You are on page 1of 4
Pola Penyerapan Kuning Telur... (T.B. Pramono dan Sri Marnani) POLA PENYERAPAN KUNING TELUR DAN PERKEMBANGAN ORGANOGENESIS PADA STADIA AWAL LARVA IKAN BREK (Puntius orphoides) (Yolk Absorption Pattern and Organogenesis Development on The Initial State of Brek Larvae (Puntius orphoides)) ‘TAUFIK BUDHI PRAMONO DAN SRI MARNANL Program Sajana Perikanan dan Kelauton UNSOED Diterima 7 Oktober 2006/ Disetujui 23 Nopember 2006 ABSTRACT ‘The observation was conducted to study the yolk absorption activity and morphological development on the initial state of brek (cyprinid fish larvae. Larvae used for this research were ‘rom the artificial spawning of brek (cyprinid) broodstock, reared in fiber tank. The result showed that newly hatched larvae has 4.29 mm 0.14 total length and 1.1195 som’ yolk, volume. During yolk absorption period, organogenesis development and length inorement occurred, Larvae development occurred after hacthing involved the formation of eyetid (29 hours, 55 minutes), eye ‘spot GL hours, | minute), pigmentation and. anal (33 hours, 17 minutes), ventral fins and gills (34 hours, 28 minutes), and mouth opening (35 hours, 21 mimes). Organogenesis development and the total length increment improve, following the increase of yolk absorption rate, Keywords: Egg yolk absorption, orzatogenesis, Cyprinid fish. PENDAHULUAN Tkan_brek (Puntius orphoides) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang mirip dengan ikan Tawes (Puntius javanicus) dan hidup di perairan tumum, Tkan brck memilikt potensi ekanomis untuk dikembangkan, hal ini ditandai dengan pemanfaatan untuk Konsumsi oleh masyarakat, Namun sebagian bbesar benih masih diperoleh dari hasil penangkapan. ‘Tingginya tingkat pemanfaatan ikan_brek dari perairan umum akan menyebabkan kepunahan ‘(Khotimiyati, 2004). Salah satu upaya pelestarian dan pengembangan ikan brek adalah dengan domestixasi ‘yaity metalat Kegiatan budidaya. Kegiatan pertama ‘yang dapat dilskukan dalam kegiatan domestikasi adalah dengan melakukan usaha _ pembenihan (Effendi, 2004). Upaya tersebut juga dilakukan oleh ‘ujawa et al (1999) pada skan-ikan liar dalam status hampir punah di Polandia, yang didomestikasi melalui periakuan model wadah pembenihan untuk induk matang gonad dengan pemijahan buatan. ‘Upaya domestikasi tkan-ikan liar atau asti dari perairan umum pada awalnya masih belum memiaskan karena tingkat Kematian yang tinggi pada saat stadia perkembangan larva. Kematian ikan yang coup tingai biasanya terjadi pada fase awal kehidupan, salah satu diantaranya adalah fase porkembangan larva (Effendie, 2002; Gisbert and Williot, 1997), Fase ini disebut juga dengan fase kritis, (Hemming and Baddington, 1988; Effendie, 2002). Kematian larva yang tinggi dikarenakan pada fase krits stadia larva, terjadi peraihan pemanfsatan makanan dari kuning telur (endogenous feeding) ke pemanfastan pakan dari tuar (exogenous feeding). Apabila terjadi kesenjangan pemanfaatan energi dari endogenous feeding ke exogenous feeding maka akan menyebabkan kematian larva (Effendie, 2004). Kesenjangan diartitan pada ssat kuning telur larva habis, larva belum melakukan proses organogenesis secara sempurna seperti pembentukan bintik mata, ‘buksan molut dan lainnya, Ketidaksempuriaan dalam proses organogenesis dengan memanfaatkan energi desi kuning telur (endogenous feeding) akan mengekibatkan —ketidakmampuan “larva dalam. rmemmanfuatkan pakan dari luar (exogenous jeeding). ‘Untuk memunjang Keberhasilan kegiatan pembenihan/pemelibarsan larva ikan brek inti masin sangat — diperlukan informasi-informasi dasar. Pengenalan pada perkembangan awal larva ikan brek ‘yang meliputi perkembangan morfologis, ketersediaan ‘umber energi dalam tubuh (endogenous energy) hingga perkembangan organ untuk mendapatian sumber energi dari luar (exogenous energy) sangat {perlukan untuk menentakan upaya pemeliharaan, Berbagai informasi penting yang menunjang usaha pengelolaan perairan unnom dan budidaya terus dikumpulkan dan ditelzah oleh para peneliti, seperti aspek bioekologi (Setjanto ef al, 1987), Bioekolog dan kebiasaan makan, biologi reproduksi (Khomtiyati, 2004; Setiawan, 2005; Sobari, 2005) serta variasi ‘energi reproduksi (Supriono, 2004). Akan terpi, informasi penelitian mengenai aspek stadia awal daur hidup seperti pola penyerapan kcuning telur, ketersediaan sumber energi dalam tubuh larva, dan pemanfaatan hingga perkembangan organogenesis tmasih sangat terbatas. Informasi tersebut sangat ppenting dalam menentukan upaya keberhasilan pemeliharaannya lebih lanju Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola penyerapan kuning telur dan waktu terjadinya kelengkapan organ pada stadia awal kehidupan larva, Informasi ini merupakan salah satu data dasar yang penting untuk diketahui sebagai pedoman dalam ‘kegiatan pembenihannya METODE, Persiapan ‘Penelitian dilakukan di Laboratoriam Umum Program Safjana Perikanan dan Kelautan (PSPK) Unsoed. Penelitian ini diawali dengan mempersiapkan ikan uji yang diperolch dari salah seorang penangkap ikan di daeraht Sungai Cikawung Desa Cambe Asem, Kecamotan Karang Pucung, Cilacap, Jawa Tengah tken yang —diperoleh dikumpulkan pada suatu wadah dan ditransportasikan ke laboratorium dalam keadaan hidyp. kan uji Kemudian diseleksi dengan mempertimbangkan tingkat kematangan gonadnya atau kesiapan untuk ‘memijah berdasarkan ciri sekunder. Induk ikan Brek hail seleksi tersebut diadaptasikan secara terpiseh antara jantan dan betina selama 1-2 hari pada wadah tanki fiber berbentuk rectangular lengkap dengan serasi, Setelah masa adaptasi selesai, untuk mendapetkan telur yang seragam induk ‘tersebut dipijabkan secara arifisial dengan hormon Ovaprim (Syndell, Canada) dosis 0.5 mL/Kg bobot induk. Embrio yang dihasilkan diinkubasi dalam akuarium lengkap dengan aerasi hingoa menetas. _ Waktu pertama Kali larva ikan brek menetas) dijadikan sebagai waktu t=0. Pengamatan Larva Parameter yang diukur pada larva meliputi volume dan penyustitan kuning telur dan pertambahan Panjang (panjang total larva). Hal ini dilakukan setiap hari hingga Kuning telur habis. Sampel larva yang diukur sebenyak 20 ekor yang diambil secara acek setiap hari, Fenghitungan volume dan penyusutan runing telur tersebut dilakukan berdasarkan metode Hemming dan Buddington (1988), dengan mengokur sumbu panjeng terpanjang kuning telur, dan sumbu pendek terlebar kuning telur larva, Rumus yang dligunakan adalah sebagai berikut : a. Volume Kuning Telur Larva (Hemming dan Buddington,1988) V= 0.1667 LH? ‘Keterangan [= Sumbu panjang terpanjang laning telur H. = Sumbu pendek terlebar kuning telur b. Penyusutan Volume Kuning Telur (Hemming dan Buddington,1988) Ya-Ve Pennyusutan = ~"—*® x 100% Vo Keterangan : Vo= Volume kuning tlur hari ke-0 (em?) ‘Vn = Volume kuning telur hari ke-n (cam Panjang total larva divkur dari ujung mulut hingga jung ekor. Pengamatan perkembangan morfologi larva dilakukan setiap jam, Pengamatan perkembangan morfologi dan pengukuran volume ‘kuning telur serta panjang total larva ikan brek dilakukan di bawah mikroskop binokuler “Olympus optical CH20B1MF200 dan mikrometer okuler model UYCP-I2 (4-0.01mm) dan mikrometer objektif “Erma” (40.01mm). Haasil pengukuran kemudian dikonversi ke dalam satuan milimeter dengan mengkalibrasi pembesaran mikroskop tersebut dengan mikrometer objektif. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan cembrio disajikan dalam bentok tabel atau grafik serta HASIL DAN PEMBAHASAN Larva Ikan Brek dan Laju Penyerapan Kuning Telur Larva ikan brek yang baru menetas tampak transparan dan mempunyai kuning telur dengan rata~ ata mencapai volume 1.1195 mm seria memiliki ppanjang total rata-rata yaitu 4.29 mm40.14. Aktifitas larva ikan brek cenderung lebih banyak berlangsung hidup di dasar dengan kemampuan daya renang yang relatif rendah. Volume kuning telur larva ikan brek secara ‘umum semakin menurup seiring dengan periambahan ‘waktu, — perkembangin organogenesis dan pertambahan panjang. Laju penyerapan kuning telur larva ikan brek reletif lebih cepat pada awal penyerapan sampai dengen umur 3 hari, kemudian penyerapan mulai melambat sampai kuning telur habis. Laju penyerapan kuning telur relatifcepat dari hari ke-2 hingga hari ke-3 hingea mencapai 54%, Pada saotlaju penyerapan kuning teler yang besar ini proses organogenesis dan penyempumaannya mul ferlihet, Namun demikian, kuning telur larva mas tersisa sebesar 24.07% (Gambar 1). Dengan demikian peningkatan penyerapan kuning telur ini diduge berkaitan dengan mulai terjadinya perkembangan ‘organogenesis. Laju penyerapan kuning telur yang cepat ini erat _keitannya dengan pertumbuhan larva, pemelibaraan kondisi tubuh dan pembentukan organ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuning telur Jarva ikan brek habis terserep pada omur 7 hari, Sebelum kuning telur habis terserap semua organ (bintik mata, pigmentasi tubuh, anus sirip dada, ang, ekor dan bukaan mult) telah terbentuk pada Pola Penyerapan Kuning Telur-.. (7.B. Pramono dan Sri Maman) 3 hari ke-3. Hal ini berarti tidak ada kesenjangan antara endogenous feeding dengan exogenous feeding. Sedangkan adanya perbedaan lama waktu habisnya penyerapan kuning telur disebabkan Karena adanya engardh lingkungan Doi and Singharaiwan, 1993) seperti suhu (Kamler, 1989;Effendic, 2002), 'cahaya (Ekau 2002), oksigen tetlarut CLagler, 1977; kau, 2002) Laju Penyerapan Kuning Telur (24) ‘Gambor 1 Lsjo Ponyerspua Kuning Tetur Lar kan Brok Secara alami, masa inkubasi_embrio tergantung pada suhu media. Chen ef af, (1977) di Singapura melaporkan bahwa penggunaan suhu ‘inkubasi 29-30°C relatif menupercepat masa inkubasi ‘embrio dan penyerapan kuning telur ikan Kkerapo Tumpur, Hal senada juga disampaikan Melianawati et » (2003) yang memperoleh bebérapa tt suhu yang mash menunjang perkembangan embrio dan penyerapan kuning telur yaitu (24-31°C). Contoh lain adalah pada ikan Napoleon yang diinkubasi pada sum. 291°C dan salinitas 33-35 ppt, lajupenyerapan ‘kuning telunya sebesar 94,65% dalam wakts 40 jam, Panjang total larva ikan brek tetlihat somakin ‘meningkat seiring dengan pertamlahan mur (hari). Pada saat kuning telur telah terserap habis, panjang total larva mencapai 6.52 mm £0.31. Kohno ef af (1986) melaporkan bahwa capataya pertambahen paniang larva pada fase awal terganfung kepada ecepatan peryerapan kuning telur. Proses ppertambahan panjang total larva ikan Brek dari hari ke hari juga memanfeatkan kuning telur sebagai sumber energi (Tabel 1. ‘abel |. Perumbohan Panjang Total Larva Ikan Brsk Selam Petnlartan We ar ‘Pujang THALESD Gam (asi T T Tas z z sata 3 3 saa z 7 SoRDIE z z eras z = ik 7, 7 eR % ¥ CSET Pade peneitian ini, secara umum koining telar_merupakan suber energi utamna bags larva sebeluin memperoleh makanan dari luar guna proses perkembangan dan pertumbuhannya. Energ; yang berasal dani kuning telur digunakan pertama Kali untuk proses perkembangannya. Apabilamasin, terdapat sis energi kemudian digunakan untuk pertumbuhan larva lebih Janjut, sedangkan bila energi dari Kuning telur telah habis, larva ikan akan memanfsatkan energi dari fuar (exogenous energy) yaitu berupa paken, Perkembangan Organogenesis Larva ‘Sclama proses pemelitiaraan, larva ikan brok Jjuga_mengalami perkembangan dan pertambahan ‘patjang (Tabel 1), Proses perkembangan yang terjadi pada larva than brek yang dipetihara dalam kondsi soba laboratorium —(26-29°C) —berikut waktu pembentukannya masing-masing, diantaranya adalah terbentuknya kelopak mata (29 jam, $3 menit) bint ‘mata (31 jam, 1 meni) pigmentasi dan anus (33 jam. 17 menit},sitip dada dan insang (34 jam, 28 menit) dan bukeaan mutut (35 jam, 21 monit).” Selama proses perkembangan organogencsis, larva ikan brek ‘memanfaatkan kuning ielur sebagai sumber energi. Hal scrupa juga tetjadi pada larva ikan bandeng, kerapa bebek, betutn (Swanson, 1996; Usnian, 2003: Pramono, 2004) dan jenisjenis kan lainya, ‘Namuun tampak bahwa proses perkembangan organogenesis larva ikan brek relatif cukup. cepat. ‘Perkembangan orgenogenesis ikan brek yang cepa ini iharapkan dapat memberikan suatu derajathingleat kkelangsunigan hidup larva ikan yang lebih tinggi, Hal inj dibuktikan oleh Mamani dan Astuti (2005) yang ‘memperoleh tingkat kelangsungan hidup larva ‘ikan brek sebesar 54.56% yang dipelihara delam aleuariun dengan kondisilaboratorium (26-2900). Pada larva kan betutu, untuk penyempumaan organ-orpan yang penting pada fase itis masing-mnasing seperti bintk mata, gelembung renang dan pigmentasi tubuh yang juga dipelihara dalam Kondisi_ sui laboratorium (26-29°C) adalah berturattnrut 32.5 jam, 34,5 jam dan $3. jam @ramono, 2004), Hal ini berarti —baiwa perkembangan organogenesis yang terjadi pada setiap Jenisispesies than berbeda satu sama lainnya wala ‘ipelihara dalam kondisi_ yang sama, Nartun demikion, Effendie (2004) menyatakan bahwa perkembangan larva seielah menelas umurnya lebih, bersifat penyemparnaan dari fase embriomenuju bentuk yang definitif, Penyempurnaan tersebut ‘meropakan upaya untuk meningkatkan kelangsungan ‘Rip larva itu sondiri, Ikan Brek dan ikan Betuta merepakan jenis ikan yang berasal dari perairan unum, Sebaran ikan Brek i wilayah Banyumas lebih banyak berada di sungai, sedangkan ikan betutu di daerah danau. Narmin bila ditinjau dari upaya domestikasi, ikan betutu Iebih dahulu dilakukan walaupun tingkat elangsungan hhidupnya masih sangat rendah (11.67%) (Pramono, 2004) Informasi ajo penyerapan Kuning telur dan perkembangan organogenesis tersebut dapat djadikan sebagai pedoman dalam pemolitaraan dan strategi KESIMPULAN Aldifitas penyerapan_kuning telur (er dengan cepat hingga pada hari ke-3 seiring dengan perkembangan organogenesis. Proses perkembangan Tarva ikan brek yang terjadi antaa lain meliputi proses terbentuknya Kelopak mata yang terjadi lebih awal ari organ fainnya seperti, bintk mata, pigmentasi dan ans, sirip dada dan josang dan bukaan molut yang momerlukan — waktu —cukup ama untuk. pembentukkannya yakni 35 jam 21 meni DAFTAR PUSTAKA. (Chen, FY, M. Chow, EM Chap and R. Lim. 1977. Anifciat ‘Spawning and Larval Rearing of The. ‘Grouper (Epinephels xia) i Singapore. Pr. Indigenous 5 (1): 2h Doi, M, and TSingshagraiwan. 1993, Biology and Culur of The Red Stappet (Lagjomus argentimaculats). The Ressarch Project of Fishery Resoutee Development in ‘The Kingdom of Tsiland 31 p. Unpublished. Effendis, i," 2004. Pexgantar Akuohulur.Peverbit Penebar Swadaya. Bogo Indonesia. 187 al lend, MT 2002." Biolog Perikanan. Penetbit Yayesan Pasaka Nasaama Yogyakarta Indonesia. 159 ha kaa, PW. 2002. ary Life Visory. Handout Series Course On ‘The Sea and Ite Resources enderal”Soedinnan University, Faculty of Biology. Purwokero. Gisbert, and Willice 1997. Lagval Behaviour and Effect of ‘The Timing of fnial Feeding On Growth and Survival of Siperian ‘Sturgeon (eipnser baer?) Under Small Seale Hatchery Productions. dquaculmre 186 63-76, Hamming, TA, and RK. Boddington. 1588, Yolk Absorption in Embsionic and Larvae Fishes, p= 407-445 Jn W.S. Hoar and Randall (E43) Fish Plppology. Vol. XL Academic Press. New York, 178-253 p. Lager, KE, JE. Banach, RR. Miller and D.RM Pessina. 1977 and Sons Ine. New York, 29. Ye. Mamani S: dan AD. Asta. 2008. Pemelinaraa Lar ean Bree Pada Kondisi Leborsorium. — Laporan Penelitan Program Sajna Peskaaan dan Kelaun Tidak <épublikasean.| anler, E1989. Early Life History of Fish. An Energetic ‘Approach, Chapman & Hal. Vondon. 267 Khotimiyal, A. 2008. Aspek Biolog! Reprodusi than Brck (Punius orphosdes) di Sungai Klawing, Kabupsion Purbainggs, Sorpsi. Program Sarina Perikman dan Kelautan UNSORD, Purwakero. Tidak Dipublkasken, ‘Kohno, H, S. Hara dan Y. Taki. (986. Early Development of The ‘Sea Bass (Lates calcarer) With Empbesis On The Transition of Energy. Bulleam Jepanese Society Stems ‘igh 2 (10) 173961725 jana, RD. Kucharezyt, A, Msincare. 1999. A Model System For Keeping Spowners of Wild and’ Domestic. Fish Before Artificial Spawning. Aquaculnral Engineering 20:85:89, Pramono, TB. 2004. Pengsruh Pemberin Hormon Triodosivonin| Terhadap Perketangin Organogenesis Larva. Tkan Betutu"(Oneleoire marmorata, Bik). Makaiah ‘Seminar Nasional Perikanan dan Kelauan i Universitas PaneeSoiti Tegal. Indonesia. Setiawan #2005. Aspek Biolog! Reprodust Ikan Bek (Puntus ‘nphotdes) Di Sungai Logava Kabupaten Banyames. Sbrpsi. Program Sajana Pesanan dan Kelautan UNSOED. Tidak Dipoblikaskan, Seto, 1997. Stuktur dan Fungsi Komunitas kan Sebogst ‘Bioindikwor Degradas\ Linghungan Perrin Lapora Penelitan. Fakutas Bjlogi UNSOED. Purwokrto, ‘Tidak Dipubtikaikan. Sebari, H. 2005." Beberapa Stategi Reproduktif Ikan Wier {(Outoochus hase) sn Ikan Brek (Pum arphoides) sina Di Sungai Pclus Kabupaton Banyums, Shp. Progam Sayama Perianan din Kelautan UNSOED. ‘Tidak Dipubikasian, Supiono. 2004. "aris! Energi Untuk Perkembangan Gonad Jantan’ din Bates Bean Brck (Punts orpholds) ‘Sips. Program Satjana Perikanan dan Kelautan UNSOED. Tidak Dipubtiasian Swanson, C. 1986. Eaiy Development of Milk Fish : Efect of Salinity Embrionie and Larval Metabolism, Yolk Aberin tnd Gow ura of Fk ily 48 40521 Usman, BCR Saad, R. Affandi, MS, Kamerun dan AR. ‘limon. 2003. Perkembangan Larva kan Kerapa Bebe (Cromiapies alive) SelamaProses Penyerapan ‘Kunin Telue, Jared eodog (1): 35-59

You might also like