You are on page 1of 19

ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN DEKLARASI PENCAPRESAN

JOKOWI DI MEDIA MASSA


(Framing Media Massa Surat Kabar terhadap Pemberitaan Deklarasi
Pencapresan Jokowi di Media Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos)

Yudhi Agung Wijanarko


Sri Hastjarjo

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract
Yudhi Agung Wijanarko D 12187. Declaration of Jokowi into the main
mass media spotlight given previously never gave a clear answer to the media
regarding his candidacy. Newspaper wanted to give views on the Declaration of
candidacy for President by Jokowi in which repoerters trying to form public
opinion according to the will of the media, where one function of the media is as a
means of delivering a message for readers have an important role in public
perception that price to a news story.
The purpose of this research is know the process of Framing the
presidential candidacy of Jokowi coverage in newspapers.
Type of this research is a descriptive qualitative approach. Engineering
data collection use a study of the literature. Data analysis techniques used are
analysis of the framing.
Results of the analysis showed construction of the events on pencapresan
Jokowi to use framing Entman models. In the news declaration candidacy of
Jokowi used Entman models then there are several steps that define the problem,
where the news is delivered does not involve the conclusion of a news journalist
or author argues facts presented. Diagnose Causes, declaration candidacy of
Jokowi because of the mandate of the Chairman of the PDI P for Jokowi is a
market leader preferred because it can make the rupiah strengthened. Make
moral judgment, that the moral judgments in pencapresan Jokowi is a mandate of
the people through the Chairman of the PDI-P is a step in the progress of
democracy in Indonesia and treatment recommendation, that the newspaper
recommends that Jokowi give evidence to the public and can selected a suitable
candidate.
Keywords: framing analysis, newspapers, Declaration candidacy of Jokowi.

1
Pendahuluan
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada akhirnya
mengumumkan calon presiden (capres) Joko Widodo alias Jokowi pada tanggal
14 Maret 2014. Jokowi adalah tokoh yang cukup fenomenal. Setelah membuat
kejutan menjadi pemenang Pemilukada DKI, sekarang Jokowi resmi menjadi
capres dari PDIP. Joko Widodo (Jokowi) mengaku diperintah Ketua Umum DPP
PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai Capres 2014. Jokowi juga mengatakan
siap maju, dan menyampaikan deklarasi diri di rumah Si Pitung, di Marunda Pulo,
Cilincing, Jakarta Utara. Alasan Jokowi memilih mendeklarasikan diri di rumah
Robin Hood dari Betawi karena rumah itu merupakan symbol perlawanan.
Deklarasi kesiapan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo di Rumah Pitung,
Marunda, Jakarta Utara ternyata punya makna besar. Dosen komunikasi politik
dari Universitas Indonesia, Ade Armando mengatakan Jokowi sedang ingin
menyampaikan pesan politik pada masyarakat. “Itu pesan simpatik, bahwa Jokowi
tak bermaksud meninggalkan Jakarta,” kata Ade saat dihubungi, Sabtu, 15 Maret
2014. Pesan tak mengkhianati Jakarta ini menurut Ade harus disampaikan Jokowi
untuk menangkal serangan dari lawan politiknya. Sebelum deklarasi banyak
tanggapan miring dari lawan politik Jokowi. Misalnya dengan menyebutkan
Jokowi tak konsisten, ingkar janji dan mengkhianati warga Jakarta karena tak
mengakhiri kepemimpinan di Jakarta hingga 5 tahun. Pesan lebih jauh
disampaikan Jokowi dengan memakai baju Sadariah, baju tradisional Jakarta
untuk laki-laki. Ditambah lagi, usai menyatakan kesiapan menjadi capres, Jokowi
mencium bendera merah putih. "Ini simbolik sekali, bahwa dia tengah meminta
restu meninggalkan Jakarta untu kepemimpinan nasional yang lebih luas
(www.tempo.com, 15 Maret 2014).
Surat kabar merupakan salah satu bentuk media massa. Surat Kabar
merupakan media komunikasi massa yang memuat serba serbi pemberitaan,
meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, maupun pertahanan dan
keamanan. Fungsinya sebagai penyebar informasi pendidikan, menghibur,
mengawasi atau mengatur massa (Gunadi, 2002: 83). Bahasa surat kabar haruslah
berpegang teguh pada kaidah-kaidah kebahasaan bahasa Indonesia, harus

2
memperhatikan kepaduan antar kalimat satu dengan kalimat yang lainnya, baik
dari segi bentuk maupun dari segi makna. Kepaduan inilah yang akan
mempengaruhi tingkat pemahaman pembaca terhadap informasi yang
disampaikan.
Pada saat seseorang membaca surat kabar, pertama kali yang ia baca
adalah isi berita tersebut. Setelah selesai dibaca, kemudian Koran akan dilipat dan
dimasukan ke dalam tas bahkan dibiarkan begitu saja. Jarang sekali seseorang
meneliti kebahasaanya, padahal belum tentu setiap wacana tidak terdapat
kesalahan. Surat Kabar ingin memberikan pandangan mengenai deklarasi
pencapresan Jokowi di mana wartawan berusaha membentuk opini public
menurut kehendak media tersebut, di mana salah satu fungsi dari media adalah
sebagai alat penyampaian pesan khayalak pembaca mempunyai peranan penting
dalam persepsi masyarakat yang bervariatif terhadap suatu berita. Ada beberapa
metode untuk mengetahui proses konstruksi realitas suatu media, antara lain
analisis wacana, semiotika, dan analisis framing. Metode ini dipakai membedah
cara-cara atau ideologi media ketika mengkonstruksi sebuah fakta, dengan
mencermati strategi selektif, penonjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar
lebih menarik, lebih tajam dan berarti untuk menggiring interpretasi khayalak
sesuai perspektifnya. Sehingga bisa dikatakan, framing merupakan pendekatan
untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang seorang jurnalis saat
menyeleksi dan menulis berita (Sobur, 2009 : 12).
Dalam penelitian ini berupaya menelaah tentang Pemberitaan Deklarasi
Pencapresan Jokowi menggunakan analisis Framing dari surat kabar nasional
yaitu Republika, Kompas, Sindo dan Media Indonesia. Penggunaan kabar ini
adalah bahwa keempat surat kabar tersebut berskala nasional sehingga peneliti
mencoba melihat sisi objektivitas surat kabar tersebut dalam menanggapi efek
deklarasi pencapresan Jokowi tersebut.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan telaah
surat kabar: “ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN DEKLARASI
PENCAPRESAN JOKOWI DI MEDIA MASSA (Framing Media Surat Kabar
harian Solopos terhadap Pemberitaan Pencapresan Jokowi).

3
Perumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Bagaimana Framing
tentang pemberitaan pencapresan Jokowi di surat kabar Media Indonesia,
Kompas, Republika dan Jawa Pos ?

Tinjauan Pustaka
1. Berita dan Bentuk Realitas
Fakta/peristiwa adalah hasil konstruksi (Bungin, 2008 : 117). Bagi
kaum konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu hadir, karena
dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi,
sudut pandang tertentu dari wartawan. Disini tidak ada realitas yang bersifat
objektif, karena realitas itu tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu.

Media adalah agen konstrksi. Dalam pandangan konstruksionis, media


bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi
realitas, lengkap dengan pandangan, bias dan pemihakannya. Lewat bahasa
yang dipakai dan lewat pemberitaan, media dapat membingkai peristiwa
dengan bingkai tertentu yang pada akhirnya menentukan khalayak harus
melihat dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu (Eriyanto, 2009 :
15).
Paradigma konstruksionis memandang realitas kehidupan sosial
bukanlah realitas yang natural, tetapi hasil dari konstruksi.Paradigma
konstruksionis ini lebih melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran
makna (Eriyanto, 2009 : 37). Ada dua karakteristik penting dari pendekatan
konstruksionis :
a. Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan
proses bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas. Makna
bukanlah suatu yang absolut, konsep statik yang ditemukan dalam suatu
pesan. Makna adalah suatu proses aktif yang ditafsirkan seseorang dalam
suatu pesan.

4
b. Pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai
proses yang dinamis. Pendekatan konstruksionis memeriksa bagaimana
pembentukan pesan dari sisi komunikator, dan dalam sisi penerima, ia
memeriksa bagaimana konstruksi (Eriyanto, 2009 : 40-41).
Melalui interpretasi wartawan, sebuah peristiwa, isu ataupun
fenomena dapat menjadi sebuah berita yang menarik. Wartawan dapat
membentuk dan menentukan apakah suatu peristiwa atau realitas dapat
dijadikan berita. Menurut pandangan konstruksionis, sebuah teks berita tidak
bisa kita samakan seperti copy realitas. Ia haruslah dipandang sebagai
konstruksi atas realitas. Karenanya, terjadi peristiwa yang sama bisa jadi
dikonstruksi secara berbeda, wartawan memiliki penafsiran atau konsep yang
berbeda dalam memaknai suatu peristiwa.
Substansi dari konstruksi sosial media massa ini adalah pada sirkulasi
informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan
sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga
membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung
sinis. Proses konstruksi sosial media massa melalui tahapan sebagai berikut:
a. Tahap Menyiapkan Materi Konstruksi
Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas
redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di
setiap media massa. Bungin (2008 : 17) menyatakan bahwa ada tiga hal
penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu:
1. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme.
2. Keberpihakan semu kepada masyarakat.
3. Keberpihakan kepada kepentingan umum.

b. Tahap Sebaran Konstruksi


Sebaran konstruksi media massa dilakukan melalui strategi media
massa. Konsep konkret strategi sebaran media massa masing-masing
media berbeda, namun prinsip utamanya adalah real time. Media cetak
memiliki konsep real time terdiri dari beberapa konsep hari, minggu atau

5
bulan, seperti terbitan harian, terbitan mingguan atau terbitan beberapa
mingguan atau bulanan.
c. Tahap Pembentukan Konstruksi Realitas
Bungin (2008 : 18) menyatakan bahwa tahap pembentukan
konstruksi realitas adalah sebagai berikut :
1. Tahap pembentukan konstruksi realitas
2. Pembentukan konstruksi citra
d. Tahap Konfirmasi
Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun pembaca
memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat
dalam tahap pembentukan konstruksi. Bagi media, tahapan ini perlu
sebagai bagian untuk menjelaskan mengapa ia terlibat dan bersedia hadir
dalam proses konstruksi sosial.

2. Analisis Framing
Setiap media mempunyai cara pandang dan konsepsi yang berbeda-
beda dalam melihat suatu peristiwa atau realitas. Mereka memiliki pandangan
yang berbeda terhadap media dan teks berita. Penelitian untuk mengkaji
bagaimana isi teks yang ditampilkan kepada khayalak dalam studi ilmu
komunikasi dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan metode
analisis framing. ”Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk
melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga
dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh
media (Eriyanto, 2009:10).
Ada beberapa pengertian tentang analisis Framing secara terminologis
yang diungkapkan oleh beberapa ahli (dalam Eriyanto, 2009 : 67-68).
Definisi-definisi tentang framing tersebut antara lain :
a. Robert N, Entman : proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga
bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain.

6
b. William A. Gamson : Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir
sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa
yang berkaitan dengan obyek suatu wacana.
c. Todd Gitlin : Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan pada khayalak
pembaca.
d. Zhongdan Pan dan Gerald M.Kosicki : strategi konstruksi dan memproses
berita.
Dalam proses framing pada akhirnya akan membawa efek. Karena
sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai berbeda oleh media, bahkan
pemaknaan itu bias jadi akan sangat berbeda. Berdasarkan penyederhanaan
atas kompleksnya realitas yang disajikan media, menimbulkan efek framing,
yaitu :
a. Menonjolkan aspek tertentu – mengaburkan aspek yang lain.
b. Menampilkan sisi tertentu-melupakan sisi lain.
c. Menampilkan actor tertentu-menyembunyikan actor lainnya.
Salah satu bentuk framing adalah framing model Entman. Konsep
framing dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan sebuah
cara untuk mengungkapkan the power of a communication text. Analisis
framing dapat menjelaskan dengan cara yang tepat pengaruh atas kesadaran
manusia yang didesak oleh transfer (atau komunikasi) informasi dari sebuah
lokasi, seperti pidato, ucapan/ungakapan, news report, atau novel. Framing
kata Entman, secara esensial meliputi penseleksian dan penonjolan. Membuat
frame adalah menseleksi beberapa aspek dari suatu pemahaman atas realitas,
dan membuatnya lebih menonjol di dalam suatu teks yang dikomunikasikan
sedemikian rupa sehingga mempromosikan sebuah definisi permasalahan
yang khusus, interpretasi kausal, evaluasi moral, dan atau merekomendasikan
penanganannya (Pareno, 2005: 81).
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: Seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu. Framing
dijalankan oleh media dengan menseleksi isu tertentu dan mengabaikan isu

7
yang lain. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menseleksi isu dan menulis berita (Eriyanto, 2009 : 145).
Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara konsisten
menawarkan sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication
text. Framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi, penjelasan,
evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka
berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.
Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian yang dilakukan media,
terdapat sebuah perangkat framing yang dikemukakan Entman yang dapat
menggambarkan bagaimana sebuah peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh
wartawan. Entman membagi perangkat framing ke dalam empat elemen
sebagai berikut:
a. Define Problems (pendefinisian masalah)
Elemen pertama ini merupakan bingkai utama/master frame yang
menekankan bagaimana peristiwa dimaknai secara berbeda oleh
wartawan, maka realitas yang terbentuk akan berbeda.
b. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah)
Elemen kedua ini merupakan elemen framing yang digunakan untuk
membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa.
c. Make moral judgement (membuat pilihan moral)
Elemen framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi
argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat.
d. Treatment recommendation (menekankan penyelesaian)
Elemen keempat ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh
wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah.

8
Define Problems Make Moral
Judgment
Peristiwa dilihat
sebagai apa Penilaian atas
penyebab masalah

Diagnosa Causes Treatment


Recommendations
Siapa penyebab
masalah Saran
penanggulangan
masalah
Gambar 1. Diagram Skema Framing Model Entman

3. Berita Pemilihan Presiden di Media Massa


Pengertian media massa menurut Sudarman (2008 : 5), media massa
merupakan media yang diperuntukkan untuk massa. Dalam ilmu jurnalistik,
media massa yang menyiarkan berita atau informasi disebut juga dengan
istilah pers. Menurut Undang-Undang (UU) Pokok Pers pasal 1 ayat (1), pers
adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengelola dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara,
gambar, suara gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya
dengan menggunakan media cetak, media elektronik dan segala jenis data
yang tersedia.
Fungsi media massa menurut Sudarman (2008 : 7-8) antara lain
menginformasikan (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to
entertait), mempengaruhi (to influence), memberikan respon sosial (to social
responbility), dan penghubung (to linkage). Menginformasikan di sini adalah
media massa merupakan tempat untuk menginformasikan peristiwa-peristiwa
atau hal-hal penting yang perlu diketahui oleh khalayak. Selanjutnya adalah
mendidik yang mana berarti tulisan di media massa dapat mendorong
perkembangan intelektual, membentuk watak dan dapat meningkatkan
keterampilan serta kemampuan yang dibutuhkan para pembacanya. Media

9
massa juga bisa berfungsi untuk menghibur di mana media massa dapat
memberikan hiburan atau rasa senang kepada pembacanya atau khalayak.
Selain menghibur, media massa juga dapat mempengaruhi di mana
pengaruhnya dapat bersifat pengetahuan, perasaan, maupun tingkah laku.
Selain itu, media massa juga dapat memberikan respon sosial di mana media
massa dapat menanggapi fenomena dan situasi sosial atau keadaan sosial
yang terjadi. Dan yang terakhir adalah media massa dapat menghubungkan
unsur-unsur yang ada dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara
langsung ataupun tak langsung. Adapun bentuk dari media massa itu sendiri
bermacam-macam, antara lain bisa dalam bentuk cetak (surat kabar, majalah,
tabloid, buku, dan lain-lain) ataupun dalam bentuk media elektronik (TV,
Radio, Internet, dan lain-lain).
Salah satu media cetak adalah surat kabar. Surat kabar atau koran
adalah media komunikasi massa yang diterbitkan secara berkala dan
bersenyawa dengan kemajuan teknologi pada masanya dalam menyajikan
tulisan berupa berita, feature, pendapat, cerita rekaan (fiksi), dan bentuk
karangan yang lain. Tujuan dasar surat kabar adalah memperoleh berita dari
sumber yang tepat untuk disampaikan secepat dan selengkap mungkin kepada
para pembacanya.
Koran dalam bentuk media cetak merupakan salah satu bentuk media
massa yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, dan menjadi bagian dari
masyarakat. Koran berfungsi sebagai media informasi dan sarana edukasi
bagi masyarakat. Informasi yang dihasilkan dari koran bisa dipergunakan
sebagai sarana untuk pengambilan keputusan. Koran juga berfungsi sebagai
sarana pengawas atas tindakan korupsi dan hal-hal buruk lainnya yang
mungkin terjadi.
Karakteristik surat kabar menurut Ardianto dan Erdinaya (2005 : 104-
106) ada lima yaitu sebagai berikut :

10
a. Publisitas
Pengertian publisitas ialah bahwa surat kabar diperuntukkan umum
karena berita, tajuk rencana, artikel dan lain-lain harus menyangkut
kepentingan umum.
b. Periodesitas
Periodesitas menunjuk pada keteraturan terbitnya, bisa harian,
mingguan atau dwi mingguan. Sifat periodesitas sangat penting dimiliki
media massa, khususnya surat kabar.
c. Universalitas
Universalitas sebagai ciri lain dari surat kabar menunjukkan bahwa
surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian-kejadian di
seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia.
d. Aktualitas
Aktualitas adalah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di
masyarakat kepada khalayak (Effendy, 2006 : 154). Fakta dan peristiwa
penting atau menarik tiap hari berganti dan perlu untuk dilaporkan,
karena khalayak pun memerlukan informasi yang paling baru.
e. Terdokumentasi
Ini berarti bahwa berita-berita yang disiarkan oleh surat kabar tersusun
dalam alenia, kalimat dan kata-kata yang terdiri atas huruf-huruf, yang
dicetak pada kertas, dengan demikian setiap peristiwa atau hal yang
diberitakan terekam sedemikian rupa sehingga dapat dibaca setiap saat
akan dapat diulang kaji, bisa dijadikan dokumentasi dan bisa dipakai
sebagai bukti untuk keperluan tertentu.

Metodologi
Pendekatan yang dipakai peneliti adalah model Robert N Entman karena
konsep Entman dipraktikkan dalam studi kasus pemberitaan media dan digunakan
pula pada praktik jurnalistik, melihat bagaimana frame mempengaruhi kerja
wartawan dan bagaimana wartawan membuat satu informasi menjadi lebih
penting dan menonjol dibanding dengan cara yang lain. Dalam konsepsi Entman,

11
framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan definisi,
evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka
berpikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan aspek tertentu dari sebuah realitas yang dibingkai oleh surat
kabar dan menjadi sebuah berita yang kemudian menjadi realitas media dalam hal
ini pemberitaan mengenai pencapresan Jokowi yang dilakukan oleh Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Data primer diperoleh dari dokumen berupa pemberitaan mengenai
pencapresan Jokowi yang dimuat di surat kabar surat kabar Media Indonesia,
Kompas, Republika dan Jawa Pos, sedangkan data sekunder diperolehnya dari
penelitian dokumen atau kepustakaan.

Metode Analisis data


Dengan menggunakan perangkat framing model Robert M. Entman,
peneliti menguraikan berita-berita yang memuat berita pada surat kabar Kompas
mengenai berita deklarasi pencapresan jokowi, dengan langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Pertama : Peneliti mengumpulkan semua berita-berita pada harian Media
Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos yang memuat berita deklarasi
pencapresan Jokowi pada tanggal 15 Maret 2014 Kemudian membuat
kerangka framingnya berdasarkan model Robert M. Entman.
b. Kedua : Melakukan analisis terhadap berita-berita tersebut dan kemudian
membuat interpretasi-interpretasi terhadap berita tersebut berdasarkan model
Robert M. Entman. Analisis berita-berita tersebut akan didasarkan pada
empat struktur besar, yaitu sebagai berikut :
1) Define Problems atau Problem Identification, adalah elemen yang pertama
kali dilihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame atau
bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dilihat
dan dipahami oleh wartawan. Ketika ada masalah atau peristiwa,
bagaimana peristiwa atau isu tersebut dipahami. Peristiwa yang sama akan

12
dapat dipahami secara berbeda. Dan bingkai yang berbeda ini akan
menyebabkan realitas bentukan yang berbeda pula (Eriyanto, 2008:190).
2) Diagnose Causes atau Causal interpretation (memperkirakan penyebab
masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang
dianggap sebagai aktor atas suatu peristiwa. Penyebab di sini bisa apa
(what), tetapi bisa juga siapa (who). Bagaimana peristiwa dipahami, tentu
saja menentukan apa dan siapa yang dianggap sebagai sumber masalah.
Karena itu, masalah yang dipahami secara berbeda, penyebab masalah pun
secara tidak langsung juga akan dipahami secara berbeda pula.
3) Make Moral Judgement atau Moral Evaluation (membuat pilihan moral)
adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi
argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika
masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan,
dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan
tersebut. Gagasan yang dikutip berhubungan dengan sesuatu yang familiar
atau dikenal oleh khalayak.
4) Treatment Recommendation (menekankan penyelesaian) adalah elemen
yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan
apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian itu tentu s.aja
sangat bergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang
dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2004:191).

Sajian Data
Berita yang di teliti adalah berita yang terbit pada tanggal 15 Maret 2014
dimana pada hari tersebut para surat kabar sedang gencar memberitakan berita
tersebut.
Tabel 1 : Ringkasan Hasil Analisis Pemberitaan dengan Model Entman
Define Diagnose Make Moral Treatment
Judul Berita
Problem Causes Judgement recommendation
Media Penunjukan Surat mandat Tindakan Jokowi harus
Indonesia atau deklarasi dari Ketua yang harus membuktikan bahwa
Dari Rumah Jokowi Umum PDIP diuji atau dia dapat
Si Pitung, tersebut dibuktikan memberikan kinerja

13
Jokowi Siap merupakan kebenaran- yang baik di level
Tinggalkan langkah yang nya nasional
DKI belum teruji
Kompas Pendeklarasia Menguatnya Jokowi
Pasar n Jokowi rupiah dan mampu
Merespon sebagai respon meningkatka
Positif, capres adalah positif dari n sentiment
Rupiah langkah yang pasar karena beberapa
Menguat idukung oleh deklarasi sector usaha
dunia usaha. Jokowi di pasar
modal

Republika Deklarasi Pencapresan Salah satu Dalam memilih


Jokowi Jokowi sebagai Jokowi dapat langkah pasangan/
“Bismillah langkah yang meningkatka kemajuan cawapresnya Jokowi
Saya Siap” penting bagi n kualitas demokrasi harus tepat agar tidak
kemajuan demokrasi adalah menggembosi suara
demokrasi pemberian partai dalam pileg
amanah
ketum pada
kadernya
Jawa Pos Pencapresan Pemberian Pemilihan Kader dapat menjaga
Jokowi Dapat Jokowi telah perintah Jokowi proses pemilihan dan
Mandat Mega mengatasi harian berdasarkan perhitungan suara,
di Malam ketidakpastian Megawati dinamika Jokowi mampu
Jum’at dari berbagai Soekarnoputr politik menjalankan 4 pilar
pihak atau i kepada nasional dan berbangsa dan
pengamat Jokowi aspirasi yang bernegara,
politik diserap menjalankan tri sakti
selama pancasila Bung
kunjungan ke Karno dan
berbagai mensejahterakan
daerah rakyat

Analisis Data

1. Harian Media Indonesia


Pada pemberitaan ini harian Media Indonesia dengan jelas menonjolkan
bahwa pencapresan Jokowi merupakan langkah yang belum teruji sehingga hal
tersebut perlu dibuktikan kebenarannya.
Dalam pemberitaannya Media Indonesia cenderung melakukan berupaya
bermain secara ‘aman’ dengan tidak melakukan analisis dan ulasan yang tajam
yang kemungkinan dapat menimbulkan protes dari partai politik yang lain, hal

14
ini terbukti dari dua pernyataan dari pihak pro dan yang kontra terhadap
pencapresan Jokowi. Narasumber yang pro terhadap pencapresan Jokowi
adalah Surya Paloh sedangkan narasumber yang kontra adalah Komaruddin
Hidayat. Berikut kutipan wawancara dari pihak yang kontra :
Secara etika politik, pencalonan Jokowi memang banyak menuai
kekecewaan masyarakat yang menudingnya melanggar sumpah jabatan.
("Dari Rumah Si Pitung, Jokowi Siap Tinggalkan DKI" Media Indonesia.
15 Maret 2014).

Sedangkan kutipan wawancara dari pihak yang pro :


Ketua Umum DPP Partai Nasdem Surya Paloh menyambut baik
pencapresan Jokowi. ("Dari Rumah Si Pitung, Jokowi Siap Tinggalkan
DKI" Media Indonesia. 15 Maret 2014).

2. Harian Kompas
Pada pemberitaan ini harian Kompas secara tersirat menonjolkan kesan
positif terhadap Jokowi karena mampu meningkatkan atau membuat respon
positif lain. Hal ini juga terungkap juga di dalam berita tersebut bahwa :
“Pasar menyukai Jokowi karena dinilai mempunyai rekam jejak yang
bersih, pro rakyat dan tegas. Sartono memperkirakan sektor yang
mendapat sentimen positif adalah infrastruktur, konstruksi dan
farmasi.Pada perdagangan pekan depan nanti euforia atas rencana
pencalonan Jokowi diprediksi akan masih akan berlanjut”(“Pasar
Merespon Positif, Rupiah Menguat” Kompas. 15 Maret 2014).

Berdasarkan berita tersebut maka Kompas menganggap bahwa Jokowi


sudah terbukti berhasil menjalankan pemerintah yang bersih yang didukung
dengan nilai-nilai demokrasi, serta dukungan publik. Ini tentu sangat bernilai
bagi Indonesia dengan tingkat demokrasi yang masih muda karena banyak
kepentingan bisnis, politik, dan militer yang cukup kuat. Dibandingkan
dengan capres yang lain, data menunjukkan respons pasar terhadap Jokowi
terlihat cukup menonjol. Tanpa mengabaikan faktor yang turut mempengaruhi
fluktuasi harga saham, baik dari lokal maupun global, deklarasi capres lain
tidak mendapatkan respons yang baik atau diabaikan oleh pelaku pasar.

15
3. Harian Republika
Pada pemberitaan Republika tersebut pada intinya menyimpulkan bahwa
pencapresan Jokowi belum diikuti oleh pemilihan cawapres karena masih fokus
pada kemenangan pemilihan legislatif.
Republika juga menyoroti kesiapan Jokowi menjadi presiden yang belum
diikuti oleh pemilihan cawapres. Hal ini menunjukkan bahwa Republika juga
bersikap hari-hati dalam memberikan tanggapan tentang dalam pemberitaan
Jokowi sebagai capres, tetapi secara tersirat Republika memberikan saran
kepada Jokowi ataupun PDI P agar memilih partner yang tepat. Hal ini terlihat
dari pernyataan sebagai berikut :
Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Arie
Sudjito, mengharapkan partner Jokowi nantinya justru tidak
“menggembosi” elektabilitascapres PDI Perjuangan.(“Jokowi Bismillah
Saya Siap” Republika.15 Maret 2014)

4. Harian Jawa Pos


Pada pemberitaan ini harian Jawa Pos dengan jelas menonjolkan mandat
yang diberikan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri kepada
Jokowi untuk menjadi capres berdasarkan adanya dinamika politik dan
penyerapan aspirasi dari internal partai dan masyarakat. Dengan pencapresan
Jokowi tersebut, maka sebagai Gubernur Jakarta maka Jokowi harus meminta
izin kepada Presiden untuk maju mencalonkan diri menjadi Presiden.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa karakteristik framing pemberitaan tentang pencapresan Jokowi
di surat kabar harian Media Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos dapat
dipaparkan sebagai berikut:
1. Konstruksi peristiwa tentang Pencapresan Jokowi untuk menggunakan
framing model Entman.
2. Dalam berita Pencapresan Jokowi model Entman maka terdapat beberapa
tahap yaitu:

16
a. Define Problem, Pemberitaan yang disampaikan tidak melibatkan
kesimpulan dari wartawan si penulis berita atau lebih mengemukakan
fakta yang disampaikan. Pada Media Indonesia menunjukkan bahwa
pencapresan Jokowi merupakan keputusan yang belum teruji. Kompas
menyatakan bahwa pencapresan Jokowi didukung oleh dunia usaha dan
kebijakan politik yang tepat dar PDI Perjuangan. Republika memberitakan
bahwa pencapresan Jokowi adalah langkah penting kemajuan demokrasi
serta Jawa Pos menyebutkan permasalahan dari pencapresan Jokowi
mampu mengatasi ketidakpastian/spekulasi dari berbagai pihak / pengamat
politik.
b. Diagnose Causes, merupakan elemen framing yang untuk mengetahui
siapa aktor dari suatu peristiwa. Dalam framing Pencapresan Jokowi ini
Media Indonesia menyatakan bahwa aktor dari peristiwa ini adalah mandat
dari Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Kompas
menyatakan bahwa Jokowi merupakan aktor karena merupakan tokoh
yang disukai pasar karena mampu membuat rupiah menguat. Republika
menunjukkan bahwa pencapresan Jokowi dapat menghasilkan pimpinan
yang berkualitas. Jawa Pos menyatkaan hal yang sama dengan Media
Indonesia bahwa penyebab masalah pencapresan Jokowi adalah perintah
harian Megawati Soekarnoputri kepada Jokowi.
c. Make Moral Judgement, digunakan untuk memberikan argumentasi pada
pendefinisian masalah dalam pencapresan Jokowi. Media Indonesia
menekankan bahwa penilaian moral dalam pencapresan Jokowi adalah
tindakan yang harus diuji atau dibuktikan kebenarannya. Kompas
menekankan penilaian moral bahwa dengan pencapresan Jokowi maka
akan mampu meningkatkan sentimen beberapa sektor usaha di pasar
modal. Penilaian moral surat kabar Republika bahwa pencaprean Jokowi
meupakan kemajuan demokrasi dengan adanya pemberian amanah ketua
umum kepada kadernya. Jawa Pos dalam penilaian moralnya adalah
bahwa pencapresan Jokowi berdasarkan dinamika politik nasional dan
aspirasi yang diserap selama kunjungan ke berbagai daerah.

17
d. Treatment Recommendation, merupakan penyelesaian masalah yang
dikehendaki oleh wartawan. Media Indonesia merekomendasikan bahwa
Jokowi harus membuktikan bahwa dia dapat memberikan kinerja yang
baik di level nasional. Republika merekomendasikan bahwa dalam
memilih pasangan / cawapres Jokowi harus tepat agar tidak menggembosi
suara partai dalam pileg. Jawa Pos merekomendasikan bahwa kader dapat
menjaga proses pemilihan dan perhitungan suara , Jokowi mampu
menjalankan 4 pilar berbangsa dan bernegara, menjalankan trisakti Bung
Karno dan Menyejahterakan rakyat.
Saran
Saran yang dapat disampaikan penulis berdasarkan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Limitasi atau keterbatasan penelitian ini adalah penelitian ini hanya terbatas
pada analisis teks media saja, tanpa meneliti faktor lain terkait di dalam
media yang mempengaruhi agenda pemberitaan media. Peneliti
mengharapkan pada penelitian selanjutnya lebih menitikberatkan pada
seluruh komponen framing, bukan hanya pada teks saja. Hal ini bertujuan
memberikan temuan-temuan baru terkait penggunaan subjek dan objek
penelitian.
2. Kepada Harian Media Indonesia, Kompas, Republika dan Jawa Pos
diharapkan untuk tetap mempertahankan idealismenya tanpa mengaburkan
suatu realitas, sehingga lahir berita-berita yang berkualitas yang dapat
dipertanggung jawabkan validitas kebenarannya.

Daftar Pustaka
Abede Pareno, Sam. (2005). Media Massa: Antara Realitas dan Mimpi. Surabaya
: Papyrus.
Ardianto, Elvinaro dan Komala Erdinaya, Lukiati. (2004). Komunikasi Massa
Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Bungin, Burhan. (2008). Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.
Cangara, Hafield. (2007). Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Entman, Robert. M. (2007). Framing Bias: Media in the Distribution of Power,
Journal of Communication, 57. 163-173.

18
Eriyanto. (2009). Analisis Framing, Konstruksi, Ideology dan Politik Media.
Yogyakarta: LkiS.
Mcquail, D. (2004). Media Massa. Jakarta: Erlangga.
Sobur, Alex. (2009). Analisis Teks Media. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Sudarman, Paryati. (2008). Menulis di Media Massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Uchjana Effendy, Onong. (2006). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosda Karya.

19

You might also like