You are on page 1of 9

Between Rational and Irrational Explanation of War: Analisis Dibalik

Penyebab Munculnya The Soccer War El Salvador - Honduras 1969 dan


Patahnya The Capitalist Peace Theory

Putu Shangrina Pramudia


Universitas Airlangga

Abstract
Following a series of World Cup Soccer Championship matches between El Salvador
and Honduras, a war broke that lasted only 100 hours. Known as The Soccer War,
people often jump to the conclusion that this war was over a game of soccer, and
soccer was the reason why they have war on each other. Although it is true that the
matches could not improve the international relations between two countries, but
The Soccer War 1969 was actually the production of a build-up tensions formed by a
combination of overpopulation, immigration, nationalism and competition.
Economic integration and interdependence formed through Central America
Common Market could not necessarily prevent the emergence of war between the
two countries. Only 18 days after the matches, war broke out, both sides exchanged
many bombings and invasions. However, on August 2 nd the Organization of
American States was finally able to convince El-Salvador to back down and remove
their troops. Each country finished with around 2,000 casualties, more than 100,000
refugees, obliterated El Salvador’s oil refining industry, paralyzed any hope for
unified Central America, and the extensive trading market that once connected the
two nations was destroy. Despite its name, The Soccer War 1969, it wasn’t the soccer
game that actually started the war.
Keywords: The Soccer War, The Capitalist Peace Theory, Rational and Irrational
Explanation of War.
Abstrak
Menyusul serangkaian pertandingan Kejuaraan Sepak Bola Piala Dunia antara El
Salvador dan Honduras, peperangan pecah yang hanya berlangsung selama 100 jam.
Dikenal sebagai The Soccer War, orang-orang sering mengambil kesimpulan bahwa
perang ini adalah perang yang disebabkan oleh pertandingan sepak bola, dan sepak
bola adalah alasan mengapa mereka saling berperang. Meskipun benar bahwa
pertandingan sepak bola tidak dapat meningkatkan hubungan internasional antara
kedua negara ini, tetapi The Soccer War 1969 sebenarnya merupakan produksi dari
ketegangan yang terbentuk oleh kombinasi overpopulation, imigrasi, nasionalisme
dan kompetisi. Integrasi ekonomi dan interdependensi yang terbentuk melalui
Central America Common Market tidak lantas dapat menghindarkan dari munculnya
perang antar kedua negara. Hanya 18 hari setelah pertandingan, perang pecah,
kedua belah pihak bertukar banyak pemboman dan invasi. Namun, pada 2 Agustus,
Organisasi Negara-negara Amerika akhirnya dapat meyakinkan El-Salvador untuk
mundur dan memindahkan pasukan mereka dari Honduras. Perang berakhir dengan
sekitar 2.000 korban, lebih dari 100.000 pengungsi, melenyapkan industri
penyulingan minyak El Salvador, melumpuhkan setiap harapan untuk Unified
Central America, dan pasar perdagangan yang pernah menghubungkan kedua
negara hancur. Terlepas dari namanya, The Soccer War 1969, bukan permainan
sepak bola yang sebenarnya menyebabkan peperangan.
Kata-kata Kunci: The Soccer War, Teori Perdamaian Kapitalis, Penjelasan
Rasional dan Irasional Perang.
Dalam memandang interaksi internasional yang muncul antar negara, dapat terlihat
adanya dua kemungkinan hasil dari hubungan antar aktor tersebut. Pertama ialah
hubungan dan manajemen yang baik dapat menghasilkan keuntungan, perdamaian
dan kestabilan bagi setiap pihak. Namun disisi lain, manajemen hubungan yang
buruk dan adanya sifat agresif yang muncul dapat menghasilkan peperangan dan
perpecahan antar pihak. Perpecahan yang muncul antar aktor jika telah mengalami
titik eskalasi yang tinggi dan tidak dapat dinegosiasikan, seringkali memunculkan
perang. George Blainey (1973) menyatakan bahwa perang merupakan kekerasan
terorganisir yang dilakukan oleh unit-unit politik terhadap satu sama lain yang
bertujuan untuk memperjuangkan interest atau kepentingan mereka (Blainey, 1973).
Dalam perang, tentu terdapat alasan penyebab terjadinya perang tersebut. Penyebab
perang bisa diklasifikasikan menjadi dua macam, yakni alasan rational dan
irrational (Blainey, 1973). Tidak hanya dikarenakan sistem internasional yang
anarki, pencapaian kepentingan-kepentingan negara, menjaga eksistensi dan
kedaulatan negara juga dikatakan sebagai alasan rasional negara untuk pergi
berperang (Fearon, 1995). Dalam penjelasan mengenai rational explanation of war,
negara sebagai aktor yang rasional pasti akan mengkalkulasikan mengenai cost dan
benefit yang mereka keluarkan dan dapatkan apabila mereka pergi berperang
(Fearon, 1995). Fokus dari kajian ini ialah untuk memaparkan bahwa The Soccer
War yang terjadi antara El Salvador dengan Honduras di tahun 1969, yang
menewaskan ribuan jiwa, memunculkan gelombang refugees, dan kerugian yang
besar, tidak dapat dikatakan sebagai perang irasional semata sesuai dengan
namanya. Namun, penulis akan membuktikan bahwa terdapat alasan-alasan rasional
yang sangat kompleks yang menyebabkan munculnya The Soccer War 1969, dan
pertandingan sepak bola dunia hanya menjadi katalisator. Selain itu, penulis juga
akan memaparkan bahwa The Soccer War yang terjadi antara El Salvador dengan
Honduras secara langsung dapat mematahkan tesis Capitalist Peace Theory.

The World Cup Soccer Championship


The Soccer War yang terjadi antara El Salvador dan Honduras meletus pada 14 Juli
1969, yang mana sebelum meletusnya perang tersebut tim-tim sepak bola nasional
kedua negara bertemu untuk pertama kalinya dalam babak kualifikasi World Cup
Soccer Championship (Rubin, 2018). Pada 8 Juni 1969, tim sepak bola nasional El
Salvador dijadwalkan untuk pergi ke Tegucigalpa, Honduras untuk bermain
melawan tim sepak bola nasional Honduras dalam seri pertama dari tiga
pertandingan kualifikasi untuk Piala Dunia (Rubin, 2018). Di pertandingan pertama
ini, Honduras mendapatkan kemenangan dengan skor 1-0 (Rubin, 2018).
Selanjutnya pada pertandingan kedua, pertandingan dimainkan di San Salvador
yang merupakan Ibu Kota El Salvador dan dalam pertandingan kedua ini El Salvador
berhasil memenangkan pertandingan dengan skor 3-0 melawan Honduras (Rubin,
2018). Pertandingan terakhir untuk babak kualifikasi dimainkan pada 27 Juni 1969
yang berlangsung di Mexico City (Rubin, 2018). Namun, sehari sebelum
pertandingan, El Salvador mengakhiri seluruh hubungan diplomatiknya dengan
Honduras dikarenakan dalam sepuluh hari sejak pertandingan di El Salvador, sekitar
11.700 imigran El Salvador melarikan diri dari Honduras (Rubin, 2018). Hal tersebut
terjadi dikarenakan pemerintah Honduras tidak melakukan tindakan apapun untuk
mencegah pembunuhan, penindasan, pemerkosaan, penjarahan, dan pengusiran
masal rakyat El Salvador yang tinggal di Honduras (Rubin, 2018). Terlepas dari
ketegangan yang semakin muncul antar kedua negara ini, di pertandingan terakhir
babak kualifikasi, El Salvador memenangkan pertandingan dengan kemenangan 3-2
melawan Honduras (Rubin, 2018). Namun setelah berakhirnya babak kualifikasi,
pertandingan sepak bola yang diharapkan dapat meningkatkan sportifitas dan
hubungan baik antar negara-negara dunia justru menjadi katalis dari munculnya
peperangan antara El-Salvador dan Honduras, yang dikenal dengan The Soccer War
atau Hundred Hours War.

Periode Perang, Gencatan Senjata dan Konsekuensi


“Soccer, a metaphor for war, at times turns into real war.” -Eduardo Galeano

Hanya 18 hari setelah pertandingan, perang antara Honduras dan El Salvador pecah
(Cable, 2011). Kedua negara saling bertukar pemboman di wilayah-wilayah strategis
dan menyerang satu sama lain dengan menggunakan angkatan udara (Cable, 2011).
Pada 14 Juli 1969, El Salvador menyerang Honduras dengan sasaran serangan yaitu
Bandara Internasional Toncontin yang menyebabkan angkatan udara Honduras
tidak dapat bereaksi dengan cepat, dan El Salvador mendapatkan keuntungan yang
besar dari serangan ini (Cable, 2011). Di daratan, tentara El Salvador melancarkan
serangan besar di sepanjang dua perbatasan utama yang meghbungkan kedua
negara, dan mulai menginvasi Honduras (Cable, 2011). Dalam The Soccer War ini, El
Salvador memang terlihat lebih memiliki persiapan untuk berperang, yang dilihat
dari segi militer dan strategi penyerangannya (Cable, 2011). Melihat situasi yang
tidak mudah untuk dikendalikan dan kurangnya kekuatan militer, Pemerintah
Honduras meminta Organization of American States atau OAS yang merupakan
organisasi kawasan negara-negara di benua Amerika untuk campur tangan, karena
khawatir dengan tentara El Salvador yang akan datang akan menyerbu ibukota
Tegucigalpa Honduras (Cable, 2011). Pada 18 Juli 1969, OAS menyerukan ceasefire
dan penarikan pasukan El Salvador dari Honduras (Cable, 2011). El Salvador
menentang tekanan dari OAS selama beberapa hari dan menuntut agar Honduras
terlebih dahulu setuju untuk membayar ganti rugi atas serangan terhadap imigran El
Salvador dan menjamin keselamatan orang-orang El Salvador yang tersisa di
Honduras (Cable, 2011).

Setelah melakukan berbagai tekanan persuasive termasuk kemungkinan sanksi


ekonomi yang akan diberikan oleh OAS kepada El Salvador apabila tidak menarik
pasukannya, El Salvador pada akhirnya menarik pasukannya dari Honduras pada
tanggal 2 Agustus 1969 (Cable, 2011). Pada saat itu pula, Honduras memberikan
jaminan kepada Presiden El Salvador Fidel Sánchez Hernández bahwa pemerintah
Honduras akan memberikan keamanan yang memadai bagi orang-orang El Salvador
yang masih tinggal di Honduras. Perang yang hanya berlangsung selama empat hari
tersebut juga dikenal dengan 100 Hours War. Baik El Savador maupun Honduras
mengalami berbagai konsekuensi dari perang ini, dimana 900 warga sipil El
Salvador tewas, ribuan menjadi refugees meninggalkan Honduras, dan Honduras
kehilangan 250 pasukan tempur serta menewaskan lebih dari 2000 warga sipil
selama perang tersebut (Cable, 2011). Selain itu, perdagangan dan integrasi ekonomi
antara Honduras dan El Salvador juga sangat terganggu, serta perbatasan kedua
negara secara resmi ditutup (Cable, 2011). Hal tersebut sangat merusak ekonomi
ekspor-impor kedua negara dan mengancam keberlangsungan integrasi ekonomi
Central American Common Market untuk berlangsung (Cable, 2011). Situasi sosial
dan ekonomi El Salvador juga semakin memburuk, yang ditandai dengan adanya
pengangguran, kemiskinan yang ekstrim, dan kelaparan dikarenakan pemerintah
terbukti tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi warganya yang dideportasi dari
wilayah Honduras.

Penjelasan Rasional dari The Soccer War


“We soldiers didn’t have a clue. We went to war not knowing what we were fighting for or why.
They just told us to defend the national sovereignty.” - Juan Luis Gutierrez, a Honduran soldier.

Walaupun terlihat adanya ketegangan yang muncul antar kedua negara di Piala
Dunia, namun perlu diketahui bahwa perselisihan yang terjadi antara kedua negara
tersebut telah ada sebelum mulainya pertandingan kualifikasi Honduras-El Salvador
di Piala Dunia (Wilson, 2000). Alasan irasional seperti pertandingan sepak bola
dalam Piala dunia tidak secara langsung menimbulkan permusuhan dan perselisihan
antara kedua negara tersebut, melainkan event ini hanya memperkuat permusuhan
dan perselisihan yang telah muncul sebelumnya, dan membawa ketegangan ke titik
tertinggi. Honduras dan El Salvador memiliki perseteruan yang panjang sejak tahun
1960-an (Wilson, 2000). Setelah mengkaji lebih jauh, penulis melihat terdapat
beberapa alasan rasional yang sangat kompleks dari kedua negara yang selanjutnya
memunculkan The Soccer War tahun 1969 tersebut. Tindakan-tindakan permusuhan
seperti pembunuhan dan kekerasan yang dilakukan terhadap bangsa lain telah
menciptakan kebencian antara kedua negara (Wilson, 2000).
Perselisihan yang terjadi antara El Salvador dan Honduras sudah berlangsung sejak
lama dan diperkirakan sebelum terbentuknya Common Market pada tahun 1958
(Wilson, 2000). Selama tahun 1960-an, El Salvador memiliki banyak masalah
ekonomi dan finansial yang mendorong banyak warganya untuk berbondong-
bondong pergi ke negara tetangga mereka, Honduras (Wilson, 2000). Masalah
utama yang dihadapi oleh Salvadorian atau orang berkebangsaan El Salvador ialah
kasus populasi berlebihan yang secara ekstrim, dimana sekitar tiga juta Salvadorian
hidup berdesakan dalam wilayah yang hanya seluas 21.000 km persegi (Cable, 2011).
Namun disisi lain, populasi Honduras hanya sebanyak 2,5 juta jiwa dan menempati
lebih dari 110.000 km persegi luas wilayah (Cable, 2011). Selain itu, 75% warga
pedesaan di El Salvador hanya menghasilkan kurang dari dua euro per hari, dimana
hal tersebut lantas menciptakan perjuangan besar-besaran secara nasional untuk
akses terhadap makanan dan kebutuhan sehari-hari (Wilson, 2000). Ditambah, 33%
masyarakat El Salvador berkerja sebagai petani musiman, jadi ketika musim
pertanian berakhir maka petani musiman ini akan hidup menganggur tanpa
pekerjaan (Wilson, 2000).

Gambar 1: Letak Geografis Honduras dan El-Salvador

Source: Wikipedia

Melihat situasi tersebut, untuk mendapatkan prospek kehidupan yang lebih layak,
ribuan Salvadorian berimigrasi ke Honduras. Pada tahun 1965, sekitar 300.000
Salvadorian yang berimigrasi ke Honduras (Wilson, 2000). Banyak yang mengambil
jalur legal, namun banyak pula Salvadorian yang secara illegal melintasi perbatasan
dan memulai kehidupan di Honduras. Melihat ledakan penduduk tersebut, hingga
adanya cultural cleavage antara warga El Salvador dan Honduras, ribuan imigran El
Salvador menjadi sasaran kekerasan setelah meningkatnya gelombang nasionalisme
Honduras. Walaupun imigran El Salvador memiliki efek dalam ekonomi makro
Honduras, seperti menyediakan tenaga kerja murah, infus keterampilan, namun
imigrasi dalam jumlah besar ini juga membangkitkan kebencian di antara orang-
orang Honduras dikarenakan adanya persaingan di pasar tenaga kerja mereka
sendiri. Banyak orang Honduras yang mengecam pemerintah mereka sendiri dan
Presiden Honduras Arellano dikarenakan tidak mampu membuat kebijakan yang
tepat mengenai penerimaan imigran, dan kurangnya pengawasan terhadap imigran
gelap (Wilson, 2000).
Pada tahun 1966, muncul berbagai kelompok nasionalis Honduras yang salah
satunya ialah National Federation of Farmers and Livestock, yang mana kelompok
pemilik pertanian ini menyebarkan perasaaan nasionalistik dan juga kebencian
terhadap negara tetangga mereka, El Salvador (Wilson, 2000). Banyak warga
Honduras yang tergabung dalam gerakan tersebut dan secara kasar mulai
menyerang, melakukan pelecahan, penyiksaan, penjarahan, hingga pembunuhan
terhadap imigran El Salvador. Sayangnya, tidak ada campur tangan untuk
menangani permasalahan ini dari pihak pemerintah Honduras (Wilson, 2000).
Pemerintah Honduras justru mengeluarkan undang-undang di tahun 1969 yaitu
Land Reform Law yang menyatakan bahwa tidak ada satu pun orang asing yang
dapat memiliki tanah negara (Wilson, 2000). Undang-undang tersebut tentu
mempengaruhi imigran El Salvador, dimana lebih dari ratusan keluarga El Salvador
yang diusir dari rumah mereka selama satu malam sejak diberlakukannya undang-
undang tersebut (Wilson, 2000).
Polisi Honduras turut ikut dalam aksi pengusiran tersebut, dimana polisi membantu
kelompok-kelompok kekerasan untuk menimbulkan ketakutan di kalangan imigran
sehingga mereka meninggalkan Honduras. Hal tersebut yang selanjutnya
menyebabkan pemerintah El Salvador pada 26 juni 1969 memutuskan segala
hubungan diplomatiknya dengan Honduras dikarenakan mereka menganggap
bahwa Honduras telah melakukan genosida terhadap para imigran, dan mulai
mengibarkan bendera perang terhadap Honduras. Melalui perspektif El-Salvador
terdapat alasan rasional, dimana dirasa sangat perlu untuk melakukan perang
dengan Honduras demi menjaga dan mengamankan rakyat Salvadorian dan
mengingat kecilnya teritori El-Salvador yang juga mendorongnya untuk melakukan
perluasan melalui invasi nya ke Honduras. Disisi lain, melalui perspektif Honduras,
El-Salvador sebagai negara yang melancarkan first attack maka sangat perlu baginya
untuk melindung teritori serta kedaulatannya dari serangan El-Salvador.
Selain permasalahan mengenai imigran, terdapat dua faktor lain yang memperburuk
hubungan antara kedua negara. Pertama ialah Honduras mengalami deficit
pembayaran yang konsisten dan relatif besar ke El Salvador. Faktor kedua ialah pada
tahun 1966 terdapat insiden serius yang tidak terlupakan, dimana kontingen
pasukan El Salvador ditangkap di Honduras yang diduga datang untuk mendukung
kelompok pemberontak yang bertujuan untuk melakukan kudeta terhadap Presiden
Lopez Arellano yang merupakan Presiden Honduras pada saat itu. Walaupun El
Salvador mengklaim bahwa tindakan mereka tidak memiliki internsi maupun peran
di percobaan kudeta tesebut, namun berbagai bukti memperlihatkan bahwa Presiden
El Salvador Hernandez terlibat erat di dalamnya (Wilson, 2000). Bangkitnya
gelombang nasionalisme Honduras, pemerintah dan politisi yang tidak mampu
untuk membangun hubungan baik, komunikasi yang buruk antar kedua belah pihak,
persaingan dalam ekonomi, kepentingan dan kompetisi ekspor luar kawasan juga
memiliki andilnya masing-masing dalam meningkatkan ketidak-percayaan dan
parochialism diantara El Salvador dan Honduras.

Patahnya Capitalist Peace Theory dalam The Soccer War


“Capitalism is a force for peace as a consequence of capitalism leading to both democracy and free
trade, both of which lead to peace” - Schumpeter

Lipset (1959, dalam Wardhana, 2019) menyebutkan bahwa demokrasi secara


alamiah akan cenderung tumbuh dalam ekonomi yang maju, dan perdagangan
internasional akan menciptakan adanya intedependensi diantara negara-negara.
Perdagangan internasional dianggap menjadi sebuah sarana dalam mencegah
adanya faktor-faktor perang seperti mispersepsi dan miskonsepsi. Hal ini
dikarenakan dalam menjalin perdagangan, komunikasi diantara dua negara akan
menjadi landasan yang selain akan menguntungkan dalam bidang ekonomi, juga
akan mencegah faktor-faktor perang. Schumpeter (1970, dalam Wardhana, 2019)
juga menyebutkan bahwa kapitalisme merupakan sebuah faktor perdamaian yang
nantinya akan menumbuhkan demokrasi dan perdagangan bebas, mengimplikasikan
adanya kausalitas kuat diantara praktik kapitalisme dan perdamaian. Central
American Common Market (CACM) atau Common Market Amerika Tengah
dibentuk pada tahun 1960 oleh lima negara Amerika Tengah yaitu Kosta Rika, El
Salvador, Guatemala, Honduras, dan Nikaragua (Wionczek, 1968). Pembentukan
dari CACM ini berawal dari dorongan skema Multilateral Treaty on Free Trade and
Central American Integration yang ditandatangani di Tegucigalpa, Honduras pada
tahun 1958 (Wionczek, 1968). Kemudian, skema perjanjian ini dikembangkan lagi
dan menghasilkan Treaty of Central American Integration yang ditandatangani di
Managua, Nikaragua pada tahun 1960 oleh Guatemala, Honduras, El Salvador, dan
Nikaragua dimana negara-negara ini berkomitmen untuk mengembangkan adanya
common market tingkat regional (Wionczek, 1968).
Perjanjian ini memunculkan perdagangan bebas terhadap banyak produk yang bebas
diperjual-belikan di wilayah regional. Sejumlah negara mendorong adanya integrasi
ini guna mengatasi kesulitan mereka dalam menjual komoditas-komoditas yang
dihasilkan di tiap-tiap negara seperti kopi yang dihasilkan El Salvador dan
Guatemala, pisang oleh Honduras, pisang dan kopi oleh Kosta Rika, serta kapas oleh
Nikaragua (Cable, 2011). Selain itu, integrasi ekonomi regional ini juga menyediakan
adanya tarif eksternal yang diaplikasikan secara seragam serta menyediakan pasar
umum yang akan digunakan dan dilaksanakan oleh negara-negara anggota. Integrasi
ekonomi kapitalis antar negara-negara Amerika Tengah ini memiliki dampak
munculnya interdependensi antar negara, dan menunjukkan perkembangan
kawasan yang sangat massive dengan adanya pertumbuhan pendapatan pada tahun
1950 sebesar $8.3 juta menjadi, $32,7 juta pada tahun 1960, dan $213,6 juta pada
tahun 1967 (Encyclopedia.com, 2008). Namun, munculnya The Soccer War
memberikan berbagai dampak besar yang kemudian dirasakan oleh negara-negara
anggota CACM terutama dalam upayanya untuk melanjutkan integrasi ekonominya.
Pertama, adanya defisit perdagangan serius yang diakibatkan oleh adanya sikap
hipersensitif negara-negara CACM terhadap ketidakseimbangan bilateral dengan
tetangga mereka (Cable, 2011). Memburuknya hal ini tentu dipengaruhi oleh
terjadinya perang serta rekonstruksi paska Soccer War. Kedua, kelima negara
memiliki masalah serius mengenai fiskal, hal ini dikarenakan komitmen mereka
untuk meningkatkan fokus pada edukasi dan pembangunan secara umum, semakin
sulit akibat adanya dampak dari perang sehingga menghambat hubungan ekspor-
impor yang dilakukan antar anggota CACM. Ketiga, adanya keharusan untuk
melanjutkan lingkup jangkauan ekonomi terintegrasi di Amerika Tengah, terutama
kesepakatan dalam pengaturan mobilitas tenaga kerja yang menjadi permasalahan
utama konflik antara El Salvador dan Honduras yang diatur oleh tiga negara anggota
lainnya (Cable, 2011).
Walaupun secara nyata integrasi ekonomi Common Market negara-negara Amerika
Tengah tersebut telah memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan
ekonomi negara anggota dan kawasan, namun hal tersebut justru tidak dapat
membendung terjadinya armed conflict antara negara anggotanya, khususnya El-
Salvador dan Honduras. Tesis Capitalist Peace yang menjunjung premis-premis
kapitalis, dimana seperti perdagangan bebas dan interdependensi ekonomi yang
tumbuh antar negara dapat mengindarkan dari terjadinya perang. Namun nyatanya
dengan terjadinya The Soccer War 1969 El Salvador - Honduras, terbukti bahwa
interdependensi maupun pasar bebas yang tercipta antar negara belum tentu dapat
menggaransikan hilangnya faktor-faktor rasional yang memungkinkan munculnya
perang dan mencegah perang untuk terjadi.

Kesimpulan
Melalui pemaparan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa The Soccer War yang
terjadi antara Honduras dan El Salvador bukan merupakan perang yang terjadi
dikarenakan alasan irasional semata. Pertandingan sepak bola antara Honduras dan
El Salvador hanya menjadi katalis dari ketegangan dan perselisihan yang memang
telah terjadi sejak tahun 1960-an. Walaupun perang ini dinamakan The Soccer War,
namun penyebab dari terjadinya perang ini ialah berbagai alasan rasional yang
kompleks yang melingkupi overpopulation, imigrasi, nasionalisme, perekonomian,
dan persaingan dalam lingkup regional. Terdapat kepentingan-kepentingan yang
diperjuangkan oleh kedua belah pihak, yang pada akhirnya memutuskan untuk
dimulainya perang. Perang yang terjadi selama empat hari ini berhasil dihentikan
dengan ceasefire yang dilakukan oleh kedua belah pihak, dikarenakan adanya peran
dari OAS dalam menjaga kestabilan dan keamanan regional Amerika Selatan. Selain
itu, perang ini juga secara langsung mematahkan tesis dari Capitalist Peace Theory,
dimana perang ini membuktikan bahwa integrasi ekonomi dan interdependensi yang
ada antar negara tidak lantas menghilangkan sebab-sebab dan faktor-faktor
pendukung terjadinya perang.
Penulis berpendapat bahwa perihal The Soccer War, permasalahan imigrasi menjadi
salah satu penyebab utama dari munculnya perang antara Honduras dan El
Salvador. Perlu adanya kebijakan yang mampu mengatur mengenai kewajiban dan
hak para imigran, serta hubungan baik perlu dibina antara host-country dengan
home-country. Selain itu, perlu adanya sosialisasi maupun edukasi terhadap warga
asli dan imigran agar dapat memahami, menerima, dan bertoleransi terhadap
berbagai perbedaan yang dimiliki agar tidak terjadinya cultural clashes. Disisi lain,
ajang Piala Dunia juga sebaiknya dapat dimanfaatkan sebagai event untuk saling
memperkuat relasi antar negara-negara dunia baik dalam bidang olahraga maupun
diplomatik, agar tercapainya keamanan, kestabilan, dan kesejahteraan internasional.
Referensi

Blainey, G. 1973. The Causes of War. London: Macmillan.

Cable, Vincent. 2011. The Football War and The Central America Common Market.
Blackwell Publishing: Royal Institute of International Affairs.

Encyclopedia.com. 2008. “Central American Common Market (CACM)”


https://www.encyclopedia.com/humanities/encyclopedias-almanacs-
transcripts-and-maps/central-american-common-market-cacm [diakses
pada 12 Juni 2019]

Fearon, James. 1995. Rationalist Explanations of War. Cambridge University Press.

Rubin, Ben. 2018. Soccer in The Soccer War: To What Extent was The War Actually
due to Soccer Matches?. Scardale High School Press.

Wardhana, Agastya, 2019. “Capitalist Peace Theory”, dipresentasikan dalam


perkuliahan Studi Perang dan Damai, week 9, 3 Mei. Surabaya: Departemen
Hubungan Internasional FISIP Universitas Airlangga,

Wilson, Ryan. 2000. The Soccer War: The Social Implication of 100 Hours War
between Honduras and El Salvador. Oxford: Oxford University Press.

Wionczek, Miguel S. 1968. “The central American common market” dalam


Intereconomics.

You might also like