You are on page 1of 15

1Randa Anggarista 2Munasip 16

Volume 1, Nomor , Oktober 2020 P-ISSN. 2721-7140


E-ISSN. 2721-8708
PENAOQ : Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata
Published by Faculty of Letters University of Nahdlatul Wathan Mataram,
Indonesia

http://ejournal.unwmataram.ac.id/penq/index
Received: 24.08.2020 // Accepted: 20.09.2020 // Published online: 30.10.2020

Narasi Pastoral dan Kritik Ekologi Dalam Ontologi Cerpen Temukan


Warna Hijau Yang Diprakarsai Reni Erina
(Kajian Ekokritik Sastra)

1Randa Anggarista dan 2Munasip


1Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Qamarul Huda Badaruddin.
2Kepala SDN Rangkep Kecamatan Batukliang Utara

Email: 1Randaanggarista@yahoo.co.id; 2munasipinah@gmail.com

Abstract
This research aims to identify form of pastoral narative and ecological criticism in the short story
ontology of Temukan Warna Hijau initiated by Reni Erina with using perspective of ecocriticism.
This research is a qualitative research using descriptive analysis method. The data in this
research are the form of text that refers to formulation of problem about the form of pastoral
narratives and ecological criticism in short story ontology of Temukan Warna Hijau, while the
data source in this research is short story ontology of Temukan Warna Hijau initiated by Reni
Erina and published by PT Elex Media Komputindo at 2014. The data collection technique was
done by reading and writing techniques, while the data analysis technique was carried out
through the stages of identification, classification, interpretation, and conclusion. The instrument
in this research is writer oriented to research on form of pastoral narratives and ecological
criticism. Based on result of research, in short stories ontology of Temukan Warna Hijau, was
found in presence of pastoral narratives (environmental wisdom) shown by the figures, such as
affection and concern for nature, respect for nature, and an attitude of responsibility towards
nature. In addition, in the short stories ontology of Temukan Warna Hijau also found ecological
criticism in the form of river acosystems pollution, extinction of living things in an ecosystem, and
illegal logging.

Keywords: environmental wisdom, ecological critic and ecocriticism.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk narasi pastoral dan kritik ekologi dalam
ontologi cerpen Temukan Warna Hijau yang diprakarsai oleh Reni Erina dengan menggunakan
perspektif ekokritik. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif analisis. Data dalam penelitian berupa teks yang mengacu pada rumusan
masalah tentang bentuk narasi pastoral dan kritik ekologi dalam ontologi cerpen Temukan
Warna Hijau, sedangkan sumber data dalam penelitian ini yaitu ontologi cerpen Temukan
Warna Hijau yang diprakarsasi oleh Reni Erina dan diterbitkan oleh PT Elex Media Komputindo
pada tahun 2014. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik baca dan catat,
sedangkan teknik analisis data dilakukan melalui tahapan identifikasi, klasifikasi, interpretasi,
dan penarikan simpulan. Instrumen dalam penelitian ini yaitu penulis yang berdasarkan pada

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 17

penelitian tentang bentuk narasi pastoral dan kritik ekologi. Berdasarkan hasil penelitian, dalam
ontologi cerpen Temukan Warna Hijau yang diprakarsai Reni Erina ditemukan adanya narasi
pastoral (kearifan lingkungan) yang ditunjukkan para tokoh, seperti sikap kasih sayang dan
kepedulian terhadap alam, sikap hormat terhadap alam, serta sikap tanggung jawab terhadap
alam. Selain itu, dalam ontologi cerpen Temukan Warna Hijau yang diprakarsai Reni Erina juga
ditemukan kritik ekologi dalam bentuk pencemaran ekosistem sungai, punahnya makhluk hidup
dalam sebuah ekosistem, serta illegal logging.

Kata kunci: narasi pastoral, kritik ekologi dan ekokritik.

1. PENDAHULUAN laut, menjadi sebuah problem besar bagi


Kerusakan ekologi merupakan salah manusia.
satu fenomena yang terus menjadi isu dan Oleh karena itu, untuk
topik dalam setiap program pemberitaan. menanggulangi kondisi tersebut,
Pandangan manusia yang antroposentris pemerintah membuat berbagai bentuk
dan memberikan anggapan bahwa regulasi untuk memberikan kesadaran
makhluk hidup bukan manusia adalah kepada masyarakat tentang etika dalam
sebuah objek, membuat manusia menggunakan dan memanfaatkan alam
seringkali jauh dari sisi ekologisnya. dengan berbagai jenis kekayaannya. Selain
Perburuan margasatwa dan eksploitasi pemerintah, para sastrawan dan
alam dalam bentuk illegal logging akademisi juga memberikan perhatian
merupakan sebuah kondisi yang terus khusus terhadap keberlangsungan
menjadi problematika bagi dunia modern. ekosistem alam. Melalui para sastrawan,
Peningkatan jumlah penduduk juga lahir berbagai jenis karya sastra yang
menjadi penyebab semakin sempitnya bernuansa ekologis dengan tujuan untuk
ekosistem, khususnya ekosistem hutan. memberikan pemahaman kepada manusia
Tingkat kelahiran yang tidak seimbang tentang posisinya di tengah ekosistem.
dengan tingkat kematian membuat Salah satunya dalam karya sastra yang
masyarakat harus membuka lahan baru menjadi objek kajian dalam penelitian ini
untuk membangun tempat tinggal. yaitu ontologi cerpen Temukan Warna
Hal itu ternyata berdampak negatif Hijau yang diprakarsai oleh Reni Erina.
terhadap ekosistem alam bagi makhluk Ontologi cerpen Temukan Warna
hidup, seperti flora dan fauna. Seiring Hijau merupakan salah satu jenis teks
tingkat penduduk yang semakin padat dan sastra berbentuk kumpulan cerpen yang
sempitnya lahan, membuat makhluk hidup memuat beberapa judul cerita pendek
bukan manusia mengalami marginalisasi. dengan penulis yang berbeda-beda,
Berbagai jenis flora dan fauna seringkali seperti Natronilove, Saat Rimba Jatuh
menjadi objek eksploitasi, sehingga Cinta, Temukan Warna Hijau, Mawar Hitam,
kondisinya sangat mengkhawatirkan. Wariga, Ikan, dan beberapa cerpen
Penebangan pohon yang tidak terkendali, lainnya. Setelah membaca secara sepintas,
penambangan liar, limbah rumah tangga dalam ontologi cerpen tersebut termuat
yang meningkat dengan begitu signifikan, adanya representasi tentang kearifan
serta tercemarnya ekosistem sungai dan lingkungan dan kerusakan ekosistem yang
disebabkan oleh sikap (etika) manusia

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 18

yang amoral. Salah satunya dalam bentuk Ravichandran Vengadasamy pada tahun
sikap hormat terhadap alam dan 2012 dengan judul “Eco- Resistance in the
pencemaran lingkungan yang disebabkan Poetry of the Arab Poet Mahmoud
oleh limbah, baik limbah rumah tangga Darwish”. Hasil penelitian menunjukkan
maupun industri. Sikap manusia yang tidak bahwa (a) interkoneksi atau relasi antara
etis digambarkan melalui tingkah laku Bangsa Palestina dan alam merupakan
tokoh dalam teks cerpen. Berbagai kondisi unsur utama dalam puisi Darwish; (b) alam
yang terefleksi dalam kumpulan tersebut merupakan kekuatan sentral dalam buah
merupakan sebuah wadah (media) bagi kreatif Darwish; (c) puisi tersebut
para penulis untuk menyuarakan sekaligus merupakan refleksi perlawanan terhadap
memberikan pembelajaran kepada kolonial yang menjajah tanah air sang
manusia agar lebih bersikap arif dalam penyair; (d) nuansa perlawanan dan
memanfaatkan alam dengan berbagai perjuangan merupakan bagian utama
jenis kekayaannya secara bijaksana. dalam puisi Darwish. Darwish
Berdasarkan alasan dan latar memanfaatkan diksi alam sebagai wahana
belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk melakukan perlawanan yang kuat
untuk mengidentifikasi bentuk kearifan dan dimaknai sebagai perlawanan hijau
lingkungan dan kritik ekologi yang atau resistensi lingkungan terhadap
termuat dalam ontologi cerpen Temukan kolonialisasi tanah airnya.
Warna Hijau yang diprakarsai Reni Erina Perbedaan penelitian yang dilakukan
dengan menggunakan perspektif oleh Hamoud Yahya, Zalina Mohd Zalim,
ekokritik. Karya sastra bernuansa ekologis dan Ravichandran Vengadasamy dengan
dan perspektif ekokritik perlu dikaji dan penelitian ini terletak pada objek dan
dipublikasikan kepada semua elemen fokus penelitian. Penelitian yang dilakukan
masyarakat, baik akademisi maupun oleh Hamoud Yahya, Zalina Mohd Zalim,
pembaca pada umumnya. Hal itu dan Ravichandran Vengadasamy
disebabkan karena dua buah konsep menggunakan sastra puisi karya
(terminologi) tersebut memberikan nilai Mahmoud Darwish dengan tujuan untuk
moral kepada pembaca tentang membahas puisi Mahmoud Darwish yang
sistematika pemanfaatan alam dengan bernuansa ekologis, serta bagaimana
berbagai jenis kekayaannya. Selain itu, penyair memanfaatkan diksi alam sebagai
penelitian dalam artikel ini juga bertujuan bentuk perlawanan terhadap
memberikan pemahaman kepada kolonialisme. Adapun penelitian dalam
pembaca bahwa etika yang amoral (tidak artikel ini menggunakan ontologi cerpen
etis) dapat memberikan dampak negatif Temukan Warna Hijau yang diprakarsai
terhadap eksistensi manusia dan makhuk oleh Reni Erina dengan tujuan untuk
hidup lainnya. mengidentifikasi bentuk narasi pastoral
Selain penelitian dalam artikel ini, dan kritik ekologi yang termuat dalam
ada juga beberapa penelitian yang dalam teks cerpen.
menggunakan perspektif ekokritik untuk Kedua, penelitian yang dilakukan
menganalisis sebuah teks sastra. Beberapa oleh Ammar Akbar Fauzi tahun 2014
penelitian tersebut antara lain pertama, dengan judul “Kritik Ekologi dalam
penelitian yang dilakukan oleh Hamoud Kumpulan Cerpen Kayu Naga Karya Korrie
Yahya, Zalina Mohd Zalim, dan Layun Rampan Melalui Pendekatan

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 19

Ekokritik”. Penelitian yang dilakukan oleh cerpen Pohon Jejawi karya Budi Darma
Fauzi bertujuan untuk mengidentifikasi dengan tujuan untuk mengidentifikasi
bentuk kritik ekologi, interaksi tokoh colonial ecocriticism serta ideologi teks
dengan lingkungan, serta faktor sosial yang terkanudng dalam cerpen Pohon
budaya yang memengaruhi adanya kritik Jejawi. Adapun penelitian dalam artikel ini
ekologi dalam kumpulan cerpen Kayu menggunakan objek penelitian berupa
Naga. Perbedaan penelitian yang ontologi cerpen Temukan Warna Hijau
dilakukan oleh Fauzi dengan penelitian yang diprakarsai oleh Reni Erina dengan
dalam artikel ini terletak pada fokus tujuan untuk mengidentifikasi bentuk
penelitian. Penelitian yang dilakukan oleh narasi pastoral dan kritik ekologi yang
Fauzi memiliki titik fokus pada identifikasi termuat dalam teks cerpen.
bentuk kritik ekologi, interaksi tokoh Keempat, penelitian yang dilakukan
dengan lingkungan, serta faktor sosial oleh Novita Dewi pada tahun 2015 dengan
budaya yang memengaruhi adanya kritik judul “Manusia dan Lingkungan dalam
ekologi. Adapun penelitian dalam artikel Cerpen Indonesia Kontemporer: Analisis
ini memiliki fokus pada identifikasi bentuk Ekokritik Cerpen Pilihan Kompas”.
narasi pastoral dan kritik ekologi. Selain Penelitian yang dilakukan oleh Dewi
itu, letak perbedaan lainnya adalah pada bertujuan untuk mendeskripsikan politik
objek yang digunakan. Penelitian yang ideologis yang ditampilkan melalui
dilakukan oleh Fauzi menggunakan objek hubungan manusia dengan lingkungan
penelitian berupa kumpulan cerpen Kayu dalam cerpen Indonesia Kontemporer
Naga karya Korrie Layun Rampan, serta menakar apakah sastra Indonesia
sedangkan penelitian dalam artikel ini masa kini telah memperlihatkan
menggunakan objek kajian ontologi keberpihakan yang serius dalam upaya
cerpen Temukan Warna Hijau yang menghadang kehancuran bumi karena
diprakarsai oleh Reni Erina. ulah manusia. Penelitian yang dilakukan
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Dewi memiliki perbedaan dengan
oleh Maimunah pada tahun 2014 dengan penelitian ini yaitu terletak pada fokus dan
judul “Perlawanan Alam terhadap objek penelitian yang digunakan.
Kolonialisme dalam Cerpen Pohon Jejawi Penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Karya Budi Darma”. Hasil penelitian menggunakan objek penelitian yang
menunjukkan bahwa dalam cerpen Pohon kompleks yaitu cerpen kontemporer yang
Jejawi teridentifikasi bentuk maskulinitas termuat dalam cerpen pilihan Kompas
kolonial yang diwakili oleh tokoh utama dengan tujuan untuk mendeskripsikan
ternyata gagal ditegakkan di bumi politik ideologis yang ditampilkan melalui
Surabaya. Selain itu, cerpen Pohon Jejawi hubungan manusia dengan lingkungan
tidak hanya mengisahkan tentang dalam cerpen Indonesia Kontemporer
perlawanan masyarakat, namun juga serta menakar apakah sastra Indonesia
perlawanan alam terhadap kolonialisme. masa kini telah memperlihatkan
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh keberpihakan yang serius dalam upaya
Maimunah dengan penelitian ini terletak menghadang kehancuran bumi karena
pada objek dan fokus penelitian. ulah manusia. Adapun penelitian dalam
Penelitian yang dilakukan oleh Maimunah artikel ini menggunakan objek penelitian
menggunakan objek penelitian berupa ontologi cerpen Temukan Warna Hijau

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 20

yang diprakarsai oleh Reni Erina dengan novelti dari aspek fokus dan objek
tujuan untuk mengidentifikasi bentuk penelitian yang digunakan.
narasi pastoral dan kritik ekologi yang Karya sastra yang bernuansa
disebabkan oleh manusia. ekologis, khususnya yang memberikan
Kelima, penelitian yang dilakukan representasi tentang kondisi alam
oleh Randa Anggarista dan Nurhadi pada (lingkungan hidup) menjadi salah satu
tahun 2018 dengan judul “Representasion objek kajian bagi ekokritik (ecocriticism).
of Benuaq Ethnic’s Environemental Ekokritik merupakan sebuah perspektif
Wisdom in the Novel of Api Awan Asap by dalam ranah kritik sastra yang berusaha
Korrie Layun Rampan”. Hasil penelitian mengkaji bagaimana alam dengan
menunjukkan bahwa dalam novel Api berbagai persoalan yang ada di dalamnya,
Awan Asap termuat kearifan lingkungan khususnya relasi antara teks sastra dengan
masyarakat Dayak Benuaq dalam bentuk alam. Love (2003:37) menjelaskan bahwa
solidaritas terhadap alam, hidup ekokritik merupakan sebuah terminologi
sederhana dan selaras dengan alam, yang dicetuskan oleh kaum intelektual
tanggung jawab terhadap alam, hormat (akademisi). Kajian ini memberikan
terhadap alam, dan tidak merugikan alam. interpretasi terhadap sebuah teks sastra
Penelitian yang dilakukan oleh Anggarista yang bernuansa ekologis, khususnya
dan Nurhadi tersebut memiliki perbedaan mengkaji hubungan antara teks sastra dan
dengan penelitian dalam artikel ini yaitu lingkungan.
pada objek dan fokus penelitian. Ekokritik merupakan sebuah
Penelitian yang dilakukan oleh Anggarista perspektif yang tergolong baru dalam
dan Nurhadi menggunakan objek ranah kritik sastra. Kerusakan ekologis dan
penelitian berupa novel Api Awan Asap munculnya berbagai bentuk krisis ekologi
karya Korrie Layun Rampan dengan fokus merupakan salah satu latar belakang
penelitian yaitu mengidentifikasi bentuk lahirnya ekokritik. Sebelum lahirnya
kearifan lingkungan masyarakat Dayak ekokritik, Buell (2005:1) mengatakan
Benuaq Kalimantan yang termuat dalam bahwa pada abad kedua puluh, kajian
teks novel. Adapun penelitian dalam tentang lingkungan hidup telah merasuki
artikel ini menggunakan objek penelitian ranah sastra dan studi tentang
berupa ontologi cerpen Temukan Warna kebudayaan. Melalui sebuah asosiasi yang
Hijau yang diprakarsai oleh Reni Erina bernama The Association for the Study of
dengan tujuan untuk mengidentifikasi Literature and Environment (ASLE),
bentuk narasi pastoral dan kritik ekologi berbagai kajian yang fokus untuk
dalam teks cerpen. menanggulangi krisis ekologi terus
Berdasarkan beberapa penelitian dikampanyekan. Asosiai tersebut memiliki
yang telah disebutkan di atas, belum ada anggota dari berbagai negara, seperti
penelitian yang menggunakan ontologi United Kingdom, Jepang, Korea, hingga
cerpen Temukan Warna Hijau sebagai Australia. Namun seiring berkembangnya
objek penelitian. Selain itu, fokus zaman, maka lahirlah sebuah terminologi
penelitian dalam artikel ini juga berbeda dalam kritik sastra yang disebut sebagai
dengan beberapa penelitian yang telah ekokritik. Adapun Bergthaller, et al
disebutkan di atas. Oleh karena itu, (2014:269) mengatakan bahwa ekokritik
penelitian dalam artikel ini memiliki sifat muncul di Amerika Serikat pada tahun

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 21

1990. Para peneliti Amerika Kedua, Glen A. Love melahirkan


mengembangkan teori ekokritik dari sebuah karya monumental yang berjudul
feminis yang mengkaji dari ketidakadilan Practical Ecocriticism: Literature, Biology,
pada ranah gender, sehingga ekokritik and the Environment. Love (2003:37)
berkembang menjadi sebuah kajian dalam menjelaskan bahwa ekokritik merupakan
ranah perkuliahan. sebuah terminologi yang dicetuskan oleh
Buell (2005:1) mengatakan bahwa kaum akademisi, khususnya yang
ekokritik merupakan sebuah teori yang berprofesi dalam bidang Bahasa Inggris.
mengkaji relasi antara lingkungan hidup Ekokritik membahas atau mengkaji kondisi
dan karya sastra. Para sastrawan seringkali lingkungan yang termuat dalam karya
memanfaatkan alam (lingkungan hidup) sastra. Hal itu disebabkan karena setiap
sebagai salah satu aspek fundamental karya yang lahir dari tangan seorang
yang membangun cerita secara sastrawan tentu saja bukan dengan
keseluruhan. Hal ini sebagai manifestasi kekosongan budaya. Para sastrawan
perjuangan para sastrawan untuk biasanya membuat sebuah teks sastra
memberikan kesadaran utuh kepada dengan tujuan agar mampu memberikan
masyarakat tentang sistematika informasi sekaligus sebagai media
pemanfaatan alam (lingkungan hidup). pembelajaran bagi manusia. Representasi
Krisis ekologi menjadi salah satu wajah alam yang terefleksi dalam sebuah teks
bagi dunia modern, sehingga Taylor sastra bisa saja menjadi sebuah wahana
(2015:877-878) mengatakan bahwa bagi pengarang (sastrawan) untuk
ekokritik tidak hanya sebagai sebuah menumbuhkembangkan kesensitifan
paradigma dalam ilmu sains, namun juga manusi terhadap ekologi (lingkungan
sebagai cara untuk memahami sejarah hidup).
serta dampak dari krisis ekologi bagi masa Hadirnya ekokritik dalam ranah kritik
depan. sastra tentu saja bukan dengan tanpa
Oleh karena itu, para akademisi juga maksud. Sama seperti aliran lain dalam
ikut andil menyuarakan isu ekologis kritik sastra, misalnya feminisme mengkaji
(ekokritik) dengan cara melahirkan teks sastra dari sudut pandang
berbagai bentuk karya monumental. keperempuanan dan marxis mengkaji teks
Pertama, Eugene Odum yaitu seorang sastra dari sudut pandang ekonomi
pionir dalam bidang ekologi (kapitalisme), maka ekokritik juga
mengkreasikan sebuah buku berjudul mengkaji sebuah teks sastra dengan
Ecology: A Bridge Between Science and memperhatikan konteks alam (lingkungan
Society. Melalui buku tersebut, Odum hidup). Ekokritik merupakan kajian yang
memberikan fokus pada perubahan dunia mengidentifikasi relasi antara teks sastra
modern. Bahkan Odum menyebut bahwa dengan lingkungan (Glotfelty, 1996:xix).
kajian tentang ekologi dan lingkungan Pandangan yang sama juga dikemukakan
hidup merupakan sebuah aspek penting oleh Richard Kerridge’s (1998:5) bahwa
yang harus diajarkan kepada manusia ekokritik bertujuan untuk mengidentifikasi
modern. Kajian yang disebut sebagai teks sastra yang bedasarkan pada topik
ekokritik memiliki potensi untuk tentang lingkungan hidup serta untuk
memberikan kontribusi dalam bentuk nilai menemukan solusi dalam setiap
kehidupan (1997:xiii). perdebatan (diskusi) tentang polemik

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 22

yang ada di tengah ekosistem. dengan tujuan agar dapat dinikmati oleh
Perkembangan zaman serta sifat manusia generasi masa depan. Ekokritik mengkaji
yang konsumtif menjadi salah satu kondisi dan membahas sebuah teks sastra yang
(fenomena) yang harus diperhatikan oleh memberikan representasi (secara umum)
seluruh elemen masyarakat. Hal yang tentang kondisi ekosistem alam.
sama juga disampaikan oleh Goldwyn Endraswara (2016:48) mengatakan bahwa
(2015:67) bahwa ekokritik berusaha ekokritik bertujuan untuk memberikan
menganalisis representasi perubahan penilaian tentang bobot sebuah teks
lingkungan hidup, perubahan iklim, serta sastra dengan mempertimbangkan aspek
krisis ekologi yang termuat dalam teks ekologi. Kajian ini berusaha menafsirkan
sastra. sebuah teks sastra dengan
Sebagai sebuah pisau bedah dalam memperhatikan lingkungan. Alam
kritik sastra, ekokritik memiliki batasan (lingkungan hidup) seringkali menjadi
(cakupan), khususnya dalam mengkaji salah satu unsur pembangun dalam teks
sebuah teks sastra. Garrard (2004:33) sastra. Hal yang sama juga diungkapkan
menjelaskan fokus kajian ekokritik yaitu oleh Wiyatmi (2016:316) bahwa ekokritik
pastoral, lingkungan (ekosistem) liar, dan mengkaji teks sastra dengan tujuan untuk
kondisi bumi di masa depan. Pertama, menjelaskan bagaimana alam dengan
pastoral berkaitan dengan aksi heroik berbagai persoalan yang merupakan suatu
(kepahlawanan) yang ditunjukkan oleh hal yang tidak bisa terpisahkan dari teks
manusia dalam menyelamatkan ekosistem sastra. Alam (lingkungan hidup) seringkali
alam. Sikap heroik atau pastoral ini menjadi pijakan bagi para sastrawan untuk
ditunjukkan dengan cara mengedepankan menghasilkan sebuah teks sastra. Selain
etika (sikap) dalam memanfaatkan alam, itu, alam (lingkungan hidup) bukan hanya
seperti hormat dan tanggung jawab sebatas sebagai latar, namun juga sebagai
terhadap alam. Kedua, ekosistem liar aspek yang membangun teks sastra
berkaitan dengan representasi hubungan Berdasarkan beberapa pernyataan di
timbal balik (rantai makanan) yang atas dapat disimpukan bahwa ekokritik
tergambar dalam sebuah teks sastra. lahir di tengah pembaca sebagai bentuk
Ketiga, kondisi bumi di masa mendatang. perjuangan para akademisi untuk
Adanya fenomena alam, khususnya menyelamatkan ekosistem alam. Ekokritik
dengan begitu mudahnya berbagai jenis merupakan sebuah kajian dalam ranah
alat modern melakukan pengerusakan kritik sastra yang mengkaji hubungan
terhadap ekosistem, tentu saja akan timbal-balik antara teks sastra dengan
merusak dan memberikan dampak negatif lingkungan hidup. Fokus kajian ekokritik
bagi manusia. Kondisi tersebut menjadi yaitu pada identifikasi relasi antara teks
sebuah realitas yang menjadi ancaman sastra dengan lingkungan hidup. Ekokritik
bagi lingkungan hidup pada era modern. tidak hanya merupakan sebuah
Oleh karena itu, ekokritik tidak hanya paradigma, namun juga sebagai salah satu
bersifat teori belaka, tetapi juga bentuk komitmen untuk menghadapi
memberikan pemahaman kepada manusia suatu kondisi yang genting, serta sebagai
tentang posisinya di atas bumi. Manusia wadah rehabilitasi terhadap kasus
seharusnya menjadi pionir dalam marginalisasi lingkungan hidup (Schickling,
menyelamatkan eksistensi ekosistem 2011:80).

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 23

2. Metode Penelitian perawatan terhadap


Penelitian dalam artikel ini alam yang
merupakan penelitian kualitatif dengan ditinggalinya.
menggunakan perspektif ekokritik. Data
dalam penelitian ini teks yang mengacu Sikap hormat Para tokoh mebiarkan
pada rumusan masalah tentang bentuk terhadap alam kondisi hutan dalam
narasi pastoral dan kritik ekologi dalam keadaan asri
kumpulan cerpen Temukan Warna Hijau
yang diprakarsasi oleh Reni Erina, Sikap tanggung Para tokoh melakukan
sedangkan sumber data yang digunakan jawab terhadap ritual dan
yaitu kumpulan cerpen Temukan Warna alam menyampaikan doa-
Hijau yang diprakarsasi Reni Erina dan doa untuk memohon
diterbitkan oleh PT Elex Media kebaikan.
Komputindo pada tahun 2014. Instrumen
dalam penelitian ini yaitu penulis yang Bentuk Kritik Deskripsi
berorientasi pada penelitian teks Ekologi
kumpulan cerpen Temukan Warna Hijau Pencemaran Ekosistem sungai
yang diprakarsasi oleh Reni Erina. Teknik ekosistem sungai mengalami kerusakan
pengumpulan data dalam penelitian ini (biotis) akibat limbah rumah
dilakukan dengan membaca dan mencatat tangga dan pabrik
berbagai teks yang memberikan indikasi yang tidak ramah
tentang adanya representasi narasi lingkungan.
pastoral dan kritik ekologi. Adapun teknik
analisis data yang digunakan yaitu Penggunaan racun Tokoh dalam
klasifikasi, interpretasi, dan penarikan untuk memperoleh cerpen melakukan
simpulan. ikan dan udang pengerusakan
3. Temuan Penelitian terhadap ekosistem
Berdasarkan hasil pada tahap
sungai yaitu dengan
membaca, dalam ontologi cerpen
menggunakan racun
Temukan Warna Hijau yang diprakarsai
oleh Reni Erina ditemukan adanya bentuk untuk mendapatkan
narasi pastoral dan kritik ekologi yang ikan.
terefleksi melalui teks, baik kata, kalimat, Illegal logging Para tokoh
maupun paragraf dalam ontologi cerpen menyampaikan kritik
tersebut. Berikut ini penulis paparkan terhadap ativitas
dalam bentuk tabel tentang bentuk narasi penebangan pohon.
pastoral dan kritik ekologi dalam ontologi
cerpen Temukan Warna Hijau.
4. Pembahasan
Bentuk Narasi Deskripsi
Setelah melakukan identifikasi
Pastoral
dengan membaca secara keseluruhan teks
Sikap kasih sayang Para tokoh dalam teks
ontologi cerpen Temukan Warna Hijau
dan kepedulian cerpen berusaha yang diprakarsai oleh Reni Erina,
terhadap alam memberikan ditemukan adanya bentuk representasi

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 24

narasi pastoral dan kritik ekologi yang memperlakukan alam sesuai dengan
berusaha disampaikan oleh pengarang. kodrat penciptaannya dan tidak
Berikut ini penulis paparkan representasi melakukan aktivitas eksploitasi yang
bentuk narasi pastoral dan kritik ekologi tentunya akan berdampak negatif bagi
dalam kumpulan cerpen Temukan Warna kehidupan manusia pada masa
Hijau yang diprakarsasi oleh Reni Erina. mendatang. Alam (lingkungan hidup)
Garrard (2004:33) menjelaskan pastoral merupakan salah satu bagian integral dari
berkaitan dengan aksi heroik sisi ekologis manusia. Sebagai makhluk
(kepahlawanan) yang ditunjukkan oleh ekologis, manusia tidak bisa memisahkan
manusia dalam menyelamatkan ekosistem diri dari eksistensi alam, sehingga hal itu
alam. Sikap heroik atau pastoral ini menjadi salah satu dasar agar manusia
ditunjukkan dengan cara mengedepankan memiliki sikap yang bijaksana dalam
etika (sikap) dalam memanfaatkan alam, memanfaatkan alam dengan berbagai
seperti hormat dan tanggung jawab jenis kekayaannya.
terhadap alam. 2) Sikap Hormat terhadap Alam
a. Bentuk Narasi Pastoral dalam Ontologi Selain sikap kasih sayang dan
Cerpen Temukan Warna Hijau yang kepedulian terhadap alam, dalam ontologi
Diprakarsai oleh Reni Erina cerpen Temukan Warna Hijau juga
1) Sikap Kasih Sayang dan ditemukan adanya bentuk sikap hormat
Kepedulian terhadap Alam terhadap alam. Keraf (2010: 167)
Setelah membaca teks cerpen secara menjelaskan bahwa sikap hormat
keseluruhan, dalam ontologi cerpen terhadap alam diwujudkan dengan cara
Temukan Warna Hijau yang diprakarsai membiarkan berbagai jenis makhluk hidup
oleh Reni Erina ditemukan narasi pastoral tumbuh dan berkembang sesuai dengan
dalam bentuk sikap kasih sayang dan kodrat pencipataanya. Selain itu, sikap
kepedulian terhadap alam. Hal itu hormat terhadap alam diwujudkan dengan
dibuktikan dengan potongan teks data cara memberikan perilaku yang pro
berikut ini. terhadap alam, seperti menggunakan
bahan baku alami untuk merawat alam.
Kini, berdua, kami merawat kebun mini
ini, menjadikannya taman asri yang
... Semua sampah dedaun telah
sedap dipandang mata (2014: 34).
kujadikan satu di pojok halamanmu.
Kuambil beberapa daun yang lebar
Sikap kasih sayang dan kepedulian untuk kurangkai menjadi wadah
terhadap alam merupakan salah satu sikap berbentuk kerucut. Dengan wadah itu,
yang diwujudkan dengan cara mencintai, aku akan menyirami tanamanmu.
menyayangi dan merawat alam. Hal ini Ketahuilah sampah juga berguna...
disebabkan karena manusia dan alam (2014: 40).
merupakan dua unsur dalam sistem
ekologis yang saling membutuhkan (Keraf, Namaku Ni Tunas. Aku tinggal bersama
2010:1172). Berdasarkan potongan data di Meme dan Bapak di desa yang
atas, para tokoh dalam teks cerpen berbatasan dengan hutan. Desaku
berada tepat di bawah lereng bukit
berusaha memberikan perawatan
hutan jambul yang gersang. Ada sebuah
terhadap alam (lingkungan) yang
pohon yang sangat besar tumbuh tegak
ditinggalinya. Setiap saat, para tokoh

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 25

di tepian lereng bukit di belakang agar manusia tetap menunjukkan


kebun. Kami menyebutnya Pulai. eksistensinya.
Akarnya menancap kuat ke dasar tanah, 3) Prinsip Tanggung Jawab
bahkan sebagian akarnya muncul di terhadap Alam
permukaan kebun yang ada di sisi Sikap tanggung jawab terhadap alam
bawah hutan. Tiap kali senja datang, merupakan salah satu sikap yang
kokokan, keker, dan hewan-hewan
diwujudkan dengan cara membawa
hutan lainnya akan datag dan tidur di
sesajen, mengadakan ritual dan
antara cabang-cabang pohon, Bapak
menyebutnya ekosistem alami (2014: menyampaikan doa untuk
49) mengungkapkan rasa bersalahnya serta
sebagai bentuk permohonan agar
Potongan teks data pertama di atas kehidupan menjadi lebih baik (Keraf,
memberikan representasi tentang sikap 2010:170).
hormat yang berusaha ditunjukkan para
tokoh terhadap alam. Melalui penggunaan Beres dan bersiap merapikan diri, aku
dan Meme pergi ke pura subak. Kami
pupuk kompos yang berbahan baku
menghaturkan banten yang telah Meme
sampah, para tokoh mengubah barang
siapkan sejak subuh tadi. Tak lupa kami
yang tidak memiliki nilai menjadi suatu hal pun menghaturkan banten di pura dekat
yang bermanfaat bagi manusia. hutan dan putra di kebun kami untuk
Penggunaan pupuk alami tentu saja memohon agar tumbuh-tumbuhan
memiliki dampak positif bagi manusia itu hidup, tumbuh subur, terhindar dari
sendiri. hama penyakit, memberikan hasil yang
Selain itu, pada potongan teks kedua baik dan berlimpah melebihi hasil yang
di atas juga memperlihat kondisi hutan sebelumn-sebelumnya... (2014: 51).
yang masih asri. Hal itu disebabkan karena
para tokoh dalam teks cerpen memiliki Berdasarkan potongan teks data di
kesadaran penuh tentang posisinya di atas terlihat adanya bentuk sikap
tengah ekosistem. Para tokoh tanggung jawab yang diwujudkan oleh
memberikan penghargaan terhadap alam para tokoh dalam teks cerpen. Setelah
yang ditinggalinya dengan cara lingkungan yang ditinggalinya mengalami
membiarkan berbagai jenis makhluk hidup perubahan yang signifikan akibat dari
tumbuh dan berkembang sesuai dengan aktivitas eksploitasi alam, para tokoh
kodrat penciptaannya. membawa sesajen ke tengah kebun untuk
Sebagai makhluk ekologis, manusia meminta kebaikan sekaligus agar
seharusnya memiliki kesadaran tentang terhindar dari segala bentuk keburukan.
posisinya dalam sistem ekologis. Para tokoh meyakini bahwa sikap
Penggunaan pupuk kimia yang bersifat tanggung jawab perlu diterapkan agar
hedonisme tentu saja berdampak negatif menjadi bagian penting dalam kehidupan
bagi kehidupan manusia, salah satunya manusia. Sikap ini berusaha mendobrak
dengan munculnya gangguan sistem sikap antropsentris-egoistis yaitu sebuah
organ dan menyebabkan berbagai perspektif yang memandang bahwa
penyakit. Oleh karena itu, sikap hormat manusia merupakan pusat dari sistem
terhadap alam menjadi satu hal yang ekologis, sehingga manusia kehilangan
bersifat integral dalam sistem kehidupan sisi-sisi ekologinya.

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 26

b. Bentuk Kritik Ekologi dalam Ontologi merawatnya merupakan salah satu


Cerpen Temukan Warna Hijau yang penyebab kerusakan ekosistem sungai.
diprakarsai oleh Reni Erina Melalui teks cerpen tersebut, Kreator
1) Pencemaran Ekosistem Sungai berusaha menyuarakan sebuah kondisi
Berdasarkan hasil identifikasi, dalam yang begitu mengkhawatirkan.
ontologi cerpen Temukan Warna Hijau, Masyarakat lebih condong membuang
salah satunya cerpen Ikan. Cerpen Ikan sampah menuju sungai. Hal ini disebabkan
merupakan salah satu judul cerpen yang karena lahan yang sempit, sehingga
termuat dalam antologi Temukan Warna masyarakat tidak memiliki wadah
Hijau yang diperakarsai oleh Reni Erina. (tempat) untuk membuat TPA atau
Melalui teks cerpen tersebut, pengarang Tempat Pembuangan Akhir sampah.
berusaha menyampaikan adanya bentuk Akibatnya, sungai menjadi lumbung
krisis ekologi berupa pencemaran sampah bagi limbah yang dihasilkan oleh
ekosistem sungai. Kerusakan ekosistem rumah tangga. Bahkan Mahyudin, dkk.,
sungai disebabkan oleh perilaku (2015:106) mengatakan bahwa
masyarakat yang membuang sampah ke meningkatnya aktivitas sungai, perubahan
dalam sungai, serta limbah cair rumah guna lahan, dan beragamnya pola hidup
tangga. Hal itu dibuktikan melalui masyarakat, menyebabkan munculnya
potongan teks data berikut ini. limbah domestik. Selain itu, penurunan
kualitas air sungai juga disebabkan oleh
Sungai yang dulu berkilauan sebab
pembuangan limbah yang tidak terkendali,
sedang bercengkerama dengan sinar
matahari itu kini seperti terus berduka. serta pembangunan yang dilakukan pada
Ikan-ikan yang mendiaminya, yang tiap sepanjang aliran sungai.
hari selalu berlompatan ke atas air atau Selain potongan teks data di atas,
paling tidak berkejaran dengan ikan melalui salah satu potongan teks data
yang lain, kini seakan lenyap tak berikut ini, pengarang berusaha
berdaya. Ekosistem sungai itu tampak memberikan penekanan pada teks naratif
kosong. Sungai yang keceriaannya yang dihasilkannya tentang kerusakan
mendamaikan hati, sungai yang ekosistem sungai akibat pandangan
menyimpan banyak misteri, sungai yang manusia yang antroposentrisme.
mengelola kesabaran itu, kini tampak
menangis. Gemercik air yang sebetulnya Ikan-ikan memang jarang
tampak seperti orkes alam terdengar keluar kalau hari masih pagi. Tapi,
seperti tangisan yang menyayat hati mungkin juga ikan punya indra yang bisa
(2014:136). mencium bau tak sedap yang mengalir
bersama riak air sungai. Ya, polusi air
Berdasarkan potongan teks data di yang akan meracuni hidup mereka
atas terlihat bahwa kondisi sungai yang (2014:137).
pada awalnya bersih, bahkan menjadi Limbah yang dihasilkan oleh produk
sumber kehidupan bagi masyarakat, telah rumah tangga seringkali tidak bisa diolah
menjadi sebuah ekosistem yang tidak kembali (didaur ulang), sehingga
terawat. Sikap masyarakat yang tidak etis masyarakat lebih memilih untuk
atau tidak mengedepankan rasa hormat membuang barang-barang olahan rumah
terhadap alam dengan menjaga dan tangga tersebut, bahkan ke dalam sungai.

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 27

Akibatnya ekosistem sungai tercemar dan masyarakat tentang posisinya di tengah


menimbulkan polusi bagi ekosistem ekosistem. Sebagai salah satu anggota
sungai. Melalui potongan teks data di atas, dalam sistem ekologi, masyarakat harus
Danang Febriansyah berusaha menunjukkan etika yang baik dalam
memberikan representasi tentang dampak memanfaatkan alam. Alam dengan
dari degradasi (krisis) ekologi. Kondisi air berbagai jenis kekayaannya merupakan
sungai yang tidak bersih, menyebabkan aspek penting bagi kehidupan manusia
berbagai ikan yang ada di dalamnya lenyap dan generasinya. Oleh karena itu,
dan mati dengan tiba-tiba. Kerusakan menunjukkan rasa hormat terhadap alam
ekosistem sungai seperti yang merupakan salah satu manifestasi rasa
digambarkan oleh Danang Febriansyah syukur manusia kepada Tuhan sebagai
dalam teks cerpen tersebut juga begitu pemilik alam. Manusia adalah makhluk
representatif jika dikomparasikan dengan ekologis yang tidak bisa melepaskan diri
dunia faktual saat ini. Bahkan kerusakan dari ekosistem alam.
ekosistem sebenarnya tidak hanya 2) Makhluk Hidup dalam Ekosistem
menimbulkan dampak negatif bagi Sungai Mengalami Kepunahan
makhluk hidup seperti flora dan fauna, Selain kerusakan ekosistem sungai,
namun juga bagi manusia secara dalam ontologi cerpen Temukan Warna
keseluruhan. Pembuangan limbah, baik Hijau juga ditemukan adanya bentuk krisis
limbah rumah tangga maupun pabrik, ekologi yang berusaha disampaikan oleh
menyebabkan alira sungai tirhambat, pengarang melalui teks naratif yang
sehingga menimbulkan bencana dalam dihasilkannya. Hal itu dibuktikan melalui
bentuk banjir. Berdasarkan hasil penelitian potongan teks data berikut ini.
yang dilakukan oleh Mahyudin, dkk., (2015:
110) dijelaskan bahwa kerusakan Tak lama kemudian, beberapa
ekosistem sungai, khususnya yang terjadi anak ikan mengelepar di permukaan
pada salah satu sungai di Indonesia, air. Tak sampai lima menit, mereka
disebabkan oleh limbah organik maupun lalu mati (2014:138).
anorganik yan dibuang ke sungai. Selain
itu, dalam sebuah penelitian yang Kondisi sungai yang tidak terawat
dilakukan oleh Puspitasari (2009: 27) ternyata berdampak negatif bagi
disebutkan juga bahwa beberapa kehidupan makhluk hidup yang ada di
karakteristik sampah yang mencemari air dalamnya. Melalui potongan teks data di
sungai adalah garbage, rubbish, abu, atas terlihat bahwa kerusakan ekosistem
sampah jalanan, bangkai binatang, sungai membuat kehidupan ikan terancap.
sampah permukiman, bangkai kendaraan, Berbagai jenis ikan yang hidup sepanjang
sampah industri, sampah hasil aliran sungai, tiba-tiba mati. Kondisi
penghancuran gedung, serta sampah tersebut tentu saja merupakan
khusus. Beberapa karakteristik sampah representasi dari sikap manusia yang tidak
tersebut menjadi penyebab kerusakan menunjukkan etika dalam menggunakan
ekosistem sungai. berbagai bentuk kekayaan alam. Pada
Melalui teks cerpen dan diperkuat berbagai acara yang diselenggarakan oleh
oleh artikel tersebut bertujuan untuk stasiun televisi, seringkali fokus
memberikan pemahaman kepada membahas tentang kerusakan ekosistem,

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 28

khususnya sungai. Hal ini menjadi sebuah aliran sungai untuk mencari ikan. Namun,
pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk karena ekosistem sungai yang telah rusak,
memberikan kesadaran kepada menyebabkan jumlah ikan semakin
masyarakat bahwa sungai merupakan berkurang. Hal itu ternyata berdampak
aspek fundamental yang menunjang pada sikap yang diambil oleh para tokoh
eksistensi manusia di atas permukaan dalam teks cerpen. Berdasarkan teks
bumi. cerpen dapat diinterpretasikan bahwa
“Anaknya sudah mulai tampak, para tokoh memilih menggunakan racun
kita tunggu induknya.” untuk memperoleh ikan. Namun alternatif
“Kita tombak saja airnya, biar yang ditunjukkan oleh para tokoh ternyata
potasnya merata” (2014:138). menjadi pemicu punahnya berbagai jenis
makhluk hidup di dalam ekosistem.
Kerusakan ekosistem yang Sebagai makhluk ekologis, hal ini tentu
berdampak pada punahnya berbagai jenis saja berdampak pada eksistensi manusia.
ikan ternyata bukan hanya disebabkan Ikan merupakan salah satu sumber protein
oleh limbah rumah tangga dan pabrik, bagi manusia. Punahnya berbagai jenis
namun juga disebabkan oleh kserakahan ikan tentu saja menyebabkan manusia
manusia. Melalui teks di atas, kreator tidak bisa memnuhi salah satu kebutuhan
berusaha memberikan gambaran tentang primer yang menjadi tuntutan kesehatan
penyebab punahnya berbagai jenis ikan bagi tubuh. Berbagai isu ekologis yang
yang ada di dalam ekosistem sungai. Sikap berusaha disampaikan oleh kreator
manusia yang eksploitatif, terutama melalui teks naratifnya tentu saja bukan
penggunaan tombak untuk mendapatkan dengan kekosongan budaya. Danang
ikan dengan jumlah besar, ternyata Febriansyah berusaha menanamkan politik
menjadi pemicu lain bagi kerusakan dan etis bagi masyarakat, khususnya tentang
punahnya makhluk hidup yang ada di sistematika pengelolaan ekosistem. Hal ini
dalam ekosistem sungai. bertujujuan agar manusia tetap
Penggunaan bubu (racun) yang menunjukkan eksistensinya di atas bumi.
seringkali menjadi salah satu alternatif 3) Illegal logging
bagi masyarakat untuk memperoleh ikan Selain pencemaran ekosistem sungai
ikut menjadi salah bagian penting dalam dan punahnya berbagai makhluk hidup
narasi yang dibangun oleh Danang dalam ekosistem sungai, ontologi cerpen
Febriansyah. Pandangan manusia yang Temukan Warna Hijau yang diprakarsai
antroposentris dan memberikan stigma oleh Reni Erina juga ditemukan adanya
bahwa makhluk hidup seperti flora dan bentuk kritik ekologi berupa illegal logging
fauna merupakan sebuah objek yang berusaha disampaikan penulis dalam
eksploitasi, membuat masyarakat teks cerpen. Hal itu dibuktikan dengan
melakukan perbuatan yang justru merusak potongan teks data berikut ini.
ekosistem. Melalui alur cerita dalam teks
cerpen, Danag Febriansyah “... Cuma menebang sedikit pohon, dan
menggambarkan aktivitas yang dilakukan masih banyak ‘Cuma’ lainnya. Semua
orang sepertimu tak memiliki kesadaran
oleh para tokoh di atas sungai. Setelah
hingga harus dipukul dengan undang-
pulang dari tengah ladang, para tokoh
dalam teks cerpen seringkali menyusuri

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 29

undang. Menyebabkan anak-cucunya


sengsara (2014: 32).

Data tersebut merupakan salah satu


potongan teks yang terdapat dalam
ontologi cerpen Temukan Warna Hijau. Daftar Pustaka
Illegal logging dikatakan sebagai salah satu
aktivitas yang bersifat hedonisme. Anggarista, Randa dan Nurhadi. (2018).
Pembalakan liar yang dilakukan oleh para Representasion of Benuaq Ethnic’s
pengusaha sering kali terjadi di berbagai Environemental Wisdom in the Novel
wilayah yang memiliki kawasan hutan, of Api Awan Asap by Korrie Layun
baik Sumatera, Jawa, Kalimantan hingga Rampan. International Journal of
Papua. Beberapa pulau tersebut tidak Language and Literature, 6 (1), 38-45.
pernah luput dari kasus illegal logging. Bergthaller, Hannes, et al. (2014). Mapping
Oleh karena itu, berdasarkan teks Common Ground: Ecocriticism,
data di atas kreator berusaha Environmental History, and the
menyampaikan bentuk kegelisahannya Environmental Humanities.
atas problematika yang terus terjadi di Environmental Humanities, 5, 261-276.
Indonesia. Hal ini disebabkan karena Buell, Lawrence. (2005). The Future of
pembalakan liar tidak hanya menimbulkan Enviromental Criticism: Environemntal
dampak materi, namun juga korban jiwa. Crisis anda Literary Imagination. USA:
Jika eksploitasi alam terus dilakukan, maka Blackwell Publishing.
cepat atau lambat, manusia akan Dewi, Novita. (2015). Manusia dan
mengalami kepunahan. Manusia dan alam Lingkungan dalam Cerpen Indonesia
satu-kesatuan yang menghuni sistem Kontemporer: Analisis Ekokritik
ekologis. Sebagai sesama anggota Cerpen Pilihan Kompas. Jurnal Litera,
ekologis, manusia harus memberikan rasa 14 (2), 376-391.
hormat kepada alam. Endraswara, Suwardi. (2016). Metodologi
5. Penutup Penelitian Ekologi Sastra: Konsep,
Berdasarkan hasil pembahasan, Langkah, dan Penerapan. Yogyakarta:
dalam ontologi cerpen Temukan Warna CAPS.
Hijau yang diprakarsai oleh Reni Erina Fauzi, Ammar Akbar. (2014). Kritik Ekologi
ditemukan adanya narasi pastoral dalam dalam Kumpulan Cerpen Kayu Naga
bentuk sikap kasih sayang dan kepedulian Karya Korrie Layun Rampan Melalui
terhadap alam, sikap hormat terhadap Pendekatan Ekokritik. Skripsi, tidak
alam, dan sikap tanggung jawab terhadap diterbitkan. Yogyakarta: Universitas
alam. Selain itu, dalam teks cerpen juga Negeri Yogyakarta.
ditemukan adanya kritik ekologi dalam Erina, Reni. (2014). Temukan Warna Hijau.
bentuk pencemaran ekosistem sungai, Jakarta: PT Elex Media Komputindo
punahnya makhluk hidup dalam sebuah Garrard, Greg. (2004). Ecocriticism: The
ekosistem, serta kritik ekologi terhadap New Critical Idiom. London and New
aktivitas illegal logging. York: Routledge.
Glotfelty, C and Harold F. (1996). The
Ecocriticism Reader: Landmarks in

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram
1Randa Anggarista 2Munasip 30

Literary Ecology. London: University of Wiyatmi. (2016). Conquest and Care for
Georgia Press. the Preservation of Nature and
Goldwyn, Adam J. (2015). Toward a Environment in the Novel Amba by
Byzantine Ecocriticism: Witches and Laksmi Pamuntjak: Study Ecocriticism.
Nature Control in the Medieval Greek Humaniora, 28 (3), 315-323.
Romance. Byzantine and Modern Greek Yahya, Hamoud., Zalina, Mohd, Zalim., &
Studies, 39 (1), 66-84. Ravichandran, Vengadasamy. (2012).
Keraf, A. S. (2010). Etika Lingkungan Hidup. Eco- Resistance in the Poetry of the
Jakarta: PT Kompas Media Arab Poet Mahmoud Darwish. The
Nusantara. Southeast Asian Journal of English
Love, Glen A. (2003). Practical Ecocriticism: Language Studies, 18 (1), 75-85.
Literature, Biology, and The
Environment. USA: University of
Virginia Press.
Mahyudin, dkk. (2015). Analisis Kualitas Air
dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Air Sungai Metro di
Kota Kepanjen Kabupaten Malang. J-
PAL, 6 (2), 105-114.
Maimunah. (2014). Perlawanan Alam
terhadap Kolonialisme dalam Cerpen
Pohon Jejawi Karya Budi Darma.
Jurnal Litera, 13 (2), 326-337.
Puspitasari, Dinarjati Eka. (2009). Dampak
Pencemaran Air Terhadap Kesehatan
Lingkungan dalam Perspektif Hukum
Lingkungan: Studi Kasus Sungai
Code di Kelurahan Wirogunan
Kecamatan Mergangsan dan
Kelurahan Prawirodirjan Kecamatan
Gondomanan Yogyakarta. MIMBAR
HUKUM, 21 (1), 23-35.
Richard, K. (1998). Small Rooms and The
Ecosystem: Environmentalism and De
Lillo’s White Noise, in Kerridge, R., and
Sammells, N. (eds). London: Zed
Books.
Schickling, Jared. (2011). Ecocriticism,
Ecopoetics, Legibility: Among Other
Things, the Objectively Signified.
Literary Imagination, 13 (1), 80-88.
Taylor, Jesse Oak. (2015). Ehere is Victorian
Ecocriticism. Victorian Literature and
Culture, 43, 877-894.

PENAOQ: Jurnal Sastra, Budaya dan Pariwisata, Volume 1, No. 2, Oktober 2020
Copyright©2020 Fakultas Sastra Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

You might also like