You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/343853106

Perkembangan Sistem Pemerintahan dan Konsep Kedaulatan Pasca Revolusi


Perancis Terhadap Hukum Internasional

Article in Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia · May 2020


DOI: 10.14710/jphi.v2i2.222-235

CITATIONS READS

5 957

2 authors, including:

Sandy Kurnia Christmas


Universitas OSO
13 PUBLICATIONS 20 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sandy Kurnia Christmas on 16 July 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Perkembangan Sistem Pemerintahan dan Konsep Kedaulatan Pasca


Revolusi Perancis Terhadap Hukum Internasional

Sandy Kurnia Christmas1*, Evi Purwanti2


1Program Studi Magister Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
2Fakultas Hukum, Universitas Tanjungpura
*ch.sandykurnia@gmail.com

ABSTRACT

The French Revolution was an event that caused a social change and political-cultural shift. This
revolution is shaping ideologies such as liberalism, democracy, and nationalism that have an impact on
the change of government system and sovereignty. What is the pattern of the French Pre-Revolutionary
government system, and what changes have led to the development of international law in the aftermath
of the French Revolution. This article aims to examine historically how a historical event has brought
significant changes to the pattern of government systems used today. This research method uses
normative legal research, where the assessment uses a conceptual approach and historical approach.
The results of this study concluded that the ideologies that formed during the French Revolution, such as
Liberalism, Democracy, and Nationalize major impact on the change of government system that
prioritizes the interests of the people and the development of international law. The pattern of the French
Pre-Revolutionary government system in the form of Monarchy, in fact, failed many times and was
considered to be too pressing for the people. The change in the pattern of the government system that
was triggered by the French Revolution was considered as a people's revolution because it created many
forms of good state order, which became the ideals of the people who were influential until now.

Keywords: The French Revolution; Government system; Sovereignty Concept.

ABSTRAK

Revolusi Perancis merupakan sebuah peristiwa yang menyebabkan perubahan sosial dan pergeseran
budaya politik. Revolusi ini membentuk paham-paham seperti Liberalisme, Demokrasi, dan Nasionalisme
yang berdampak pada perubahan sistem pemerintahan dan kedaulatan. Bagaimana pola sistem
pemerintahan Pra-Revolusi Perancis, serta apa perubahan yang berdampak membawa perkembangan
hukum internasional Pasca Revolusi Perancis. Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara historis
bagaimana sebuah peristiwa sejarah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola sistem
pemerintahan yang sampai sekarang digunakan. Metode penelitian ini menggunakan penelitian hukum
normatif, dimana pengkajian menggunakan pendekatan konseptual dan pendekatan historis. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa paham-paham yang terbentuk saat terjadinya Revolusi Perancis,
seperti Liberalisme, Demokrasi, dan Nasionalise berdampak besar terhadap perubahan sistem
pemerintahan yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat serta perkembangan hukum internasional.
Pola sistem pemerintahan Pra-Revolusi Perancis berbentuk Monarki nyatanya banyak mengalami
kegagalan dan dianggap terlalu menekan rakyat. Adanya perubahan terhadap pola sistem pemerintahan
yang dipicu oleh Revolusi Perancis dianggap sebagai revolusi rakyat karena banyak menciptakan
berbagaii bentuk tatanan konsep negara yang baik yang menjadi cita-cita rakyat yang berpengaruh
hingga sekarang.

Kata Kunci : Revolusi Perancis; Sistem Pemerintahan; Konsep Kedaulatan.

222
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

A. PENDAHULUAN semboyannya “I’Etat, c’est Moi” atau “Negara


Revolusi Perancis merupakan sebuah masa adalah Aku” menjadi puncak dari pemerintahan
terjadinya pergeseran terhadap kultur masyarakat absolutisme di Perancis (Sungkar, 2007). Ambisi
serta perubahan sistem poltik di Perancis yang untuk menumbangkan sistem kerajaan yang terjadi
memiliki dampak besar di Eropa secara berabad-abad ini juga dikarenakan pengaruh aliran
keseluruhan, dimana peristiwa ini berlangsung dari “Pencerahan” atau “Aufklarung” oleh kaum
tahun 1789 hingga 1814. Peristiwa Revolusi terpelajar, kaum petani, kaum buruh, serta individu
Perancis terjadi dengan tujuan untuk masyarakat yang merasa tersakiti pada masa-
menghapuskan absolutisme yang terjadi selama masa tersebut (Sondarika, 2017).
berabad-abad di Perancis, serta untuk Revolusi Perancis dikenal dengan tiga
memperjuangkan hak-hak rakyat akibat semboyannya, yaitu “Liberte, Egalite, et Fraternite”
kesewenang-wenangan Kerajaan Perancis pada atau “Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan”,
masa itu. Revolusi Perancis dianggap dimana merupakan suatu gagasan yang ingin
mendudukan harkat dan martabat manusia pada dicapai dalam memperjuangkan hak asasi
tempatnya yang tepat (Az, 2014). manusia mereka. Upaya Revolusi Perancis yang
Pada masa pemerintahan Kerajaan dilakukan untuk menggulingkan kekuasaan
Perancis sebelum peristiwa Revolusi Perancis kerajaan ternyata berhasil. Adanya perubahan
terjadi, sistem pemerintahan Monarki Absolut telah tatanan hukum dan konstitusi melahirkan sebuah
lama diterapkan berabad-abad di kerajaan deklarasi bernama “Deklarasi Hak Asasi Manusia
tersebut. Hingga akhirnya Monarki Absolut dan Warga Negara 1789” atau “La Declaration Des
tersebut runtuh seketika karena pecahnya Droits De L'homme Et Du Citoyen 1789”. Selain
peristiwa Revolusi Perancis tersebut. Revolusi lahirnya sebuah deklarasi tersebut, perjuangan-
Perancis menjadi peristiwa transformasi politis, perjuangan tersebut juga melahirkan suatu paham-
dimana dinamika perubahannya mengarah pada paham baru seperti Liberalisme, Demokrasi, dan
politik revolusioner (Hanson, 2019). Terjadinya Nasionalisme yang terlahir dari tiga semboyan
transformasi sosial politik di Perancis juga revolusi tersebut. Tokoh-tokoh pemikir itu seperti
menandakan berakhirnya paham-paham seperti Hugo Grotius, Montesquieu, Jean Jacques
feodalisme, aristokrasi, dan monarki di Perancis. Rousseau, Abbe Mably, dan Condorcet, serta John
Terjadinya Revolusi Perancis ini dikarenakan Locke (Az, 2014). Paham-paham dan pemikiran
adanya ketidakpuasan rakyat terhadap ide tantang konsep negara tersebutlah yang
pemerintahan Raja Louis XVI saat krisis terjadi di membuat hukum internasional mulai berkembang.
Kerajaan tersebut. Kekuasan raja Luis XVI dengan

223
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Pekembangan hukum pada abad ini juga perkembangan hukum internasional sudah mulai
karena adanya pengaruh dari peradaban Yunani, berkembang di masa lampau. Secara historis,
Mesir Kuno, dan Romawi Kuno yang kemudian hubungan antara hukum dan sejarah dalam
diadaptasikan menjadi sebuah budaya yang perkembangannya adalah tentang kebiasaan
bernama “Renaisans”. “Renaisans” merupakan internasional yang merupakan sumber hukum
sebuah gerakan budaya yang berkembang pada tertua (Sunyowati, 2013). Hukum Internasional
masa abad ke-14 hingga abad ke-17, dimana diartikan sebagai keseluruhan hukum yang
paham ini berkontribusi dalam perkembangan didalamnya terkadnung prinsip, kaidah, dan
observasi, diplomasi, dan peningkatan ilmu perilaku antar negara yang mengikatkan dirinya
pengetahuan. Renaisans dianggap mewariskan kedalam suatu hubungan antar negara, sehingga
prasyarat pemikiran independen, kritis, dan harus ditaati setiap negara (Kuahaty, 2014).
pendekatan humanistik, serta kerangka hukum Konsep negara didalam hukum internasional
politiik dimasa depan (Shaw, 2008). Adanya tidak terlepas dari adanya hubungan antara
perkembangan didalam hukum internasional ini negara-negara yang berdaulat, dimana mereka
dilihat dari adanya perkembangan di bidang politik, melakukan sebuah kerjasama dalam diplomasi
hukum, budaya, ideologi, dan masih banyak lagi. hukum. Konsep Kedaulatan pertama kali dianalisis
Perkembangan hukum pada aspek politik dapat pada tahun 1576 dalam karya “Six Livres de la
dilihat dari sebelumnya adanya pengaruh Republique” oleh Jean Bodin. Konsep kedaulatan
penguasa duniawi dan gerejawi, yang rata-rata menurut Jean Bodin menekankan pentingnya
menguasai beberapa aspek dalam sebuah sebuah kekuasaan yang berdaulat didalam suatu
kerajaan, seperti ekonomi, agama, ideologi, dan negara yang akan membuat hukum. Meskipun
kultural. pemegang kekuasaan tersebut tidak terikat oleh
Terjadinya perkembangan hukum di era hukum yang di lembagakan sendiri, namun dapat
Revolusi Perancis pada dasarnya membawa tunduk atas hukum Tuhan dan alam dalam paham
perubahan dalam aspek hak asasi manusia dan Teologi. Hal ini juga menurut Jean Bodin bahwa
konsep kenegaraan didalam hak-hak kedaulatan. “Kedaulatan merupakan sumber utama untuk
Perkembangan selanjutnya didalam hukum menetapkan hukum. Kedaulatan merupakan
internasional terjadi karena adanya hubungan sumber otoritas yang berada pada arah tertinggi
antar negara-negara atau bangsa-bangsa yang dalam hierarki hukum (legal hierarchy)” (Riyanto,
berdaulat. Hal ini dilihat dengan adanya “The 2012). Konsep Kedaulatan ini nantinya menjadi
Treaty of Westphalia 1648” yang terjadi sebelum sebuah landasan dari sistem nilai khas yang
Revolusi Perancis. Hal ini membuktikan melahirkan hubungan internasional dan hubungan

224
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

antarbangsa, diman menjadi dasar alasan bahwa revolusi politik dan sosial, karena menyebabkan
kedaulatan didalam hukum internasional pergeseran budaya. Adanya perkembangan
mempunyai sebuah ikatan yang tidak dapat budaya, munculnya norma-norma baru, serta
dipisahkan. praktik sosial budaya dan kepercayaan religius
Revolusi Perancis dijadikan sebagai yang turut bergeser menyebabkan terjadinya
momentum untuk melakukan perubahan yang perubahan dalam budaya politik. Hal inilah yang
sebenarnya telah terpikirkan diera sebelumya, menyebabkan pergeseran budaya merupakan
namun terkekang oleh keterbatasan hak asasi pendorong revolusi sosiopolitik, bukan hanya
karena masih tetap terjadinya imperialisme dan sekedar perubahan nilai dan norma (Rosenfeld,
kolonialisme. Revolusi Perancis juga menjadi 2019).
pemicu lahirnya revolusi lainnya sampai abad ke- Berdasarkan sejarah Revolusi Perancis
20 karena dianggap sebagai gerakan menuju tersebut, ada beberapa faktor yang menjadi dasar
kebebasan dunia. Universalitas Revolusi Perancis berkembangnya ilmu hukum, salah satunya
dalam paham-pahamnya diikuti oleh beberapa mengenai konsep kedaulatan. Konsep Kedaulatan
revolusi lainnya seperti Revolusi Batavia (1794), diyakini sudah lama ada, namum implementasi
Revolusi Swiss (1798), Revolusi Spanyol (1820), pemikirannya berbeda-beda. Sebagai contoh pada
Revolusi Rusia (1905), Revolusi Tiongkok (1949), masa abad ke-14 hingga abad ke-17, Sistem
hingga Revolusi Kuba 1965) (Az, 2014). pemerintahan berbentuk Kerajaan
Revolusi Perancis dianggap sebagai menkonsepsikan dirinya berdasarkan kedaulatan
peristiwa yang membawa perubahan dan Tuhan dan kedaulatan Raja, namun pasca
perkembangan yang sangat politis dibidang terjadinya Revolusi Perancis muncul adanya
hukum. Eksplorasi terhadap literatur sejarah Kedaulatan Negara dan Kedaulatan Rakyat. Hal
Revolusi Perancis menjadi sebuah literatur yang tersebut ditandai dengan adanya perubahan
mengkaji sejarah awal perkembangan konsep- sistem pemerintahan di Perancis yang sebelumnya
konsep hukum. Pada kasusnya, Revolusi Perancis sistem Monarki Absolut Kerajaan menjadi sistem
membawa perubahan didalam hak asasi manusia pemerintahan Republik. Konsep kedaulatan tidak
dan konsep kedaulatan, karena pasca terjadinya terlepas dari konsep negara dalam hubungan
Revolusi Perancis, beberapa wilayah hukum antara negara-negara.
mengembangkan konsep, paham, serta Penulis melihat bahwa penting untuk
perjuangan yang sama dalam upaya meneliti dan membahas dalam penelitian ini
membebaskan diri dari penindasan absolutisme mengenai pola sistem pemerintahan dan konsep
dan monarki. Revolusi Perancis dijuluki sebagai kedaulatan pada masa Pra-Revolusi Perancis dan

225
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

perkembangan sistem pemerintahan dan konsep melakukan revolusi, melainkan dampak secara
kedaulatan Pasca Revolusi Perancis terhadap luas terhadap negara-negara lain juga.
hukum internasional. Penelitian oleh Mohamad Rosyidin berjudul
Penelitian yang menganalisis mengenai “Dari Otoritarianisme ke Demokrasi : Bagaimana
perkembangan sistem pemerintahan dan konsep Mendorong Negara Menuju Kestabilan dan
kedaulatan pasca Revolusi Perancis belum pernah Keterbukaan?” membahas mengenai fenomena
dikaji pada penelitian jurnal ilmiah sebelumnya. demokratisasi, dimana strategi dalam upaya
Penelitian oleh Sigit Riyatno berjudul “Kedaulatan mendorong perubahan politik dapat memperkuat
Negara dalam Kerangka Hukum Internasional perlembagaan politik. Penelitian ini mengkaji
Kontemporer” membahas mengenai kedaulatan bahwa tidak semua hak pada negara-negara yang
negara ada dalam konsep dasar hukum menjalankan demokrasi menjamin hak-hak
internasional, dimana mengkaji kedaulatan negara rakyatnya, faktanya negara-negara Otoriter yang
dalam hubungan antar negara (Riyanto, 2012). Hal tidak menjamin hak-hak sipil dan poltik justru
yang membedakan dengan penulisan penelitian ini jarang terjadi gejolak, hal ini memunculkan apakah
adalah konsep mengenai kedaulatan negara dikaji setiap terjadinya perubahan sistem pemerintahan
dengan asal-usul historis melalui peristiwa dapat merubah kestabilan negara (Rosyidin,
Revolusi Perancis, sehingga ide-ide mengenai 2013). Penelitian ini pada dasarnya memiliki
Kedaulatan Negara yang berkembang tersebut persamaan bagaimana upaya mengubah sistem
dapat dipahami sejarahnya. pemerintahan yang dapat memicu terjadinya
Penelitian oleh Kiki Mikail berjudul “Sistem ditengah-tengah masyarakat. Unsur kebaharuan
Politik Iran Kontemporer : Dari Westernisasi hingga dalam penelitian ini bahwa selain menggunakan
Islamisasi” membahas mengenai perubahan unsur historis, penelitian ini juga mengkaji
sistem politik di Iran pada masa Revolusi Iran, menggunakan aspek-aspek politik, hukum, dan
dimana tujuan revolusi ini bermaksud untuk sosial yang terjadi. Hal inilah yang menghasilkan
menguatkan paham-paham mengenai keislaman tujuan bahwa perubahan sistem pemerintahan
dan menghindari pengaruh paham barat bukan merupakan kehendak penguasa, melainkan
(westernisasi) Amerika (Mikail, 2019). rakyat.
Perbedaannya dengan penelitian ini adalah unsur Pada penelitian jurnal ilmiah internasional,
kebaharuan dalam penelitian ini lebih ada beberapa penelitian membahas mengenai
memfokuskan kepada dampak yang berkembang Revolusi Perancis. Penelitian oleh Paul R. Hanson
dan meluas bukan saja terhadap negara yang berjudul “Political History of the French Revolution
Since 1989” membahas mengenai aspek-aspek

226
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

sejarah politik secara eksplisit dari Revolusi berdasarkan Pendekatan Sejarah (Historical
Perancis. Penelitian ini pada dasarnya membahas Approach) dan Pendekatan Konseptual
bagaimana pengaruh politik yang terjadi pasca (Conceptual Approach).
Revolusi Perancis (Hanson, 2019). Unsur Penelitian ini menggunakan bahan hukum
kebaharuan penelitian ini bahwa pengaruh yang primer dan bahan hukum sekunder sebagai dasar
terjadi pasca Revolusi Perancis bukan saja hukumnya. Bahan hukum primer itu berbentuk
mempengaruhi aspek politik, melainkan sisi konvensi, perjanjian, traktat, piagam, maupun
hukum, budaya, dan sosial yang dapat dilihat dari deklarasi, seperti Charter of The United Nations
pengaruh semboyan Revolusi yang berdampak 1945 (Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa 1945),
luas. The Universal Declaration of Human Rights 1984
Penelitian oleh Anthony Crubaugh berjudul (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia 1948),
“Local Justice and Rural Society in the French Declaration Des Droits De L'homme Et Du Citoyen
Revolution” membahas mengenai dampak sosial 1789 (Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan
yang terjadi akibat revolusi, dimana dampak Warga Negara 1789) dan beberapa instrumen
tersebut tidak hanya dirasakan masyarakat kota, hukum lainnya. Sedangkan bahan hukum
melainkan masyarakat pedesaan merasakan sekunder diambil berdasarkan sumber-sumber
dampak terhadap perubahan realitas hukum dan hukum online dan offline berupa buku, jurnal,
pemahaman mengenai kewarganegaraan yang artikel, dan beberapa penelitian hukum dan
dimilikinya (Crubaugh, 2000). Adapun sejarah lain yang relevan dalam penelitian ini.
perbandingan dengan jurnal tersebut memiliki
unsur kebaharuan, dimana dampak yang terjadi C. HASIL DAN PEMBAHASAN
pada Revolusi Perancis tidak hanya 1. Pola Sistem Pemerintahan dan Konsep
mempengaruhi dampak secara sosial, melainkan Kedaulatan Pra-Revolusi Perancis
hukum dan sistem pemerintahannya. Inovasi Negara merupakan sebuah wilayah
pembaruan dalam penelitian ini lebih mengkaji sisi kedaulatan, yang dapat disebut sebagai suatu
hukum didalam perubahan sistem pemerintahan organisasi kekuasaan yang memilkik unsur-unsur
dan konsep kedaulatan yang digunakan. terbentuknya negara, seperti pemerintahan yang
berdaulatan, wilayah, rakyat, dan pengakuan dari
B. METODE PENELITIAN negara lain. Menurut Aristoteles (384-322 SM),
Penelitian yang bersumberkan dengan fakta Negara dibentuk dengan tujuan mencapai
sejarah ini diteliti dengan menggunakan penelitian kebaikan yang tertinggi terhadap rakyatnya, hal ini
hukum normatif, dimana pengkajiannya

227
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

dianggap bahwa negara dapat mensejahterakan dari adanya pergeseran sistem pemerintahan yang
rakyatnya didalam suatu wilayah. sebelumnya berbentuk Kerajaan menjadi sebuah
Pada dasarnya negara dipandang sebagai Negara Republik. Peristiwa tersebut ditandai
institusi sosial dan kenyataan sosial yang dengan penggulingan kekuasaan Raja Louis XVI
menunjukkan adanya pola antara manusia dengan yang dianggap tidak berkompeten dalam
ikatan kehendak golongan masyarakat, dan menyingkapi persoalan negara dalam menjalankan
negara dipandang sebagai entitas dalam jumlah pemerintahan pada saat itu. Pemerintahan yang
besar yang mencakup golongan masyarakat dijalankan oleh Raja Louis XVI berbentuk monarki
tersebut (Usman, 2015). Negara dipandang telah diterapkan selama berabad-abad di Kerajaan
sebagai suatu sistem norma yang memiliki Perancis. Pemeritahan Monarki merupakan jenis
kesatuan dan kekhasan sehingga pantas disebut pemerintahan yang dikepalai oleh seorang Raja
sebagai suatu tatanan hukum. atau Ratu.
Konsep kedaulatan dalam hal ini berkaitan Pada prakteknya, jenis pemerintahan
dengan terbentuknya suatu negara. Terbentuknya monarki ada dua, yaitu Monarki Absolut dan
suatu negara terjadi karena orang-orang yang Monarki Konstitusional. Monarki Absolut adalah
mempunyai kesamaan, baik itu nasib, budaya, model pemerintahan yang kekuasaan tertingginya
kepentingan, dan lainnya, membentuk suatu dipegang langsung oleh satu orang raja atau ratu.
kelompok (genossenchaft) yang dipimpin oleh Model kekuasaan absolut ini selalu
seseorang. Hal inilah yang membedakan setiap memperlakukan “sebuah subjek” sebagai bentuk
negara memiliki tujuan yang berbeda. Tujuan pemerintahan, dimana artinya apapun yang
negara berdasarkan teori tujuan negara memiliki diinginkan raja atau ratu merupakan sebuah
tiga tujuan, yaitu negara yang bertujuan perintah yang harus dijalankan tanpa harus dikaji
kebahagiaan hidup manusia sebagai tujuan akhir atau diirumuskan terlebih dahulu sebuah perintah
manusia; negara yang bertujuan untuk tersebut (Daly, 1978). Bentuk monarki yang secara
menimbulkan negara kekuasaan (machtstaat) ; historis sangat nyata adalah monarki absolut yang
serta negara yang bertujuan untuk mencari terjadi di Eropa selama abad ke-18. Dibawah
kemakmuran (Soemarsono, 2007). Oleh karena itu bentuk pemerintahan ini yang juga dikenal sebagai
peran negara sangatlah penting, dimana harus ada despotisme, tatanan hukum dalam seluruh
sinergi antara pemerintah yang berdaulat dan tahapan dibuat dan diterapkan baik secara
rakyat. langsung oleh raja, maupun organ-organ yang
Peristiwa Revolusi Perancis yang terjadi dari diangkat oleh raja. Sedangkan Monarki
tahun 1789 hingga 1799 menjadi bagian penting Konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang

228
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

kekuasaan kepala negara dipegang oleh perdana pesan dalam menyampaikan perintahnya. Oleh
menteri yang dibatasi oleh ketentuan-ketentuan karena itu sifat absolutisme ini menjadi suatu
konstitusi negara. penentang bagi sebagian orang yang membenci
Pemerintahan Monarki dianggap menjadi aturan atau perintah yang dibuat secara
masalah besar dalam suatu pemerintahan, hal ini sewenang-wenang.
terbukti dengan munculnya berbagai Revolusi Sebelum terjadinya Revolusi Perancis, tidak
didunia, khususnya Perancis. Absolutisme yang ada pemisahan antara urusan negara dengan
diterapkan menjadi penghalang bagi kebebasan urusan agama. Keduanya dianggap sama dalam
seseorang. Hal inilah juga menjadi suatu wujud untuk menjalankan roda pemerintahan.
penghalang terhadap hak asasi manusia. Hubungan antar Negara dengan agama ini disebut
Ditambah lagi dengan pembagian kelas atau kasta Teokrasi. Teokrasi adalah bentuk pemerintahan
dalam masyarakat menjadi jurang pemisah antara dimana prinsip-prinsip ilahi memegang peranan
si kaya dan si miskin. utama atau bisa dikatakan sebagai sistem
Berdasarkan Teori Kedaulatan, memandang pemerintahan yang menjunjung dan berpedoman
sistem pemerintahan monarki sebagai Teori pada prinsip ilahi. Teokrasi direpresentasikan
Kedaulatan raja, karena kekuasaan dikendalikan sebagai Kedaulatan Tuhan karena kekuasaan
langsung oleh raja. Hal ini dianggap bahwa tertinggi berasal dari Tuhan. Namun hakikat ini
kekuasaan raja berada diatas konstitusi sehingga berubah setelah mengalami distorsi yang
dianggap tidak perlu mentaati norma-norma hukum digunakan untuk melanggengkan kekuasaan para
lainnya. Raja pada masa sistem permerintahan diktator oleh para Raja atau Ratu pada masa
Monarki selalu direpresentasikan sebagai wakil pemerintahan Monarki (Wahyuni, 2012).
Tuhan, sehingga tidak jarang kekuasaan tersebut Bentuk pemerintahan Teokrasi dapat
bersifat tirani. dikatakan lemah karena menimbulkan perspektif
Sistem pemerintahan yang diterapkan yang negatif. Hal ini dapat dilihat dari adanya
selama abad pertengahan (abad ke-16 sampai ke- golongan “Etats Rohaniawan” atau “Etats Kedua”,
18) menerapkan dua teori kedaulatan, yaitu Teori dimana golongan ini dianggap terlalu dekat dengan
Kedaulatan Tuhan dan Teori Kedaulatan Raja. pemerintahan sehingga menimbulkan banyak
Representasi dari kedua teori ini terlihat dari siapa permasalahan seperti korupsi dan perilaku
yang memimpin. Keterlibatan Paus dalam suatu sewenang-wenang dari kaum rohaniawan.
pemerintahan dianggap sebagai aturan mutlak Padahal jika melihat dari tugas dan
yang menganggap bahwa perintahnya merupakan tanggungjawabnya sebagai kaum rohaniawan,
perintah dari Tuhan, dan gereja menjadi penyalur

229
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

seharusnya lebih dekat kepada rakyat dan memiliki bertanggungjawab terhadap hal tersebut.
peran dalam pembentukan karakter umatnya. Pengambil alihan kekuasaan pemerintah ini
Sistem pemerintahan kerajaan yang turun- dianggap sebagai langkah dalam menjunjung
temurun juga menjadi penyebab kekuasaan hanya tinggi sekaligus memperjuangkan hak asasi
berpusat kepada ikatan keluarga kerajaan. Sistem manusia yang mereka miliki.
pemerintahan yang hanya dipegang oleh satu Runtuhnya Monarki Absoulut Raja Louis
orang (Otokrasi) menyebabkan tidak ada yang XVI, tidak serta merta membuat Perancis langsung
dapat membatasi kekuasaan Raja, sehingga berganti ke sistem pemerintahan Republik.
rentan terjadinya permasalahan, seperti krisis Gerakan revolusi yang dilakukan oleh Rakyat
ekonomi, kelaparan, utang negara, penjajahan dari secara langsung menyebabkan belum dapat
negara lain, dan sebagainya. menetapkan pemimpin dalam pemerintah
Pemerintahan Monarki dikategorikan selanjutnya. Oleh karena itu jatuhnya
sebagai konsep otokrasi, sedangkan pemerintahan pemerintahan Monarki Absolut diganti dengan
republik dikategorikan sebagai konsep oligarki. pemerintahan Monarki Konstitusional sebagai jalan
Menurut Robert Barros, “Otokrasi adalah aturan untuk merumuskan konstitusi negara dan
seseorang atau sekelompok orang yang arogan perlengkapan aparatur negara.
pada diri mereka sendiri dan memonopoli 2. Perkembangan Sistem Pemerintahan dan
kekuasaan di negara bagian, melaksanakannya Konsep Kedaulatan Pasca Revolusi
tanpa menahan diri” (Barros, 2002). Sedangkan Perancis terhadap Hukum Internasional
Oligarki menurut Robinson-Hadiz didefinisikan Keruntuhan Monarki Absolut menjadi
sebagai sebuah sistem relasi kekuasaan yang pertanda revolusi yang dijalankan rakyat Perancis
menghubungkan antara negara dan kaum borjuis, berhasil. Setelah pemerintahan Monarki Absolut
dimana konsentrasi kekayaaan yang terdapat pada diganti dengan pemerintahan Monarki
kaum borjuis dipadukan antara akulmulasi Konstitusional, Majelis Konstituante Nasional
kekayaan dan kekuasaan politik (Ananta, 2016). dibentuk untuk menghapuskan feodalisme yang
Adanya perubahan ini terjadi karena terjadi selama berabad-abad tersebut. Majelis
ketidaksenangan rakyat kepada sistem Konstituante Nasional membentuk sebuah
pemerintahan yang lama, yang dalam hal ini dokumen bernama “Dekret Agustus” yang
bersifat feodalisme, aristokrasi, dan monarki, bertujuan menghapuskan seluruh hak istimewa.
sehingga rakyat dengan inisiatif mengambil alih Pembentukan dokumen tersebut kemudian
kekuasaan pemerintah. Rakyat menjadi melahirkan sebuah deklarasi HAM bernama
penyelenggara kesejahteraan dan “Deklarasi Hak Asasi Manusia dan Warga Negara

230
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

1789” atau “La Declaration Des Droits De Revolusi Perancis diidasari oleh paham
L'homme Et Du Citoyen 1789”. Majelis Liberalisme, Demokrasi dan Nasionalisme, dimana
Konstituante Nasional dibentuk tidak hanya paham-paham inilah yang kemudian berkembang
berfungsi sebagai badan legislatif, melainya dalam hukum internasional. Paham Liberalisme
sebagai badan yang menyusun konstitusi baru. menurut Max Weber dianggap pandangan
Hal inilah yang kemudian melahirkan Negara mengenai individu yang bebas untuk memilih
Republik Perancis. nilainya sendiri (Bakar, 2012). Paham Demokrasi
Terbentuknya Republik Perancis merupakan diartikan sebagai sebuah mekanisme politik dalam
negara pertama yang mendeklarasikan negaranya menentukan pendapat dan memilih pemimpinnya
sebagai negara republik di Eropa. Pada bentuk Demokrasi direpresentasikan sebagai kebebasan
pemerintahan Republik ini, kekuasaan tertinggi hak dalam berpendapat dan memilih pemimpinnya
bersumber kepada rakyat. Menurut John Locke sendiri (Nugroho, 2012). Sedangkan Nasionalisme
sebagai pelopor Teori Kedaulatan Rakyat diartikan sebagai sebuah paham kebangsaan yang
menyatakan bahwa kekuasaan bukanlah milik dimiliki oleh rakyatnya dalam sebuah negara.
Raja yang memimpin, melainkan milik rakyat yang Sikap kebangsaannya tersebut muncul karena sifat
dipimpin. Karena pada hakikatnya, kekuasaan kecintaannya terhadap negara karena memiliki
timbul akibat adanya perjanjian masyarakat, sejarah dan cita-cita yang sama dalam membentuk
dimana rakyat menyerahkan hak-hak rakyat negara, serta persamaan cita-cita dan tujuan
kepada pemerintah untuk diatur, dan kekuasaan bangsa (Alfaqi, 2015).
pemerintah mengembalikan hak tersebut melalui Pembentukan Republik Perancis juga
hak dan kewajiban yang diatur dalam bentuk dianggap sebgai langkah awal dalam
peraturan perundang-undangan. Perjanjian penghapusan golongan atau kelas dalam strata
masyarakat tersebut dikenal dalam buku John sosial masyarakat. Hal ini kemudian melahirkan
Locke “Du Contract” sebagai “Kontrak Sosial”, paham sekularisme, dimana menurut paham ini
dimana bertujuan untuk membentuk badan yang menyatakan sebuah intitusi atau badan negara
diberikan kekuasaan untuk menyelenggarakan harus terpisah dari unsur agama dan kepercayaan.
ketertiban masyarakat (Fahmi, 2010). Adanya Paham ini menjelaskan pemisahan antara urusan
kedaulatan suatu negara pada dasarnya negara dan urusan agama. Sehingga Sekularisme
mengarahkan hak negara untuk secara bebas dipandang sebagai paham yang menunjang
menentukan status politik, struktur sosial, ekonomi, kebebasan beragama dan kebebasan dari
dan budaya dalam wilayah tersebut (Christmas & pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan
Seetiyono, 2019). sebuah kerangka yang netral, serta memahami

231
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

bahwa menyelesaikan suatu permasalahhan tanpa dari Revolusi Perancis diadopsi oleh beberapa
mengatasnamakan sebuah agama tertentu. wilayah. Perkembangan hukum internasional yang
Paham inilah yang kemudian menjadi prinsip dapat dilihat pasca Revolusi Perancis yaitu secara
utama dalam pemisahan gereja dan negara dalam sistem pemerintahan, bentuk pemerintahan
mengurusi persoalan negara. Republik telah hampir diterapkan diseluruh daratan
Perkembangan sistem pemerintahan pasca Eropa (kecuali Kerajaan Inggis), bahkan sampai ke
Revolusi Perancis dilihat dari terbentuknya suatu negara-negara di Asia, Afrika, dan Amerika. Hal
negara. Teori Perjanjian Masyarakat dan Teori inilah yang menyebabkan Eropa sebagai pusat
Kedaulatan Rakyat menciptakan suatu perangkat episentrum negara Republik.
berbentuk badan atau lembaga yang diangkat oleh Selain dari perkembangan sistem
rakyat untuk melindungi kepentingan rakyat, pemerintahan, perkembangan selanjutnya berasal
termasuk hak asasi manusia. Hak asasi manusia dari penalaran paham Liberalisme yang
yang terbentuk merupakan sebuah cita-cita dari berkembang. Paham ini dikatakan sebagai paham
rakyat yang menumpahkan darahnya untuk kebebasan yang tidak hanya menjalar di bidang
menghapus penindasan yang terjadi selama politik, melainkan di bidang ekonomi, budaya, dan
berabad-abad dengan menegaskan kebebasan bidang lainnya. Di bidang Ekonomi dapat dilhat
manusia. dengan terbentuknya Masyarakat Ekonomi Eropa/
Revolusi Perancis nyatanya tidak hanya European Economic Community yang lahir dari
membawa perubahan dalam perkembangan kebebasan dalam melakukan kegiatan ekonomi
sistem pemerintahan, melainkan kepada dan perdagangan.
penegakan hak asasi manusia juga diperjuangkan. Penalaran dalam paham Demokrasi menjadi
Implikasi lahirnya paham-paham Liberalisme, sebuah bukti bahwa negara tersebut menjunjung
Demokrasi, dan Nasionalisme membawa tinggi kedaulatan rakyat. Hal ini dibuktikan dengan
perubahan yang signifikan terhadap sistem dijalankannya pemungutan suara, baik kepada
pemerintahan. Terbentuknya elemen-elemen lembaga, oeganisasi, maupun oeang, dalam
pendukung dalam kontrak sosial melahirkan memilih hak suara mereka. Penaalaran mengenai
badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif demokrasi ini juga melahirkan aparatur
didalam Trias Politika. pemerintahan dengan memilih siapa saja yang
Perkembangan hukum internasional yang diangkat oleh rakyat sebagai pemangku
terjadi pasca Revolusi Perancis membawa pemerintahan di lembaga eksekutif, legislatif, dan
perubahan terhadap hubungan antara negara. Hal yudikatif. Perkembangan hukum internasional
ini dapat dilihat bahwa paham-paham yang lahir pasca Revolusi Perancis ini juga membentuk

232
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

hubungan kerjasama antar negara dalam pemerintahan yang sebelumnya hanya


membantu negara-negara membentuk tatanan berdasarkan ikatan keluarga kerajaan atau kaum
bersama-sama. Karena pada hakikatnya, kelas atas, menjadi semua rakyat berhak
membentuk suatu perjanjian antar negara harus menentukan pemimpin mereka sendiri dalam
memiliki kedaulatan negara. sebuah pemilihan umum. Selain ketiga paham
tersebut, paham Sekularisme juga hadir sebagai
D. SIMPULAN pemisah antara urusan agama dan urusan negara,
Revolusi Perancis menjadi sebuah peristiwa dimana pada masa pemerintahan monarki, gereja
penting yang membawa perubahan terhadap dan negara selalu berbarengan dalam memimpin,
sistem pemerintahan yang baru serta konsep sehingga dianggap gereja terlalu mencampuri
kedaulatan. Sebelum terjadinya Revolusi Perancis, urusan negara.
kekuasaan yang dikendalikan oleh raja dalam Lahirnya paham-paham baru Pasca-
sistem pemerintahan monarki selalu Revolusi Perancis hingga kini berkembang dan
direpresentasikan sebagai pemerintahan tirani diadopsi kedalam sistem hukum dan
yang absolut, dimana pemerintahan terbentuk oleh pemerintahan. Paham-paham ini dianggap sangat
raja dan untuk raja, sehingga tidak jarang mempengaruhi sistem pemerintahan dan
kekuasaan yang dikendalikan oleh raja atau ratu kedaulatan hingga sekarang dalam hukum
secara langsung tidak memperhatikan hak-hak internasional. Hal ini dapat dilihat mayoritas
rakyatnya, hal ini seringkali menyebabkan krisis negara-negara hingga sekarang menerapkan pola
ditengah-tengah masyarakat. Sistem pembagian kekuasaan dalam memerintah serta
Pemerintahan Monarki pada dasarnya hanya menerapkan demokrasi dalam memilih pemimpin
mementingkan kesejahteraan kelas atas dan mereka. Tidak hanya berlaku terhadap negara.
menengah. Pasca terjadinya Revolusi Perancis Bahkan organisasi internasional juga mengadopsi
pemisahan kelas tersebut dihapuskan seiring paham-paham tersebut dalam upaya menjalankan
dengan penghapusan sistem pemerintahan organisasinya. Hal ini terbukti paham-paham yang
monarki yang dianggap tidak berperikemanusiaan. lahir Pasca-Revolusi Perancis membawa dampak
Kebebasan hak pasca Revolusi Perancis yang besar dalam sistem pemerintahan dan
selalu menjadi perhatian, karena pasca Revolusi konsep-konsep kedaulatan, dimana rakkyat
Perancis tersebut melahirkan paham-paham baru berperan langsung dalam membangun negara.
seperti Liberalisme, Demokrasi, dan Nasionalisme.
Paham-paham baru ini, terutama mengenai paham
Demokrasi dianggap mengubah sistem

233
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

DAFTAR PUSTAKA Journal, Vol.21, (No.2), pp.227-250. DOI:


JURNAL https://doi.org/10.1017/S0018246X0000052
Alfaqi, Mifdal Z. (2015). Memahami Indonesia 2.
Melalui Prespektif Nasionalisme, Politik Fahmi, K. (2010). Prinsip Kedaulatan Rakyat
Identitas, Serta Solidaritas. Jurnal Dalam Penentuan Sistem Pemilihan Umum
Pendidikan Pancasila dan Anggota Legislatif. Jurnal Konstitusi, Vol.7,
Kewarganegaraan, Vol.28, (No.2), pp.111- (No.3), pp.119-160. DOI: https://doi.org/
116. DOI: http://dx.doi.org/ 10.31078/jk%25x.
10.17977/jppkn.v28i2.5451. Hanson, Paul R. (2019). Political History of the
Ananta, Dicky D. (2016). Politik Oligarki dan French Revolution Since 1989. Journal of
Perampasan Tanah di Indonesia : Kasus Social History, Vol.52, (No.3), pp.584-592.
Perampasan Tanah di Kabupaten Kerawang DOI : https://doi.org/10.1093/jsh/shy075
Tahun 2014. Jurnal Politik, Vol.2, (No.1), Kuahaty, Sarah S. 2014. Pengaruh Hukum
pp.101-135. DOI: https://doi.org Internasional Terhadap Perkembangan
/10.7454/jp.v2i1.83. Hukum Kontrak Di Indonesia. Jurnal Sasi,
Bakar, Muhammad Yunus A. (2012). Pengaruh Vol.20, (No.2), pp.64-70.
Paham Liberalisme dan Neolibearlisme Mikail, K. (2019). Sistem Politik Iran Kontemporer :
Terhadap Pendidikan Islam di Indonesia. Dari Westernisasi Hingga Islamisasi. Jurnal
Jurnal Tsaqafah, Vol.8, (No.1), pp.135-160. Inteletualika : Keislaman, Sosial, dan Sains,
DOI: http://dx.doi.org/10.21111/tsaqafah.v8i Vol.8, (No.2), pp.139-148.
1.22. Nugroho, H. (2012). Demokrasi dan Demokratisasi
Christmas, Sandy Kurnia & Setiyono, Joko. (2019). : Sebuah Kerangka Konseptual Untuk
Intervensi Militer Terhadap Kudeta Politik Memahami Dinamika Sosial-Politik di
Menurut Prinsip Jus Cogens. Jurnal Indonesia. Jurnal Pemikiran Sosiologi, Vol.1,
Pembangunan Hukum Indonesia, Vol.1, (No.1), pp.1-15. https://doi.org/
(No.3), pp.308-321. DOI: https://doi.org 10.22146/jps.v1i1.23419.
/10.14710/jphi.v1i3.308-321. Riyanto, S. (2012). Kedaulatan Negara Dalam
Crubaugh, A. (2000). Local Justice and rural Kerangka Hukum Internasional
Society in the French Revolution. Journal of Kontemporer. Yustisia Jurnal Hukum, Vol.1,
Social History, Vol.34, (No.2), pp.327-350. (No.3), pp.5-14. DOI: https://doi.org/
Daly, J. (1978). The Idea of Absolute Monarchy in 10.20961/yustisia.v1i3.10074.
Seventeent-Century England. The Historical

234
Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia Program Studi Magister Ilmu Hukum
Volume 2, Nomor 2, Tahun 2020 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro

Rosenfeld, S. (2019). The French Revolution in (No.1), pp.130-140. DOI: https://doi.org/


Cultural History. Journal of Social History, 10.24252/ad.v4i1.1506.
Vol.32, (No.3), pp.555-565. DOI : Wahyuni, S. (2012). Demokarsi dan Negara
https://doi.org/10.1093/jsh/shy078. Hukum Dalam Islam. Jurnal Review Politik,
Rosyidin, M. (2013). Dari Otoritarian Ke Demokrasi Vol.2, (No.2), pp.153-173.
: Bagaimana Mendorong Negara Menuju
Kestabilan dan Keterbukaan ?. Jurnal BUKU
Penelitian Politik, Vol. 10, (No.1), pp.155- Az., Lukman S. (2014). Para Martir Revolusi
160. Dunia. Yogjakarta : Palapa
Soemarsono, M. (2007). Negara Hukum Indonesia Barros, R. (2002). Constitutionalism and
Ditinjau Dari Sudut Teori Tujuan Negara. Dictatorship : Pinochet, The Junta, and the
Jurnal Hukum dan Pembangunan, Vol.37, 1980 Constitution. United Kingdom :
(No.2), pp.299-322. DOI: http://dx.doi.org/ Cambridge.
10.21143/jhp.vol37.no2.1480. Shaw, Malcom N. (2008). International Law. United
Sondarika, W. (2017). Peranan Golongan Borjuis Kingdom : Cambridge University Press
Dalam Revolusi Perancis 1789. Jurnal
Wahana Pendidikan. Vol.4 (No.2). pp.1-7
Sungkar, L. (2007). Peranan Golongan Borjuis
Pada Revolusi Perancis Tahun 1789. Jurnal
Sejarah Citra Lekha, Vol.11, (No.1), pp.59-
67.
Sunyowati, D. (2013). Hukum Internasional
Sebagai Sumber Hukum Dalam Hukum
Nasional (Dalam Perspektif Hubungan
Internasional dan Hukum Nasional di
Indonesia). Jurnal Hukum dan Peradilan,
Vol.2, (No.1), pp.67-84. DOI: http://dx.doi.
org/10.25216/JHP.2.1.2013.67-84.
Usman. (2015). Negara dan Fungsinya (Telaah
atas Pemikiran Politik). Jurnal Hukum
Pidana & Ketatanegaraan : Al-Daulah, Vol.4,

235

View publication stats

You might also like