You are on page 1of 12

EduChemia Vol.3, No.

1, 2018
(Jurnal Kimia dan Pendidikan) e-ISSN 2502-4787

PENGOLAHAN LIMBAH ZAT WARNA TEKSTIL


TERDISPERSI DENGAN METODE
ELEKTROFLOTASI
Haryono, Muhammad Faizal D., Christi Liamita N., Atiek Rostika

Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran,
Jl. Raya Bandung-Sumedang Km.21 Jatinangor

*E-mail: haryono@unpad.ac.id

Diterima: 12 Desember 2017. Disetujui: 17 Januari 2018. Dipublikasikan: 30 Januari 2018

Abstract: Wastewater textile industry has the potential to pollute the environment. Most of
the material in textile wastewater is dyes, especially synthetic dye. Synthetic dye is a
complex pollutant and high color intensity. The existence of textile waste waters can
interfere with the penetration of sunlight so that the life of the organism in waters will be
disrupted. One of the textile wastewater treatment techniques is electro floatation. Electro
floatation is the process of separation of pollutants in liquids by floating of substances or
particles dispersed in the water to the surface through the formation of bubbles of oxygen gas
and hydrogen on the electrode. Electro floatation process is determined by several factors,
including voltage and contact time. In this study, the textile wastewater is treated by electro
floatation on the voltage variations 6 and 12 V, and the contact time variations 30, 40, 50, 60
minutes. COD and color of textile wastewater was measured first. Then COD and colour of
textile wastewater was measured again to determine how much effect of electro floatation in
the removing pollutants. The best results of electroflotation process with COD of 122.4 mg/L
(as %removal of pollutant is 88.9%) and color grade of 100 mg/L Pt-Co (as %removal of
pollutant is 93.3%) obtained when a voltage was 12 V and a contact time was 60 minutes.
This shows that greater voltage and longer time of electro floatation, will decreased COD and
color.
Keywords: chemical oxygen demand; color grade; electro floatation; disperse dyes

Abstrak: Limbah yang dihasilkan industri tekstil sangat berpotensi mencemari lingkungan.
Sebagian besar bahan yang terdapat dalam limbah tekstil adalah zat warna, terutama zat
warna sintetik. Zat warna sintetik tersebut merupakan bahan pencemar yang sangat kompleks
dan intensitas warnanya tinggi. Keberadaan limbah tekstil dalam perairan dapat mengganggu
penetrasi sinar matahari sehingga kehidupan organisme dalam perairan akan terganggu.
Salah satu metode pengolahan limbah tekstil yaitu dengan cara elektroflotasi. Elektroflotasi
adalah proses pemisahan polutan pada cairan dengan cara mengapungkan zat atau partikel
yang terdispersi di dalam air ke permukaan melalui pembentukan gelembung gas oksigen

94
95 EduChemia,Vol.3, No.1, 2018 Haryono, dkk.

dan hidrogen pada elektrode. Proses elektroflotasi dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya tegangan dan waktu kontak. Pada penelitian ini air limbah tekstil diolah dengan
elektroflotasi pada variasi tegangan 6 dan 12 V, dan waktu kontak selama 30, 40, 50, 60
menit. Air limbah tekstil terlebih dahulu diukur nilai COD dan warna awal. Sampel hasil
elektroflotasi kembali diuji nilai COD dan warna untuk mengetahui seberapa besar efek
elektroflotasi terhadap penghilangan polutan dalam sampel. Hasil elektroflotasi terbaik
dengan nilai COD 122,4 mg/L (sebagai %pemisahan polutan adalah 88,9%) dan tingkat
warna 100 mg/L Pt-Co (sebagai %pemisahan polutan adalah 93.3%) diperoleh ketika
digunakan tegangan 12 V dan waktu kontak 60 menit. Hal ini menunjukan semakin besar
tegangan dan semakin lama waktu elektroflotasi, penurunan nilai COD dan warna semakin
besar.
Kata kunci: COD; tingkat warna; elektroflotasi; pewarna terdispersi

PENDAHULUAN dikelola akan berdampak buruk terhadap


perairan, khususnya sumber daya air
Jawa Barat, khususnya Kabupaten
(Priya et al., 2011). Salah satu jenis
Bandung merupakan sentra industri
limbah cair yang relatif banyak dijumpai
tekstil. Jumlah industri tekstil di Jawa
adalah limbah tekstil. Limbah tekstil yang
Barat menunjukkan peningkatan dari 839
dihasilkan industri pencelupan sangat
menjadi 1.062 pabrik selama kurun waktu
berpotensi mencemari lingkungan. Hal ini
tahun 2011-2014, dengan rata-rata
disebabkan air limbah tekstil tersebut
pertumbuhan jumlah industri tekstil
mengandung bahan-bahan pencemar yang
sekitar 8,21%/tahun (BPS, 2017). Pada
sangat kompleks dan intensitas warnanya
proses pengolahan di industri tekstil
tinggi. Komponen utama yang
tersebut selalu dihasilkan limbah,
berkontribusi pada rendahnya kualitas air
terutama berupa limbah cair (air limbah).
limbah dari industri tekstil adalah
Sebelum dibuang ke lingkungan perairan,
keberadaan bahan pewarna yang tersedia
air limbah harus diolah sehingga sesuai
dalam berbagai jenis senyawa kimia
dengan baku mutu yang dipersyaratkan
dengan konsentrasi bervariasi. Beberapa
dapat dibuang ke lingkungan agar tidak
tipe bahan pewarna merupakan racun dan
menimbulkan pencemaran.
berdampak secara karsinogenik dan
Pencemaran oleh limbah cair yang
mutagenik terhadap kehidupan perairan
berasal dari industri merupakan
dan manusia (Couto, 2009).
permasalahan lingkungan yang dominan.
Limbah cair yang tidak diolah dan

e-ISSN 2502-4787
Pengolahan Limbah Zat Warna Tekstil Terdispersi 96

Bahan pewarna di industri tekstil Keberadaan limbah tekstil dalam


umumnya merupakan pewarna sintetik. perairan dapat mengganggu penetrasi
Terdapat 2 jenis gugus kunci dalam suatu sinar matahari dan difusi oksigen ke
molekul pewarna sintetik, yaitu kromofor badan perairan. Hal tersebut berdampak
dan auksokrom. Kromofor berperan pada terganggunya proses kehidupan
untuk menghasilkan warna, sedangkan organisme perairan, dan sekaligus dapat
keberadaan auksokrom memberi sifat mengancam kelestarian ekosistem akuatik
terhadap molekul perwarna mampu larut (Belkacem et al., 2007).
dalam air dan meningkatkan afinitas Salah satu metode pengolahan air
molekul pewarna terhadap serat pada limbah, termasuk limbah tekstil, yang
kain. Gugus kromofor yang penting yaitu dapat diterapkan adalah metode
gugus azo (–N=N–), vinil (–C=C–), nitro elektroflotasi (Parkin et al., 2003).
(–NO2), dan karbonil (–C=O). Sedangkan Elektroflotasi merupakan proses
beberapa gugus auksokrom yang penting pemisahan polutan pada cairan dengan
adalah –NH2, –COOH, –SO3H dan – cara mengapungkan zat atau partikel
OH (Zille, 2005). Terdapat sekitar 10 tipe polutan terdispersi di dalam air ke
pewarna sintetik tekstil. Salah satunya permukaan oleh gaya angkat gelembung
adalah pewarna terdispersi. Tipe pewarna gas oksigen dan hidrogen. Gelembung
ini, secara kimia, terklasifikasi dalam gas tersebut terbentuk dari reaksi
kelompok azo, antraquinon, stiril, nitro, elektrolisis terhadap air menurut reaksi
dan benzodifuranon. Penggunaan tipe reduksi dan oksidasi berikut (Yanqing et
pewarna tersebut umumnya untuk al., 2009):
pewarna kain dari bahan kapas, rayon,
(K): 2H2O(l) + 2e- → 2H2(g) + 2OH-(aq)
nilon, dan kulit (Christie, 2007).
(A): H2O(l) → ½O2(g) + 2H+(aq) + 2e-
Nilai Chemical Oxygen Demand
(COD), sebagai salah satu parameter Elektroflotasi memiliki beberapa

mutu air, dari limbah tekstil umumnya keunggulan dibandingkan flotasi

sekitar 150-12000 mg/L (Azbar et al., konvensional, yaitu: gelembung gas yang

2004). Nilai tersebut cenderung melebihi dihasilkan lebih kecil, ukuran gelembung

ambang batas baku mutu limbah cair gas yang dihasilkan dapat dikendalikan,

industri tekstil menurut KepMen LH No. dan probabilitas tumbukan antara

51/MENLH/10/1995 yaitu kadar gelembung dengan partikel polutan lebih

maksimal COD sebesar 150 mg/L. besar (Sarkar, 2012). Kinerja

e-ISSN 2502-4787
97 EduChemia,Vol.3, No.1, 2018 Haryono, dkk.

elektroflotasi dalam pengolahan air tersebut digunakan stainless steel sebagai


limbah dipengaruhi oleh parameter- katode dan grafit sebagai anode, dengan
parameter operasi berupa kuat arus listrik, mempelajari parameter operasi kuat arus,
waktu kontak, jenis elektode, pH, pH, dan waktu kontak. Penurunan COD
koagulan, ukuran gelembung, dan ukuran dan kekeruhan yang diperoleh dari
partikel polutan (Wang et al., 2013, Priya penelitian tersebut sebesar 85 dan 77%.
et al., 2011). Tujuan dari penelitian ini adalah
Metode elektroflotasi telah untuk menentukan kondisi terbaik pada
diterapkan pada pengolahan air limbah proses elektroflotasi air limbah dari
dari industri penyamakan kulit KAS industri tekstil dengan mempelajari
Leathers di Tamil Nadu, India (Priya et pengaruh parameter operasi tegangan
al., 2011). Pada penelitian tersebut listrik dan waktu kontak terhadap
digunakan mild steel sebagai anode dan pengurangan COD dan warna dari limbah
stainless steel sebagai katode, dengan cair olahan.
parameter operasi yang dipelajari berupa
waktu kontak, densitas arus, pH air METODE
limbah, dan kadar koagulan. Hasil Sampling Air Limbah
penelitian menunjukkan terjadi
Air limbah pada penelitian ini
penurunan kadar COD dan TS (total
digunakan limbah cair dari industri
solid) masing-masing sebesar 66% dan
tekstil. Sampel air limbah diambil dari
78%.
sebuah industri tekstil di Soreang,
Belkacem et al. (2007) telah
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Limbah
melakukan elektroflotasi pada
cair tekstil diambil di kolam penampung
pengolahan air limbah tekstil di Aljazair
air limbah akhir yang merupakan tempat
dengan aluminium sebagai elektrode.
pertemuan dan berkumpulnya limbah cair
Setelah proses pengolahan limbah
dari tahapan-tahapan proses di industri
tersebut, COD, kekeruhan, dan warna air
tekstil.
limbah olahan mengalami penurunan
Untuk keperluan melakukan semua
secara berturut-turut sebesar 90,3, 78,7,
tempuhan variasi penelitian, sampel
dan 93%. Elektroflotasi juga pernah
limbah cair tekstil diambil sebanyak
dipelajari sebagai metode pengolahan air
sekitar 25 liter. Sampel dimasukkan ke
limbah industri tekstil di Guangxi, China
dalam derigen dan ditutup atau disegel.
(Wang et al., 2013). Pada penelitian
Setelah dibawa ke laboratorium, sampel

e-ISSN 2502-4787
Pengolahan Limbah Zat Warna Tekstil Terdispersi 98

limbah cair tekstil di dalam derigen (Vb - Vs ) ⋅ N FAS ⋅ 8000


COD = ...(1)
disimpan dalam kondisi tertutup di Vsampel

tempat kering, terlindung dari cahaya


Keterangan:
langsung, dan sirkulasi udara lancar. Vb = volume larutan Fe(NH4)2SO4 titrasi blanko;
Vs = volume larutan Fe(NH4)2SO4 titrasi sampel;
NFAS = normalitas larutan Fe(NH4)2SO4
Analisis Awal Sampel

Sampel air limbah tekstil sebelum Analisis warna: Warna sampel air
diolah dengan metode elektroflotasi limbah dan hasil olahan ditentukan
dianalisis nilai COD dan warnanya dengan Nanocolor Filterfotometer
terlebih dahulu sebagai nilai pembanding (Nanocolor 25). Penentuan warna sampel
atau acuan. didasarkan pada metode pembandingan
Analisis COD: Sebanyak 10 mL air standar warna larutan Platina-Cobalt,
limbah tekstil dimasukkan ke dalam sehingga hasil pengukuran warna diberi
bejana refluks 250 mL, kemudian satuan mg/L Pt-Co (Effendi, 2003).
ditambahkan larutan K2Cr2O7 0,25 N
Tahap Elektroflotasi
sebanyak 10 mL sebagai oksidator.
Selanjutnya ditambahkan 10 mL larutan Air limbah tekstil (sampel) sebanyak

H2SO4 9 M dan 25 mL akuades. 500 mL dimasukkan ke dalam bak

Campuran direfluks selama 2 jam. Hasil elektroflotasi. Pada bak elektroflotasi

refluks kemudian didinginkan sampai terangkai katode alumunium dan anode

suhu ruang. Sebanyak 10 mL larutan hasil stainless steel yang dihubungkan dengan

refluks dititrasi dengan larutan sumber energi listrik (catu daya) arus

Fe(NH4)2SO4 0,25 N menggunakan searah melalui kawat konduktor.

indikator feroin sampai terjadi perubahan Rangkaian sel elektoflotasi ditampilkan

warna dari biru kehijauan menjadi coklat pada Gambar 1.

kemerahan. Perlakuan yang sama Pada tahap elektroflotasi ini

diulangi terhadap blanko (akuades). dipelajari pengaruh tegangan listrik dan

Setelah dicapai titik ekivalen, nilai COD waktu kontak elektroflotasi terhadap

sampel dihitung dengan persamaan 1 persen penurunan nilai COD dan warna

(Franson, 1992). air olahan. Tegangan listrik dipelajari


pada variasi 6 dan 12 V. Sedangkan
waktu kontak divariasikan selama 30, 40,
50, dan 60 menit.

e-ISSN 2502-4787
99 EduChemia,Vol.3, No.1, 2018 Haryono, dkk.

(N P, awal - N P, akhir )
%Pemisahan = ⋅ 100% ...(2)
N P, awal

Keterangan:
NP,awal = nilai parameter (COD atau warna)
sebelum elektroflotasi
NP,akhir = nilai parameter (COD atau warna) setelah
elektroflotasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis COD dan Warna Air Limbah

Keterangan: Air limbah dari suatu industri tekstil


1. Catu daya DC 5. Anode di daerah Soreang, Kabupaten Bandung,
2. Voltmeter 6. Katode
3. Kawat konduktor 7. Air limbah Jawa Barat secara penampilan terlihat
4. Bak
berwarna hitam pekat (Gambar 2).
Gambar 1. Rangkaian alat elektroflotasi
Analisis nilai COD, warna, dan pH
terhadap air limbah tersebut diperoleh
Sampling dan Analisis Air Hasil
Elektroflotasi hasil secara berturut-turut sebesar 1100
mg/L, 1500 mg/L Pt-Co, dan 8,8.
Pada akhir proses elektroflotasi dari
Berdasarkan nilai COD, air limbah
setiap variasi kondisi operasi yang
dari industri tekstil tersebut memiliki
dipelajari, sampel air hasil olahan diambil
COD relatif jauh di atas batas maksimum
sejumlah tertentu (sesuai kebutuhan
baku mutu yang disyaratkan oleh
setiap jenis analisis parameter kualitas
KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995,
air) di 3 titik sampling, yaitu di 1/3
yaitu tidak boleh lebih dari 150 mg/L
bagian atas, bagian tengah, dan 2/3
jika ingin dibuang ke lingkungan.
bagian bak elektroflotasi. Ketiga sampel
Parameter COD mewakili konsentrasi
tersebut masing-masing dianalisis nilai
senyawa-senyawa organik yang terdapat
COD dan warnanya, dan dilaporkan
dalam air atau perairan. Keberadaan
sebagai satu nilai COD dan warna rata-
senyawa-senyawa organik di dalam air
rata. Kemudian hasil analisis tersebut
atau air limbah umumnya cenderung
dibandingkan dengan nilai COD dan
berkontribusi terhadap turunnya tingkat
warna air limbah awal untuk dihitung
keamanan dan kesehatan dari air atau air
persen pemisahan polutan berdasarkan
limbah tersebut. Hal ini merupakan
kedua jenis parameter mutu air tersebut
dampak dari sifat-sifat kimia dan atau
dengan Persamaan (2).

e-ISSN 2502-4787
Pengolahan Limbah Zat Warna Tekstil Terdispersi 100

fisik senyawa organik tersebut yang Elektroflotasi Air Limbah Tekstil


berbahaya bagi proses kehidupan dari Elektroflotasi diselenggarakan
makluk hidup yang berkontak atau terhadap 500 mL air limbah tekstil
mengkonsumsinya (Parkin et al., 2003). dengan anode stainless steel dan katode
Sedangkan parameter warna, dalam aluminium. Kondisi operasi elektroflotasi
penerapannya pada polutan bahan divariasikan pada waktu kontak selama
pewarna, merepresentasikan keberadaan 30, 40, 50, dan 60 menit dengan tegangan
senyawa-senyawa bahan pewarna dalam listrik 6 dan 12 volt, untuk dipelajari
air limbah secara penampilan fisik. pengaruhnya terhadap tingkat penurunan
nilai COD dan warna dari air olahan.

Pengaruh waktu kontak dan tegangan


listrik terhadap nilai COD dan warna

Hubungan antara pengaruh waktu


kontak pada berbagai variasi tegangan
listrik pada proses elektroflotasi terhadap
Gambar 2. Penampilan fisik air limbah tekstil
awal (sebelum elektroflotasi) nilai COD dan warna air hasil olahan
ditampilkan pada Gambar 3.

(a) (b)

Gambar 3. Pengaruh waktu kontak pada tegangan listrik 6 dan 12 V terhadap: (a) nilai COD dan (b) tingkat
warna dari air hasil olahan (nilai COD awal = 1100 mg/L, warna awal = 1500 mg/L Pt-Co)

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, hasil olahan semakin turun secara


nampak bahwa semakin lama waktu konsisten pada semua variasi tegangan
elektroflotasi, nilai COD dan warna air listrik yang digunakan untuk

e-ISSN 2502-4787
101 EduChemia,Vol.3, No.1, 2018 Haryono, dkk.

mengelektrolisis air menjadi gas O2 dan untuk memisahkan senyawa-senyawa


H2. Penurunan nilai COD dan warna organik dari bahan pewarna sampai pada
tersebut menunjukkan bahwa proses tingkat tertentu sesuai dengan rentang
elektroflotasi telah berhasil diterapkan kondisi operasi yang dilakukan.
Penurunan nilai COD dan warna hambatan diasumsikan konstan, nilainya
secara konsisten seiring dengan semakin berbanding lurus secara linier terhadap
lama dan tingginya tegangan listrik pada tegangan listrik, sesuai persamaan dari
elektroflotasi, secara teoritis disebabkan Hukum Ohm (V = I R).
oleh semakin banyaknya pembentukan Penurunan nilai COD dan warna air
molekul gas O2 dan H2 dari reaksi olahan paling besar dari hasil
elektrolisis terhadap air sesuai reaksi elektroflotasi terhadap air limbah
reduksi-oksidasi berikut: industri tekstil pada penelitian ini dicapai
ketika elektroflotasi dilakukan pada
(K): 2H2O(l) + 2e- → 2H2(g) + 2OH-(aq)
(A): H2O(l) → ½O2(g) + 2H+(aq) + 2e- tegangan listrik sebesar 12 V.
Elektroflotasi pada tegangan listrik
Hubungan kuantitatif antara waktu
tersebut mampu menurunkan nilai COD
dan tegangan (kuat arus) listrik terhadap
air limbah dari 1100 menjadi 255,6
jumlah spesi kimia pada reaksi redoks
mg/L, dan tingkat warna dari 1500
(Chang, 2010) ditampilkan pada
menjadi 350 mg/L Pt-Co ketika
persamaan (3).
elektroflotasi dilakukan selama 30 menit.
ei ⋅ I ⋅ t Sedangkan pada tegangan listrik 6 V
w= ...(3)
F
dalam waktu elektroflotasi yang sama,
Persamaan (3) tersebut menyatakan, nilai COD dan tingkat warna secara
pada kuat arus listrik tertentu, yang berturut-turut hanya turun menjadi 692
nilainya sebanding dengan tegangan mg/L dan 1000 mg/L Pt-Co. Nilai COD
listrik, jumlah (berat) gas O2 dan H2 akan semakin kecil, menunjukkan konsentrasi
semakin meningkat seiring dengan bahan organik dalam air sampel semakin
diperlamanya pelaksanaan reaksi redoks. sedikit. Dan nilai mg/L Pt-Co semakin
Demikian pula jika ditinjau pada lama kecil, berarti warna air sampel semakin
reaksi redoks tertentu, gas O2 dan H2 jernih. Pada penelitian ini, penurunan
yang dihasilkan akan semakin banyak nilai COD dan warna terbesar dicapai di
dengan ditingkatkannya kuat arus listrik. tegangan listrik 12 V pada lama
Sedangkan kuat arus listrik, dengan elektroflotasi 60 menit, dengan nilai

e-ISSN 2502-4787
Pengolahan Limbah Zat Warna Tekstil Terdispersi 102

COD dan warna air hasil olahan masing- Kinerja elektroflotasi


masing sebesar 122,4 mg/L dan 100 Kinerja metode-metode pemisahan,
mg/L Pt-Co. Sedangkan pada lama termasuk elektroflotasi, umumnya
elektroflotasi 50 menit di tegangan listrik dinyatakan sebagai persen penyingkiran
tersebut, nilai COD air hasil olahan terhadap polutan dari air yang diolah.
sebesar 162 mg/L. Berdasarkan Jenis polutan di dalam air limbah
ketentuan KepMen LH No. industri tekstil pada penelitian ini berupa
51/MENLH/10/1995, mensyaratkan molekul-molekul dari bahan pewarna
bahwa air limbah dari industri tekstil sintetik terdispersi yang diwakili dengan
sebelum dibuang ke lingkungan harus parameter COD dan tingkat warna.
memiliki nilai COD tidak lebih dari Hubungan antara lama elektroflotasi
(maksimal) 150 mg/L. Oleh karena itu, dengan persen penyingkiran, didasarkan
kondisi operasi elektroflotasi terbaik pada nilai COD dan tingkat warna, pada
dicapai pada tegangan listrik 12 V dan tegangan listrik 12 V ditampilkan pada
waktu kontak selama 60 menit dengan Gambar 5.
nilai COD air hasil olahan sebesar 122,4
mg/L dan tingkat warna 100 mg/L Pt-
Co. Perbandingan penampilan fisik
antara air limbah tekstil awal (sebelum
elektroflotasi) dan air hasil olahan
dengan mutu sesuai baku mutu air
limbah buangan industri tekstil menurut
KepMen LH No. 51/MENLH/10/1995
ditampilkan pada Gambar 4.
Gambar 5. Hubungan antara waktu kontak
dengan %pemisahan polutan didasarkan pada
tingkat warna dan COD (pada tegangan 12 V)

Gambar 5 menunjukkan bahwa


dengan memperlama waktu kontak pada
elektroflotasi, semakin banyak polutan
yang berhasil dipisahkan atau
(a) (b) disingkirkan dari air limbah. Pada
Gambar 4. Penampilan fisik: (a) air limbah kondisi terbaik (tegangan listrik 12 V
tekstil awal, (b) air olahan setelah elektroflotasi
dan waktu kontak 60 jam), elektroflotasi

e-ISSN 2502-4787
103 EduChemia,Vol.3, No.1, 2018 Haryono, dkk.

mampu menyingkirkan bahan pewarna dapat dipisahkan secara signifikan ketika


sintetik terdispersi dan atau jenis partikel elektroflotasi dilakukan selama 50 dan
lainnya sebagai polutan dari air limbah 60 menit. Oleh karena itu, dari waktu
tekstil sebesar 88,9% (berdasarkan nilai kontak selama 40 menit menuju ke
COD) dan 93,3% (berdasarkan tingkat waktu kontak selama 50 dan kemudian
warna). Sesuai Gambar 5, pada 60 menit, persen penyingkiran
elektroflotasi selama 30 menit, berdasarkan tingkat warna terjadi secara
%pemisahan polutan sebagai COD dan eksponensial.
tingkat warna relatif sama. Namun mulai
pada lama elektroflotasi 40 menit sampai KESIMPULAN
60 menit, terdapat perbedaan Metode elektroflotasi telah berhasil
%pemisahan polutan yang relatif menurunkan nilai COD air limbah
signifikan antara kedua dasar parameter pewarna terdispersi tekstil pada kapasitas
tersebut. Persen pemisahan polutan pengolahan 500 mL dari 1100 mg/L
berdasarkan tingkat warna bernilai lebih menjadi 122,4 mg/L (atau dengan kinerja
tinggi daripada berdasarkan COD. penyingkiran 88,9%) dengan tegangan
Perbedaan tersebut disebabkan oleh listrik 12 V selama 60 menit (kondisi
berbedanya jenis polutan yang diwakili terbaik). Sedangkan pada kondisi
masing-masing parameter mutu air tersebut, tingkat warna air limbah tekstil
tersebut. Parameter warna mewakili dapat diturunkan dari 1500 mg/L Pt-Co
lebih banyak jenis polutan. Semua jenis menjadi 100 mg/L Pt-Co (atau dengan
polutan dalam air (organik atau kinerja penyingkiran 93,3%).
anorganik, terlarut atau terdispersi, dan Air hasil olahan dari proses
berfase apapun), selama berkontribusi elektroflotasi terhadap air limbah tekstil
terhadap timbulnya warna, akan terukur. (pewarna terdispersi) telah memenuhi
Hal tersebut menunjukkan bahwa baku mutu menurut KepMen LH No.
elektroflotasi, selain mampu 51/MENLH/10/1995 berdasarkan
memisahkan polutan bahan pewarna parameter COD (maksimal 150 mg/L).
terdispersi berupa senyawa organik, Oleh karena itu metode elektroflotasi
mampu pula memisahkan jenis-jenis dapat diterapkan untuk mengolah limbah
polutan lainnya. Sesuai hasil penelitian, pewarna tekstil terdispersi.
polutan-polutan penyebab warna tersebut

e-ISSN 2502-4787
Pengolahan Limbah Zat Warna Tekstil Terdispersi 104

DAFTAR RUJUKAN

Azbar, N., Yonar, T., Kestioglu 2004, and Wastewater, 18th edition,
Comparison of Various Advanced American Public Health Association,
Oxidation Processes and Chemical Washington, D.C., USA.
Treatment Methods for COD and Parkin, G.F., Sawyer, C.N., McCarty¸
Colour Removal from Polyester and P.L. 2003, Chemistry for
Acetate Fiber Dying Effluent, Environtmental Engineering and
Chemosphere, Vol. 55, hh. 81-86. Science, 5th edition, McGraw-Hill
Belkacem, M., Khodir, M., Sekki, A. Companies, Inc., New York, USA.
2007, Treatment Characteristics of Priya, P.G., Ramamurthi, V., Prabhu, A.
textile wastewater and removal of 2011, Degradation Studies of
Heavy Metal Using the Tannery Effluents using Electro
Electroflotation Technique, Flotation Technique, Chemical
Desalination, Vol. 228, hh. 245–254. Engineering Department, Anna
BPS (Biro Pusat Statistik) Propinsi Jawa University, Chennai, India.
Barat 2017, www.jabar.bps.go.id, Sarkar, S.K.A. 2012, Electroflotation: Its
diakses tgl. 17 Mei 2017. Aplication to Water Treatment and
Chang, R. 2010, Chemistry, 10th edition, Mineral Processing, Thesis:
McGraw-Hill Companies, Inc., New Chemical Engineering Department,
York, USA. University of Newcastle.
Christie, R.M. 2007, Environmental Wang, C.T., Chou, W.L., Kuo, Y.M.
Aspects of Textile Dyeing, 2013, Removal of COD from Textile
Woodhead, Boca Raton, Cambridge. Wastewater by Electroflotation,
Couto, S.R. 2009, Dye Removal by Journal of Hazardous Materials
Immobilised Fungi, Journal of Vol. 164, hh. 81-86.
Biotechnology Advances Vol. 27, hh. Yanqing, X., Shang, J.Q., Yono, F.W.,
227-235. Gary. G., Coleman, D.P., Sioshansi,
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air M., Sullivan, S. 2009, Electrokinetic
bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Flotation of Process Water from
Lingkungan Perairan, Cetakan ke-5, Paint Booths, Water Qual. Res. J.
Penerbit Kanisius, Yogjakarta. Can Vol. 44, No. 2, hh. 189-200.
Franson, M.A.H. (editor) 1992, Standard Zille, A. 2005, Laccase Reaction for
Methods for Examination of Water Textile Apllication, Disertasi: Textile

e-ISSN 2502-4787
105 EduChemia,Vol.3, No.1, 2018 Haryono, dkk.

Department of Universidade do
Minho.

e-ISSN 2502-4787

You might also like