You are on page 1of 14

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)


DI RUANG ARJUNA RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO

OLEH :

Amilia Dwi Indrawati


22101052

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Definisi
CKD (Chronic Kidney Disease) atau bisa juga disebut dengan gagal ginjal
kronik adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada ginjal atau
terjadinya penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dalam waktu 3 bulan atau
lebih dengan nilai GFR kurang dari 60 mL/min/1,73 m². Gagal ginjal kronik
ialah kerusakan yang terjadi pada ginjal dimana tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah). Gagal ginjal kronik ini terjadi secara progresif dan lambat, biasanya
berlangsung selama beberapa bulan atau tahun dan sifatnya tidak dapat
disembuhkan dan harus menjalani pengobatan seumur hidup. Apabila tidak
segera ditangani, penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan penurunan fungsi
ginjal secara progresif yang berakibat pada gagal ginjal sehingga diperlukan
terapi berupa transplantasi ginjal atau dialysis (Nuari & Widayati, 2017).
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan
fungsi ginjal yang menahun bersifat progresiv dan irreversible. Dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea
dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Rendy & Margareth th, 2019).

1.2 Etiologi
Gagal ginjal kronik sering menjadi komplikasi dari penyakit lainnya
sehingga menjadi penyakit sekunder (secondary illness), yang paling sering
yaitu diabetes dan hipertensi (Basuki, 2019). Menurut Mutaqqin (2011),
penyebab lain dari gagal ginjal kronik yaitu penyakit ginjal bagian dalam
diantaranya penyakit dalam saringan (glomerulus) seperti glomerulonefritis,
infeksi kuman seperti ureritis dan pyelonefritis, batu ginjal seperti
nefrolitiasis, kista pada ginjal, dan penyumbatan seperti tumor, batu,
penyempitan/stuktur. Dan untuk penyakit ginjal bagian luar diantaranya
penyakit sistematik (kolesterol, diabetes, dan hipertensi), dysipidemia,
preklamsia, obat obatan, dan kehilangan cairan yang mendadak (luka bakar).
Gagal ginjal kronik sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab dari gagal ginjal
kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensi (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa, sclerosis
sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis
tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatiroidisme)
7. Nefropati toksik
8. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih)

1.3 Klasifikasi
1) Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,
katabolisme dan masukan diet berlebih.
2) Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi
produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat
3) Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system
rennin-angiotensin-aldosteron
4) Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah
merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan
drah selama Hemodialisis
5) Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.
6) Asidosis metabolic
7) Osteodistropi ginjal
8) Sepsiss
9) Neuropati perifer
10) Hiperuremia (Brunner & Suddarth, 2016)

1.4 Manifestasi Klinis


Beberapa tanda dan gejala seseorang mengalami Chronic Kidney Disease
menurut Harmilah (2020), meliputi :
1. Lebih sering ingin BAK, terutama dimalam hari
2. Kulit terasa gatal
3. Adanya darah atau protein dalam urine yang dideteksi saat tes urine
4. Mengalami kram otot
5. Berat badan turun atau kehilangan berat badan
6. Kehilangan nafsu makan atau nafsu makan menurun
7. Penumpukan cairan yang mengakibatkan pembengkakan pada
pergelangan kaki dan tangan
8. Nyeri pada dada akibat cairan menumpuk disekitar jantung
9. Mengalami kejang pada otot
10. Mengalami gagguan pernapasan atau sesak napas
11. Mengalami mual dan muntah
12. Mengalami gangguan tidur atau susah tidur
13. Terjadi disfungsi ereksi pada pria

1.5 Patofisiologi
Terlampir

1.6 Pathway
Terlampir

1.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium (Laboratorium darah)
- Pemeriksaan Blood Urea Nitrogen (BUN) : Nilai normal : 20-30
mg/dL
- Kreatinin serum : Nilai normal Laki-laki : 0,6-1,3 mg/dL,
Perempuan 0,5-1,1 mg/dL
- Glomerulus filtration rate (GFR): Nilai normal GFR pada laki-laki
antara 97 – 137 mL/menit per 1,73 m2 dan pada perempuan antara
88 – 128 mL/menit per 1,73 m2
- Tes urine: untuk mengetahui adanya protein dan darah dalam urin
yang menandakan bahwa terjadi penurunan fungsi ginjal
- Mikroalbuminuria: keadaan dimana terdapatnya albumin dalam urin
sebesar 30 – 300 mg/24 jam. Keadaan ini dapat memberikan tanda
awal dari penyakit ginjal. Kadar normal albumin dalam darah antara
3,5 – 4,5 mg/dL
- Kalium : Nilai K normal = 3,5 – 5 meq/L
- Natrium (Na) : Nilai normal natrium = 136 – 146 meq/L
- Kalsium (Ca) : Nilai normal kalsium total plasma/serum: 8,8 – 10,2
mg/dl
- Fosfat : Nilai normal fosfat plasma/serum normal: 2,5 – 4,5 mg/dl
- Magnesium : Nilai normal magnesium serum: 0,6 – 1,1 mmol/L
- HB (Hemoglobin) : nilai normal hb untuk laki-laki yaitu 14-18 g/dl
sedangkan untuk perempuan yaitu 12-16 g/dl
b. Pemeriksaan USG
c. Biopsy ginjal

1.8 Penatalaksanaan
a. Farmakologi
• Gejala hipertensi ditangani dengan pemberian obat antihipertensi yaitu
metildopa, propanolol, minoksidil, klonidin, beta blocker, prazonin, dan
obat anti-hipertensi lain
• Pemberian obat diuretik untuk mengatasi kelebihan cairan seperti
furosemide, bumetanide, torsemide, dan metolazone
• Pemberian kayexalate dan natrium polisteren sulfanat untuk mengatasi
hyperkalemia
• Allopurinol untuk mengatasi hiperurisemia
b. Non Farmakologi
• Terapi Konservatif : Diet rendah kalium, Diet rendah natrium, Diet
rendah protein, Diet kalori yang cukup, Pengaturan intake cairan
• Hemodialisis
• Dialisis Peritonial
• Transplantasi Ginjal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian.
a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor rekam medis, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Umumnya keluhan yang sering muncul pada pasien CKD yaitu output
urin sedikit hingga tidak dapat BAK, gelisah, penurunan kesadaran,
anoreksia, mual, muntah, napas berbau ureum.
2) Riwayat penyakit sekarang
Sejak kapan klien merasakan gejala penyakit yang dialami sekarang dan
apa yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut.
3) Riwayat penyakit dahulu
Umumnya ada riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi kandung
kemih, penggunaan obat-obatan nefrotoksik, BPH, batu saluran kemih,
infeksi sistem perkemihan, diabetes mellitus, dan hipertensi.
4) Kebiasaan/pola hidup/life style
Umumnya keluarga klien memiliki riwayat penyakit CKD, atau
hipertensi dan diabetes mellitus yang bisa menjadi faktor pencetus
terjadinya CKD.
c. Pengkajian Keperawatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Merupakan tingkat
pemahaman klien terhadap penyakitnya dan bagaimana pola
pemeliharaan kesehatan klien.
2) Pola nutrisi dan metabolik
Gejala : edema, penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri
ulu hati, mual/muntah, bau ureum pada mulut
Tanda : distensi pada abdomen, hepatomegali, perubahan turgor kulit,
edema, luka pada gusi
3) Pola eliminasi
Umumnya pasien mengeluhkan penurunan frekuensi dan volume urin
(oliguria) tidak bisa kencing (anuria), perubahan warna urin, perut
kembung, diare, atau konstipasi.
4) Pola aktivitas dan latihan
Umumnya pasien mengeluh kelelahan ekstrem, kelemahan, malaise,
gangguan tidur (Insomnia/gelisah atau somnolen)
5) Pola tidur dan istirahat
Umumnya pasien mengeluh kesulitan tidur akibat merasa tidak nyaman
dengan gejala dan nyeri yang dialami.
6) Pola kognitif dan perseptual
Pola kognitif dan perseptual umumnya bergantung pada tingkat
keparahan penyakit yang dialami klien dan kondisi penyakit atau gejala
penyerta.
7) Pola persepsi diri
Klien umumnya merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, ansietas,
takut, marah, tidak mampu mempertahankan fungsi peran.
8) Pola peran dan hubungan
Pada klien gagal ginjal kronik umumnya sering mengalami gangguan
peran. Hal ini disebabkan karena klien tidak dapat menjalankan
perannya dengan baik selama sakit yang dideritanya.
9) Pola seksualitas dan reproduksi
Pada klien gagal ginjal kronik tidak dapat menjalankan hubungan
seksualitas dengan baik. Hal ini dikarenakan klien tidak dapat menjalani
aktivitas sehari-hari yang terlalu berat.
10) Pola toleransi koping stress
Lamanya proses perawatan dan pengobatan yang dijalani, klien gagal
ginjal kronik dapat menimbulkan terjadinya reaksi psikologis yang
negatif seperti ansietas, gelisah, marah, dan selalu memikirkan penyakit
yang dideritanya. Sehingga klien tidak mampu menggunakan
mekanisme koping yang konstruktif atau adaptif
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Pasien tampak lemas dan menahan sakit, penurunan tingkat kesadaran
dapat disebabkan oleh uremia yang dapat mempengaruhi SSP.
2) Tanda-tanda vital
Umumnya pasien mengalami peningkatan tekanan darah, serta
peningkatan laju pernapasan
3) Pemeriksaan fisik head to toe
a) Kepala
Inspeksi : kepala simetris, perubahan distribusi rambut, dan kulit
kepala kering.
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan, tidak teraba adanya benjolan
abnormal dibagian kepala.
b) Mata
Inspeksi : perhatikan terdapat edema periorbita, eksoftalmus (mata
menonjol), anemis, kesulitan memfokuskan mata dan perhatikan
sebaran alis mata tebal atau tipis
Palpasi : tidak adanya nyeri tekan dan tidak teraba benjolan
abnormal pada kedua mata.
c) Telinga
Inspeksi : tidak adanya kelainan pada telinga.
Palpasi : tidak adanya nyeri dan benjolan yang abnormal pada
telinga.
d) Hidung
Kebersihan terjaga meliputi tidak terdapat kotoran pada bagian luar
ataupun dalam telinga, tidak adanya nyeri tekan pada hidung.
e) Mulut
Mukosa mulut kering, tidak terdapat karang gigi, dan lidah klien
bersih. Pada pasien gagal ginjal kronik yaitu stomatitis dan mulut
sepertibau amonia.
f) Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan
pembesaran vena jugularis.
g) Dada
Pemeriksaan dada meliputi organ paru dan jantung, secara umum
bentuk dada tidak ada masalah, pergerakan nafas normal, krepitasi
dan dilihat saat dilakukan perkusi (bunyi perkusi sonor). pada
pemeriksaan jantung meliputi bunyi jantung, irama jantung dan
bising jantung.
h) Abdomen
Inspeksi : keadaan kulit, bentuk perut, gerakan dinding perut dan
keadaan umbilikus serta adanya massa atau pembengkakan. Pada
kasus gagal ginjal kronik umumnya kulit mengkilap dan tegang
yang mengindikasikan retensi cairan atau asites, distensi kandung
kemih dan pembesaran ginjal
Palpasi : ketegangan otot, nyeri tekan pada bagian perut terasa
tergantung dengan perlukaan pada lambung, massa, keadaan hati,
lien, ginjal, pemeriksaan ascites dan ketok ginjal.
Perkusi: tanda pembesaran organ, adanya udara dan cairan bebas,
penentuan batas dan tanda pembesaran hati.
Auskultasi : bising dan peristaltik usus, bunyi gerakan cairan, dan
bising pembuluh darah.
i) Ekstremitas
Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah mengenai bentuk,ukuran,
kesimetrisan otot, kontraktur, tremor, tonus, kekuatan otot, kelainan
pada ekstremitas, deformitas, massa, fraktur, mobilitas atau rentang
gerak sendi serta gaya berjalan pada pasien dengan gagal ginjal
kronik.
j) Kulit dan kuku
Pemeriksaan warna kulit biasanya warna sesuai dengan warna kulit
normal. Selain itu kaji cacat kulit dan turgor kulit. Pada kasus gagal
ginjal kronik umumnya tekstur kulit tampak kasar atau kering.
Penurunan turgor kulit pada gagal ginjal kronik merupakan indikasi
terjadinya dehidrasi, edema, indikasi retensi, dan penumpukan
cairan.
Intervensi

NO Diganosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (I.05178)
aktivitas perawatan selama 3x24 jam, Observasi
diharapkan toleransi terhadap 1. Identifikasi gangguan fungsi
aktivitas pasien meningkat tubuh yang mengakibatkan
dengan kriteria hasil: kelelahan
1. Kemudahan dalam 2. Monitor kelelahan fisik dan
melakukan aktivitas sehari- emosional
hari meningkat (5) 3. Monitor pola dan jam tidur
2. Keluhan lelah menurun (5) Terapeutik
1. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan
2 Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen konstipasi (1.04155)
keperawatan selama 3x24 jam Observasi
diharapkan frekuensi serta 1. Periksa tanda dan gejala
bentuk feses normal konstipasi
1. Control pengeluaran feses 2. Indikasi resiko konstipasi
meningkat (5) (misal. Obat-obatan,tirah
2. Nyeri abdomen menurun baring,dan diet rendah serat)
(5) Terapeutik
1. Anjurkan diet tinggi serat
Edukasi
1. Jelaskan etiologi masalah dan
alasan tindakan
2. Latih buang air besar secara
teratur
Kolaborasi
1. Konsultasi dengan tim medis
tentang
penurunan/peningkatan
frekuensi suara usus
3 Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Syok (1.02068)
renal tidak efektif keperawatan selama 3x24 jam Observasi :
b/d gaya hidup diharapkan perfusi renal
1. Monitor status kadiopulmonal
kurang gerak meningkat dengan kriteria hasil
(frekuensi dan kekuatan nadi,
1. Jumlah urine meningkat (5) frekuensi nafas, TD.MAP)
2. Mual menurun (5) 2. Monitor status cairan
3. Kadar urea nitrogen darah (masukan dan haluaran, turgor
membaik (5) kulit, CRT)
Kadar keratin plasma membaik Terapeutik
(5)
1. Catat intake dan output dan
hitung balance cairan 24 jam
Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian
diuretic, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 12. Jakarta: EGC.
Harmilah. 2020. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Yogyakarta: PT Pustaka Baru Press.
Nuari, N. A., dan D. Widayati. 2017. Gangguan Pada Sistem Perkemihan Dan
Penatalaksanaan Keperawatan. Yogyakarta : CV Budi Utama
P2PTM Kemkes. 2017. Ginjal Kronis.
http://p2ptm.kemkes.go.id/kegiatanp2ptm/subdit-penyakit-jantung-dan-
pembuluh-darah/ginjal-kronis [Diakses pada 23 Mei 2023]
Rahmawati, F. 2017. Aspek Laboratorium Gagal Ginjal Kronik. Jurnal Ilmiah
Kedokteran Wijaya Kusuma. Vol 6(1): 14-22.

You might also like