You are on page 1of 7

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar | p-ISSN 2085-1243 | e-ISSN 2579-5457

Vol. 12 No.1 Januari 2020 | Hal 55-61

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SEKOLAH INKLUSI


SEKOLAH DASAR INTERNATIONAL ISLAMIC SCHOOL
(INTIS) YOGYAKARTA

Nuniek Rahmatika1, Dani Ratrianasari 2, Hendro Widodo 3


Manajemen Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Abstract:. UNESCO established that educational for all. It means that all students are
entitled to what he aspired, and without discriminatio. This study aims to find out how the
2013 curriculum can be implemented in inclusive schools. This study uses qualitative
methods that aim to obtain a comprehensive and in-depth picture of the issue or
phenomenon in inclusive schools, interview, observation and documentation. The subjects
of the study were the deputy headmaster of the curriculum section, the inclusion
coordinator, the homeroom teacher and the special assistant teacher. The results showed
that: 1) The implementation of the 2013 curriculum in inclusive schools began in planning,
making lesson plans and Syllabi created together with a special assistant teacher. the
preparation of lesson plans and syllabi carried out in accordance with the assessment
results based on what psychologists needed by the student. 2) Differences and similarities
curriculum 2013 on special needs students. based on this, the lesson plan is still no
difference and separation between students with disabilities and regular students. The
difference lies in the delivery of the method carried out by the special assistant teacher. 3)
The evaluation was applied to the 2013 curriculum for students with special needs do
report progress of students with disabilities in collaboration with special assistant
teachers. Teacher assistant will analyze the changes that occur in students during the
teaching and learning process.
Key word: Curriculum 2013, Inclusive schools

Abstrak: UNESCO mecetuskan bahwa educational for all atau pendidikan untuk semua
atau pendidikan disemua kalangan yang berarti bahwa semua siswa berhak mendapatkan
apa yang dicita-citakan, dan tanpa diskriminasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kurikulum 2013 dapat diimplementasikan di sekolah inklusi. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan mendalam mengenai isu atau fenomena di sekolah inklusi. Wawancara,
observasi dan dokumentasi. Subjek penelitian yaitu wakil kepala sekolah bagian
kurikulum, koordinator inklusi, wali kelas dan guru pendamping khusus. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: 1) Penerapan kurikulum 2013 di sekolah inklusi, dimulai pada
perencanaan, pembuatan RPP dan silabus dibuat bersama-sama guru pendamping khusus.
penyususnan RPP dan silabus dilakukan sesuai dengan hasil assessmen psikolog
berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh siswa berkebutuhan. 2) Perbedaan dan kesamaan
kurikulum 2013 pada siswa berkebutuhan khusus. berdasarkan hal tersebut, dalam RPP
masih belum ada perbedaan dan pemisahan antara siswa berkebutuhan dan siswa reguler.
Perbedaan tersebut terletak pada penyampaian metode yang dilakukan oleh guru
pendamping khusus. 3) Evaluasi yang diterapkan pada kurikulum 2013 untuk siswa
berkebutuhan khusus dengan melakukan laporan perkembangan siswa berkebutuhan
bekerjasama dengan guru pendamping khusus. Guru pendamping akan menganalisis
perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa selama proses belajar mengajar berlangsung.
Kata Kunci: Kurikulum 2013, sekolah inklusi.

1
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Email: nuniek@uad.ac.id
2
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Email: ratri@uad.ac.id
3
Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Email: hendro@uad.ac.id

Rahmatika, Ratrianasari, Widodo: Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Inklusi Sekolah Dasar International Islamic School (INTIS) 55
PENDAHULUAN kompetensi inti di dalam KTSP meliputi:
Tantangan layanan pendidikan saat kompetensi dasar, diantaranya; Ki (I)
ini adalah menyesuaiakan kurikulum kompetensi inti berkaitan pada
pendidikan dengan kebutuhan pesertadidik habluminallah atau hubungan spiritual, Ki
yang semakin kompleks, hal ini perlunya (II) kompetensi inti berkaitan pada
pemerintah untuk meningkatkan kualitas habluminannas atau hubungan sosial, Ki
pendidikan. Berprinsip pada pendidikan (III) kompetensi inti berkaitan pada aspek
untuk semua, kurikulum menekankan pada pengetahuan dan Ki (IV) kompetensi inti
pelayanan dalam proses pembelajaran yang pada aspek keterampilan. Kompetesi ini
baik dan mampu mewadahi seluruh siswa yang nantinya akan dipadukan di dalam
tanpa diskriminasi. Menurut (Aslan, 2017, rencana perangkat pembelajaran yang
hlm. 1) mengatakan bahwa sejak kurikulum disiapkan oleh guru mata pelajaran.
dipakai dalam dunia pendidikan yang Untuk siswa normal maupun siswa
intinya dapat membentuk perilaku anak berkebutuhan pasti memiliki kesulitan
didik, sehingga kurikulum selalu terkait dalam pembelajaran, mereka perlu
dengan pendidikan pada tingkat Pra mendapatkan pembelajaran yang baik yang
sekolah, dasar, mengengah maupun tinggi. sesuai dengan kebutuhan mereka agar dapat
Sebagaimana mestinya kurikulum menjalankan tugas-tugas secara maksimal.
memiliki kedudukan yang sangat penting. Namun untuk siswa berkebutuhan tentunya
Kurikulum merupakan suatu proses memiliki perbedaan dalam assesmen,
bagaimana untuk memberikan pengalaman metode pembelajaran serta perlakuannya.
belajar kepada siswa dan bagaimana Oleh karena itu, dalam kurikulum 2013
sekolah membentuk budaya yang positif yang mengedepankan pada kemandirian
dan lingkungan yang nyaman serta dapat siswa serta keaktifan siswa di dalam kelas
diterima oleh warga sekolah. Selain itu selama proses belajar mengajar, bagaimana
menurut Hamalik (2016, hlm. 11-12) peran memberikan perlakukan yang baik.
kurikulum adalah peranan konservatif. Sehingga anak yang normal maupun
Salah satu tanggung jawab kurikulum berkebutuhan tetap memiliki tujuan dalam
adalah mentransmisikan dan menafsirkan pembelajaran.
sosial generasi muda. Dengan demikian, Istilah sekolah inklusi sudah kita
sekolah sebagai suatu lembaga sosial dapat kenal sejak diberlakukannya kemendiknas
mempengaruhi dan membina tingkah laku No.70 tahun 2009 tentang Pendidikan
siswa sesuai dengan berbagai nilai sosial Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki
yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
peranan pendidikan sebagai proses sosial. dan/Bakat Istimewa. Pada pasal 1
Maka sudah menjadi tugas kurikulum dijelaskan bahwa pendidikan inklusif
untuk menciptakan lingkungan yang nyata adalah sistem penyelenggaraan pendidikan
dalam proses sosial di lingkungan sekolah. yang memberikan kesempatan kepada
Kurikulum 2013 dimaksudkan semua peserta didik yang memiliki
untuk mengembangkan dari kurikulum kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti
Pendidikan). Kurikulum 2013 ini lebih pendidikan atau pembelajaran dalam satu
terlihat perbedaan pada mata pelajaran lingkungan pendidikan secara bersama-
tematik yang meliputi mata pelajaran IPA, sama dengan peserta didik pada umumnya.
IPS, PPKN, Seni Budaya dan bahasa Menurut Salim (2010, hlm. 21) pendidikan
Indonesia diikat pada satu mata pelajaran inklusif pada dasarnya adalah pendidikan
yang disebut dengan tematik. Namun pada yang mengikutsertakan anak-anak yang
kurikulum KTSP dipisahkan dan menjadi memiliki kebutuhan khusus
masing-masing mata pelajaran. Namun (ABK/penyandang cacat) untuk belajar
pada kurikulum 2013 ini terdapat 4

56 EduHumaniora: Vol. 12 No.1, Januari 2020


bersama-sama dengan anak lainya pelajaran dan guru pendamping khusus.
sebayanya di sekolah umum. Berdasarkan hasil wawancara terhadap
Dalam hal ini sejauh mana koordinator inklusi SD INTIS Yogyakarta,
implementasi kurikulum 2013 dapat diketahui bahwa SD INTIS Yogyakarta
diberlakukan di dalam sekolah inklusif. telah melaksanakan kurikulum 2013 dalam
Menurut Kamaliah (2018, hlm. 107-108) proses pembelajaran di sekolah. Namun
mulai awal tahun 2014 pemerintah menurut wakil kepala sekolah bagian
mengambil kebijakan untuk setiap sekolah kurikulum mengatakan bahwa kurikulum
agar mampu mengimplementasikan 2013 ini baru diterapkan tiga tahun terakhir
kurikulum 2013 dalam proses oleh siswa kelas 1 sampai dengan kelas 5.
pembelajaran. Kebijakan tersebut tidak Untuk kelas 6 masih menggunakan
hanya ditujukan pada sekolah reguler, pada kurikulum KTSP, baru tahun ini akan
sekolah inklusif pun diharapkan dapat diterapkan kurikulum 2013 di kelas 6.
mengimplementasikan kurikulum 2013 Berdasarkan hal tersebut rumusan
dalam proses pembelajaran baik untuk masalah dalam penelitian ini meliputi; a)
peserta didik reguler maupun peserta didik Bagaimana penerapan kurikulum 2013
berkebutuhan khusus. Kurikulum pada sekolah inklusi? b)apakah ada
dikembangkan sesuai dengan tahap perbedaan dan kesamaan kurikulum 2013
perkembangan anak, kebutuhan terhadap siswa berkebutuhan khusus?
pembangunan nasional, serta c)Bagaimana proses evaluasi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan kurikulum yang telah terlaksana terhadap
teknologi, sesuai dengan jenis dan jenjang siswa berkebutuhan khusus?
masing-masing satuan pendidikan. Hal Berdasarkan uraian tersebut
tersebut dimaksudkan bahwa siswa penelitian ini bertujuan untuk
berkebutuhan khusus tetap perlu diberikan mengambarkan atau mendeskripsikan
layanan yang tepat sesuai dengan tentang implementasi kurikulum 2013 di
kebutuhannya dan tanpa diskriminasi. sekolah inklusi SD International Islamic
Menurut Anjarsari (2018, hlm. 92) selama School Yogyakarta.
ini anak berkubutuhan khusus mengikuti Penelitian ini diharapkan berguna
pendidikan yang sesuai dengan bagi pengembangan pendidikan inklusif di
kelainannya. Secara tidak langsung hal ini SD INTIS Yogyakart, antara lain adalah:
telah mendeskriminasi anak berkabutuhan 1. Bagi sekolah diharapakam mampu
khusus, akibatnya menghambat proses mempertahankan mutu sekolah inklusif
saling mengenal antara anak reguler dengan dan semkain memberikan pelayanan
anak berkebutuhan khusus. Dampaknya yang berkaitan dengan siswa
anak berkebutuhan khusus menjadi berkebutuhan khusus.
tersingkirkan dalam berinteraksi dengan 2. Sebagai bahan kajian yang berkaitan
masyarakat. Bersamaan dengan dalam kurikulum di sekolah inklusif
berkembangnya tuntutan anak baik secara umum maupun khusus.
berkebutuhan khusus dalam menyuarakan 3. Dapat memberikan edukasi bagi
hak-haknya, serta berdasarkan pemenuhan masyarakat dan orang tua khsusunya
hak atas pendidikan bagi seluruh anak di untuk memberikan arahan dan tempat
Indonesia maka muncullah konsep pendidikan yang layak bagi anak
pendidikan inklusi. berkebutuhan khusus.
Dengan adanya perhatian khusus,
maka implementasi pada kurikulum khusus METODOLOGI PENELITIAN
untuk ABK adanya modifikasi pada silabus Penelitian ini menggunakan metode
ataupun RPP yang akan direncanakan. penelitian deskriptif kualitatif. Teknik
Tentu hal tersebut tidaklah mudah, perlu pengumpulan data dilakukan dengan
adanya sinergisitas antara guru mata wawancara, observasi dan dokumentasi.

Rahmatika, Ratrianasari, Widodo: Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Inklusi Sekolah Dasar International Islamic School (INTIS) 57
Data dianalisis melalui reduksi data, model yang digambarkan dengan kata-kata atau
data dan penarikan kesimpulan. kalimat. Adapun hasil penelitian ini
Pengambilan data dengan wawancara, merupakan paparan data hasil penelitian
observasi dan dokumentasi yang dilakukan yang berhasil digali melalui wawancara,
di SD INTIS Yogyakarta. Teknik observasi, serta dokumentasi terhadap
keabsahan data yang digunakan dalam peristiwa dan hasil kajian terhadap
penelitian ini adalah triangulasi data. beberapa dokumen yang dipilih oleh
Subjek data yang mana sebagai informan peneliti.
dalam penelitian ini yang terdiri dari: Informan dalam penelitian ini
merupakan pihak yang berhubungan
INISIAL SUBJEK langsung dengan implementasi kurikulum
I.m Wakil kepala sekolah 2013 di SD INTIS yang nama terangnya
bagian kurikulum diinisialkan untuk menjaga privasi
F.m Koordinator inklusi informan dalam publikasi penelitian.
Menurut F.m sebagai koordinator
L.n Wali kelas L.5 inklusi mengatakan bahwa pendidikan
inklusi merupakan model penyelenggaraan
R.h Guru pendamping
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
khusus Menurut Herawati dalam artikelnya model
yang lain diantaranya meliputi:
a) Sekolah regresi meliputi sekolah yang
Desain Penelitian
memisahkan anak berkerbutuhan
Dalam penelitian ini, teknik khusus dari sistem persekolahan
pengumpulan data yang digunakan adalah: reguler. Di Indonesia bentuk sekolah
a. Wawancara segresi ini berupa satuan pendidikan
Dalam penelitian ini, wawancara akan khusus atau Sekolah Luar Biasa sesuai
dilakukan kepada beberapa pihak, dengan jenis kelainan peserta didik.
antara lain wakil kepala bagian Seperti SLB/ A untuk anak Tuna netra,
kurikulum, guru pendamping khusus, SLB/B untuk anak tuna rungu, SLB/E
dan guru kelas/wali kelas. untuk anak tuna laras dan lain-lain.
b. Observasi Sistem pendidikan yang digunakan
Penelitian ini dalam observasi terpisah sama sekali dari sistem
meliputi, observasi dalam proses pendidikan di sekolah reguler, baik
pembelajaran di kelas. kurikulum, tenaga pendidik dan
c. Dokumentasi kependidikan, sarana prasarana,
Pada penelitian ini dokumentasi sampai pada sistem pembelajaran dan
dilakukan sebagai data penunjang evaluasinya.
untuk memperkuat hasil penelitian. b) Sekolah terpadu adalah sekolah yang
Dimana dokumen tersebut bisa memberikan kesempatan kepada
berbentuk tulisan. peserta didik berkebutuhan khusus
untuk mengikuti pendidikan di sekolah
HASIL PENELITIAN reguler tanpa adanya perlakuan khusus
Hasil penelitian berisi deskripsi yang disesuaikan dengan kebutuhan
hasil analisis data penelitian yang sudah individual anak. Sekolah tetap
terorganisasi dengan baik. Data penelitian menggunakan kurikulum, sarana
disajikan secara informatif, komunikatif, prasarana, tenaga pendidik dan
dan relevan dengan masalah dan tujuan kependidikan, serta sistem
penelitian. Dalam bab ini, hasil penelitian pembelajaran reguler untuk semua
berupa deskripsi analisis yang disajikan peserta didik. Jika ada peserta didik
dalam uraian bersifat kualitatif yaitu data tertentu mengalami kesulitan dalam

58 EduHumaniora: Vol. 12 No.1, Januari 2020


mengikuti pendidikan, maka Pembahasan
konsekuensinya peserta didik itu Sekolah SD INTIS Yogyakarta
sendiri yang harus menyesuaikan yang mana telah dilaksanakan observasi
dengan sistem yang dituntut di sekolah bahwa terlihat memang adanya kelas
reguler. Dengan kata lain pendidikan heterogen. Dimulai dari kelas L.1 sampai
terpadu menuntut anak yang harus pada L.6 atau (Level 1-level 6), semua
menyesuaikan dengan sistem yang kelas terisi dengan siswa-siswi
dipersyaratkan sekolah reguler. berkebutuhan dan siswa-siswi yang reguler
c) Sekolah inklusif merupakan (normal). Menurut Tiara (2019, hlm. 24)
perkembangan baru dari pendidikan Sikap sosial merupakan ekspresi atau
terpadu. Pada sekolah inklusif setiap tindakan seseorang dalam menyikapi
anak sesuai dengan kebutuhan sesuatu dalam kehidupan sosial. Kelas
khususnya, semua diusahakan dapat merupakan tempat dimana siswa
dilayani secara optimal dengan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
melakukan berbagai modifikasi Di dalam kelas yang heterogen tersebut
dan/atau penyesuaian, mulai dari agar tercipta budaya dan pengalaman
kurikulum, sarana prasarana, tenaga belajar oleh siswa tentang bagaimana sikap
pendidik dan kependidikan, sistem menghormati, mengasihi dan menyayangi
pembelajaran sampai pada sistem sesama teman baik yang berkebutuhan
penilaiannya. Dengan kata lain ataupun siswa dalam kategori normal.
pendidikan inklusif mensyaratkan Menurut paparan F.m selaku koordinator
pihak sekolah yang harus inklusi mengatakan bahwa, adanya
menyesuaikan dengan tuntutan hubungan yang baik antara orang tua,
kebutuhan individu peserta didik, educator dan guru pendamping untuk
bukan peserta didik yang bekerjasama agar terciptanya rasa
menyesuaikan dengan sistem dukungan yang akan berpengaruh pada
persekolahan. perkembangan psikologis anak.
Pernyataan tersebut jelas berbeda Hasil wawancara yang dilakukan
antara sekolah regresi, terpadu dan sekolah kepada I.m selaku bagian kurikulum
inklusi. Dalam hal ini pendidikan inklusi mengatakan bahwa dalam kurikulum 2013
memberikan kesempatan dan sangat berdampak positif pada siswa
memanusiakan-manusia tanpa melihat latar reguler maupun berkebutuhan. Sistem
belakang, siswa diberikan kesempatan pendidikan di Indonesia telah mengalami
untuk berinteraksi dengan bebas dan beberapa kali perbaikan kurikulum. Hal ini
mengikuti pelajaran dan mendapatkan tercermin dengan adanya perubahan
teman seperti siswa-siswa yang lainnya. kurikulum, mulai dari kurikulum 1947,
Herawati juga menjelaskan bahwa dalam 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
manajerial sekolah inklusif bahwasannya 2006, dan 2013. Perbaikan kurikulum
sekolah reguler harus siap mengelola kelas merupakan bagian penting dalam
yang heterogen dengan menerapkan pengembangan kurikulum yang bertujuan
kurikulum dan pembelajaran yang bersifat untuk meningkatkan kualitas pendidikan
individual. Menurut Aslan (2017, hlm. 1) sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
mengatakan bahwa anak berkebutuhan Menurut Fadlillah (2014, hlm. 31).
khusus dan anak normal, tingkat Kurikulm 2013 sangat detail dalam
kurikulumnya sama saja, tapi disisi lain kompetensi inti, dan sangat bagus dalam
perbedaanya pasti ada, yakni pada pengembangan karakter siswa. Menurut
evaluasinya. Mahmuddah (2017, hlm. 261)
Pengembangan karakter dilakukan dengan
menanamkan nilai-nilai etika dasar (core
ethical values) sebagai basis bagi karakter

Rahmatika, Ratrianasari, Widodo: Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Inklusi Sekolah Dasar International Islamic School (INTIS) 59
yang baik. Tujuannya adalah agar peserta juga mengatakan bahwasannya silabus
didik mempunyai karakter yang baik. ataupun RPP untuk siswa berkebutuhan
Indikator karakter yang baik terdiri dari seharusnya memiliki perbedaan pada
pemahaman dan kepedulian pada nilai-nilai indicator, learning goals dan learning
etika dasar serta tindakan atas dasar inti methods yang mana disesuaikan pada
nilai etika atau etika yang murni. Selain itu kebutuhan siswa yang berkebutuhan.
tujuan lain dalam karakter siswa dalam Namun karena kesibukan guru untuk
kurikulum 2013 sangat berpengaruh pada mengurusi hal yang lainnya, tidak semua
siswa berkebutuhan khusus. Peran guru merubah dan membedakan RPP siswa
keluarga, masyarakat dalam membangun reguler maupun siswa berkebutuhan. Sebab
karakter mendapatkan dampak yang hal lain, terkait metode belajar diserahkan
signifikan dalam memelihara dan kepada guru pendamping khusus. Selain
mengasuh siswa berkebutuhan. Kesiapan pada tugas guru pendamping khusus untuk
tersebut merupakan kunci pengobatan ikut membantu pada proses perencanaan
untuk menyediakan lingkungan yang pembelajaran. Selanjutnya pada tahap
ramah. evaluasi pada siswa berkebutuhan khusus
Dalam K.I 2 yang merupakan dan akan dijadikan laporan akhir semester,
hubungan sosial, menerapkan karakter guru pendamping khusus memberikan
sopan santun pada siswa baik reguler laporan tentang perkembangan siswa yang
maupun non reguler. Namun dalam diampu atau yang diberikan pendampingan
kurikulum 2013 guru kesulitan dalam K.I 3 khusus. Namun dengan kendala situasi
dan K.4 yang merupakan aspek ilmu yang ada, guru mata pelajaran ataupun wali
pengetahuan dan aspek keterampilan. kelas memiliki kesibukan maka terkadang
Pemaparan I.m tersebut mengatakan bahwa guru membuat RPP disamakan indikator
K.i 1 dan K.2 ada form tersendiri, form keberhasilan siswa reguler dan siswa
tersebut digunakan sebagai catatan harian berkebutuhan.
dan akan dilaporkan pada akhir semester. Menurut Mumpuniarti (2007, hlm.
Berbeda dengan K.I 3 dan K.4 guru perlu 77) idealnya semua anak berkebutuhan
memperhatikan secara detail sebagai khusus dilayani program pembelajaran
evaluasi proses ketika kegiatan belajar individual (PPI). Berdasarkan hasil
mengajar berlangsung. Kelemahannya wawancara dengan R.h sebagai guru
pada form tersebut guru-guru mengisi pada pendamping khusus mengatakan bahwa,
saat waktu luang, dan bahkan form tersebut guru pendamping khusus dalam proses
ada yang tidak diisi sama sekali. pembelajaran dan pentransferan suatu
Hasil wawancara dengan L.n pelajaran untuk siswa berkebutuhan
bahwasannya untuk siswa berkebutuhan mengalami kesulitan dalam mata pelajaran
ada grade tersendiri. Untuk menentukan itu tematik, yang mana mata pelajaran tematik
dari pihak sekolah dan bekerjasama dengan merupakan satu kesatuan dari mata
psikolog serta orang tua siswa diberikan pelajaran IPA, IPS, PPKN, Bahasa
assessmen untuk mengetahui apakah siswa Indonesia dan Seni Budaya. Dalam
berkebutuhan butuh untuk pendampingan kurikulum 2013 menekankan pada siswa
dari guru pendamping khsus, ataukah siswa untuk dapat mandiri dan menerima
berkebutuhan memang sudah mandiri pembelajaran dengan inovatif, namun
untuk mengikuti pembelajaran di kelas. untuk guru pendamping sendiri hanya dapat
Berdasarkan studi dokumentasi juga menjelaskan secara terbatas untuk siswa
didapatkan bentuk RPP dalam kurikulum berkebutuhan. Guru pendamping khusus
2013 belum adanya perbedaan yang mengatakan memang dalam metode
signifikan antara siswa berkebutuhan dan pembelajaran sangat berbeda untuk siswa
siswa reguler. Di SD INTIS Yogyakarta berkebutuhan itu sendiri. Misal siswa yang
menurut F.m sebagai koordinator inklusi memiliki gangguan pemusatan perhatian

60 EduHumaniora: Vol. 12 No.1, Januari 2020


akan berbeda metode atau cara Kamaliah, D. (2018). Implementasi
penyempaian yang diberikan kepada siswa Kurikulum 2013 Bagi Peserta
yang memiliki diseleksia. Hal terpenting Didik Berkebutuhan Khusus di
adalah kurikulum apapun yang digunakan SMK Inklusif Negeri 2 Malang.
perlunya guru yang mengajar anak 2018. Volume 1 Nomor 2. Jurnal
berkebutuhan harus memiliki kejelian dan Pendidikan Inklusi.
kepekaan terhadap anak. Fadlillah, M. (2014). Implementasi
Kurikulum 2013 Dalam
KESIMPULAN Pembelajaran SD/MI, SMP/MTS,
Dari hasil pembahasan keseluruhan SMA/MA. Volume 5 No 1. Jurnal
model di atas dapat di simpulkan bahwa: Pembangunan Pendidikan.
1. Penerapan kurikulum 2013 di sekolah
inklusi, dimulai pada perencanaan, Hamalik, O. (2016). Dasar-dasar
pembuatan RPP dan silabus dibuat Pengembangan Kurikulum.
bersama-sama guru pendamping khusus. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
penyususnan RPP dan silabus dilakukan Kemendiknas No 70 tahun 2009 tentang
sesuai dengan hasil assessmen psikolog Pendidikan Inklusif bagi Peserta
berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh Didik yang Memiliki Kelainan dan
siswa berkebutuhan. Memiliki Potensi Kecerdasan
2. Perbedaan dan kesamaan kurikulum dan/Bakat Istimewa
2013 pada siswa berkebutuhan khusus. Mahmuddah , D. E., & Sukria, H. (2017).
berdasarkan hal tersebut, dalam RPP Pendidikan Karakter dalam
masih belum ada perbedaan dan Bimbingan dan Konseling
pemisahan antara siswa berkebutuhan Berorientasi pada Psycological
dan siswa reguler. Perbedaan tersebut Well Being Siswa. Bimbingan dan
terletak pada penyampaian metode yang Konseling .Volume 1 No 1.
dilakukan oleh guru pendamping Prosiding Seminar Bimbingan dan
khusus. Konseling
3. Evaluasi yang diterapkan pada Mumpuniarti. (2007). Pendekatan
kurikulum 2013 untuk siswa Pembelajaran Bagi Anak
berkebutuhan khusus dengan melakukan Hambatan Mental. Yogyakarta:
laporan perkembangan siswa Kanwa Publisher.
berkebutuhan bekerjasama dengan guru
Salim, A. (2010). Pengembangan Model
pendamping khusus. Guru pendamping
Modifikasi Kurikulum Sekolah
akan menganalisis perubahan-
Inklusif Berbasis Kebutuhan
perubahan yang terjadi pada siswa
Individu Peserta Didik . Volume 16
selama proses belajar mengajar
No 1. Jurnal Pendidikan dan
berlangsung.
Kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA Tiara, S. K. (2019). Analisis Teknik
Anggun, D. A, dkk. (2018). Penilaian Sikap Sosial Siswa dalam
Penyelenggaraan Pendidikan Penerapan Kurikulum 2013 di SDN
Inklusi pada Jenjang SD, SMP dan 1 Watulimo. Volume 11 No 1.
SMA di Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Jurnal Pendidikan Dasar.
Pendidikan Inklusi.
Aslan. (2017). Kurikulum Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK).
Volume 5 No 2. Jurnal Studi
Insania.

Rahmatika, Ratrianasari, Widodo: Implementasi Kurikulum 2013 Di Sekolah Inklusi Sekolah Dasar International Islamic School (INTIS) 61

You might also like