You are on page 1of 10

OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2015-2035: PROSPEK

ENERGI BARU TERBARUKAN


Indonesia Energy Outlook 2015-2035: New and Renewable Energy
Prospect

Agus Sugiyono
Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia (PTSEIK)
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)
Gedung 625 Kawasan PUSPIPTEK Serpong, Tangerang Selatan 15314
Email: agus.sugiyono@bppt.go.id

Diterima: 11 Oktober 2016; Diperiksa: 17 Oktober 2016; Revisi: 1 Nopember 2016; Disetujui: 21 Nopember 2016

Abstract
Energy has an important role to increase economic activity in Indonesia, therefore the energy should
be managed based on the principles of sustainable development. There are two important issues
considered in the economic growth in Indonesia, i.e. strategies to escape middle income trap and
reducing petroleum fuel usage. This paper will discuss the energy demand and supply in Indonesia for
the long term by considering efforts to find solutions to any energy problems arise. The results show
that in the base (BAU-Business As Usual) scenario, the energy demand (including biomass) will
increase from 1,079 million BOE (Barrel of Oil Equivalent) in 2012 to 1,916 million BOE in 2025 and
reached 2,980 million BOE in 2035 with a growth rate of 4.5% per year. While in the high scenario,
energy demand will increase with the growth rate of 5.6% per year. Petroleum fuel is still the main
energy supply with the share of 37% in 2012, and the share will increased in 2035 to 42.9% (base
scenario) and 43.3% (high scenario). Due to the limitations of energy resources, in 2033 the total
domestic energy production were no longer able to meet the domestic demand, therefore Indonesia
become a net energy importer country. The solutions to reduce import of energy is by increasing the
development of new and renewable energy sources more aggressive from now on.

Key Words: energy demand and supply, new and renewable energy

Abstrak
Energi mempunyai peran penting dalam meningkatkan kegiatan ekonomi di Indonesia, oleh karena itu
energi harus dikelola berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Ada dua isu
penting yang dipertimbangkan dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia, yaitu strategi untuk terlepas
dari perangkap negara berpenghasilan menengah dan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak.
Makalah ini akan membahas permintaan dan penyediaan energi di Indonesia untuk jangka panjang
dengan mempertimbangkan berbagai upaya dalam mengatasi setiap permasalahan energi yang
mungkin akan timbul. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk skenario dasar (BAU-Business As
Usual), permintaan energi (termasuk biomassa) akan meningkat dari 1.079 juta SBM (Setara Barel
Minyak) pada tahun 2012 menjadi 1.916 juta SBM pada tahun 2025 dan mencapai 2.980 juta SBM
pada tahun 2035 atau tumbuh rata-rata 4,5% per tahun. Sedangkan untuk skenario tinggi, permintaan
energi akan meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 5,6% per tahun. Bahan bakar minyak masih
merupakan penyediaan energi yang utama dengan pangsa 37% pada tahun 2012, dan diprakirakan
akan meningkat menjadi 42,9% pada tahun 2035 (skenario dasar) dan 43,3% (skenario tinggi).
Keterbatasan sumber daya energi menyebabkan produksi energi dalam negeri sudah tidak lagi
mampu lagi memenuhi permintaan energi dalam negeri pada tahun 2033, sehingga Indonesia menjadi
negara net importir energi. Solusi untuk mengurangi impor energi adalah dengan meningkatkan
pengembangan sumber energi baru terbarukan yang lebih agresif mulai dari sekarang.

Kata Kunci: permintaan dan penyediaan energi, energi baru terbarukan

1. PENDAHULUAN melakukan penelitian yang berkaitan dengan


Energi mempunyai peran penting untuk mening- perencanaan energi untuk jangka panjang dengan
katkan kegiatan ekonomi di Indonesia, oleh karena mempertimbangkan pengembangan energi baru
itu energi harus dikelola berdasarkan prinsip- terbarukan. BPPT telah menerbitkan hasil
prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Dalam penelitian ini dalam bentuk Buku Outlook Energi
rangka memberikan masukan untuk pengelolaan Indonesia (BPPT-OEI) secara berkala setiap tahun
energi yang baik, Badan Pengkajian dan mulai tahun 2009 dengan tema-tema tertentu yang
Penerapan Teknologi (BPPT) secara berkala terkait dengan isu-isu energi yang berkembang

Outlook Energi Indonesia................(Agus Sugiyono) 87


saat itu. BPPT-OEI 2014 memberikan gambaran mencapai 6,3% per tahun lebih rendah dari
tentang masalah energi saat ini dan permintaan pertumbuhan tahun 2011 sebesar 6,5% per tahun.
energi yang diproyeksikan dan penyediaan untuk Sedangan jumlah penduduk Indonesia pada tahun
periode 2012-2035. Tema spesifik untuk BPPT- 2012 mencapai 245 juta atau meningkat rata-rata
OEI 2014 adalah pengembangan energi untuk 1,42% per tahun sejak tahun 2000. Saat ini, 57%
mendukung program substitusi bahan bakar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, dengan
minyak (BBM) (Sugiyono, dkk., 2014). luas 129.438 km2, atau hanya sekitar 6,7% dari
Secara umum, ada dua isu penting yang daratan Indonesia. Pengembangan industri di
dipertimbangkan dalam memprakirakan per- Pulau Jawa yang sudah padat dengan industri,
tumbuhan ekonomi di Indonesia untuk jangka akan menimbulkan berbagai masalah khususnya
panjang, yaitu strategi untuk dapat lepas dari dalam penggunaan lahan, kependudukan,
perangkap negara berpenghasilan menengah perumahan, dan transportasi. Pulau Jawa
(middle income trap) dan mengurangi penggunaan membutuhkan penyediaan energi yang sangat
BBM. Masalah perangkap negara berpenghasilan tinggi, sedangkan sumber daya energi yang
menengah ini sering dihadapi oleh negara-negara potensial sangat terbatas. Pada saat ini sekitar
berkembang untuk meningkatkan pendapatan per 54% dari penduduk Indonesia tinggal di wilayah
kapita dari negara berpendapatan menengah ke perkotaan. Pendapatan per kapita meningkat dari
negara dengan pendapatan tinggi. Menurut Bank 6,7 juta rupiah per kapita pada tahun 2000 menjadi
Dunia batas antara negara berpenghasilan 34,1 juta rupiah per kapita pada tahun 2012.
menengah dan tinggi adalah sebesar 12,616 dolar Berdasarkan kriteria Bank Dunia, Indonesia pada
per kapita. Indonesia harus dapat memperoleh tahun 2012 termasuk dalam negara
pendapatan sebesar 12.616 dolar per kapita dalam berpenghasilan menengah bawah (lower middle
beberapa tahun ke depan untuk dapat menjadi income) dengan penghasilan 3.592 dolar per
negara maju. Pemerintah sudah tidak boleh lagi kapita.
bergantung pada produksi sumber daya alam dan Makalah ini akan membahas permintaan dan
tenaga kerja yang murah, namun perlu mendorong penyediaan energi di Indonesia untuk jangka
peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi panjang (2015-2035) berdasarkan kondisi saat ini
dan pengembangan teknologi (Schwab, 2013). dengan beberapa skenario pertumbuhan ekonomi.
Konsumsi energi final di Indonesia untuk Pembahasan juga mengevaluasi berbagai
periode 2000-2012 meningkat rata-rata sebesar pengembangan teknologi energi masa depan
2,9% per tahun atau meningkat dari 764 juta SBM termasuk energi baru terbarukan. Proyeksi masa
(setara barel minyak) pada tahun 2000 menjadi depan mengasumsikan adanya hubungan antara
1.079 juta SBM pada tahun 2012. Pada tahun pembangunan ekonomi dan pertumbuhan
2012, pangsa terbesar dari konsumsi energi penduduk, dengan kebutuhan energi. Sedangkan
adalah untuk sektor industri (34,8%) diikuti oleh kebijakan energi akan mempengaruhi prospek
sektor rumah tangga (30,7%), transportasi pemanfaatan teknologi energi untuk menjawab
(28,8%), komersial (3,3%), dan sektor lainnya tantangan pengembangan energi di masa depan.
(2,4%) (CDIEMR, 2013). Jenis energi yang paling
dominan untuk memenuhi permintaan energi
tersebut adalah bahan bakar yang berasal dari 2. BAHAN DAN METODE
kilang minyak. Tujuan akhir dari perencanaan energi adalah
Produksi minyak bumi Indonesia terus menurun memberikan informasi kepada para pembuat
sementara permintaan energi terus tumbuh kebijakan untuk membuat keputusan dalam
sehingga menyebabkan peningkatan impor minyak pengembangan energi jangka panjang. Oleh
mentah dan impor produk bahan bakar minyak. karena itu model energi sering digunakan sebagai
Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah alat bantu untuk memberikan mengevaluasi
kebijakan untuk mengurangi penggunaan BBM berbaaai opsi teknologi energi yang dapat
sampai saat ini. Kebijakan tersebut termasuk di diterapkan di masa mendatang untuk menjawab
dalamnya program substitusi BBM dengan bahan permasalahan dalam pengembangan energi
bakar gas (BBG). Program substitusi ini jangka panjang.
dilaksanakan di sektor rumah tangga melalui
substitusi minyak tanah dengan LPG, di sektor 2.1. Model
transportasi dengan substitusi bensin dan solar Model yang digunakan dibagi menjadi dua bagian,
menggunakan CNG dan mandatoti bahan bakar yaitu model permintaan energi dan model
nabati (BBN) untuk sektor industri, transportasi penyediaan energi. Model permintaan energi
dan pembangkit listrik. Namun, masih banyak berdasarkan Model of Energy Demand for
kendala yang dihadapi dalam penerapan program Indonesia (MEDI) yang dikembangkan oleh BPPT.
ini dan konsumsi BBM masih terus meningkat Model penyediaan energi mengalokasikan
meskipun ada sedikit pengurangan. berbagai sumber energi dalam rangka untuk
Dalam hal pertumbuhan ekonomi, produk memenuhi permintaan energi berdasarkan
domestik bruto (PDB) pada tahun 2012 mencapai optimasi. Tahun dasar dari model ini adalah 2012
2.619 triliun rupiah (harga konstan tahun 2000) dengan periode proyeksi sampai tahun 2035.
dengan tingkat pertumbuhan PDB rata-rata selama
12 tahun terakhir mencapai 5,4% per tahun. Pada 2.2. Skenario and Kasus
tahun 2012, pertumbuhan ekonomi nasional Ada dua skenario, yaitu, senario dasar atau

88 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96
skenario business as usual yang disingkat sedangkan untuk cadangan batubara
skenario BAU dan skenario tinggi, serta satu kasus menggunakan cadangan tertambang
yaitu pengembangan energi dalam mendukung (mineable) dan cadangan terukur (measured).
program substitusi BBM yang disingkat menjadi • Konservasi energi untuk sisi permintaan dan
kasus substitusi. Pada skenario dasar, penyediaan sudah dipertimbangkan melalui
pertumbuhan PDB diasumsikan sejalan dengan penggunaan teknologi yang efisien.
target Bappenas untuk skenario BAU untuk • Pengembangan listrik nasional didasarkan
periode 2015-2019 yang meningkat rata-rata 6% pada Statistik Ketenagalistrikan 2013 (DJK,
per tahun. Pertumbuhan PDB untuk periode 2020- 2013) dan Statistik Energi Baru Terbarukan dan
2035 mengikuti tren tahun-tahun sebelumnya Konservasi Energi 2013 (Ditjen EBTKE, 2013)
seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Skenario dasar dari KESDM dan juga RUPTL 2013-2022 dari
sudah mempertimbangkan beberapa kebijakan PT. PLN (Persero) (PLN, 2013).
pemerintah, diantaranya adalah program substitusi
minyak tanah dengan LPG, program percepatan
pembangunan pembangkit listrik 10.000 MW Table 1. Asumsi Skenario Dasar dan Skenario Tinggi
berbasis batubara tahap pertama sudah Keterangan Unit 2015 2020 2025 2030 2035
terealisasi, dan tahap kedua dari program Populasi Juta 255,4 271,0 284,8 296,4 305,6
Pertumbuhan Rata-Rata %/tahun 1,40 1,19 0,10 0,08 0,06
percepatan pembangunan pembangkit listrik yang Harga Minyak Bumi dolar/barel
menggunakan energi terbarukan sudah mulai Harga Batubara
Harga berlaku
dolar/ton
104,9 105,1 111,8 118,9 126,4

dilaksanakan. Harga berlaku 80,6 90,7 102,2 115,1 129,6


Harga LNG dolar/MMBTU
Pada skenario tinggi, pertumbuhan PDB Harga berlaku 15,3 12,6 13,3 14,3 15,4
diasumsikan sejalan dengan target Bappenas Skenario Dasar (BAU)
PDB Triliun rupiah
untuk skenario reformasi komprehensif Konstan 2010 3.110 4.217 5.767 7.820 10.524
(comprehensive reform) periode 2015-2019 yang Pertumbuhan PDB
Harga berlaku
%/year
11.636
6,1
20.990
6,4
37.738
6,4
67.278
6,2
119.039
6,0
meningkat rata-rata 7% per tahun. Pertumbuhan Skenario Tinggi
PDB Triliun rupiah
PDB untuk periode 2020-2035 mengikuti tren Konstan 2010 3.110 4.431 6.620 9.795 14.193
tahun-tahun sebelumnya. Semua asumsi lain Harga berlaku 11.636 22.057 43.323 84.271 160.542
Pertumbuhan PDB %/tahun 6,1 8,0 8,4 8,0 7,5
dalam skenario tinggi sama dengan skenario BAU Sumber: diolah dari Oxford Economics (2010), Ditjen Migas (2012), Bappenas (2013),
kecuali untuk pertumbuhan ekonomi. dan Frost & Sullivan (2012)

Kedua skenario (dasar dan tinggi) sudah


mempertimbangkan upaya pemerintah untuk lepas
dari perangkap negara berpenghasilan menengah. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Indonesia diprakirakan akan memperoleh Hasil-hasi penting yang akan dibahas adalah
pendapatan hingga 12.616 dolar per kapita pada proyeksi permintaan dan penyediaan energi,
2027 (skenario dasar) atau pada tahun 2025 pengembangan pembangkit listrik, kendala
(skenario tinggi) dan menjadi negara keterbatasan sumber daya energi fosil untuk
berpenghasilan tinggi setelah tahun tersebut. Oleh jangka panjang dan prospek pengembangan
karena itu, pemerintah harus mendorong energi baru terbarukan.
peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi.
Kasus substitusi akan membahas
pengembangan energi alternatif dalam rangka 3.1. Proyeksi Permintaan Energi Final
pengurangan penggunaan BBM, baik untuk sektor Pertumbuhan PDB akan mempengaruhi
transportasi maupun sektor industri. Dalam pertumbuhan permintaan energi secara nasional,
pembahasan ini termasuk didalamnya ulasan sehingga perubahan asumsi untuk skenario
mengenai prospek penggunaan biodiesel sebagai pertumbuhan PDB akan memberikan proyeksi
pengganti solar, pengembangan perkebunan yang berbeda dari permintaan energi final. Tingkat
energi berbasis kelapa sawit, prospek penggunaan pertumbuhan PDB rata-rata 6,2% per tahun pada
CNG sebagai substitusi bensin dan juga skenario dasar akan menghasilkan pertumbuhan
pengembangan bioetanol. permintaan energi final sebesar 4,5% per tahun.
Proyeksi permintaan dan penyediaan energi Demikian juga pada skenario tinggi dengan tingkat
menggunakan asumsi sebagai berikut: pertumbuhan PDB rata-rata sebesar 7,6% per
• Pertumbuhan penduduk mengikuti proyeksi tahun akan meningkatkan permintaan energi final
Bappenas dan BPS untuk jangka panjang yang sebesar 5,6% per tahun.
terbaru, yaitu tumbuh rata-rata 0,96% per tahun Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam
untuk periode 2015-2035. untuk skenario dasar, permintaan energi (termasuk
• Permintaan dan penyediaan gas alam biomassa) akan meningkat dari 1.079 juta SBM
mengikuti neraca gas Indonesia 2012-2025 pada tahun 2012 untuk 1.916 juta SBM pada tahun
yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan 2025 dan mencapai 2.980 juta SBM pada tahun
Sumber Daya Mineral (KESDM), dan untuk 2035 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 4,5%
periode 2026-2030 mereka mengikuti tren per tahun. Sedangkan untuk skenario tinggi,
penyediaan gas bumi (KESDM, 2012). permintaan energi akan meningkat dengan tingkat
• Cadangan minyak dan batubara menggunakan pertumbuhan rata-rata 5,6% per tahun. BBM
data dari KESDM untuk status cadangan masih merupakan penyediaan energi utama
Januari 2012. Cadangan minyak yang dengan pangsa 37% pada tahun 2012 yang akan
dipertimbangkan adalah cadangan terbukti, meningkat pangsanya pada tahun 2035 menjadi

Outlook Energi Indonesia................(Agus Sugiyono) 89


42,9% (skenario dasar) dan 43,3% (skenario 4.475 juta SBM (2012) dengan tingkat
tinggi) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. pertumbuhan rata-rata 4,7% per tahun seperti
ditunjukkan pada Gambar 3. Pertumbuhan PDB
yang lebih besar pada skenario tinggi akan
menyebabkan penyediaan energi meningkat lebih
tajam dengan pertumbuhan rata-rata sebesar
5,9% per tahun dan mencapai 5.799 juta SBM
pada akhir tahun proyeksi. Perbedaan total
penyediaan energi untuk kedua skenario dari
tahun ke tahun cukup signifikan dan mencapai
hampir sepertiga dari total penyediaan energi pada
tahun 2035.

Gambar 1. Proyeksi Permintaan Energi Sektoral

Permintaan energi final di sektor industri


diperkirakan akan terus mendominasi untuk jangka
panjang. Sebagai bagian dari sektor penunjang
mobilitas masyarakat, sektor transportasi juga
meningkat dengan cepat, yaitu masing-masing
sebesar 5,6% dan 6,7% per tahun untuk skenario
dasar dan tinggi, yang sedikit lebih tinggi
pertumbuhannya dari pada sektor industri.
BBM akan terus mendominasi permintaan Gambar 3. Proyeksi Penyediaan Energi
energi secara nasional karena teknologi berbasis
BBM sudah umum digunakan dan sudah lebih
efisien dari pada teknologi yang lain (Gambar 2). Bauran energi pada 2012 didominasi oleh
Permintaan BBM tumbuh rata-rata sebesar 4,7% minyak bumi (39%), diikuti oleh batubara (22%),
per tahun untuk skenario dasar dan 5,9% untuk dan gas bumi (17%). Pada skenario dasar,
skenario tinggi. Demikian juga, penggunaan dominasi minyak bumi akan tergeser oleh
batubara dan listrik di 2035, akan meningkat lebih batubara pada tahun 2025. Sedangkan pangsa
dari 5 kali lipat (skenario dasar) dan lebih dari 7 gas bumi menurun menjadi 13,3% yang sedikit
kali lipat (skenario tinggi) bila dibandingkan tahun lebih kecil dari pangsa energi baru terbarukan
2012. Hal ini terjadi karena pemanfaatan batubara (EBT) yang mencapai 13,7%. Pada tahun 2035,
di sektor industri dan penggunaan teknologi minyak bumi dan batubara masih dominan,
berbasis listrik di beberapa sektor terus tumbuh sedangkan gas bumi pangsanya terus menurun.
sesuai dengan perkembangan sektor pengguna Pada skenario tinggi, pergeseran dominasi
energi. penyediaan minyak bumi terjadi lebih cepat pada
tahun 2020. Pada 2035, pangsa energi tidak jauh
berbeda antara skenario dasar dengan skenario
tinggi. Untuk kedua skenario, pangsa EBT
mengalami penurunan karena eksplorasi,
eksploitasi dan penguasaan teknologi, termasuk
juga investasi pengembangan EBT belum secara
komersial mampu mengimbangi pertumbuhan total
penyediaan energi.
Sampai tahun 2035, penyediaan energi untuk
kedua skenario akan tetap didominasi oleh
penggunaan energi fosil. Bauran energi dari kedua
skenario ini juga tidak jauh berbeda. Pangsa
terbesar adalah penyediaan dari batubara,
sedangkan porsi EBT masih sangat kecil yang
kurang dari seperlima dari total penyediaan energi
Gambar 2. Proyeksi Permintaan Energi per Jenis nasional.

3.2. Proyeksi Penyediaan Energi Primer 3.3. Proyeksi Pembangkit Listrik


Total penyediaan energi primer untuk skenario Pertumbuhan permintaan listrik yang tinggi ini
dasar pada periode 2012-2035 meningkat hampir sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan
3 kali lipat, dari 1.542 juta SBM (2012) menjadi ekonomi, pengembangan industri, kemajuan

90 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96
teknologi dan peningkatan standar kualitas hidup
masyarakat. Proyeksi permintaan listrik untuk
setiap sektor ditunjukkan pada Gambar 4. Selama
periode 2012-2035 untuk skenario dasar, total
permintaan listrik di semua sektor diperkirakan
akan terus meningkat secara signifikan menjadi
lebih dari 5 kali, yang akan mencapai 903 TWh
pada tahun 2035 dengan tingkat pertumbuhan
rata-rata 7,4% per tahun. Untuk skenario tinggi,
tingkat pertumbuhan permintaan listrik akan
mendekati 9,0% per tahun, atau meningkat 7 kali
lipat menjadi 1.229 TWh pada akhir tahun
proyeksi.
Gambar 5. Proyeksi Kapasitas Terpasang
Pembangkit Listrik

Selanjutnya, pembangkit listrik EBT skala


besar, seperti panas bumi dan tenaga air, untuk
kedua skenario pada akhir periode proyeksi (2035)
diperkirakan akan mencapai 12,8 GW (skenario
dasar) dan 17,8 GW (skenario tinggi). Untuk
pembangkit listrik EBT skala kecil, seperti bayu,
surya, sampah, biomassa, laut, dan pembangkit
listrik biofuel, diproyeksikan akan terus tumbuh.
Pada tahun 2035 total kapasitasnya akan
mencapai 4,3 GW (skenario dasar) dan 4,9 GW
Gambar 4. Proyeksi Permintaan Listrik per Sektor (skenario tinggi) atau memiliki pangsa sekitar 2%
Pengguna dari total kapasitas nasional.
Kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT,
seperti panas bumi, hidro, mikrohidro, biomassa,
Selama periode proyeksi, permintaan listrik di nuklir, surya, bayu, sampah, laut, dan pembangkit
sektor industri akan mengalami tingkat listrik biofuel, untuk kedua skenario meningkatkan
pertumbuhan yang paling tinggi, yaitu 8,7% per hampir 7 kali lipat dari 5,6 GW pada tahun 2012
tahun untuk skenario dasar dan 10,3% per tahun menjadi 36,9 GW (skenario dasar) dan 37,5 GW
untuk skenario tinggi. Pada tahun 2035 untuk (skenario tinggi) pada tahun 2035. Total kapasitas
kedua skenario, permintaan listrik diperkirakan pembangkit listrik EBT, baik untuk skenario dasar
akan mendominasi dengan pangsa masing-masing maupun tinggi tumbuh sebesar 9% per tahun.
sebesar 45% untuk skenario dasar dan 47% untuk Peningkatan kapasitas pembangkit listrik EBT
skenario tinggi. Sektor transportasi memiliki sangat signifikan dan sesuai dengan kebijakan
pangsa permintaan listrik yang terkecil yaitu sekitar pemerintah untuk mendorong diversifikasi energi
0,1% sampai 0,4% untuk kedua skenario, karena pada pembangkit listrik. Pangsa kapasitas
kereta listrik hanya tersedia di wilayah pembangkit listrik EBT mencapai 12% dari total
Jabodetabek. kapasitas pembangkit nasional pada tahun 2012
Selama periode 2012-2035, kapasitas dan meningkat menjadi 17% untuk skenario dasar
terpasang pembangkit listrik nasional (PLN dan dan hanya 14% untuk skenario tinggi pada tahun
non PLN) untuk skenario dasar akan meningkat 2035. Peningkatan kapasitas pembangkit listrik
dari 44,8 GW menjadi 215 GW atau tumbuh rata- untuk skenario tinggi dapat terpenuhi dari
rata sebesar 7,1% per tahun. Untuk skenario tinggi pembangkit listrik batubara karena adanya
pada tahun 2035, kapasitas terpasangnya akan cadangan batubara yang cukup besar di
mencapi 26% lebih tinggi dari skenario dasar atau Indonesia. Sedangkan penerapan pembangkit
sebesar 270 GW dan tumbuh rata-rata 8,1% per listrik dari panas bumi, tenaga air, dan EBT lainnya
tahun (Gambar 5). Pada kedua skenario tersebut, pada kenyataannya masih menemui banyak
pembangkit listrik batubara terus mendominasi kendala, seperti biaya investasi dan operasional
hingga tahun 2035 dengan pangsa mencapai 65% yang mahal sehingga mengarah pada
(139 GW) untuk skenario BAU dan 72% (194 GW) ketidakmampuan bersaing dengan energi fosil.
untuk skenario tinggi. Hal ini bisa dipahami Pembangkit listrik tenaga nuklir diperkirakan akan
mengingat sumber daya batubara yang cukup masuk ke sistem Jawa-Bali pada tahun 2031
melimpah. Faktor lain yang berpengaruh dalam dengan kapasitas 1 GW dan meningkatkan hingga
meningkatkan penggunaan batubara adalah 2 GW pada tahun 2034, yang masih lebih rendah
bahwa pembangkit listrik batubara dirancang dari proyeki BATAN (2014).
sebagai beban dasar karena harga batubara Prakiraan penggunaan bahan bakar untuk
relatif lebih murah dari pada bahan bakar fosil pembangkit listrik ditunjukkan pada Gambar 6.
lainnya. Pada tahun 2012 penggunaan bahan bakar
batubara sudah mendominasi dengan pangsa

Outlook Energi Indonesia................(Agus Sugiyono) 91


lebih dari 50% yaitu sekitar 222 juta SBM. Diikuti tahun tersebut produksi energi dalam negeri (fosil
oleh penggunaan gas bumi dan BBM dengan dan EBT) tidak lagi mampu untuk memenuhi
pangsa masing-masing 19% (75 juta BOE) dan permintaan dalam negeri dan Indonesia berubah
14% (55 juta BOE), sedangkan sisanya diisi oleh status menjadi negara net importir energi.
hidro (8%), panas bumi (5%), serta EBT lainnya Pada skenario tinggi titik keseimbangan
(surya, bayu, dan biomassa) yang kurang dari permintaan dan produksi energi tercapai lebih
0,1%. Pada tahun 2035 penggunaan batubara cepat, yaitu pada tahun 2030 (Gambar 7). Hal ini
diproyeksikan masih mendominasi dengan pangsa terjadi karena pertumbuhan produksi (meskipun
lebih dari 70% atau mencapai 1348 juta SBM meningkat jika dibandingkan dengan skenario
untuk skenario dasar dan 1982 juta SBM untuk dasar) namun tidak lagi mampu mengimbangi
skenario tinggi. Sedangkan penggunaan gas bumi pertumbuhan permintaan yang meningkat cepat.
akan mencapai 142 juta SBM untuk skenario dasar Impor energi juga mengalami pertumbuhan yang
dan 176 juta SBM untuk skenario tinggi. lebih tinggi dari skenario dasar yakni mencapai
Penggunaan BBM hanya seperduapuluh dari 7,8% per tahun.
penggunaan gas bumi. Sisanya diisi oleh Impor energi primer untuk skenario dasar
pembangkit berbasis EBT, seperti panas bumi, selama periode 2012-2035 meningkat dengan
tenaga air, surya, bayu, sampah laut, biofuel dan pertumbuhan rata-rata 6,6% per tahun. Total impor
biomassa. Pada tahun 2035, pembangkit listrik energi pada 2035 diperkirakan sebesar 1.350 juta
tenaga nuklir akan mulai beroperasi dengan SBM, meningkat lebih dari 4 kali lipat dari impor
pangsa sekitar 1% (23 juta SBM) untuk kedua tahun 2012 (313 juta SBM).
skenario.

Gambar 6. Proyeksi Permintaan Bahan Bakar Gambar 7. Proyeksi Neraca Energi (Skenario
untuk Pembangkit Listrik Tinggi)

Penggunaan pembangkit listrik panas bumi Impor bahan bakar diprakirakan akan
akan meningkat secara signifikan, dari 5% pada meningkat hampir 4 kali lipat menjadi 693 juta
tahun 2012 menjadi 12% (skenario dasar) dan 9% SBM (822 juta barel) atau 55% dari total konsumsi
(skenario tinggi) pada tahun 2035. Dalam hal bahan bakar pada tahun 2035. Sedangkan impor
pangsa, penggunaan panas bumi untuk skenario minyak bumi meningkat sekitar 5 kali lipat menjadi
tinggi akan menurun, tapi dalam hal besar 466 juta SBM (523 juta barel) pada tahun 2035
kapasitas akan relatif sama dengan kapasitas atau mencapai 85% dari total permintaan minyak
pada skenario dasar. Pada tahun 2035, bumi. impor LNG diprakirakan akan mulai pada
diharapkan bahwa pembangkit listrik berbasis EBT tahun 2018 dan meningkat menjadi 155 juta SBM
lain seperti solar, sampah, biomassa, bayu, dan (22,2 juta ton) pada tahun 2035. Impor LPG juga
laut akan memiliki kontribusi yang cukup signifikan meningkat dan mencapai 36 juta SBM (7,2 juta
di sektor pembangkit listrik. ton), atau 52% dari konsumsi LPG nasional.
Perbaikan perekonomian masyarakat akan
mendorong peningkatan penggunaan BBM
3.4. Keterbatasan Sumber Daya Energi Fosil terutama di sektor transportasi sebagai pengguna
Pada skenario dasar, net penyediaan energi utama. Hal ini perlu didukung dengan peningkatan
diperkirakan akan tumbuh rata-rata sebesar 4,7% penyediaan minyak bumi yang memadai. Pada
per tahun, dengan produksi energi fosil tumbuh skenario dasar untuk periode 2012-2035,
sekitar 1,4% per tahun dan produksi EBT naik permintaan minyak bumi meningkat dengan
sebesar 3,8% per tahun. Impor energi meningkat pertumbuhan rata-rata 2,4% per tahun, sedangkan
rata-rata sebesar 6,6% per tahun, sedangkan untuk skenario tinggi meningkat dengan
ekspor energi terus menurun dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 3,2% per tahun. Untuk
pengurangan sekitar 1,4% per tahun. memenuhi peningkatan permintaan minyak bumi,
Keseimbangan antara produksi dan konsumsi penambahan kilang baru akan diperlukan pada
energi dalam negeri terjadi pada tahun 2033. Mulai tahun 2020 dan 2025 masing-masing dengan

92 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96
kapasitas produksi sekitar 300 barel per hari untuk Untuk skenario tinggi, net importir gas terjadi
skenario dasar dan pada tahun 2020, 2025 dan pada tahun 2013, namun dalam jumlah defisit
2030 untuk skenario tinggi. Kilang baru akan yang cukup besar. Defisit gas untuk skenario
berlokasi di Balongan dan Tuban. dasar sebesar 32 BCF dan mencapai 101 BCF
Proyeksi neraca minyak bumi untuk skenario untuk skenario tinggi. Permintaan gas yang lebih
tinggi ditunjukkan pada Gambar 8. Selama periode tinggi untuk skenario tinggi menyebabkan impor
proyeksi, akumulasi impor minyak bumi untuk gas meningkat karena produksi gas nasional tidak
kedua skenario mencapai sekitar 66% dari total dapat ditingkatkan lagi.
permintaan minyak mentah, dengan volume 6.881
juta barel untuk skenario dasar dan 7.541 juta
barel untuk skenario tinggi. Peningkatan efisiensi
kilang menggunakan teknologi baru yang
disesuaikan dengan jenis minyak bumi dalam
negeri serta upaya konversi dan diversifikasi
energi dapat membantu menurunkan ekspor
minyak bumi dari 115 juta barel pada tahun 2012
menjadi sekitar 20,2 juta barel pada tahun 2035
untuk kedua skenario.

Gambar 10. Proyeksi Neraca Batubara

Pada skenario dasar, produksi batubara


diperkirakan akan meningkat rata-rata 3% per
tahun atau akan meningkat dua kali lipat dari 386
juta ton pada tahun 2012 menjadi 722 juta ton
pada tahun 2035. Pada skenario tinggi, tingkat
produksi diperkirakan meningkat rata-rata 4% per
tahun yang menyebabkan produksi batubara
meningkat dua setengah kali lipat sehingga
Gambar 8. Proyeksi Neraca Minyak Bumi mencapai 932 juta ton pada tahun 2035.
(Skenario Tinggi) Permintaan batubara untuk skenario tinggi juga
meningkat pada tingkat yang lebih tinggi yaitu rata-
Untuk skenario dasar, net importir gas rata sebesar 9,6% per tahun (Gambar 10). Ekspor
diprakirakan akan terjadi pada tahun 2023. Impor batubara untuk skenario dasar dan tinggi relatif
gas dalam bentuk LNG dan produksi CBM akan sama yang tidak terpengaruh oleh perkembangan
dapat memenuhi permintaan gas jika produksi gas ekonomi. Sedangkan impor batubara dalam
bumi dalam negeri tidak dapat ditingkatkan. bentuk kokas, diproyeksikan akan terus ada
Permintaan gas yang diimpor dalam bentuk LNG meskipun cukup kecil. Kokas biasanya digunakan
diprakirakan akan dimulai pada tahun 2018 dan untuk reduktor dalam industri smelter logam. Impor
jumlahnya akan meningkat dari 68 BCF (2018) kokas diproyeksikan sebesar 0,1 juta ton per tahun
menjadi 863 BCF pada tahun 2035. Kemampuan selama periode 2012-2035 untuk kedua skenario.
ekspor gas pada tahun 2012 masih sekitar 48%
dari total produksi gas nasional dan pada tahun
2035 kemampuan ekspornya akan mengalami
penurunan tinggal hanya sekitar 7% dari produksi
gas nasional (Gambar 9).

Gambar 11. Proyeksi Net Importir BBM

Indonesia telah menjadi net importir BBM jauh


sebelum tahun 2012. Meskipun pada tahun 2015
ada peningkatan produksi minyak bumi, namun
Gambar 9. Proyeksi Neraca Gas (Skenario Tinggi) hasil kilang masih belum dapat memenuhi

Outlook Energi Indonesia................(Agus Sugiyono) 93


permintaan BBM secara nasional pada tahun
tersebut. Pada periode 2012-2035, impor BBM
terus meningkat rata-rata 5,4% per tahun untuk
skenario dasar sehingga pada tahun 2035
mencapai 723 juta barel. Pada skenario tinggi,
tingkat pertumbuhan impor BBM mencapai 6,7%
per tahun atau setara dengan 957 juta barel pada
tahun 2035 (Gambar 11).

Gambar 13. Proyeksi Gas untuk Transportasi


Darat

3.6. Prospek Pengembagan Energi Baru


Terbarukan
Berdasarkan skenario dasar, penyediaan EBT
meningkat lebih dari 14% per tahun atau
Gambar 12. Proyeksi Net Importir Gas Bumi meningkat lebih dari enam kali lipat dari 102 juta
SBM di 2012 menjadi 629 SBM di 2035. Pada
Sampai dengan tahun 2015, hampir semua tahun 2012, sebagian besar EBT dipenuhi oleh
permintaan gas dipenuhi dari produksi dalam biomassa, diikuti oleh tenaga air, panas bumi, dan
negeri. Mulai tahun 2016, gas dari CBM BBN. Pada akhir 2035, panas bumi untuk
diharapkan mulai diproduksi untuk meningkatkan pembangkit listrik akan mendominasi, diikuti oleh
penyediaan gas domestik (Gambar 12). Produksi pembangkit hidro, BBN, dan biomassa. Jenis EBT
CBM meningkat dari 0,2 BCF pada tahun 2016 seperti CBM, CTL, bayu, surya, nuklir, dan laut
menjadi 74 BCF pada tahun 2035. Permintaan gas yang sebelumnya tidak muncul di tahun 2012 akan
pada tahun 2035 dipenuhi dari produksi dalam mulai mengisi bauran energi nasional, meskipun
negeri, impor gas, dan produksi CBM. Impor gas masih kecil pangsanya pada tahun 2035.
akan mencapai 863 BCF atau sebesar 31% dari
total penyediaan gas pada tahun tersebut. Sumber
gas non-konvensional yang mempunyai prospek
untuk dikembangkan adalah CBM yang dapat
memasok gas dengan pangsa mencapai 3% dari
total penyediaan gas. Sedangkan gas sintetis dari
gasifikasi batubara diprakirakan masih sangat kecil
perannya yakni sekitar 1% dari total penyediaan
gas. Gas sintetis dari batubara ini memiliki potensi
untuk memasok gas di sektor industri dan
pembangkit tenaga listrik.

3.5. Studi Kasus Gambar 14. Proyeksi Kontribusi Energi Baru


Compressed natural gas (CNG) merupakan salah Terbarukan (Skenario Dasar)
satu pilihan untuk mengurangi BBM di sektor
transportasi. Permintaan CNG untuk kendaraan
bermotor selama tahun 2012-2035 diperkirakan Potensi EBT seperti tenaga air, panas bumi,
meningkat sekitar 20 kali lipat untuk skenario biomassa, surya, bayu, dan laut cukup memadai,
dasar dan mencapai 40 kali lipat untuk skenario tetapi tersebar di berbagai wilayah (METI, 2014).
tinggi seperti ditunjukkan pada Gambar 13. Berdasarkan data ESDM (2013), cadangan panas
Permintaan CNG pada 2035 dapat untuk bumi Indonesia sebesar 16.484 MW dari total
memenuhi 10.350 bus (skenario dasar) dan potensi sebesar 28.617 MW. Sementara itu,
20.600 bus (skenario tinggi) dengan jarak tempuh potensi biomassa untuk pembangkit listrik
rata-rata per bus adaah sebesar 278 km/hari. mencapai 49,8 GWe dengan kapasitas terpasang
Pangsa permintaan CNG untuk kendaraan pembangkit yang interkoneksi ke jaringan listrik
bermotor terhadap total permintaan gas nasional sebesar 445 MWe. Potensi tenaga surya di
(tidak termasuk permintaan untuk proses industri) Indonesia cukup tinggi dengan intensitas 4,8
pada 2035 mencapai 1,58% untuk skenario dasar kWh/m2/hari dengan pemanfaatan sebesar 12,1
dan 3,15% untuk skenario tinggi. Permintaan CNG MWe. Kapasitas terpasang pembangkit listrik bayu
pada tahun 2035 mencapai 104 MMCFD (skenario baru sekitar 1,1 MWe dari 9.290 MWe potensi
dasar) dan 206 MMCFD (skenario tinggi) dengan yang tersedia. Potensi tenaga air besar di
kebutuhan stasiun pengisian BBG sebanyak 142 Indonesia berdasarkan studi Nippon Koei tahun
unit (skenario dasar) dan 206 unit (skenario tinggi). 2011 adalah 26 GW, yang terdiri atas proyek-

94 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96
proyek yang sudah beroperasi (4 GW), proyek digantikan oleh penggunaan batubara pada tahun
yang direncanakan akan dibangun (6 GW) dan 2035.
potensi baru (16 GW). Untuk mini/mikro hidro, Ketergantungan impor energi yang tinggi bisa
mempunyai potensi sebesar 500 MWe. membahayakan ketahanan energi nasional. Oleh
Selain sumber energi yang disebutkan di atas, karena itu, upaya-upaya seperti diversifikasi
sumber daya energi terbarukan yang belum energi, pembangunan kilang minyak baru, serta
banyak diketahui masyarakat adalah energi laut. investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi mutlak
Pemanfaatan energi laut untuk listrik dapat diperlukan. Selain itu, kebijakan ekspor gas dan
dilakukan melalui berbagai cara seperti dengan batubara untuk jangka panjang perlu ditinjau
memanfaatkan energi gelombang, pasang surut, dalam rangka untuk mengamankan penyediaan
perbedaan suhu permukaan laut (ocean thermal energi dalam negeri.
energy conversion - OTEC), dan perbedaan Keterbatasan sumber daya energi yang ada
salinitas atau osmosis (Achiruddin, 2014). akan menyebabkan produksi energi dalam negeri
(fosil dan EBT) pada tahun 2033 (untuk skenario
dasar) tidak lagi mampu memenuhi permintaan
dalam negeri dan Indonesia menjadi net importir
energi. Untuk skenario tinggi, kondisi ini terjadi
lebih cepat yaitu pada tahun 2030 karena
permintaan energi yang lebih tinggi. Salah satu
solusi untuk mengurangi impor energi di masa
datang adalah mulai saat ini secara agresif
meningkatkan pengembangan EBT.

UCAPAN TERIMA KASIH


Gambar 15. Target Bauran Energi dalam Penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dr.
Kebijakan Energi Nasional Adiarso, Ira Fitriana, Anindhita, Endang Suarna
dan Prof. M.S. Boedoyo. atas bantuan dan
kerjasamanya selama melakukan studi ini.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No
79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN),
pemerintah menetapkan target bauran energi DAFTAR PUSTAKA
nasional sampai 2050 seperti ditunjukkan pada Achiruddin, D., 2014. Energi Laut/Samudra, Universitas
Gambar 15. KEN memprioritaskan pengembangan Darma Persada/METI, Jakarta, diakses melalui
energi berdasarkan prinsip memaksimalkan http://www.kadin-indonesia.or.id tanggal 10 September
penggunaan EBT, meminimalkan penggunaan 2014.
minyak dan gas bumi dan mengoptimalkan Bappenas, 2013. Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035,
penggunaan batubara sebagai penyediaan energi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bekerja
nasional. Energi laut yang termasuk dalam sama dengan Badan Pusat Statistik dan United Nations
Population Fund, Jakarta.
kelompok energi terbarukan lainnya memiliki
potensi untuk memenuhi target EBT di masa BATAN, 2014. Outlook Energi Nuklir Indonesia 2014, Draft
depan (IRENA, 2013) (Frost & Sullivan, 2011). Final, Badan Tenaga Nuklir Indonesia, Jakarta.
CDIEMR, 2013. Handbook of Energy and Economic Statistics
of Indonesia 2013, Center for Data and Information on
4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Energy and Mineral Resources, Ministry of Energy and
Permintaan energi final untuk skenario dasar Mineral Resources, Jakarta.
tumbuh 4,5% per tahun pada periode 2012-2035 Frost & Sullivan, 2011. Global Energy Mega Trends and
atau meningkat dari 1.079 juta SBM pada tahun Renewable Energy Outlook for Indonesia, Media Briefing,
2012 menjadi 2.980 juta SBM pada tahun 2035. Frost & Sullivan, Jakarta.
Sedangkan untuk skenario tinggi, permintaan Frost & Sullivan, 2012. 2012 Indonesia Oil & Gas Sector
energi final tumbuh 5,6% per tahun. Penggunaan Outlook, Frost & Sullivan, Jakarta.
BBM mendominasi permintaan energi nasional
IEA, 2012. Technology Roadmap:Bioenergy for Heat and
karena teknologi yang berbasis BBM rekatif lebih Power, International Energy Agency, Paris.
efisien dan nyaman untuk digunakan.
Total penyediaan energi primer untuk skenario IPCC, 2006. 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse
Gas Inventories, Intergovernmental Panel on Climate
dasar pada periode 2012-2035 meningkat hampir Change, Kanagawa.
3 kali lipat dengan pertumbuhan rata-rata 4,7% per
tahun atau meningkat dari 1542 juta SBM pada IRENA, 2013. Renewable Power Generation Costs in 2012:
An Overview, The International Renewable Energy
tahun 2012 menjadi 4475 juta SBM pada tahun
Agency, Abu Dhabi.
2035. Pertumbuhan PDB yang semakin tinggi
(skenario tinggi) akan menyebabkan penyediaan IRENA, 2014. REmap 2030: A Renewable Energy Roadmap,
energi meningkat lebih tajam dari pada skenario The International Renewable Energy Agency, Abu Dhabi.
dasar yaitu tumbuh rata-rata 5,9% per tahun. KESDM, 2012. Neraca Gas Bumi Indonesia 2012-2025,
Bauran energi pada tahun 2012 didominasi oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
penggunaan BBM dan minyak bumi dan akan

Outlook Energi Indonesia................(Agus Sugiyono) 95


Ditjen Migas, 2012. Statistik Mlnyak dan Gas Bumi Tahun Oxford Economics, 2010. Oil Price Outlook to 2030, Oxford
2012, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Economics.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
PLN, 2013. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT
Ditjen EBTKE, 2013. Statistik EBTKE 2013, Direktorat PLN (Persero) 2013-2022, PT PLN (Persero), Jakarta.
Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi
Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Schwab, K., 2013. The Global Competitiveness Report 2013-
Jakarta. 2014, World Economic Forum, Switzerland.

DJK, 2013. Statistik Ketenagalistrikan 2013, Direktorat Sugiyono, A., Anindhita, Boedoyo, M.S., Adiarso (Editor),
Jenderal Ketenagalistrikan, Kementerian Energi dan 2014. Outlook Energi Indonesia 2014, Badan Pengkajian
Sumber Daya Mineral, Jakarta. dan Penerapan Teknologi, Jakarta.

METI, 2014. Roadmap Energi Terbarukan Indonesia,


Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia, Jakarta.

96 Jurnal Energi dan Lingkungan Vol. 12, No. 2, Desember 2016 Hlm. 87-96

You might also like