You are on page 1of 9

ORIGINAL ARTICLE

Intisari Sains Medis 2017, Volume 8, Number 1: 19-23


P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Penatalaksanaan dan edukasi pasien sirosis


hati dengan varises esofagus di RSUP Sanglah
Denpasar
tahun 2014 CrossMark
Published by DiscoverSys
Dita Mutia Fajarini Budhiarta

ABSTRACT

Introduction: Cirrhosis is a chronic liver disease characterized improve treatment outcomes, and is expected to help improve
by fibrosis is reversible, disorganization lobules and vascular the quality of life of patients.
structures, as well as regenerative nodules of hepatocytes. The Case: Patient male, aged 43 years, Muslims, Madurese, came to the
overall incidence of cirrhosis in the United States an estimated clinic and hospital with complaints of weakness since a week
360 per 100, 000 populations. The cause is largely due to before coming, said to the entire body limp. This makes patients
alcoholic liver disease and chronic viral infections. Sarjito reluctant to perform daily activities. Patients also complain of
hospital in Yogyakarta, the number of patients with liver cirrhosis pain in the gut. This pain is often felt after eating and drinking
range in 4.1% of patients admitted to the internal medicine accompanied by nausea and vomiting, so patients are less appetite.
during the period of 1 year in 2004. Etiology of cirrhosis Patients stated that the feeling of pain is also accompanied by a
affects the handling of the disease. Therapy was carried out feeling of fullness in the abdomen. Frequency of urination is
aimed at reducing disease progression, avoid ingredients that increased since the last few months, is said to be more than 4
can add to liver damage, prevention and treatment of times a day to urinate, but once the urinary volume of about ¼
complications. Educating patients and families about the disease cup aqua (240 cc) with a brownish color like tea. The desire to
and the complications that may occur will greatly help defecate patient is said to be normal.

Keywords: hepatic cirrhosis, esophageal varices, hepatitis, hematemesis.


Cite This Article: Budhiarta D.M.F. 2017. Penatalaksanaan dan edukasi pasien sirosis hati dengan varises esofagus di RSUP Sanglah
Denpasar tahun 2014. Intisari Sains Medis 8(1): 19-23. DOI: 10.15562/ism.v8i1.106

ABSTRAK

Pendahuluan: Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang irrEVersible Kasus: Pasien laki-laki, umur 43 tahun, beragama Islam, suku
yang ditandai oleh fibrosis, disorganisasi struktur lobulus dan Madura, datang ke poliklinik rumah sakit dengan keluhan lemas
vaskuler, serta nodul regeneratif dari hepatosit. Keseluruhan insiden sejak seminggu sebelum datang, lemas dikatakan pada seluruh
sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000 penduduk. tubuh. Hal ini membuat pasien enggan melakukan aktifitas
Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik maupun sehari-hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati. Nyeri
infeksi virus kronik. Di RS Sarjito Yogyakarta, jumlah pasien sirosis ini seringkali dirasakan setelah makan dan minum yang disertai
hati berkisar pada 4, 1 % dari pasien yang dirawat di bagian perasaan mual dan muntah sehingga pasien kurang bernafsu
penyakit dalam selama kurun waktu 1 tahun pada 2004. Etiologi makan. Pasien menyatakan bahwa perasaan nyeri juga disertai
sirosis hepatis mempengaruhi penanganan pada penyakit ini. Terapi dengan perasaan penuh pada perut. Frekuensi buang air kecil
yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi progresivitas penyakit, lebih meningkat sejak beberapa bulan terakhir, dikatakan lebih
menghindarkan bahan-bahan yang dapat menambah kerusakan dari 4 kali sehari untuk buang air kecil, namun volume sekali
hati, pencegahan serta penanganan komplikasi. Edukasi kencing sekitar ¼ gelas aqua (240 cc) dengan warna kecoklatan
Program Studi Pendidikan Dokter, terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakit dan komplikasi seperti teh. Keinginan buang air besar pasien dikatakan normal.
Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana
yang mungkin terjadi akan sangat membantu memperbaiki hasil
pengobatan, serta diharapkan dapat membantu memperbaiki
kualitas hidup penderita.

*
Correspondence to: Dita Mutia Kata Kunci: sirosis hepatic, varises esophagus, hepatitis, hematemesis.
Fajarini Budhiarta, Program Studi
Pendidikan Dokter, Fakultas Cite Pasal Ini: Budhiarta D.M.F. 2017. Penatalaksanaan dan edukasi pasien sirosis hati dengan varises esofagus di RSUP Sanglah Denpasar
Kedokteran, Universitas Udayana tahun 2014. Intisari Sains Medis 8(1): 19-23. DOI: 10.15562/ism.v8i1.106
dita.budhiarta@gmail.com

PENDAHULUAN
Diterima: 22 Juni 2016.
ORIGINAL ARTICLE
Disetujui: 15 Agustus 2016. Sirosis adalah penyakit kronis hepar yang struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regener-
Diterbitkan: 10 Januari 2017. irre- versible yang ditandai oleh fibrosis, atif dari hepatosit. Gambaran ini merupakan
disorganisasi hasil

Open access: http://isainsmedis.id/ 19


lebih mudah pecah.
Ketidakseimbangan
antara tekanan aliran
akhir kerusakan hepatoseluler.1,2 Lebih dari 40% darah dengan
pasien sirosis asimtomatik. Pada keadaan ini kemampuan pembuluh
siro- sis ditemukan waktu pemeriksaan rutin darah mengakibat- kan
kesehatan atau pada waktu otopsi.3 pembesaran pembuluh
Sirosis hepatis dapat disebabkan oleh banyak darah (varises).
hal. Penyebabnya antara lain adalah penyakit
infeksi, penyakit keturunan dan metabolik,
obat-obatan dan toksin. Di Negara barat
penyebab terbanyak sirosis hepatis adalah
konsumsi alkohol, sedangkan di Indonesia
terutama disebabkan oleh virus hepa- titis B
maupun C.4
Keseluruhan insiden sirosis di Amerika
diperkirakan 360 per 100.000 penduduk.
Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit
hati alkoholik maupun infeksi virus kronik.
Di Indonesia, data prevalensi sirosis hati belum
ada, hanya laporan-laporan dari beberapa pusat
pendi- dikan. Di RS Sarjito Yogyakarta,
jumlah pasien sirosis hati berkisar pada 4, 1
% dari pasien yang dirawat di bagian penyakit
dalam selama kurun waktu 1 tahun pada
2004.3
Sirosis hati secara klinis dibagi menjadi
sirosis hati kompensata yaitu sirosis hati yang
belum menunjukkan gejala klinis dan sirosis
hati dekompensata yaitu sirosis hati yang
menunjukkan gejala-gejala yang jelas. Stadium
awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang
ditemukan secara tidak sengaja saat pasien
melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau
karena penyakit lain.4
Komplikasi utama dari sirosis meliputi
ascites, spontaneous bacterial peritonitis (SBP),
encephalop- athy hepatic, hipertensi portal,
perdarahan variceal, dan sindrom
hepatorenal.1,5
Etiologi sirosis hepatis mempengaruhi
penan- ganan pada penyakit ini. Terapi yang
dilakukan bertujuan untuk mengurangi
progresivitas penya- kit, menghindarkan
bahan-bahan yang dapat menambah
kerusakan hati, pencegahan serta penanganan
komplikasi. Penanganan sirosis hati
memerlukan kerjasama tim medis, pasien, serta
keluarga dan lingkungan dalam pengelolaan
penya- kit ini. Edukasi terhadap pasien dan
keluarganya tentang penyakit dan komplikasi
yang mungkin terjadi akan sangat membantu
memperbaiki hasil pengobatan, serta
diharapkan dapat membantu memperbaiki
kualitas hidup penderita.2,4
Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai
dengan pembesaran abnormal pembuluh darah
vena di esofagus bagian bawah. Varises
esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati
terhalang. Aliran tersebut akan mencari jalan
lain, yaitu ke pembuluh darah di esofagus,
lambung, atau rektum yang lebih kecil dan
2 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 19-23 | doi: 10.15562/ism.v8i1.106
Varises esofagus biasanya merupakan komp- likasi sirosis. Sirosis
adalah penyakit yang ditan- dai dengan pembentukan jaringan parut
di hati. Beberapa keadaan lain yang juga dapat menye- babkan varises
esofagus antara lain gagal jantung kongestif yang parah, trombosis di
vena porta atau vena splenikus, Sarkoidosis, Schistomiasis, dan
Sindrom Budd-Chiari.

KASUS
Pasien laki-laki, umur 43 tahun, beragama Islam, suku Madura, datang
ke poliklinik rumah sakit dengan keluhan lemas sejak seminggu
sebelum datang, lemas dikatakan pada seluruh tubuh. Hal ini
membuat pasien enggan melakukan aktifitas sehari-hari.
Pasien juga mengeluhkan nyeri pada ulu hati. Nyeri ini seringkali
dirasakan setelah makan dan minum yang disertai perasaan mual dan
muntah sehingga pasien kurang bernafsu makan. Pasien menyatakan
bahwa perasaan nyeri juga disertai dengan perasaan penuh pada
perut.
Frekuensi buang air kecil lebih meningkat sejak beberapa bulan
terakhir, dikatakan pasien sering bolak-balik hingga lebih dari 4 kali
sehari ke kamar mandi untuk buang air kecil, namun volume sekali
kencing sekitar ¼ gelas aqua (240 cc) dengan warna kecoklatan seperti
teh. Keinginan buang air besar pasien dikatakan normal.
Pada bulan Desember 2012 Pasien mengeluh tidak bisa
menggerakkan anggota gerak dan tidak bisa jalan. Pasien diantar ke
rumah sakit dan diop- name selama 1 minggu. Pasien mengatakan dirinya
mengalami anemia dalam jangka waktu yang lama dan penasaran
mengapa tidak sembuh juga. Setelah dirawat dan diperiksa laboratorium,
pasien didi- agnosis mengidap Hepatitis B. Pasien mengeluh dirinya
sering merasa lelah dan mudah capek.
Pada bulan April 2013, pasien kembali di opname di rumah sakit.
Pasien dikatakan muntah darah. Pasien tidak sadarkan diri sehingga
segera dilarikan ke rumah sakit oleh keluarga. Pasien muntah darah
berkali-kali dan masih muntah ketika di UGD. Pasien dirawat 1
minggu sebelum akhirnya diperbolehkan pulang.
Pasien tidak pernah mengeluh perut yang kembung dan bengkak
pada ekstremitas. Riwayat penyakit ginjal, hipertensi, dan kencing
manis disangkal oleh pasien.
Pasien mengatakan dirinya menggunakan obat herbal sirup dalam
kemasan botol besar. Pasien mengeluh sering mencret sejak minum
obat terse- but. Sehingga sudah berhenti meminumnya. Pasien mengaku
obat tersebut tersebut diminum bersa- maan dengan minum obat dari
dokter.

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2017; 8(1): 19-23 | doi: 10.15562/ism.v8i1.106 2
Saat ini pasien kontrol rutin ke poliklinik Lamivudine namun hingga saat ini resep
gastro- hepatologi rumah sakit di Denpasar setiap tersebut belum ditebus karena obat tersebut
2 minggu atau 1 bulan saat obat habis. Pasien dirasa terlalu mahal dan tidak ditanggung
diberikan obat Propanolol 2 x 10 miligram dan Jamkesmas/JKBM.
Lamivudine. Pasien diresepkan obat Sebiro tablet
Pasien mengatakan tidak ada anggota
sebagai pengganti kelu- arga yang mengalami keluhan yang sama
dengan dirinya. Riwayat penyakit kuning
dalam kelu- arga penderita disangkal oleh
pasien. Ibu pasien mengalami hipertensi.
Dikatakan ibu pasien memi- liki riwayat stroke,
pernah dirawat 3 hari di rumah sakit. Karena
infuse macet, dikatakan pulang paksa untuk
dirawat di rumah. Namun meninggal pada
keesokan hari setelah pulang dari rumah
sakit. Ayah pasien mengidap asma.
Pasien bekerja sebagai tukang cukur.
Pasien bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9
malam setiap harinya. Sejak mengalami sakit
hepatitis dan sirosis hati, pasien merasa terganggu
jika bekerja. Sehingga berhenti bekerja dan
beristirahat di rumah. Saat ini pekerjaannya
dialih tugaskan ke saudara pasien.
Pasien mengatakan dahulu sebelum sakit,
pasien merokok sebanyak 1 bungkus rokok dan
Gambar 1 a. Foto thoraks; b. Foto BoF terkadang melebihi dari 1 bungkus dalam satu
Pada pemeriksaan imaging x-ray thorax dan BoF hari. Sejak dikatakan mengidap hepatitis, pasien
tidak ditemukan kelainan. benar-benar berhenti merokok.
Pasien mengatakan dirinya rutin minum
kopi dan berhenti sejak bulan April 2013 saat
dirinya diopname oleh karena keluhan
muntah darah.
Pasien menyangkal dirinya meminum minu-
man beralkohol. Pasien mengaku sangat sering
minum minuman penambah energy dan Adem
Sari. Dikatakan oleh istri pasien, ketika bulan
puasa setahun lalu, setiap hari saat sahur, pasien
minum Adem Sari. Dikatakan hal ini dilakukan
agar kuat dan tidak merasa haus hingga tiba
saatnya berbuka puasa. Pasien mengaku minum
minuman beren- ergi semisal Hemaviton ketika
mudik ke Madura untuk menambah tenaga.
Saat ini pasien makan secara teratur 3 kali
sehari dan minum obat secara teratur. Namun
karena tidak bernafsu makan, porsi makan pasien
termasuk dalam porsi yang sedikit meskipun
teratur makan tiga kali sehari. Pasien tidak
berani makan makanan seperti gorengan.
Riwayat penggunaan tatoo disangkal oleh
penderita. Penderita mengatakan tidak mempu-
nyai riwayat pernah menerima transfusi darah
serta menyangkal adanya riwayat aktivitas seksual
multipartner.
Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum
baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, respirasi 20
Gambar 2 USG abdomen kali/menit, suhu aksilla 36, 5 °C, berat badan 65
Pada pemeriksaan USG abdomen didapatkan hasil pengecilan kg, tinggi badan 169 sentimeter, Body Mass
hepar dengan splenomegali sesuai dengan gambaran cirrosis Index 22, 75 kg/m2.
hepatis. Pada pemeriksaan generalis didapatkan mata
anemis dextra dan sinistra, jantung dan paru dalam batas normal, abdomen
dalam batas normal. Tidak ada edema pada ekstremitas atas bawah.
(tinggi),
SGOT 119, 20 U/L
(tinggi), SGPT 73, 69
U/L
(tinggi), gamma GT 122,
30 U/L (tinggi), albumin
3, 2 g/dL (rendah).

Gambar 3 Esophagogastroduodenoscopy

Tabel 1 Klasifikasi Child-Pugh.4


Parameter A (1) B(2) C(3)
Bilirubin (mg/dl) <2 2-3 >3
Albumin (g/dl) >3,5 2,8-3,5 <2,8
Ascites - Ringan,terkontrol Sedang-berat, sulit
dengan diuretik. terkontrol dengan diuretik.
Ensefalopati - Grade 1-2 (minimal) Grade 3-4 (berat/koma)
PT ( detik 4 4-6 >6
memanjang)
INR <1,7 1,7-2,3 >2,3
TOTAL SKOR 5-6 7-9 10-15

Dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan


hasil WBC 2, 667 x 103/µL (rendah),
komposisi limfosit 48, 14 % (tinggi), RBC 5,
063 x106/µL,
Hemoglobin 13, 01 g/dL (rendah), Hematokrit
39,
95 % (rendah) MCV 78, 9 fL (rendah), MCH
25,
69 Pg, MCHC 32, 56 g/dL, platelet 68, 72 x
103/µL (rendah).
Dilakukan pemeriksaan kimia darah dengan
hasil bilirubin total 2, 411 mg/dL (tinggi),
bilirubin indirect 1, 101 mg/dL (tinggi),
bilirubin direct 1,
31 (tinggi), alkali phosphatase 138, 20 U/L
Pada pemeriksaan faal hemostassis, didapatkan hasil bleeding time 1
menit, clotting time 8 menit, PT 16 (memanjang), aPTT 54, 50
(memanjang),
INR 1, 50 (tinggi).
Hasil Esophagus varises grade II-III arah jam 2, 3; Gaster pada
cardia varises (+), pada fundus varises (+), pada corpus normal, pada
antrum erosi (+). Duodenal: normal. Disimpulkan Varises Esofagus,
Varises Fundus, Gastritis erosive Antrum. Pasien didiagnosis dengan
Sirosis Hepatis (CP A) dengan varises esophagus, varises fundus,
gastritis erosiva antrum.
Pasien ditatalaksana rawat jalan dengan medika- mentosa Propanolol 3
x 10 mg intraoral dan Sebivo® 1 x 1 tablet.

DISKUSI
Pasien datang dengan keluhan utama lemas dan muntah darah. Pada
anamnesis yang berkaitan dengan sirosis hepatik akan didapatkan
lemah letih lesu, penurunan berat badan, nyeri perut, ikterus (BAB
kecoklatan dan mata kuning), perut membesar, riwayat konsumsi
alcohol, riwayat sakit kuning, muntah darah, BAB hitam. 2,6 hal ini
berkaitan dengan faal hati yang terganggung oleh karna proses fibrotic
pada kasus sirosis hati. Antara lain metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein. Gangguan pada pembentukan glukosa hasil metab- olisme
monosakarida diperlukan mengakibatkan kebutuhan tubuh berkurang
sehingga timbul keluhan lemas. Cadangan energi yang berasal dari
protein dan lemak juga terganggu oleh karena gangguan produksi
protein plasma dan lipoprotein serta zat lainnya.3,4,5
Penyebab alkohol tidak ada, riwayat sakit
kuning ada, etiologi sirosis hepatis yakni hepatitis kronis, alcohol,
penyakit metabolit, kholestasis yang berkepanjangan, obstruksi vena
hepatica, toksin, dan obat-obatan. 6 Pada pasien ini didapa- tkan riwayat
pernah menderita hepatitis sebelum- nya meskipun tidak pernah
mengkonsumsi alcohol sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik pasien ditemukan anemia, tidak ada
ikterus, tidak ada ascites, tidak ada spider nevi, tidak ada caput
medusa. Hasil pemeriksaan darah lengkap anemia, leukositope- nia,
trombositopenia. Hasil faal hemostasis PT memanjang, INR tinggi.
Pemeriksaan fisik bisa jadi ditemukan ascites, sipider nevi dan caput
medusa. Dari darah lengkap akan ditemukan anemia, leuko- penia,
trombositopenia, PT (INR) meningkat.6 Hasil imaging endoskopi
menunjukkan varises esophagus dan varises gaster. Dari radio imaging,
pada endoskopi akan ditemukan varises esophagus dan gastropati.6 Varises
esofagus terjadi bendungan aliran darah menuju hati oleh karena sirosis.
Aliran
tersebut akan mencari jalan lain, alternatifnya memastikan efektivitas program keamanan hayati
yaitu ke pembuluh darah di esophagus (vena di Indonesia, kemahiran pekerjanya serta
oesopha- geales), lambung, atau vena rektum kemam- puan peralatan, fasilitas dan praktik
(vena rectalis inferior, media , dan superior) menajemen untuk menyediakan kontainmen
yang lebih kecil dan lebih mudah pecah.
dan keamanan agen mikrobiologi.7,8
Ketidakseimbangan antara tekanan aliran darah
Demikian pula, individu yang bekerja
dengan kemampuan pemb- uluh darah
menan- gani mikroorganisme harus memahami
mengakibatkan pembesaran (varises) maupun
kondisi kontainmen dimana agen infeksi dapat
pecahnya pembuluh darah.7 dengan aman dimanipulasi. Dengan
Pasien didiagnosis sirosis hepatis dengan meningkatkan disiplin terhadap pemakaian alat
klas- ifikasi Child-Pugh A. dari parameter pelindung diri (APD) dan higiene petugas
ditemukan berupa kadar bilirubin 2, 411 mg/dL, sehabis penanganan sampel.
albumin 3, 2 g/ dL, tidak ditemukan ascites, tidak
Dalam penanganan spesimen perlu
ada encepalopati, PT memanjang 4 detik, INR diperhati- kan cara
1, 50. Dari temuan didapatkan total skor 6 pemeliharaan/mempertahankan kualitas kerja
(Klasifikasi Child-Pugh A) dikategorikan (perfomance) pada setiap taraf/langkah
sirosis hati ringan. dalam keseluruhan rantai prosesnya Agar
Klasifikasi Child A tergolong sirosis hati nantinya tidak terjadinya kecelakaan kerja.
ringan; Klasifikasi Child B tergolong sirosis hati
sedang; Klasifikasi Child C tergolong sirosis
hati berat. DAFTAR PUSTAKA
1. Kasper, Dennis, et al. 2004. Harrison’s Principles of
Internal Medicine 16th Edition. McGraw-Hill Professional
SIMPULAN 2. Lawrence, M. 2007. Current Medical Diagnosis &
Treatment, forty-sixth edition. McGraw-Hill/Appleton &
Pada sirosis hati dekompensata pengobatan
didasarkan pada gejala/tanda yang menonjol dan 3.
Lange. P 1440-1441.
komplikasi yang muncul pada penderita.5 pada Sudoyo, Aru W, et al. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam, Edisi ke 4, jilid I. Pusat Penerbitan Departemen
pasien ini diberikan beta-blocker propanolol untuk Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
mengendalikan varises esofagus dan Sebivo® yang Indonesia.
4. Nurdjanah Siti. 2009. Sirosis Hati. Buku Ajar
mengandung telbivudine tablet 600 mg untuk Penyakit Dalam, Edisi ke 5, Jilid I. Pusat Penerbitan
mengobati hepatitis B kronis yang diderita. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Pasien ini didiagnosis sirosis hati serta didapatkan Kedokteran Universitas Indonesia.p. 668-673
Joel, J. Maryann, Sherbondy. 2006. Cirrhosis and Chronic
varises Liver Failure: Part II. Complications and Treatment.
5. (Online), (http://www.aafp.org/afp/ 20060901/767.html,
esophagus. Varises esofagus biasanya merupakan diakses 15 Desember 2008).
komplikasi sirosis. Faktor-faktor predisposisi dan Setiawan, Poernomo Budi. 2007. Sirosis hati. Buku Ajar
memicu perdarahan varises masih belum jelas. Penyakit Dalam. Fakultas kedokteran Universitas air-
6. langga. P. 129-136
Dugaan bahwa esofagitis dapat memicu perdara-
han varisesyang
terpenting telahbertanggung
ditinggalkan. Saatatas
jawab ini terjadinya
faktor-faktor7. Tandio, D., Manuaba, A. 2016. Safety Procedure for
perdarahan varises adalah; tekanan portal, ukuran Biosafety and Controlling a Communicable Disease:
Streptococcus Suis. Bali Medical Journal 5(2): 74-77.
varises, dinding varises dan tegangannya, dan DOI:10.15562/bmj.v5i2.220
ting- kat keparahan penyakit hati. 8. MANUABA, Amertha Putra. PROSEDUR
PENGGUNAAN ALAT PERLINDUNGAN DIRI DAN
BIOSAFETY LEVEL 1 DAN 2. Intisari Sains Medis,
SARAN [S.l.], v. 6, n. 1, p. 117-123, june 2016. ISSN 2503-3638.
Available at:
http://isainsmedis.id/ojs/index.php/ISM/article/ view/91.
Mengingat saat ini agen infeksi dan penyakit Date accessed: 30 june 2016.
baru telah muncul dan terjadi peningkatan jumlah
orang yang bekerja dengan agen infeksi di riset
publik maupun swasta, kesehatan masyarakat,
laborato- rium klinis dan diagnostik, juga fasilitas
penelitian satwa. Disarankan agar kita
mengevaluasi dan This work is licensed under a Creative Commons Attribution

You might also like