Professional Documents
Culture Documents
1*
Alamat korespondensi: Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor, Bogor 16680. Telp: 0251-8621258; Fax: 0251-8622276; Email: erlangga259@yahoo.com
1
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor, Bogor 16680
ABSTRACT
33
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 33 – 41
terhadap pengetahuan, sikap dan praktek gizi suk perhitungan mean, standar deviasi, nilai
ibu. minimum, nilai maksimum dan proporsi. Hasil
perhitungan kemudian disajikan dalam bentuk
METODE tabel dan diagram. Analisis General Linear
Model (GLM) untuk peubah: pengetahuan gizi,
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian sikap, dan praktek gizi ibu dan kader
digunakan program SAS. Analisis ini menguji
Desain yang digunakan dalam penelitian
pengaruh intervensi pendidikan gizi plus
adalah eksperimental. Kegiatan diawali dengan
pemanfaatan pekarangan sebagai faktor
penelitian pendahuluan. Lokasi kegiatan pene-
peubah.
litian ini di dua kecamatan di Bogor: Kecamat-
an Ciomas dan Kecamatan Darmaga (Pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
kedua tempat tersebut terdapat kelompok
kontrol dan kelompok intervensi). Pendidik-
Pengetahuan Gizi
an gizi dilaksanakan selama 5 bulan dengan
frekuensi 2 kali dalam sebulan. Tiap pertemu- Pengetahuan gizi merupakan prasyarat
an berlangsung sekitar 60 - 90 menit. penting untuk terjadinya perubahan sikap dan
perilaku gizi. Pengetahuan gizi yang baik akan
Penarikan Contoh
mendorong ibu untuk mempraktekkan pembe-
Posyandu dijadikan sebagai unit perco- rian makan yang baik bagi anak-anaknya.
baan. Setiap unit percobaan terdiri dari 15 ru-
Berdasarkan penelitian, dari 20 item
mahtangga (15 ibu dan 15 anak) yang
pertanyaan gizi ada tiga pertanyaan yang
memperoleh pendidikan gizi dan pemanfaatan
dapat dijawab dengan baik yaitu: (1) salah
pekarangan. Dengan menggunakan =0.05, satu masalah gizi di Indonesia adalah Kurang
kuasa uji 1-=0.95, =0.6 dan =3, dan Energi Protein, (2) penyebab kurang gizi
dimasukkan ke dalam rumus berikut, menjadi adalah kemiskinan dan (3) mencuci tangan
n = (z0.05 + z0.05)2 2 x 1.22 = (1.64 + 1.64)2 2 x 1.22 sebelum makan adalah termasuk menjaga
32 32 sanitasi perseorangan. Pada kelompok kontrol
n = 3.442688 atau dibulatkan menjadi n ≈ 4 banyak terjadi penurunan jumlah ibu yang
Menurut hasil perhitungan di atas, pene- menjawab benar (pertanyaan pengetahuan
litian ulangan dilakukan empat kali untuk ke- gizi). Ini berarti data endline justru lebih
dua perlakuan dan kontrol. Jumlah unit peneli- buruk daripada data baseline. Sebaliknya pada
tian yang dibutuhkan ditunjukkan sebagai kelompok intervensi, jumlah ibu yang
berikut: menjawab benar pada endline lebih banyak
daripada baseline. Jadi, terdapat pengaruh
Jumlah unit penelitian = jumlah kelompok × positif intervensi penyuluhan gizi untuk setiap
jumlah perlakuan × ulangan = 2 × 2 × 4 = 16 item pertanyaan pengetahuan gizi yang
posyandu atau unit penelitian. diajukan.
Karena setiap unit terdiri dari 15 ibu maka
jumlah total ibu yang dibutuhkan adalah 240 Tabel 1 menunjukkan skor pengetahuan
orang. gizi ibu pada kelompok kontrol dan intervensi.
Pada kedua kelompok tersebut, skor pengeta-
huan gizi tergolong rendah (<60). Pada kelom-
Jenis dan Cara Pengumpulan Data pok kontrol, terjadi penurunan skor pengeta-
Data yang dikumpulkan meliputi data huan gizi sebesar -2.3. Pada kelompok inter-
pengetahuan gizi, sikap dan praktek gizi (KAP). vensi, terjadi peningkatan skor sebesar 7.5.
Data baseline dikumpulkan selama penelitian Peningkatan ini, sebenarnya masih belum ter-
pendahuluan, sedangkan data endline dikum- lalu tinggi. Kalau kita gunakan cut off point
pulkan setelah penelitian dilaksanakan. Pe- 60.0 sebagai batas pengetahuan gizi rendah,
ngumpulan data dilakukan dengan wawancara maka baik skor baseline maupun endline pada
menggunakan kuesioner. kedua kelompok masih tergolong dalam penge-
tahuan gizi rendah. Kelompok intervensi me-
Pengolahan dan Analisis Data nunjukkan skor yang lebih baik dibandingkan
dengan kelompok kontrol. Efek bersih pening-
Pengolahan data meliputi entry, editing, katan skor pengetahuan gizi pada kelompok
penggabungan lembar kerja, dan generating intervensi adalah 9.8 point.
variables. Data dalam bentuk Excel diimport
dari Statistical Analysis System (SAS), kemu- Tabel 2 menunjukkan sebaran skor pe-
dian menjadi file SAS. Analisis data ini terma- ngetahuan gizi setelah diklasifikasikan dalam
34
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 33 – 41
kategori kurang (<60), cukup (60-79), dan baik tahuan gizi yaitu jika memiliki pengetahuan
(≥ 80). Tabel tersebut menjelaskan bahwa cu- gizi baik maka cenderung sikap gizi baik pula.
kup banyak ibu pada kelompok kontrol yang
Berdasarkan pertanyaan mengenai sikap
memiliki skor pengetahuan gizi dengan katego-
gizi, sebagian besar responden telah memiliki
ri kurang, baik pada saat pengumpulan data
sikap gizi positif, baik pada kelompok kontrol
baseline maupun endline. Terdapat 71.7% (ba-
maupun intervensi. Pada kelompok kontrol
seline) dan 70.0% (endline) ibu dengan skor
lebih banyak dijumpai delta negatif artinya
pengetahuan gizi <60. Keadaan lebih baik di-
kondisi baseline lebih baik daripada endline,
jumpai pada kelompok intervensi dimana data
atau dengan kata lain sikap gizi saat baseline
baseline menunjukkan sejumlah 60.8% ibu ber-
lebih baik daripada saat endline. Sebaliknya
pengetahuan gizi kurang, dan pada saat end-
pada kelompok intervensi, sikap gizi saat
line jumlah mereka yang berpengetahuan gizi
endline lebih baik daripada saat baseline. Hal
kurang turun menjadi 44.2%. Hal ini me-
ini menunjukkan adanya dampak positif
nunjukkan adanya dampak positif penyuluhan
penyuluhan gizi. Penyuluhan gizi menyebab-
gizi yang dilakukan selama lima bulan.
kan semakin banyaknya ibu-ibu yang memiliki
Jumlah ibu dengan skor pengetahuan gi- sikap gizi positif.
zi sedang (skor 60-79) pada kelompok kontrol
Ibu-ibu menyatakan bahwa konsumsi pa-
adalah 24.2% (baseline) dan 23.3% (endline).
ngan ibu hamil sebaiknya sama saja dengan ibu
Hal ini menunjukkan bahwa dalam rentang
yang tidak hamil. Hal ini tidak sesuai dengan
waktu 5 bulan tidak ada perubahan yang ber-
anjuran gizi yang menyarankan asupan gizi
arti pada kelompok kontrol. Pada kelompok
lebih banyak untuk ibu hamil, agar tumbuh
intervensi, terjadi perubahan yaitu ibu-ibu
kembang janin lebih optimal. Terkait dengan
berpengetahuan gizi sedang berkurang dari
pemeriksaan kehamilan, ibu-ibu menyatakan
29.2% (baseline) menjadi 21.7% (endline).
bahwa pemeriksaan cukup dilakukan saat men-
Jumlah ibu dengan kategori pengetahu- dekati kehamilan 9 bulan. Padahal, pemerik-
an gizi baik (skor ≥ 80) pada kelompok kontrol saan kehamilan dianjurkan minimal empat kali
adalah 4.2% (baseline) dan 6.7% (endline), selama kehamilan.
atau dengan kata lain terjadi sedikit pening-
Tabel 3 menunjukkan skor sikap gizi ibu
katan. Pada kelompok intervensi peningkatan-
baik pada kelompok kontrol maupun interven-
nya lebih besar yakni dari 10.0% (baseline)
si. Apabila kita bandingkan data baseline dan
menjadi 34.2% (endline). Jadi secara keselu-
endline, tampak bahwa pada kelompok kontrol
ruhan dapat dikatakan bahwa intervensi pe-
terjadi penurunan skor sikap gizi dari 73.8
nyuluhan gizi telah dapat mengurangi ibu yang
menjadi 70.2 (turun 3.7). Sebaliknya pada ke-
berpengetahuan gizi kurang, dan di sisi lain
lompok intervensi, terjadi peningkatan skor
meningkatkan jumlah ibu berpengetahuan gizi
sikap gizi dari 71.8 menjadi 76.9 (naik 5.1).
baik.
Dalam hal sikap gizi ini, intervensi penyuluhan
gizi yang dilakukan dapat memperbaiki sikap
Sikap Gizi
gizi dengan efek bersih 8.8 point.
Sikap gizi merupakan kecenderungan se-
Tabel 4 menunjukkan sebaran sikap gizi
seorang untuk menyetujui atau tidak menye-
setelah dikategorikan dalam klasifikasi kurang
tujui terhadap suatu pernyataan (statement)
(<60), sedang (60-79), dan baik (≥80).
yang diajukan terkait dengan pangan dan gizi.
Sikap gizi seringkali terkait erat dengan penge-
Tabel 1. Sebaran Statistik Skor Pengetahuan Gizi Ibu
Pengetahuan Gizi Ibu Kontrol Intervensi
Baseline Data 37.1 ± 23.7 46.0 ± 25.1
Endline Data 34.9 ± 27.4 53.6 ± 33.5
Delta - 2.3 ± 18.2 7.5 ± 18.9
35
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 33 – 41
Tabel 3. Sebaran Statistik Sikap Gizi Ibu dak ada dua manfaat pentingnya sarapan pagi.
Pertama, sarapan pagi dapat menyediakan kar-
Sikap Gizi Ibu Kontrol Intervensi
bohidrat yang siap digunakan untuk meningkat-
Baseline Data 73.8 ± 16.7 71.8 ± 18.1
kan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah
Endline Data 70.2 ± 24.8 76.9 ± 22.3 yang terjamin normal, maka gairah dan akti-
Delta -3.7 ± 24.9 5.1 ± 21.7 vitas kegiatan fisik dapat dilakukan dengan ba-
ik. Kedua, pada dasarnya sarapan pagi akan
Pada kelompok kontrol, antara data memberikan kontribusi penting akan beberapa
baseline dan end-line tidak menunjukkan pe- zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein,
rubahan yang berarti. Sebaliknya pada kelom- lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat
pok intervensi, jumlah ibu dengan sikap gizi gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses
baik meningkat 13.4%. Jadi, Tabel 4 menun- fisiologis dalam tubuh.
jukkan semakin menguatkan peran intervensi
penyuluhan gizi yang dilakukan terhadap per- Melewatkan sarapan pagi akan menye-
baikan sikap gizi. babkan tubuh kekurangan glukosa dan hal ini
menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsen-
Praktek Gizi trasi karena tiadanya suplai energi. Jika hal ini
terjadi, maka tubuh akan membongkar perse-
Tabel 5 menunjukkan sebaran anggota diaan tenaga yang ada dari jaringan lemak tu-
keluarga yang biasa sarapan pagi. Dibanding- buh. Tidak sarapan pagi menyebabkan keko-
kan ayah atau ibu, jumlah anak yang biasa songan lambung selama 10-11 jam karena me-
sarapan pagi lebih banyak, baik pada kelompok kanan terakhir yang masuk ke tubuh seseorang
kontrol ataupun intervensi. Pada kelompok adalah saat makan malam.
kontrol maupun intervensi jumlah ayah, ibu,
dan anak yang biasa sarapan pagi umumnya Tabel 6 menunjukkan sebaran anggota
relatif tinggi. Apabila dibandingkan data keluarga yang biasa makan tiga kali setiap ha-
baseline dan endline terlihat adanya penurun- ri. Umumnya anak lebih banyak yang makan 3
an, artinya jumlah yang sarapan pagi pada saat kali sehari dibandingkan orang tuanya. Data
endline data dikumpulkan lebih rendah diban- endline menunjukkan adanya penurunan ang-
dingkan saat baseline. Penurunan kebiasaan gota keluarga yang makan tiga kali, namun
sarapan pagi lebih tinggi pada kelompok kon- persentase penurunan relatif lebih rendah pa-
trol daripada kelompok intervensi. da kelompok intervensi. Di pedesaan, banyak
orang yang makan dua kali sehari karena sudah
Sarapan pagi adalah bekal untuk mela- merupakan kebiasaan. Dalam penelitian ini
kukan aktivitas sepanjang pagi-siang. Paling ti-
Tabel 4. Sebaran Kategori Skor Sikap Gizi
Kontrol Intervensi
Rata-Rata Skor Kategori Awal Akhir Awal Akhir
n % n % n % n %
< 60 Kurang 12 10.0 16 13.3 16 13.3 8 6.7
60 - 79 Cukup 44 36.7 39 32.5 40 33.3 32 26.7
≥ 80 Baik 64 53.3 65 54.2 64 53.3 80 66.7
Tabel 5. Statistik Anggota Keluarga Ibu Balita yang Biasa Sarapan Pagi
Kontrol Intervensi
Keluarga Ibu Balita yang Sarapan Pagi
Awal (%) Akhir (%) Delta (%) Awal (%) Akhir (%) Delta (%)
- Ayah 75.0 63.3 -11.7 75.8 72.5 -3.3
- Ibu 75.0 69.2 -5.8 81.7 80.0 -1.7
- Anak 91.6 77.5 -14.1 92.5 83.3 -9.2
- Lainnya 3.3 2.5 -0.8 6.7 2.5 -4.2
36
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 33 – 41
juga terlihat masih cukup banyak anggota kapita per tahun, suatu jumlah yang sangat
masyarakat yang tidak makan 3 kali sehari. sedikit dibandingkan beberapa negara Asia
Mungkin besaran persentasenya sekitar 30-40%. lainnya. Konsumsi susu yang rendah terkait
Frekuensi makan 2 kali sehari, akan mengu- dengan harga susu yang mahal dan daya beli
rangi peluang seseorang untuk tercukupi ke- masyarakat yang rendah. Oleh sebab itu, da-
butuhan gizinya. Sarapan pagi adalah yang pat dimengerti bila konsumsi susu lebih diuta-
biasanya ditinggalkan dan seringkali sarapan makan untuk kelompok anak-anak balita.
pagi dianggap kurang mendatangkan selera.
Tabel 8 menunjukkan sebaran konsumsi
Tabel 7 menunjukkan kebiasaan minum lauk pauk. Sebagian besar masyarakat lebih
susu di kalangan anggota keluarga. Anak-anak sering mengonsumsi ikan asin, telur, dan tahu/
di bawah usia 5 tahun biasanya yang paling tempe, mungkin karena harganya yang relatif
diutamakan untuk minum susu. Hal ini terlihat murah. Secara keseluruhan, konsumsi lauk-
pada tabel, dimana umumnya lebih dari 50% pauk di lokasi kontrol ataupun intervensi dapat
anak-anak balita terbiasa minum susu. Sebagi- dikatakan hampir sama. Konsumsi daging lebih
an anggota keluarga juga minum susu, namun menonjol pada masyarakat di lokasi kontrol.
persentasenya lebih sedikit. Pada kelompok Mencermati data baseline dan endline, terlihat
intervensi, dengan memperhatikan data base- adanya penurunan jumlah rumah tangga yang
line dan endline, terlihat adanya sedikit pe- mengonsumsi lauk pauk baik pada kelompok
ningkatan jumlah anggota rumah tangga yang kontrol maupun intervensi. Namun penurunan-
minum susu. Pada kelompok control, justru nya lebih tinggi pada kelompok kontrol diban-
terjadi penurunan. dingkan pada kelompok intervensi.
Saat ini konsumsi susu di tingkat masya- Tabel 9 menunjukkan kebiasaan me-
rakat masih sangat rendah. Rata-rata populasi ngonsumsi lauk pauk di kalangan anak balita
di Indonesia minum susu setara 7 liter per (seminggu terakhir). Kurang lebih sepertiga
Tabel 8. Jumlah Keluarga menurut Lauk Pauk yang Sering Dikonsumsi Keluarga Ibu Balita
Kontrol Intervensi
Lauk Pauk Awal Akhir Delta Awal Akhir Delta
% % % % % %
- Ikan asin 85.0 60.0 -25.0 86.7 70.0 -16.7
- Ikan segar 38.3 20.8 -17.5 23.3 20.8 -2.5
- Telur 83.3 66.7 -16.6 82.5 77.5 -5.0
- Daging 30.0 14.2 -15.8 6.7 9.2 -2.5
- Tahu/Tempe 98.3 74.2 -24.1 96.7 78.3 -18.4
Tabel 9. Jumlah Keluarga menurut Pangan yang Dikonsumsi Balita (dari Keluarga Non Kader) dalam
Satu Minggu Terakhir
Kontrol Intervensi
Lauk Pauk Awal Akhir Delta Awal Akhir Delta
% % % % % %
- Hati 33.3 30.8 -2.5 25.0 34.2 9.2
- Daging 43.3 35.0 -8.3 19.2 34.2 15.0
- Telur 84.2 75.8 -8.4 90.8 82.5 -8.3
- Ikan 62.5 55.0 -7.5 65.8 53.3 -12.5
- Tempe 85.8 78.3 -7.5 92.5 81.7 -10.8
- Tahu 89.2 78.3 -10.9 89.2 80.0 -9.2
37
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 33 – 41
anak (di lokasi kontrol dan intervensi) yang Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap
mengonsumsi hati dan daging, sedangkan yang Pengetahuan, Sikap dan Praktek Gizi
mengonsumsi telur, ikan, tahu, dan tempe
Berdasarkan hasil analisis GLM, interven-
jumlahnya lebih banyak. Berdasarkan data
si berupa penyuluhan pangan dan gizi serta
baseline dan endline terlihat adanya perbaikan
program tanaman pekarangan yang dilakukan
(peningkatan jumlah anak yang mengonsumsi)
selama lima bulan berpengaruh nyata terhadap
pada kelompok intervensi terutama untuk kon-
peubah respon pengetahuan, sikap dan praktek
sumsi hati dan daging. Untuk pangan lainnya
gizi Ibu seperti ditunjukkan oleh Tabel 11, Ta-
(telur, ikan, tempe, dan tahu) umumnya terja-
bel 13 dan Tabel 15. Untuk mengurangi error
di penurunan (pada kedua lokasi). Di dalam in-
terhadap peubah respon, telah dimasukkan pe-
tervensi penyuluhan gizi telah ditekankan pen-
ngetahuan, sikap dan praktek gizi awal (base-
tingnya asupan gizi yang bersumber pada pa-
line) dan lokasi sebagai blok ke dalam model
ngan hewani untuk menjamin tumbuh kembang
GLM. Ternyata pengetahuan gizi awal berpe-
anak. Namun, upaya penyuluhan harus terus-
ngaruh nyata terhadap pengetahuan gizi akhir.
menerus dilakukan agar perubahan praktek gizi
Demikian pula sikap gizi awal berpengaruh
menuju arah yang lebih baik dapat segera
nyata terhadap sikap gizi akhir. Namun prak-
terwujud.
tek gizi awal tidak berpengaruh nyata terha-
Tabel 10 menunjukkan jenis jajanan dap praktek gizi akhir. Blok atau lokasi tidak
yang biasa dikonsumsi anak balita. Jajanan berpengaruh nyata terhadap ketiga peubah
yang populer dan harganya murah adalah bak- respon tersebut, atau dengan kata lain penge-
so, chiki, gorengan, dan permen. Jajan adalah tahuan, sikap dan praktek gizi ibu tidak ber-
fenomena umum bagi anak-anak di Indonesia, beda antara ibu yang tinggal di Darmaga atau-
bahkan sejak usia balita mereka sudah biasa pun Ciomas.
mengonsumsi jajanan. Hal ini terkadang me-
Adanya pengaruh yang nyata intervensi
munculkan masalah makan bagi anak-anak
terhadap peubah respon tersebut menunjuk-
balita, karena mereka terlalu banyak mengon-
kan bahwa model GLM yang dibangun sudah
sumsi makanan jajanan dan akhirnya tidak
cukup tepat. Model GLM untuk pengetahuan
mau makan. Padahal makan akan memberikan
gizi memberikan koefisien determinasi sebesar
kontribusi asupan energi dan protein yang le-
R2 = 77.34%. Koefisien ini menunjukkan bahwa
bih nyata dibandingkan jajan. Membandingkan
model yang terdiri atas intervensi dan penge-
data baseline dan endline terlihat adanya
tahuan gizi awal serta blok dapat menjelaskan
peningkatan jumlah anak balita yang diberi ja-
keragaman pengetahuan gizi ibu sebesar
janan oleh orang tuanya. Persentasenya ham-
77.34%. Dengan uji lanjut Duncan diperoleh
pir sama antara kelompok kontrol dan inter-
hasil bahwa rata-rata pengetahuan gizi ibu
vensi. Kiranya agak sulit mengubah perilaku
yang mendapat intervensi (skor 73.3) lebih be-
jajan di kalangan anak-anak. Masih diperlu-
sar secara nyata daripada rata-rata pengetahu-
kan waktu lama untuk menanamkan kesadar-
an gizi ibu kontrol (skor 56.25). Dengan kata
an bagi orang tuanya agar tidak lagi membia-
sakan jajan bagi anak-anaknya.
Tabel 10. Jumlah Keluarga menurut Jajanan yang biasa Diberikan Pada Balita
Kontrol Intervensi
Jajanan Awal Akhir Delta Awal Akhir Delta
% % % % % %
- Bakso 61.7 84.2 22.5 66.4 92.4 26.0
- Chiki 68.3 87.5 19.2 75.8 89.9 14.1
- Gorengan 68.3 95.0 26.7 70.0 95.0 25.0
- Permen 65.0 83.3 18.3 74.2 92.4 18.2
38
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 33 – 41
Tabel 12. Uji Duncan Pengetahuan Gizi Ibu menurut Lokasi (blok) atau Perlakuan
Komponen Model Level n Mean Duncan Grouping
Lokasi (Blok) Darmaga 8 69.574 A
Ciomas 8 59.991 B
Perlakuan Intervensi 8 73.311 A
Kontrol 8 56.254 B
Tabel 14. Uji Duncan Sikap Gizi Ibu menurut Lokasi (Blok) atau Perlakuan
Komponen Model Level n Mean Duncan Grouping
Lokasi (Blok) Dramaga 8 6.000 A
Ciomas 8 71.083 A
Perlakuan Intervensi 8 76.916 A
Kontrol 8 70.166 B
Tabel 16. Uji Duncan Praktek Gizi Ibu menurut Lokasi (Blok) atau Perlakuan
Komponen Model Level n Mean Duncan Grouping
Lokasi (Blok) Dramaga 8 54.6650 A
Ciomas 8 53.5388 A
Perlakuan Intervensi 8 54.8738 A
Kontrol 8 53.3300 B
lain intervensi dapat meningkatkan pengetahu- sil uji Duncan menunjukkan bahwa rata-rata
an gizi ibu sebesar 17 poin. praktek gizi ibu (skor 54.87) lebih besar secara
nyata daripada rata-rata praktek gizi ibu kon-
Model GLM untuk sikap gizi ibu membe-
trol (skor 53.33). Nampaknya intervensi dapat
rikan koefisien determinasi sebesar R2 =56.28%.
meningkatkan praktek gizi ibu sebesar 1.5
Hal ini berarti bahwa 56.28% keragaman sikap
poin. Dapat dipahami bahwa meningkatkan
gizi ibu dapat dijelaskan oleh model yang ter-
praktek gizi ibu adalah yang paling sulit di-
diri atas intervensi, sikap gizi awal ibu dan
bandingkan meningkatkan pengetahuan atau
blok. Hasil uji Duncan menunjukkan bahwa
sikap gizi ibu. Praktek gizi mungkin juga dipe-
rata-rata sikap gizi ibu yang mendapat inter-
ngaruhi oleh daya beli seseorang.
vensi (skor 76.92) lebih besar secara nyata da-
ripada rata-rata sikap gizi ibu kontrol (skor
Perilaku Hidup Sehat Ibu dan Anak
70.12). Dengan demikian dapat dikatakan bah-
wa intervensi dapat meningkatkan sikap gizi Perilaku masyarakat menuju Indonesia
ibu sebesar 6 poin. Sehat 2010 yang diharapkan adalah yang bersi-
fat proaktif untuk memelihara dan meningkat-
Sebesar 51.12% keragaman praktek gizi
kan kesehatan, mencegah dan melindungi diri
ibu dapat dijelaskan oleh model GLM seperti
dari ancaman penyakit serta berpartisipasi ak-
ditunjukkan oleh koefisien diterminasi R2. Ha-
39
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 33 – 41
tif dalam berbagai kegiatan yang mengarah pa- yaitu sebesar 62.9%. Sedangkan dalam hal ke-
da perbaikan kesehatan masyarakat. Setiap ke- biasaan memakai alas kaki kalau berada di luar
luarga diharapkan mampu mendeteksi masalah rumah, anak di desa kontrol sebanyak 60.9%
kesehatan serta mengambil langkah-langkah sudah melakukan dan anak di desa intervensi
untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut sebesar 56.4%.
dengan menggunakan sumber daya yang ada
Perilaku hidup sehat lain yang masih ku-
(Azwar, 2004).
rang dilakukan anak adalah membiasakan men-
Perilaku hidup sehat keluarga tercermin cuci tangan sesudah BAB (di desa kontrol, ha-
dari perilaku hidup sehat ibu dan anak pada nya dilakukan oleh 14.5% anak dan di desa in-
umumnya. Perilaku hidup sehat yang dilakukan tervensi oleh 18.4% anak). Sebesar 41.7% anak
oleh ibu di desa kontrol dan intervensi relatif di desa kontrol dan 48.2% di desa intervensi
sama. Sebagian besar ibu di desa kontrol telah mempunyai kebiasaan mencuci tangan
(95.0%) dan desa intervensi (94.5%) telah biasa menggunakan sabun. Sedangkan tentang kebia-
memandikan anak dengan menggunakan sabun saan mencuci tangan sebelum makan, sebesar
mandi. Kebiasaan ibu memotong kuku anak 44.1% anak di desa kontrol dan 42.6% di desa
setiap minggu juga sudah dilakukan (di desa intervensi sudah melakukannya. Kalau dilihat
kontrol sebesar 77.5% dan di desa intervensi secara keseluruhan perilaku sehat ibu dan
sebesar 65.6%). anak di desa intervensi sedikit lebih baik bila
dibandingkan dengan perilaku hidup sehat ibu
Perilaku hidup sehat yang juga sudah di-
dan anak di desa kontrol.
lakukan adalah mencuci rambut anak tiga kali
setiap minggu (di desa kontrol 69.2% dan di de-
sa intervensi 67.0). Dalam perilaku menggosok
KESIMPULAN
gigi dan memulainya pada usia dini masih ba-
nyak ibu yang belum melaksanakannya. Di desa
Berdasarkan analisis General Linear Mo-
kontrol ibu yang membiasakan anak menggosok
del (GLM), intervensi dalam bentuk pendidikan
gigi dua kali dalam sehari 49.5% sedangkan di
gizi dan pemanfaatan pekarangan yang dilaku-
desa intervensi sedikit lebih tinggi yaitu
kan selama lima bulan berpengaruh nyata
mencapai 51.0%. Demikian pula halnya dengan
terhadap pengetahuan gizi, sikap, dan praktek
perilaku menggosok gigi pada usia dini, di desa
gizi ibu.
kontrol sebesar 15.2% dan di desa intervensi
sedikit lebih tinggi yaitu 22.0%. Pada kelompok kontrol, skor awal (base-
line data) pengetahuan gizi ibu adalah 37.1
Perilaku hidup sehat mencuci kaki sebe-
dan skor akhir (endline data) adalah 34.9. Ter-
lum tidur, menggosok gigi dengan pasta gigi,
dapat penurunan skor sebanyak 2.3 poin. Skor
dan memakai alas kaki kalau berada di luar ru-
pada kelompok intervensi meningkat dari 46.0
mah anak di kedua desa masih sangat rendah.
(baseline) menjadi 52.6 (endline) atau me-
Di desa kontrol sebanyak 65.8% anak sudah
ningkat sebanyak 7.5 poin.
membiasakan diri mencuci kaki sebelum tidur
dan di desa intervensi sebesar 61.5%. Kegiatan Skor sikap gizi ibu menunjukkan bahwa
menggosok gigi menggunakan pasta gigi dilaku- ketika kedua data (baseline dan endline) pada
kan oleh sebanyak 57.0% anak di desa kontrol kelompok kontrol dibandingkan, terlihat bah-
dan di desa intervensi sedikit lebih banyak wa terdapat penurunan skor dari 73.8 menjadi
40
Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2009 4(1): 33 – 41
41