You are on page 1of 18

Tanjungpura Law Journal, Vol.

2, Issue 2, July 2018: 184 - 201


ISSN Print: 2541-0482 | ISSN Online: 2541-0490
Open Access at: http://jurnal.untan.ac.id/index.php/tlj
Article Info
Submitted: 5 June 2018 | Reviewed: 4 July 2018 | Accepted: 27 July 2018

REGULASI AIR SEBAGAI PERLINDUNGAN KEBUTUHAN DASAR


WARGA NEGARA DALAM ERA GLOBALISASI EKONOMI

Sri Widiyastuti1

Abstract
The era of the economy globalization is a movement that has a nationalism dimension because
infinite flows of investment and capital that begin to penetrate the strategic sector economically result
in fundamental problems given that this strategic sector is related to the livelihoods of the people (the
basic needs of citizens) that demand protection from the state. In the field of water management that
is not spared from the current globalization of the economy it has a complicated problem because the
policies in the exploitation of water are considered to be contrary to the 1945 Constitution. The peak,
with the issuance of Constitutional Court Decision Number 85 / PUU-XI / 2013 which decided to reject
the entire contents of Law Number 7 of 2004 so that it essentially returns the exploitation of this water
to the state. This writing is a conceptual legal thought that aims to find answers to the regulation of
water management in Law Number 7 of 2004 concerning Water Resources contradicts the 1945
Constitution, and seeks the concept of good water regulation that can be used as a means of
protection for citizens in the era of economic globalization after Law Number 7 of 2004. The results of
the discussion concluded that Law Number 7 of 2004 concerning Water Resources denies the 1945
Constitution because in terms of law enforcement both ideally and normatively it has lost the
constitutive elements of the enactment of a law. Meanwhile, the concept of good water regulation as
an effort to protect citizens in the era of economic globalization after Law No. 7 of 2004 is regulation
that adheres to the state ideology, and are able to respond to global pressures and challenges,
namely with efforts to harmonize the law in the field of water.

Keywords: basic needs; citizen; economic globalization; water regulation

Abstrak
Era globalisasi Ekonomi merupakan gerakan yang memiliki dimensi nasionalisme sebab arus
investasi dan modal tanpa batas yang mulai merambah pada sektor strategis secara ekonomis
mengakibatkan timbulnya permasalahan mendasar mengingat sektor strategis ini berkaitan dengan
hajat hidup masyarakat (kebutuhan Dasar warga negara) yang menuntut proteksi dari negara. Dalam
bidang pengelolaan air yang tidak luput dari arus globalisasi ekonomi inipun memiliki masalah yang
rumit sebab kebijakan dalam pengusahaan air dianggaap bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar 1945. Puncaknya, dengan keluarnya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 85/PUU-
XI/2013 yang memutuskan untuk menolak seluruh isi dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004
sehingga pada hakikatnya mengembalikan pengusahaan air ini kepada negara.Tulisan ini merupakan
pemikiran konseptual hukum yang bertujuan untuk mencari jawaban mengapa regulasi pengelolaan
air dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (SDA) bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar 1945, dan mencari konsep regulasi air yang baik yang bisa dijadikan
sarana proteksi warga negara dalam era globalisasi ekonomi pasca Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004. Hasil pembahasan menyimpulkan bahwa Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air (UU SDA) mengingkari Undang-Undang Dasar 1945 sebab ditinjau dari
keberlakuan hukum baik secara idiil maupun normatif ia telah kehilangan unsur-unsur konstitutif

1 Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret, Jln.Ir. Sutami, Nomor 36 A, Kentingan, Jebres,Surakarta, 57126,
Jawa Tengah, Indonesia, email: sri.fh.untan@12@gamil.com, Tel. 081345487388.

184
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

berlakunya sebuah hukum. Sedangkan,konsep regulasi air yang baik sebagai upaya melindungi
warga negara di era globalisasi ekonomi pasca Undang-Undang Nomor 7 tahun 2004 adalah regulasi
yang berpegang teguh pada ideologi negara, dan mampu merespon tekanan dan tantangan global,
yakni dengan upaya harmonisasi hukum di bidang air.

Kata Kunci: globalisasi ekonomi; kebutuhan dasar; regulasi air; warga negara

I. Pendahuluan menyatunya unit-unit kegiatan ekonomi di


Pesatnya perkembangan di bidang dunia ke dalam satu unit dunia.3 Lebih
ilmu dan teknologi merupakan pemicu lanjut, disebutkan juga bahwa era
utama terjadinya perubahan pola globalisasi di abad ke 21 ini berbeda dari
hubungan dan komunikasi di tengah proses globalisasi di abad sebelumnya
masyarakat, baik lokal, nasional maupun sebab tantangan pada era ini sangat
internasional. Hal ini ditandai dengan berkaitan dengan masalah nasionalisme,
mobilitas manusia yang tinggi dan nation state, politik nasional, ekonomi
derasnya arus informasi, dimana Rowland nasional, dan masalah perbatasan yang
BF. Pasaribu menyebutkan sebagai jelas.4
sebuah “ledakan” untuk menggabarkan Penulis ingin menampilkan sebuah
adanya laju pertumbuhan dan akumulasi pemikiran konseptual berkaitan dengan
pengetahuan dan informasi yang masalah nasionalisme dalam
meningkat secara cepat serta tajam perekonomian nasional Indonesia. Dasar
(eksponensial).2 Dengan kata lain, pemikirannya adalah rumusan yang
kemajuan iptek telah menghasilkan pola termaktub pada Pasal 33 (ayat 1,2,3)
baru sistem komunikasi masyarakat, yakni Undang-Undang Dasar Negara Republik
menghubungkan manusia di seluruh dunia Indonesia tahun 1945 (UUD 1945)
ke dalam satu sistem komunikasi. sebagai landasan politik hukum sistem
Fenomena ini lebih dikenal oleh perekonomian Indonesia. Jika dicermati,
masyarakat dengan istilah globalisasi, ruh dari politik hukum sistem
dimana esensinya adalah era yang tidak perekonomian di Indonesia ini
mengenal adanya batas. menghendaki peran (intervensi) negara
Dalam kontek kegiatan ekonomi, dalam penyelenggaraan sistem
artinya terbukanya akses barang dan jasa perekonomiannya, terutama untuk aspek
ke seluruh wilayah dunia, sebab kebutuhan masyarakat secara luas (hajat
globalisasi dalam kontek ekonomi adalah hidup orang banyak). Hal ini tidak dapat
dipungkiri mengingat dari sejarah

2 Rowland B.F. Pasaribu. 2012. Globalisasi dan


Pembangunan Ekonomi di Indonesia. e-book: 3 Ibid, hlm. 474.
4 Ibid, hlm. 468.
Foxit Reader, hlm. 471.

185
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

terbentuknya UUD 1945 hingga pasca dalam upayanya melindungi warga negara
amandemen pada tahun 2004, sebagaimana amanat konstitusi.
memperlihatkan bahwa negara hukum Khususnya upaya melindungi segenap
Indonesia menggunakan paham negara rakyat Indonesia dan seluruh tumpah
kesejahteraan.5 Penegasan M.Hatta darah Indonesia, serta upaya mencapai
sebagai salah satu pendiri negara kemakmuran bagi seluruh rakyat.
Republik Indonesia (RI) dalam konsepsi Mengingat kebutuhan dasar
negara kesejahteraan ini adalah adanya manusia setidaknya ada 6 (enam),8 maka
istilah “negara pengurus”6 dimana negara untuk memudahkan analisis penulis akan
mengambil peran yang dominan pada fokus kepada salah satu kebutuhan dasar
upaya tercapainya kesejahteraan yakni air. Pendekatan yang dilakukan
rakyatnya. Hal ini sejalan dengan adalah kajian terhadap seperangkat
pendapat urgen Habermas bahwa aturan di bidang air. Sebagaimana
jaminan kesejahteraan seluruh rakyat diketahui bahwa air merupakan salah satu
merupakan hal pokok bagi negara kebutuhan dasar manusia sehingga ini
modern.7 Maknanya, sistem merupakan bidang yang sangat strategis
perekonomian Indonesia tidak mempengaruhi perikehidupan masyarakat
menghendaki penguasaan murni oleh sekaligus bidang yang tidak luput dari
pihak swasta, khususnya yang pengaruh globalisasi ekonomi.
menyangkut hajat hidup orang banyak. Pengelolaan di bidang air ini
Apabila dihubungkan dengan proses menghadapi permasalahan besar setelah
mengguritanya globalisasi ini, maka era globalisasi, yang ditandai dengan
sangat penting mencermati konsep upaya pengelolaan air melalui hak
pengelolaan kebutuhan dasar warga pengusahaan air dan hak guna air kepada
negara yang dilakukan oleh pemerintah swasta. Air yang tadinya merupakan
barang privat, tidak begitu diperhitungkan
secara bisnis mengingat sangat
5 Konsep negara kesejahteraan (Welfarestate) melimpah, berubah drastis
Menurut Jimly Asshiddiqie merupakan pengaruh
dari faham sosialis yang berkembang pada abad keberadaannya setelah menjadi bagian
ke-19, yang populer pada saat itu sebagai simbol
perlawanan terhadap kaum penjajah yang dari barang publik dan diperhitungkan
Kapitalis-Liberalis, Lihat Soemardi. 2010. Teori
Umum Hukum dan Negara: Dasar-Dasar Ilmu
Hukum Normatif Sebagai Ilmu Hukum Deskriptif-
Empirik. Bandung: Bee Media Indonesia, hlm. 9. 8Peraturan Kepala Badan Nasional
6 M. Yamin. 1959. Naskah Persiapan UUD 1945: Penanggulangan Bencana No. 7 Tahun 2008
Risalah Sidang BPUPKI/PPKI. Jakarta: Tentang Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan
Sekretariat Negara RI, Jakarta, hlm. 29. Pemenuhan Kebutuhan Dasar, Pasal yakni
7 Gianfranco Poggi. 1992. The Development of the setidaknya terdiri dari 6 (enam) hal berupa tempat
Modern State Sosiological Introduction. California: tinggal, bantuan pangan, sandang, air bersih dan
Standford University Press, hlm. 126. sanitasi, serta pelayanan kesehatan.

186
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

secara ekonomis. Sejumlah elemen warga negara di era globalisasi ekonomi


masyarakat menggunggat pemerintah pasca Undang-Undang Nomor 7 tahun
yang memperlihatkan keperpihakan 2004?
kepada pemilik modal dengan pemberian
II. Metode
akses penggelolaan, bahkan kepemilikan
saham yang mayoritas yang Tulisan ini merupakan kajian hukum

menyebabkan rakyat kecil kehilangan hak normatif,10 dengan melakukan penelitian

konstitusinya atau meniadakan hak-hak kepustakaan,11 menggunakan pendekatan

rakyat atas air. Melalui Putusan perundang–undangan (statue approach)12

Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor terhadap bahan hukum primer, sekunder,


85/PUU-XI/2013 yang memutuskan untuk dan tersier yang digunakan. Sedangkan,
menolak seluruh isi dari Undang-Undang metode pengumpulan datanya
Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber menggunakan studi dokumen,13 dan data
Daya air (SDA) maka hakikatnya yang diperoleh kemudian dianalisis secara
mengembalikan pengusahaan air ini deskriptif kualitatif14 melalui proses
kepada negara. Pembatalan UU SDA reduksi data, penyajian, dan penarikan
Tahun 2004 ini menyebabkan Undang- kesimpulan/verifikasi.15
Undang Nomor 11 Tahun 1974 Tentang
Pengairan kembali diberlakukan,9
meskipun tentu sudah tidak sesuai lagi
dengan dinamika politik hukum dan
kebutuhan masyarakat. Dengan demikian,
pengaturan di bidang air ini semakin
komplek permasalahannya mengingat
10Soerjono Soekanto & Sri Mamudy. 2001.
kekosongan hukum ini. Untuk itu, penulis Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat). Rajawali pers:, Jakarta, hlm. 13-14.
ingin mencoba membahas dua hal terkait 11Data yang diperoleh adalah data sekunder. Data

regulasi air ini, yakni: (1) Mengapa sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan
pustaka,
regulasi pengelolaan air dalam Undang- mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku,
hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, buku
Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang harian.
Lihat Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar
Sumber Daya Air (SDA) bertentangan Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, hlm. 12.
12Johny Ibrahim. 2007. Teori, metode dan penelitian
dengan Undang-Undang Dasar 1945? hukum normatif, Malang-Jawa Timur: Bayumedia
dan (2) Bagaimana konsep regulasi air publishing, hlm. 30.
13 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Op.Cit.,

yang baik sebagai upaya melindungi hlm. 21.


14 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan

Penelitian Hukum. Bandung: P.T. Citra Aditya


Bakti, hlm. 91.
9 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 85/PUU- 15 Matthew B. Miles. 1992. Analisis Data Kualitatif.

XI/2013. UI Press: Jakarta, hlm. 15-21.

187
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

III. Analisis dan Pembahasan kaidah hukum itu, dimana secara etika ia
A. Mengurai Berlakunya Undang- ada atas dasar-dasar yang masuk akal
Undang Nomor 7 Tahun 2004
untuk dibenarkan. Kesimpulannya,
Tentang Sumber Daya Air
keberlakukan hukum secara normatif ini
Berlakunya hukum adalah cara merupakan unsur-unsur konstitutif dari
beradanya hukum, dimana harus berlakunya hukum, sehingga jika salah
dibedakan antara keberlakuan idiil dan satu atau bahkan ketiganya tidak ada
berlakunya secara normatif. Berlakunya maka sudah dipastikan kaidah hukum
hukum secara idiil merupakan sebuah tersebut telah kehilangan
legitimasi dan rasionalitas adanya hukum keberlakuannya.17
(aspek filsafat). Sedangkan keberlakuan
Jika mencermati Undang-Undang
normatif sedikit komplek. Meuwissen
Nomor 7 Tahun 2004 Tentang SDA ini,
berpendapat secara normatif
secara idiil ia dibuat dan diberlakukan
berlaku/bekerjanya hukum setidaknya ada
untuk menjamin terpenuhinya hak warga
tiga bentuk, yakni berlakunya hukum yang
negara atas sumber air18, mengingat
berkaitan dengan aspek sosial, yuridis
sumber daya air ini karunia dari Tuhan
dan moral, dimana ketiganya saling
Yang Maha Esa yang harus dimanfaatkan
berkaitan.16
bagi kesejahteraan seluruh rakyat
Keberlakuan sosial atau faktual
Indonesia dalam segala bidang.19
berkaitan dengan keefektivitasannya di
Sedangkan, secara normatif berlakunya
masyarakat (Wirksamkeit). Kepatuhan
UU SDA ini dapat dijelaskan melalui tiga
masyarakat terhadap hukum, meskipun
aspek, yakni yuridis, sosiologis, dan
sisi ini perlu upaya daya paksa dan diiringi
moral. Aspek yuridis, UU SDA dibentuk
dengan penerapan sanksi. Sedangkan
dengan latar belakang kebijakan
keberlakuan yuridis berkaitan dengan
restrukturisasi bidang air yang dilakukan
pembentukan kaidah hukum yang sesuai
oleh pemerintah pada tahun 1998 yang
dengan aturan hukum dan prosedur yang
dikenal dengan Water Resources Sector
berlaku, oleh badan yang berwenang, dan
Adjustment Loan (WATSAL) sebesar US$
substansinya tidak bertentangan dengan
300 juta. Pemerintah diharuskan membuat
kaidah lainnya maupun kaidah yang lebih
peraturan perundangan yang baru di
tinggi. Selanjutnya, keberlakuan moral
bidang air untuk menyesuaikan
berkaitan dengan kualitas substansi (isi)

16B. Arief Sidharta, 2003. Meuwissen Tentang 17 Ibid, hlm. 46-48.


Pengembangan Hukum, lmu Hukum, Teori 18 Pasal 2-6 Undang-Undang No. 7 Tahun 2004
Hukum, Dan Filsafat Hukum. Terj. Bandung: PT. tentang Sumber Daya Air.
Refika Aditama, hlm. 45-47. 19 Ibid, bagian konsideran huruf a.

188
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

perubahan paradigma pengelolaan air bertentangaan dengan peraturan yang


sebagaimana prinsip Dublin,20 sebagai lebih tinggi di Indonesia.
salah satu persyaratan pencairan Dari sisi sosiologis, keefektifan UU
pinjaman tersebut. Jika mencermati latar SDA di lapagan juga dipertanyakan
belakang pembentukan UU SDA ini, maka mengingat berlakunya UU ini
dapat disimpulkan bahwa UU ini tidak menimbulkan gejolak penolakan dari
sepenuhnya inisiatif dari pemerintah masyarakat yang puncaknya diajukannya
Republik Indonesia (RI) sebab ia ada tuntutan judicial review kepada
karena desakan dari Bank dunia melalui Mahkamah Konstitusi. Selanjutnya,
politik hutang luar negerinya yang secara etis materi UU SDA juga tidak
bernama program hutang WATSAL. dapat dibenarkan, mengingat hubungan
Selain itu, Pasal 33 ayat (2) dan (3) UUD rakyat dengan bumi, air, dan ruang
1945 jelas menegaskan peran negara angkasa, serta strategi asas kenasionalan
dalam penguasaan dan pengelolaan air, menegaskan bahwa wewenang
sehingga ketika UU SDA membolehkan menguasai yang dilakukan oleh negara ini
sektor swasta menguasai sektor ini dan ruhnya berasal dari ketentuan Pasal 33
mengakibatkan rakyat kehilangan akses ayat (3) UUD 1945, maka ketentuan UUD
kemanfaatan atas air, maka UU SDA telah 1945 memberi jaminan aspek keadilan
memuat materi yang bertentangan sosial bagi rakyat selaku pemilik sumber
dengan UUD 1945. Dalam Undang- daya alam dalam memperoleh manfaat
Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang dari kepemilikannya itu21. Apabila
Pembentukan Peraturan Perundangan, dikaitkan dengan Pasal 33 ayat (2), maka
kedudukan UUD 1945 sebagai konstitusi konstitusi mengamanatkan negara
dasar negara dan Pancasila sebagai sebagai representasi kekuasaan rakyat
sumber dari segala sumber hukum berada agar menguasai dan menyelenggarakan
di atas Undang-Undang. Oleh karena itu, pengelolaan air sebab air adalah bidang
UU SDA ini secara hirarkhi hukum yang strategis dan termasuk hajat hidup
orang banyak.
Namun, Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Sistem
20 Prinsip Dublin (1992) dalam kesimpulan
pengujian Undang-Undang No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia 21 Sri Widiyastuti. 2009. Analisis Peraturan Daerah
Tahun1945 oleh Tim Advokasi Koalisi Rakyat Nomor 2 Tahun 2006 tentang Pendirian
untuk Hak atas Air, secara jelas menyatakan Perusahaan Daerah Air Minum Provinsi
bahwa air memiliki nilai ekonomi sehingga harus Kalimantan Barat Sebagai Payung Hukum
diberlakukan sebagai barang ekonomi telah Program Pengembangan Investasi Daerah dii
mendorong upaya-upaya perubahan terhadap Bidang Pengelolaan Air Minum, Tesis, Program
pengelolaan sumberdaya air di dunia. magister Ilmu hukum UGM, Yogyakarta, hlm. 22.

189
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

Penyediaan Air Minum (SPAM) mengatur hingga pasca amandemen pada tahun
bahwa penyelenggaraan SPAM dilakukan 2004, memperlihatkan bahwa negara
oleh BUMN/BUMD, Koperasi, badan hukum Indonesia menggunakan paham
usaha swasta, atau perorangan yang jelas negara kesejahteraan. Dalam literatur,
kontradiksi dengan ketentuan Pasal 40 welfare state adalah institusi negara,
ayat (2) UU SDA yang menyebutkan dimana kekuasaannya (dalam hal
tanggung jawab penyelenggaraan SPAM kebijakan ekonomi dan politik) ditujukan
ada pada negara.. Ini secara eksplisit untuk memastikan warga negara beserta
menegaskan bahwa terdapat keluarganya memperoleh pendapatan
inkonsistensi pengaturan dalam UU SDA minimum sesuai standar kelayakan.
akibat disisipi oleh agenda privatisasi Selain itu, untuk memberikan layanan
yang berasal dari ideologi liberalisme. sosial bagi setiap permasalahan yang
Dengan demikian, UU SDA dan peraturan dihadapi oleh warga negaranya.
pelaksananya menyimpangi ketentuan Selanjutnya, untuk memastikan warga
UUD 1945 disebabkan secara moral ia negaranya mendapatkan hak-haknya
mengesampingkan ideologi negara tanpa memandang perbedaan status,
(Pancasila dan UUD 1945) dan kelas ekonomi, dan perbedaan lainnya.22
terkooptasi oleh ideologi kapitalisme. Lebih lanjut, welfare state bisa
B. Konsep Regulasi Air yang Baik dilihat dalam perspektif yang
Sebagai Upaya Melindungi Warga
Negara di Era Globalisasi Ekonomi sempit/terbatas maupun luas. Dalam
Pasca Undang-Undang Nomor 7 perspektif yang sempit dapat dilihat dari
Tahun 2004
sistem pengelolaan keuangan negara
Uraian teoritis dan fakta hukum yang utamanya tertuju pada sektor rumah
mengenai pelaksanaan pengelolaan tangga (konsumsi dalam negeri,
sumber daya air di atas memunculkan penghasilan, asuransi), subsidi atau dana
pertanyaan bagaimana konsep regulasi sosial. Sedangkan dalam perspektif yang
pengelolaan air yang baik yang lebih luas, welfare state digambarkan
harapannya mampu melindungi warga sebagai intervensi pemerintah (negara)
negara Indonesia. Artinya dengan regulasi melalui kebijakan-kebijakan publiknya
air ini Pemerintah mampu memenuhi demi terwujudnya kesejahteraan sosial.23
kebutuhan dasar air warganya di tengah
kondisi global yang merubah tata nilai
pengelolaan air. 22 Anderson. 2012. Welfare States And Welfare
State Theory, Centre For Comparative Welfare
Untuk menjawab persoalan ini, Studies, Working Paper.
23 Linbeck, A. 2006. The Welfare State-Background,
penulis akan menggunakan teori negara Achievements, Problems, Research Institute Of
kesejahteraan (welfare state), mengingat Industrial Economics.

dari sejarah terbentuknya UUD 1945

190
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

Telah diuraikan di awal bahwa pengaturan pada pasal-pasal


landasan politik hukum sistem sebelumnya. Dijelaskan bahwa demokrasi
perekonomian Indonesia adalah ekonomi merupakan tata kelola
ketentuan Pasal 33 UUD 1945. Pada ayat perekonomian yang dilakukan oleh semua
(1) disebutkan bahwa “Perekonomian elemen masyarakat dengan prinsip-prinsip
disusun sebagai usaha bersama berdasar keadilan, kebersamaan, efsiensi
atas asas kekeluargaan.” Pasal ini berkeadilan, berkelanjutan,berwawasan
memiliki makna bahwa kebangkitan lingkungan, kemandirian, serta dengan
ekonomi Indonesia tidak terletak pada menjaga keseimbangan kemajuan dan
aktivitas atau gerakan perorangan namun kesatuan ekonomi nasional. Tujuan yang
ia ada pada sebuah usaha bersama, hendak dicapai adalah kemakmuran
dimana muaranya adalah pada bersama-sama. Dalam Pasal 33 ayat (4)
kemakmuran bersama, bukan ini ditegaskan bahwa sekalipun sektor
kemakmuran orang per orang. Ayat (2) produksi dikerjakan secara bersama-sama
menyebutkan bahwa “Cabang-cabang dengan tujuan mencapai kemakmuran
produksi yang penting bagi negara dan bersama, namun sektor swasta tidak
yang menguasai hajat hidup orang banyak diperkenankan mengelola kegiatan
dikuasai oleh negara.” Selanjutnya ayat strategis yang berkaitan dengan hajat
(3) dijelaskan bahwa “Bumi, air, dan hidup orang banyak. Dengan kata lain,
kekayaan yang terkandung di dalamnya bidang yang berkaitan dengan hajat hidup
dikuasai oleh negara dan dipergunakan orang banyak mutlak harus dikuasai oleh
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” negara. Mencermati pasal-pasal ini, maka
Ayat (2) dan (3) ini menjelaskan jelas tergambar politik hukum sistem
perbedaan sistem ekonomi Indonesia perekonomian Indonesia dalam kerangka
dengan sistem ekonomi yang dianut besar negara kesejahteraan.
negara-negara lain, yakni sektor produksi Menurut penulis, makna
yang diletakan pada penguasaan negara, penguasaan oleh negara ini bagian yang
bukan orang per orang atau swasta. perlu dielaborasi lagi secara seksama.
Ayat (4), “Perekonomian nasional Soetomo dalam bukunya yang berjudul
diselenggarakan berdasar atas demokrasi Politik Dan Administrasi Agraria,
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, menjelaskan bahwa pengertian
efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, menguasai tersebut dibedakan dengan
berwawasan lingkungan, serta dengan pengertian memiliki. Hal ini berarti negara
menjaga keseimbangan kemajuan dan hanya diberi suatu wewenang untuk
kesatuan ekonomi nasional.” mengatur penggunaannya. Wewenang
Dalam bagian penjelasan UUD 1945 mengatur penggunaan sumber daya alam
hakikatnya adalah penegasan kembali sebagaimana diatur dalam Pasal 2 (ayat

191
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

2) Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) mengalami distorsi, maka negara wajib


diperinci sebagai berikut: mengambil alih perannya demi
1) mengatur dan menyelenggarakan kepentingan perekonomian nasional.
peruntukannya (penggunaan Tafsir pasal 33 ayat (2) dijelaskan pula
sumber daya alam itu). bahwa negara diberi kewenangan berupa
2) menentukan dan mengatur “hak menguasai” dengan makna negara
hubungan-hubungan hukum antara diprioritaskan mengusai sektor produksi
orangorang dengan sumber daya yang belum ada, dan/atau akan ada yang
alam itu. termasuk kategori sektor produksi yang
3) menentukan dan mengatur penting dan pada saat yang bersamaan
hubungan-hubungan hukum antara berhak melarang perorangan atau swasta
orang-orang dan perbuatan- yang telah menguasainya, serta
perbuatan hukum yang berkaitan mengambil alih sektor produksi penting
dengan sumber daya alam itu. yang termasuk kategori hajat hidup orang
banyak sesuai ketentuan perundangan
Hak menguasai yang dimiliki negara
yang berlaku.25
ini kemudian dalam prakteknya dapat
Dengan demikian, dari uraian teori
dilimpahkan kepada daerah-daerah
tentang negara kesejahteraan (Welfare
swatantra dan masyarakat adat (Pasal 2
state) dan ketentuan Pasal 33 UUD 1945
ayat (4) UUPA) atau dapat dilimpahkan
sebagai landasan politik hukum sistem
pada orang-orang lain dan badan hukum-
perekonomian di Indonesia, maka
badan hukum (Pasal 4 ayat (1) UUPA). 24
maknanya peran negara sangat
Sedangkan, Mahkamah Konstitusi
dibutuhkan dalam kegiatan perekonomian,
menyebutkan bahwa UUD 1945
terutama untuk sektor produksi yang
merupakan cita-cita, arah, dan dasar
penting dan terkait hajat hidup masyarakat
kebijakan yang bersifat normatif, sehingga
(bidang strategis), seperti bidang air yang
apabila menilai perlindungan dan peran
merupakan salah satu kebutuhan dasar
negara terhadap perikehidupan warga
warga negara. Terpenuhinya kebutuhan
negaranya harus didudukan pada posisi
dasar warga negara ini merupakan tugas
seimbang diantara berbagai kepentingan
dan kewajiban negara sebagaimana
warganya. Dengan demikian, Pasal 33
termaktub dalam pembukaan Undang-
UUD 1945 tidak sepenuhnya menolak
Undang Dasar 1945.
mekanisme pasar, sehingga apabila
sektor pasar yang telah dijalankan swasta
25 Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 058-059-
060-063/PPU-II/2004 dan Putusan MK Nomor
24 Sri Widiyastuti. 2009. Op.Cit, hlm. 21. 008/PPU-III/2005.

192
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

Dalam globalisasi ekonomi, faktor Indonesia yang termasuk investasi biaya


Iptek dan kemampuan ekonomi ini telah tinggi juga mulai membuka peluang untuk
menimbulkan perubahan-perubahan yang penanaman modal. Wacana privatisasi
cepat dan luar biasa di seantero dunia, dalam bidang pengelolaan air semakin
serta tingkat kompetisi yang tinggi, dan terbuka dengan lahirnya Undang-Undang
tidak terkecuali pada masyarakat Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Indonesia. Selain beberapa hal positif Penanaman Modal (UUPM) yang
terkait perubahan global ini, terdapat berorentasi pada liberalisasi,
beberapa hal yang merupakan dampak memungkinkan hampir semua sektor
buruk dari berlakunya globalisasi menurut untuk kegiatan investasi baik
Malcolm Waters, antara lain berlakunya nasional/asing, kecuali bidang usaha atau
“The survival of the fittest”dimana modal jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan
yang besar akan semakin kuat dan yang terbuka dengan persyaratan.26 Sedangkan
lemah tersingkir. ketentuan Undang-Undang Nomor 7
Selanjutnya, pihak Pemerintah yang Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
perannya bergeser hanya sebagai (UU SDA) juga memperlihatkan arah
regulator dan sektor ekonomi mulai kebijakan yang berupaya membuka akses
diserahkan kepada mekanisme pasar. Hal swasta untuk ikut berperan mengelolanya.
lain yang sangat penting adalah subsidi Dengan demikian, bidang pengelolaan air
berkurang, sehingga sektor-sektor ini merupakan bidang yang terbuka untuk
ekonomi rakyat, koperasi semakin sulit kegiatan investasi, yang pada akhirnya
berkembang, dan penyerapan tenaga ditetapkan sebagai hal yang menyimpangi
kerja dengan pola padat karya sudah UUD 1945.
semakin ditinggalkan. Terakhir, adanya
kompetisi produk dan harga semakin
tinggi sejalan dengan tingkat kebutuhan
26LihatPasal 12 (1) UUPM 2007. Dalam penjelasan
masyarakat yang semakin selektif. pasal 12 ayat (1) UUPM 2007 disebutkan bahwa
bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan
Artinya, sisi lain dari globalisasi ekonomi yang terbuka dengan persyaratan ditetapkan
melalui Peraturan Presiden disusun dalam suatu
adalah tekanan pada peran (intervensi daftar yang berdasarkan standar klasifikasi
negara), dimana peran negara mulai tentang bidang usaha atau jenis usaha yang
berlaku di Indonesia, yaitu klasifikasi berdasarkan
bergeser pada peran sebagai regulator Klasifikasi Baku Lapangan Usaha. Indonesia
(KBLI) Klasifikasi Baku Lapangan Usaha
selebihnya mekanisme pasar yang Indonesia (KBLI) dan/atau Internasional Standard
for Industrial Classification (ISIC). Peraturan
memegang kendali perekonomian. Presiden yang terbaru adalah Perpres 77 Tahun
2007 tentang tentang Kriteria dan persyaratan
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa penyusunan Bidang usaha yang tertutup dan
bidang Usaha yang terbuka dengan persyaratan
kondisi global ekonomi ini mengakibatkan Di bidang penanaman modal (Daftar Negatif List
derasnya arus modal di berbagai bidang, Indonesia).

sehingga kondisi pengelolaan air di

193
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

Mengutip pendapat Erhard Eppler, Terdapat beragam sekali aturan dan


bahwa suatu negara dikatakan kuat pedoman dalam pengelolaan air.
apabila ia mampu bersikap tegas Ketiadaan manajemen yang baik
terhadap berbagai pilihan kebijakannya, (pertanggungjawabannya) berberdampak
baik pada saat menentukan sikap maupun negatif pada sistem penyediaan air, serta
pengawasan pelaksanaanya. Sebaliknya, masalah kekurangan persediaan air di
negara yang lemah adalah yang tidak masa mendatang.
dapat memobilisasi keahlian hukum yang Oleh karenanya, manajemen air
diperlukan untuk menghadapi yang terpusat, pengembangan
perusahaan-perusahaan multinasional, perencanaan dan perhatian yang
tidak memiliki posisi tawar yang baik berkelanjutan harus diberikan. Pada akhir
dalam perumusan kontrak dan tulisan itu menyajikan saran strategi
membiarkan swastanisasi berjalan mengenai kebijakan pengelolaan air yang
semaunya.27 tepat bagi pemerintah federal dan jajaran
Oleh karenanya, tidaklah salah dan pemerintahannya, lembaga-lembaga
tidaklah ada yang buruk dengan terkait, para pemangku kepentingan, serta
swastanisasi, hanya yang perlu dipikirkan pentingnya mengikutsertakan masyarakat
lebih cermat mengenai bidang-bidang lokal dalam upaya memelihara
strategis yang menuntut negara lebih ketersediaan dan keberlanjutan sumber
ketat mengatur dan mengawasinya. Hasil daya air.28 Belajar dari fakta negara
kajian di Malaysia menemukan tetangga ini, maka pembentukan regulasi
permasalahan yang hampir sama yang baik, tepat, terpadu, dan
sebagaimana yang dihadapi oleh berkesinambungan sangatlah penting.
Indonesia, yakni adanya manajemen air Menurut penulis, pasca dicabutnya
yang tidak baik dan kekosongan hukum ketentuan Undang-Undang Nomor 7
dalam pengelolaannya. Sejak Malaysia Tahun 2004 Tentang SDA, perlu upaya
memperoleh kemerdekaannya, kebijakan strategis merumuskan konsep regulasi air
air dibuat sendiri oleh negara secara ad yang baik agar terwujud perlindungan
hoc (tidak tetap). Tidak terdapat kebutuhan dasar warga. Sebelumnya
sentralisasi atau standarisasi kebijakan air perlu mencermati beberapa hal berikut:
atau pedoman-pedoman sebagai acuan.

27Erhard Eppler, 2009. Melindungi Negara dari


Ancaman Neoliberal. (The Return of the State?“, 28 Intan Sazrina Saimy and Nor Ashikin Mohamed
penerjemah Allan Blunden, terbitan Forumpress, Yusof, 2013. The Need for Better Water Policy
United Kingdom). Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor and Governance in Malaysia. Procedia - Social
Perwakilan Indonesia, hlm. 146. and Behavioral Sciences 81 ( 2013 ).

194
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

1. Pancasila sebagai sumber dari yang dipegang dalam menuju


segala sumber hukum29 tujuan negara itu adalah
(terutama sila kelima yang kemerdekaan bangsa, berdirinya
menegaskan komitmen keadilan negara pada dasar kedaulatan
sosial yang muaranya pada rakyat dan Pancasila. Rumusan
kesejahteraan bagi seluruh yang padat pada alinea keempat
rakyat Indonesia). Pembukaan Pembukaan UUD 1945 ini,
UUD 1945, alinea keempat setidaknya menegaskan
menegaskan mengenai tujuan beberapa hal:
hidup bernegara ini dalam a. Fungsi dan tugas negara
rumusan yang padat mengenai setidaknya meliputi empat hal
prinsip-prinsip dasar mencapai yakni melindungi warga
tujuan berbangsa dan bernegara negara tanpa kecuali,
setelah merdeka. Pada alinea ke mengupayakan kesejahteraan
empat dimana berisi tujuan umum (standar perikehidupan
nasional negara Indonesia, yakni yang layak bagi warga
melindungi segenap bangsa negara), kewajiban dalam
Indonesia dan seluruh tumpah pendidikan warga negaranya,
darah Indonesia, memajukan serta keterlibatannya dalam
kesejahteraan umum, pergaulan internasional dalam
mencerdaskan kehidupan spirit keindonesiaan
bangsa, dan melaksanakan (kemerdekaan, perdamaian,
ketertiban dunia yang berdasar dan keadilan sosial).
kemerdekaan, perdamaian abadi b. Bentuk negara Indonesia
dan keadilan sosial. Prinsip dasar adalah republik dan
berkedaulatan rakyat.
c. Falsafah hidup berbangsa dan
29 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan bernegara adalah Pancasila.
Perundang-Undangan, Pasal 2 menyebutkan
bahwa “Pancasila sebagai sumber dari segala
2. Tujuan negara Republik
sumber hukum.” Dalam bagian penjelasan Indonesia yang ada dalam
disebutkan bahwa “Penempatan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum pembukaan UUD 1945, dimana
negara adalah sesuai dengan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik fungsi dan peran negara adalah
Indonesia Tahun 1945 alinea keempat yaitu
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang mengupayakan kesejahteraan.
adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat 3. Politik Hukum Sistem
kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan
Perekonomian Indonesia yang
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” termaktub dalam ketentuan Pasal
33 UUD 1945, dimana menuntut

195
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

peran aktif negara dalam Pakai Air, dan Hak Guna Usaha
kegiatan perekonomian nasional, Air harus melalui proses ijin dari
terutama di sektor-sektor pemerintah dengan pola perijinan
strategis. yang melibatkan masyarakat
4. Ketentuan UU Penanaman Modal secara luas. Hal ini merupakan
(bagian yang memuat mengenai instrumen untuk membatasi
bidang-bidang usaha yang (pengendali, bukan penguasaan)
tertutup dan terbuka untuk penggunaan SDA. Selanjutnya
kepentingan investasi), dimana prinsip hak ulayat masyarakat
jelas terlihat arah kebijakannya adat atas SDA yang masih diakui
bahwa sektor air juga merupakan masyarakat. Prinsip terakhir
bidang yang terbuka untuk adalah penggunaan SDA
kepentingan investasi. utamanya bagi kepentingan
5. Ketentuan Undang-Undang negara sendiri bukan negara lain,
Pokok Agraria (UUPA), terutama kecuali jika kondisi kebutuhan
konsep “hak menguasai” negara. pokok air dalam negeri telah
6. Prinsip-prinsip pengelolaan air, tercukupi (kebutuhan pokok
terutama yang mencakup 6 sehari-hari, pertanian, sanitasi
prinsip, yakni enam prinsip dasar lingkungan, ketenagaan, industri,
pengelolaan air ini adalah pertambangan, perhubungan,
pengguna sumber daya air untuk kehutanan, keanekaragaman
kebutuhan pokok sehari-hari dan hayati, rekreasi, pariwisata, olah
kepentingan pertanian rakyat raga, ekosistem, estetika, serta
tidak dikenai biaya jasa kebutuhan lainnya).30
pengelolaan SDA, konsep Hak 7. Undang-Undang Pengelolaan
Guna Air harus dibedakan Lingkungan Hidup (UUPLH),
dengan konsep hak secara prinsip-prinsip pengelolaan yang
umum dan harus sejalan dengan berkelanjutan utamanya yang
konsep res commune yang tidak berkaitan dengan pemeliharaan
boleh menjadi obyek harga sumber-sumber air baku.
secara ekonomi. Kemudian 8. Berbagai ketentuan perundangan
konsep Hak Guna Pakai Air yang mengatur pengelolaan
dalam UU SDA harus ditafsirkan Sumber Daya Alam, seperti
sebagai turunan dari hak hidup
yang dijamin oleh UUD 1945. 30 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 85/PUU-
Oleh karenanya, penggunaan air XI/2013.

di luar dari konsep Hak Guna

196
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

Minyak dan Gas Bumi (Migas), (BUMD).Sebagaimana


Pertambangan, dan lain ketentuan Pasal 33 UUD 1945
sebagainya. Butir ketujuh dan sebagai dasar politik hukum
kedelapan adalah upaya sistem perekonomian nasional.
pembangunan hukum bidang Maknanya, tidak membuka
pengelolaan air yang diarahkan peluang swasta baik nasional
kepada perubahan paradigma maupun asing masuk dalam
pembangunan hukum yang pengelolaan sebab bidang ini
sektoral ke holistik dan terpadu termasuk strategis dan terkait
berbasis kearifan lokal.31 hajat hidup warga negara.
3) Konsep Hak Guna Pakai Air
Dari beberapa hal di atas, maka dalam UU SDA yang baru harus
konsep regulasi air yang baik itu adalah ditafsirkan sebagai turunan dari
regulasi yang berpegang teguh pada hak hidup yang dijamin oleh
ideologi negara (Pancasila dan Undang- UUD 1945. Oleh karenanya,
Undang Dasar 1945),32 dan mampu penggunaan air di luar dari
merespon tekanan dan tantangan konsep Hak Guna Pakai Air,
global,33 yakni dengan upaya harmonisasi dan Hak Guna Usaha Air harus
hukum di bidang air. Hal kongkrit sebagai melalui proses ijin dari
langkah harmonisasi hukum di bidang air pemerintah dengan pola
adalah: perijinan yang melibatkan
1) Rancangan UU SDA yang baru masyarakat secara luas. Hal ini
harus memuat 6 prinsip dasar merupakan instrumen untuk
pengelolaan air. membatasi (pengendali, bukan
2) Dalam hal pengusahaan air, penguasaan) penggunaan SDA.
harus dikuasai oleh negara 4) Rancangan UU SDA yang baru
melalui Badan Usaha Milik harus senafas dengan Undang-
Negara (BUMN) atau Badan Undang Penanaman Modal
usaha Milik Daerah (UUPM), Undang –Undang
Pengelolaan Lingkungan Hidup

31Sulastriyono. 2008. “Pembangunan Hukum


(UUPLH), dan pengaturan
Sumber Daya Air Sungai Yang Berbasis Kearifan pengelolaan sumber daya alam
Lokal”, Mimbar Hukum, 20 (3), hlm. 411-588.
32 Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara yang lain (misal migas,
Republik Indonesia Tahun 1945.
33 Adi Sulistiyono dan Muhammad Rustamaji, 2009. pertambangan dan lain-lain),
Hukum Ekonomi Sebagai Panglima. Sidoarjo-
Jawa Timur, Masmedia Buana Pustaka, hlm. 20-
sehingga tidak terjadi tumpang
34. tindih.

197
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

IV. Penutup membatalkan keberlakuan


A. Kesimpulan Undang-Undang Nomor 7
Dari uraian pembahasan, maka Tahun 2004 Tentang Sumber
dapat diambil suatu kesimpulan sebagai Daya Air (SDA) ini sejatinya
berikut: juga turut mempengaruhi materi
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun pengaturan Undang-Undang
2004 tentang Sumber Daya Air lain yang mengelola sumber
(UU SDA) mengingkari Undang- daya alam. Dengan demikian,
Undang Dasar 1945 sebab ditinjau diperlukan upaya revisi
dari keberlakuan hukum baik terhadap UUPM, yang memuat
secara idiil maupun normatif, ia materi bidang-bidang usaha
kehilangan unsur-unsur yang terbuka dan tertutup untuk
konstitutifnya sebagai sebuah investasi, dimana air dimasukan
hukum. ke dalam bidang yang terbuka
2. Konsep regulasi air yang baik untuk tujuan inverstasi, padahal
sebagai upaya melindungi warga putusan MK di atas
negara di era globalisasi ekonomi sesungguhnya menghendaki
pasca Undang-Undang Nomor 7 peran negara secara utuh untuk
tahun 2004 adalah regulasi yang mengendalikan dan mengelolan
berpegang teguh pada ideologi bidang ini.
negara (Pancasila dan Undang- 2. Komitmen negara dalam
Undang Dasar 1945), dan mampu memegang bidang pengelolaan
merespon tekanan dan tantangan air harus kuat agar negara
global, yakni dengan upaya dapat dominan dari campur
harmonisasi hukum di bidang air. tangan swasta.
B. Saran
Adapun saran-saran yang penulis Bibliografi
berikan antara lain sebagai berikut:
Buku:
1. Mengingat pengaturan
Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan
pengelolaan sumber daya alam,
Penelitian Hukum. Bandung: P.T.
termasuk di dalamnya
Citra Aditya Bakti.
pengelolaan air merupakan
Adi Sulistiyono dan Muhammad
sebuah rancang bangun yang
Rustamaji. 2009. Hukum Ekonomi
harus terencana, terarah, dan
Sebagai Panglima. Sidoarjo-Jawa
harmonis, maka Putusan
Timur: Masmedia Buana Pustaka.
Mahkamah Konstitusi Nomor
85/PUU-XI/2013 yang

198
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

Anderson. 2012. Welfare States And Pasaribu, Rowland B.F. 2012. Globalisasi
Welfare State Theory. Centre For dan Pembangunan Ekonomi di
Comparative Welfare Studies, Indonesia. ebook: Foxit Reader.
Working Paper. Petras, James dan Henry Veltmeyer.
B. Arief Sidharta. 2003. Meuwissen 2002. Imperialisme Abad 21.
Tentang Pengembangan Hukum, Yogyakarta: Kreasi Wacana.
lmu Hukum, Teori Hukum Dan Soemardi, 2010. Teori Umum Hukum dan
Filsafat Hukum. Terj. Bandung: PT. Negara: Dasar-Dasar Ilmu Hukum
Refika Aditama. Normatif Sebagai Ilmu Hukum
Erhard Eppler. 2009. Melindungi Negara Deskriptif-Empirik, Bandung: Bee
dari Ancaman Neoliberal. (The Media Indonesia.
Return of the State, penerjemah Silalahi, M. Daud. 2003. Pengaturan
Allan Blunden, terbitan Hukum Sumber Daya Air dan
Forumpress,United Kingdom). Lingkungan Hidup di Indonesia.
Friedrich-Ebert-Stiftung Kantor Bandung: Alumni.
Perwakilan Indonesia. Soerjono Soekanto & Sri Mamudji. 2001.
Gianfranco Poggi. 1992. The Penelitian Hukum Normatif (Suatu
Development of the Modern State Tinjauan Singkat), Rajawali pers:
Sosiological Introduction, California: Jakarta.
Standford University Press. Soerjono Soekanto. 2007. Pengantar
Hertz, Noreena. 2003. Global Capitalism Penelitian Hukum. UI Press:
and the Death of Democracy. New Jakarta.
York: Harper Collins Publishers Inc. Suteki. 2010. Rekonstruksi Politik Hukum,
Johny Ibrahim. 2007. Teori, Metode dan Hak Atas Air, Pro Rakyat.
Penelitian Hukum Normatif. Malang- Semarang: Surya Pena Gemilang.
Jawa Timur: Bayumedia Publishing,.
Artikel Jurnal:
Linbeck, A. 2006. The Welfare State-
Intan Sazrina Saimy and Nor Ashikin
Background, Achievements,
Mohamed Yusof. 2013. “The Need
Problems. Research Institute Of
for Better Water Policy and
Industrial Economics.
Governance in Malaysia”. Procedia -
M. Yamin. 1959. Naskah Persiapan UUD
Social and Behavioral Sciences.
1945: Risalah Sidang
Sulastriyono. 2008. “Pembangunan
BPUPKI/PPKI. Jakarta: Sekretariat
Hukum Sumber Daya Air Sungai
Negara RI.
Yang Berbasis Kearifan Lokal”,
Miles, Matthew B. 1992. Analisis Data
Mimbar Hukum, 20 (3): 411-588.
Kualitatif. Jakarta: UI Press.

199
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

Tim Advokasi Koalisi Rakyat untuk Hak Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun
atas Air. 2005. “Kesimpulan 2015 tentang Pengusahaan Sumber
Pengujian Undang-Undang No. 7 Daya Air, (Lembaran Negara
Tahun 2004 tentang Sumber Daya Republik Indonesia Tahun 2015
Air terhadap Undang-Undang Dasar Nomor 344, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun Negara Republik Indonesia Nomor
1945”, Majalah Ilmiah Pawiyatan, 22 5801).
(2). Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
2005 tentang Sistem Penyediaan Air
Peraturan Perundang-Undangan:
Minum.
Undang-Undang Dasar Negara Republik
Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun
Indonesia Tahun 1945.
2007 tentang Bidang Usaha Yang
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
Tertutup dan Bidang Usaha Yang
tentang Peraturan Dasar Ketentuan
Terbuka dengan Persyaratan di
Pokok Agraria, (Lembaran Negara
Bidang Penanaman Modal.
Republik Indonesia Tahun 1960
Peraturan Kepala Badan Nasional
Nomor 104, Tambahan Lembaran
Penanggulangan Bencana Nomor 7
Negara 2043).
Tahun 2008 Tentang Pedoman Tata
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004
Cara Pemberian Bantuan
tentang Sumber Daya Air
Pemenuhan Kebutuhan Dasar.
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32,
Putusan Pengadilan:
Tambahan Lembaran Negara
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Republik Indonesia Nomor 4377).
058-059-060-063/PPU-II/2004.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
Pengujian Undang-Undang Nomor 7
tentang Penanaman Modal
Tahun 2004 tentang Sumber Daya
(Lembaran Negara Republik
Air terhadap Undang-Undang Dasar
Indonesia Tahun 2007 Nomor 67,
Negara Republik Indonesia Tahun
Tambahan Lembaran Negara
1945.
Indonesia Nomor 4724).
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
008/PPU-III/2005. Pengujian
Tentang Pembentukan Peraturan
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
Perundang-Undangan (Lembaran
2004 tentang Sumber Daya Air
Negara Republik Indonesia Tahun
terhadap Undang-Undang Dasar
2011 Nomor 82, Tambahan
Negara Republik Indonesia Tahun
Lembaran Negara Republik
1945.
Indonesia Nomor 5234).

200
Tanjungpura Law Journal Vol. 2, Issue 2, July 2018

Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor


85/PUU-XI/2013. Pengujian atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2004 tentang Sumber Daya Air
terhadap Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun
1945.
.
Tesis:
Sri Widiyastuti. 2009. Analisis Peraturan
Daerah Nomor 2 Tahun 2006
Tentang Pendirian Perusahaan
Daerah Air Minum Provinsi
Kalimantan Barat Sebagai Payung
Hukum Program Pengembangan
Investasi Daerah Di Bidang
Pengelolaan Air Minum. Tesis,
Program Magister Ilmu Hukum
UGM, Yogyakarta

201

You might also like