You are on page 1of 10

Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

A 78 YEARS OLD WOMAN WITH HEPATIC CIRRHOSIS


Riyan Wahyudo
Faculty of Medicine, Lampung University

Abstract
Hepatic chirrosisis a patological condition that show end stage od hepatic fibrosis and moves progressively that
signed with distortion of hepar arsitecture and makes regenerative nodulus. This appearance was happened because
of hepatocellular necrosis. A woman, 78 years old, came with a chief complaint of big stomach since 1 months ago,
feel fullness and pain during 2 days and become more intense until offend daily activities. She also felt tight, nausea,
vomitting, decreasing body weight, and swelling on her feet. The urine looks like a thick tea and the feces looks like a
black coal. He had been diagnosed with “yellow sickness” 3 years ago. From physical examination, he was compos
mentis with blood pressure 160/100 mmHg, pulse 80x/mnt, respiration rate 14x/mnt, temperature 36,8 oC, pretibialis
oedema, conjungtiva pale, icteric sclera, ronkhi in pulmo auscultation. In abdominal examination, there was
simetrical appearance, distention, tight, pain, abdominal diameter 105cm. From laboratory examination, the LED
was 30,3 mm/hour, trombosit 134.000/ul (normal: 150.000-400.000/ul), GDS 394 mg/dl (normal: 70-200mg/dl),
ureum 26 mg/dl, creatinin 0,96 mg/dl, SGOT 29 u/l, Gamma GT (GGT) 264 u/l, Total Bilirubin 1,11 mg/dl, Direct
Bilirubin 0,47 mg/dl. Medikamentosa therapy is given Spironolakton 1 x 100 mg, Furosemid injection 1 ampul/ 24
injection, Sukralfat syrup 3xC1, Ranitidin injection 1 ampul/ 12 jam, Vitamin K 1 x 1, Bisoprolol 1 x 1, Humulin
injection 6-6-6 IU, Amlodipin 1 x 10 mg. Chirrosis hepatic in this pasien is because ofhepatitis B.

Keywords: hepatitis B, hepatic chirrosis, oedem, shifting dullness.

Abstrak
Sirosis hepatis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang
berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif.
Gambaran ini terjadi akibat adanya nekrosis hepatoselular. Wanita, usia 78 tahun, datang dengan keluhanperut
membesar sejak 1 bulan SMRS, terasa penuh dan nyeri dalam 2 hari terakhir semakin menganggu aktivitas dan
istirahat, disertai dengan keluhan dada seperti sesak, mual dan muntah, badan lemas dan berat badan semakin
menyusut, bengkak pada kedua kaki sejak 6 minggu, BAK berwarna pekat seperti teh, BAB lunak berwarna hitam
seperti aspal, pasien pernah mengalami sakit kuning 3 tahun yang lalu. Pemeriksaan fisik pasien didapatkan
keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 80 x/menit,
laju napas 24x/ menit, suhu 36,8 °C, oedema pretibialis, conjungtiva anemis, sklera ikterik, auskultasi paru ronkhi(+),
abdomen simetris, cembung, dinding perut tegang, nyeri tekan (+), lingkar perut 105 cm, hepar tidak teraba,
shifting dullnes (+), ekstremitas oedema.Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,5 gr/dl, LED 30,3
mm/jam, trombosit 134.000/ul (normal: 150.000-400.000/ul), GDS 394 mg/dl (normal: 70-200mg/dl), ureum 26
mg/dl, creatinin 0,96 mg/dl, SGOT 29 u/l, Gamma GT (GGT) 264 u/l, Bilirubin Total 1,11 mg/dl, Bilirubin Direk 0,47
mg/dl.Terapi medikamentosa yang diberikan adalah Spironolakton 1 x 100 mg, injeksi Furosemid 1 ampul/ 24 jam,
Sukralfat syrup 3xC1, injeksi Ranitidin 1 ampul/ 12 jam, Vitamin K 1 x 1, Bisoprolol 1 x 1, Injeksi Humulin 6-6-6 IU,
Amlodipin 1 x 10 mg. Sirosis hepatis pasien ini disebabkan hepatitis B.

Kata kunci: hepatitis B, oedema, shifting dullness, sirosos hepatis.

...
Korespondensi : Riyan Wahyudo | gardamd12@gmail.com

Pendahuluan
Sirosis adalah suatu keadaan Gambaran ini terjadi akibat adanya
patologis yang menggambarkan nekrosis hepatoselular.1
stadium akhir fibrosis hepatik yang Sirosis hepatis (SH) merupakan
berlangsung progresif yang ditandai konsekuensi dari penyakit hati kronis
dengan distorsi dari arsitektur hepar yang ditandai dengan penggantian
dan pembentukan nodulus regeneratif. jaringan hati oleh fibrosis, jaringan

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 174


Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

parut dan nodul regeneratif (benjolan SH dekompensasi.6


yang terjadi sebagai hasil dari sebuah WHO tahun 2002
proses regenerasi jaringan yang rusak) memperkirakan 783.000 pasien di
akibat nekrosis hepatoseluler, yang dunia meninggal akibatsirosis hati.
mengakibatkan penurunan hingga Sirosis hati paling banyak disebabkan
hilangnya fungsi hati.2 oleh penyalahgunaan alkohol dan
Sirosis hati disebabkan oleh infeksi virus hepatitis. Di
berbagai macam sebab. Perubahan Indonesiasirosis hati banyak
arsitektur hati dapat dilihat pada dihubungkan dengan infeksi virus
pemeriksaan histologi jaringan hati hepatitis B dan C karena
yang diperoleh dengan cara melihat penyalahgunaan alkohol lebihjarang
gambaran mikroskopi, data terjadi dibandingkan negara-negara
epidemiologi penderita dan hasil barat. Sekitar 57%,pasien sirosis hati
pemeriksaan laboratorium. Kadang- terinfeksi hepatitis B atau C.7Penelitian
kadang walaupun sudah dilakukan oleh Jang di Korea menyatakan bahwa
dengan berbagi cara pemeriksaan sirosis hati adalah salah satu penyebab
seperti diatas penyebab sirosis hati morbiditas dan mortalitas di Korea dan
masih juga belum jelas.3 menduduki urutan ke-8 penyebab
Beberapa faktor pencetus kematian tahun 2007.8South EastAsia
timbulnya sirosis hepatis yaitu Virus Regional Office (SEARO) tahun 2011
hepatitis (B,C,dan D), alkohol, kelainan melaporkan sekitar5,6 juta orang di
metabolik berupa hemakhomatosis Asia Tenggara adalah pembawa
(kelebihan beban besi), penyakit Wilson hepatitis B,sedangkan sekitar 480 000
(kelebihan beban tembaga), defisiensi orang pembawa hepatitis C.9
Alphal-antitripsin, glikonosis type-IV, Di Indonesia data prevalensi
galaktosemia, dan tirosinemia, sirosis hepatis belum ada. Di RS Sardjito
malnutrisis, toksin dan obat, Yogyakarta jumlah pasien sirosis
sistosomiasis, obstruksi bilier hepatis berkisar 4,1% dari pasien yang
(intrahepatik, ekstrahepatik), obstruksi dirawat di Bagian Penyakit Dalam
aliran vena, autoimun.4Sekitar 20 % dalam kurun waktu 1 tahun (data tahun
pasien hepatitis kronik berkembang 2004). Lebih dari 40% pasien sirosis
menjadi sirosis.5 adalah asimptomatis sering tanpa
Diagnosis klinis SH dibuat gejala sehingga kadang ditemukan pada
berdasarkan kriteria Soedjono dan waktu pasien melakukan pemeriksaan
Soebandiri, yaitu bila ditemukan 5 dari rutin atau karena penyakit yang lain.1
7 keadaan seperti eritema palmaris, Walaupun sampai saat ini
spider nevi, vena kolateral atau varises belum ada bukti bahwa penyakit sirosis
esofagus, asites dengan atau tanpa hati reversibel, tetapi dengan kontrol
edema, splenomegali, hematemesis pasien yang teratur pada fase dini
dan melena, rasio albumin dan globulin diharapkan dapat memperpanjang
terbalik. Timbulnya komplikasi- status kompensasi dalam jangka
komplikasi seperti asites, panjang dan mencegah timbulnya
ensefalopati,varises esofagus menandai komplikasi.10
terjadinya pergantian dari SH fase
kompensasi yang asimtomatik menjadi

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 175


Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

Kasus nadi 80 x/menit, laju napas 24x/ menit,


Wanita, usia 78 tahun, datang suhu 36,8 °C, oedema pretibialis,
dengan keluhan perut membesar sejak conjungtiva anemis, sklera ikterik,
1 bulan SMRS. Pasien menyatakan auskultasi paru ronkhi(+), abdomen
perut terasa penuh dan nyeri dalam 2 simetris, cembung, dinding perut
hari terakhir semakin menganggu tegang, nyeri tekan (+), lingkar perut
aktivitas dan istirahat pasien. Perut 105cm, hepar tidak teraba, shifting
yang membesar juga disertai dengan dullnes (+), ekstremitas oedema.
keluhan dada seperti sesak, mual dan Pada pemeriksaan laboratorium
muntah. Mual dan muntah juga sudah didapatkan Hb 10,5 gr/dl (normal: 12-
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu dan 16 gr/dl), LED 30,3 mm/jam (normal: 0-
hilang timbul. Muntah kurang lebih 2 20 mm/jam), leukosit 5300/ul,
kali dalam sehari berisi cairan dan trombosit 134.000/ul (normal: 150.000-
makanan dengan jumlah sekitar 3 400.000/ul), GDS 394 mg/dl (normal:
sendok makan setiap kali muntah. 70-200mg/dl), ureun 26 mg/dl,
Pasien menyangkal ada muntah creatinin 0,96 mg/dl, asam urat 3,92
bercampur darah atau muntah mg/dl, total protein 5,75 gr/dl,
berwarna kehitaman. Karena mual abumin 3,1 gr/dl, globulin 2,65 gr/dl,
pasien mengatakan nafsu makan SGOT 29 u/l (normal: 6-25 u/l), SGPT 23
menurun. Pasien juga menyampaikan u/l, Gamma GT (GGT) 264 u/l (normal: <
badan lemas dan berat badan semakin 45 u/l), Bilirubin Total 1,11 mg/dl
menyusut. (normal: < 1 mg/dl), Bilirubin Direk
Pasien juga mengeluh adanya 0,47 mg/dl (normal: < 0,25 mg/dl),
bengkak pada kedua kaki sejak 6 Bilirubin Indirek 0,64 mg/dl.
minggu SMRS yang membuat pasien Diagnosis pasien ini adalah
sulit berjalan. Bengkak tidak berkurang sirosis hepatis dekompensata e.c
ataupun bertambah ketika berjalan hepatitis B dengan diagnosis tambahan
ataupun diistirahatkan. Riwayat trauma diabetes meliitus tipe 2 dan hipertensi
pada kaki disangkal oleh pasien. grade 2.
Pasien juga mengatakan pernah Terapi medikamentosa yang
BAK berwarna pekat seperti teh. BAB diberikan adalah Spironolakton 1 x 100
lunak berwarna hitam seperti aspal, mg, injeksi Furosemid 1 ampul/ 24 jam,
tanpa lendir sebanyak 2 kali dalam Sukralfat syrup 3xC1, injeksi Ranitidin 1
sehari sekitar 2 minggu yang lalu. ampul/ 12 jam, Vitamin K 1 x 1,
Keluarga pasien mengatakan Bisoprolol 1 x 1, InjeksiHumulin 6-6-6
bahwa pasien pernah mengalami sakit IU, Amlodipin 1 x 10 mg.
kuning 3 tahun yang lalu. Mata dan
badan pun terlihat menjadi kuning. Pembahasan
Pada saat itu pasien belum mengalami Sirosis hati merupakan
keluhan lain sehingga pasien tidak pergi kelanjutan dari kerusakan hati kronik
berobat. yang perjalanan penyakitnya
Pada pemeriksaan fisik pasien membutuhkan waktu. Perubahan
didapatkan keadaan umum tampak histopatologi yang mula-mula adalah
sakit sedang, kesadaran compos proses fibrosis yang difus dengan diikuti
mentis,tekanan darah 160/100 mmHg, pembentukan nodul-nodul regenerasi

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 176


Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

yang mempunyai bentuk dan fungsi yang mengarah pada sirosis hati.
abnormal. Penderita sirosis hepatis Pemeriksaan penunjang yang dilakukan
biasanya disertai komplikasi hipertensi berupa pemeriksaan laboratorium.
portal dan kegagalan fungsi parenkim Pemeriksaan biopsi hati sebagai gold
hati.11Gambaran histopatologi dari standar penegakan diagnosis sirosis
sirosis hati memiliki karakteristik utama hati tidak perlu dilakukan karena tanda-
yaitu distorsi arsitektur hepar, jaringan tanda klinis sudah terlihat jelas. Selain
parut sebagai akibat dari peningkatan itu, pemeriksaan biopsi yang invasif
deposisi jaringan fibrosa dan kolagen, juga dapat menimbulkan resiko
dan nodula regeneratif akibat nekrosis perdarahan dan infeksi peritoneal pada
sel-sel hati yang dikelilingi jaringan pasien ini.
parut. Nodula-nodula regeneratif ini Pada stadium awal
dapat kecil (mikronodular) atau besar (kompensata), dimana kompensasi
(makronodular).12 tubuh terhadap kerusakan hati masih
Pada stadium kompensasi baik, sirosis seringkali muncul tanpa
sempurna sulit menegakkan diagnosis gejala sehingga sering ditemukan pada
sirosis hati. Pada proses lanjutan dari waktu pasien melakukan pemeriksaan
kompensasi sempurna mungkin bisa kesehatan rutin. Gejala-gejala awal
ditegakkan diagnosis dengan bantuan sirosis meliputi perasaan mudah lelah
pemeriksaan klinis yang cermat, dan lemas, selera makan berkurang,
laboratorium biokimia/serologi, dan perasaan perut kembung, mual, berat
pemeriksaan penunjang lain. Pada saat badan menurun, pada laki-laki dapat
ini penegakan diagnosis sirosis hati timbul impotensi, testis mengecil dan
terdiri atas pemeriksaan fisik, dada membesar, serta hilangnya
laboratorium, dan USG. Pada kasus dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut
tertentu diperlukan pemeriksaan biopsi (berkembang menjadi sirosis
hati atau peritoneoskopi karena sulit dekompensata) gejala-gejala akan
membedakan hepatitis kronik aktif menjadi lebih menonjol terutama bila
yang berat dengan sirosis hati dini. timbul komplikasi kegagalan hati dan
Diagnosis pasti sirosis hati ditegakkan hipertensi porta, meliputi kerontokan
dengan biopsi hati. Pada stadium rambut badan, gangguan tidur, dan
dekompensata diagnosis kadang kala demam yang tidak begitu tinggi. Selain
tidak sulit ditegakkan karena gejala dan itu, dapat pula disertai dengan
tanda-tanda klinis sudah tampak gangguan pembekuan darah,
dengan adanya komplikasi.1Seperti perdarahan gusi, epistaksis, gangguan
pada sindrom hepatorenal. Suatu siklus haid, ikterus dengan air kemih
keadaan pada penderita penyakit hati berwarna seperti teh pekat,
yang berat yang disertai gagal ginjal hematemesis, melena, serta perubahan
yang progesif yang tidak diketahui mental, meliputi mudah lupa, sukar
sebabnya. Biasanya penderita konsentrasi, bingung, agitasi, sampai
mengalami ikterus, asites, dan koma.
ensefalopati. 13 Pada kasus ini, berdasarkan
Pada pasien ini, melalui hasil anamnesis yang telah dilakukan,
anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan beberapa gejala yang dapat
didapatkan keluhan dan tanda-tanda mengarah pada keluhan yang sering

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 177


Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

didapat pada sirosis hati yaitu lemas melalui 2 cara yaitu secara mekanik dan
pada seluruh tubuh, mual dan muntah dinamik. Secara mekanik resistensi
yang disertai penurunan nafsu makan. berasal dari fibrosis yang terjadi pada
Selain itu, ditemukan juga beberapa sirosis, sedangkan secara dinamik
keluhan yang terkait dengan kegagalan berasal dari vasokontriksi vena portal
fungsi hati dan hipertensi porta, sebagai efek sekunder dari kontraksi
diantaranya perut yang membesar dan aktif vena portal dan septa
bengkak pada kedua kaki, gangguan myofibroblas, untuk mengaktifkan sel
tidur, air kencing yang berwarna seperti stelata dan sel-sel otot polos. Tonus
teh, ikterus pada kedua mata, nyeri vaskular intra hepatik diatur oleh
perut yang disertai dengan melena, dan vasokonstriktor (norepineprin,
gangguan tidur juga dialami pasien. angiotensin II, leukotrin dan
Akibat dari sirosis hati, maka trombioksan A) dan diperparah oleh
akan terjadi 2 kelainan yang penurunan produksi vasodilator
fundamental yaitu kegagalan fungsi (seperti nitrat oksida). Pada sirosis
hati dan hipertensi porta. Manifestasi peningkatan resistensi vaskular intra
dari gejala dan tanda-tanda klinis ini hepatik disebabkan juga oleh
pada penderita sirosis hati ditentukan ketidakseimbangan antara
oleh seberapa berat kelainan vasokontriktor dan vasodilator yang
fundamental tersebut.14 Gejala dan merupakan akibat dari keadaan
tanda dari kelainan fundamental ini sirkulasi yang hiperdinamik dengan
dapat dilihat di tabel. vasodilatasi arteri splanknik dan arteri
sistemik. Hipertensi porta ditandai
Tabel 1. Gejala dan tanda sirosis hati (Buku dengan peningkatan cardiac output dan
Ajar Penyakit Dalam, 2007) penurunan resistensi vaskular sistemik.
Pada pemeriksaan fisik,
didapatkan penderita yang tampak
kesakitan dengan nyeri tekan pada
regio epigastrium. Terlihat juga tanda-
tanda anemis pada kedua konjungtiva
mata dan ikterus pada kedua sklera.
Pada daerah abdomen, ditemukan
perut yang membesar pada seluruh
regio abdomen dengan tanda-tanda
ascites seperti pemeriksaan shifting
Kegagalan fungsi hati akan dullness positif. Hati, lien, dan ginjal
ditemukan dikarenakan terjadinya sulit untuk dievaluasi karena besarnya
perubahan pada jaringan parenkim hati ascites dan nyeri yang dirasakan oleh
menjadi jaringan fibrotik dan pasien. Pada ekstremitas juga
penurunan perfusi jaringan hati ditemukan adanya edema pada kedua
sehingga mengakibatkan nekrosis pada tungkai bawah.Sintesis albumin turun
hati. Hipertensi porta merupakan sesuai perburukan sirosis. Hal ini
gabungan hasil peningkatan resistensi berperan menimbukan oedem dan
vaskular intra hepatik dan peningkatan ascites karena albumin berperan dalam
aliran darah melalui sistem porta. tekanan onkotik plasma.15
Resistensi intra hepatik meningkat

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 178


Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

Pada pemeriksaan laboratorium ascites, dimana hal ini dikaitkan dengan


dapat diperiksa tes fungsi hati yang ketidakmampuan ekskresi air bebas.1
meliputi aminotransferase, alkali Selain dari pemeriksaan fungsi
fosfatase, gamma glutamil hati, pada pemeriksaan hematologi
transpeptidase, bilirubin, albumin, dan juga biasanya akan ditemukan kelainan
waktu protombin. Nilai aspartat seperti anemia, dengan berbagai
aminotransferase (AST) atau serum macam penyebab, dan gambaran
glutamil oksaloasetat transaminase apusan darah yang bervariasi, baik
(SGOT) dan alanin aminotransferase anemia normokrom normositer,
(ALT) atau serum glutamil piruvat hipokrom mikrositer, maupun
transaminase (SGPT) dapat hipokrom makrositer.1Sirosis hepatis
menunjukan peningkatan. AST biasanya dapat terjadi anemia, trombositopeni,
lebih meningkat dibandingkan dengan leukopeni terjadi akibat splenomegali
ALT, namun bila nilai transaminase kongestif berkaitan dengan hipertensi
normal tetap tidak menyingkirkan porta sehingga terjadi
kecurigaan adanya sirosis. Alkali hipersplenisme. 16

fosfatase mengalami peningkatan Beberapa penelitian telah


kurang dari 2 sampai 3 kali batas dilakukan untuk dapat menilai
normal atas. Konsentrasi yang tinggi tingkatan terjadinya kerusakan hati
bisa ditemukan pada pasien kolangitis tanpa prosedur yang invasif, seperti
sklerosis primer dan sirosis bilier fibrosis score, AST/ALT rasio dan Child-
primer. Gammaglutamil transpeptidase Pugh score. Fibrosis skor adalah suatu
(GGT) juga mengalami peningkatan, skoring yang bersifat non-invasif yang
dengan konsentrasi yang tinggi penilaianya diambil dari beberapa hasil
ditemukan pada penyakit hati alkoholik test laboratorium dan data pasien yang
kronik. Konsentrasi bilirubin dapat digunakan untuk mengestimasi
normal pada sirosis hati kompensata, tingkatan terjadinya fibrosis pada hati.
tetapi bisa meningkat pada sirosis hati Perhitungan fibrosis skor menggunakan
yang lanjut. Konsentrasi albumin, yang enam variabel yaitu usia, BMI ( body
sintesisnya terjadi di jaringan parenkim mass index), hiperglikemi, rasio AST
hati, akan mengalami penurunan sesuai dan ALT, trombosit, dan albumin. Hasil
dengan derajat perburukan sirosis. perhitungan NAFLD fibrosis skor dibagi
Sementara itu, konsentrasi globulin menjadi tiga tingkatan yakni low cutoff
akan cenderung meningkat yang (<-1,455), indeterminate (-1,455-0,676),
merupakan akibat sekunder dari high cutoff (>0,676). Low cutoff adalah
pintasan antigen bakteri dari sistem skor dimana pasien diprediksi negatif
porta ke jaringan limfoid yang fibrosis hati dan high cutoff adalah
selanjutnya akan menginduksi produksi tingkatan skor pasien dengan prediksi
imunoglobulin. Pemeriksaan waktu terdapat fibrosis hati sedangkan pasien
protrombin akan memanjang karena dengan fibrosis skor indeterminate
penurunan produksi faktor pembekuan dikelompokan menjadi pasien dengan
pada hati yang berkorelasi dengan fibrosis yang meragukan atau belum
derajat kerusakan jaringan hati. dapat diprediksi.17,18
Konsentrasi natrium serum akan Pada kasus ini, pada
menurun terutama pada sirosis dengan pemeriksaan fungsi hati ditemukan

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 179


Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

peningkatan kadar SGOT, sedangkan pemeriksaan ini, dapat diketahui


SGPT dalam batas normal. Selain itu, tingkat keparahan atau grading dari
ditemukan juga peningkatan bilirubin varises yang terjadi serta ada tidaknya
total, dan bilirubin direk. Gamma- red sign dari varises, selain itu dapat
glutamil transpeptidase (GGT) juga juga mendeteksi lokasi perdarahan
mengalami peningkatan pada pasien spesifik pada saluran cerna bagian atas.
ini. Pemeriksaan hematologi pada Di samping untuk menegakkan
pasien ini menunjukkan penurunan diagnosis, EGD juga dapat digunakan
kadar hemoglobin yang menunjukkan sebagai manajemen perdarahan varises
adanya anemia ringan, yang akut yaitu dengan skleroterapi atau
kemungkinan disebabkan oleh adanya endoscopic variceal ligation (EVL).21
perdarahan pada saluran cerna. Selain Pada pasien ini belum dilakukan
anemia, ditemukan juga penurunan USG dan EGD, sehingga penulis
kadar trombosit atau trombositopenia menyarankan untuk USG sebagai
pada pasien. pemeriksaan anjuran.
Terdapat beberapa Penatalaksanaan kasus sirosis
pemeriksaan radiologis yang dapat hepatis dipengaruhi oleh etiologi dari
dilakukan pada penderita sirosis hati. sirosis hepatis. Terapi yang diberikan
19Pemeriksaan dengan menggunakan bertujuan untuk mengurangi
ultrasonografi (USG) sudah secara rutin progresifitas dari penyakit.
digunakan pada kasus sirosis karena Menghindarkan bahan-bahan yang
pemeriksaanya noninvasif dan mudah dapat menambah kerusakaan hati,
digunakan. Penelitian dari Khan (2010) pencegahan dan penanganan
menyimpulkan bahwa gambaran komplikasi merupakan prinsip dasar
nodulus pada USG hati adalah metode penanganan kasus sirosis.22
diagnostik yang cukup akurat dalam Pada kasus ini, pasien diberikan
mendiagnosa pasien sirosis. Gambaran diet rendah garam, serta pembatasan
USG yang dinilai meliputi sudut hati, jumlah cairan kurang lebih 1 liter per
permukaan hati, ukuran, homogenitas, hari. Jumlah kalori harian dapat
dan adanya massa. Pada gambaran diberikan sebanyak 2000-3000
USG sirosis hati dapat ditemukan kkal/hari. Pembatasan pemberian
ekoparenkim hati yang kasar dan garam juga dilakukan agar gejala
hiperkoik, permukaan hati sangat ascites yang dialami pasein tidak
ireguler karena fibrosis. Ukuran kedua memberat. Pemberian obat-obatan
lobus hati mengecil. Terlihat tanda pelindung mukosa lambung seperti
sekunder berupa asites, splenomegali sucralfat 3xC1, Ranitidine 1 amp/12
dan adanya pelebaran vena lienalis dan jam agar tidak terjadi perdarahan
vena porta.20 akibat erosi gastropati hipertensi porta.
Pemeriksaan endoskopi dengan Pasein ini juga mengalami komplikasi
menggunakan esophagogastro- berupa asites, sehingga pasien harus
duodenoscopy (EGD) untuk melakukan tirah baring dan terapi
menegakkan diagnosa dari varises diawali dengan diet rendah garam.
esophagus dan varises gaster sangat Konsumsi garam sebaiknya sebanyak
direkomendasikan ketika diagnosis 5,2 gr atau 90 mmol/hari. Diet rendah
sirosis hepatis dibuat. Melalui garam juga disertai dengan pemberian

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 180


Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

diuretik. Diuretic yang diberikan pembekuan darah.25


awalnya dapat dipilih spironolakton Sistem klasifikasi Child-
dengan dosis 100-200 mg sekali Turcotte-Pugh dapat memprediksi
perhari. Respon diuretik dapat angka kelangsungan hidup pasien
dimonitor dengan penurunan berat dengan sirosis tahap lanjut. Dimana
badan 0,5kg/hari tanpa edema kaki angka kelangsungan hidup selama
atau 1kg/hari dengan edema kaki. setahun untuk pasien dengan kriteria
Apabila pemberian spironolakton tidak Child-Pugh A adalah 100%, Child-Pugh B
adekuat dapat diberikan kombinasi adalah 80%, dan Child-Pugh C adalah
berupa furosemide. Untuk mengontor 45%.1
kadar gula dan tekanan darah pasien Kelima variabel masing-masing
diberikan Humulin 6-6-6 IU dan dibagi menjadi 3 kelompok yaitu A, B
Amlodipin 1x10 mg.Jika terjadi dan C, yang diberi skor 1, 2 dan 3
komplikasi hiperkalemia secara berturut-turut, sehingga
dapatdiberikan furosemide dengan berdasarkan nilai total dari kriteria ini
dosis awal 40 mg/hari dan ditingkatkan dapat diklasifikasikan dalam 3 tingkatan
hingga160 mg/hari hingga terdapat yakni tingkat Child Pugh A dengan skor
respon, yaitu penurunan berat badan 5-6, tingkat Child Pugh B dengan skor 7-
>2kg/minggu.23 Jikadilakukanpungsi 9 dan Child Pugh C dengan skor total
asites <5L, maka dilakukan penggantian 10-15.
plasma expandersmenggunakan human Berdasarkan kriteria di atas,
albumin 20% sebanyak 8g/L cairan yang pada pasien didapatkan asites sedang-
hendak dikeluarkan untuk mencegah berat (3), ensefalopati minimal-sedang
kolaps sirkulasi.24 (2), bilirubin <2 (1), albumin 2,8 –3,5
Prognosis sirosis sangat (2), INR belum di periksa sehingga total
bervariasi dan dipengaruhi oleh skor pada pasien antara 9-11 sehingga
sejumlah faktor, diantaranyaetiologi, termasuk dalam kategori Child-Pugh
beratnya kerusakan hati, komplikasi, B/C dengan angka kelangsungan hidup
dan penyakit yang menyertai. selama setahun adalah 45-80 %,
Beberapatahun terakhir, metode sehingga prognosis dari pasien ini
prognostik yang paling umum dipakai kurang baik (ad malam).
pada pasien dengan sirosisadalah
sistem klasifikasi Child-Turcotte-Pugh. Simpulan
Child dan Turcotte pertama Sirosis adalah suatu keadaan
kalimemperkenalkan sistem skoring ini patologis yang menggambarkan
pada tahun 1964 sebagai cara stadium akhir fibrosis hepatik yang
memprediksi angkakematian selama berlangsung progresif. Penyebab
operasi portocaval shunt. Pugh tersering di Indonesia kebanyakan
kemudian merevisi sistem ini pada1973 disebabkan akibat hepatitis B atau
dengan memasukkan albumin sebagai C.Penatalaksanaan kasus sirosis hepatis
pengganti variabel lain yang kurang dipengaruhi oleh etiologi dari sirosis
spesifikdalam menilai status nutrisi. hepatis. Terapi yang diberikan
Beberapa revisi juga dilakukan dengan bertujuan untuk mengurangi
menggunakan INRselain waktu progresifitas dari penyakit.Prognosis
protrombin dalam menilai kemampuan sirosis sangat bervariasi dan

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 181


Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

dipengaruhi oleh sejumlah faktor, Penyakit 6th ed. Jakarta: EGC. p. 493-501.
diantaranyaetiologi, beratnya 12. Longo, Fausci, Kasper, Hauser, Jameson,
Loscalzo. Harrison's principles of internal
kerusakan hati, komplikasi, dan medicine.18th ed. New York:The McGraw-
penyakit yang menyertai. Hill Companies. 2012.
13. Chung RT and Padolsky DK. Cirrhosis and
Daftar Pustaka Its Complications. Dalam:Harrison’s
1. Siti Nurdjanah. Sirosis Hepatis. in: Sudoyo Principle of Internal Medicine. Edisi XVI.
AW, Setiyohadi B, Alvi I, Simadibrata MK, 2005. Newyork: McGraw-Hill Companies.
Setiati S.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 1844-1855.
5th ed. Jakarta: Departemen Ilmu 14. Setiawan, Poernomo Budi. Sirosis hati. In:
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Askandar Tjokroprawiro, Poernomo Boedi
Indonesia;2009. p. 668-673. Setiawan, et al., Buku Ajar Penyakit
2. Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia Dalam. Surabaya: Fakultas Kedokteran
[Internet]. Jakarta: Perhimpunan Peneliti Universitas Airlangga. 2007. p. 129-136.
Hati Indonesia: 2010[cited 2014 August 15. Q M. Kobayashi. Natural history of
15]. Available from:http://pphi-online.org compensated cirrhosis in the Child Pugh
3. Runyon BA. A Primer on Detecting class Acompared between 490 patients
Cirrhosis and Caring for These Patients with hepatitis C and 167 with B virus
without Causing Harm. International infection.Journal of Medical Virology.
Journal of Hepatology. 2011: 2011:1-8. 2006. 78(4): 459-65.
4. Fauci, Anthony SB, Eugene K, Dennis LK, 16. Witter P, Freson K, et al, Blood Platelet
Stephen L.Harrison’s Principle of Internal Number and Function in Chronic liver
Medicine. 17th Ed. Ney York: The Disease and Cirrhosis. Leuven. Aliment
McGraw-HillCompanies. 2008. Pharmacol Ther. 2008. p. 1017-1029
5. Duffour R. Liver disease: Tietz Textbook of 17. Angulo P, Hui MJ, Marchesini G, Bugianesi
Clinical Chemistry and Molecular E, George J, Farrel GC, Enders F, Saksena
Diagnostics. Elseiver Inc. Missouri. 2006.p. S, et al. The NAFLD Fibrosis Score: a
1777-1829 noninvasive system that identifies liver
6. Vidyani Ami, Denny Vianto. Faktor risiko fibrosis in patient with NAFLD. Hepatologi.
terkait perdarahan varises esofagus 2007; 45:846-54
berulang pada penderita sirosis hati. 18. McPherson S, Stewart SF, Henderson E,
Jurnal Penyakit Dalam. 2011: Vol 12 No 3: Burt AD, Day CP. Simple non-invasive
169-174 fibrosis scoring system can reliably
7. Perz JF, Armstrong GL, Farrington LA, exclude advanced fibrosis in patients with
Hutin YJF, Bell BP. Thecontributions of non-alcoholic fatty liver disease. British
hepatitis B virus and hepatitis C virus Med Journal. 2010; 59:1265-1269.
infectionsto cirrhosis and primary liver 19. Caroline R Taylor. Cirrhosis
cancer worldwide. Hepatol.2006;45:529- Imaging[Internet]. North America: Yale
38. University School of Medicine. 2011.[cited
8. Jang, JW. Current status of liver diseases 2014 August 15]. Available from
in Korea: liver cirrhosis. Korean J Hepatol. Netlibrary:
2009:15:40-49 http://emedicine.medscape.com/article/3
9. WHO. Viral hepatitis in the WHO South- 66426-overview#showall.
East Asia region. NewDelhi: WHO; 2011. 20. Khan MU, Ghaffar A, Amin Z, Niazi F,
10. Don C. Rockey, Scott L. Friedman. Hepatic Qayyum A, Saqib R. Role of ultrasound in
Fibrosis And Cirrhosis [Internet]. 2006 early detection of cirrhosis liver.Pakistan
[cited 2014 August 15]. Available from Armed forces med Journal.2010
Netlibrary:http://www.eu.elsevierhealth.c 21. Guadalupe Garcia-Tsao. Prevention and
om/media/us/samplechapters/978141603 Management of Gastroesophageal Varices
2588/9781416032588.pdf. and Variceal Hemorrhage in Cirrhosis. Am
11. Price et al.,Gangguan Hati, Kandung J Gastroenterol. 2007: 102:2086–2102
Empedu, dan Pankreas.In: Price et al., 22. EASL. Management of Chronic Hepatitis B:
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses EASL clinical practice guidelines.
Switzerland, Journal of Hepatol. 2009. p.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 182


Wahyudo R | A 78 Years Old Woman With Hepatic Cirrhosis

227-242

23. Angeli P, Fasolato S, Mazza E. Combined


versus sequential diuretic treatment
ofascites in nonazotemic patients with
cirrhosis: results of an open
randomizedclinical trial. Gut-BMJ Journals.
2010. 98–104
24. Moreau R, Valla DC, Durand-Zaleski I.
Comparison of outcome in patients
withcirrhosis and ascites following
treatment with albumin or a synthetic
colloid: arandomised controlled pilot trail.
Liver International. 2006. 26:46–54
25. David C Wolf. Cirrhosis [Internet]. [Place
unknown]:2012 [cited 2014 August 15].
Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1
85856 overview#showall.

J Medula Unila | Volume 3 Nomor 1| September 2014 | 183

You might also like