You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

Di susun oleh :
NAMA : IHSAN LAILATUL R
NIM : SN 162074

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017

1
LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
PRAKTEK PROFESI NERS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa
penurunan glomerulus filtration rate (GFR) (Suyono, 2011).
CKD atau gagal ginjal kronis (GGK) didefinisikan sebagai kondisi dimana
ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel,
dan samar (insidius) dimana kemampuan tubuh gagal dalam
mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2009).
2. Etiologi
Diabetes dan hipertensi baru-baru ini telah menjadi etiologi tersering
terhadap proporsi GGK di US yakni sebesar 34% dan 21% . Sedangkan
glomerulonefritis menjadi yang ketiga dengan 17%. Infeksi nefritis
tubulointerstitial (pielonefritis kronik atau nefropati refluks) dan penyakit
ginjal polikistik masing-masing 3,4%. Penyebab yang tidak sering terjadi
yakni uropati obstruktif , lupus eritomatosus dan lainnya sebesar 21 %.
(US Renal System, 2000 dalam Price & Wilson, 2012).
Penyebab gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis di Indonesia
tahun 2000 menunjukkan glomerulonefritis menjadi etiologi dengan
prosentase tertinggi dengan 46,39%, disusul dengan diabetes melitus
dengan 18,65%, obstruksi dan infeksi dengan 12,85%, hipertensi dengan
8,46%, dan sebab lain dengan 13,65% (Suyono, 2011).
3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala pasien gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut :
a. Manifestasi kardiovaskuler
Mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium dari aktivasi
system rennin – angiotensin – aldosteron ), pitting edema (kaki,

2
tangan ,sakrum), edema periorbital, Friction rub perikardial,
pembesaran vena leher.
b. Manifestasi dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering, bersisik, pruritus,
ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut tipis dan kasar.
c. Manifestasi pulmoner
Krekels, sputum kental dan liat, napas dangkal, pernapasan Kussmaul
d. Manifestasi gastrointestinal
Napas berbau amonia, ulserasi dan pendarahan pada mulut, anoreksia,
mual,muntah, konstipasi dan diare, pendarahan saluran
gastrointestinal
e. Manifestasi Neurologi
Kelemahan dan keletihan, konfusi, disorientasi, kejang, kelemahan
tungkai, panas pada telapak kaki, perubahan perilaku
f. Manifestasi Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, foot drop
g. Manifestasi Reproduktif
Amenore dan atrofi testikuler
4. Komplikasi
Kebanyakan pasien dengan GGK akan meninggal dengan komplikasi
penyakit kardiovaskuler, infeksi, atau jika dialisis tidak tersedia maka akan
terjadi sindrom uremia yang progresif (hiperkalemia, asidosis, malnutrisi,
perubahan fungsi mental). Di antara pasien yang menjalani terapi
pengganti ginjal, penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab mortalitas
tersering kira-kira 40 % dari populasi. Volume ekstraseluler yang overload
dan hipertensi diketahui sebagai faktor prediktor terjadinya hipertropi
ventrikular kiri dan peningkatan risiko mortalitas akibat penyakit
kardiovaskuler di populasi. Setelah disesuaikan dengan umur, ras, jenis
kelamin, dan etnik, dan keberadaan diabetes, risiko penyakit
kardiovaskuler tetap menjadi penyebab kematian tertinggi terutama pada
pasien muda.

3
5. Patofisiologi dan Pathway
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus
dan tubulus) di duga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron
utuh). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume
filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan
penurunan GFR / daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal
untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang
harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat
diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah
nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk
sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal
telah hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai
kreatinin clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu.
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya
diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan
mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk
sampah maka gejala akan semakin berat. Banyak gejala uremia membaik
setelah dialisis.
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi tiga stadium
yaitu:
a. Stadium 1 (penurunan cadangan ginjal)
Ditandai dengan kreatinin serum dan kadar Blood Ureum Nitrogen
(BUN) normal dan penderita asimtomatik.
b. Stadium 2 (insufisiensi ginjal)
Lebih dari 75% jaringan yang berfungsi telah rusak (Glomerulo
filtration Rate besarnya 25% dari normal). Pada tahap ini Blood Ureum
Nitrogen mulai meningkat diatas normal, kadar kreatinin serum mulai
meningklat melabihi kadar normal, azotemia ringan, timbul nokturia
dan poliuri.
c. Stadium 3 (Gagal ginjal stadium akhir / uremia)

4
Timbul apabila 90% massa nefron telah hancur, nilai glomerulo
filtration rate 10% dari normal, kreatinin klirens 5-10 ml permenit atau
kurang. Pada tahap ini kreatinin serum dan kadar blood ureum nitrgen
meningkat sangat mencolok dan timbul oliguri.

5
Pathway :

Sumber : Smeltzer (2009); Sudoyo (2007) Price, Sylvia (2012)


6
6. Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)
a. Dialisis (cuci darah)
b. Obat-obatan: antihipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat,
suplemen kalsium, furosemid (membantu berkemih)
c. Diit rendah protein dan tinggi karbohidrat
d. Transfusi darah
e. Transplantasi ginjal

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian primer
1) Keluhan utama : adanya lemas dan sesak nafas
2) Riwayat penyakit saat ini : sesak nafas, badan lemas, BAK sedikit
3) Riwayat penyakit sebelumnya :
Riwayat penyakit yang diderita pasien sebelum CKD seperti DM,
glomerulo nefritis, hipertensi, rematik, hiperparatiroidisme, obstruksi
saluran kemih, dan traktus urinarius bagian bawah juga dapat memicu
kemungkinan terjadinya CKD.
4) Riwayat penyakit keluarga. : adanya riwayat keluarga yang menderita
penyakit serius seperti diabetes mellitus, hipertensi
2. Pengkajian sekunder
a. Pengkajian Gordon
1) Persepsi kesehatan : pasien tidak mengetahui penyebab penyakitnya,
higienitas pasien sehari-sehari kurang baik.
2) Nutrisi metabolik : pasien tampak lemah, terdapat penurunan BB
dalam kurun waktu 6 bulan. Tandanya adalah anoreksia, mual,
muntah, asupan nutrisi dan air naik atau turun.
3) Pola eliminasi : Kebiasaan BAB / BAK, frekuensi, warna, konsistensi,
sebelum dan sesudah masuk RS. Biasaya terjadi ketidakseimbangan
antara output dan input. Tandanya adalah penurunan BAK, pasien
terjadi konstipasi, terjadi peningkatan suhu dan tekanan darah atau
tidak sinkronnya antara tekanan darah dan suhu.

7
4) Aktivitas : akan terganggu karena adanya sesak nafas sehingga dalam
pemenuhan ADLs dibantu oleh orang lain.
5) Tidur/istirahat : akan terganggu karena adanya sesak nafas yang akan
menimbulkan rasa tidak nyaman.
6) Kognitif/perceptual : pasien masih dapat menerima informasi namun
kurang berkonsentrasi karena sesak nafas.
7) Persepsi diri/konsep diri : pasien mengalami gangguan konsep diri
karena kebutuhan fisiologis nya terganggu sehingga aktualisasi diri
tidak tercapai pada fase sakit.
8) Seksual/reproduksi : mengalami penurunan libido akibat terfokus pada
penyakit.
9) Peran hubungan : pasien memiliki hubungan yang baik dengan
keluarga dan peran pasien pada kehidupan sehari-hari mengalami
gangguan.
10) Manajemen koping/stress : pasien mengalami kecemasan yang
berangsur-angsur dapat menjadi pencetus stress. Pasien memiliki
koping yang adekuat.
11) Keyakinan/nilai : pasien memiliki kepercayaan, pasien jarang
sembahyang karena gejala penyakit
b. Pemeriksaan fisik
1) Penampilan / keadaan umum.
Lemah, aktifitas dibantu, terjadi penurunan sensifitas nyeri. Kesadaran
pasien dari compos mentis sampai coma.
2) Tanda-tanda vital.
Tekanan darah naik, respirasi riet naik, dan terjadi dispnea, nadi
meningkat dan reguler.
3) Antropometri.
Penurunan berat badan selama 6 bulan terahir karena kekurangan
nutrisi, atau terjadi peningkatan berat badan karena kelebihan cairan.

8
4) Kepala.
Rambut kotor, mata kuning / kotor, telinga kotor dan terdapat kotoran
telinga, hidung kotor dan terdapat kotoran hidung, mulut bau ureum,
bibir kering dan pecah-pecah, mukosa mulut pucat dan lidah kotor.
5) Leher dan tenggorok.
Peningkatan kelenjar tiroid, terdapat pembesaran tiroid pada leher.
6) Dada
Dyspnea sampai pada edema pulmonal, dada berdebar-debar.
Terdapat otot bantu napas, pergerakan dada tidak simetris, terdengar
suara tambahan pada paru (ronkhi basah), terdapat pembesaran
jantung, terdapat suara tambahan pada jantung.
7) Abdomen.
Terjadi peningkatan nyeri, penurunan pristaltik, turgor jelek, perut
buncit.
8) Genital.
Kelemahan dalam libido, genetalia kotor, ejakulasi dini, impotensi,
terdapat ulkus.
9) Ekstremitas.
Kelemahan fisik, aktifitas pasien dibantu, terjadi edema, pengeroposan
tulang, dan Capillary Refill lebih dari 1 detik.
10) Kulit.
Turgor jelek, terjadi edema, kulit jadi hitam, kulit bersisik dan
mengkilat / uremia, dan terjadi perikarditis.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody
(kehilangan protein dan immunoglobulin)
Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa,
protein, sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT

9
2) Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk
mengetahui beberapa pembesaran ginjal.
3) Pemeriksaan EKG
Untuk melihat kemungkinan hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda
perikarditis, aritmia dan gangguan elektrolit
3. Diagnosa Keperawatan
a. Penurunan curah jantung berhubungan dengan beban jantung yang
meningkat
b. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
udem sekunder: volume cairan tidak seimbang oleh karena retensi Na
dan H2O
c. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan oedema pulmo
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, mual, muntah
e. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

10
4. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1. Penurunan curah NOC : NIC :
jantung Cardiac Pump effectiveness Cardiac Care
berhubungan Circulation Status - Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi)
dengan beban Vital Sign Status - Catat adanya disritmia jantung
jantung yang Kriteria Hasil: - Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
meningkat - Tanda Vital dalam rentang normal - Monitor status kardiovaskuler
(tekanan darah, nadi, suhu, - Monitor status pernafasan yang menandakan gagal
respirasi) jantung
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak - Monitor adanya perubahan tekanan darah
ada kelelahan - Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
- Tidak ada edema paru, perifer, dan ortopneu
tidak ada asites - Anjurkan untuk menurunkan stress
- Tidak ada penurunan kesadaran
Vital Sign Monitoring
Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan
2. Gangguan NOC : NIC :
keseimbangan Electrolit and acid base balance Fluid management
cairan dan Fluid balance - Timbang popok/pembalut jika diperlukan
elektrolit Hydration - Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

11
berhubungan Kriteria Hasil: - Pasang urin kateter jika diperlukan
dengan udem - Terbebas dari edema, efusi, anaskara - Monitor hasil lAb yang sesuai dengan retensi cairan
sekunder: volume - Bunyi nafas bersih, tidak ada (BUN , Hmt , osmolalitas urin )
cairan tidak dyspneu/ ortopneu - Monitor status hemodinamik termasuk CVP, MAP,
seimbang oleh - Terbebas dari distensi vena jugularis, PAP, dan PCWP
karena retensi Na reflek hepatojugular (+) - Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,
dan H2O - Memelihara tekanan vena sentral, CVP , edema, distensi vena leher, asites)
tekanan kapiler paru, output jantung - Kaji lokasi dan luas edema
dan vital sign dalam batas normal Fluid Monitoring
- Terbebas dari kelelahan, kecemasan - Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan
atau kebingungan eliminasi
- Menjelaskan indikator kelebihan - Tentukan kemungkinan faktor resiko dari ketidak
cairan seimbangan cairan (Hipertermia, terapi diuretik,
kelainan renal, gagal jantung, diaporesis, disfungsi hati,
dll )
- Monitor berat badan
- Monitor serum dan elektrolit urine
- Monitor serum dan osmilalitas urine
- Monitor BP, HR, dan RR
- Monitor tekanan darah orthostatik dan perubahan irama
jantung

12
- Monitor parameter hemodinamik infasif
- Monitor adanya distensi leher, rinchi, eodem perifer dan
penambahan BB
- Monitor tanda dan gejala dari odema
3. Pola nafas tidak NOC : NIC :
efektif Respiratory status : Ventilation Airway Management
berhubungan Respiratory status : Airway patency 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
dengan oedema Vital sign Status thrust bila perlu
pulmo Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
- Mendemonstrasikan batuk efektif dan 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas
suara nafas yang bersih, tidak ada buatan
sianosis dan dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila perlu
mengeluarkan sputum, mampu 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu
bernafas dengan mudah, tidak ada 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
pursed lips) 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Menunjukkan jalan nafas yang paten 8. Lakukan suction pada mayo
(klien tidak merasa tercekik, irama 9. Berikan bronkodilator bila perlu
nafas, frekuensi pernafasan dalam 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab
rentang normal, tidak ada suara nafas 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
abnormal) keseimbangan.
- Tanda - tanda vital dalam rentang 12. Monitor respirasi dan status O2

13
normal (tekanan darah, nadi, Oksigen Therapy
pernafasan) 1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
2. Pertahankan jalan nafas yang paten
3. Atur peralatan oksigenasi
4. Monitor aliran oksigen
5. Pertahankan posisi pasien
6. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan abnormal
10. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer

14
12. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
4. Ketidakseimbangan NOC : Nutritional Status : Food and NIC :
nutrisi kurang dari Fluid Intake Nutrition Management
kebutuhan Kriteria hasil : - Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
berhubungan 1) Adanya peningkatan berat badan yang dibutuhkan
dengan anoreksia, sesuai dengan tujuan - Kaji adanya alergi makanan
mual, muntah 2) Berat badan ideal sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
tinggi badan - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien
nutrisi - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
4) Tidak ada tanda – tanda malnutrisi vitamin C
5) Tidak terjadi penurunan berat badan - Berikan substansi gula
yang berarti - Yakinkan diet yang di makan mengandung tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan
harian
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

15
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Nutrition Monitoring
- Monitor berat badan pasien
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktifitas yang biasa dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orang tua selama makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak pada selama
jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kadar albumin, total protein, hemoglobin dan
kadar hematokrit
- Monitor makanan kesukaan pasien
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor jaringan konjuntiva mata : kering, pucat, dan
kemerahan
- Monitor kalori dan intake nutrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah
dan cavitas oral
- Catat jika lidah berwarna magenta dan scarlet

16
5. Cemas NOC : NIC :
berhubungan Anxiety Control Anxiety Reduction
dengan perubahan Coping a. Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
status kesehatan Setelah dilakukan tindakan kecemasan
keperawatan diharapkan cemas hilang b. Dorong pasien mengungkapkan perasaan, ketakutan,
atau berkurang persepsi
Kriteria hasil : c. Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
- Klien mamu mengidentifikasi dan d. Lakukan massage
mengungkapkan kecemasan e. Berikan obat untuk mengurangi kecemasan
- Mengidentifikasi, mengungkapkan
dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas
- Vital sign dalam batas normal
- Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktifitas
menunjukkan berkurangnya
kecemasan

17
5. Evaluasi Keperawatan
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang
diinginkan dan respons pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan
kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Tahap akhir dari proses
keperawatan perawat mengevaluasi kemampuan pasien ke arah pencapaian hasil.
Evaluasi terhadap masalah pada pasien CKD secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam :
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala adanya kelebihan volume cairan
b. Melakukan perawatan berkelanjutan untuk dilakukan hemodialisa
c. Mengidentifikasi aktifitas/ latihan fisik yang dapat dilakukan pasien
d. Memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh dengan diit uremi
e. Memenuhi kebutuhan ADLs secara mandiri

18
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria., Butcher, Howard., Dochterman Jonne.,& Wagner, Cheryl. 2013. Nursing
Intervention Classification. Edisi 6.(terjemahan). Jakarta : CV Mocomedia
Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D., 2010, Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan, 112-
113, Jakarta, EGC.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions
& Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Long, B C. (2011). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid
Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Mansjoer, Arif dkk. 2006. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3. Jakarta : Media Aesculapius.
Mayers, 2008. Buku saku keperawatan. Edisi 2. Jakarta, EGC
Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, L. Meridean., Swanson Elisabeth. 2013. Nursing
Outcome Classification. Edisi 5. (terjemahan). Jakarta : CV Mocomedia
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2012). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
prosesPenyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Reeves, C.J., Roux, G., Lockhart, R. Medical – surgical nursing. Alih bahasa : Setyono, J.
Jakarta: Salemba Medika; 2012 (Buku asli diterbitkan tahun 2010)
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2009). Buku Ajar Keperawatan Medikal
BedahBrunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2011). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II. Jakarta.: Balai
Penerbit FKUI

19

You might also like