Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 7
Jurnal 7
Abstract:Diabetes mellitus (DM) type 2 is one of the Non Comunicable Disease (NCDs) whose
prevalence continue to increase. Riskesdas 2013 indicate an increasing in the prevalence of type 2
diabetes in the elderly, namely from the year 2007 increased by 3,7% to 4,8% in 2013. SUSENAS 2014
showed morbidity rate in the elderly in 2014 reached 25,05%. The increasing age of elderly make elderly
suffered a setback in many ways, which affects the quality of life of the elderly. Type 2 diabetes in the
elderly if not keep glucose levels either by exercise will cause complications. One of the complications of
type 2 diabetes mellitus is a microvascular complications. This study aimed to analyze the relationship
between exercise habits and symptoms of microvascular complications with quality of life of elderly
patients with type 2 DM in Puskesmas Wonokromo. This type of research is observational analytic study
with sample of elderly patients with DM 2 who was treated at the Puskesmas Wonokromo as many as
96 samples. The technique sampling was Simple Random Sampling. The data analysis used Chi Square
Test. The results showed no corrrelations between education and diet with quality of life, theres was a
corrrelations exercise habits and quality of life (p = 0.005). Expected that elderly patients with type 2
diabetes were can improve the quality of life with regular exercise.
Abstrak :Diabetes mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu Non Comunicable Diseases (NCDs) yang
prevalensinya terus meningkat. Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan peningkatan angka prevalensi
DM tipe 2 pada lansia meningkat dari tahun 2007 sekitar 3,7% meningkat menjadi 4,8% pada tahun
2013. Hasil SUSENAS tahun 2014 menunjukkan angka kesakitan (morbidity rate) pada lansia tahun
2014 mencapai 25,05%. Pertambahan usia lansia membuat lansia mengalami kemunduran dalam
berbagai hal, yang berpengaruh pada kualitas hidup lansia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
hubungan pendidikan, kebiasaan olahraga dan pola makan dengan kualitas hidup lansia penderita
DM tipe 2 di Puskesmas Wonokromo. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan sampel
penelitian lansia penderita DM 2 yang berobat di Puskesmas Wonokromo sebanyak 96 sampel dengan
pengambilan sampel secara Simple Random Sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square Test.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan pendidikan dan pola makan dengan kualitas hidup,
terdapat hubungan kebiasaan olahraga dengan kualitas hidup (p = 0,005). Diharapkan lansia penderita
DM tipe 2 mampu meningkatkan kualitas hidup dengan rutin berolahraga.
59
60 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 59–69
menu seimbang yaitu 50–60% karbohidrat, didefinisikan sebagai sebuah persepsi yang
15–20% protein, dan 25–30% adalah lemak. menggambarkan keadaan dirinya saat ini.
Saat mengatur jumlah makan setiap hari Persepsi merupakan pengalaman tentang
dengan porsi yang sama karena makan juga suatu objek, peristiwa, atau hubungan yang
akan memenuhi kebutuhan kalori. Pada diperoleh dengan menyimpulkan informasi
aspek olahraga, lansia tidak dianjurkan dan menafsirkannya. Persepsi tersebut
untuk olahraga secara berlebihan. Olahraga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor
pada lansia terutama penderita DM tipe 2 eksternal diri seseorang dalam berprilaku
adalah olahraga tingan namun tetatur. (Notoatmojo, 2010). Berdasarkan Toha
Menurut WHO (2004) Kualitas hidup (2003), faktor internal meliputi perasaan,
(Quality of Life) merupakan persepsi sikap dan kepribadian individu, keadaan
individu dalam hidupnya yang ditinjau dari fisik, proses belajar, keadaan fisik, gangguan
konsteks budaya, perilaku dan sistem nilai kejiwaan, nilai dan kebutuhan minat, serta
dimana mereka tinggal dan berhubungan motivasi. Sedangkan faktor eksternal
dengan standar hidup, harapan, kesenangan, meliputi latar belakang keluarga, informasi
dan penilaian individu terhadap posisi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan
mereka dalam kehidupan. Menurut WHO, sekitar, ukuran dan intensitas, hal-hal baru
pengukuran kualitas hidup mencakup yang familiar atau ketidakasingan sesuatu.
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, Kualitas hidup lansia sendiri merupakan
tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hal yang kompleks, multidimensi, dan
hubungan dengan lingkungan mereka. holistik yang meliputi kehidupan sosial,
WHO mempunyai instrumen dalam lingkungan, dan aspek yang terkait pada
mengukur kualitas hidup seseorang, yaitu kesehatan lansia.
WHOQOL-100 dan WHOQOL-BREF. Beberapa alasan perlu dilakukan
Instrumen WHOQOL-BREF telah banyak pengukuran kualitas hidup bagi penderita
diterjemahkan kedalam berbagai bahasa DM tipe 2. Menurut Mandagi (2010),
termasuk dalam bahasa Indonesia. Instrumen menyebutkan bahwa Diabetes mellitus
WHOQOL-BREF merupakan ringkasan dari merupakan penyakit kronis yang
WHOQOL-100 yang lebih praktis terdiri mempunyai prognosis yang buruk atau tidak
dari 4 domain yaitu aspek kesehatan fisik, dapat disembuhkan, namun apabila kadar
aspek kesehatan psikologis, aspek hubungan glukosa dalam darah dapat dikendalikan
sosial, dan aspek kondisi lingkungan. maka komplikasi dapat dicegah. Kedua,
Dikemas kedalam 26 pertanyaan yang apabila kualitas hidup seseorang buruk
mewakili keempat domain tersebut, sehingga maka akan menyebabkan gangguan
menjadi ringkas dibandingakan dengan metabolisme tubuh semakin buruk baik
WHOQOL-100. Instrumen WHOQOL- secara langsung atau tidak melalui sistim
BREF tersebut mampu menjelaskan variasi hormon yang menyebabkan stes dan
dari data yang dikumpulkan sebesar 52,9%- berdampak pada timbulnya komplikasi.
61,4%. Menurut Wulandari (2004) dalam Ketiga, biaya pengobatan diabetes akan
Bestari (2015), instrumen WHOQOL- membebani suatu negara terutama negara
BREF memiliki tingkat sensitivitas 74%, yang sedang berkembang seperti Indonesia
spesifitas 96% dan akurasi 78%. WHOQOL- dimana negara tidak dapat mengabaikan
BREF merupakan alat pengukuran kualitas biaya yang dibutuhkan dalam pengobatan
hidup yang sesuai untuk digunakan dalam diabetes mellitus. Berdasarkan data Dinas
mengukur kualitas hidup seseorang yang Kesehatan Kota Surabaya Diabetes Mellitus
menderita penyakit kronis pada lansia, tipe 2 merupakan salah satu penyakit tidak
salah satunya adalah lansia dengan diabetes menular yang terbanyak di Surabaya.
mellitus tipe 2 (Salim dkk, 2010). Puskesmas Wonokromo adalah
Pertambahan usia pada seseorang salah satu puskesmas dengan kunjungan
terutama pada lansia akan membuat lansia penderita DM tipe 2 usia lansia tertinggi
mengalami kemunduran dalam berbagai dibandingkan dengan Puskesmas Jagir
hal, baik fisik dan mental yang berpengaruh dan Ngagelrejo tahun 2015 di Surabaya.
pada kualitas hidup lansia. Kualitas hidup Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
62 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 59–69
Pola makan pada lansia penderita dan Jadwal). Lansia yang tidak patuh dalam
DM tipe 2 adalah pola makan dengan pola makan adalah lansia mengkonsumsi
menerapkan pembatasan 3J (Jumlah, Jenis, yang melebihi pola yang dianjurkan dan
dan Jadwal). Pola makan jumlah nasi dalam tidak peduli dengan jenis makanan yang
setiap satu kali makan tidak boleh >10 dipantang serta tidak memperhatikan waktu
sendok makan. Terdapat jenis makanan makan.
yang harus dibatasi seperti roti manis, Hasil uji statistik pada Tabel 5
sayur bersantan. Serta makanan yang harus menunjukkan bahwa tidak terdapat
dipantang antara lain mangga, duku dan hubungan antara pola makan dengan kualitas
makanan yang menggandung gula. Serta hidup lansia penderita DM tipe 2. Hubungan
jadwal makan yaitu rentang waktu saat variabel pola makan dibuktikan berdasarkan
makan utama dengan waktu ngemil. uji statistik dengan nilai p-value sebesar
Diantara 96 responden menurut pola 0,303 (p>0,05). Hal ini berarti bahwa
makan, menunjukkan hasil bahwa lansia pola makan tidak berhubungan dengan
penderita DM tipe 2 yang patuh dalam kualitas hidup lansia penderita DM tipe
pola makan lebih banyak yaitu 52,1% 2. Lansia penderita DM tipe 2 yang tidak
atau sebanyak 50 orang sedangkan yang patuh dalam pola makan tidak mempunyai
tidak patuh pola makan sebesar 47,9% resiko memiliki kualitas hidup yang
atau sebanyak 46 orang. Responden yang buruk sehingga menghambat lansia dalam
dinyatakan patuh adalah lansia yang melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
menerapkan pola makan 3J (Jumlah, Jenis, Hal tersebut, baik lansia yang tidak patuh
Tabel 3. Hubungan antara Pendidikan Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita DM tipe 2 di
Puskesmas Wonokromo Surabaya
Kualitas Hidup
Total
Pendidikan Buruk Baik
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Rendah 33 48,5 35 51,5 69 100
Tinggi 14 50,0 14 50,0 28 100
p=0,896 OR=0,9 CI= 0,391-0,274
Tabel 4. Hubungan antara Kebiasaan Olahraga Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita DM
tipe 2 di Puskesmas Wonokromo Surabaya
Kualitas Hidup
Total
Olahraga Buruk Baik
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Tidak Teratur 11 30,6 25 69,4 36 100
Teratur 36 60,0 24 40,0 60 100
p=0,005 OR=0,2 CI= 0,122-0,705
Tabel 5. Hubungan antara Pola Makan Dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita DM tipe 2 di
Puskesmas Wonokromo Surabaya
Kualitas Hidup Total
Pola Makan Buruk Baik
Jumlah % n % n %
Tidak Patuh 20 43,5 40 58,0 69 100
Patuh 27 54,0 9 33,7 27 100
p=0,303 OR=0,6 CI=0,293-1,467
66 Jurnal Promkes, Vol. 4, No. 1 Juli 2016: 59–69
pola makan yang tidak melakukan pola tidur menunjukkan lansia penderita DM
makan pembatasan 3J (Jumlah, Jenis, dan tipe 2 lebih banyak memiliki waktu tidur
Jadwal) dalam kehidupan sehari-hari. yang buruk dibandingkan dengan memiliki
waktu tidur yang baik. Penelitian ini rerata
waktu tidur responden selama 5 jam, hal ini
PEMBAHASAN
sesuai dengan penelitian Luyter dan Dunbar-
Karakteristik responden berdasarkan Jacob (2011), yang menyebutkan lebih dari
hasil penelitian menurut usia sebagian setengah jumlah pasien DM tipe 2 memiliki
besar lansia penderita DM tipe 2 sebagian waktu tidur yang buruk yang disebabkan
besar pada kelompok usia 60–69 tahun. oleh nyeri akibat neuropati.
Hal ini sejalan dengan Kurniawan (2010), Hasil penelitian menunjukkan
yang menyebutkan bahwa 50% lansia bahwa responden yang mengalami gejala
berusia 65 tahun dan sesuai dengan data komplikasi mikrovaskuler lebih besar
jumlah penderita DM tipe 2 di Puskesmas dibandingkan responden yang tidak
Wonokromo tahun 2015 dimana jumlah mengalami gejala komplikasi mikrovaskuler
lansia terbanyak adalah pada usia 60-69 dengan terbanyak mengeluhkan adanya
tahun. Menurut jenis kelamin, responden keluhan gejala mikrovaskuler neuropati. Hal
lebih banyak pada jenis kelamin perempuan. ini berbeda dengan hasil penelitian Prazeres
Hal ini sesuai dengan Prazeres dan dan Figueiredo (2014), bahwa penderita DM
Figueiredo (2014), yang menunjukkan tipe 2 lebih banyak tidak mengalami gejala
perempuan lebih banyak daripada laki- komplikasi namun komplikasi mikrovaskuler
laki. Hasil penelitian ini tidak sesuai lebih besar dibandingkan dengan komplikasi
dengan data jumlah penderita DM tipe 2 di mikrovaskuler. Penelitian ini menunjukkan
Puskesmas Wonokromo tahun 2015 yang bahwa responden lebih besar mengalami
menyebutkan lansia perempuan dengan gejala komplikasi terbanyak adalah
kelompok usia yang sama yaitu (60- neuropati dengan menunjukkan gejala yaitu
69tahun) dan (>70 tahun) lebih banyak pada badan cekot-cekot.
laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Menurut hasil penelitian, responden
Berdasarkan Tjokroprawiro (2004), pada yang memiliki dukungan keluarga kurang
penderita pnyakit kronis angka insidens lebih besar dibandingkan yang memiliki
antara laki-laki meskipun demikian, dukungan keluarga yang baik. Penelitian ini
berdasarkan Tjokroprawiro (2004), pada berbeda dengan Mandagi (2010) dan Yusra
penderita penyakit kronis seperti diabetes (2010), yang menyebutkan rerata responden
mellitus tipe 2 angka insidens antara laki- lebih besar yang mendapat dukungan
laki dan perempuan masa lansia kurang keluarga baik. Diketahui bahwa responden
lebih sama dalam penelitian ini, rerata telah menderita
Karakteristik menurut lama menderita DM tipe 2 selama 6 tahun sehingga
DM tipe 2 terbanyak adalah pada kelompok responden cukup mengerti dan mandiri
≤10 tahun dengan rerata menderita selama dalam menjaga kondisinya. Fisher (2005)
9 tahun dan terbanyak menderita selama dalam Yusra (2010) menyebutkan bahwa
6 tahun. Hal ini sejalan dengan penelitian responden yang baru menderita DM tipe 2
Yusra (2010), yang menyebutkan bahwa hanya selama 4 bulan telah menunjukkan
lama menderita DM tipe 2 terbanyak adalah efikasi diri yang baik terhadap dirinya.
pada rentang 5–7 tahun, disebabkan oleh Dukungan keluarga menurut Sarafino (2004)
penelitian menggunakan responden dengan dan Hensarling (2009) dalam Yusra (2010),
karakteristik usia yang sama. Seseorang yang menyebutkan bahwa dukungan keluarga
menderita DM tipe 2 ≥11 tahun memiliki memiliki 4 dimensi yaitu dimensi emosional,
efikasi diri yang baik daripada seseorang dimensi penghargaan, dimensi instrumental,
yang < 10 tahun. Hal ini disebabkan oleh dan dimensi informasi. Keluarga berperan
penderita telah perpengalaman dan mandiri dalam mendorong penderita DM tipe 2 untuk
dalam pengelola kondisi penyakitnya. menjaga kondisinya dengan memberikan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, dukungan baik berupa informasi, langsung
karakteristik responden menurut waktu menemani penderita dalam beraktivitas,
Aviana Gita L. dan Atik Choirul H., Hubungan Pendidikan, Kebiasaan… 67
Papazafiropoulou, et al. (2015), yang dan kualitas hidup lansia dengan aktif
menyebutkan responden lebih banyak tidak memberikan kegiatan promotif dan preventif
menjaga pola makan dikarenakan penderita baik dalam penyuluhan ataupun mengikuti
menjadi terbatas dalam mengkonsumsi jenis kegiatan Posyandu Lansia. Masyarakat,
makanan tertentu. Hasil dari penelitian ini khususnya masyarakat lansia penderita DM
diketahui bahwa responden telah mengerti tipe 2 lebih aktif mengikuti senam lansia
jenis makanan yang dipantang untuk secara teratur dan melakukan olahraga
dikonsumsi. Tabel. 5 menunjukkan bahwa ringan untuk menjaga kadar glukosa dan
tidak terdapat hubungan antara pola makan berat badan serta menerapkan pola pola
dengan kualitas hidup lansia. Hal ini makan kalori secara teratur dengan selalu
berbeda dengan penelitian yang dilakukan memperhatikan jenis makanan yang
oleh Papazafiropoulou, et al. (2015), yang dikonsumsi. Mendatangi layanan kesehatan
dilakukan di Yunani menunjukkan bahwa kesehatan untuk mendapatkan informasi
terdapat hubungan antara pola makan mengenai kondisi kesehatannya terutama
dengan kualitas hidup lansia. Hal tersebut pada kadar glukosa dalam darah.
disebabkan karena DM tipe 2 membuat
lansia penderita tidak bebas dalam
DAFTAR PUSTAKA
menikmati makanan sehingga kualitas hidup
akan menjadi terganggu. Pola makan bagi Annisa, N.S, 2008. Faktor yang Berhubungan
penderita DM tipe 2 harus memperhatikan dengan Kualitas Hidup Penderita Diabetes
makanan Makanan serta waktu makan Mellitus. Skripsi. Universitas Airlangga
antara makan utama dengan snack. Pola Bestari, A.W. 2015. Faktor yang Berhubungan
makan bagi penderita DM tipe 2, bertujuan dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit
untuk menjaga kadar glukosa dalam darah Ginjal Kronis (PGK) Hemodialisi
agar tetap normal disertai dengan olahraga Berdasarkan WHOQOL-BREF. Skripsi.
yang teratur. Diketahui bahwa dalam Universitas Airlangga
penelitian ini tidak terdapat hubungan antara BPS, 2014. Statistik Usia Lanjut (Hasil
pola makan dengan kualitas hidup lansia, SUSENAS 2014). Jakarta. BPS
dimana sebagian besar responden dalam Bustan, M.N. 2007. Epidemiologi Penyakit
penelitian ini lebih besar yang memiliki Tidak Menular. Jakarta: Rineke Cipta
pola makan yang patuh dibandingkan yang Departemen Kesehatan Kota Surabaya.
tidak patuh serta diketahui bahwa sebagian 2015. Laporan PTM Puskesmas Kota
responden telah mengetahui jenis makanan Surabaya Tahun 2013-2015. Depkes
yang harus dibatasi dan jenis makanan yang Kota Surabaya
harus dipantang. Departemen Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
Badan Litbangkes. Jakarta: Depkes RI
SIMPULAN
Kurniawan, I. 2010. Diabetes Mellitus Tipe
Simpulan dari penelitian ini adalah 2 pada Usia Lanjut. Majalah Kedokteran
faktor pendidikan tidak berhubungan Indonesia. Volum 60(12)
dengan kualitas hidup lansia penderita DM Lara, A.G. 2016. Faktor yang Berhubungan
tipe 2, sedangkan faktor kebiasaan olahraga dengan Kualitas Hidup Lansia Penderita
berhubungan dengan kualitas hidup lansia DM tipe 2 (Studi di Puskesmas Wonokromo
penderita DM tipe 2, dan faktor pola makan Surabaya). Skripsi. Surabaya: Universitas
tidak berhubungan dengan kualitas hidup Ailangga
lansia penderita DM tipe 2 di Puskesmas Luyster, F.S., Dunbar, J.J. 2011. Sleep quality
Wonokromo Surabaya. and quality of life in adults with type 2
diabetes. (e-journal) Diabetes Educ. 2011
: 37(3): 347–355
SARAN
Mandagi, A.M., 2010. Faktor yang
Instansi terkait perlu meningkatkan Berhubungan dengan Status Kualitas
program untuk lansia penderita DM tipe Hidup Penderita Diabetes Mellitus (Studi
2 untuk lebih meningkatan kesejahteraan Puskesmas Pakis Kecamatan sawahan
Aviana Gita L. dan Atik Choirul H., Hubungan Pendidikan, Kebiasaan… 69