Professional Documents
Culture Documents
4 (2): 261-274
DOI: https://doi.org/10.29244/jskpm.4.2.261-274
Copyright ã 2020 Departemen SKPM - IPB
http://ejournal.skpm.ipb.ac.id/index.php/jskpm
ISSN: 2338-8021; E-ISSN: 2338-8269
ABSTRACT
The progress of increasingly sophisticated science and technology has led to a lot of development that refers to
industrialization, especially in the private sector. Development carried out in Indonesia, is still gender biased and lacks
consideration for the role of women. The amount of development including companies has an impact on the environment
and society, so the government has obliged every company to carry out activities called Corporate Social Responsibility
(CSR). The CSR program is one of the community empowerment programs and can also be applied as a women's
empowerment program. The purpose of this research is to see the relationship between the success rate of CSR programs
and the level of empowerment of rural women. This study uses a combination of quantitative approaches and qualitative
approaches. The quantitative approach is done by the census method using questionnaire instruments while the
qualitative approach uses the case study method and is obtained through in-depth interview guides. The results showed
that there was no relationship between the success rate of the CSR program and the level of empowerment of rural women
in Sumbermulyo Village . This is because the success of CSR programs and the empowerment of CSR programs is more
to the social and not economic aspects.
Key words : Corporate Social Responsibility, Success, Women Empowerment
ABSTRAK
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih menyebabkan banyaknya pembangunan yang merujuk
pada industrialisasi khususnya di sektor swasta. Pembangunan yang dilakukan di Indonesia, masih bias gender dan kurang
mempertimbangkan peran perempuan. Banyaknya pembangunan termasuk perusahaan memiliki dampak bagi lingkungan
dan masyarakat, maka pemerintah telah mewajibkan setiap perusahaan untuk melakukan kegiatan yang disebut dengan
Corporate Social Responsibility (CSR). Program CSR merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat dan
dapat pula diterapkan sebagai program pemberdayaan perempuan. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk melihat
hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR dengan tingkat keberdayaan perempuan pedesaan. Penelitian ini
menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan
metode sensus menggunakan instrumen kuesioner sedangkan pendekatan kualitatif menggunakan metode studi kasus dan
didapatkan melalui panduan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
tingkat keberhasilan program CSR dengan tingkat keberdayaan perempuan pedesaan di Desa Sumbermulyo. Hal ini
karena keberhasilan program CSR dan keberdayaan program CSR lebih kepada aspek sosial bukan ekonomi.
1
Data diakses melalui web BPS pada tanggal 19 September 2017.
Dapat diakses di: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1053\
Pengolahan Besar dan Sedang, Jawa dan Luar Jawa, menyebutkan bahwa tingkat pemberdayaan
tahun 2001-2015 sebesar 26.322 unit yang memiliki perempuan dalam program yang ditelitinya berada
kecenderungan peningkatan jumlah perusahaan tiap pada tahapan partisipasi. Adapun hasil penelitian
tahunnya. Sebagaimana tercantum dalam Undang- menurut Wahyuningrum et al. (2013), program CSR
Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan memiliki pengaruh baik secara simultan maupun
Terbatas pada pasal 74 ayat 2 yang menyebutkan parsial terhadap pemberdayaan masyarakat.
bahwa “Tanggung jawab sosial merupakan Berdasarkan penelitian tersebut dijelaskan bahwa
kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan program CSR dapat berperan dalam pemberdayaan
diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang masyarakat khususnya perempuan. Sulitnya
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan perempuan untuk mendapatkan akses sebenarnya
kepatutan dan kewajaran”. dapat diberdayakan pula dengan program CSR. Oleh
karena itu, penulis merasa penting untuk
Menurut Elkington (1997), idealnya kebijakan dan
menganalisis hubungan tingkat keberhasilan
program CSR merupakan suatu bentuk pembelajaran
program Corporate Social Responsibility (CSR)
partisipatif yang diharapkan mampu menjadi sarana
dengan tingkat keberdayaan perempuan pedesaan.
pemberdayaan (empowerment) masyarakat yang
merujuk pada konsep Tripple Bottom Line yaitu PENDEKATAN TEORITIS
people, planet, dan profit. Menurut Wibisono (2007),
implementasi program-program Corporate Social Konsep Corporate Social Responsibility
Responsibility sangat bergantung pada cara setiap Semakin berkembangnya zaman CSR memiliki
perusahaan memandang makna atau motivasi pengertian tersendiri menurut pakarnya masing-
perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawab masing. Sukada et al. (2007) dalam bukunya CSR for
sosial perusahaan. Better Life menjelaskan definisi CSR sebagai segala
upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis
Perihal pembangunan di Indonesia, (Pasaribu 2009)
menjelaskan bahwa secara relatif kaum perempuan untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
masih serba ketinggalan daripada laki-laki terutama berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan
dalam menghadapi tuntutan kemajuan dan lingkungan, dengan meminimumkan dampak negatif
dan memaksimumkan dampak positif kegiatan
pembangunan masa kini dan masa mendatang.
pembangunan. Menurut Nasdian (2014) Corporate
Menurut Hubeis et al. (2010), tingkat pemberdayaan
perempuan masih rendah khususnya di pedesaan, Social Responsibility (CSR) lebih berperan sebagi
perempuan dalam rumah tangga di pedesaan, etika bisnis perusahaan, yang diimplementasikan
sebagai suatu kebijakan dan program telah
terutama yang miskin, harus berperan ganda yaitu
selain sebagai pengurus rumah tangga juga sebagai memberikan dampak pada masyarakat sekitar, baik
secara ekonomi, sosial, dan politik.
pencari nafkah keluarga. Dengan kondisi tersebut,
maka perlu ditambah pendidikan dan keterampilan Mutmaina (2014) menyatakan bahwa implementasi
untuk mengakses sumber mata pencaharian lain CSR merupakan perwujudan komitmen yang
demi kesejahteraan keluarga yang lebih baik. Salah dibangun oleh perusahaan yang bertujuan untuk
satu upaya dalam melakukan pemberdayaan tersebut memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas
dapat dilakukan melalui program CSR. kehidupan masyarakat. CSR adalah suatu bentuk
PT. Unilever Indonesia Tbk, merupakan salah satu tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat
perusahaan yang memperhatikan aspek pertanian. sekitar dengan upaya meminimalkan dampak negatif
Kegiatan Program CSR ini berupa pemberdayaan dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup
perempuan Saraswati di Desa Sumbermulyo, aspek ekonomi sosial dan lingkungan (tripple bottom
line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
Kabupaten Bantul yang ditujukan kepada peserta
sortasi kedele hitam Malika berupa pelatihan- berkelanjutan (Wibisono 2007).
pelatihan. Harapan dari pemberdayaan sumberdaya CSR merupakan komitmen perusahaan untuk
manusia melalui program-program pendidikan dan membangun kualitas kehidupan yang lebih baik
pelatihan sehingga dapat membuka peluang kerja bersama dengan para pihak yang terkait, utamanya
dan usaha secara mandiri (Nasdian 2014). masyarakat di sekelilingnya dan lingkungan sosial
Berdasarkan penelitian Dewinta (2015), data yang dimana perusahaan tersebut berada, yang dilakukan
disajikan berupa tingkat pemberdayaan perempuan terpadu dengan kegiatan usahanya secara
dalam program CSR terhadap peran pendamping, berkelanjutan (Kurniasari 2015). Program CSR yang
dikembangkan sekarang bukan hanya sekedar sendirinya perusahaan telah melaksanakan investasi
penerapan program saja tetapi juga sosial. Sebagai investasi sosial maka perusahaan
mengkolaborasikan berbagai pihak dalam rangka akan memperoleh keuntungan dalam bentuk manfaat
untuk meningkatkan kualitas hidup dan yang akan diperoleh, antara lain yaitu:
pemberdayaan masyarakat. Harapannya dengan
a. Meningkatkan profitabilitas dan kinerja finansial
pelaksanaan program CSR masyarakat akan secara
yang lebih kokoh, misalnya lewat efisiensi
mandiri untuk dapat meningkatkan kualitas
lingkungan;
hidupnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan
b. Meningkatkan akuntabilitas, assessment dan
Khoiriyah (2017) bahwa pemberdayaan masyarakat
komunitas investasi;
saat ini tidak hanya menjadi tanggung jawab
c. Mendorong komitmen karyawan, karena mereka
pemerintah semata melainkan bagi lembaga swadaya
diperhatikan dan dihargai;
masyarakat (LSM) dan dunia usaha. Salah satu
d. Menurunkan kerentanan gejolak dengan
bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh dunia
komunitas; dan
usaha adalah program CSR.
e. Mempertinggi reputasi dan corporate building.
Pelaksanaan dari konsep CSR dapat berwujud
Keberhasilan Program Corporate Social
berupa program yang diterapkan kepada masyarakat
Responsibility
setempat dengan karakteristik tertentu. Menurut
Kurniasari (2015) mengungkapkan bahwa, Ada Pengertian konsep keberhasilan lainnya dijelaskan
berbagai macam bentuk CSR di lapangan menurut Mutmaina (2014), keberhasilan suatu
diantaranya CSR berbasis karikatif (charity), CSR perusahaan dalam mengimplementasikan program
berbasis kedermawanan (philanthropy) dan CSR CSR adalah tidak hanya diterimanya perusahaan
berbentuk pemberdayaan masyarakat (community yang bersangkutan di dalam masyarakat akan tetapi
development). perusahaan tersebut harus dapat berpartisipasi dan
berfungsi penuh terhadap kehidupan masyarakat
Zaidi (2003) juga mengklasifkasikan karakteristik
sebagai suatu kesatuan sosial, ekonomi, politik dan
dan tahap-tahap tanggung jawab sosial perusahaan
teknologi. Pengukuran tingkat keberhasilan program
yang dibagi menjadi tiga tahapan yaitu:
CSR dapat diukur dengan tiga indikator yaitu
a. Charity atau lazim disebut karitas merupakan partisipasi peserta, pendapatan peserta, dan
kegiatan pemberian bantuan yang bersifat keragaman nafkah peserta.
menyelesaikan masalah sesaat.
Nagoro (2015) menjelaskan bahwa tingkat
b. Philantrophy atau yang lazim disebut filantropi
keberhasilan implementasi program CSR dapat
merupakan kegiatan pemberian sumbangan yang
dikaitkan dengan konsep modal sosial dan
ditujukan untuk kegiatan investasi sosial yang
partisipasi. Hal tersebut dibuktikan dengan
diarahkan pada penguatan kemandirian
meningkatnya pendapatan responden sebagai
masyarakat seperti pendidikan dan peningkatan
penerima program (indikator ekonomi) dan
peluang ekonomi atau peningkatan
terjalinnya hubungan baik antara masyarakat dengan
kesejahteraan yang pada umumnya
penyelenggara program (indikator sosial).
membutuhkan pengelolaan yang sistematis dan
terencana. Menurut Anggraini (2013), untuk mengukur tingkat
c. Corporate citizenship merupakan pemberian keberhasilan program CSR, dapat digunakan dua
bantuan yang dilakukan oleh perusahaan dengan indikator yaitu tingkat pengetahuan dan tingkat
misi memberikan kontribusi pada masyarakat partisipasi. Dengan dua indikator tersebut
dengan sistem pengelolaan yang terangkum menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan program
dalam kebijakan perusahaan. CSR yang dilaksanakan di wilayah tersebut masih
tergolong rendah.
Manfaat Program Corporate Social Responsibility
Pemberdayaan Masyarakat
Penerapan program CSR yang diberikan oleh
perusahaan kepada masyarakat diharapkan dapat Prasodjo dalam Wahyuningrum et al. (2013)
memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. mengemukakan beberapa hal mengenai
Menurut Wahyuningrum et al. (2013) menyatakan pemberdayaan masyarakat, antara lain:
bahwa, perusahaan yang telah meyakini CSR sebagai a. Pemberdayaan pada dasarnya adalah memberi
suatu kewajiban bagi perusahaan, maka dengan kekuatan kepada pihak yang kurang atau tidak
bahwa dalam mengukur pengaruh sebuah kebijakan, yang dimiliki oleh peserta perempuan. Secara
dan atau program pembangunan terhadap kuantitatif, seluruh peserta menyatakan bahwa
masyarakat menurut perspektif gender, dapat program yang dilaksanakan telah berhasil karena
menggunakan dua konsep penting berdasarkan telah memenuhi kebutuhan praktis dan kebutuhan
penilaian kebutuhan gender yaitu pemenuhan strategis. Namun, peserta perempuan merasakan
kebutuhan praktis gender dan kebutuhan strategis pemenuhan kebutuhan strategis yang lebih rendah
gender. Pemberdayaan perempuan yang dimaksud daripada peserta laki-laki dan peserta laki-laki
oleh Moser ini adalah membuat perempuan berdaya merasakan pemenuhan kebutuhan praktis yang lebih
dalam memenuhi kebutuhan praktis gender dan rendah daripada peserta perempuan. Penelitian ini
kebutuhan strategis gender. menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat
kesetaraan gender dalam pelaksanaan program CSR,
Konsep pemberdayaan perempuan itu sendiri
maka semakin tinggi tingkat keberhasilan program
merupakan proses kesadaran dan pembentukan
CSR dalam memenuhi kebutuhan praktis dan
kapasitas (capacity building) terhadap partisipasi
strategis gender peserta. Susanti (2013) menjelaskan
yang lebih besar untuk memiliki kekuasaan dan
hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa
pengawasan dalam pembuatan keputusan dan
program pemberdayaan perempuan dapat
transformasi (transformation action) agar
menciptakan keberdayaan bagi perempuan kepala
perempuan mampu menghasilkan sesuatu yang
keluarga yang berusia lanjut karena mereka
bermanfaat. Pemberdayaan perempuan merupakan
mengikuti program hanya untuk mengisi waktu
upaya untuk mewujudkan kesetaraan peran, akses,
luang, berkumpul bersama, dan memperoleh
dan kontrol perempuan dan laki-laki di semua bidang
informasi.
pembangunan. Program-program pemberdayaan
perempuan yang dilakukan oleh pemerintah dan Kerangka Pemikiran
masyarakat selama ini merupakan upaya untuk
Program CSR yang diadakan oleh PT. Unilever
senantiasa mewujudkan tercipatanya dan
Indonesia Tbk di Desa Sumbermulyo, Kabupaten
terdistribusinya manfaat pembangunan bagi laki-laki
Bantul, Yogyakarta lebih ditujukan kepada
dan perempuan secara berimbang (Marwanti dan
perempuan anggota keluarga petani kedele hitam
Astuti 2012).
yang ada di desa tersebut. Berbeda dengan program
Tingkat keberdayaan sendiri merupakan suatu CSR yang lain, PT. Unilever Tbk memiliki program
dampak dari adanya suatu program tertentu yang khusus yaitu pemberdayaan perempuan Saraswati.
diadakan oleh suatu agensi pemerintah ataupun Program CSR tersebut dikhususkan untuk
swasta. Menurut Susanti (2013) tingkat keberdayaan perempuan dengan tujuan memberdayakan dan
perempuan dapat diukur dengan menggunakan lima memandirikan perempuan secara berkelanjutan.
indikator yaitu, tingkat kesejahteraan, akses terhadap
Berdasarkan hasil penelitian Prastiwi (2012) yang
sumberdaya, kesadaran kritis, partisipasi dan kontrol
menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
peserta setelah mengikuti program.
kesetaraan gender maka tingkat keberhasilan
Foilyani (2009) telah melakukan penelitian dan program semakin tinggi, Penulis tertarik untuk
hasilnya menjelaskan bahwa pemberdayaan meneliti program CSR yang memfokuskan pada
masyarakat yang diteliti dapat ditinjau dari aspek pemberdayaan perempuan seperti yang dilakukan
ekonomi dan sosial, sebagian masyarakatnya berada oleh PT. Unilever Tbk melalui pemberdayaan
di tahapan keluarga pra sejahtera dan keluarga perempuan Saraswati. Hal ini karena perempuan
sejahtera. Selain itu, keberhasilan program adalah aspek penting dalam rumah tangga (Hubeis et
pemberdayaan didukung juga dengan semangat al. 2010). Selain itu program CSR yang sudah
perempuan di sana yang ingin memperbaiki banyak berlangsung sudah banyak yang melibatkan
perekonomian keluarganya. Menurut Prastiwi (2012) laki-laki, namun perempuan seringkali tidak terlibat.
pelaksanaan program CSR terhadap pemberdayaan Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka timbul
perempuan telah menunjukkan kesetaraan gender, suatu proporsi baru bagaimanakah jika penentu
hanya saja persentase laki-laki lebih banyak berperan pemberdayaan perempuan adalah keberhasilan
dalam aktifitas program. Hal ini karena peserta laki- program. Untuk itu perlu dilakukan penelitian
laki memiliki akses terhadap sumberdaya dari mengenai hubungan keberhasilan program dengan
program CSR dan kontrol terhadap sumberdaya dari pemberdayaan perempuan.
pemberian program CSR yang lebih besar daripada
Mutmaina (2014) menjelaskan bahwa, bentuk dapat melengkapi informasi guna memahami
keberhasilan suatu perusahaan dalam fenomena sosial yang ada di lapang. Pendekatan
mengimplementasikan program CSR tidak hanya kuantitatif dilakukan dengan metode sensus, yaitu
diterimanya perusahaan yang bersangkutan di dalam penelitian yang mengambil seluruh unsur dari
masyarakat akan tetapi perusahaan tersebut harus populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai
dapat berpartisipasi dan berfungsi penuh terhadap alat pengumpul data primer (Effendi dan Tukiran
kehidupan masyarakat sebagai suatu kesatuan sosial, 2012). Pendekatan kuantitatif tersebut digunakan
ekonomi, politik dan teknologi. Penerapan program untuk menjawab pertanyaan terkait hubungan
CSR dikategorikan berhasil diukur dengan indikator- keberhasilan program terhadap keberdayaan
indikator tertentu yaitu: (1) tingkat partisipasi perempuan melalui kuesioner kepada 30 responden.
peserta, (2) tingkat pendapatan individu peserta, dan Pendekatan kualitatif menggunakan metode studi
(3) tingkat keragaman nafkah peserta. kasus.
Pemberdayaan perempuan sendiri memiliki Penelitian ini dilakukan di Desa Sumbermulyo,
pengertian keterlibatan perempuan dalam Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Pemilihan lokasi
pembangunan dan perempuan secara aktif dan penelitian dilakukan secara sengaja (purposive).
merasakan manfaat adanya program (Jeckoniyah Alasan pemilihan lokasi ini adalah sebagai berikut;
2014). Selanjutnya untuk mengukur tingkat Desa Sumbermulyo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta
keberdayaan perempuan, Susanti (2013) mengukur merupakan desa yang menjadi sumber penghasil
tingkat keberdayaan dapat menggunakan lima kedele malika yang digunakan PT. Unilever untuk
indikator yaitu; (1) tingkat kesejahteraan, (2) akses dijadikan produk olahan perusahaan; desa yang
atas sumberdaya; (3) kesadaran kritis; (4) partisipasi; memperoleh pembinaan CSR dari PT. Unilever Tbk
dan (5) kontrol. Oleh karena itu, penulis ingin dan lebih difokuskan kepada perempuan khususnya
membahas suatu penelitian tentang hubungan istri petani kedele hitam dan petani kedele hitam
keberhasilan program Corporate Social perempuan; dan program CSR PT. Unilever Tbk ini
Responsibility (CSR) dengan keberdayaan dilaksanakan di pedesaan dan berfokus pada
perempuan. pertanian yaitu pengembangan kedele hitam
sekaligus pendampingan bagi perempuan pedesaan.
Tingkat Keberdayaan Data penelitian ini menggunakan data primer dan
Tingkat Keberhasilan Perempuan (Y) data sekunder. Data primer untuk data kuantitatif
Program CSR (X)
1. Tingkat
didapatkan melalui teknik pengumpulan data dengan
1. Tingkat Kesejahteraan wawancara menggunakan kuesioner. Selain data
Partisipasi 2. Tingkat Akses hasil wawancara dengan kuesioner, data kualitatif
2. Tingkat atas Sumberdaya yang merupakan data primer diperoleh dari hasil
Pendapatan 3. Tingkat wawancara mendalam menggunakan panduan
Individu Peserta Kesadaran Kritis
4. Partisipasi
wawancara dan dituliskan dalam catatan lapang
3. Tingkat
Keragaman 5. Kewenangan harian. Sementara itu, data sekunder diperoleh dari
Nafkah Mengontrol dokumen-dokumen tertulis di kantor desa, dan data
daftar penerima program CSR dari PT. Unilever Tbk
di Desa Sumbermulyo.
Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan
keberhasilan program Corporate Social Subyek penelitian ini adalah responden dan informan
Responsibility (CSR) dengan keberdayaan yang berasal dari peserta sortasi kedele hitam.
perempuan Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah
peserta sortasi kedele hitam PT. Unilever Tbk di
Ket : Desa Sumbermulyo yang tergabung dalam kelompok
sortasi Srikandi dan Arimbi. Unit analisis dalam
: hubungan penelitian ini adalah individu peserta sortasi kedele
hitam yang tergabung dalam Kelompok Srikandi dan
METODE PENELITIAN
Arimbi. Penentuan responden dilakukan dengan
Penelitian ini menggunakan kombinasi dari pengambilan sampel sebanyak 30 responden dengan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Selain data metode sensus yang merupakan seluruh anggota
kuantitatif, data kualitatif juga diperlukan untuk populasi itu sendiri. Pengambilan data kualitatif
dalam penelitian ini menggunakan metode studi dengan persentase 50,62 persen. Selain kesadaran
kasus, sehingga yang dikasuskan dalam penelitian ini untuk bersekolah yang cukup tinggi, ingkat
adalah ketua kelompok sortasi beserta kerabatnya. kesehatan warga Desa Sumbermulyo sudah cukup
Penetapan informan dilakukan dengan teknik bola baik. Akses penduduk terhadap fasilitas kesehatan
salju (snowball) yang memungkinkan perolehan dapat sudah cukup memadai walaupun memang
data dari satu informan ke informan lain. masih memerlukan peningkatan tenaga kesehatan.
Terdapat empat dokter, tiga bidan, dan tujuh dukun
Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa data
beranak yang dapat memberikan pertolongan untuk
kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
15.902 jiwa penduduk di Desa Sumbermulyo.
diperoleh melalui kuesioner kemudian data diolah
Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia dirasa belum
menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2010 dan
proporsional untuk melayani seluruh penduduk yang
Statistical for Social Science (SPSS) 16.0 for
ada sehingga masih sangat dibutuhkan tenaga
Windows. Data dianalisis dengan menggunakan tabel
kesehatan tambahan. Meskipun demikian kegiatan
frekuensi, tabulasi silang, dan grafik untuk melihat
untuk balita sangat aktif yang didukung dengan
data awal responden. Data variabel secara tunggal
jumlah posyandu sebanyak 16 buah dan disertai
diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excell 2010.
kegiatan posyandu rutin.
Statistical for Social Science (SPSS) 16.0 for
Windows untuk menganalisis ada atau tidaknya Sarana dan prasarana yang tersedia cukup memadai
hubungan antar dua variabel menggunakan uji mulai dari fasilitas kesehatan, pendidikan, agama,
korelasi Rank Spearman. hingga keperluan administrasi desa. Sarana dan
prasarana yang tersedia juga cukup mudah untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN diakses.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Keberhasilan dan Keberdayaan dalam Program
Desa Sumbermulyo merupakan salah satu desa yang CSR: Suatu Studi Kasus
ada di Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten
1. Program Pemberdayaan Saraswati
Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa
ini terletak di dataran rendah dan berada pada Unilever sebagai perusahaan yang besar, tentu
ketinggian 25 m di atas permukaaan laut dengan luas memiliki bentuk tanggung jawab sosial perusahaan
8.199.320,00 Ha dengan tanah kas desa yang terhadap masyarakat sekitar khususnya masyarakat
memiliki luas 946.810,00 Ha. Desa Sumberlyo yang terlibat langsung dengan kegiatan Unilever.
memiliki 16 dusun yakni, Bondalem, Caben, Salah satu desa yang terlibat secara langsung dalam
Cepoko, Derman, Gresik, Gunungan, Jogodayoh, proses penanaman hingga penyortiran kedele hitam
Kaligondang, Kedon, Kintelan, Plumbungan, Siten, adalah Desa Sumbermulyo, untuk itu Unilever
Samen, Tangkilan, Sabrang, dan Kutu. Terdapat 115 mengadakan program CSR bagi Ibu-Ibu peserta
buah Rukun Tetangga (RT) dan tidak ada Rukun sortasi kedele hitam. Program sebenarnya mulai
Warga (RW) di Desa Sumbermulyo. dirintis tahun 2006, dan sempat terhenti oleh gempa
yang terjadi di Bantul Jogja. Program dijalankan
Berdasarkan data profil Desa Sumbermulyo tahun
dengan berbagai bentuk tema dan materi, namun
2017, terdapat 5.639 KK yang ada di wilayah ini pada puncaknya tahun 2009 ini dikenal dengan
dengan total jumlah penduduk 15.902 jiwa. Data Festival Jajanan Bango. Yayasan Unilever dalam
menunjukkan bahwa persentase tertinggi pada menjalankan programnya tidak hanya berjalan
kelompok umur pada usia 15-65 tahun (usia sendirian, namun menggandeng LSM lokal yaitu
produktif) sebesar 67,22 persen atau 10.689 jiwa Persada. Persada bertugas untuk membantu beberapa
Berdasarkan data profil desa terdapat 12.251 jiwa pelaksanaan kegiatan program CSR. Tujuan dari
yang bekerja, sedangkan sebanyak 3.651 jiwa yang pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh
tidak bekerja. Jenis pekerjaan warga Desa Unilever antara lain :
Sumbermulyo sangat beragam, dimulai dari Pegawai 1. Untuk memastikan keberlanjutan kedele hitam
Negeri Sipil (PNS), TNI/Polri, swasta, di masyarakat
wiraswasta/pedagang, petani, buruh tani, tukang, 2. Untuk mengembangkan wira usaha kelompok
pensiunan, Jasa, dan lainnya. wanita, yang memungkinkan untuk
Dominasi lulusan pendidikan terbanyak ada di mendapatkan pendapatan tambahan
jenjang Sekolah Menengah Atas sebanyak 3.616
dirasakan peserta sortasi adalah dengan melakukan Tingkat keberdayaan perempuan diukur setelah
kegiatan simpan pinjam di koperasi tersebut. kegiatan CSR tersebut lepas pendampingan yaitu
mulai tahun 2017. Pengukuran tingkat keberdayaan
2. Peningkatan Soft Skill Peserta Sortasi Kedele
perempuan sebagai dampak dari program CSR
dalam Kehidupan Bermasyarakat
Unilever diukur dengan menggunakan lima indikator
Hasil dari wawancara mendalam dengan informan yaitu tingkat kesejahteraan, tingkat akses, tingkat
menjelaskan bahwa terdapat peserta yang dapat kesadaran kritis, tingkat partisipasi, dan kewenangan
mengimplementasikan manfaatnya dalam mengontrol. Hasil olah data lapang menunjukkan
kehidupan bermasyarakat. Saat ini peserta ada yang bahwa tingkat keberdayaan perempuan di Desa
bekerja di kantor balai Desa Sumbermulyo, menjadi Sumbermulyo berada pada kategori tinggi dengan
Kepala Sekolah, dan menjadi pemimpin kelompok, persentase 80 persen. Tingkat Keberdayaan
atau pun memiliki pengaruh dalam bermasyarakat. perempuan diukur dengan menggunakan lima
Dengan adanya peningkatan soft skill ini peserta indikator dengan hasil sebagai berikut:
sortasi merasa terberdaya karena dapat
1) Tingkat Kesejahteraan
meningkatkan rasa percaya diri. Peserta yang
awalnya hanya pemalu kini dapat berbicara dengan Persentase terbesar menunjukkan tingkat
lancar dan percaya diri di depan umum. Studi kasus kesejahteraan peserta pada kategori tinggi dengan
dari program CSR di Desa Sumbermulyo adalah persentase sebesar 96,7 persen
keberhasilan CSR yang dipengaruhi oleh peran serta
2) Tingkat Akses
Ketua Kelompok sortasi dan kerabatnya. Selain itu
program CSR lebih mendapatkan perhatian dari Tingkat akses peserta sortasi kedele hitam terhadap
masyarakat karena program ini dilaksanakan setelah sumberdaya dan manfaat program CSR Unilever
terjadinya gempa Jogja. berada pada kategori tinggi dengan jumlah 73,3
persen.
Tingkat Keberhasilan Program CSR dan Tingkat
Keberdayaan Perempuan 3) Tingkat Kesadaran Kritis
1. Tingkat Keberhasilan program CSR Tingkat kesadaran kritis peserta sortasi kedele hitam
tinggi dengan persentase sebesar 80 persen.
Program CSR yang telah berlangsung dari tahun
2009-2016 diukur dengan menggunakan tiga 4) Partisipasi
indikator yaitu tingkat partisipasi peserta saat Partisipasi pasca program CSR lepas pendampingan
program dilaksanakan, tingkat pendapatan selama dapat dikategorikan rendah dengan persentase 53,3
program dilaksanakan, dan tingkat keragaman
persen.
peserta saat mengikuti program. Hasil menunjukkan
bahwa tingkat keberhasilan berada pada ketegori 5) Kewenangan Mengontrol
tinggi dengan persentase 60 persen. Diukur dari tiga Kewenangan mengontrol peserta sortasi kedele
indikator yang menunjukkan data sebagai berikut: dalam kegiatan pasca program CSR berada pada
1) Tingkat Partisipasi kategori tinggi dengan persentase sebesar 76,7
persen.
Tingkat partisipasi peserta sortasi kedele hitam Desa
Sumbermulyo terhadap program CSR Unilever dapat 3. Hubungan Tingkat Keberhasilan Program
dikategorikan tinggi dengan persentase 60 persen. CSR dengan Tingkat Keberdayaan
Perempuan
2) Tingkat Pendapatan Peserta
Berdasarkan hasil tabel silang dan uji korelasi data
Persentase tertinggi dari tingkat pendapatan peserta menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
adalah kategori tinggi yaitu sebesar 63,7 persen. tingkat keberhasilan program CSR dengan tingkat
3) Tingkat Keragaman Nafkah Peserta keberdayaan perempuan. Namun data menunjukkan
bahwa hanya tingkat keberhasilan program CSR
Dapat disimpulkan bahwa keragaman nafkah dengan partisipasi pasca program CSR yang
peserta CSR Unilever tergolong rendah sebesar memiliki hubungan dengan nilai siginifkasi 0,006 <
60 persen. 𝛼 (0,05) dengan nilai korelasi 0,491 (hubungan
2. Tingkat Keberdayaan Perempuan moderat).
Analisis Keberhasilan Program CSR dengan Unilever, ketua kelompok sortasi, ataupun kerabat
Keberdayaan Perempuan dari ketua sortasi kelompok Srikandi.
Berdasarkan pendapat dari Zaidi (2013) Hasil olah data kuantitatif, tingkat keragaman
menjelaskan bahwa tahap-tahap tanggung jawab nafkah sebagai indikator penentu keberhasilan
sosial perusahaan terbagi menjadi tiga yaitu charity, program menunjukkan bahwa peserta sortasi kedele
philantrophy, dan corporate citizenship. berada pada kategori rendah. Hal ini berarti dari segi
Berdasarkan observasi dan wawancara mendalam, keragaman nafkah belum dinyatakan berhasil.
program CSR Unilever termasuk dalam kategori Melihat kondisi tersebut, apabila keragaman nafkah
philantrophy yang merupakan kegiatan tanggung berada pada kategori rendah, berarti keberhasilan
jawab sosial perusahaan yang diarahkan untuk program belum tercapai berdasarkan pendapat dari
penguatan kemandirian masyarakat dalam hal Mutmaina (2014) yang menyebutkan bahwa
peningkatan kapasitas sumberdaya manusia. program CSR yang berhasil bukan hanya program
Peningkatan peluang ekonomi akibat program CSR yang dapat diterima oleh masyarakat tapi salah
ini belum tercapai karena peserta tidak dapat satunya adalah dapat memenuhi kebutuhan
mengembangkan manfaat ekonomi yang telah masyarakat dari aspek ekonomi. Indikator
diberikan oleh program CSR. keberhasilan program dua di diantaranya yaitu
tingkat pendapatan dan tingkat partisipasi berada
Tabel 1. Hasil analisis data kualitatif dan kuantitatif
pada kategori tinggi. Apabila dianalisis dengan
mengenai keberhasilan program CSR dan
pendapat responden dan informan, tingkat
keberdayaan perempuan
partisipasi selama program tinggi karena peserta
Hasil
Hasil Analisis sortasi kedele hitam menerapkan filosofi ”ojo
No Analisis Analisis Data
Data Kualitatif dumeh” adalah sesuai dengan hasil penelitian
Kuantitatif
1. Keberhasilan Program CSR: Keberhasilan sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nagoro
Program CSR Berhasil Program (2015) yang menyebutkan bahwa modal sosial yang
(Aspek sosial CSR: Tinggi dimiliki masyarakat dapat mempengaruhi tingkat
berupa (60 persen) partisipasi yang mendukung keberhasilan program
peningkatan CSR. Program yang dikatakan berhasil secara
soft skill) partisipatif tidak serta merta karena pelaksanaan
2. Keberdayaan Keberdayaan Keberdayaan program tersebut yang baik, melainkan terdapat
Perempuan Perempuan : Perempuan
faktor internal dari peserta berupa modal sosial yang
Pedesaan Perempuan Pedesaan :
Desa Tinggi (80 dapat mendukung keberhasilan program CSR. Hal
Sumbermulyo persen) ini berarti hasil penelitian yang dilakukan di Desa
Terberdaya Sumbermulyo mengenai keberhasilan program dari
(aspek sosial) segi partisipasi semakin menguatkan penelitian
3. Hubungan Program CSR Tidak sebelumnya yang menyebutkan bahwa modal sosial
Keberhasilan berhasil berhubungan. dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam
Program CSR menyebabkan keberhasilan program baik bersifat secara langsung
dengan keberdayaan maupun tidak langsung.
Keberdayaan perempuan
Perempuan tetapi hanya Berdasarkan penjelasan tersebut, artinya dalam
Pedesaan pada aspek tingkat partisipasi sebagai salah satu indikator
sosial. keberdayaan perempuan tidak hanya dipengaruhi
Data kualitatif dan data kuantitatif menunjukkan oleh implementasi program CSR saja, melainkan
bahwa terdapat hasil data kualitatif dapat digunakan terdapat faktor lain yang mempengaruhi. Apabila
untuk menjelaskan hasil data kuantittaif yang kurang pada penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa
terjelaskdan melalui angka dan persentase. Tingkat kegagalan pemberdayaan perempuan disebabkan
keberhasilan program CRS dengan tingkat oleh sistem nilai dalam masyarakat yang dapat
keberdayaan perempuan tidka berhubungan karena membedakan keduanya sehingga berdampak pada
program CSR memberdayakan pada aspek sosial distribusi kekuasaan di masyarakat Jawa (Hastuti
bukan ekonomi. Hal yang menarik dari penelitian ini dan Respati 2009), namun dalam penelitian ini
adalah kecenderungan data dan informasi positif dijelaskan bahwa aspek kunci yaitu partisipasi justru
diberikan dari peserta sortasi yang dekat dengan menurun akibat faktor politik, sosial, dan ekonomi
antar sesama peserta sortasi kedele perempuan. Data
tersebut menunjukkan bahwa keberhasilan program positif serta merasa program CSR yang diberikan
CSR secara kuantitatif dinyatakan berhasil, namun berhasil diimplementasikan. Berbeda dengan
partisipasi setelah program justru menurun. Hal ini responden yang tidak memiliki hubungan kerabat
karena keberhasilan yang dimaksud adalah atau dekat dengan ketua kelompok sortasi cenderung
keberhasilan pada peningkatan soft skill bukan memberikan jawaban negatif dan dirinya tidak
ekonomi. Selain itu terdapat faktor eksternal yang dilibatkan dalam berbagai bentuk kegiatan yang
menyebabkan partisipasi peserta pasca program diadakan. Studi kasus program CSR di Desa
menjadi menurun. Faktor tersebut adalah perbedaan Sumbermulyo adalah sebagai berikut:
pendapat antara peserta sortasi yang berujung
1. Pelaksanaan program CSR pasca gempa
konflik dan peserta mengeluarkan diri dari Koperasi
Sedyo Manunggal. Program CSR yang telah Berbagai bentuk bantuan di berikan mulai dari
dilaksanakan di Desa Sumbermulyo dapat sembako, bahan makanan, pakaian, obat-obatan,
dikategorikan berhasil, tetapi masih terdapat hingga tenaga medis. Dengan bantuan tersebut
beberapa responden peserta sortasi kedele hitam peserta sortasi merasa sangat terbantu dan
yang sama sekali tidak dilibatkan dalam program mengklaim bahwa Unilever berperan dalam
sehingga berpengaruh dalam partisipasi peserta peningkatan kesejahteraan hidup peserta.
pasca program CSR. Peserta sortasi yang tidak 2. Keberhasilan program CSR berada pada kendali
terlibat tersebut hanya dapat menikmati manfaat
ketua kelompok sortasi Srikandi dan kerabatnya
sebagai anggota peserta sortasi kedele, tetapi tidak
menikmati manfaat dari program CSR. Secara kuantitatif apabila dilihat dari 60 persen
peserta yang terlibat secara aktif dalam program
Asumsi awal bahwa program yang dikatakan CSR (hasil tingkat partisipasi selama program CSR)
berhasil tentu akan memberdayakan perempuan atau didalamnya termasuk ketua kelompok Srikandi
peserta yang terlibat di dalam program tersebut. beserta kerabatnya dan sisanya adalah orang-orang
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan
yang berhubungan dekat dengan keluarga tersebut.
oleh Prastiwi (2012), menjelaskan bahwa Pelaksanaan program CSR demikian yang
keberhasilan program CSR dapat memberdayakan menjadikan jawaban responden cenderung positif
perempuan. Namun dalam penelitian tersebut dalam menanggapi program CSR. Sisi lainnya
menunjukkan bahwa kebutuhan strategis peserta adalah terdapat 40 persen responden yang sama
perempuan dan laki-laki mengalami ketimpangan. sekali tidak dilibatkan dalam kegiatan sortasi kedele
Meskipun secara kuantitatif kedua variabel antara
padahal peserta tersebut termasuk yang loyal dalam
tingkat keberhasilan program CSR dengan tingkat kegiatan sortasi.
keberdayaan perempuan tidal memiliki hubungan,
namun secara kualitatif hubungan tersebut dapat SIMPULAN DAN SARAN
dijelaskan. Simpulan
Terdapat faktor yang mendukung keberhasilan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan merupakan
program CSR. Faktor pertama yaitu faktor internal kewajiban bagi setiap perusahaan dalam
beurpa modal sosial ‘filosofi ojo dumeh’ yang menjalankan bisnisnya. Program Corporate Social
menjadikan peserta sortasi selalu sepenuh hati dalam Responsibility (CSR) berupa pemberdayaan
menjalankan semua kegiatan dari program CSR. perempuan Saraswati yang dilaksanakan di Desa
Selaras dengan hasil penelitian Nagoro (2015) yang Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro,
menjelaskan bahwa tingkat keberhasilan program Kabupaten Bantul adalah bentuk tanggung jawab
CSR dipengaruhi oleh konsep modal sosial dan sosial perusahaan oleh PT Unilever. Berdasarkan
partisipasi. Kedua adalah faktor eksternal yaitu data hasil temuan di lapang, tidak terdapat hubungan
orang luar selaku anggota koperasi, keluarga peserta antara tingkat keberhasilan program CSR dengan
yang juga menentukan dari segi ekonomi dan sosial. tingkat keberdayaan perempuan pedesaan. Hal ini
Terdapat perbedaan pendapat antara responden yang karena keberhasilan dan keberdayaan yang dimaksud
masih memiliki hubungan kerabat ataupun dekat lebih kepada aspek sosial bukan ekonomi.
dengan ketua kelompok sortasi dengan responden Tingkat keberhasilan program CSR Unilever di Desa
yang sama sekali tidak memiliki hubungan. Peserta Sumbermulyo termasuk dalam kategori tinggi
yang memiliki hubungan dekat dengan ketua sebesar 60 persen. Keberhasilan ini mengacu pada
kelompok cenderung aktif dan memberikan respon partisipasi aktif peserta selama program CSR