You are on page 1of 13

PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK AUTIS:

KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
YAUMIL HIKMAWATI
NIM F11412016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PONTIANAK
2018
LEMBAR PERSETUJUAN

PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK AUTIS:


KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

ARTIKEL PENELITIAN

OLEH:
YAUMIL HIKMAWATI
NIM F11412016

Disetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Patriantoro, M.Hum Agus Syahrani, MM. S. Ling


NIP196208241989031003 NIP1980101662007101001

Mengetahui,

Dekan FKIP Ketua Jurusan PBS

Dr. H. Martono Drs. Nanang Heryana, M.Pd


NIP 196803161994031014 NIP196107051988101001
PEMEROLEHAN BAHASA PADA ANAK AUTIS:
KAJIAN PSIKOLINGUISTIK

YaumilHikmawati, Patriantoro, Agus Syahrani


Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia FKIP UNTAN
Email: Yaumilhkm@gmail.com

Abstract
This research is motivated by the attentiveness of researchers to find out how the
development of a child with autism develops before or after doing research. Researchers saw
firsthand how the attitude of compliance with Wilson's autistic children in speaking skills,
how to form eye contact with autistic children Wilson in speaking skills, and how to shape
responses to commands and calls to people with autistic Wilson's speaking skills. The study
directly observed ABK activities following therapy classes using the ABA method, as well as
increasing the skills of autistic children.Based on data analysis in this study, it can be
concluded: 1) The ability to read pictures of children with autism mental age of 6 years can
be grouped into three, namely, the ability to read nouns, verbs and adjectives. 2) The ability
of children to count for children with autism mental age of 6 years through pictorial card
media can be grouped into three, namely, the ability to count, recognize numbers and sort
numbers.. 3) Therapy for the ability to read pictures and children's abilities to count for
children with autism, starting from preparation by preparing a room, preparing a number
card, preparing an image card, ball and rooting and preparing the mental and psychological
children to learn.
Keywords:language acquisition, children with special needs, abilitiesread and count

PENDAHULUAN
Pemerolehan bahasa atau akuisisi Situasi pemerolehan bahasa pertama
berlangsung di dalam otak seseorang ketika seiring sejalan dengan penguasaan bahasa ibu
memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa (mother tangue).Biasanya berlangsung pada
ibu. Pemerolehan bahasa biasanya didapatkan umur 0-5 tahun.Sedangakan pembelajaran
melalui pembelajaran bahasa, dengan proses- bahasa berlangsung setelah umur 5 tahun.Hal
proses yang terjadi waktu seseorang ini umum terjadi pada anak normal serta
mempelajari bahasa kedua, setelah memperoleh pengklasifikasian ini telah disepakati oleh para
bahasa pertamanya. Pembelajaran bahasa ahli psikolinguistik.Anak-anak normal
dilakukan dengan adanya kehadiran guru, memperoleh bahasa secara alamiah dan mampu
suasana kelas, dan dituntut adanya kurikulum, mengikuti pembelajaran bahasa.Namun,
serta dilakukan dengan cara sadar. Selanjutnya, sebagian lainnya karena berbagai sebab
juga dinyatakan bahwa setiap anak mengalami mengalami kesulitan dalam memperoleh bahasa
tahapan yang sama (universal) dalam dan pembelajaran bahasa.Padahal bahasa adalah
pemerolehan bahasa, yaitu tingkat membabel0- salah satu aspek penting bagi manusia untuk
1 tahun, masa holofrasa 1-2 tahun, masa ucapan dapat mengekspresikan diri, bersosialisasi, dan
dua kata 2-2,6 tahun, masa permulaan tata memperoleh ilmu dalam pendidikan, serta
bahasa 2,6-3 tahun, masa menjelang tata bahasa digunakan dalam komunikasi dengan
dewasa 3-4 tahun, dan masa kecakapan penuh lingkungan sekitar.Anak-anak normal
4-5 tahun. memperoleh bahasa secara alamiah dan mampu
mengikuti pembelajaran bahasa.

1
Anak-anak penyandang autis cenderung menulis, berhitung, jarimatika, dan berhitung
memiliki sikap tidak peduli terhadap apa yang cepat. Alamat Rumah Matematika dan Sains di
ada di sekitarnya. Bahkan dalam keadaan marah jalan Sungai Raya Dalam Ruko depan Permata
mereka dapat menyakiti diri mereka sendiri, Khatulistiwa nomor 1 Pontianak Kalimantan
atau orang di sekitar mereka. Oleh sebab itu, Barat. Untuk mengetahui bagaimana
pentingnya pendidikan bagi anak luar biasa perkembangan penyandang anak autis
harus di mulai sejak orang tua telah mengetahui berkembang sebelum atau sesudah
kondisi dari anak mereka. Hal ini disebabkan dilakukannya penelitian. Peneliti melihat secara
agar jiwa sosial serta perilaku mereka dapat langsung bagaimana pembentukan sikap
terbangun sejak awal. Hal utama dalam kepatuhan anak autisWilson dalam
pendidikan awal anak adalah respon serta keterampilan berbicara, bagaimana
kontak mata pada anak. Dua hal ini sangat pembentukan kontak mata anak autisWilson
berpengaruh besar terhadap perkembangan dalam keterampilan berbicara, dan bagaimana
anak, selain itu emosi anak juga harus dapat pembentukan respon terhadap perintah dan
terkontrol. panggilan pada penyandang anak autisWilson
Berdasarkan pengamatan peneliti, berikut dalam keterampilan berbicara.
adalah Wilson dengan usia 6 tahun, ia Dardjowidjojo (2005: 225) mengemukakan
merupakan anak penyandang autis. Wilson bahwa pemerolehan bahasa atau akuisi bahasa
merupakan penyandang autis yang mengalami (language acquisition), yaitu proses penguasaan
beberapa masalah, seperti masalah berbicara, bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural
sikap, kepatuhan, emosional, respon terhadap pada waktu dia belajar bahasa ibu (native
segala hal, serta kepedulian terhadap language). Ada dua langkah pembelajar
lingkungan sekitar. Keterampilan bicara menguasai bahasa target.
merupakan kegiatan berbahasa yang setiap hari Berdasarkan berbagai pendapat yang
dilakukan oleh masyarakat pada umumnya dikemukakan diatasa dapat disimpulkan bahwa
untuk berkomunikasi sehingga hubungan sosial proses penguasaan bahasa yang oleh anak
terjaga, namun lain hal pada ABK Wilson, dilakukan secara natural. Proses penguasaan
Wilson hanya mampu meniru apa yang di bahasa dilakukan dengan cara anak belajar
dengarnya kemudian diungkapkan melalui bahasa yang digunakan oleh orang dewasa
berbicara pada orang lain. Wilson juga hanya dalam masa memperoleh bahasa ibu.
mampu mengungkapkan kata kunci ketika Pemerolehan bahasa ibu tergantung lingkungan
menginginkan sesuatu yang membuat orang anak. Penguasaaan bahasa secara tidak disadari
yang berada di sekitarnya tidak memahami apa atau informal diperoleh dengan cara
yang dimaksudnya. menggunakan bahasa itu dalam berkomunikasi.
Penelitian tentang meningkatkan Autisme adalah suatu istilah atau nama yang
kemampuan mengikuti pelajaran dengan digunakan untuk menggambarkan perilaku yang
metode ABA (Applied Behavior Analysis) sifat aneh atau ganjil dan kelambatan perkembangan
dari metode tersebut adalah lebih menekankan sosial dan komunikasi yang berat Kirk dan
pada ketegasan tanpa kekerasan. Karena anak Gallagher (dalam Abdurrachman dan Sudjadi
austis tidak dianjurkan anak tersebut diasingkan 1994: 210). Menurut Yuwono (2012: 15) autis
itu malah akan menambah parah untuk anak merupakan gangguan perkembangan yang
tersebut, dengan prinsip metode ABA mempengaruhi beberapa aspek bagaimana anak
kehangatan, tegas, tanpa kekerasan, prompt, melihat dunia dan belajar dari pengalamannya.
dan apresiasi. Jadi temuan anakautis Wilson Menurut Williams dan Wright (2007: 3) autis
kajianpsikolinguistik memiliki beberapa alasan adalah gangguan perkembangan yang secara
yang kuat untuk diteliti. umum tampak dari tiga tahun pertama
Penelitian ini dilakukan di Rumah kehidupan anak. Menurut Peeters (2012: 15)
Matematika dan Sains, lembaga ini bergerak autis merupakan suatu gangguan
dalam bidang terapi untuk anak-anak autis perkembangan, gangguan
yaitu, terapi, psikomotor class, membaca,

2
pemahaman/gangguan pervasif, dan bukan Baby sitter (yang penting diam), semua
suatu penyakit mental. kebutuhan akan dilayani tanpa perlu belajar
Ditinjau dari sudut statistika, yang mengekspresikan keinginannya, bermain sendiri
dimaksud dengan autis ialah yang menyimpang dan hubungan anak dan orang tua kurang
dari kriteria normal atau rata-rata. Sedangkan berkualitas.
anak yang menyandang ketunaan atau cacat Dari segi lingustik, membaca adalah suatu
ialah hanya yang menyimpang kebawah dari proses penyandian kembali dan pembacaan
kriteria normal. Seperti dikemukakan oleh sandi (a recording and decoding process),
Orlansky (dalam Abdurrachman dan Sudjadi berlainan dengan berbicara dan menulis yang
1994: 8) bahwa anak yang menyandang justru melibatkan penyandian (encoding).
ketunaan atau cacat mempunyai pengertian Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding)
yang lebih sempit daripada anak luar biasa atau adalah menghubungkan kata-kata tulis (written
kelainan.Klasifikasiautis hendaknya juga word) dengan makna bahasa lisan (oral
memperhatikan kemungkinan terjadinya language meaning) yang mencakup
pemberian cap atau label yang negatif terhadap pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi
autis, terutama yang tergolong menyandang yang bermakna, Anderson (dalam Tarigan,
ketunaan. Pemahaman yang kurang tentang 2008: 7-8).
jenis-jenis autistik menuntun beberapa orang Menyimak dan membaca berhubungan erat
tua untuk meyakini bahwa merekalah yang karena keduanya merupakan alat untuk
bersalah. Selanjutnya, sejak tahun 1960-an menerima komunikasi. Berbicara dan menulis
orang-orang mulai memahami autistik dan lebih berhubungan erat karena keduanya merupakan
pada identifikasi symptoms dan bagaimana alat untuk mengutarakan makna,
treatmentnya. Menurut Aarons dan Gittens mengemukakan pendapat, mengekspresikan
(dalam Yuwono, 2012: 12-14) membagi jenis- pesan, Anderson (dalam Tarigan, 2008: 8).Di
jenis autistik tersebut, berikut penjelasannya. samping pengertian atau batasan yang telah di
Secara spesifik, fakor-faktor yang utarakan di atas, membaca pun dapat pula
menyebabkan anak menjadi autistik belum diartikan sebagai suatu metode yang kita
ditemukan secara pasti, meskipun secara umum pergunakan untuk berkomunikasi dengan diri
ada kesepakatan di dalam lapangan yang kita sendiri dan kadang kadang dengan orang
membuktikan adanya keragaman tingkat lain yaitu mengomunikasikan makna yang
penyebabnya. Menurut Yuwono (2012: 32) terkandung atau tersirat pada lambing-lambang
mengatakan autistik itu bersifat genetik, tertulis. Membaca dapat pula di anggap sebagai
metabolik dan gangguan syaraf pusat, infeksi suatu proses untuk memahami yang tersirat
pada masa hamil (rubella), gangguan dalam yang tersurat, melihat pikiran yang
pencernaan, hingga keracunan logam berat dan terkandur di dalam kata kata yang tertulis.
ibu pada masa hamil mengkonsumsi seafood di Tingkatan hubungan antara makna yang
mana jenis makanan ini mengandung mercury hendak di kemukakan oleh penulis dan
yang sangat tinggi karena pencemaran air laut. penafsiran atau interpretasi pembaca turut
Dugaan lain yaitu bahwa anak autistik menentukan ketepatan membaca. Makna
disebabkan oleh faktor lingkungan misalnya bacaan tidak terletak pada halaman tertulis,
vaccanations. Ada beberapa kasus yang dialami tetapi berada pada pikiran pembaca. Secara
oleh orang tua, mereka mengaku bahwa ciri-ciri singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah
anak autistik muncul pada anaknya setelah bringing meaning to and getting meaning from
diberikan vaccanations. Beberapa ciri-ciri anak printer or written material, memetik serta
autistik sebenarnya dapat dideteksi sejak dini, memahami arti atau makna yang terkandung di
setidaknya dicurigai melalui perilaku anak pada bahan yang tertulis (Finochiaro and Bonomo
masa tahun-tahun pertama. Ketika anak berusia 1973 : 119 ).
3 tahun dan menunjukkan ciri-ciri perilaku Kata merupakan bagian dari bahasa dalam
autistik, orang tua menduga disebabkan kalimat yang kemudian perwujudan perasaan
kebiasaan menonton televisi, “diacuhkan” oleh dan pikiran yang diucapkan dalam berbahasa.

3
Menurut Ramlan (dalam Pateda, 2001: 134) berkebutuhan anak autis sebuah kajian
Kata adalah satuan ujaran yang berdiri sendiri psikolinguistik studi kasus pada rumah
yang terdapat dalam kalimat, dapat dipisahkan, matematika dan sains.Metode deskriptif adalah
dapat ditukar, dapat dipindahkan dan metode yang memaparkan, menguraikan, atau
mempunyai makna serta digunakan untuk mendeskripsikan objek penelitian secara
berkomunikasi. Menurut Chaer (2011: 16) terperinci.Metode deskriptif merupakan langkah
menegaskan bahwa kata merupakan satuan pemecahan masalah yang diselidiki dengan
ujaran (bahasa) terkecil yang secara inhern mengambarkan keadaan subjek atau
memiliki sebuah makna yang disebut makna objek.Menurut Sukardi (2014: 14) penelitian
leksikal, makna denotasi, makna apa adanya deskriptif ini hanya berusaha menggambarkan
atau makna lugas. secara jelas dan sekuensial terhadap pertanyaan
Berbeda lagi dengan kriteria klasifikasi penelitian yang telah ditentukan sebelum para
seperti yang disampaikan Alisyahbahana peneliti terjun langsung ke lapangan dan
(dalam Chaer, 2008: 64) bahwa secara mereka tidak menggunakan hipotesis sebagai
tradisional dikenal adanya kata-kata yang petunjuk arah atau guide dalam penelitian.
termasuk kelas verba, nomina, ajektiva, Berdasarkan penjelasan tersebut,
adverbial, numerilia, 3 preposisi, kongjungsi, diharapkan melalui metode deskriptif pada
pronominal, artikula, interjeksi. Kalau disimak penelitian ini dapat menggambarkan secara
baik-baik dapat dilihat bahwa kelas nomina, jelas atau mengungkapkan fakta penelitian yang
verba dan ajekitifa berisi konsep-konsep berhubungan mengenai pemerolehan bahasa
budaya, yang merupakan makna leksikal dari pada anak autis sebuah kajian psikolinguistik
kata-kata pada kelas itu.adverbial membawa studi kasus pada rumah matematika dan sains.
makna atau konsep yang mendampingi kelas- Bentuk penelitian yang digunakan adalah
kelas nomina, verba dan ajekitifa. Kata-kata bentuk kualitatif. Menurut Sugiyono (2011:15)
yang termasuk kelas numeralia membawa penelitian kualitatif adalah yang berlandasan
konsep-konsep hitungan, terutama untuk kelas pada filsafat postpositivisme, digunakanuntuk
nomina dan juga adverbia. Kelas preposisi meneliti pada kondisi objek yang alamiah.
membawa konsep perangkai antara verba dan Penelitian sebagai instrumen kunci, analisis
nomina. Sementara kelas kongjungsi membawa data bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil
konsep penghubung antara satuan kelas nomina. penelitian lebih menekankan makna dari pada
Lalu kelas Pronomina membawa konsep generalisasi.Sumber data dalam penelitian ini
pengganti untuk anggota kelas adalah siswa terapis di Rumah Matematika dan
nomina.Kemudian kelas anggotannya tidak Sains yang bernama Wilson yang berusia 6
banyak, yaitu artikula, membawa konsep tahun dan guru terapis. Data dalam penelitian
penentu dan pembentuk nomina. Sedangkan ini adalah kata-kata yang diucapkan informan
yang terakhir interjeksi membawa konsep berdasarkan gerak yang berupa hasil membaca
“emosi” manusia. gambar dan benda-benda aktivitas (kata kerja),
sifat (warna), dan angka yang kemudian
METODE PENELITIAN disajikan secara deskriptf. Teknik pengumpulan
Metode adalah adalah cara kerja, langkah data dilaksanakan dengan menggunakan
kerja, teknik kerja yang berurutan dan instrumen-instrumen wawancara mendalam (In-
dilakukan secara sistematis. Dalam penelitan ini depth interview), observasi langsung dan studi
ada beberapa metode yang digunakan antara dokumentasi.
lain metode pengumpulan data, metode analisis Penelitian ini menggunakan pendekatan
data, dan metode penyajian hasil analisis. kualitatif sehingga diperlukan data yang bersifat
Metode yang digunakan dalam penelitian ini kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam
adalah metode deskriptif.Penggunaan metode penelitian ini adalah teknik observasi non
deskriptif dalampenelitian ini adalah karena partisipan untuk mengamati proses belajar anak
peneliti bermaksud mendeskripsikan fakta dalam menunjukkan gambar, memeragakan
mengenai pemerolehan bahasa pada anak gambar, dan memperlihatkan gambar. Selain itu

4
peneliti juga menggunakan teknik wawancara gambar, kata dikelompokkan menjadi satu, data
dengan teknik tanya jawab dengan menghitung angka dikelompokkan menjadi
menunjukkan gambar, memeragakan gambar, satu. Data terapi dikelompokkan menjadi satu,
dan memperlihatkan gambar. Serta teknik selanjutnya menganalisis data sesuai dengan
dokumentasi untuk memperoleh dokumen- urutan masalah. (1) Data membaca gambar
dokumen yang berkaitan dengan penelitian. yang berupa kata dianalisis dengan metode
Alat pengumpul data yang di gunakan peneliti komparatif dengan teknik membandingkan kata
dalam mengamati Pemerolehan Bahasa pada dengan data. (2) Data menghitung angka yang
Anak Autis: Kajian Psikolinguistik sebagai berupa/bilangan dianalisis dengan metode
berikut: (a) instrumen alat pengumpulan data komparatif dengan teknik membandingkan kata
yang digunakan berupa pedoman observasi atau dengan data. (3) Data terapi dianalisis dengan
catatan lapangan, (b) instrumen alat metode deskripsi dan teknik pemaparan.
pengumpulan data yang digunakan berupa
pedoman wawancara. (c) instrumen dokumen HASIL PENELITIAN DAN
yang berupa berupa gambar, gerak-gerakkan, PEMBAHASAN
gambar gerak dan warna. Analisis data Hasil Penelitian
kualitatif difokuskan kepada penunjukan Berdasarkan hasil pengamatan yang
makna, deskripsi, penjernihan dan penempatan dilakukan pada saat proses belajar membaca
data pada konteksnya masing-masing dan gambar anak autis usia mental 6 tahun di
dillukiskan dalam bentuk kata-kata.Adapun Rumah Matematika dan Sains dapat diketahui
yang dimaksud analisis data adalah proses bahwa kemampuan anak dalam membaca
mengorganisasikan danmengurutkan data melalui media kartu bergambar dapat
kedalampola, dikelompokan menjadi tiga yaitu, kemampuan
kategoridansatuanuraiandasarsehinggadapatdite membaca kata benda, kata kerja dan kata sifat.
mukantemadandapatdirumuskanhipotesiskerjas Untuk lebih jelasnya dapat dipaparkan sebgai
eperti yang disarankanoleh data. Analisis data beirkut. (a) kemampuan dalam menyebutkan
diperlukan agar dapat memperoleh kedalaman dan mengenal kata benda melalui media kartu
makna dari suatu data penelitian kualitatif, baik sudah tergolong baik. Anak telah mampu
itu didapat dari observasi, wawancara serta mengenal dan mampu mengeja huruf nama-
studi dokumentasi. Miles dan Humberman nama benda yang ada pada kartu seperti nama-
dalam (Sugiyono, 2008: 91-92), menyarankan nama buah, hewah dan rumah. Ketika terapis
prosedur analisis sebagai berikut. (guru) menunjukkan kartu yang berisikan
gambar dan nama gambar tersebut anak telah
Pengumpulan Data mampu menyebutkan nama benda tersebut dan
mengeja huruf-huruf nama benda tersebut. (b)
kemampuan dalam menyebutkan dan mengenal
Penyajian Data kata kerja melalui media kartu bergambar juga
tergolong baik. Melalui media kartu bergambar
ini anak dapat mengetahui beberapa kata kerja
diantaranya berjalan, berlari, memasak,
Reduksi Data mencuci dan menulis. (c) kemampuan dalam
menyebutkan dan mengenal kata sifat melalui
media kartu bergambar masih tergolong rendah.
Anak kesulitan mengenal kata-kata sifat karena
kata sifat merupakan suatu proses kegiatan yang
Penarikan Kesimpulan Verifikasi
sulit digambarkan melalui gambar pada kartu
Bagan Tahapan Penelitian dan hanya bisa dijelaskan secara deskriptif.
Data hasil observasi di atas dapat
Selain itu, data diklasifikasikan dipertegas lagi melalui data hasil wawancara
berdasarkan permasalahannya. Data membaca dengan terapis (guru) anak autis di Rumah

5
Matematika dan Sains pada tanggal 15 Juli bergambar.Terapis memberikan kesempatan
2018. Hasil wawancara tersebut menjelaskan kepada Wilson untuk bertanya mengenai materi
bahwa kemampuan membaca gambar yang sedang dipelajari. Terapis memberikan
merupakan kemampuan anak dalam membaca penguatan (reinforcement) kepada Wilson yang
menggunakan media kartu yang terdapat bertanya atau yang menanggapi petanyaan dari
gambar dan huruf. Pada awalnya anak tidak terapis maupun temannya.Terapis melakukan
dapat membaca bahkan anak mengucapkannya postest atau evaluasi kepada Wilson terkait kata
dengan sembarangan atau tidak sesuai dengan benda yang telah dipelajari. Pelaksanaan
gambar. Namun setelah melalui beberapa bulan Tindakan (Acting) terapis masuk ruangan
terapi anak mulai mengenali benda, hewan dan sambil menggiring Wilsonuntuk memasuki
sifat apa yang ada pada media gambar tersebut. ruangan kelas.Pada awal pembelajaran, terapis
memulai dengan mengucapkan salam dan
Pembahasan menyapa Wilson dengan senyuman sambil
Setelah data observasi dan hasil bertanya keadaan Wilson. Seperti pembelajaran
wawancara dilaksanakan, sejumlah fakta biasanya, pembelajaran diawali dengan
lapangan yang diperoleh berkaitan dengan meminta Wison untuk berdoa sebelum
fokus penelitian tentang Pemerolehan Bahasa pelajaran dimulai.
pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tahap selanjutnya, terapis memberikan
Sebuah Kajian Psikolinguistik Studi Kasus pada pertanyaankepada Wilson dengan meminta
Rumah Matematika dan Sains. Maka dalam Wilson untuk menyebutkan kata benda yang
bagian ini peneliti membahas dengan ada pada kartu gambar.Terapis memberikan
melakukan analisis. Adapun pembahasan ini dorongan atau motivasi kepada Wilson agar
peneliti lakukan sesuai dengan urutan selalu aktif dalam proses belajar berlangsung
pertanyaan penelitian. Untuk lebih jelasnya sambil memberikan pujian. Setelah itu, terapis
teknik pembahasan dimaksud, akan peneliti mengatur posisi Wilson agar siap belajar.
paparkan di bawah ini: Terapis juga memberikan penekanan terhadap
pentingnya belajar kepada Wilson.
Kemampuan Membaca Gambar Anak Pada kesempatan ini terapis menggunakan
AutisUsia Mental 6 Tahun kartu bergambar. Terapis memperlihatkan kartu
Secara umum pelaksanaan terapi dalam kepada Wilson yang berisikan dua objek yang
proses pembelajaran membaca pada anak autis sama yaitu gambar dan huruf dalam bentuk
ini dilakukan melalui dua taha yaitu proses kata. Kemudian terapis memperlihatkan sambil
perencanaan dan tindakan. (a) Perencanaan memberikannya kepada Wilson, sambil
Tindakan (Planning) tahapan ini peneliti menjelaskan kata benda yang terdapat pada
melihat terapis mempersiapkan perangkat untuk kartu. Pada kesempatan ini terapis mengajarkan
belajar. Setelah semua perangkat terkumpul, kata benda berupa gelas. Terapis menyebutkan
selanjutnya peneliti membuat rancangan huruf-huruf dan mengejanya. Terapis meminta
pembelajaran dengan menggunakan kartu Wilson untuk mengikuti apa yang
bergambar. Adapun hasil rancangan diucapkannya. Wilson mengikuti apa yang
pembelajaran tersebut dimulai dari awal diucapkan oleh terapis dan mengejanya
pembelajaran. Terapis mengucapkan salam dan G,E,L,A,S menjadi sebuah kata yaitu
membuka pembelajaran dengan meminta “GELAS”. Setelah Wilson dapat mengeja dan
Wilson untuk berdoa bersama. mengenal huruf dan kata tersebut kemudian
Terapis memberikan pretest kepada terapis melakukan pendalaman bertanya kepada
Wilson terkait materi yang akan disampaikan Wilson bagaimana bentuk gelas, apa saja warna
kepada Wilson.Terapis harus terus memberikan gelas, dan apa fungsi dari gelas. Wilson
dorongan atau motivasi kepada Wilson agar menyebutkan bentuk gelas seperti gelas yang
selalu aktif dalam proses belajar mengajar ada di meja terapis dan menyebutkan warnanya.
berlangsung. Terapis menyampaikan materi Akan tetapi Wilson belum mengetahui apa
membaca dengan menggunakan kartu fungsi dari gelas tersebut.

6
Mendengar jawaban dari Wilson kemudian pengertian baru, dan untuk memperjelas
terapis menjelaskan bahwa terdapat banyak pengertian tentang sesuatu.
bentuk gelas dengan memperlihatkan macam-
macam gambar gelas yang ada pada Kemampuan Anak Menghitung pada
Handphoneterapis. Terapis juga menjelaskan Anak AutisUsia Mental 6 Tahun
bahan pembuatan gelas dan warna-warna gelas Kemampuan anak dalam menghitung
yang bermacam-macam. Tidak itu saja, terapis melalui media kartu bergambar di Rumah
juga menjelaskan fungsi dari gelas yaitu untuk Matematika dan Sains dapat dikelompokan
minum baik air, kopi, teh dan susu. Untuk menjadi tiga yaitu, kemampuan yaitu berhitung,
menjelaskan hal tersebut terapis menggunakan mengenal angka, dan mengurutkan angka.
kartu dan gambar yang ada pada Handphone. Kemampuan anak dalam menyebutkan dan
Setelah Wilson memahami dan waktu juga mengenal angka melalui media kartu bergambar
habis kemudian terapis menutup proses sudah cukup baik. Melalui media bergambar
pembelajaran dengan meminta Wilson untuk anak dapat mengenal angka 1-10. Dengan
mengeja kembali kata benda “GELAS”. Terapis memperlihatkan kartu berangka secara
mengucapkan terima kasih karena Wilson mau berulang-ulang anak dapat menyebutkan dan
belajar dan tidak lupa memberikan pujian baik mengenal angka dengan baik.
secara verbal dan nonverbal. Kemudian, terapi Saat kegiatan awal ini, Wilson tampak
meminta Wilson untuk bersama-sama berdoa antusias dan sangat penasaran dengan media
sebagai penutup. kartu yang dikenalkan oleh terapis (guru).
Kemampuan media kartu gambar dalam Wilson memegang, menyusun dan memainkan
proses pembelajaran ini dapat membangkitkan media kartu sesuai dengan imajinasinya.
perhatian dan minat anak autis, sesuai dengan Sesekali Wilson menyanyi dengan artikulasi
fungsi media yaitu sebagai jembatan yang tidak jelas dan meracau mengucapkan
komunikasi yang memudahkan anataraterapis kata-kata yang tidak bermakna. Terapis (guru)
dalam menyampaikan materi kepada anak autis, harus memperingatkan beberapa kali agar
untuk memperoleh persepsi yang sesuai dengan Wilson mau belajar dengan tenang dan
kemampuannya. memperhatikan terapis (guru). Wilson sangat
Salah satu ciri utama dari anak autis adalah asyik dengan imajinasinya memainkan media
perilaku yang menyimpang atau keterlambatan kartu sehingga Wilson kurang mendengarkan
kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. instruksi yang diberikan oleh terapis. Terapis
Program-program terapi dan intervensi perilaku harus mengulang beberapa kali instruksinya dan
dapat diterapkan untuk mengembangkan membimbing Wilson untuk melakukannya. (b)
kemampuan bicara. Perlunya dikembangkan kegiatan inti. setelah masuk pada kegiatan ini
strategi komunikasi untuk anak-anak yang sulit pembelajaran, ternyata Wilson dapat mengikuti
dalam mengembangkan kemampuan bicara pembelajaran berhitung menggunakan media
mereka, seperti penggunaan bahasa isyarat, kartu dari awal sampai akhir dengan cukup baik
sistem petunjuk melalui gambar, lewat meskipun terapis (guru) harus mengulang
perangkat elektronik, serta sistem komunikasi beberapa instruksi dan memberikan bantuan.
berbasis gambar. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan
Berdasarkan hal tersebut, penggunaan terapis dalam proses pembelajaran berhitung
kartu gambar dalam proses terapi penanganan sebagai berikut. (1) Terapis berhitung 1, 2, 3
masalah-masalah kognitif pada anak autis dapat hingga 10 menggunakan kartu angka. Wilson
memberikan hasil yang optimal. Artinya dapat menirukan berhitung 1, 2, 3 hingga 10. (2)
merangsang perhatian dan minat anak yang Terapis mengurutkan kartu angka mulai dari
selama ini jarang diperoleh pada anak autis. angka 1, 2, 3 hingga 10. Wilson menyebutkan
Media kartu gambar dapat memberikan nilai lambang bilangan tersebut sesuai dengan angka
yang sangat berarti, terutama dalam membentuk yang ditunjuk oleh terapis. Wilson tidak
pengertian baru dan untuk memperjelas mengalami kesulitan dalam menyebutkan satu,
dua, tiga hingga sepuluh. (3) Wilson masih

7
membutuhkan bantuan untuk mengurutkan dan 2, sedangkan untuk angka 3 terkadang
angka. Wilson mengurutkan angka mulai dari 1, penyebutannya benar tiga dan terkadang salah
2, 3, hingga 10. Terapismemberikan bantuan sebut menjadi lima. (3) Mengurutkan lambang
dan menjelaskan kepada Wilson bagaimana bilangan. Kemampuan mengurutkan lambang
urutan angka yang benar. (4) Wilson berhitung bilangan Wilson sudah mengalami peningkatan
menggunakan media kartu. Terapis dibandingkan dengan kemampuan awal. Wilson
mengurutkan media kartu mulai dari jumlah 1, sudah mampu mengurutkan angka 1 dan 2.
2, 3 hingga 10. (5) Wilson masih membutuhkan Terkadang Wilson mampu mengurutkan 3
bimbingan terapis untuk menghitung jumlah lambang bilangan dengan benar, contohnya
lingkaran. Terapis (guru) menunjuk setiap adalah 1, 2, 3, 5, 4 atau 1, 2, 4, 3, 5. Terapis
gambar lingkaran dan memancing dengan harus memberikan bantuan dan pendampingan
menyebutkan sa. . ., du. . .,ti. . .. (6) Wilson kepada Wilson. (4) Membilang. Kemampuan
menjodohkan kartu gambar dengan kartu angka membeilang Wilson juga mengalami
yang sesuai. Wilson tidak mengalami kesulitan peningkatan yang cukup bagus. Pada awalnya
dalam mengurutkan kartu gambardan Wilson hanya mampu menghitung gambar
menjodohkan dengan kartu angka. Wilson lingkaran dengan jumlah satu atau dua. Setelah
hanya nampak ragu dan bertanya kepada terapis tes pasca pelaksanaan terapis dalam proses
bu, salah bu? Terapis membantu Wilson untuk pembelajaran Wilson mampu menghitung
menghitung jumlah gambar lingkaran, Wilson jumlah gambar lingkaran lebih dari 2 meskipun
mencari sendiri angka yang sesuai dengan belum bisa konsisten. Terkadang Wilson
jumlah lingkarannya. (7)Terapis mengacak menghitung gambar lingkaran berjumlah 3, 4
kartu gambar dan kartu angka. Terapis meminta atau 5, 6 dengan benar, tetapi tak jarang pula
Wilson untuk mengurutkan dan jawaban Wilson salah. Wilson mengucapkan
menjodohkannya kembali. (8) Ketika materi urutan angkanya benar, tetapi salah dalam
telah selesai disampaikan, terapis memberikan menunjuk gambar lingkaran atau Wilson benar
evaluasi terhadap Wilson. Terapis menjelaskan dalam menunjuk gambar lingkarannya satu
urutan angka yang benar dan menjodohkan persatu namun pengucapan angkanya tidak urut.
kartu dot cards dengan kartu angka yang tepat. Wilson mengalami kesulitan untuk
Kemampuan berhitung Wilson setelah menjodohkan kartu gambardengan kartu angka.
dilakukan terapis dalam pelaksanaan proses Wilson dibantu oleh Wilson untuk
pembelajaran mengalami peningkatan menjodohkannya. Terapis juga harus
dibandingkan dengan kemampuan awal. Skor memberikan bantuan kepada Wilson.
yang diperoleh Wilson dalam tes setelah (c)Penutup. Pada kegiatan penutup terapis
tindakan terapis dalam pelaksanaan proses (guru) mengucapkan terima kasih kepada
pembelajaran kategorinya cukup. Adapun Wilson karena telah mengikuti pembelajaran
kemampuan pada tiap aspek dapat dijelaskan berhitung dengan baik. Terapis meminta Wilson
sebagai berikut. (1) Mengenal bilangan bentuk untuk berdoa untuk mengakhiri pembelajaran.
lisan. Kemampuan mengenal bilangan bentuk Terapis memberikan kuis kepada Wilson
lisan Wilson sudah mengalami peningkatan, mengenai materi yang telah diberikan. Jika
hanya saja Wilson belum mengucapkannya mampu menjawab kuis yang diberikan maka
secara urut. Masih ada beberapa angka yang mendapatkan hadiah berupa ucapan dan pujian..
pengucapannya terbaik-balik. Cocntohnya Bagi anak autis pengenalan bilangan bagi
adalah satu, dua, empat, lima, tiga atau satu, anak dapat dilakukan dengan menghitung benda
dua, lima, empat, tiga. Terapis masih harus sesungguhnya, kemudian dijodohkan dengan
memberikan sedikit bantuan kepada Wilson angka, dilanjutkan dengan gambar dan
agar pengucapan bilangannya berurutan. (2) angkanya, sampai ketingkat abstrak hanya
Mengenal dan membaca bilangan. Aspek simbol angkanya. Pembelajaran berhitung
mengenal dan membaca bilangan sudah dengan menggunakan media kartu
mengalami peningkatan yang cukup bagus. gambarmampu membimbing anak autis untuk
Wilson sudah mengenal lambang bilangan 1 menyebut bilangan dengan nama bilangannya.

8
Melalui media kartu gambaranak belajar terapisjuga menggunakan kartu angka dalam
mengenal angka dan berhitung menggunakan terapi tersebut agar anak dapat menghitung.
gambar lingkaran, kemudiandimatchingkan Oleh karena itu, perlu memberikan proses
dengan angkanya. pembelajaran yang menyenangkan dan
Melalui media akrtu maka anak atisakan mencerdaskan bagi anak-anak autis agar
mengenal gambar dan simbol yang digunakan mereka dapat belajar melalui dunia mereka.
untuk mempermudah anak menerima materi Oleh karena itu prosedur pembelajaran yang
yang akan diberikan oleh guru. Melalui media dilakukan oleh terapis di Rumah Matematika
kartu gambar anak dapat belajar berhitung dan Sains tersebut sudah sesuai dengan
menggunakan gambar lingkaran dan simbol prosedur yang ditetakan oleh pihak pengelola
bilangan yang kemudian menjodohkan gambar Rumah Matematika dan Sains sebagai berikut.
lingkaran dengan simbol lingkaran yang sesuai. (a) Persiapan Ruangan Terapi. Ruangan terapi
Selain itu, anak autis juga dapat belajar one-on-one tidak perlu luas. Ruangan berkisar
mengenal bilangan bentuk lisan, mengenal dan 2x2 m. Karena kalau terlalu luas, akan lebih
membaca bilangan, mengurutkan bilangan dan banyak kesempatan bagi anak untuk lolos dan
membilang menggunakan media kartu gambar kontrol terapis. Penerangan harus mencukupi,
yang terdiri dari gambar lingkaran dan simbol ventilasi dan suhu rungan harus sejuk, bila
angka. Berdasarkan adanya peningkatan dalam terlalu panas, dapat digunakan AC. Dinding dan
kemampuan berhitung pada anak autis, jendela harus bebas distraksi. Tidak ada hiasan
menjadikan media kartu gambarmemberikan dinging yang mencolok dan penglihatan ke luar
dampak positif sehingga teori tentang jendela dihalangi dengan gorden. (b) Persiapan
pengajaran matematika menggunakan media Imbalan yang Efektif. Terapis dihimbau untuk
kartu gambar yang terdiri dari gambar, angka mencatat jenis-jenis imbalan yang disukai oleh
dan simbol dapat terbukti. masing-masing anak, mulai dengan yang
berbentuk materi (makanan, minuman, mainan,
Terapi Kemampuan Membaca Gambar benda-benda tertentu yang disukai anak), verbal
dan Kemampuan Anak Menghitung (pujian, nyanyian) taktil (pelukan, ciuman,
Pada Anak Autis belaian, tepukan, gelitikan), dan lain seperti
Proses pelaksanaan terapi kemampuan teriakan “Toss” yang disertai dengan tepukan
membaca gambar dan kemampuan anak tangan antara trainer dengan anak dan “Yes”
menghitung pada anak autis di Rumah agar lebih mudah mengingatnya, buatlah daftar
Matematika dan Sains, dimulai dari persiapan. tulis yang mudah dibaca. Letakkan di dinding di
Persiapan yang dilakukan dalam pelaksanaan atas anak agar mudah dilihat. Daftar tersebut
terapi kemampuan membaca gambar dan harus berisi imbalan dan urutan peringkatnya.
kemampuan anak menghitung pada anak autis Berdasarkan hasil observasi, terdapat
mulai dengan menyiapkan ruangan, beberapa permasalahan anak autis selama
menyiapkan kartu angka, menyiapkan kartu proses pembelajaran kemampuan berhitung
gambar, bola dan meronceh. Namun yang pelaksanaan proses pembelajaran yaitu. (a)
paling penting dalam pelaksanaan terapi yaitu Wilson kesulitan untuk mengurutkan bilangan 1
mempersiapkan mental dan psikologis anak sampai 10 dengan benar. Anak autis belum
untuk belajar. Ketika anak masuk dalam mampu membedakan bilangan dan
ruangan terapis terlebih dahulu mengajak anak kebingungan mengurutkan bilangan. Anak autis
tersebut bermain, baik itu bermain bola maupun masih memerlukan bimbingan secara verbal
bermain lainnya. Setelah anak merasa nyaman dan bahkan bantuan fisik untuk berhitung 1
di dalam ruangan barulah terapismenunjukan sampai dengan 10. (b) Wilson kesulitan untuk
kartu gambar baik gambar tentang kata benda, menghitung jumlah gambar lingkaran dengan
kata sifat dan kata kerja secara berulang-ulang jumlah lebih dari 6. Anak autis memiliki daya
sambil menunjukkan gambar dan mengejakan konsentrasi yang mudah beralih sehingga
huruf nama benda tersebut. Selain itu, kurang fokus dalam menghitung gambar
lingkaran. (c) Wilson kesulitan untuk

9
menjodohkan kartu gambardengan kartu angka. sifat. (2) Kemampuan anak menghitung pada
Anak autis asyik dengan imajinasinya sendiri anak autis usia mental 6 tahun di Rumah
dan kurang memperhatikan penjelasan dan Matematika dan Sains melalui media kartu
instruksi yang diberikan oleh terapis (guru). (d) bergambar dapat dikelompokan menjadi tiga
Wilson belum dapat memberikan tanggapan yaitu, kemampuan yaitu berhitung, mengenal
dari pertanyaan-pertanyaan terapis (guru). angka dan mengurutkan angka. Anak dapat
Pelaksanaan penggunaan media kartu dalam mengenal angka-angka yang ada pada kartu
meningkatkan kemampuan berhitung 1 sampai yang ditunjukanterapis, anak juga hampir
10 pada anak autis berlangsung lancar sempurna dalam mengurutkan angka mulai dari
meskipun adanya permasalahan tersebut. angka 1-10. Selain itu, kemampuan anak dalam
Selain permasalahan tersebut, terdapat menghitung dengan menyebutkan angka-angka
beberapa hal positif yang terjadi saat yang diajarkan terapis dapat dikelompokkan
pembelajaran Matematika dengan menerapkan menjadi tiga bagian. (3) Terapi kemampuan
penggunaan media kartuyaitu: (a) Minat anak membaca gambar dan kemampuan anak
autis dalam pembelajaran mengalami menghitungpada anak autisdi Rumah
peningkatan karena menggunakan media yang Matematika dan Sains, dimulai dari persiapan
menarik perhatian. (b) Anak autis senang dalam dengan menyiapkan ruangan, menyiapkan kartu
pembelajaran karena seolah-olah bermain angka, menyiapkan kartu gambar, bola dan
bukan belajar sehingga tidak terlalu berat untuk meronceh, namun yang paling penting adalah
berpikir. (c) Anak autis mengalami peningkatan mempersiapkan mental dan psikologis anak
dalam keaktifan mengikuti pembelajaran. (d) untuk belajar. Ketika anak masuk dalam
Anak autis tidak mudah bosan dan tidak ruangan terlebih dahulu anak diajak bermain,
meninggalkan kelas saat proses pembelajaran baik itu bermain bola maupun bermain lainnya.
berlangsung. (e) Terjadi interaksi dan kerja Setelah anak merasa nyaman di dalam ruangan
sama antar dan terapis saat mengurutkan angka barulah terapismenunjukan kartu gambar baik
dan menjodohkan media kartudengan kartu gambar tentang kata benda, kata sifat, kata kerja
angka. dan bilangkan (angka) secara berulang-ulang
sambil menunjukkan gambar dan mengejakan
SIMPULAN DAN SARAN huruf nama benda tersebut.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan Saran
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa Diakhir penulisan skripsi ini ada beberapa
pemerolehan bahasa pada anak berkebutuhan hal yang menjadi saran sebagai penutup. (1)
khusus (ABK) di Rumah Matematika dan Sains Bagi terapis, penggunaan kartu gambar dalam
sudah baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan proses terapi bagi anak autis menunjukkan hasil
adanya peningkatan kemampuan anak dalam yang positif untuk membantu menjembatani
membaca gambar dengan mengenal kata benda, komunikasi, dan membantu proses pemahaman
kata kerja dan kata sifat serta peningkatan si anak. Oleh sebab itu, penggunaan kartu
kemampuan anak dalam berhitung mulai dari gambar dapat dipertahankan dan
mengenal angka, mengurutkan angka dan juga dimaksimalkan untuk proses terapi pada tahap-
berhitung 1-10. Untuk lebih jelasnya dapat tahap selanjutnya. (2) Bagi Rumah Matematika
dipaparkan berikut ini. (1) Kemampuan dan Sains, diharapkan menyediakan media
membaca gambar anak autis usia mental 6 pembelajaran yang menarik warnanya dan
tahun di Rumah Matematika dan Sains dapat bentuknya agar siswa lebih tertarik untuk
dikelompokan menjadi tiga yaitu, kemampuan belajar. (3) Bagi orang tua, diharapkan untuk
membaca kata benda, kata kerja dan kata sifat. selalu memperhatikan perkembangan mental
Kemampuan dalam menyebutkan dan mengenal anak dengan memberikan dukungan guna
kata benda melalui media kartu masih belum perkembangan yang optimal dengan tanpa
sempurna dan masih sedikit membutuhkan menuntut anak secara berlebihan untuk bisa
waktu yang lebih lama untuk menguasai kata melakukan sesuatu di luar batas kemampuan.(4)

10
Bagi penelitian berikutnya, disarankan untuk Finochioro and Bonomo, 1973.Language.
mengadakan penelitian lebih jauh dengan Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
melibatkan narasumber dan lokasi yang lebih Pateda. 2001. Pengajaran Matematika Bagi
beragam, sehingga dapat diperoleh deskripsi Anak berkesulitan Belajar. Jakarta :
yang lebih luas mengenai pemanfaatan kartu Depdikbud.
gambar dalam proses terapi bagi anak autis dan Peeters, Theo. 2012. Panduan Autisme
akan lebih efektif. Terlengkap. Jakarta: Dian Rakyat.
Sastry, Anjali dan Aguirre, Blaise. 2014
DAFTAR RUJUKAN Peranting Anak dengan Autisme.
Abdurrachman, Muljono dan Sudjadi. 1994. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Pendidikan Luar Biasa Umum. Jakarta: Sugiono, 2011. Metode Penelitian Kualitatif.
Raja Grafindo Persada. Bandung: CV Alfabeta.
Chaer, Abdul. 2002. Psikolinguistik Kajian Sukardi, 2014. Metode Penelitian Kualitatif.
Teoretik. Jakarta:PT Rineka Cipta. Jogjakarta. AR-RUZZ MEDIA.
Chaer, Abdul. 2009. Morfologi Bahasa Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara
Indonesia (Pendekatan Proses).Jakarta: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
RinekaCipta. Bandung: Angkasa Bandung.
Chaer, Abdul. 2011. RagamBahasaIlmiah. Williams, Chris dan Wright, Barry. 2007. How
Jakarta: RinekaCipta. to Live with Autism and Asperger
Dardjowidjojo, Soejono. 2014. Psikolinguistik Syndrome. Jakarta: Dian Rakyat.
Pengantar Pemahaman Bahasa Yuwono. 2012. Memahami Anak Autistik.
Manusia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Bandung: Alfabeta.
Indonesia.

11

You might also like