:
38
Dalmeri Dalmeri, "Pendidikan Untuk Pengembangan https://doi.org/10.31004/jptam.v4i2.614.
Karakter (Telaah terhadap Gagasan Thomas Lickona dalam 40
Ashif Az-Zafi, "Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Al-
Educating For Character)", Al-Ulum Volume 14 Nomor 1, Qur’an Dalam Pendidikan Islam", Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-
(2014), 279. Qur’an dan Hadis, Vol. 21, No. 1, (2020), 29.
Wawasan Moderasi Beragama
dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 78

mengaitkan hubungan pengetahuan berbasis memahami masalah dan dapat menerapkannya


teori dengan penerapan berbasis praktek dikehidupan seharai-hari.
dikehidupan sehari-hari. Proses tersebut dapat Dengan menggunakan pendekatan ini,
terlaksana dengan melibatkan tujuh komponen materi moderasi beragama dapat dipahami
utama pembelajaran efektif, yakni: beradasarkan pemikiran dan pengalaman karena
Konstruktivisme (Constructivism), Bertanya materi dibahas secara dialog satu sama lain.
(Questioning), Menemukan (Inquiri), Masyarakat Beberapa kelebih dari metode ini diantaranya:42
Belajar (Learning Community), Pemodelan a. Peserta terlibat secara langsung dalam proses
(Modeling), Refleksi (Reflection) Dan Penilaian pembelajaran.
Sebenarnya (Authentic Assessment).41 b. Peserta didik dapat menguji kemampuannya
Proses Pembelajaran dapat bersifat secara mandiri.
kontekstual maupun tekstual, namun tetap tidak c. Peserta didik dapat berlatih untuk
melupakan untuk mengaitkannya pada mengembangkan berfikir dan bersikap
kehidupan nyata sehari-hari baik di lingkungan ilmiah.
keluarga maupun masyarakat dengan lingkup d. Menumbuhkan kepercayaan diri peserta
yang lebih luas. Prinsip-prinsip moderasi didik ketika berpendapat
beragama yang terdiri dari keadilan, toleransi, e. Mengembangkan sikap sosial dan
keberagaman, keseimbangan dan keteladanan demokratis peserta didik
harus dipahami oleh peserta didik dalam Terdapat beberapa nilai yang dapat
pembelajaran Pendidikan Agama Islam bukan dikembangkan dari peserta didik dengan metode
hanya bersifat tekstual namun juga bersifat diskusi moderasi beragama, baik itu keadilan,
kontekstual. Hal ini dikarenakan pembelajaran keseimbangan, toleransi, keteladanan dan
kontekstual dapat dikatakan lebih bermakna dan keragaman yang serta didik menyampaikan
efektif untuk menginternalisasikan moderasi argumentasinya tentang moderasi beragama
beragama bagi peserta didik. Baik bagi aspek dalam diskusi, merupayan sebuah upaya untuk
kognitif peserta didik, aspek afektif, maupun berpartisipasi langsung menyampaikan
psikomotorik pembelajaran kontekstual dapat pandangan ketika berinteraksi sosial.
mewujudkan prinsip moderasi beragama secara
nyata dikehidupan sehari-hari. 2 Studi Kasus Terkait Moderasi Beragama
Beberapa metode dan media yang dirasa Studi Kasus merupakan metode yang
relevan untuk melaksanakan model pembelajaran bertujuan untuk menguji keterkaitan antara
kontekstual dalam moderasi beragama di rumusan masalah dengan fenomena yang
antaranya adalah: terjadi. Yang mana keduanya tidak bisa
dipisahkan baik itu secara konteks maupun
1 Diskusi Moderasi Beragama fenomena. Terdapat lima komponen yang
Diskusi merupakan salah satu langkah menjadi desain metode studi kasus, diantaranya
yang dapat dilakukan oleh peserta didik untuk adalah pertanyaan peneliti, proposisi penelitian,
membangun pemahaman dan kesadaran tentang unit-unit analisis, logika kolerasi data dengan
moderasi beragama sehingga dapat diterapkan preposisi, dan kriteria untuk mengartikan
dikehidupan nyata secara optimal. Metode ini temuan.43 Disini peserta didik mendapat
diharapkan dapat membantu peserta didik untuk kesempatan untuk mengamati dengan seksama
mengamati, menyampaikan argumen, dan bagaimana fenomena yang terkait dengan
mendapatkan solusi moderasi beragama. Selama moderasi beragama di lingkungan sekitar.
proses diskusi perserta didik akan diajak untuk Dampak yang didapatkan dari metode ini,
lebih mengedepankan dialog dengan topik peserta didik dapat mengeluarkan pertanyaan-
pembahasan moderasi beragama. Dengan begitu
peserta didik dapat berfikir obyektif dalam 42
Netti Ermi, "Penggunaan Metode Diskusi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Materi Perubahan Sosial pada
Siswa Kelas XII SMA Negeri 4 Pekanbaru", SOROT Jurnal
Ilmu-Ilmu Sosial, Volume 10, Nomor 2, (2015), 160. DOI:
41Koko Adya Winata, I. Solihin, Uus Ruswandi, Mohamad http://dx.doi.org/10.31258/sorot.10.2.155-168.
Erihadiana, "Moderasi Islam Dalam Pembelajaran PAI 43
Unika Prihatsanti, Suryanto, Wiwin Hendriani,
Melalui Model Pembelajaran Konstekstual", Ciencias: Jurnal "Menggunakan Studi Kasus sebagai Metode Ilmiah dalam
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Volume 3 No. 2, (Juli Psikologi", Buletin Psikologi, Vol. 26, No. 2, (2018), 129.
2020), 89. DOI: http://dx.doi.org/10.22146/buletinpsikologi.38895.
Wawasan Moderasi Beragama
79 dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

pertanyaan yang bertentangan dengan moderasi Dengan mengusung tema tentang


beragama, seperti “Bagaimana agama moderasi beragama, diharapkan peserta didik
mengajarkan kekerasan?”, “Mengapa perbedaan dapat mengambil nilai keragaman,
keyakinan bisa menjadi permusuhan?” atau keseimbangan keadilan, toleransi dan
“Bagaimana cara agar terbentuknya kerukunan keteladanan berdasarkan pada melalui pesan
ditengah masyarakat heterogen?” dll. dari yang terkandung dalam setiap scene yang
serangkaian pertanyaan tersebut akan disampaikan oleh film pendek pilihan guru. Hal
menambah wawasan peserta didik untuk ini dapat menjadikan peserta didik sadar akan
menanggapi permasalahan moderasi beragama. dampak positif dari mementingkan moderasi
3 Pemutaran Film Pendek Moderasi Beragama beragama.
Adanya media pendukung dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam sangat
diperlukan untuk membantu memberikan
dorongan tindakan sesuai materi yang Evaluasi
disampaikan. Salah satunya adalah menggunakan Evaluasi memegang peranan penting
film pendek, dalam hal ini film pendek yang dalam mengukur dan mengetahui apakah tujuan
syarat akan nilai moderasi beragama. pembelajaran dapat tercapai dengan baik atau
Menggunakan teknik audio visual, media film tidak. Sehingga dengan proses evaluasi yang baik,
pendek dapat memudahkan peserta didik dalam maka guru Pendidikan Agama Islam akan dapat
mengambil amanah dari alur film yang mengetahui sejauh mana wawasan moderasi
disampaikan. Pembelajaran kontekstual dapat beragama dapat terinternalisasi dengan baik ke
lebih mudah menyampaikan niai-nilai dalam diri siswa. Karena pada dasarnya evaluasi
keberagaman, keseimbangan, keadilan, toleransi dilakukan bukan hanya sekedar formalitas belaka
dan keteladanan menggunakan media film guna melengkapi berkas administrasi
pendek. Film yang terkategori dalam film pendek pembelajaran. Lebih dari itu, hasil dari evaluasi
adalah film yang memiliki durasi standart kisaran yang telah didapatkan akan menjadi
1-30 menit.44 Dengan durasi yang standart pertimbangan untuk menilai proses
semacam itu, peserta didik dapat memahami dan pembelajaran yang telah dilakukan dan sebagai
tidak sampai bosan untuk mengamati setiap acuan pengembangan rencana pembelajaran
pesan yang terkandung didalam alur ceritanya. berikutnya.
Selain itu, pemutaran film pendek juga dapat Dari segi tujuan, Pendidikan Agama Islam
mendorong peserta didik agar dapat bertujuan untuk memahami ilmu pengetahuan
merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari. secara komprehensif, termasuk bidang aqliyah,
Berdasarkan sudut pandang pembuat film, qolbiyah, dan amāliyah. Oleh sebab itu, dalam
manfaat film yang dapat diambil dari film melakukan evaluasi pembelajaran, ketiga bidang
pendek diantaranya adalah: tersebut juga harus dapat diukur dengan
a. Film dapat mempengaruhi perilaku dan instrumen evaluasi yang tepat. Berkaitan dengan
sikap proses pembelajaran, evaluasi bertujuan untuk
b. Apabila dikerjakan oleh pihak yang tepat, mengukur sejauh mana siswa dapat menerima,
film memiliki rasonalisme yang menjadikan memahami, mengekstraksi, dan menerapkan
perasaan sebagai sasarannya dalam kehidupan nyata materi yang diterimanya
c. Sebagai alat komunikasi dan propaganda di kelas. Ketika ternyata ditemukan sebuah
politik masalah, maka dalam hal ini guru Pendidikan
d. Sangat efektif untuk memberikan pengaruh, Agama Islam berperan penting dalam
termasuk pengaruh sikap.45 membenahi masalah tersebut agar proses
pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien
sebagaimana tujuan yang diinginkan.46
44
Rusman Latief & Yusiatie Utud, Siaran Televisi Non-
drama: Kreatif, Produksi, Public Relations, dan Iklan, (Jakarta:
Kencana, 2015)
45 Koko Adya Winata, I. Solihin, Uus Ruswandi, Mohamad 46 Tatang Hidayat, Abas Asyafah, "Konsep Dasar Evaluasi
Erihadiana, "Moderasi Islam Dalam Pembelajaran PAI Dan Implikasinya Dalam Evaluasi Pembelajaran Pendidikan
Melalui Model Pembelajaran Konstekstual", Ciencias: Jurnal Agama Islam Di Sekolah", Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, Volume 3 No. 2, (Juli Pendidikan Islam, Volume 10. No. I, (2019), 173. DOI:
2020), 91. https://doi.org/10.24042/atjpi.v10i1.3729.
Wawasan Moderasi Beragama
dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 80

Secara fungsional, evaluasi ini digunakan akhir semester saja tidak cukup. Namun hal ini
untuk mengidentifikasi dan mengenali harus dilakukan secara terus menerus untuk
kompetensi guru dan peserta didik. mengetahui kemajuan siswa setelah mengikuti
Meningkatkan prestasi siswa, tidak hanya dalam pelajaran. Penilaiannya juga harus komprehensif
hal pengetahuan, tetapi juga dalam karakter dan dan mencakup bidang aqliyah, qolbiyah dan
keterampilan. Bagi lembaga pendidikan yang amāliyah. Jika penilaian Pendidikan Agama Islam
bersangkutan, evaluasi berfungsi sebagai dapat dilakukan secara efektif dan efisien, maka
diagnosis agar orang lain dapat mengetahui perkembangan moderasi beragama peserta didik
bahwa untuk menanamkan keimanan, dapat tercapai. Pendidikan Agama Islam harus
ketakwaan, dan akhlak yang baik tidak cukup menjadi ujung tombak dalam mentransmisikan
hanya mengandalkan mata pelajaran Pendidikan nilai-nilai moderasi beragama kepada peserta
Agama Islam saja, melainkan seluruh komponen didik.
pendidikan di sekolah harus terintegrasi secara
nyata. Fungsi evaluasi pembelajaran Pendidikan
Agama Islam ialah membantu dalam penyusunan SIMPULAN
rencana pembelajaran, saat masalah ditemukan Pendidikan Agama Islam yang berhasil
maka dapat ditemukan solusi untuk memperbaiki adalah ketika mampu menghasilkan generasi
dan menyempurnakannya sesuai dengan tujuan muslim yang utuh, komprehensif, dan sempurna.
pembelajaran siswa. Evaluasi tersebut akan Baik dari segi jasmani dan rohani, dari segi
mengetahui perkembangan pembelajaran intelektual, moral, dan keterampilan yang
Pendidikan Agama Islam selama ini, baik dari diwujudkan dalam bentuk ketaqwaan kepada
segi aqliyah, qolbiyah, maupun amaliyah. Evaluasi Allah SWT dan keberhasilan dalam menjalankan
dalam setiap pembelajaran bukan hanya tugas atau fungsinya di tengah masyarakat yang
dilakukan untuk memenuhi prosedur persyaratan plural. Sikap toleran dan multikultural tidak
pekerjaan atau kering dari nilai-nilai ilāhiyah. timbul begitu saja dalam diri peserta didik. Oleh
Namun, evaluasi juga harus berkontribusi pada karenanya merupakan sebuah keniscayaan untuk
perubahan pembelajaran. mengembangkan Desain Pembelajaran
Fungsi evaluasi adalah untuk mengetahui Pendidikan Agama Islam Berwawasan Moderasi
hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam beragama sebagai bentuk upaya dan tanggung
berdasarkan pencapaian yang diperolah, apakah jawab bersama dalam mengikis serta
keberhasilan yang telah dicapai sesuai dengan membentengi peserta didik dari faham radikal
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil dan sikap intoleransi. Dalam hal ini,
belajar harus konsisten dengan tujuan program pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan
yang ingin dicapai. Jika tidak relevan, evaluasi Agama Islam Berwawasan Moderasi beragama
bermanfaat untuk meningkatkan perencanaan, secara integratif mengacu kepada aspek-aspek
pelaksanaan, dan hasil pembelajaran. fundamental dalam pembelajaran, yaitu: (1)
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran kurikulum, (2) pendidik, (3) materi, (4) metode
Pendidikan Agama Islam meliputi aspek dan media, serta (5) evaluasi pembelajaran.
perencanaan, pelaksanaan, dan hasil. Oleh
karena itu, cakupan evaluasi pembelajaran DAFTAR RUJUKAN
Pendidikan Agama Islam harus komprehensif Abdullah, M. Amin. Al-Ta’wīl al-‘Ilmī: Kearah
dan terintegrasi dalam setiap tahapan Perubahan Paradigma Penafsiran Kitab
pembelajaran. Evaluasi hasil belajar Pendidikan
Suci. Al-Jami’ah. Journal of Islamic Studies.
Agama Islam tidak dapat ditentukan hanya dari
State Institute of Islamic Studies (IAIN) Sunan
hasil, tetapi harus dilihat berdasarkan proses dari
Kalijaga Yogyakarta. 39(2). 2001.
awal sampai akhir, agar ditemukan hasil yang
lebih komprehensif. Domain yang dituju harus AR, Samsul. Peran Guru Agama Dalam
mencakup ranah aqliyah, qolbiyah, dan amāliyah. Menanamkan Moderasi Beragama". Al-
Prinsip evaluasi harus mencakup tujuan, Irfan: Journal of Arabic Literature and Islamic
proses, dan hasil pembelajaran Pendidikan Studies. Vol. 3 No. 1. 2020. DOI:
Agama Islam. Evaluasi hasil belajar Pendidikan https://doi.org/10.36835/al-
Agama Islam harus dilakukan secara terus irfan.v3i1.3715.
menerus, bukan hanya sekali saja, bahkan pada
Wawasan Moderasi Beragama
81 dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

Asosiasi Dosen Pendidikan Agama Islam Hanafi, Yusuf., Taufiq, Ahmad., Saefi,
Seluruh Indonesia (ADPISI). Internalisasi Muhammad., Ikhsan, M. Alifudin.,
Nilai-Nilai Moderasi Beragama Dalam Diyana, Tsania Nur., Thoriquttyas, Titis.,
Perkuliahan Pendidikan Agama Islam Pada Anam, Faris Khoirul. The New Identity
Perguruan Tinggi Umum. Sidoarjo: Delta of Indonesian Islamic Boarding Schools
Pijar Khatulistiwa, 2022. in the "New Normal": the Education
Leadership Response to Covid-19.
Aziz, Aceng Abdul., Masykhur, Anis., Anam, A.
Heliyon. 7(3). 2021.
Khoirul., Muhtarom, Ali., Masudi, Idris. https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2021.e
Duryat, Masduki. Implementasi Moderasi 06549.
Beragama dalam Pendidikan Islam.
Jakarta: Kementerian Agama RI. 2019. Hanafi, Yusuf. The Changing of Islamic
education curriculum Paradigm in Public
Az-Zafi, Ashif. Penerapan Nilai-Nilai Moderasi Universities. Al-Ta’lim Journal. 26(3). 2019.
Al-Qur’an Dalam Pendidikan Islam. Jurnal http://dx.doi.org/10.15548/jt.v26i3.552.
Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an dan Hadis. Vol.
21. No. 1. 2020. DOI: Hidayat, Fitria., Supiana., dan Maslani. Peran
https://doi.org/10.14421/qh.2020.2101- Guru Agama Islam Dalam Menanamkan
02. Moderasi Beragama Melalui Program
Pembiasaan di SMPN 1 Parongpong
Dalmeri. Pendidikan Untuk Pengembangan Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Al-
Karakter (Telaah terhadap Gagasan Karim. 6(1). 2021.
Thomas Lickona dalam Educating For
Character). Al-Ulum Volume 14 Nomor 1. Hidayat, Tatang., Asyafah, Abas., Konsep Dasar
2014. Evaluasi Dan Implikasinya Dalam
Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama
Ermi, Netti. Penggunaan Metode Diskusi untuk Islam Di Sekolah". Al-Tadzkiyyah: Jurnal
Meningkatkan Hasil Belajar Materi Pendidikan Islam. Volume 10. No. I.
Perubahan Sosial pada Siswa Kelas XII 2019. DOI:
SMA Negeri 4 Pekanbaru. SOROT Jurnal https://doi.org/10.24042/atjpi.v10i1.372
Ilmu-Ilmu Sosial. Volume 10. Nomor 2. 9.
2015. DOI:
http://dx.doi.org/10.31258/sorot.10.2.15 Kharismatunisa’ Ilma., Darwis, Mohammad.
5-168. Nahdlatul Ulama Dan Perannya Dalam
Menyebarkan Nilai-Nilai Pendidikan
Gunawan, Heri. Kurikulum dan pembelajaran
Aswaja An-Nahdliyah Pada Masyarakat
pendidikan agama Islam. Bandung : Alfabeta,
Plural. Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan
2013.
Islam. Volume 14. Nomor 2. 2021.
Nurhakiky. Sri Mulya.. Mubarok. Muhammad DOI: https://doi.org/10.36835/tarbiyatu
Naelul. Pendidikan Agama Islam na.v14i2.1094.
Penangkal Radikalisme. IQ (Ilmu Al-
Qur’an): Jurnal Pendidikan Islam. Volume Kusen. Islamic Religious Learning In Providing
2 No. 01. 2019. DOI: Understanding Of Radical Hazards Based
https://doi.org/10.37542/iq.v2i01.27 On Affection Approach (Study on Islamic
religious Subjects at Junior High School).
Hanafi, Yusuf., Murtadlo, Nurul., Hassan, Abd. AJIS : Academic Journal of Islamic
Rauf., Ikhsan, M. Alifudin., Diyana, Studies vol. 2. no. 1. 2017. DOI:
Tsania Nur. Development and validation http://dx.doi.org/10.29240/ajis.v2i1.168
of a questionnaire for teacher effective
communication in Qur’an learning”. Kuswanto Edi. Peranan Guru PAI dalam
British Journal of Religious Education (BJRE). Pendidikan Akhlak di Sekolah". Mudarrisa:
42(4). 2020. Jurnal Kajian Pendidikan Islam. Vol 6. No 2.
https://doi.org/10.1080/01416200.2019. 2014. DOI:
1705761. https://doi.org/10.18326/mdr.v6i2.194-
220.
Wawasan Moderasi Beragama
dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) 82

Latief, Rusman & Utud, Yusiatie. Siaran Televisi Rohmadi, Syamsul Huda. Pengembangan
Non-drama: Kreatif. Produksi. Public Kurikulum Pendidikan Agama Islam.
Relations . dan Iklan.Jakarta: Kencana, Yogyakarta: Araska, 2012.
2015.
Sagala, Syaiful. Konsep dan Makna Pembelajaran.
Mahfud, Choirul., Prasetyawati, Niken., Bandung: Alfabeta, 2005.
Muhibbin, Wahyuddin. Zainul., Agustin,
Shodiq, Sadam Fajar. Pendidikan Karakter
Dyah Satya Yoga. Religious Radicalism.
Melalui Pendekatan Penanaman Nilai Dan
Global Terrorism and Islamic Challenges
Pendekatan Perkembangan Moral
in Contemporary Indonesia. Jurnal Sosial Kognitif. At-Tajdid Jurnal Pendidikan dan
Humaniora (JSH). Volume 11. Ed.1. 2018. Pemikiran Islam. Volume. 1. No. 1. 2017.
DOI: DOI:
https://doi.org/10.12962/j24433527.v11i https://doi.org/10.24127/att.v1i01.332.
1.3550.
Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif
Muhammad, Milotul., Reinita., Fitria, Yanti. Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
Pendekatan Value Clarification Technique 1992.
dalam Pendidikan Karakter di Sekolah
Dasar. Jurnal Pendidikan Tambusai. Volume Winata, Koko Adya., Solihin, I., Ruswandi,
4 Nomor 2. 2020. DOI: Uus., Erihadiana, Mohamad. Moderasi
https://doi.org/10.31004/jptam.v4i2.614. Islam Dalam Pembelajaran PAI Melalui
Model Pembelajaran Konstekstual.
Muchlis. Pembelajaran Materi Pendidikan Ciencias: Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Agama Islam (Pai) Berwawasan Moderat Pendidikan. Volume 3 No. 2. 2020.
Profetika: Jurnal Studi Islam. Vol. 21. No. 1.
2020. DOI: Windrati, Dyah Kusuma. Pendidikan Nilai
https://doi.org/10.23917/profetika.v21i1 Sebagai Suatu Strategi Dalam
.11053. Pembentukan Kepribadian Siswa. Jurnal
Formatif 1(1). DOI:
Muchotob Hamzah. Pengantar Studi Aswaja An- https://doi.org/10.30998/formatif.v1i1.6
Nahdliyyah. Yogyakarta: LKiS, 2017. 0.
Muslich, Masnur. Pendidikan Karakter: Yahiji, Kasim., Abdjulu, Adam Abdullatif.
Menjawab Tantangan Krisis Internalisasi Moderasi Beragama Dalam
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara, Pengembangan Kurikulum Pai Berbasis
2011. Kampus Merdeka-Merdeka Belajar. Al-
Prihatsanti, Unika., Suryanto., Hendriani, Wiwin. Muzakki: Jurnal Pendidikan Agama Islam.
Menggunakan Studi Kasus sebagai Vol.3. No.1. 2021.
Metode Ilmiah dalam Psikologi. Buletin
Psikologi. Vol. 26. No. 2. 2018. DOI:
http://dx.doi.org/10.22146/buletinpsikol
ogi.38895.
Purbajati, Hafizh Idri. Peran Guru Dalam
Membangun Moderasi Beragama di
Sekolah. Falasifa. Vol. 11 Nomor 02. 2020.
DOI:
https://doi.org/10.36835/falasifa.v12i02.
569.
Ritajuddiroyah, Alifah. Menemukan Toleransi
Dalam Tafsir Fī Ẓilāl Al-Qur’ān. Ṣuḥuf.
Vol. 9. No. 1. 2016. DOI:
https://doi.org/10.22548/shf.v9i1.112

You might also like